• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MONGISIDI II KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MONGISIDI II KOTA MAKASSAR"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

DELLA PRATIWI NIM 4514103015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BOSOWA 2018

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

DELLA PRATIWI NIM 4514103015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BOSOWA 2018

(3)
(4)

iv

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V SD Negeri Mongisidi II Kota Makassar” beserta seluruh isinya benar-benar karya saya sendiri, bukan karya hasil plagiat. Saya siap menanggung resiko/sanksi apabila ternyata ditemukan adanya perbuatan tercela yang melanggar etika keilmuan dalam karya saya ini, termasuk adanya klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Makassar, Juli 2018 Yang membuat pernyataan

Della Pratiwi

(5)

v Motto

Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam mengatasinya adalah sesuatu yang utama.

Persembahan

Karya ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku, dan untuk orang-orang yang telah membantu dan mendukung saya selama ini.

(6)

vi

Della Pratiwi. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V SD Negeri Mongisidi II Kota Makassar. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa. (Dibimbing oleh Dr. Sundari Hamid, S.Pd., M.Si dan Fathimah Az Zahra N, S.Pd., M.Pd.)

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain penelitian Pre-Experimental One Group Pretest-Posttest, yaitu memberikan tes sebelum adanya perlakuan, kemudian memberikan tes setelah adanya perlakuan dengan menggunakan model Two Stay Two Stray. Perlakuan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Two Stay Two Stray terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Negeri Mongisidi II Kota Makassar berpengaruh positif atau tidak terhadap hasil belajar. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas V sebanyak 39 orang. Penelitian dilaksanakan sebanyak 5 kali pertemuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes dan observasi yang dianalisis dengan statistik deskriptif. Data yang diperoleh dianalisis juga dengan menggunakan rumus N-Gain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Two Stay Two Stray terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Negeri Mongisidi II Kota Makassar. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil analisis N-Gain diperoleh rata-rata nilai hasil belajar siswa yaitu 0,53 dalam kategori sedang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara model pembelajaran Two Stay Two Stray terhadap hasil belajar siswa.

Kata kunci : Model pembelajaran Two Stay Two Stray, Hasil belajar siswa

(7)

vii

Della Pratiwi. 2018. Effect of Two Stay Two Stray Learning Models on Mathematics learning Outcomes in the fifth grade Students of SD Negeri Mongisidi II Makassar city. Skripsi of Primary School Teacher Education department (PGSD) Faculty of Teacher Training and Education at Universitas Bosowa. (Supervised by Dr. Sundari Hamid, S.Pd., M.Si and Fathimah Az Zahra N, S.Pd., M.Pd.)

This research is experimental research with research design Pre- Experimental One Group Pretest-Posttest, which is giving a test before doing of treatment, then giving a test after treatment with use the Two Stay Two Stray model. Treatment is aim to determine the effect of Two Stay Two Stray learning models on the results of mathematics learning in the fifth grade students of SD Negeri Mongisidi II Makassar city it has a positive or no effect on learning outcomes. Research sample is the fifth grade student of 39 students. The research was carried out five meetings. Data collection techniques used in this study is a test and observation technique that is analyzed with descriptive statistics. Data were analyzed by using the N-Gain formula.

The results showed that there was an influence of the learning model Two Stay Two Stray on mathematics learning outcomes for the fifth grade SD Negeri Mongisidi II Makassar city. This can be seen based on results N-Gain analysis obtained the average value of student learning outcomes is 0.53 in medium category. Thus, it can be concluded that there is a relationship positive between the Two Stay Two Stray learning model of students learning outcomes.

Keywords: Two Stay Two Stray learning model, student learning outcomes

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt, Atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V SD Negeri Mongisidi II Kota Makassar”, yang dirampungkan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan akademis guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Apabila terdapat kesalahan dan kekhilafan dalam bentuk bahasa penyampaian, teknik penulisan dan masih kurang ilmiah, hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis sebagai seorang mahasiswa. Oleh karena itu, besar harapan penulis agar para pembaca memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bertujuan membangun kesempurnaan skripsi ini guna meningkatkan mutu pendidikan bangsa kita kedepan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi pembaca pada umumnya.

Skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Muhammad Saleh Pallu M.Eg., selaku Rektor Universitas Bosowa.

(9)

ix

2. Dr. Asdar, S.Pd, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa.

3. Hj. St. Haliah Batau, S.S, M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa.

4. Dr. Hj. A. Hamsiah, S.Pd, M.Pd, selaku Wakil Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa.

5. Susalti Nur Arsyad, S.Pd, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa.

6. Dr. Sundari Hamid, S.Pd, M.Si, selaku pembimbing I yang telah membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyusun skripsi.

7. Fathimah Az Zahra N, S.Pd, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyusun skripsi.

8. Abdi Adriany, S.Pd, selaku Kepala SD Negeri Mongisidi II Kota Makassar yang telah memberikan izin penelitian.

9. Arham Indrawati, S.Pd, selaku guru wali kelas SD Negeri Mongisidi II Kota Makassar yang membantu dalam pelaksanaan penelitian.

10. Spesial buat Ayahanda Ir. Syahid A. Gani, Ibunda Ir. Rahmawati tercinta, yang telah memberikan kasih sayang, perhatian dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Kakakku tersayang Dian Prayatna, adekku tersayang Dea Annisa Mahmuda dan mood booster Ridwan, yang selalu mendukung dan memotivasi penulis dalam menyusun skripsi ini.

(10)

x

12. Sahabat-sahabatku di BswSquad (Febriani, Ernanda,Hastuti, Jumratunnisan, Irma dan Musfira), Ira ananda siadari, Putri ekawati dan rekan-rekan seperjuangan selama menempuh pendidikan di Universitas Bosowa, yang senantiasa memberi dukungan dan masukan yang bermanfaat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

13. Siswa SD Negeri Mongisidi II Kota Makassar yang menjadi subjek penelitian.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabaraqatuh

Makassar, Juli 2018

Della Pratiwi

(11)

xi

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 6

A. Kajian Tentang Pembelajaran ... 6

1. Pengertian pembelajaran ... 6

2. Tujuan pembelajaran ... 8

3. Pembelajaran matematika ... 9

4. Tujuan pembelajaran matematika di SD ... 11

(12)

xii

2. Pengertian model pembelajaran kooperatif ... 14

3. Model pembelajaran two stay two stray ... 15

C. Kajian Tentang Hasil Belajar... 18

1. Pengertian hasil belajar ... 18

2. Hasil belajar matematika ... 20

3. Materi belajar matematika ... 21

D. Kerangka Pikir ... 23

E. Hipotesis ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Lokasi Penelitian ... 26

C. Variabel dan Desain Penelitian ... 26

D. Definisi Operasional ... 28

E. Populasi dan Sampel ... 28

F. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data ... 29

G. Instrumen Penelitian ... 31

H. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Hasil Penelitian ... 38

1. Uji Validitas Instrumen ... 38

2. Uji Reliabilitas ... 39

3. Uji Tingkat Kesukaran Soal ... 40

4. Uji Daya Beda ... 41

(13)

xiii

B. Pembahasan ... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA...49

LAMPIRAN...51

RIWAYAT HIDUP...126

(14)

xiv

Tabel 3.2 Populasi Penelitian...29

Tabel 3.3 Sampel Penelitian...29

Tabel 3.4 Kategorisasi Standar Hasil Belajar...37

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen...39

Tabel 4.2 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal...40

Tabel 4.3 Hasil Uji Daya Beda...41

Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Siswa Sebelum Adanya Tindakan ... 42

Tabel 4.5 Data Hasil Belajar Siswa Setelah Adanya Tindakan ... 43

Tabel 4.6 Analisis Hasil Pengskoran Pretest dan Posttest ... 43

Tabel 4.7 Kategori N-Gain Hasil Belajar Matematika... 44

(15)

xv

(16)

xvi

Lampiran 2: Nilai Lembar Pretest... 53

Lampiran 3 : Nilai Lembar Posttest ... 54

Lampiran 4 : Perhitungan Analisis Deskriptif ... 55

Lampiran 5 : Pengkategorian Hasil Belajar Pretest dan Posttest ... 56

Lampiran 6 : Tabel Perhitungan N-Gain ... 57

Lampiran 7 : Perhitungan Hasil Uji Validitas ... 58

Lampiran 8 : Perhitungan Hasil Uji Tingkat Kesukaran ... 63

Lampiran 9 : Perhitungan Hasil Uji Daya Beda ... 64

Lampiran 10 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 65

Lampiran 11 : Lembar Observasi ... 80

Lampiran 12 : Hasil Kerja Siswa Pada Lembar Pretest dan Posttest ... 81

Lampiran 13 : Hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 111

Lampiran 14 : Kunci Jawaban dan Skor Soal Pretest ... 117

Lampiran 15 : Kunci Jawaban dan Skor Soal Posttest ... 119

Lampiran 16 : Tabel Nilai-Nilai r Product Moment ... 121

Lampiran 17 : Dokumentasi Selama Penelitian ... 122

Lampiran 18 : Surat Telah Melaksanakan Penelitian ... 125

Lampiran 19 : Riwayat Hidup ... 126

(17)

1 A. Latar Belakang

Pendidikan adalah upaya yang terorganisasi, berencana dan berlangsung secara terus-menerus sepanjang hayat untuk membina anak didik menjadi manusia paripurna, dewasa dan berbudaya. Untuk mencapai pembinaan ini asas pendidikan harus berorientasi pada pengembangan seluruh aspek potensi anak didik, di antaranya aspek kognitif, afektif dan berimplikasi pada aspek psikomotorik.

Dunia pendidikan saat ini semakin berkembang pesat, berbagai macam pembaharuan dilakukan agar meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan diperlukan berbagai terobosan baik dalam kualitas guru/pengajar, pengembangan kurikulum, inovasi pembelajaran, dan kualitas maupun kelengkapan sarana dan prasarana. Untuk meningkatkan proses pembelajaran, maka guru dituntut untuk membuat pembelajaran lebih inovatif dan kreatif yang mendorong peserta didik dapat belajar secara optimal baik dalam belajar mandiri maupun dalam pembelajaran di kelas.

Penyelenggaraan pendidikan pada jenjang sekolah dasar bertujuan memberikan bekal kepada siswa untuk hidup bermasyarakat dan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, maka tujuan pembelajaran matematika di sekolah dimaksudkan agar siswa tidak hanya terampil menggunakan matematika, tetapi dapat memberikan bekal kepada siswa dengan

(18)

tekanan penataan nalar dalam penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat di mana ia tinggal.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pada jenjang pendidikan jalur sekolah yang dipandang memegang peranan sangat penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena pentingnya pelajaran matematika, maka pengajaran matematika di berbagai jenjang pendidikan formal harus mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Dalam hal ini sekolah dasar sebagai dasar pendidikan formal harus mampu membekali kelulusan dengan dasar-dasar kemampuan matematika yang diperlukan untuk mewujudkan pendidikan selanjutnya. Kualitas pembelajaran matematika harus ditingkatkan agar kehidupan bangsa kita meningkat.

Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3, yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sekarang ini pendidikan menghadapi berbagai masalah, salah satunya adalah rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Banyak siswa beranggapan bahwa matematika itu sulit dipelajari, tidak menyenangkan, membosankan, menakutkan dan sebagainya. Sikap ini tentu saja mengakibatkan rendahnya hasil belajar terhadap matematika.

Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan penulis pada tanggal 01 Maret 2018 dan pengalaman PPL, penulis melakukan observasi di

(19)

kelas V. Dari hasil observasi di kelas VA, 70% siswa mendapatkan nilai tugas matematika di bawah KKM, 20% siswa ada yang tidak mengumpulkan tugas matematikanya dan 10% siswa yang lain berhasil mendapatkan nilai di atas KKM.

Artinya siswa di kelas VA bisa dikatakan belum mampu menyelesaikan tugas matematika yang diberikan oleh gurunya.

Salah satu upaya mengatasi permasalahan ini, guru harus mampu merancang model pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Untuk itu, guru harus kreatif dalam mendesain model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat berpartisipasi aktif, kreatif terhadap materi yang diajarkan. Dengan cara demikian, diharapkan siswa dapat memahami materi yang diberikan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Adapun desain model pembelajaran yang efektif digunakan adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1995) dinyatakan bahwa : (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.

(20)

Cara yang akan ditempuh penulis untuk memecahkan masalah tersebut yaitu dengan menggunakan salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe two stay two stray sebagai alternatif perbaikan pembelajaran terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Negeri Mongisidi II Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh model pembelajaran two stay two stray terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Negeri Mongisidi II Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Mengacuh pada rumusan masalah diatas, maka tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran two stay two stray terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Negeri Mongisidi II Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Bagi lembaga pendidikan, menjadi informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai masukan dalam upaya perbaikan pembelajaran matematika, sehingga dapat menunjang tercapainya target kurikulum.

b. Bagi penulis selanjutnya, sebagai referensi atau bahan banding bagi penulis yang ingin mengkaji permasalahan yang relevan.

(21)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, guru mendapatkan pengalaman secara langsung menggunakan model pembelajaran two stay two stray terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Negeri Mongisidi II Kota Makassar.

b. Bagi siswa, dapat mengembangkan kemampuan dalam proses pembelajaran matematika, sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai.

c. Bagi sekolah, khususnya SD Negeri Mongisidi II Kota Makassar, dapat dijadikan kebijakan untuk para guru lebih aktif dan kreatif dalam menyelenggarakan proses pembelajaran di kelas.

(22)

6 A. Kajian Tentang Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran

Kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru. jadi, istilah pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar. Dengan kata lain, pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar (BM), proses belajar mengajar (PBM), atau kegiatan belajar mengajar (KBM).

Menurut Corey dalam Sagala (2003), pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Pembelajaran dalam pandangan Corey sebagai upaya menciptakan kondisi dan lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa berubah tingkah lakunya.

Menurut Nasution dalam Fathurrohman (2015), pembelajaran adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar.

Adapun menurut Dimyati dalam Susanto (2013), pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

(23)

Pembelajaran berarti aktivitas guru dalam merancang bahan pengajaran agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, yakni siswa dapat belajar secara aktif dan bermakna.

Kata atau istilah pembelajaran dan penggunaannya masih tergolong baru, yang mulai popular semenjak lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Menurut undang-undang ini, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut pengertian ini, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidikan agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Namun dalam implementasinya, sering kali kata pembelajaran ini diidentikkan dengan kata mengajar.

Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar”, yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui.

Kata pembelajaran yang semula diambil dari kata “ajar” ditambah awalan “pe”

dan akhiran “an” menjadi kata “pembelajaran”, diartikan sebagai proses, perbuatan, cara mengajar, atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud pembelajaran dalam penelitian ini adalah serangkaian proses yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar.

(24)

2. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Tujuan tersebut dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Yang menarik untuk digarisbawahi yaitu pemikiran Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran selayaknya dibuat secara tertulis (written plan). Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu:

1. Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri;

2. Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar;

3. Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran;

4. Memudahkan guru mengadakan penilaian.

Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan salah satu tugas penting guru dalam memproses pembelajaran siswa. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa salah satu komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu adanya tujuan pembelajaran yang

(25)

di dalamnya menggambakan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

Agar proses pembelajaran dapat terkonsepsikan dengan baik, maka seorang guru dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan tegas. Dengan harapan dapat memberikan pemahaman kepada para guru agar dapat merumuskan tujuan pembelajaran secara tegas dan jelas dari mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

3. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika.

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan. Kegiatan tersebut adalah belajar dan mengajar. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan lingkungan di saat pembelajaran matematika sedang berlangsung.

Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa bersama- sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif.

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh

(26)

siswa secara aktif. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Pertama, dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan semangat belajar yang tinggi, dan percaya pada diri sendiri. Kedua, dari segi hasil, pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi perubahan tingkah laku ke arah positif, dan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Menurut Wragg dalam Susanto (2013), pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memudahkan siswa untuk mempelajari sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, atau suatu hasil belajar yang diinginkan.

Menurut Hans Freudental dalam Marsigit (2008), matematika merupakan aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas. Dengan demikian, matematika merupakan cara berpikir logis yang dipresentasikan dalam bilangan, ruang, dan bentuk dengan aturan-aturan yang telah ada yang tak lepas dari aktivitas insani tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang melibatkan pengembangan pola berpikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan belajar yang sengaja diciptakan oleh guru dengan berbagai model maupun metode agar program belajar matematika tumbuh dan berkembang secara optimal dan siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif.

(27)

4. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan matematika.

Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar, sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas, sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi , menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika tersebut, seorang guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan dan mengembangkan pengetahuannya.

(28)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu memahami dan menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan pelajaran matematika.

B. Kajian Tentang Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Sagala dalam Fathurrohman (2015), istilah model dapat dipahami sebagai suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Model dapat dipahami juga sebagai: 1) suatu tipe atau desain; 2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati; 3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data dan inferensi-inferensi yang digunakan menggambarkan secara sistematis suatu objek atau peristiwa; 4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; 5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner; 6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya. Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia yang sebenarnya. Oleh karena itu, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Secara lebih konkret, dapat dikemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan

(29)

belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran bagi para pendidik dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Pandangan yang sama dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2010) bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk melakukan pembelajaran. Sedangkan menurut Arends, model pembelajaran sebagai pedoman dalam menentukan strategi dan metode pembelajaran. Model pembelajaran merupakan operasionalisasi dari teori psikologi yang melandasinya yang berfungsi sebagai pedoman bagi perencana pembelajaran yang diejawantahkan melalui strategi pembelajaran untuk mengembangkan semua aspek kecerdasan peserta didik.

Joyce dan Weil dalam Fathurrohman (2015), mendefinisikan model pembelajaran sebagai suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran. Model pembelajaran merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menyeluruh.

Sedangkan menurut Arends, model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang disiapkan untuk membantu peserta didik mempelajari secara lebih spesifik berbagai ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Jadi, yang dinamakan model pembelajaran adalah suatu rencana yang berpijak dari teori psikologi yang digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

(30)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang menggambarkan kegiatan dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

2. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan guru (multi way traffic comunication).

Menurut Nurulhayati dalam Rusman (2013), Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri.

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses

(31)

pembelajaran tidak harus belajar dari guru ke siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah diterapkan. Terdapat empat hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yakni: (1) adanya peserta didik dalam kelompok, (2) adanya aturan main (role) dalam kelompok, (3) adanya upaya belajar dalam kelompok, (4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok.

Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan bila: (1) guru menekankan pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individual, (2) guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar, (3) guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri, (4) guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa, (5) guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan (Sanjaya, 2006).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud model pembelajaran kooperatif adalah model belajar mengajar di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dengan tingkat kemampuan kognitif yang heterogen.

3. Model Pembelajaran Two Stay Two Stray a. Pengertian Model Two Stay Two Stray

Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray kali pertama dikembangkan oleh Spencer Kagan pada 1992. Two stay two stray berasal dari

(32)

bahasa inggris yang berarti dua tinggal dua tamu. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lain.

Menurut Suyatno dalam Fathurrohman (2015), model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap dikelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok dan laporan kelompok.

Menurut Suprijono, model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray atau dua tinggal dua tamu diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk, guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi intrakelompok selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok.

Jika mereka telah selesai melaksanakan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah kembali ke kelompok asal, baik siswa yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud model Two Stay Two Stray atau dua tamu dua tinggal adalah model pembelajaran

(33)

yang memungkinkan setiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain.

b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Two Stay Two Stray

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan materi pelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.

2) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa secara heterogen dengan kemampuan berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah) maupun jenis kelamin.

3) Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau tugas untuk dibahas dalam kelompok.

4) Siswa 2-3 orang dari tiap kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk mencatat hasil pembahasan LKS atau tugas dari kelompok lain dan sisa kelompok tetap dikelompoknya untuk menerima siswa yang bertamu ke kelompoknya.

5) Siswa yang bertamu kembali ke kelompoknya masing-masing dan menyampaikan hasil kunjungannya kepada teman yang tetap berada dalam kelompok. Hasil kunjungan dibahas bersama dan dicatat.

6) Hasil diskusi kelompok dikumpulkan dan salah satu kelompok mempresentasikan jawaban mereka, kelompok lain memberikan tanggapan.

7) Guru memberikan klarifikasi terhadap jawaban yang benar.

(34)

8) Guru membimbing siswa merangkum pelajaran.

9) Guru memberikan penghargaan secara kelompok.

c. Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Adapun kelebihan dari model pembelajaran two stay two stray adalah sebagai berikut:

1) Dapat diterapkan pada semua kelas/ tingkatan.

2) Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna.

3) Lebih berorientasi pada keaktifan.

4) Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya.

5) Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.

6) Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan.

7) Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar.

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran two stay two stray adalah sebagai berikut:

1) Membutuhkan waktu yang lama.

2) Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok.

3) Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan.

C. Kajian Tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Nawawi dalam K.Brahim (2007:39) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari

(35)

materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sunal (1993:94), bahwa evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa.

Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya (Juliah, 2004). Menurut Hamalik (2003) hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian- pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas. Dari kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran.

(36)

Setelah melalui proses belajar maka siswa diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajar yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah menjalani proses belajar.

2. Hasil Belajar Matematika

Menurut Kimble dan Garmezy dalam Ali, sifat perubahan perilaku dalam belajar bersifat permanen. Dengan demikian hasil belajar dapat diidentifikasi dari adanya kemampuan melakukan sesuatu secara permanen, dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama.

Menurut Abdurrahman, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang, di mana hasil belajar dipengaruhi oleh inteligensi dan penguasaan anak tentang materi yang akan dipelajarinya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah tingkat keberhasilan atau penguasaan seorang siswa terhadap bidang studi matematika setelah menempuh proses belajar mengajar yang terlihat pada nilai yang diperoleh dari tes hasil belajarnya. Di mana hasil belajar matematika siswa dapat diukur dengan menggunakan alat evaluasi yang biasanya disebut tes hasil belajar.

(37)

3. Materi Belajar Matematika Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan a. Penjumlahan dan pengurangan dua pecahan berpenyebut sama

Penjumlahan dan pengurangan dua pecahan yang berpenyebut sama, pengerjaannya dilakukan dengan cara menjumlahkan atau mengurangkan pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap.

Contoh:

3

7+27= 3+27 =57 4535=15

b. Penjumlahan dan pengurangan dua pecahan berpenyebut tidak sama Penjumlahan dan pengurangan dua pecahan yang berpenyebut tidak sama, pengerjaannya dilakukan dengan cara menyamakan penyebutnya terlebih dahulu.

Selanjutnya pembilangnya dijumlahkan ataupun dikurangkan. Untuk menyamakan penyebut, menggunakan KPK dari kedua penyebut pecahan tersebut.

Contoh:

2

9+47= 1463+3663=14+3663 =5063 2314= 128123 =8−312 = 125 KPK dari 9 dan 7 adalah 63. KPK dari 3 dan 4 adalah 12.

c. Penjumlahan dan pengurangan tiga pecahan berurutan

Penjumlahan dan pengurangan tiga pecahan berurutan, pengerjaanya dilakukan dengan cara menyamakan penyebut ketiga pecahan terlebih dahulu.

Selanjutnya pembilangnya dijumlahkan ataupun dikurangkan.

(38)

Contoh:

3 4+5

8+1 2=6

8+5 8+4

8= 6 + 5 + 4

8 =15

8 = 17 8 KPK dari 4,8 dan 2 adalah 8.

23 4−2

3−4 6=11

4 −2 3−4

6= 33 12− 8

12− 8

12= 33 − 8 − 8

12 =17

12= 1 5 12 KPK dari 4,3 dan 6 adalah 12.

d. Penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal

Penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal dua pecahan desimal, pengerjannya dilakukan dengan cara menjumlahkan atau mengurangkan angka- angka yang nilai tempatnya sama.

Contoh:

Tentukan hasil penjumlahan pecahan berikut.

3,5 + 2,75 = 3,5 2,75 6,25

Tentukan hasil pengurangan pecahan berikut.

7,47 – 4,52 = 7,47 4,52 2,95

e. Masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan Contoh:

Irma memiliki 145 meter pita merah, 34 meter pita biru, dan 312 meter pita kuning.

Berapa meter panjang seluruh pita Irma?

(39)

Jawab:

Masalah penjumlahan

Panjang pita = 145+34+ 312=95+34+72= 3620+1520+7020=12120 = 6201 Jadi, panjang seluruh pita Irma adalah 6201 meter.

Ibu mempunyai telur 412 kg. Digunakan untuk membuat kue 114 kg. Berapa kg telur yang masih tersisa sekarang?

Jawab:

Masalah pengurangan

Banyak telur = 412− 114=2954 =18454 =134 = 314 Jadi, telur yang masih tersisa sekarang adalah 314 kg.

D. Kerangka Pikir

Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah proses pembelajaran. Upaya pembelajaran agar berhasil hendaklah dilaksanakan secara efektif, kreatif, dan menyenangkan bagi siswa dengan memperhatikan segala aspek yang terlibat dalam proses pembelajaran.

Setelah melaksanakan observasi pada kelas V SD Negeri Mongisidi II Kota Makassar, hasil belajar matematika siswa masih dibawah nilai KKM. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, hanya sebagian siswa yang antusias dan aktif dalam belajar, sedangkan yang lainnya tidak. Siswa juga cenderung bersifat individual dalam menyelesaikan tugas matematika yang diberikan oleh gurunya.

Guru cenderung hanya menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran

(40)

matematika, sehingga siswa kurang terlibat dalam kegiatan diskusi dengan temannya.

Masalah tersebut merupakan gambaran secara umum tentang permasalahan yang terdapat pada kelas V SD Negeri Mongisidi II Kota Makassar.

Terutama permasalahan yang terdapat di kelas VA. Terkait dengan permasalahan tersebut, maka perlu kiranya memperhatikan keterlibatan model pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Penyampaian materi pembelajaran dari guru ke siswa membutuhkan suatu jembatan atau alat bantu, alat bantu yang dimaksud ialah model pembelajaran, model pembelajaran yang efektif digunakan ialah model pembelajaran two stay two stray. Model yang bersifat kelompok yang dapat menciptakan kerja sama siswa selama proses belajar berlangsung. Treatment yang akan dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran two stay two stray terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Negeri Mongisidi II Kota Makassar.

(41)

Skema kerangka pikir

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang, kajian pustaka, maupun kerangka pikir, maka hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran two stay two stray terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Negeri Mongisidi II Kota Makassar.

Mata Pelajaran Matematika

Treatment: Model pembelajaran Two Stay Two Stray

Treatment

Hasil Belajar Matematika

Pretest

Posttest

(42)

26 A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang bertujuan mengetahui pengaruh model pembelajaran two stay two stray dalam proses pembelajaran.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen Pre- Experimental yaitu penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelas saja yang dinamakan kelas eksperimen tanpa ada kelas pembanding atau kelas kontrol.

Jenis ini dipilih karena peneliti akan memberikan treatment berupa model pembelajaran two stay two stray terhadap kelas yang akan diberikan eksperimen.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri Mongisidi II Kota Makassar.

C. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:

(43)

a. Variabel Bebas

Variabel bebas (independent Variabel) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran two stay two stray.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat (dependent Variabel) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar Matematika pada siswa kelas V SD Negeri Mongisidi II Kota Makassar.

2. Desain Penelitian

Penelitian eksperimen ini menggunakan Pre-Experimental Design bentuk One-Group Pretest-Posttest Design, dimana desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

Adapun desain penelitian One-Group Pretest-Posttest Design dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest Design

Keterangan:

𝑶1 = hasil pretest (sebelum diberi perlakuan) 𝑶1 X 𝑶2

(44)

𝐗 = perlakuan (model pembelajaran two stay two stray) 𝑶2 = hasil posttest (setelah diberi perlakuan)

Sugiyono, 2017: 111

D. Definisi Operasional

Secara operasional, definisi variabel penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut

1. Model pembelajaran two stay two stray pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada 1992. Two stay two stray berasal dari bahasa inggris yang berarti dua tinggal dua tamu. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lain.

2. Hasil belajar Matematika adalah hal yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran melalui pemberian tes.

Khususnya dalam pembelajaran Matematika kelas V di SD Negeri Mongisidi II Kota Makassar. Hasil belajar dapat dilihat berdasarkan kegiatan pretest dan posttest yang akan diberikan.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Mongisidi II Kota Makassar yang berjumlah 79 orang siswa. Adapun tabel jumlah siswa sebagai berikut:

(45)

Tabel 3.2 Populasi Penelitian

No Kelas Siswa Jumlah

L P

1 V-A 18 21 39

2 V-B 21 19 40

Jumlah 79

Sumber: Admin SD Negeri Mongisidi II Kota Makassar Tahun 2017/2018 2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Purposive Sampling.

Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel yang digunakan adalah kelas VA sebagai kelas eksperimen.

Pertimbangan yang dilakukan penulis memilih kelas V-A sebagai kelas eksperimen karena berdasarkan hasil observasi awal di kelas V-A hasil belajar matematika siswa rendah atau dibawah KKM. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini terdiri dari 39 siswa. Untuk lebih jelas dapat dilihat tabel berikut:

Tabel 3.3 Sampel Penelitian

No Kelas Siswa Jumlah

L P

1 V-A 18 21 39

Sumber: Admin SD Negeri Mongisidi II Kota Makassar Tahun 2017/2018

F. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(46)

a. Tes

Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Patta Bundu, 2012). Tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes tertulis dengan bentuk soal isian sebanyak 16 butir soal dan soal essai sebanyak 4 butir soal untuk mendapatkan data mengenai pengaruh model pembelajaran two stay two stray terhadap hasil belajar matematika siswa.

b. Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan oleh peneliti dan guru pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi dimaksudkan untuk mengetahui tingkah laku siswa dan guru selama proses pembelajaran. Observasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan observasi terhadap guru dilakukan untuk mengetahui performansi guru selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran. Observasi guru dilakukan oleh guru mitra dengan menggunakan instrumen penelitian.

2. Prosedur Pengumpulan Data

Pembelajaran dilaksanakan selama lima kali pertemuan. Pertemuan pertama sebagai pretest. Pertemuan kedua,ketiga dan keempat sebagai treatment (tindakan). Pertemuan kelima sebagai posttest. Setiap pertemuan dilakukan dalam waktu 2 x 45 menit.

(47)

Waktu yang dipergunakan tersebut disesuaikan dengan pembelajaran matematika di sekolah bersangkutan. Adapun rincian dari prosedur tersebut adalah sebagai berikut.

a. Pretest

Kegiatan pretest dilakukan sebelum treatment dengan tujuan mengetahui kemampuan dan hasil belajar matematika siswa sebelum diberikan tindakan pada kelas eksperimen.

b. Pemberian Treatment

Pemberian treatment berupa kegiatan proses belajar mengajar yang menggunakan model pembelajaran two stay two stray dilaksanakan di kelas eksperimen.

c. Posttest

Pada tahap ini, siswa diberikan sejumlah soal yang terstruktur untuk melihat hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen.

G. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument tes dan non tes. Instrumen tes yang digunakan untuk mengetahui data tentang hasil belajar Matematika tentang menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan. Bentuk instrument non tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui perubahan tingkah laku siswa.

1. Instrument tes

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu soal tes tentang materi pembelajaran Matematika untuk mengukur hasil belajar siswa. “Tes

(48)

sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban yang kemudian dijadikan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa” (Sudjana, 2011:35). Tes yang dilakukan pada penelitian ini berupa tes tertulis. Bentuk tes yaitu essai.

2. Instrument non tes

Penilaian ini menggunakan bentuk instrumen non tes berupa data hasil belajar sebelumnya. Data hasil belajar siswa diambil dari data hasil observasi awal sebelum penulis melakukan treatment atau model pembelajaran.

3. Uji Validitas Instrumen

Validitas instrumen dapat menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur. Suatu instrumen yang sudah dinyatakan valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapat data penelitian adalah valid. Untuk mengetahui validitas instrumen digunakan rumus product moment. Product moment correlation adalah salah satu teknik untuk mencari korelasi variabel. Disebut product moment correlation karena hasil belajar perkalian dari mencari moment variabel yang dikorelasikan (product of the moment). Untuk mencari korelasi product moment correlation digunakan uji validitas instrumen dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat di percaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok-kelompok subjek yang sama (homogen) diperoleh hasi yang relatif sama. Selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.

Dalam hal ini, relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan-

(49)

perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran. Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur, uji validitas instrumen dilakukan untuk menguji validitas (ketepatan).

Untuk menguji validitas tes hasil belajar digunakan rumus r pearson sebagai berikut:

𝑟𝒙𝒚 = 𝑁∑𝑋𝑌 − (∑𝑋)(∑𝑌)

√{𝑁∑𝑋2 − (∑𝑋)2}{𝑁∑𝑌2− (∑𝑌)2} Keterangan:

n = jumlah siswa

∑𝑋𝑌 = jumlah nilai perbutir dikalikan nilai per siswa

∑𝑋 = jumlah nilai per butir

∑𝑌 = jumlah nilai per siswa

Suharsimi Arikunto, 2015: 87 4. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas berhubungan dengan ketetapan hasil pengukuran. Maksudnya suatu instrumen yang reliabel akan menunjukkan hasil pengukuran yang sama walaupun digunakan dalam waktu yang berbeda.

Pada penelitian ini akan dilakukan uji reliabilitas pada hasil belajar matematika menggunakan rumus reliabilitas sebagai berikut:

𝑟

11

= ( 𝑛

(𝑛 − 1) ) (1 − ∑𝜎

𝑖2

𝜎

𝑡2

)

(50)

Keterangan:

r11 = reliabilitas yang dicari

∑𝜎𝑖2 = jumlah varians skor tiap-tiap item 𝜎𝑡2 = varians total

Suharsimi Arikunto, 2015: 122 5. Tingkat Kesukaran Soal

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi siswa untuk memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Untuk mencari tingkat indeks kesukaran (P) dengan rumus:

P= 𝐵 𝐽𝑆

keterangan:

P : Indeks kesukaran

B : Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Suharsimi Arikunto, 2015: 223

Kriteria untuk mengetahui indeks kesukaran item soal adalah:

Soal P = 0,00 – 0,30 termasuk soal sukar Soal P = 0,31 – 0,70 termasuk soal sedang Soal P = 0,71 – 1,00 termasuk soal mudah

(51)

Soal-soal yang dianggap baik, yaitu soal-soal sedang, adalah soal-soal yang mempunyai indeks kesukaran 0,30 sampai dengan 0,70.

6. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Rumus yang digunakan untuk mencari daya pembeda adalah:

𝐷 =𝐵𝐴 𝐽𝐴 −𝐵𝐵

𝐽𝐵 = 𝑃𝐴− 𝑃𝐵 Keterangan:

D : Daya pembeda butir soal J : Jumlah peserta tes

JA : Banyaknya peserta kelompok atas JB : Banyaknya peserta kelompok bawah

BA : Banyaknya peserta dari kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB : Banyaknya peserta dari kelompok bawah yang menjawab soal dengan Benar

PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P sebagai indeks kesukaran)

PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Suharsimi Arikunto, 2015: 228

(52)

Kriteria untuk mengetahui daya pembeda butir soal adalah:

Jika D = 0,00 – 0,20 adalah item yang jelek Jika D = 0,21 – 0,40 adalah item yang cukup Jika D = 0,41 – 0,70 adalah item yang baik Jika D = 0,71 – 1,00 adalah item baik sekali

D : negatif, semuanya tidak baik. Jika semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.

Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,4 sampai dengan 0,7.

H. Teknik Analisis Data 1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul apa adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku secara umum, berdasarkan hal tersebut analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar dalam pembelajaran matematika ketika diberi perlakuan model pembelajaran two stay two stray. Dalam analisis statatistik deskriptif akan digambarkan mulai dari jumlah sampel, mean, median, standar deviasi, nilai minimum, nilai maksimum dan variance. Skor yang diperoleh siswa kemudian dikonversi ke dalam bentuk nilai dengan menggunakan rumus berikut:

Nilai = Jumlah Perolehan Skor

Skor Maksimum x 100%

(53)

Yusriah (Firmansyah, 2014) menyebutkan bahwa data hasil belajar yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dikategorisasikan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, yaitu :

Tabel 3.4 Kategorisasi Standar Hasil Belajar

Skor Kategori

85 – 100 Sangat Tinggi

65 – 84 Tinggi

55 – 64 Sedang

35 – 54 Rendah

0 – 34 Sangat Rendah

Sumber : Yusriah (Firmansyah, 2014) 2. Analisis N-Gain

Analisis N-Gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dari pre-test ke post-test sebagai efek dari treatment pada kelas eksperimen dengan menggunakan rumus N-Gain:

𝑔 = 𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡− 𝑆𝑝𝑟𝑒 𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠− 𝑆𝑝𝑟𝑒

Hake,1991:1

Tinggi rendahnya gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Jika g ≥ 0,7 maka N-gain berada dalam kategori tinggi.

2) Jika 0,7 > g ≥ 0,3 maka N-gain berada dalam kategori sedang.

3) Jika g < 0,3 maka N-gain berada dalam kategori rendah.

(54)

38 A. Hasil Penelitian

1. Uji Validitas Instrumen

Perhitungan uji validitas instrumen tes dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Data yang dianalisis diperoleh dari hasil uji instrumen tes hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika yang terdiri dari 20 butir soal. Setelah data diperoleh, dilakukan pengujian validitas yang dihitung secara manual dan pengujian dilakukan di kelas V-B.

Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Uji validitas instrumen dilakukan untuk menguji validitas (ketepatan) suatu instrumen yang digunakan dalam penelitian.

Pengujian menggunakan taraf signifikansi 0,05 dan hasil dibandingkan dengan r tabel product moment. Kriteria pengujian adalah jika rhitung > rtabel, maka instrumen atau item-item soal berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid), jika rhitung < rtabel maka instrumen atau item-item soal berkorelasi tidak signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid). Dalam hal tersebut berikut rtabel dengan n-2 = 32-2 = 30 dan signifikansi 5% adalah rtabel= 0,361.

(55)

Tabel 4.1 Hasil uji validitas instrumen

No. item Korelasi Hubungan dengan r

tabel = 0,361

Validitas item

1 0,686 Lebih dari Valid

2 0,327 Kurang dari Tidak Valid

3 0,692 Lebih dari Valid

4 0,584 Lebih dari Valid

5 0,717 Lebih dari Valid

6 0,479 Lebih dari Valid

7 0,755 Lebih dari Valid

8 0,713 Lebih dari Valid

9 0,635 Lebih dari Valid

10 0,551 Lebih dari Valid

11 0,516 Lebih dari Valid

12 0,743 Lebih dari Valid

13 0,819 Lebih dari Valid

14 0,411 Lebih dari Valid

15 0,679 Lebih dari Valid

16 0,912 Lebih dari Valid

17 0,662 Lebih dari Valid

18 0,566 Lebih dari Valid

19 0,568 Lebih dari Valid

20 0,679 Lebih dari Valid

(dapat dilihat pada lampiran 7 hal.58)

Soal tes siswa yang semula berjumlah 20 butir, terdapat 19 butir yang memenuhi kriteria validitas. Dari sejumlah keseluruhan butir soal, peneliti menggunakan butir soal yang valid untuk penelitian, sedangkan butir soal yang tidak valid tidak di pakai. Butir soal tes siswa dilihat pada tabel 4.1 di atas.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila diukur beberapa kali dengan alat ukur yang sama.

Suatu instrumen dinyatakan reliabel apabila rhitung > rindeks reliabilitas, yaitu rhitung >

0,361. Pada penelitian ini akan dilakukan uji reliabilitas pada hasil belajar matematika menggunakan perhitungan reliabilitas sebagai berikut:

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

dan bayi di kabupaten di banyumas dapat diturunkan dengan adanya asuhan komprehensif, sehingga penulis tertarik mengambil judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Kehamilan,

Saran praktikan bagi pengembangan SMA Negeri 1 Ungaran adalah perlu adanya sebuah lab sejarah untuk menunjang pembelajaran sejarah dan dalam jangka waktu ke depan SMA

Kultivar Kenanga merupakan tanaman paling tinggi dengan 120,11 cm, hasil tersebut ketika dilakukan uji lanjut menunjukan bahwa kultivar kenanga tidak berbeda nyata dengan

Dalam konteks pengukuran kinerja untuk instansi pemerintah, Whittaker (1995) mendefmisikan sebagai suatu alat manajemen yang digunakan untk meningkatkan kualitas

Jika pemain menjawab dengan benar, maka pemain akan berpindah dari kotak No. Jika pemain menjawab dengan salah, maka pemain akan tetap di

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi ilmiah siswa kelas X SMA Negeri 1 Kartasura pada pembelajaran biologi mengalami peningkatan melalui penerapan

PENGARUH PREFERENSI MEREK TERHADAP EKUITAS MEREK LAPTOP LENOVO Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Menentukan percepatan waktu penyelesaian dan crash cost (biaya akibat percepatan) dari masing- masing kegiatan. Memilih kegiatan kritis dengan slope terkecil dan melakukan