• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh dosis kombinasi pupuk vermikompos dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum Esculentum Mill) di PT. Lembaga Sahabat Petani desa Seloliman Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh dosis kombinasi pupuk vermikompos dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum Esculentum Mill) di PT. Lembaga Sahabat Petani desa Seloliman Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DOSIS KOMBINASI PUPUK VERMIKOMPOS DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum

mill) DI PT. LEMBAGA SAHABAT PETANI DESA SELOLIMAN KECAMATAN TRAWAS KABUPATEN

MOJOKERTO

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

ALIFUDIN NUR PERMADI 04.01.18.124

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(2)

i

PENGARUH DOSIS KOMBINASI PUPUK VERMIKOMPOS DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum

mill) DI PT. LEMBAGA SAHABAT PETANI DESA SELOLIMAN KECAMATAN TRAWAS KABUPATEN

MOJOKERTO

Diajukan sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr. P)

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

ALIFUDIN NUR PERMADI 04.01.18.124

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(3)

ii Tugas akhir ini saya persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua saya, Bapak Drs. Gunawan SH dan Ibu Tatik Agustriani serta keluarga besar saya yang selalu memberikan dukungan do’a dan motivasi untuk terus berproses sehingga saya bisa menempuh pendidikan sampai selesai.

2. Dosen Pembimbing Tugas Akhir, Bapak Dr. Ir. Abdul Farid, MP selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak Dr. Ir. Suhirmanto, M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang telah dengan sabar membimbing, memberikan arahan, dan motivasi kepada saya sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Dosen Penguji Tugas Akhir, Bapak Dr. Ugik Romadi, SST, M.Si yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan serta bimbingan pada saat Ujian Komprehensif untuk kesempurnaan Laporan Tugas Akhir saya.

4. Civitas Akademika Polbangtan Malang yang telah memberikan saya kesempatan untuk menimba ilmu dan pengalaman berharga selama menempuh pendidikan di Polbangtan Malang.

5. Bapak/Ibu Pembimbing PT. LeSOS yang telah memberikan kesempatan saya untuk menimba ilmu tentang pertanian organik dari magang sampai memfasilitasi saya dalam pelaksanaan Kajian Tugas Akhir sehingga saya dapat menambah wawasan saya untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir.

6. Orang terkasih saya, Linda Agustin yang telah memberikan support kepada saya dari awal sampai akhir sekaligus menjadi motivasi saya untuk menjadi lebih baik.

7. Rekan-rekan angkatan 2018 Satya Bhakti Arjuna Wiraprasta yang telah bekerjasama dan saling memberikan support yang baik selama menempuh pendidikan di Polbangtan Malang.

8. Saudara daerah Kabupaten Trenggalek yang solid dan kompak serta saling memberikan support untuk mengerjakan Tugas Akhir dengan tepat waktu.

9. Serta seluruh pihak yang terlibat dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir saya.

(4)

iii

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah Tugas Akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan orang lain sebagai Tugas Akhir untuk memperoleh gelar akademik disuatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau terdapat yang pernah ditulis ataupun diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis dikutip dalam penulisan ini dengan menyebutkan sumber kutipan dan daftar pustakanya.

Apabila ternyata didalam naskah Tugas Akhir ini terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia Tugas Akhir ini digugurkan dan gelar vokasi yang telah saya peroleh (S.Tr.P) dibatalkan, serta proses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Malang, 18 Juli 2022 Mahasiswa

Alifudin Nur Permadi NIRM. 04.01.18.124

(5)
(6)

v

(7)

vi

Alifudin Nur Permadi, NIRM 04.01.18.124. Pengaruh Dosis Kombinasi Pupuk Vermikompos dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum mill) di PT.Lembaga Sahabat Petani Desa Seloliman Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto.

Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Abdul Farid, MP. dan Dr.Ir.Suhirmanto, M.Si.

PT. Lembaga Sahabat Petani yang terletak di Desa Seloliman Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto merupakan perusahaan penghasil sayuran organik termasuk tomat organik. hasil identifikasi potensi wilayah di Kabupaten Mojokerto tepatnya di Kecamatan Trawas dan sekitarnya yang merupakan lahan dari para petani mitra organik PT. Lembaga Sahabat Petani diketahui bahwa banyak terdapat peternak sapi yang merupakan sumber dari pupuk kandang kotoran sapi.

Selain itu di beberapa anggota petani mitra juga memiliki stok cacing tanah Lumbricus Rubellus yang merupakan bahan utama pembuat vermikompos.

Namun karena minimnya tingkat pengetahuan petani terhadap aplikasi kedua pupuk tersebut dan penggunaan pupuk susulan seperti POC atau mol yang jarang dilakukan sehingga menyebabkan produktivitas dari tanaman tomat (Lycopersicum Esculentum Mill) menurun. Berdasarkan permasalahan tersebut, hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Dosis Kombinasi Pupuk Vermikompos dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Hasil dan Pertumbuhan Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill).

Metode Kajian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan menggunakan 6 taraf perlakuan dosis dan 4 ulangan yaitu P0 : kontrol, P1 : 6 kg/petak , P2 : 9 kg/petak, P3 : 12 kg /petak, P4 : 15 kg/petak, P5 : 18 kg/petak.

Kombinasi pupuk vermikompos dan pupuk kandang sapi tersebut diaplikasikan pada lahan 2 minggu sebelum tanaman tomat dipindah tanam.

(8)

vii

Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman Kacamatan Trawas Kabupaten Mojokerto dengan materi pupuk vermikompos dan pupuk kandang sapi berserta aplikasinya pada tanaman tomat. Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah dan diskusi sedangkan media yang digunakan sebagai penyuluhan adalah leaflet yang dibagikan kepada responden serta pemaparan materi pada power point yang dibantu dengan media sesungguhnya untuk proses identifikasi.

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilaksanakan, terdapat peningkatan pengetahuan dari 20 responden yang diukur dengan skala Guttman Pre-Test dengan skor 204 dan Post-Test dengan skor 277 sehingga prosentase dari Pre – Test sebesar 68 % dengan kategori tinggi dan prosentase dari Post – Test sebesar 92,3 % dengan kategori sangat tinggi. Dari hasil penyuluhan tersebut maka terjadi peningkatan pengetahuan pada responden sebesar 24,3 % sehingga penyuluhan pertanian yang dilakukan dapat dikatakan efektif untuk dilakukan.

(9)

viii

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Pengaruh Dosis Kombinasi Pupuk Vermikompos dan Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum mill) di PT. Lembaga Sahabat Petani Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto”. Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang berupa informasi dan bimbingan. Berkaitan dengan itu semua, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Abdul Farid, MP., selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir.

2. Dr. Ir. Suhirmanto, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II Tugas Akhir.

3. Dr. Eny Wahyuning P. , SP, MP selaku Ketua Jurusan dan Ketua Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan Politeknik Pembangunan Pertanian Malang.

4. Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M.Si Selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Malang.

5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir.

Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat menambah pengetahuan dan memberikan manfaat maupun inspirasi kepada pembaca.

Malang, 18 Juli 2022

Penulis

(10)

ix

COVER TUGAS AKHIR ... i

PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

HALAMAN PERUNTUKAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... v

RINGKASAN ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 4

1.4 Manfaat ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Penelitian Terdahulu ... 6

2.2 Aspek Teknis ... 10

2.2.1 Deskripsi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum mill) ... 10

2.2.2 Pupuk Kandang Sapi ... 13

2.2.3 Vermikompos / Kascing... 15

2.3 Aspek Penyuluhan ... 20

2.3.1 Penyuluhan Pertanian ... 20

2.3.2 Tujuan Penyuluhan Pertanian ... 20

2.3.3 Sasaran Penyuluhan Pertanian ... 21

2.3.4 Materi Penyuluhan Pertanian ... 22

2.3.5 Metode Penyuluhan Pertanian ... 23

2.3.6 Media Penyuluhan Pertanian ... 24

2.3.7 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian... 25

2.3.8 Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 25

2.3.9 Populasi dan Sampel ... 26

(11)

x

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Lokasi dan Waktu ... 29

3.2 Alat dan Bahan ... 29

3.3 Metode Kajian Teknis... 29

3.3.1 Rancangan Kajian Teknis ... 30

3.4 Parameter Pengamatan ... 36

3.5 Analisa data ... 37

3.6 Metode Rancangan ... 37

3.6.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan ... 37

3.6.2 Rancangan Penyuluhan ... 37

3.6.3 Penetapan Tujuan Penyuluhan ... 38

3.6.4 Penetapan Sasaran Penyuluhan ... 38

3.6.5 Penetapan Materi Penyuluhan ... 38

3.6.6 Penetapan Metode Penyuluhan ... 38

3.6.7 Penetapan Media Penyuluhan ... 39

3.6.8 Metode Implitasi ... 39

3.7 Evaluasi Penyuluhan... 40

3.7.1 Tujuan Evaluasi ... 40

3.7.2 Variabel yang Diukur ... 40

3.7.3 Model Evaluasi ... 40

3.7.4 Populasi dan Sampel ... 41

3.7.5 Penyusunan Instrumen ... 41

3.7.6 Uji Instrumen ... 41

3.7.7 Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Identifikasi Potensi Wilayah... 44

4.1.1 Keadaan Umum Wilayah ... 44

4.1.2 Gambaran Umum PT.LSP dan Petani Mitra ... 49

4.2. Hasil Uji Laboratorium ... 51

4.3. Hasil Parameter Pengamatan ... 53

4.3.1 Rata-rata Tinggi Tanaman ... 53

4.3.2 Jumlah Tandan Tanaman ... 55

4.3.3 Jumlah Buah Per Tanaman ... 56

(12)

xi

4.3.6 Produksi Buah Per Hektar ... 60

BAB V PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ... 63

5.1 Perancangan ... 63

5.1.1 Tujuan Penyuluhan ... 63

5.1.2 Sasaran Penyuluhan ... 63

5.1.3 Materi Penyuluhan ... 64

5.1.4 Metode Penyuluhan ... 64

5.1.5 Media Penyuluhan ... 65

5.1.6 Evaluasi Penyuluhan ... 65

5.2 Implementasi ... 67

5.2.1 Lokasi dan Waktu... 67

5.2.2 Persiapan Penyuluhan ... 67

5.2.3 Pelaksanaan Penyuluhan ... 67

5.2.4 Evaluasi Penyuluhan ... 68

BAB VI PEMBAHASAN ... 72

6.1 Hasil Laboratorium ... 72

6.2 Hasil Kajian ... 74

6.2.1 Tinggi Tanaman ... 74

6.2.2 Jumlah Tandan Tanaman ... 76

6.2.3 Jumlah Buah Per Tanaman ... 77

6.2.4 Bobot Buah Per Buah ... 79

6.2.5 Bobot Buah Per Tanaman ... 80

6.2.6 Produksi Buah Per Hektar ... 81

6.3 Hasil Evaluasi Penyuluhan ... 83

6.4 Rencana Tindak Lanjut ... 84

BAB VII PENUTUP ... 85

7.1 Kesimpulan ... 85

7.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA………...87

LAMPIRAN………...…93

(13)

xii

3.1 Rancangan Perlakuan... 30

4.1 Data Curah Hujan ... 45

4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 46

4.3 Jumlah Rumah Tangga Pertanian ... 46

4.4 Luas Wilayah Sektor Pertanian ... 47

4.5 Rencana Usaha Kerja ... 48

4.6 Pola Usaha Tani ... 49

4.7 Kandungan Pupuk Vermikompos ... 52

4.8 Hasil Uji Kandungan Tanah ... 53

4.9 Rata-Rata Tinggi Tanaman Tomat ... 54

4.10 Rata-rata Jumlah Tandan Tanaman... 55

4.11 Rata-rata Jumlah Buah Per Tanaman ... 57

4.12 Rata-rata Bobot Buah Per Buah ... 58

4.13 Rata-rata Bobot Buah Per Tanaman ... 59

4.14 Rata-rata Produksi Buah Per Hektar ... 61

5.1 Profil Petani Mitra Organik PT.LSP ... 64

5.2 Kelas Interval Koefisien Skalabilitas ... 66

5.3 Kelas Interval Pengetahuan ... 67

6.1 Hasil Analisa Pupuk Organik Vermikompos ... 72

6.2 Hasil Uji Kandungan Tanah ... 73

(14)

xiii

3.1 Denah Rancangan Percobaan ... 31

(15)

xiv

1. Matriks Pelaksanaan Tugas Akhir ... 92

2. Hasil Analisis Uji Annova dan Uji DMRT ... 93

3. Matriks Penetapan Metode Penyuluhan Pertanian ... 98

4. Matriks Penetapan Media Penyuluhan ... 99

5. Kisi – kisi Instrumen Peningkatan Pengetahuan ... 100

6. Kuisioner Penyuluhan ... 103

7. Uji Validitas ... 106

8. Uji Reliabilitas... 107

9. Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) ... 108

10. Sinopsis ... 111

11. Berita Acara ... 113

12. Daftar Hadir Penyuluhan ... 114

13. Media Penyuluhan ... 115

14. Data Hasil Pengamatan ... 116

15. Hasil Pre – Test ... 119

16. Hasil Post – Test ... 120

17. Hasil Uji Laboratorium Pupuk ... 121

18. Hasil Uji Lab Tanah ... 122

19. Surat Ijin Kesbangpol ... 123

20. Surat Ijin Tugas Akhir ... 124

21. Dokumentasi Kegiatan ... 125

(16)

1 1.1. Latar Belakang

Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum mill) merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik produksi tomat di Jawa Timur cenderung tidak stabil selama 5 tahun terakhir yaitu tahun 2016 dengan 60.719 ton, tahun 2017 naik dengan 66.758 toon, tahun 2018 mengalami penurunan dengan 65.585 ton, tahun 2019 kembali naik dengan 74.558 ton, dan tahun 2020 dengan 83.920 ton. Tomat adalah tanaman hortikultura yang banyak memiliki kandungan gizi, dalam 100 g buah tomat mengandung protein (1,0 g), karbohidrat (4,2 g), lemak (0,3g), kalsium (5,0 mg), fosfor (27,0 mg), zat besi (0,5 mg), vitamin A (karoten) 1500,0 SI, vitamin B (tiamin) 60,0 mg dan vitamin C 40,0 mg. Buah tomat adalah komoditas multiguna yang dapat digunakan sebagai sayuran, bumbu masak, buah meja, penambah nafsu makan (kaya akan mineral), minuman, bahan pewarna makanan, bahkan dapat dijadikan sebagai bahan kosmetik dan obat-obatan (Marliah, A., M. Hayati dan I.

Mulyansiah., 2012).

Ketidakstabilan produksi tanaman tomat di Indonesia diakibatkan karena banyaknya fenomena negatif intensifikasi pertanian yaitu penggunaan pupuk kimia yang dilakukan secara terus menerus sehingga selalu berdampak terhadap berbagai masalah lingkungan seperti kesuburan biologis dan kesuburan fisik tanah yang berdampak pada konsumen (Nurhaeni, 2018). Di sisi lain permintaan akan sayuran organik di Indonesia terus meningkat sejalan dengan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan. Untuk itu penggunaan pupuk organik sangat dibutuhkan karena akan mengembalikan kesuburan tanah akibat pupuk

(17)

kimia yang digunakan secara terus menerus serta memperbaiki struktur tanah.

Selain itu penggunaan pupuk organik juga akan menghasilkan produk sayuran organik yang tentunya lebih sehat dan aman untuk konsumen.

Produksi buah tomat organik dapat dilakukan dengan metode budidaya secara organik dari awal sampai akhir. Salah satu hal penting yang ada dalam budidaya secara organik adalah pemberian pupuk organik. Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan.Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi.

Selain itu, peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan.Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus.Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan mikrob tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman. Banyak sekali jenis pupuk organik yang bisa kita manfaatkan salah satunya adalah pupuk kandang sapi dan pupuk vermikompos.

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan, baik berbentuk padat maupun cair. Pupuk kandang yang biasa digunakan sebagai pupuk organik adalah pupuk kandang sapi. Pupuk kandang sapi memilki unsur

(18)

hara makro dan mikro sehingga membawa perubahan baik bagi pembenahan struktur tanah yaitu meningkatkan daya menahan air, aktivitas mikrobiologi tanah, dan nilai kapasitas tukar kation. Pupuk organik lain yang dapat digunakan yaitu vermikompos atau pupuk kascing yang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran cacing tanah. Pupuk kascing bisa dibuat dari kotoran sapi yang kemudian akan diproses oleh cacing Lumbricus Rubellus sehingga outputnya akan menjadi pupuk kascing dengan kandungan yang lebih baik. Menurut Mashur (2001) vermikompos merupakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan pupuk organik jenis lainnya. Selain itu menurut Sinda, K. M. N. Kusuma, N. L. Kartini dan I. W. D. Atmaja. (2015) unsur hara pada pupuk verimkompos ini dapat langsung tersedia bagi tanaman sehingga kualitas vermikompos lebih baik dari pupuk lainnya. Oleh karena itu apabila kedua pupuk ini dikombinasikan kemudian diaplikasikan pada tanaman tomat akan sangat berpotensi untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum mill). Selain berpotensi dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil nantinya buah tomat yang dihasilkan adalah organik dimana jumlahnya masih terbatas dan banyak dicari terutama di pasar organik.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukanlah IPW di PT.

Lembaga Sahabat Petani yang merupakan perusahaan penghasil sayuran organik termasuk tomat organik. hasil identifikasi potensi wilayah di Kabupaten Mojokerto tepatnya di Kecamatan Trawas dan sekitarnya yang merupakan lahan dari para petani mitra organik PT. Lembaga Sahabat Petani diketahui bahwa banyak terdapat peternak sapi yang merupakan sumber dari pupuk kandang kotoran sapi.

Selain itu di beberapa anggota petani mitra juga memiliki stok cacing tanah Lumbricus Rubellus yang merupakan bahan utama pembuat vermikompos.

Namun karena minimnya tingkat pengetahuan petani terhadap aplikasi kedua

(19)

pupuk tersebut dan penggunaan pupuk susulan seperti POC atau mol yang jarang dilakukan sehingga menyebabkan produktivitas dari tanaman tomat (Lycopersicum esculentum mill) menurun. Berdasarkan permasalahan tersebut, hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Dosis Kombinasi Pupuk Vermikompos dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Hasil dan Pertumbuhan Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum mill).

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh dosis kombinasi pupuk vermikompos dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum mill)?

2. Bagaimana rancangan penyuluhan tentang pengaruh dosis kombinasi pupuk vermikompos dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum mill)?

3. Bagaimana peningkatan pengetahuan petani tentang aplikasi dosis kombinasi pupuk vermikompos dan pupuk kandang sapi pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum mill)?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui pengaruh dosis kombinasi pupuk vermikompos dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum mill).

2. Menyusun rancangan penyuluhan tentang pengaruh dosis kombinasi pupuk vermikompos dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum mill).

3. Mengetahui peningkatan pengetahuan petani tentang aplikasi dosis kombinasi pupuk vermikompos dan pupuk kandang sapi pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum mill).

(20)

1.4. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Hasil kajian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah dari hasil kajian serta acuan bagi para peneliti selanjutnya tentang pengaruh dosis kombinasi pupuk vermikompos dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum mill).

2. Bagi Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Hasil kajian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang lebih baik serta mengenalkan institusi yang mampu memberikan manfaat bagi masyarakat dalam bidang pertanian.

3. Bagi Pihak Terkait

A. Menciptakan kerja sama yang baik dan saling menguntungkan di bidang permberdayaan SDM pertanian dalam membantu pekerjaan rutin terkait dengan penyuluhan pertanian yang di lakukan instasi , pelaku utama dan pelaku usaha.

B. Memberikan informasi penyuluhan kepada petani terkait aplikasi dosis kombinasi pupuk vermikompos dan pupuk kandang sapi pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum mill).

(21)

6 1.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadikan dasar pemikiran dari peneliti adalah sebagai berikut :

Menurut Ayunita, I., Mansyoer, A., dan Sampoerno. (2014) dalam jurnalnya yang berjudul Uji beberapa dosis pupuk vermikompos pada tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) dengan tujuan untuk menguji penggunaan beberapa dosis pupuk vermikompos dan mendapatkan dosis pupuk yang terbaik bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.). Penggunaan vermikompos dengan dosis 40 g/polybag atau setara dengan 8 ton/ha sudah cukup untuk memberikan hasil terbaik pada umur berbunga, umur pembentukan polong, umur panen dan berat 100 biji. Namun pada parameter lain belum memberikan hasil nyata dan perlu penambahan dosis pupuk.

Selanjutnya penelitian yang berjudul respon pertumbuhan dan produksi tanaman tomat (Lycopersicum esculentum mill) terhadap pemberian pupuk kandang sapi dan fermentasi urine sapi oleh Noverina, Safruddin, dan Kurniawan , D. (2017). Pada penelitian yang menggunakan 4 taraf pemberian dosis pupuk kandang sapi (S) yaitu S0 : Kontrol S1 : 10 ton/ha (1,5 kg/plot), S2 : 15 ton/ha (2,25 kg/plot), S3 : 20 ton/ha (3 kg/plot) menghasilkan kesimpulan bahwa dosis terbaik dalam pertumbuhan dan hasil tanaman tomat berada pada dosis 20 ton/ha.

Kemudian Nurhaeni Sandra dan Netty Syam (2018) pada jurnal penelitiannya yang berjudul efektivitas penggunaan pupuk organik kascing dan pupuk organik cair pada pertumbuhan dan produksi tanaman tomat menunjukkan

(22)

bahwa kombinasi perlakuan terbaik untuk perbaikan dan peningkatan produksi tanaman tomat adalah dengan takaran pupuk organik kascing 10 ton / ha dengan POC (Lestari Green) 15 cc/L air. Hal ini ditunjukkan dengan tinggi tanaman rata ratanya yaitu 46,04 cm, kemudian umur berbunga tercepat 31,14 hari, cabang yang produktif sebanyak 2,30, berat buah 1,47 kilogram pertanaman, produksi buah per petak sebanyak 5,38 kg dan produksi buah/hektar sebanyak 35,88 ton dengan menggunakan analisis Anova dan analisis BNJ α 0,05.

Jurnal selanjutnya yang berjudul Effect of Chitosan and Biovermi Application on the Growth of Cherry Tomatoes (Lycopersicum esculentum mill Var.

cerasiforme) dengan tujuan mengetahui dosis yang tepat dalam penggunaan vermikompos untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil pada tanaman tomat.

Dari penelitian tersebut ditarik kesimpulan bahwa pertumbuhan dan hasil terbaik pada tanaman tomat diperoleh pada aplikasi vermikompos pada dosis 150 gr / tanaman terhadap parameter pengamatan meliputi jumlah daun, diameter batang, bobot kering akar, serapan N, dan populasi mikroba (Sri Devika Sari. , 2020).

Selanjutnya jurnal yang berjudul pertumbuhan, hasil dan kualitas hasil panen tanaman tomat yang ditanam secara hidroganik menggunakan vermikompos. Dari penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa aplikasi vermikompos padat 450 g/pot – 750 g/pot memberikan pertumbuhan, hasil, dan kualitas hasil tanaman tomat terbaik dengan parameter pengamatan meliputi pertumbuhan terdiri dari tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun dan jumlah bunga. Untuk hasil tanaman terdiri dari jumlah bunga dan jumlah buah serta kualitas buah tomat yang diukur dari kandungan vitamin C dan kadar gula (Nurhidayati, Djuhari, dan Nisma, 2021).

(23)

Dilanjutkan jurnal yang berjudul pengaruh berbagai penggunaan pupuk organik padat terhadap jumlah daun, jumlah akar, dan tinggi batang fodder jagung oleh Hans, Akerina., Tri Ida W.K., Waluyo Edi, dan Dimas Pratidina. (2021) dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai penggunaan pupuk organik padat terutama perbandingan antara pupuk kascing dengan pupuk kandang sapi terhadap jumlah daun,jumlah akar dan tinggi batang fodder jagung. Pada penelitian yang dilakukan terdiri dari 3 kelompok perlakuan dengan ulangan 4 kali pada setiap perlakuan. Adapun 3 kelompok tersebut terdiri dari Kelompok P0 dengan 100 persen media tanah, kemudian kelompok P1 dengan 90 persen media tanah ditambah dengan 10 persen pupuk kascing / vermikompos, dan terakhir kelompok P2 dengan 90 persen media tanah ditambah dengan 10 persen pupuk kandang sapi. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada perlakuan P1 dengan 90 persen media tanah dan 10 persen pupuk kascing memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah akar dan tinggi batang daripada perlakuan P2 dengan 90 persen media tanah dan 10 persen pupuk kandang sapi maupun perlakuan P0 dengan 100 persen media tanah.

Terakhir adalah jurnal yang berjudul aplikasi macam dan dosis pupuk kandang pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum mill) dengan tujuan untuk mengetahui dosis macam pemberian pupuk kandang terhadap pertumbuhan tanaman tomat (Lycopersicum esculentum mill) dengan parameter pengukuran tinggi tanaman, Jumlah buah sampel per perlakuan, berat buah sampel per perlakuan, dan berat brangkasan sampel per perlakuan (segar). Dari penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa dosis pemberian pupuk kandang sebesar 10 ton/ ha mampu memberikan hasil produksi tanaman tomat yang maksimal (Kusumawati, D., Saputra, L., & amiroh, A., 2021).

(24)

Berdasarkan dari jurnal penelitian diatas maka dapat dijadikan dasar peneliti untuk melakukan kajian tentang pengaruh dosis kombinasi pupuk vermikompos dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum mill). Parameter pengukuran yang diambil yaitu tinggi tanaman, jumlah tandan tanaman, jumlah buah per tanaman, bobot buah per buah, bobot buah per tanaman, dan produksi buah per hektar. Adapun dasar pengambilan parameter yaitu pertumbuhan dikarenakan vermikompos mengandung unsur N dan C organik lebih tinggi dari pupuk organik padat lain yaitu sebesar 0,70 % dan 13,05 % yang berperan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman (Nurmawati, 2000). Selain itu menurut pernyataan mulat (2003) bahwa vermikompos selain mengandung unsur hara makro dan mikro yang lebih tinggi dari pupuk organik lain juga mengandung banyak mikroba dan hormon perangsang pertumbuhan tanaman, seperti giberilin 2,75 %, sitokinin 1,05 % dan auksin serta aktivitasya yang tinggi biasa mempercepat mineralisasi atau pelepasan unsur hara dari kotoran cacing menjadi bentuk tersedia bagi tanaman sehingga lebih cepat diserap. Hal ini menjadi semakin kuat pengaruhnya ketika pupuk vermikompos dikombinasikan dengan pupuk kandang sapi yang juga memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro yang lengkap. Sedangkan dasar pengambilan parameter hasil berhubungan dengan fase generatif tanaman tomat dimana menurut Hakim (1991) menyatakan unsur Phosfor dijumpai dalam jumlah yang banyak pada biji, yang merupakan penyusun setiap sel hidup. Unsur phosfor berfungsi untuk mentransfer energi dalam proses hidup dan pertumbuhan tanaman yang menyebabkan lancarnya metabolisme, fotosintesis, asimilasi dan respirasi. Hal ini juga sejalan dengan Nurhidayati dkk. (2016) yang melaporkan bahwa terjadi peningkatan hasil tanaman sawi pakcoy, kubis dan brokoli dengan

(25)

semakin meningkatnya dosis vermikompos. Dalam jurnalnya yang lain Nurhidayati dkk. (2021) memberikan kesimpulan bahwa pemberian vermikompos dengan dosis 650 – 750 g / pot memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah bunga (26,56) dan jumlah buah (25,67). Ini menunjukkan bahwa vermikompos memiliki peran penting dalam meningkatkan hasil tanaman.

1.2. Aspek Teknis

1.2.1. Deskripsi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum mill)

Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum mill) adalah salah tanaman yang sudah tidak asing bagi kita dan seringkali dibudidayakan di Indonesia.

Menurut sejarah tanaman ini berasal dari Amerika pada mulanya hanya sebagai tanaman gulma . Namun dengan pentingnya kegunaan buah tomat tersebut akhirnya tanaman ini mulai ditanam dan dibudidayakan, terutama untuk kebutuhan konsumsi ataupun hiasan (Purwati dan Khoirunnisa, 2007). Buah tomat merupakan buah yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia karena mengandung vitamin C dan beberapa antioksidan seperti vitamin E dan likopen sehingga sangat ampuh dalam menyembuhkan sariawan, xerophalmia, bibir merah, dan peradangan pada lidah (Wenny, 2007).

A. Klasifikasi Tanaman Tomat

Berikut ini merupakan klasifikasi dari tanaman tomat menurut Simpson (2010) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Ordo : Solanales

(26)

Family : Solanaceae Genus : Lycopersicum

Species : Lycopersicum esculentum mill B. Morfologi Tanaman Tomat

Tomat (Lycopersicum esculentum mill) merupakan golongan dari tanaman semusim (berumur pendek), artinya tanaman tersebut hanya akan berproduksi satu kali dalam satu waktu sebelum kemudian mati. Secara morfologi bagian-bagian penting dari tanaman tomat adalah sebagai berikut : Akar : Tanaman tomat memiliki akar tunggang, akar serabut dan cabang yang mempunyai bau khas. Akar tanaman tomat menyebar di kedalaman 30 – 40 cm, bahkan ada yang bisa sampai 60 – 70 cm. Akar merupakan bagian penting dalam menjaga menopang dan menjaga keseimbangan tanaman.

Selain itu penyerapan air dan unsur hara juga dilakukan oleh akar sehingga kesuburan tanah lapisan atas perlu dijaga untuk membuat tanaman tomat lebih baik pertumbuhannya (Pitojo, 2005).

Batang : Secara umum sifat batang tanaman tomat yaitu mudah patah serta bisa dirambatkan pada tali walaupun dibantu dengan beberapa ikatan. Batang tanaman tomat mempunyai bentuk bulat dan bercabang banyak sehingga mempunyai bentuk perdu (Rismunandar, 2001).

Daun : Daun tanaman tomat yang bentuknya oval,bergerigi, dan punya celah yang menyirip menjadikan ciri khas dari tanaman tersebut. Selanjutnya warna daunnya hijau dan berbulu dengan panjang 20-30 cm dan lebar 15-20 cm. Untuk tangkainya mempunyai bentuk bulat panjang dengan ukuran 7-10 cm dan tebalnya 0,3-0,5 mm (Wiryanta, 2004).

(27)

Biji : Biji pada tanaman tomat mempunyai warna putih kekuningan atau kecoklatan, berbentuk pipih serta berbulu dengan panjang 3-5 mm dan lebar 2- 4 mm. Untuk jumlahnya sangat bervariasi tergantung varietas yang dibudidayakan.

Bunga : Bunga pada tanaman tomat memiliki alat kelamin berupa benang sari dan putik (hermaprodit). Sedangkan untuk mahkotanya berwarna kuning berjumlah 5 buah.

Buah : Menurut Cahyono (2008) Bentuk buah tomat biasanya sesuai varietasnya, ada yang bentuknya bulat, lonjong, dan oval dengan warna panen kuning atau merah. Teksur daging buahnya lunak agak keras dengan berat beragam sesuai varietas antara 8-180 gram per buahnya.

C. Syarat Tumbuh Tanaman Tomat

Pada umunya tanaman tomat bisa dibudidayakan pada musim hujan maupun musim kemarau. Menurut Ashari (2006) suhu merupakan komponen penting dalam budidaya tanaman tomat sehingga suhu optimum dalam budidaya tomat sebaiknya antara 20-25 °C . Sejalan dengan Anwar (2016) untuk melakukan perkecambahan biji tomat memerlukan suhu ideal yaitu 25-30 °C sedangkan untuk pertumbuhannya memerlukan suhu antara 24-28 °C. Menurut Marliah dkk (2012) tanaman tomat akan mampu tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH 5-5,7. Nantinya jika pH tanah terlalu asam bisa ditambahkan dengan kapur dolomit untuk menambah pH sampai kondisi yang diinginkan. Selanjutnya menurut Purwati dan Khairunnisa (2007) untuk curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman tomat ada di kisaran 100-120 mm/hujan dengan temperatur ideal terutama pada saat pembungaan malam hari membutuhkan temperatur 15-20 °C.

(28)

1.2.2. Pupuk Kandang Sapi

Penggunaan bahan organik adalah salah satu upaya untuk mengembalikan kesuburan dan struktur tanah, salah satunya dengan penggunaan pupuk kandang. Pupuk kandang ialah sumber faktor hara makro serta mikro yang diperlukan oleh tumbuhan. Unsur hara makro dalam pupuk kandang antara lain N, P, K, Mg, Ca, dll yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara itu faktor hara mikro berupa Mn serta Co yang tidak ada dalam pupuk lain ada dalam pupuk kandang(Jumini, Nurhayati, dan Murzani, 2011). Semakin tinggi jumlah pupuk kandang sapi, semakin banyak unsur hara seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang tersedia bagi tanaman. Faktor hara nitrogen berfungsi selaku stimulan untuk perkembangan tumbuhan secara totalitas, paling utama batang, cabang serta daun. Unsur P berfungsi dalam menekan perkembangan sistem perakaran serta penyusunan sistem perakaran yang baik, memungkinkan tumbuhan meresap nutrisi lebih banyak serta membuat tumbuhan berkembang sehat dan kokoh. Peranan faktor kalium yaitu mengaktifkan enzim yang memacu perkembangan meristem(Novizan, 2012).

Penambahan pupuk kotoran sapi merupakan solusi lain untuk memperbaiki unsur hara tanah, karena selain menyuburkan tanah, petani juga dapat dengan mudah mendapatkan kotoran sapi dari kandang (Sulardi dan Subaedah, 2020). Pupuk kandang sapi mengandung N, P, dan K yang dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah, antara lain stabilitas agregat, total ruang pori dan kapasitas menahan air (Riyani, N., T. Islami, dan T. Sumarni, 2015).

Menurut Fathurrohman, A., M. Aniar, A. Zukhriyah, dan M.A. Adam (2015), untuk satu sapi ukuran dewasa bisa menghasilkan 3 kg kotoran pupuk kandang.

Hal ini tidak jauh berbeda dengan Dedi (2011) bahwa seekor sapi dapat

(29)

menghasilkan 5,5 kg kotoran pupuk kandang sehari dan mampu memproduksi 165 kg kotoran sebulan. Kotoran sapi mengandung banyak mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanah, yang dapat memberikan nutrisi tanaman melalui proses daur ulang untuk membentuk struktur tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman. Mikroorganisme menguntungkan dan senyawa organik lain yang terdapat dalam kotoran sapi dapat meningkatkan keanekaragaman dan aktivitas mikroba di dalam tanah, sehingga meningkatkan unsur hara dan mendukung pertumbuhan tanaman (Soplanit, 2012). Sedangkan dosis kotoran sapi yang dianjurkan adalah 10-20 ton/ha (Pambudi, 2013). Hal tersebut sejalan dengan Sumarni, dkk (2010) bahwa dosis pupuk kandang sapi pada tanah jenis andisol adalah 20 ton/ha.

Kotoran sapi mengandung 0,4% nitrogen, 0,2% fosfor dan 0,1% kalium (Prasetyo, 2014). Sedangkan Maulida (2011) menyetakan bahwa kandungan pupuk kandang sapi terdiri dari Nitrogen 1,81 %, Phospor 2,61 %, dan Kalium 2,34

%. Ketidaksamaan komposisi nutrisi ini terjadi karena banyak faktor yaitu jenis dari hewan tersebut, pilihan pakan yang diberikan peternak, dan usia hewan ternak tersebut (Tohari, 2009). Penggunaan pupuk ramah lingkungan / organik kondusif untuk peningkatan produksi hasil pertanian, mengurangi pencemaran lahan serta lingkungan sekitar, serta peningkatan kualitas dan kuantitas lahan budidaya secara berkelanjutan. Menggunakan pupuk alami atau organik untuk jangka panjang bisa membuat produktivitas lahan meningkat serta mencegah bahaya degradasi lahan. Selain itu, pemberian pupuk alami atau organik untuk jangka panjang bisa meningkatkan kandungan humus yang ada di dalam tanah. Dengan humus, sejumlah besar air akan terserap ke dalam tanah, sehingga kemungkinan terjadinya erosi tanah dan unsur hara dalam tanah sangat kecil (Benny, 2010).

(30)

1.2.3. Vermikompos

Pemupukan yang tepat serta baik untuk kesehatan merupakan lewat sistem organik. Bahan pemupukan yang bisa digunakan salah satunya merupakan pupuk kascing ataupun yang kerap dinamakan kotoran sisa pemeliharaan cacing/

vermikompos. Pupuk kascing ialah salah satu pupuk organik yang memiliki kelebihan dari pupuk organik yang lain, sehingga kerap dinamakan “ pupuk organik plus”. Kascing merupakan kotoran cacing tanah yang termasuk kedalam pupuk organik yang sangat baik, hal ini karena faktor hara yang dikandung langsung bisa diserap oleh tumbuhan sehingga mutu kascing jauh lebih baik dibanding pupuk organik yang lain (Sinda, K. M. N. Kusuma, N. L. Kartini dan I. W. D. Atmaja, 2015).

Vermikompos merupakan salah satu pupuk organik bermutu lebih daripada pupuk organik lain. Sejalan dengan riset Ndegwa & Thompson (2001) kalau vermikompos dihasilkan dari kegiatan cacing tanah yang bekerja sama dengan mikro biota tanah lain, sehingga memiliki banyak hormon perkembangan tumbuhan, beranekaragam mikro biota tanah yang berguna untuk tumbuhan, enzim- enzim tanah serta kaya hara yang mempunyai sifat lepas lambat. Syahputra, E., Rahmawati, M., dan Imran, S. (2014) mengatakan bahwa vermikompos/ kascing mempunyai banyak komponen unsur hara baik makro serta mikro. Pupuk kascing mempunyai kandungan faktor hara antara lain N, P, K, Ca, Mg, S, Fe serta faktor yang lain yang diperlukan oleh tumbuhan. Komponen- komponen biologis yang tercantum dalam pupuk kascing merupakan hormon pengatur pertumbuhan yaitu giberallin, sitokinin serta hormon auksin yang juga tidak memiliki dampak negatif terhadap lahan.

Manfaat lain dari vermikompos yaitu mampu berperan dalam perbaikan sifat kimia dari tanah misalkan menaikkan kemampuan dalam menyerap kation

(31)

untuk sumber unsur hara makro serta unsur hara mikro dan juga mampu menaikkan pH di tanah yang bersifat asam (Luh , 2005). Aplikasi vermikompos diharapkan bisa meminimalisir ketergantungan pada pupuk kimia serta menaikkan penggunaan pupuk alami tau organik sehingga pencemaran lahan ataupun lingkungan dapat diatasi. Menurut penelitian Mulat (2003) vermikompos juga berperan dalam perbaikan sifat biologis dari tanah karena vermikompos memiliki kandungan beraneka ragam mikroba tanah dan hormon untuk merangsang pertumbuhan tanaman, seperti giberelin 2.75%, sitokinin 1.05% dan auksin.

Jumlah kandungan dari mikroba tanah yang sangat banyak serta aktivitasnya mikroba yang sangat tinggi mampu mempersingkat mineralisasi atau pelepasan hara dari vermikompos menjadi unsur yang ada bagi tumbuhan dan langsung bisa diserap. vermikompos umumnya mengandung unsur nitrogen 0.63%, unsur fosfor 0.35%, unsur kalium 0.2%, unsur kalsium 0.23%,unsur mangan 0.003%, unsur magnesium 0.26%, unsur tembaga 17,58%, unsur seng 0.007%, unsur besi 0.79%, unsur molibdenum 14.48%, bahan organik 0.21%, Kapasitas Tukar Kation 35.80 %, kapasitas untuk penyimpanan air 41.23% serta kandungan asam humat sebesar 13.88% . Sejalan dengan penelitian Rikopunto (2008) dalam Maulida (2011) bahwa vermikompos mengandung nutrisi, yang terdiri dari unsur nitrogen 0,63%, unsur fosfor 0,35%, unsur kalium 0,20%, unsur kalsium 0,23%, unsur magnesium 0,26%, unsur natrium 0,07%, unsur tembaga 17,58%, unsur seng 0,007%, unsur manganium 0,003%, unsur besi 0,79%, unsur boron 0,21%, unsur molibdenum 14,48%, Kapasitas Tukar Kation 35,80 meg/100mg, kapasitas dalam menyimpan air 41,23%, dan kandungan asam humus sebesar 13,88% sehingga semua unsur ini sangat sempurna dan diperlukan oleh tanaman itu sendiri.

(32)

Dalam penelitian Arifah (2013), pemberian makanan pada cacing yang digunakan untuk pembuatan vermikompos berpengaruh dalam hasil akhir dari vermikompos yang dibuat sehingga nantinya kualitas serta kuantitasnya untuk makanan yang diberikan adalah termasuk faktor penting untuk mengontrol biomassa cacing dan jumlah kotoran atau vermikompos yang dihasilkan nantinya.

Nutrisi vermikompos dapat menyuburkan tanaman karena vermikompos memiliki bentuk dan struktur yang mirip dengan partikel tanah, namun ukuran partikel- partikelnya lebih kecil tapi memiliki bahan organik lebih banyak sehingga meningkatkan aerasi dalam media tanam (Yenli, 2012). Menurut Mashur (2001), bahan pembuatan kascing dibuat dari bahan organik seperti kotoran sapi kotoran kerbau,kotoran ayam,korotan kambing,kotoran domba,kotoran kuda dan lumen, sampah pasar dan sampah rumah tangga. Fermentasikan bahan-bahan ini selama sekitar 3 minggu sebelum digunakan sebagai tempat berkembang biak atau pakan cacing tanah. Setelah bahan media difermentasi dan kondisi bahan memenuhi persyaratan habitat cacing tanah, cacing tanah dapat dipindahkan dan dibudidayakan. Spesies cacing tanah yang paling umum adalah Eisenia foetida atau Lumbricus rubellus. Budidaya membutuhkan waktu sekitar 40 hari, setelah itu Anda bisa memanen kotoran cacing tanah / kascing dan kepompong serta telurnya. Adapun keunggulan dari vermikompos adalah sebagai berikut :

1. Kascing mengandung banyak unsur hara esensial bagi tanaman seperti unsur Nitrogen, Posfor, Kalium, Calsium, Magnesium, tembaga, besi, Mn, AI, Na, Cu, Zn, Bo dan Mo tergantung makanan apa saja yang diberikan ke cacing.

Kascing adalah sumber nutrisi untuk mikroba yang ada di dalam tanah.

Dengan nutrisi itulah mikroorganisme pengurai bahan organik akan terus berkembang biak dan memecah bahan organik lebih cepat. Oleh karena itu,

(33)

selain dapat meningkatkan kesuburan tanah, kascing juga dapat membantu pemusnahan sampah organik.

2. Vermikompos berperan dalam menahan air, menunjang nutrisi untuk tumbuhan, membetulkan struktur tanah serta menetralkan pH tanah.

3. Vermikompos memiliki keahlian menahan air sebesar 40- 60%. hal ini disebabkan struktur vermikompos yang mempunyai ruang- ruang yang sanggup meresap serta menaruh air, sehingga bisa mempertahankan kelembaban tanah.

4. Tanaman hanya mengkonsumsi nutrisi dalam bentuk larut. Cacing tanah berfungsi untuk menggantikan nutrisi yang tidak larut dalam bentuk larut dengan dorongan enzim yang ada dalam pencernaannya. Unsur hara tersebut terkandung dalam kascing, sehingga dapat diserap oleh pangkal tanaman dan diangkut ke seluruh bagian tanaman.

1.2.4. Cacing Tanah Lumbricus Rubellus

Cacing tanah pada umumnya memiliki satae yaitu merupakan alat gerak yang mempunyai bentuk seperti rambut kasar. Selain itu cacing tanah mempunyai alat reproduksi bernama klitelium yang letaknya akan berbeda pada setaiap jenis cacing. Sebelum lebih jauh membahas tentang cacing Lumbricus rubellus sebenarnya dalm pembuatan vermikompos juga dapat dilakukan oleh jenis cacing lain yaitu sebagai berikut :

1) Cacing Pheretima, dengan ciri-ciri mempunyai bentuk tubuh panjang dan silindris dengan warnah kemerahan agak keunguan. Untuk panjang segmennya sekitar 95-150 segmen serta kliteliumnya terletak di segmen 14- 16.

(34)

2) Cacing Peroiny, dengan ciri-ciri mempunyai bentuk tubuh gilik dengan warna merah kecoklatan. Untuk panjang segmennya sekitar 75-165 segmen serta kliteliumnya terletak di segmen 13-17.

Kedua cacing diatas dapat digunakan sebagai bahan pembuatan vermikompos.

Namun oleh para peternak keberadaan kedua cacing tersebut tidak digunakan karena memiliki kelemahan yang lebih sulit dari cacing Lumbricus rubellus seperti cacing periony yang tergolong ccaing manja sehingga akan mudah mati jika tidak diberikan perawatan khusus. Berbeda dengan cacing Lumbricus rubellus yang memiliki keunggulan dalam hal produktivitas. Cacing ini memiliki panjang segmen 90-195 dengan klitelium terletak pada segmen 27-32 sehingga apabila dibudidayakan maka besarnya akan melebihi 2 jenis cacing diatas. Selain itu cacing jenis ini juga mempunyai keunggulan dalam produktivitas seperti penambahan berat badan , produksi telur/kokon dan produksi kotoran yang disebut kascing/vermikompos. Selanjutnya klasifikasi dari cacing Lumbricus rubellus adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Kelas : Annelida Ordo : Ophistopora Subordo : Lumbricina Famili : Lumbricidae Genus : Lumbricus

Spesies : Lumbricus rubellus

Cacing Lumbricus rubellus memiliki potensi dan prospek pasar jika dibudidayakan.

Selain itu cacing ini memiliki potensi dalam menghancurkan bahan organik seperti

(35)

sampah rumah tangga sehingga selain berguna dalam menyuburkan tanaman juga nantinya vermikompos atau bekas kotorannya bisa dijadikan pupuk organik (Arifah, 2014).

1.3. Aspek Penyuluhan 1.3.1. Penyuluhan Pertanian

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutananan, Penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sistem penyuluhan pertanian selanjutnya disebut penyuluhan yang mengembangkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, serta pengetahuan pelaku utama dan pelaku usaha.

1.3.2. Tujuan Penyuluhan Pertanian

Menurut Kusnadi (2011), menyatakan bahwa penyuluhan pertanian mempunyai dua tujuan yang akan dicapai yaitu: tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka pendek adalah menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah pada usaha tani yang meliputi: perubahan pengetahuan, kecakapan, pengetahuan dan tindakan petani keluarganya melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan pengetahuan. Berubahnya perilaku petani dan keluarganya, diharapkan dapat mengelola usahataninya dengan produktif, efektif dan efisien.Tujuan jangka panjang yaitu meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraan petani yang diarahkan pada terwujudnya perbaikan teknis bertani

(36)

(better farming), perbaikan usahatani (better business), dan perbaikan kehidupan petani dan masyarakatnya (better living).

1.3.3. Sasaran Penyuluhan Pertanian

Menurut UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, sasaran penyuluhan adalah pihak yang memperoleh manfaat penyuluhan yang meliputi sasaran utama (pelaku utama dan pelaku usaha) dan sasaran antara (pemangku kepentingan). Mardikanto (2009), mengubah istilah sasaran penyuluhan menjadi penerima manfaat penyuluhan (beneficiaries) yang dikelompokkan atas:

A. Pelaku utama

Pelaku utama terdiri dari petani dan keluarganya yang selain sebagai juru tani, sekaligus sebagai pengelola usaha tani yang berperan dalam memobilisasi dan memanfaatkan sumber daya tercapainya peningkatan dan perbaikan mutu produksi, efisiensi usaha tani serta perlindungan dan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup yang lain.

B. Penentu kebijakan

Terdiri dari aparat birokrasi pemerintahan sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali kebijakan pembangunan pertanian, termasuk elit masyarakat dari arah terbawah (desa) yang secara aktif dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan implementasi kebijakan pembangunan pertanian.

C. Pemangku kepentingan lain

Dalam hal ini adalah mereka yang mendukung atau memperlancar kegiatan pembangunan pertanian.Termasuk dalam kelompok ini adalah

(37)

peneliti, produsen sarana produksi, pelaku bisnis, pers, aktivis LSM, tokoh masyarakat, artis, dan budayawan.

1.3.4. Materi Penyuluhan Pertanian

Menurut UU No. 16 Tahun 2006 materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestarian sumber daya pertanian, perikanan, dan kehutanan yang berisi unsur pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial serta unsur ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, ekonomi, manajemen, hukum, dan pelestarian lingkungan. Materi penyuluhan pada hakekatnya merupakan segala pesan yang ingin dikomunikasikan oleh seorang penyuluh kepada masyarakat penerima manfaatnya. Pesan yang disampaikan kepada pelaku utama dan pelaku usaha harus mendapat rekomendasi dari lembaga pemerintah, kecuali teknologi yang bersumber dari pengetahuan tradisional.

Ditinjau dari sifatnya terdapat 3 (tiga) macam materi penyuluhanyaitu:

berisi pemecahan masalah yang sedang dan akan dihadapi, petunjuk dan rekomendasi yang harus dilakukan dan materi yang bersifat instrumental atau mempunyai manfaat jangka panjang misal peningkatan dinamika kelompok (Mardikanto, 2009). Pemilihan materi penyuluhan harus selalu mengacu pada kebutuhan sasaran, akan tetapi dalam prakteknya seringkali penyuluh kesulitan untuk memilih dan menyajikan materi yang benar-benar dibutuhkan masyarakat.

Oleh karena itu, pendalaman terhadap kebutuhan sasaran menjadi salah satu kunci ketepatan pemilihan materi penyuluhan.

(38)

1.3.5. Metode Penyuluhan Pertanian

Metode diartikan sebagai “cara”, sedangkan teknik adalah“prosedur”.

Metode dan teknik merupakan cara dan prosedur yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode dan teknik penyuluhan pertanian merupakan cara dan prosedur yang ditempuh oleh seorang penyuluh dalam rangka mencapai tujuan penyuluhan pertanian. Menurut Permentan Nomor 52 Tahun 2009 tentang metode penyuluhan pertanian, tujuan dari metode penyuluhan yaitu :

1. Mempercepat dan mempermudah penyampaian materi dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian.

2. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan dan pelaksanaan penyuluhan pertanian.

3. Mempercepat proses adopsi inovasi teknologi pertanian.

Sedangkan metode penyuluhan pertanian berdasarkan teknik komunikasi, jumlah sasaran dan indrapenerimaan digolongkan menjadi :

1. Berdasarkan teknik komunikasi, metode penyuluhan pertanian digolongkan menjadi :

a. komunikasi langsung (direct communication/face to face communication), contoh: obrolan di sawah, obrolan di balai desa, obrolan di rumah, telepon/HP,kursus tani, demonstrasi karyawisata, pameran;

b. komunikasi tidak langsung (inderect communication), pesan disampaikan melalui perantara (medium atau media), contoh : publikasi dalam bentuk cetakan,poster, siaran radio/TV, pertunjukan film.

2. Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai digolongkan menjadi:

(39)

a. Pendekatan perorangan, contoh: kunjungan rumah, kunjungan usaha tani, surat-menyurat, hubungan telepon;

b. Pendekatan kelompok, contoh: diskusi kelompok, demonstrasi (cara atau hasil), karyawisata, temu Lapangan, kursus tani;

c. Pendekatan masal, contoh: pameran, pemutaran film, siaran

pedesaan/TV,pemasangan poster, pemasangan spanduk, penyebaran bahan bacaan (folder,leaflet, brosur).

3. Berdasarkan indera penerima digolongan menjadi:

a. Indera penglihatan, contoh: poster, film, pemutaran slide;

b. Indera pendengaran, contoh: siaran TV/radio, pidato, ceramah, hubungan telepon;

c. Beberapa indera, contoh: demonstrasi (caraatau hasil), siaran TV, pameran.

1.3.6. Media Penyuluhan Pertanian

Media penyuluhan adalah alat bantu penyuluh dalam melakukan penyuluhan yang dapat merangsang sasaran suluh untuk dapat menerima pesan- pesan penyuluhan, dapat berupa media cetak, proyeksi, visual ataupun audio- visual dan komputer (Pangerang, 2016). Media penyuluhan sangat diperlukan agar penyuluh memberi manfaat sehingga penetapan bentuk penyuluhan diharapkan berdasarkan atas pertimbangan waktu, penyampaian, isi, sasaran dan pengetahuan sasaran (Levis, 1996).

Penyuluhan dalam prakteknya menurut Kartasapoetra (1994), dapat dilaksdaun dengan menggunakan media penyuluhan langsung dan tidak langsung. Media penyuluhan langsung yaitu dimana penyuluh dengan petani dapat berhadapan untuk mengadakan acara tukar pikiran yang memungkinkan penyuluh dapat berkomunikasi secara langsung dan memperoleh respon

(40)

langsung dari sasaran dalam waktu yang relatif singkat. Media penyuluhan tidak langsung, lewat perantara orang lain, surat kabar atau media lain yang tidak memungkinkan penyuluh dapat menerima respon dari sasarannya dalam waktu yang relatif singkat. Media tidak langsung menurut bentuknya dapat dibagi atas : 1). Media elektronik, yaitu TV, radio, film, slide ; 2). Media cetak berupa pamflet, leaflet, folder, brosur, placard, dan poster.

1.3.7. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian

Menurut Hanarko (2010), menyatakan bahwa pelaksanaan penyuluhan pertanian merupakan tindakan nyata dari apa yang telah ditetapkan dalam programa penyuluhan yang disusun. Kegiatan penyuluhan pertanian melibatkan sasarannya. Teknik tersebut meliputi surat menyurat, pendekatan individu, kunjungan, karyawisata, demokrasi dan lain-lain.

Melaksdaun kegiatan penyuluhan merupakan wujud dari penggunaan atau penerapan metoda dan teknik penyuluhan maka uraian kegiatan dalam LPM harus sesuai dengan sintaksis, metoda dan teknik penyuluhan yang digunakan atau diterapkan. Pelaksanaan penyuluhan pada dasarnya mengimplementasikan segala unsur penyuluhan yang meliputi : sasaran, masalah, tujuan, materi, metode, teknik, media, sumber biaya, penanggung jawab serta keterangan lain yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penyuluhan.

1.3.8. Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Menurut Padmowiharjo dkk. (2006) menyatakan bahwa evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebuah proses yang sistematis untuk memperoleh informasi yang relevan tentang sejauh mana tujuan program penyuluhan pertanian di suatu wilayah dapat dicapai dan menafsirkan informasi atau data yang didapat sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang kemudian digunakan untuk

(41)

mengambil keputusan dan pertimbangan-pertimbangan terhadap program penyuluhan yang dilakukan.

1.3.9. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan dari kumpulan elemen yang memiliki sejumlah karakteristik umum, yang terdiri dari bidang-bidang untuk di teliti. Atau, populasi adalah keseluruhan kelompok dari orang-orang, peristiwa atau barang- barang yang diminati oleh peneliti untuk diteliti (Malhotra : 1996 dalam Amirullah, 2015).

Menurut Supardi (1993) sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang dijadikan subyek penelitian sebagai"wakil" dari para anggota populasi.

Teknik sampling adalah suatu cara atau teknik yang dipergunakan untuk menentukan sampel penelitian. Teknik sampling dalam penelitian secara garis besar dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu teknik dengan probability sampling dan teknik dengan non probability sampling.

Teknik probability sampling sering juga disebut dengan random sampling, yaitu pengambilan sampel penelitian secara random. Teknik sampling ini cocok dipilih untuk populasi yang bersifat finit, artinya besaran anggota populasi dapat ditentukan lebih dahulu.Teknik probability sampling ini ada beberapa model yaitu simple random sampling (acak sederhana maupun bilangan random), sistematik random sampling dan stratified random sampling dan cluster random sampling.

Teknik non-probability juga disebut dengan teknik non random sampling, yaitu pengambilan sampel penelitian secara random. Teknik sampling ini cocok dipilih untuk populasi yang bersifat infinit, artinya besaran anggota populasi belum atau tidak dapat ditentukan lebih dahulu. Pada teknik sampling ini, penentuan sampel penelitian tanpa (kurang) atau tidak memberikan kemungkinan

(42)

(probability) yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi sampel terpilih. Dengan demikian pada teknik sampling ini seharusnya alat analisis statistic tidak dapat dipergunakan atau tidak diperlukan untuk membantu penentuan sampel terpilih. Beberapa model teknik non-probability sampling ini adalah accidental sampling, quota sampling dan purposive sampling.

1.3.10. Pengetahuan

Pengetahuan menurut Reber (2010) dalam makna kolektifnya, pengetahuan adalah kumpulan informasi yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok atau budaya tertentu, sehingga pengetahuan adalah faktor penentu bagaimana mausia berfikir, merasa dan bertindak (Oemaarji, 2003). Secara umum pengetahuan adalah komponen-komponen mental yang dihasilkan dari semua proses apapun, entah lahir dan bawaan atau dicapai lewat pengalaman.

Berdasarkan beberapa definisi tentang pengetahuan dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah kumpulan informasi yang didapat dari pengalaman atau sejak lahir yang menjadikan sesorang itu akan sesuatu. Proses tahu tersebut diperoleh dari proses kenal, sadar,insaf,mengerti,dan pandai.

(43)

Pengaruh Dosis Kombinasi Pupuk Vermikompos dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Hasil dan Pertumbuhan Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum mill)

Identifikasi Potensi dan Masalah di Petani Mitra Organik PT. Lembaga Sahabat Petani

1. Kebutuhan pasar akan sayur organik terutama tomat organik semakin banyak.

2. Kapasitas lahan produksi memadahi namun intensitas panen mengalami penurunan.

3. Aplikasi pupuk susulan (POC / Mol ) kurang diterapkan oleh petani.

4. Belum adanya penyuluhan tentang dosis kombinasi vermikompos dan pupuk kandang sapi terbaik dalam peningkatkan produksi tomat organik .

1. Petani mampu memenuhi kebutuhan sayur organik terutama tomat organik sesuai permintaan pasar.

2. Petani dapat menjaga intensitas hasil panen sesuai dengan kapasitas lahan yang dimiliki.

3. Petani dapat memanfaatkan pupuk padat seperti pupuk vermikompos dan pupuk kandang sapi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, baik dalam persemaian maupun di lahan tanam.

1. Bagaimana pengaruh dosis kombinasi pupuk vermikompos dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum mill) ?

2. Bagaimana rancangan penyuluhan tentang pengaruh dosis kombinasi pupuk vermikompos dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum mill) ?

3. Bagaimana peningkatan pengetahuan petani tentang pengaruh dosis kombinasi pupuk vermikompos dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum mill) ?

1. Mengetahui pengaruh dosis kombinasi pupuk vermikompos dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum mill) ?

2. Menyusun rancangan penyuluhan tentang pengaruh dosis kombinasi pupuk vermikompos dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum mill) ?

3. Mengetahui peningkatan pengetahuan petani tentang pengaruh dosis kombinasi pupuk vermikompos dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum mill) ?

Kajian

Lahan petani mitra organik PT.

Lembaga Sahabat Petani

Metode eksperimen dengan Rancangan Acak kelompok (RAK) non-faktorial 6 perlakuan dan 4 ulangan

Analisis data kajian menggunakan Analysis of Variance (ANNOVA) pada taraf nyata 5%.

Apabila terdapat perbedaan nyata maka dilakukan dengan uji lanjut dengan menggunakan uji DMRT pada taraf 5

%..Analisis data menggunakan skala Gutman untuk mengetahui peningkatan hasil evaluasi rancangan penyuluhan.

P0 : kontrol P1 : 6 kg / petak P2 : 9 kg / petak P3 : 12 kg / petak P4 : 15 kg / petak P5 : 18 kg / petak

Desain Rancangan penyuluhan

Populasi sebanyak 20 orang anggota petani mitra organik

Petani mitra organik PT. Lembaga Sahabat Petani

Hasil kajian Terbaik

Power point, leaflet, dan media sesungguhnya

Ceramah dan diskusi

Keadaan Sekarang Keadaan yang Diharapkan

Rumusan Masalah Tujuan

Lokasi dan Waktu Metode Analisis Data Penelitian Perlakuan

Populasi dan Sampel Sasaran Materi Media Metode

 Tinggi tanaman

 Jumlah tandan

 Jumlah buah per tanaman

 Bobot buah per buah

 Bobot buah per tanaman

 Produksi buah per hektar Parameter

(44)

29 3.1. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di petani mitra organik PT. Lembaga Sahabat Petani Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei tahun 2022. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara purposive / sengaja dengan pertimbangan bahwa banyak lahan dari petani mitra bertempat di Kecamatan Trawas dan sekitarnya. Selanjutnya kajian penyuluhan dilaksanakan pada petani mitra organik PT. Lembaga Sahabat Petani Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto bulan Mei tahun 2022.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mulsa, ajir, cangkul, parang / golok, gunting, gembor, timbangan digital, meteran,terpal,sekop,kuas,dan karung.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tomat varietas bareto f1, pupuk vermikompos 120 kg, pupuk kandang sapi 120 kg, polybag persemaian ukuran 15x15 cm dan air.

3.3. Metode Kajian Teknis

Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen yaitu Pre- eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non- faktorial dengan perlakuan dan ulangan menggunakan kombinasi 1 : 1 pupuk vermikompos dan pupuk kandang sapi.

(45)

3.3.1. Rancangan Kajian Teknis

Kode Keterangan

P0 Kontrol (tanpa perlakuan) P1 6 kg / petak (bedengan) P2 9 kg / petak (bedengan) P3 12 kg / petak (bedengan) P4 15 kg / petak (bedengan) P5 18 kg / petak (bedengan)

Menurut Hanafiah (2009), rumus dalam menentukan jumlah ulangan adalah sebagai berikut :

(t-1) (n-1) > 15 Keterangan :

t = tratment / perlakuan n = banyaknya ulangan

Sehingga dari rumus diatas maka jumlah ulangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(t-1) (n-1) > 15 (6-1) (n-1) > 15 5n – 5 > 15 5n > 20

n > 4 ulangan Tabel 3.1 Rancangan Perlakuan

Kajian

(46)

Dari rumus diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 6 perlakuan dan 4 ulangan pada setiap perlakuan dengan 4 tanaman setiap ulangan sehingga keseluruhan tanaman yaitu 96 tanaman.

Gambar 3.1. Denah Rancangan Percobaan

Pelaksanaan Kajian Pembuatan Vermikompos dan Pupuk Kandang Sapi A. Vermikompos

1. Alat dan bahan Alat :

a. Wadah pupuk b. Sekop

c. Kuas d. Golok e. Karung Bahan :

a. Cacing jenis Lumbricus Rubellus b. Kotoran sapi 120 kg

P1 P5 P2 P4 P0

P3 P1 P5 P0 P2

P0 P5 P3 P4 P1

P4 P3 P5

P4 P2 P1

P3

P2 P0

U

(47)

c. Jerami padi 60 kg

2. Pembuatan Vermikompos

a. Kotoran sapi yang telah disiapkan sebanyak 120 kg dikeringanginkan terlebih dahulu, kemudian jerami padi sebanyak 60 kg dicacah menjadi ukuran lebih kecil dengan golok.

b. Selanjutnya masukkan kotoran sapi dan jerami padi yang sudah dicacah halus secara bergantian ke dalam wadah pupuk yang telah diberikan.

c. Setelah media siap masukkan cacing Lumbricus Rubellus ke dalam wadah pupuk secukupnya dengan pertimbangan semakin banyak cacing maka proses pembuatan vermikompos akan menjadi lebih cepat.

d. Setelah cacing masuk kedalam media selanjutnya tutup wadah pupuk dengan karung dan tempatkan di tempat yang terhindar dari panas maupun hujan serta bolak balik dengan sekop setiap 3 hari sekali.

e. Vermikompos dapat dipanen setelah kurang lebih 2-3 minggu ditandai warnanya hitam kecoklatan, tidak berbau, tekstur remah dan matang. Adapun pemanenannya adalah dengan cara media dibentuk menjadi gunung kemudian di kuas secara perlahan sampai cacingnya turun ke dasar dan menggerombol menjadi satu kemudian diambil dan disisihkan sehingga tinggal vermikomposnya saja.

B. Fermentasi Pupuk Kandang Sapi 1. Alat dan bahan

Alat : a. Terpal b. Sekop c. Gembor

Referensi

Dokumen terkait

Sasaran strategis Terselenggaranya Pengendalian Layanan IPTEK KP Triwulan III TA 2016 terdiri 1 (satu) indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur

Hasil Terselenggaranya Koordinasi Pemeliharaan Stabilitas Nasional di Daerah Untuk Menurunkan Konflik Sosial Dalam

Bukit Asam Tbk selama tiga tahun yaitu dari tahun 2009 sampai 2011 menunjukkan kinerja keuangan yang baik, dapat dilihat dari current ratio dan cash ratio yang

13 Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV Sutami - Kalianda beserta Gardu Induk 150 kV terkait yang berlokasi di Provinsi Lampung hasil kegiatan Satuan Kerja Unit

Penyusunan Kerangka 5 5 Terampil dalam menerapkan konvensi naskah karya tulis ilmiah dan mampu menghindari keplagiatan  Ketepatan menjelaskan pentingnya Bahasa Indonesia

Dalam adat rimba, yang membedakan antara rumah yang masih ada aturan dan tidak ada aturan (tidak dihuni) adalah atapnya. Bila rumah godong tersebut masih ada atapnya, maka

Menurut Quraish Shihab bahwa objek membaca pada ayat-ayat yang menggunakan akar kata qara'a ditemukan bahwa ia terkadang menyangkut suatu bacaan yang bersumber dari

Model Mekanistik Efek remperatur, cahaya Dan Kompetisi Gulma Pada Pertumbuhan Tanaman.. (Mechanistic Model Effects of Temperature, Light lntensity