BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Sekilas Tentang Kabupaten Subang
Wilayah Kabupaten Subang secara geografis terletak di bagian utara provinsi Jawa Barat dengan Batas koordinat yaitu 1070 31’ – 107 54’ Bujur Timur dan 60 11’ – 60 49’ Lintang Selatan.
Adapun batas-batas wilayah secara geografis adalah sebagai berikut :
➢ Sebelah Selatan Kabupaten Bandung Barat.
➢ Sebelah Barat Kabupaten Purwakarta dan Karawang
➢ Sebelah Utara Laut Jawa.
➢ Sebelah Timur Kabupaten Indramayu dan Sumedang
Luas wilayah kabupaten Subang adalah 2.051,76 km2 atau sekitar 6,34%
dari luas wilayah Provinsi Jawa Barat, adapun keitinggian antara 0 – 1500m dpl.
44
Gambar 4.1
Peta Wilayah Kabupaten Subang
4.1.2 Sejarah Pembentukan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Subang
1. Undang-Undang No 14 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah- Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Djawa Barat,
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968, tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang, dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Djawa Barat.
2. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Pendudukan dan Pembangunan Keluarga
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
5. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2022 tentang Perlindungan Anak 6. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah 7. Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 7 Tahun 2016, tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Subang 8. Peraturan Bupati Subang Nomor 101 Tahun 2021, tentang Susunan
Organisasi Perangkat Daerah Dinas
9. Peraturan Bupati Subang Nomor 67 Tahun 2016, tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Subang.
4.1.3 Visi, Misi, Tugas, dan Fungsi Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Subang
4.1.3.1 Visi
“Meningkatkan Kualitas Pelayanan Masyarakat dan Lingkungan Hidup Terwujudnya Penduduk Tumbuh Seimbang, Berkualitas dan Berkarakter Menuju Keluarga Sejahtera di Kabupaten Subang. ”
4.1.3.2 Misi
1. Meningkatkan kualitas advokasi dan KIE dalam pengendalian laju pertumbuhan penduduk
2. Meningkatkan kualitas kesertaan ber-KB bagi Pasangan Usia Subur (PUS) melalui pemerintah dan swasta
3. Menciptakan keluarga yang berketahanan melalui pemberdayaan Kelompok Bina Keluarga Balita, Remaja, Lanjut Usia dan upaya meningkatkan pendapatan keluarga
4. Meningkatkan peran serta perempuan dalam pembangunan keluarga yang budaya saing dan mandiri
5. Meningkatkan upaya perlindungan anak agar terbentuk sumber daya manusia yang berhak, mulia, handal dan tangguh.
4.1.3.3 Tugas Pokok
Berdasarkan Peraturan Bupati Subang Nomor 67 Tahun 2016 tentang tugas pokok, dan fungsi Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mempunyai tugas pokok
membantu Bupati dalam melaksanakan Urusan Pemerintahan dibidang Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan tugas pembantuan yang diberikan kepada Pemerintah Kabupaten.
4.1.3.4 Fungsi
Berdasarkan Peraturan Bupati Subang Nomor 67 Tahun 2016 untuk menyelenggarakan tugas pokok nya Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan da Perlindungan Anak mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Perumusan kebijaksanaan teknis dibidang Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2. Penyelenggaraan urusan Pemerintahan dan Pelayanan Umum dibidang
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bupati
3. Pembinaan dan pelaksanaan kegiatan dibidang Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 4. Pengelolaan administrasi umum, meliputi urusan umum dan kepegawaian,
urusan keuangan dan barang daerah, urusan perencaanaan, evaluasi dan pelaporan dan perlengkapan Dinas.
4.1.4 Struktur Organisasi Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Subang
Gambar 4.2
Struktur Organisasi DP2KBP3A Kabupaten Subang Tahun 2022
KEPALA DINAS
SEKRETARIAT
SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAI
AN
SUB BAGIAN KEUANGAN &
BARANG DAERAH
KELOMPOK JABATAN FUNGSION
AL
BIDANG PENGENDALIAN
PENDUDUK, ADVOKASI, KIE
DAN PENGGERAKAN
BIDANG KELUARGA BERENCANA
BIDANG PEMBANGUN
AN KETAHANAN
KELUARGA
BIDANG PEMBERDAYA
AN PEREMPUAN
BIDANG PERLINDUNG
AN ANAK
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONA
L
UPTD
(Sumber : Dinas P2KBP3A Kabupaten Subang)
Tugas pokok dan fungsi dari masing-masing jabatan sebagaimana struktur organisasi diatas diatur dalam Peraturan Bupati Subang Nomor 101 Tahun 2021.
Tugas Pokok Dan Fungsi dari masing-masing jabatan di Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Subang, sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
Tugas Pokok : merencanakan, mengorganisir, melaksanakan, mengendalikan serta melaporkan kegiatan dinas dalam melaksanakan sebagian urusan Pemerintahan dibidang Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta tugas Pembantuan yang ditugaskan Bupati. Untuk menyelenggarakan tugas pokok, kepala dinas mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Perumusan, penetapan kebijakan teknis dibidang Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
b. Penyelenggaraan kebijakan teknis dibidang Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak c. Penyelenggaraan fasilitas dan pengendalian tugas-tugas dibidang Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
d. Penyelenggaraan koordinasi dan kerja sama dalam rangka tugas pokok dan fungsi dinas
e. Pembinaan pelaksanaan kegiatan lingkup Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
f. Penyampaian telaahan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan Kepala Daerah.
2. Sekretariat
Tugas Pokok : menyelenggarakan pelayanan administratif, koordinasi dan pengendalian internal lingkup kesekretariatan yang meliputi perencanaan, evaluasi dan pelaporan, pengelolaan administrasi umum dan kepegawaian serta keuangan dan barang daerah. Untuk menyelenggarakan tugas pokok, sekretariat mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan program kerja sekretariat
b. Pembinaan pelaksanaan perencanaan, evaluasi dan pelaporan, administrasi umum dan kepegawaian serta keuangan dan barang daerah c. Perumusan perencanaan, evaluasi dan pelaporan dinas
d. Penyelenggaraan administrasi umum dan kepegawaian dinas e. Penyelenggaraan administrasi keuangan dan daerah
f. Penyusunan anggaran pendapatan dan belanja dinas g. Pengelolaan naskah dinas
3. Bidang Pengendalian Penduduk, Advokasi, KIE dan Penggerakan
Tugas pokok : melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas dalam hal fasilitasi, koordinasi, pembinaan, pengawasan dan pengendalian
penduduk, pemetaan perkiraan pengendalian penduduk, pengolahan, pengelolaan data, melakukan advokasi, komunikasi informasi dan edukasi tentang Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Bidang Pengendalian Penduduk, Advokasi, KIE dan Penggerakan mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan program kerja pada Bidang Pengendalian Penduduk, Advokasi, KIE dan Penggerakan
b. Perumusan kebijakan teknis dan atau bahan kebijakan pemerintahan daerah dalam hal Penyerasian Kebijakan Pengendalian penduduk Pemetaan Perkiraan Pengendalian Penduduk, Pengolahan, Pengelolaan Data, Penyelenggaraan Advokasi dan Komunikasi Informasi Edukasi tentang Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
c. Pelaksanaan kebijakan pemerintahan daerah dalam hal Penyerasian Kebijakan Pengendalian penduduk Pemetaan Perkiraan Pengendalian Penduduk, Pengelolaan, Pelaporan Rutin Kegiatan, dan Advokasi serta Komunikasi Informasi Edukasi
d. Pembinaan pelaksanaan kebijakan pemerintahan daerah hal Penyerasian Kebijakan Pengendalian penduduk Pemetaan Perkiraan Pengendalian Penduduk, Pengelolaan, Pelaporan Rutin Kegiatan, dan Advokasi serta Komunikasi Informasi Edukasi
e. Penyusunan Laporan Hasil Program dalam Pengendalian Penduduk, Advokasi, KIE dan Penggerakan
Bidang Pengendalian Penduduk, Advokasi, KIE dan Penggerakan, membawahkan :
a. Seksi Advokasi dan Penggerakan
b. Seksi Penyuluhan dan Pendayagunaan PLKB dan Institusi Masyarakat Pedesaan
c. Seksi Pengendalian Penduduk, Pengelolaan Data, Pelaporan dan Informasi.
4. Bidang Keluarga Berencana
Tugas Pokok : melaksanakan Sebagian tugas Kepala Dinas, dalam fasilitasi, koordinasi, pembinaan, pengawasan dan pengendalian, pengelolaan dan distribusi alat dan obat kontrasepsi, jaminan pelayanan KB, serta bina kesertaan KB dalam hal keluarga berencana. Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Bidang Keluarga Berencana mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan Program Kerja pada Bidang Keluarga Berencana
b. Perumusan kebijakan teknis dan/atau bahan kebijakan Pemerintahan daerah dalam hal Pengelolaan dan distribusi alat dan obat kontrasepsi, Jaminan pelayanan KB serta Bina Kesertaan KB, Peningkatan Kesertaan ber-KB
c. Pelaksanaan kebijakan pemerintahan daerah dalam hal Pengelolaan dan distribusi alat dan obat kontrasepsi, Jaminan pelayanan KB, serta Bina Kesertaan KB, Peningkatan Kesertaan ber- KB
d. Pembinaan pelaksanaan kebijakan pemerintahan daerah dalam hal Pengelolaan dan distribusi alat dan obat kontrasepsi, Jaminan pelayanan KB, serta Bina Kesertaan KB, Peningkatan Kesertaan ber-
KB dalam pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
e. Penyampaian telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan Kepala Dinas
f. Penyusunan laporan hasil pelaksanaan kegiatan pada bidang Keluarga Berencana
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
Bidang Keluarga Berencana, membawahkan : a. Seksi Pengelolaan dan Distribusi Alokon b. Seksi Jaminan Pelayanan KB
c. Seksi Bina Kesertaan KB dan Peningkatan Kesertaan ber-KB.
5. Bidang Pembangunan Ketahanan Keluarga
Tugas Pokok : melaksanakan Sebagian tugas Kepala Dinas dalam hal fasilitasi, koordinasi, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian Bina Ketahanan Keluarga Balita, anak dan lansia, bina ketahanan remaja dan pemberdayaan ekonomi keluarga dalam pengendalian penduduk dan keluarga berencana. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pembangunan Ketahanan Keluarga mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan program kerja pada Bidang pembangunan Ketahanan Keluarga
b. Perumusan kebijakan teknis dan/atau bahan kebijakan pemerintahan daerah dalam hal Bina Ketahanan Keluarga Balita, Anak dan Lansia, Bina Ketahanan Remaja dan Pemberdayaan Ekonomi Keluarga
c. Pelaksanaan kebijakan pemerintahan daerah dalam hal Bina Ketahanan Keluarga Balita, Anak dan Lansia, Bina Ketahanan Remaja dan Pemberdayaan Ekonomi Keluarga
d. Penyusunan laporan hasil pelaksanaan kegiatan bidang pembangunan ketahanan keluarga
Bidang Pembangunan Ketahanan Keluarga, membawahkan : a. Seksi Bina Ketahanan Keluarga Balita, Anak dan Lansia b. Seksi Bina Ketahanan Remaja
c. Seksi Bina Pemberdayaan Ekonomi Keluarga.
6. Bidang Pemberdayaan Perempuan
Tugas Pokok : melaksanakan Sebagian tugas Kepala Dinas merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis fasilitasi, koordinasi, pembinaan, pengawasan dan Pengendalian Pemberdayaan Perempuan. Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Bidang Pengendalian Penduduk mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan program kerja pada Bidang Pemberdayaan Perempuan;
b. Perumusan kebijakan teknis dan/atau bahan kebijakan pemerintah daerah bidang Pemberdayaan Perempuan ;
c. Pelaksanaan kebijakan teknis pemerintahan daerah dalam hal Pemberdayaan Perempuan
d. Pelaksanaan pemantauan, pembinaan dan evaluasi teknis pemerintahan daerah Bidang Pemberdayaan Perempuan
e. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait
f. Penyusunan laporan hasil pelaksanaan kegiatan pada Bidang Pemberdayaan Perempuan
Bidang Pemberdayaan Perempuan, membawahkan :
a. Seksi Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan dan Pengelolaan Data Informasi Gender
b. Seksi Perlindungan Hak, Hukum Bagi Perempuan dan Pengarustamaan Gender;
c. Seksi Pembinaan dan Kerjasama Kelembagaan Organisasi Perempuan.
7. Bidang Perlindungan Anak
Tugas Pokok : melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis fasilitasi, koordinasi, pembinaan, pengawasan dan pengendalian perlindungan anak. Untuk menyelenggarakan tugas pokok, Bidang Perlindungan Anak mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan Program Kerja pada Bidang Perlindungan Anak
b. Perumusan kebijakan teknis dan/atau bahan kebijakan pemerintahan daerah Bidang Perlindungan Anak
c. Pelaksanaan kebijakan pemerintahan daerah dalam hal Perlindungan Anak
d. Perumusan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) Bidang Perlindungan Anak
e. Pelaksanaan pemantauan, pembinaan dan evaluasi teknis pemerintahan daerah Bidang Perlindungan Anak
f. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pada kegiatan Bidang Perlindungan Anak
g. Penyampaian telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan Kepala Dinas
h. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait
i. Penyusunan laporan hasil pelaksanaan kegiatan pada Bidang Perlindungan Anak
j. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
Bidang Perlindungan Anak, membawahkan : a. Seksi Perlindungan Hak dan Hukum Bagi Anak
b. Seksi Pembinaan dan Kerjasama Kelembagaan Perlindungan Anak c. Seksi Sinkronisasi Kebijakan Perlindungan Anak dan Pengelolaan Data
Informasi Anak.
4.1.5 Nominatif Pegawai Bidang Perlindungan Anak Tabel 4.1
Nominatif Pegawai Bidang Perlindungan Anak di Dinas P2KBP3A Kabupaten Subang
No NAMA NIP NAMA JABATAN
1 Dra. UPIT NURHAYATI M.M. 196801241993122001 Kabid. Perlindungan Anak DPPKBP3A 2 VIA NUR DESTIKAWATI S.Pd. 197812082007012007 Kasi. Perlindungan
Hak dan Hukum Bagi Anak DPPKBP3A 3 RINA OCTORA S.Kep. 198010272008012006 Kasi. Pembinaan dan
Kerja Sama Kelembagaan Perlindungan Anak DPPKBP3A 4 Dra. MARI MARDIAH 196412121992032008 Kasi. Sinkronisasi
Kebijakan
Perlindungan Anak dan Pengelolaan Data Informasi Anak DPPKBP3A (Sumber : Dinas P2KBP3A Kabupaten Subang, 2022)
4.1.6 Kegiatan Program Bidang Perlindungan Anak dan Anggaran
Adapun kegiatan program kerja Bidang Perlindungan Anak beserta rincian anggaran nya. Anggaran atau pendanaan sebagai penunjang terlaksananya program sangat dibutuhkan, maka kegiatan program tahun 2019-2020 beserta anggarannya sebagai berikut :
Tabel 4.2
Kegiatan Program Bidang Perlindungan Anak dan Anggaran Tahun 2019
NO KEGIATAN ANGGARAN PENYERAPAN %
1 Revitalisasi Forum Anak Daerah
30,000,000.00 30,000,000.00 100%
2 Pembinaan dan Peningkatan Kerjasama Lintas Sektor dan Organisasi Perlindungan Anak
30,375,000.00 30,375,000.00 100%
3 Sosialisasi Permen Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Pembentukan UPTD PP PA
54,900,000.00 54,900,000.00 100%
4 Jambore Anak 25,885,000.00 25,885,000.00 100%
5 Pendampingan Kasus Anak
153,964,000.00 153,964,000.00 100%
6 Pelatihan SDM Tentang
Pendampingan Anak
14,432,000.00 14,432,000.00 100%
7 Pengembangan Kapasitas Para Pelaku
25,382,000.00 25,382,000.00 100%
Perlindungan Anak 8 Pengembangan Kota
Layak Anak
27,050,000.00 27,050,000.00 100%
9 Pelatihan Konveksi Hak Anak
43,621,000.00 43,621,000.00 100%
10 Penyusunan Profil Anak
20,000,000.00 20,000,000.00 100%
JUMLAH 425,609,000.00 425,609,000.00 100%
(Sumber : Dinas P2KBP3A Kabupaten Subang, 2022) Tabel 4.3
Kegiatan Program Bidang Perlindungan Anak dan Anggaran Tahun 2020
NO KEGIATAN ANGGARAN PENYERAPAN % KETERAN
GAN 1 Revitalisasi
Forum Anak Daerah
78,300,000.00 56,450,000.00 72.09%
Sudah
Dilaksanakan
2 Jambore Anak 29,450,000.00 - 0.00%
Anggaran dialihkan untuk Covid
3 Jambore Anak 29,450,000.00 - 0.00%
Anggaran dialihkan untuk Covid 4
Pendampingan
Kasus Anak 45,200,000.00 55,265,000.00 122.27%
Sudah
Dilaksanakan 5
Pelatihan SDM Tentang Pendampingan Anak
48,165,000.00 - 0.00%
Anggaran dialihkan untuk Covid
6 NGABASO 16,140,000.00 - 0.00%
Anggaran dialihkan untuk Covid 7
Pengembangan Kota Layak Anak
187,975,000.00 10,900,000.00 5.80%
Sudah dilaksanakan Sebagian anggarannya dialihkan untuk covid 8
Pelatihan Konveksi Hak
Anak 44,800,000.00 - 0.00%
Anggaran dialihkan untuk covid
9
Pemilihan
Duta Anak 31,640,000.00 - 0.00%
Anggaran dialihkan untuk covid JUMLAH 511,120,000.00 122,615,000.00 23.99%
(Sumber : Dinas P2KBP3A Kabupaten Subang, 2022)
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas bahwa banyak kegiatan yang tidak dapat terealisasikan dengan baik dikarenakan anggaran banyak yang dialihkan untuk covid-19 sehingga dalam pelaksanaanya tidak dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya.
4.1.7 SOP Penanganan Kasus Kekerasan Anak
Standar Operasional Prosedur ( SOP) dalam penanganan kasus kekerasan anak antara lain sebagai berikut :
Tabel 4.4
SOP Penanganan Kasus Kekerasan Anak
1
Menyimpan file klien Melakukan pencatatan
dalam rekam kasus Memerintahkan Tim Hukum, Tim Psikologi,
Mediator untuk menindaklanjuti penanganan kasus yang
dilaporkan Menyampaikan laporan
pengaduan ke tim pengelola kasus untuk
mendapatkan penanganan yang dibutuhkan oleh korban
Menginformasikan laporan pengaduan serta
lembar persetujuan/inform concern ke operator
hotline
Menandatangani lembar persetujuan penanganan/inform
concern
Pendamping/
Psikologi Tim
Pengelola Kasus Petugas
Administrasi Pelapor
Pelaksana Kegiatan
sebagai dokumen rahasia
Korban terlayani untuk kebutuhan baik untuk proses hukum maupun
diluar hukum
(Sumber : Dinas P2KBP3A Kabupaten Subang, 2022)
Berdasarkan gambar diatas SOP penanganan kasus kekerasan anak ditangani mulai dari pelapor menandatangani lembar persetujuan penanganan/inform concern kemudian petugas administrasi menginformasikan laporan pengaduan serta lembar persetujuan/inform concern ke operator hotline setelah itu menyampaikan laporan pengaduan ke tim pengelola kasus untuk mendapatkan penanganan yang dibutuhkan oleh korban dan tim pengelola kasus memerintahkan Tim Hukum, Tim Psikologi, Mediator untuk menindaklanjuti penanganan kasus yang dilaporkan kemudian melakukan pencatatan dalam rekam kasus dan menyimpan file klien sebagai dokumen rahasia sehingga korban terlayani untuk kebutuhan baik untuk proses hukum maupun diluar hukum.
4.2 Efektivitas Program Perlindungan Anak Dalam Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Pada Anak di Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Subang
Efektivitas merupakan unsur pokok dalam sebuah organisasi, kegiatan, dan program kerja dalam sebuah instansi pemerintah maupun swasta. Dalam
penyelesaian masalah yang dihadapi suatu organisasi pemerintahan dalam menangani permasalahan yang di hadapi oleh masyarakat dapat disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penyusunan suatu program mempunyai manfaat besar dalam menentukan kelangsungan suatu organisasi. Manfaat penyusunan program tersebut dapat dirasakan setelah pelaksanaan suatu program dilihat dari hasil yang telah tercapai, karena dengan adanya program yang tersusun maka segala kemungkinan dapat terlihat atau dapat diperkirakan dan sangat sedikit kemungkinan untuk melaksanakan atau mendapatkan hasil diluar harapan yang telah ditetapkan.
Salah satu program yang ada di Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Subang yaitu program perlindungan anak yang dimana segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan pemenuhan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi.
Suatu program dapat dikatakan efektif jika suatu tujuan, sasaran program dapat tercapai sesuai batas waktu yang ditargetkan tanpa mempedulikan biaya yang dikeluarkan. Efektivitas digunakan sebagai tolok ukur untuk membandingkan antara rencana dan proses yang dilakukan dengan hasil yang dicapai sehingga untuk menentukan efektif atau tidaknya suatu program/kegiatan diperlukan adanya ukuran-ukuran efektivitas. Menurut Budiani (2007:53) keefektifan suatu kebijakan dilihat dari empat hal yang perlu dipenuhi. Pertama,
ketepatan sasaran program, yang kedua adalah sosialisasi program, yang ketiga adalah pencapaian tujuan program dan yang ke empat adalah pemantauan program.
4.2.1 Ketepatan Sasaran Program
Sasaran program merupakan target atau sasaran dari pemerintah yang hendak dijadikan sebagai peserta program Perlindungan Anak di Kabupaten Subang dengan maksud agar program ini menjadi program yang dapat membantu anak-anak agar hidup tumbuh dan berkembang serta mendapat perlindungan dari setiap tindak kekerasan dan dikriminasi.
Ketepatan sasaran ini sejauh mana penerima program dapat merasakan program perlindungan anak yang sudah di tentukan sebelum nya. Dari hasil wawancara dengan ibu Dra. Upit Nurhayati, M.M selaku Kepala Bidang Perlindungan Anak :
“Yang menjadi fokus dari sasaran kami adalah anak-anak dari dalam kandungan sampai dengan umur 18 tahun, karena sudah tertera dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak untuk kententuan dan kriteria usia nya” (Hasil Wawancara, 17 mei 2022)
Berdasarkan hasil wawancara dengan kabid di atas berkaitan dengan indikator ketepatan sasaran maka dapat di simpulkan program perlindungan anak ini setiap korban nya di pilih dengan kriteria tertentu yang mengalami kekerasan.
Seperti hasil wawancara dengan ibu Via Nur Destikawati, S.Pd selaku Sub Bidang Perlindungan dan Hak Hukum Bagi Anak :
“Biasanya kasus-kasus yang kami tangani ini kebanyakan anak yang mengalami kekerasan fisik dan seksual. Dan dalam proses nya kami pun punya SOP tersendiri dalam melakukan penanganan kekerasan pada anak”
(Hasil Wawancara, 18 Mei 2022)
Berdasarkan hasil wawancara dengan sub bidang tersebut program perlindungan anak yang di tangani mempunyai SOP tersendiri dalam penanganannya. Sebelum melakukan penjangkauan pada anak Dinas melakukan a) pengecekan kembali alamat rumah yang mengalami permasalahan kekerasan;
b) memastikan persetujuan orangtua, namun ini tidak berlaku bagi mereka yang mengalami kekerasan oleh orangtuanya sendiri; c) berkoordinasi dengan pihak- pihak terkait.
Banyak nya kasus kekerasan anak di daerah Kabupaten Subang ini di karenakan masyarakat sekarang sudah memberanikan diri untuk melapor ke pihak- pihak terkait karena masyarakat sadar bahwa hal itu melanggar hukum. Seperti hasil wawancara dengan ibu Endang Sari, S.Psi,M.Psi selaku psikolog di Dinas P2KBP3A :
“ Untuk korban memang anak-anak dengan rentan usia di bawah 18 tahun, tapi yang saya tangani sejauh ini kebanyakan anak yang masih dibawah umur mba” (Hasil Wawancara, 20 mei 2020)
Dari hasil wawancara di atas dapat di simpulkan untuk mencapai sasaran perlu adanya laporan-laporan dari pihak yang bersangkutan agar Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dapat mengetahui adanya kasus kekerasan pada anak, karena jika tidak melapor maka kasus sulit untuk dapat di tangani
Dalam pelaksanaannya waktu yang di butuhkan oleh Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak dalam meyelesaikan sebuah kasus seperti hasil wawancara dengan ibu Dra.
Upit Nurhayati, M.M selaku Kepala Bidang Perlindungan Anak :
“Biasanya kasus yang kami tangani hingga pengadilan itu sekitar satu minggu sudah bisa masuk ke pengadilan berkas perkara nya jika lengkap”
(Hasil Wawancara, 17 Mei 2022)
Berdasarkan hasil uraian dari wawancara yang dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ketepatan sasaran program Perlindungan Anak di Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ini sudah berjalan dengan baik dimana anak yang menjadi korban kekerasan seksual yang melapor di tangani dengan baik, proses penanganan kasus tersebut di laporkan oleh pihak yang bersangkutan seperti RT, tokoh masyarakat, Motekar dll lalu di tangani oleh Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Anak yang menjadi korban mendapatkan pendampingan hingga kasus selesai.
Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa pelaksanaan program Perlindungan Anak sudah terlaksana dengan baik dilihat dari tepatnya sasaran program yang mana memang ditujukan untuk membantu korban kekerasan untuk mendapatkan perlindungan.
4.2.2 Sosialisasi Program
Sosialisasi program merupakan titik awal yang menentukan keberhasilan program. Hal tersebut dilakukan untuk melihat bagaimana kemampuan penyelenggara terkait program perlindungan anak dalam melakukan sosialisasi tersebut, sehingga informasi Program Perlindungan Anak dapat tersampaikan
kepada masyarakat penerima program. Tujuan dari pelaksanaan di adakan nya sosialisasi program perlindungan anak ini untuk memberikan pemahaman terkait hak anak dan hukum-hukum kekerasan anak, serta memberikan informasi kepada masyarakat hal-hal yang harus di lakukan jika melihat kasus kekerasan anak.
Sosialisasi program perlindungan anak ini di lakukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat terkait program perlindungan anak agar masyarakat mengetahui informasi tentang program perlindungan anak. Seperti hasil wawancara dengan ibu Dra. Upit Nurhayati, M.M selaku Kepala Bidang Perlindungan Anak :
“Untuk sosialisasi sendiri kita mengadakan sosialisasi biasanya kita ada yang terjun langsung dengan masyarakat, ada juga yang melalui zoom kita mengundang tokoh masyarakat atau perwakilan suatu kecamatan untuk mengikuti materi sharing terkait perlindungan terhadap anak atau melalui media sosial atau media visual lainnya” ( Hasil Wawancara, 17 mei 2022) Berdasarkan hasil wawancara tersebut bahwa sosialisasi sudah di laksanakan dengan baik dari Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melalui media sosial dan juga kepada masyarakat. Namun dalam pelaksanaannya masih mengalami kendala seperti hasil wawancara dengan ibu Via Nur Destikawati, S.Pd selaku Sub Bidang Perlindungan dan Hak Hukum Bagi Anak :
“ Kendala dari sosialisasi yaitu terbatas nya anggaran dan juga kami belum bisa menjangkau desa-desa terpencil, padahal desa-desa terpencil yang biasanya rentan karena pendidikan baik orangtua atau pun masyarakat masih belum paham kalau ada kekerasan anak di lingkungan sekitar”
(Hasil Wawancara, 18 Mei 2022)
Dapat di simpulkan dari hasil wawancara di atas bahwa sosiliasiasi yang di laksanakan oleh dinas belum bisa terlaksana semaksimal mungkin di karenakan
kurang nya anggaran yang di berikan ke Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak karena Dinas P2KBP3A ini hanya memberikan sosialisasi kepada motekar, tokoh masyarakat dll yang di kumpulkan saat rapat-rapat tertentu. Seperti hasil wawancara berikut dengan ibu Dra. Upit Nurhayati, M.M selaku Kepala Bidang Perlindungan Anak :
“Kita sosialisasi untuk tahun 2020 gaada, tetapi melalui motekar sosialisasinya langsung melalui pihak posyandu terus rapat di desa-desa jadi dia yang motekar sama kepala UPTD yang turunnya. Kalau dinas melalui bahan nya narasumber nya gitu” (Hasil Wawancara, 17 Mei 2022) Senada dengan pernyataan di atas berikut hasil wawancara dengan ibu Endang Sari,S.Psi,M.Psi selaku psikolog korban kekerasan anak :
“Kalau Saya saat melakukan sosialisasi ke sekolah mengajukan untuk anak- anak itu mengetahui bagian tubuh yang tidak boleh disentuh oleh siapapun sebagai edukasi dia, juga terus misalnya perempuan yang sudah menstruasi kita kasih edukasi tentang Pendidikan seks, kita sudah kasih edukasi secara begitu sih, tapi ga sering sih mba hanya kalau ada kegiatan saja di sekolah saja” (Hasil Wawancara, 20 Mei 2022)
Berdasarkan hasil wawancara informan diatas berkaitan dengan indikator sosialisasi program dapat dipahami dan disimpulkan bahwa terkait dengan sosialisasi bahwa anggaran ini kurang karena untuk memfasilitasi sosialisasi program yang di laksanakan dengan mengundang motekar dan tokoh-tokoh masyarakat untuk datang di rapat-rapat di tempat yang sudah di tentukan dan di setujui, namun sosialisasi tersebut tidak sampai kepada masyarakat. Selain itu sosialisasi hanya di lakukan ke sekolah yang mengundang atau memang sedang ada kegiatan tentang hak-hak perlindungan anak.
Berdasarkan hasil wawancara informan diatas berkaitan dengan indikator sosialisasi program dapat dipahami dan disimpulkan bahwa setelah melakukan
sosialisasi masih perlu progresif dalam penyampaian tujuan yang mendalam dan bisa ditangkap oleh masyarakat karena belum adanya kesadaran akan pengetahuan mengenai hak anak dan hukuman kekerasan anak.
Sosialisasi program yang dilakukan oleh Dinas Pengendalian penduduk, Keluarga Berencana, pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak peneliti mengambil kesimpulan bahwa sosialisasi telah dilakukan oleh Motekar dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dan perangkat-perangkat desa untuk di sampaikan kembali kepada masyarakat. Selain itu belum semua Pengurus Forum Anak Ikut serta secara penuh,dari Jumlah total 180 orang anggota yang ikut serta hanya 40 Orang.
Dari pernyataan diatas peneliti menyimpulkan bahwa sosialisasi program perlindungan anak ini hanya diketahui oleh perangkat-perangkat desa sedangkan masyarakat masih sebagaian yang mengetahuinya. Keberhasilan sosialisasi program akan terlihat apabila masyarakat ikut berpartisipasi dalam menyukseskan program pemerintah. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang program perlindungan anak yang ditandai dengan ketidaktahuan masyarakat akan berlakunya kebijakan tersebut dan keengganan masyarakat untuk melapor jika terjadinya kasus kekerasan, karena adanya rasa takut dan rasa malu.
4.2.3 Pencapaian Tujuan Program
Tujuan merupakan pedoman dalam pencapaian program, tujuan program merupakan faktor utama dalam menentukan efektivitas suatu program, yaitu apakah tujuan yang telah direncanakan sesuai dalam pelaksanaannya. Tujuan tersebut dapat melahirkan berbagai macam fungsi dan fungsi-fungsi tersebut dapat
memperkuat organisasi dan memberikan fokus bagi kegiatan-kegiatan organisasi untuk mencapai hasil-hasil yang dikehendaki secara baik.
Berdasarkan tujuan yang telah di tetapkan dalam program perlindungan anak ini sudah tersusun beberapa kegiatan yang di lakukan dalam program perlindungan anak. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Dra. Upit Nurhayati, M.M selaku Kepala Bidang Perlindungan Anak :
“Tujuan dari program ini kan neng pertama menurunkan kekerasan terhadap anak kemudian meningkatkan perlindungan anak,dan memenuhi hak-hak anak dan untuk mencapai tujuan ini upaya nya kita sudah kerja sama baik dengan pengadilan negeri, kepolisian dengan desa dan dengan kecamatan serta dengan OPD yang lain neng” (Hasil Wawancara, 17 Mei 2022) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa adanya kejelasan tujuan program perlindungan anak dalam mencapai tujuan tersebut Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bekerjasama dengan kepolisian dan beberapa perangkat desa serta OPD (Organisasi Perangkat Daerah) lainnya dalam pelaksanaan program nya agar adanya keberhasilan dalam mencapai program. Dalam pencapaian program sendiri perlu di dukung dengan adanya komitmen pegawai. Berikut hasil wawancara dengan ibu Via Nur Destikawati selaku Sub Bidang Perlindungan dan Hak Hukum Bagi Anak :
“Paling kita selaku ASN kan udah terikat dengan kewajiban sebagai ASN dan sudah terikat dengan aturan, siapapun yang sudah menjadi kewajiban bahwa kita itu ada tupoksi masing-masing untuk menjalankan tugas masing-masing sudah terikat selaku ASN juga. Jadi itu udah tugas kita untuk menjalankan tupoksi nya masing-masing nah kalau dari kuantitas SDM kita memang masih kurang mba, karena kita hanya mempunyai 1 tenaga psikolog” (Hasil Wawancara, 18 Mei 2022)
Terkait kurang nya kuantitas SDM hal ini di tanggapi langsung oleh ibu Endang Sari,S.Psi,M.Psi selaku psikolog di Dinas P2KBP3A :
“Memang betul mba disini tenaga psikolog hanya saya jadi untuk pendampingan kepada para korban saya yang back up sendiri mba. Karena katanya kurang anggaran bahkan saya pun disini sukarela mba” (Hasil Wawancara, 20 Mei 2022)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dalam keberhasilan suatu program perlu didukung dengan kualitas dan kuantitas pegawai. Dalam pelaksanaan program nya para pegawai melakukan tugas sesuai dengan tupoksi masing-masing dan mengerjakan kegiatan-kegiatan sesuai dengan yang sudah di tugaskan. Output yang di hasilkan dari kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan ini berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Dra. Upit Nurhayati, M.M selaku Kepala Bidang Perlindungan Anak :
“Sebetul nya kalau bicara pencapaian kita pun berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan perlindungan terbaik bagi anak-anak, nah sekarang kita lagi proses untuk menjadikan Kabupaten Subang sebagai Kabupaten Layak Anak karena Kabupaten Subang sendiri belum termasuk Kabupaten Layak Anak dan masih belum memenuhi kriteria Kabupaten Layak Anak dengan memberikan hak-hak anak dan untuk Kabupaten Layak Anak sendiri sosialisasi kita masih belum merata ke seluruh Kecamatan” (Hasil Wawancara, 17 Mei 2022)
Menanggapi hal di atas, Berikut hasil wawancara dengan ibu Via Nur Destikawati selaku Sub Bidang Perlindungan dan Hak Hukum Bagi Anak :
“Kalau untuk kegiatan kalau sekarang masih banyak kegiatan yang belum bisa terelisasikan karena anggarannya itu di alihkan untuk covid ya neng, jadi kegiatan yang sudah kami susun belum bisa terealisasikan seperti itu kan sosialisasi juga jadi kurang maksimal mba, belum lagi kegiatan jambore-jambore anak dan kegiatan yang lainnya neng” (Hasil Wawancara, 18 Mei 2022)
Dari hasil wawancara di atas dalam pencapaian tujuan dalam melindungi anak pihak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mempunyai masalah dari kurang nya anggaran sehingga masih adanya kegiatan-kegiatan yang belum terealisasikan.
NO KEGIATAN ANGGARAN PENYERAPAN % KETE
RANGAN 1 Revitalisasi
Forum Anak Daerah
78,300,000.00 56,450,000.00 72.09%
Sudah
Dilaksanakan
2 Jambore Anak
29,450,000.00 - 0.00%
Anggaran dialihkan untuk Covid 3 Jambore Anak
29,450,000.00 - 0.00%
Anggaran dialihkan untuk Covid 4 Pendampingan
Kasus Anak 45,200,000.00 55,265,000.00 122.27%
Sudah
Dilaksanakan 5 Pelatihan SDM
Tentang Pendampingan Anak
48,165,000.00 - 0.00%
Anggaran dialihkan untuk Covid
6 NGABASO
16,140,000.00 - 0.00%
Anggaran dialihkan untuk Covid
7 Pengembangan Kota Layak Anak
187,975,000.00 10,900,000.00 5.80%
Sudah dilaksanakan Sebagian anggarannya dialihkan untuk covid 8 Pelatihan
Konveksi Hak
Anak 44,800,000.00 - 0.00%
Anggaran dialihkan untuk covid
9 Pemilihan
Duta Anak 31,640,000.00 - 0.00%
Anggaran dialihkan untuk covid JUMLAH 511,120,000.00 122,615,000.00 23.99%
(Sumber: DP2KBP3A Kabupaten Subang, 2022)
Selain itu tidak tercapai nya tujuan di lihat dari Kabupaten Subang masih belum termasuk Kabupaten Layak Anak yang dimana anak-anak mendapat kan hak-hak nya dan di lihat dari angka kekerasan anak yang setiap tahunnya masih meningkat masih sekitar 71% belum adanya penurunannya. Seperti gambar prosentase dibawah ini :
Gambar 4.3
Prosentase Data Kekerasan Terhadap Anak Di Kabupaten Subang Tahun 2019-2021
Dalam penelitian ini, berdasarkan teori ukuran efektivitas yang dikemukanan oleh Budiani (2007:53), pada indikator pencapaian tujuan program yaitu untuk mengetahui sejauh mana kesesuaian antara hasil pelaksanaan program Perlindungan Anak di Dinas P2KBP3A Kabupaten Subang dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan dalam Program Perlindungan Anak ini telah terangkum beberapa Kegiatan-kegiatan yang diadakan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada bidang Perlindungan Anak, untuk memenuhi hak-hak anak ini dinilai belum cukup efektif dikarenakan belum mencapai tujuannya.
Prosentase (%) Kekerasan Seksual Pada Anak Di Kabupaten Subang
[]
71% []
72%
[]
74%
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021
4.2.4 Pemantauan Program
Pemantauan merupakan pengawasan yang dilaksanakan pada program perlindungan anak di Kabupaten Subang , dilakukan sebagai bentuk perhatian kepada masyarakat. Pemantauan dilakukan agar dapat diidentifikasi ketika dalam pelaksanaannya program ini berbeda dengan rencana yang sudah ditetapkan, sehingga diketahui kekurangannya dan kemudian dicarikan solusi dari permasalahan itu. Berikut hasil wawancara dengan ibu Dra. Upit Nurhayati, M.M selaku Kepala Bidang perlindungan Anak :
“Setiap bulan kita ada laporan sih neng tentang kekerasan terhadap anak, nah dari sana kita bisa melihat bagaimana perkembangan dari kasus- kasus yang ada yang menimpa anak-anak khususnya kekerasan seksual namun untuk yang melapor melalui Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) terkadang oleh pihak sana nya tidak di laporkan atau pelaporannya telat jadi untuk penanganan kasus nya mengalami keterlambatan.” (Hasil Wawancara, 17 Mei 2022)
Hal ini di benarkan oleh hasil wawancara dengan ibu Via Nur Destikawati, S.Pd selaku Sub Bidang Perlindungan dan Hak Hukum Bagi Anak :
“Ya ada pengawasan dengan membuat laporan tapi kalau untuk pelaporan memang sedikit terhambat karena terdapat banyak data yang bertumpuk dan harus di laporkan tiap bulannya selain itu laporan juga mencakup kegiatan-kegiatan terkait penanganan kasus kekerasan”
(Hasil Wawancara, 18 Mei 2022)
Selain permasalahan pada sub bidang, permasalahan juga muncul pada pemantauan program oleh psikolog. Berikut hasil wawancara dengan ibu Endang Sari,S.Psi,M.Psi selaku psikolog di Dinas P2KBP3A :
“Kalau untuk pemantauan kepada korban saya biasanya langkah- langkah nya jadi misalnya ketika kita pertama kali dapat informasi kita bikin jadwal untuk koordinasi kan misalnya dia harus ke polres dulu untuk BAP sekalian visum kalau korban nya cape dan ga bisa ditemui kita gamaksa untuk konseling langsung hari itu juga nanti kita bikin janji lagi misalnya dirumahnya kita kondisikan jangan sampai
lingkungan tau kedatangan kita supaya tidak rame aja , kalau tempat nya engga nyaman kita cari tempat lain misalnya di tempat sodara nya karena kasus kekerasan seksual ini kan semakin sedikit yang tau semakin baik kan beda sama kekerasan fisik kan jadi kita selalu benar- benar keep dan tertutup gitu dan Ketika kita home visit pun jika memang dirumahnya tidak kondusif kita cari tempat yang benar-benar kondusif supaya lingkungan tidak tau gitu. Nahh karena saya melakukan itu sendiri dan sukarela sehingga terkadang pemantauan seperti itu terhambat karena saya hanya sendiri melakukannya dan itu tidak mudah mba” (Hasil Wawancara, 20 Mei 2022)
Pengawasan atau pemantauan yang di lakukan Dinas P2KBP3A ini masih kurang di awasi di lihat masih banyak nya kasus kekerasan seksual yang belum terselesaikan oleh Dinas P2KBP3A hal ini di benarkan oleh hasil wawanacara dengan ibu Dra. Upit Nurhayati, M.M selaku Kepala Bidang Perlindungan Anak :
“Kan masih ada 12 kasus ya neng yang belum di selesaikan karena kan kita masih kurang anggaran, nah kasus-kasus ini belum bisa terselesaikan karena terhambat ada yang dari korbannya tertutup, ada yang terhambat di pengadilan karena mengurus kasus begitu kan kita butuh data ya neng, nah yang kemaren semua anggaran itu di alihkan untuk covid semua” (Hasil Wawancara, 17 Mei 2022)
Dari hasil wawancara di atas masih ada kasus yang belum tertangani dengan baik kasus ini terjadi dari 2021 dan masih dalam proses hingga saat ini bisa di lihat dari data berikut ini :
Tabel 4.5
Data Kasus yang belum terselesaikan
Kecamatan Kasus
Kec. Subang 2
Kec. Patokbeusi 4
Kec. Kalijati 2
Kec. Ciasem 4
(Sumber : Dinas P2KBP3A Kabupaten Subang, 2022)
Dalam penelitian ini, berdasarkan teori ukuran efektivitas yang dikemukanan oleh Budiani (2007:53), pada indikator pemantauan program yaitu kegiatan yang dilaksanakan setelah kegiatan program dilakukan sebagai bentuk perhatian pelaksana program kepada penerima program perlindungan anak.
Pemantauan ini di nilai belum cukup efektif dalam pelaksanaannya, pemantauan dilakukan melalui pengawasan kasus terhadap korban masih kurang mendapatkan respon baik karena masih adanya kasus yang belum terselesaikan dengan baik ini karena kurang nya anggaran dan juga pengawasan sejauh mana kasus tersebut berjalan dan karena terhambat kendala lainnya seperti kurang nya Sumber Daya Manusia dalam menjalankan program .