• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Sosiso Historis Memilih Pasangan Hidup Perspektif Hadis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pendekatan Sosiso Historis Memilih Pasangan Hidup Perspektif Hadis"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN SOSISO HISTORIS MEMILIH PASANGAN HIDUP PERSPEKTIF HADIS

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember Untuk memperoleh gelar sarjana (S. Ag)

Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora jurusan Ilmu Hadis Program Studi Ilmu Hadis

Oleh:

MOH ARIF U20172035

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

2023

(2)

ii

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember Untuk memperoleh gelar sarjana (S. Ag)

Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora jurusan Ilmu Hadis Program Studi Ilmu Hadis

Oleh:

MOH ARIF U20172035

Disetujui Pembimbing

Makhrus, M.A NIP. 198211252015031002

(3)

iii

PENDEKATAN SOSISO HISTORIS MEMILIH PASANGAN HIDUP PERSPEKTIF HADIS

SKRIPSI

Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Pada Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora Program Studi Ilmu Hadits

Hari : Senin Tanggal : 9 Jabuari 2023

Tim Penguji

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. M. Khusna Amal, S.Ag., M.Si Fitah Jamaludin M.Ag.

NIP. 197212081998031001 NIP. 199003192019031007 Anggota:

1. Dr. H. Kasman, M. Fil.l. ( )

2. Makhrus, M.A ( )

Menyetujui,

Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora

Prof. Dr. M. Khusna Amal, S.Ag., M. Si NIP. 197212081998031001

(4)

iv

ِتاَثْيِبَخْلِل َنْوُ ثْيِبَخْلاَو َنْيِثْيِبَخْلِل ُتاَثْيِبَخْلٱ ِّيَّطْلِل ُتَبِّيَّطلا َو

ِّيَّطل َنْوُ بِّيَّطلا َو َنْيِب ِتاَب

َكِئَلُأ

َنْوُلْوُقَ ي اَّمِم َنْوُءَّرَ بُم ۖ

مْيِرَك ٌقْزِر َو ٌةَرِفْغَم ْمُهَل

ٌٌ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermamfaat kepada orang lain”

(5)

v

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah Swt., serta rahmat dan hidayah- Nya yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam setiap jengkal langkahku. Untuk orang-orang yang berarti dalam hidupku, karya kecil ini penulis persembahkan kepada

1. Kedua orang tua bapak Muhammad Purran dan ibu Rodiya, yang telah memberi cinta kasih sayang yang begitu tulus, yang telah mengajarkan untuk selalu bersabar dan bekerja keras tanpa harus mengeluh, serta mendoakan yang terbaik, semoga putramu dapat membanggakan kedua orang tua secara lahir dan batin.

2. Teman-teman Prodi Ilmu Hadis angkatan 2017 khususnya Khoiral Umam Sanur Rahmat, Ibron Imam Hunaifi, Moh. Farhan, Moh. Faisal Dandi, dan teman- teman yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih atas semangat dan dukungannya.

(6)

vi

mempunyai kesempurnaan. Teriring shalawat dan salam bagi kekasih-Nya, junjungan Nabi besar Muhammad saw. yang telah melakukan sesuatu yang luar biasa dan tidak ternilai harganya.

Sungguh, hanya karena rahmat-Nya, penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul "Pendekatan Sosio-Historis Memilih Pasangan Hidup Perspektif Hadis‟. Jika bukan karena ke- Agungan dan kasih sayang-Nya, sungguh penulis merasa tidak memiliki kemampuan. Terlalu banyak kekurangan yang penulis miliki dalam melakukan penelitian ini. Alhamdulillah, meskipun demikian, penelitian ini dapat diselesaikan.

Mengingat selesainya tugas penulisan ini tidak dapat dilepaskan dari peranberbagai pihak, maka kami haturkan terima kasih dan rasa penghargaan sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto SE MM. selaku ketua Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

2. Bapak Prof. Dr. M. Khusna Amal, S.Ag, M.Si selaku dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora.

3. Bapak Dr. Win Ushuluddin ,M.Hum.selaku Ketua Jurusan Studi Islam Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora.

4. Bapak Mahrus M.A. selaku Ketua Prodi Ilmu Hadist

(7)

vii

5. Bapak Mahrus M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberi kontribusi baik arahan, kritikan saran motivasi, dorongan dan bimbingannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

Dalam proses penyusunan skripsi selama ini telah diusahakan semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil terbaik. Namun penulis menyadari bahwa selalu ada celah dan kekurangan dalam setiap upaya manusia, karena kesempurnaan hanya milik Allah Swt. Oleh karena itu, penulis selalu membuka diri untuk menerima saran dan kritikan dari semua pihak demi perbaikan skripsi ini

Jember, 11 Desember 2022

Moh Arif

(8)

viii

dalam bahasa indonesia, baik berupa nama orang, nama tempat, nama kitab dan lain-lain. Prosesnya yaitu dilakukan sesuai dengan cara pengucapan dan ejaanya.

Transliterasi sangat dibutuhkan guna menjaga eksistensi bunyi yang sebenarnya di dalam suatu tulisan. Transliterasi ini berisi kata-kata atau huruf-huruf yang terdapat di dalam sebuah Al-Qur‟ān dan hadis. Dengan adanya transliterasi ini sehingga pembaca tidak kesulitan dalam menetapkan suatu bacaan.

A. Konsonan

Huruf Nama Huruf Latin Keterangan

ا Alif Tidak Dilambangkan Tidak Dilambangkan

ب Ba B Be

ت Ta T Te

ث Ṡa Es (dengan titik di atas)

ج Jim J Je

ح Ḥa Ha (dengan titik di bawah)

خ Kha Kh Ka dan Ha

د Dal D De

ذ Żal Ż Zet (dengan titik di atas)

ر Ra R Er

ز Zai Z Zet

س Sin S Es

ش Syin Sy Es dan Ye

ص Ṣad Es (dengan titik di bawah)

ض Ḍad De (dengan titik di bawah)

ط Ṭa Te (dengan titik di bawah)

ظ Ẓa Zet (dengan titik di bawah)

ع ʻAin ʻ Apostrof terbalik

غ Gain G Ge

ف Fa F Ef

ق Qaf Q Qi

ك Kaf K Ka

(9)

ix

ل Lam L El

م Mim M Em

ن Nun N En

و Wau W We

ه Ha H Ha

ء Hamzah ʼ Apostrof

ي Ya Y Ye

B. Vokal

Merupakan bahasa Arab tunggal, lambangnya berupa tanda atau harakat seperti:

Tanda Nama Huruf Latin

َا

Fatḥah A

ِا

Kasrah I

ُا

Ḍammah U

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf seperti:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

ْي َا

Fatḥah dan ya Ai A dan I

ْوَا

Fatḥah dan wau Au A dan U

C. Vokal Panjang

Vokal panjang yang lambangnya harakat seperti:

Huruf dan Harakat

Nama Huruf dan Tanda Nama

ىَ اَ

Fatḥah dan alif atau ya ā A dan garis di atas

يِ

Kasrah dan ya ī I dan garis di

atas

و ُ

Ḍammah dan wau ū U dan garis di

atas Contoh:

َتاَم

: māta

(10)

x

Transliterasi ta marbūṭah ada dua: Pertama, ta marbūṭah yang hidup yang di dalamnya terdapat harakat fatḥah, kasrah, dan ḍammah, dan ditransliterasikan dengan huruf “t”.

Kedua, ta marbūṭah mati, yang di dalamnya terdapat harakat sukun, dan ditransliterasikan dengan huruf (h). Jika terdapat kata yang berakhir dengan ta marbūṭah maka pasti akan diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- dan bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbūṭah itu ditransliterasikan dengan huruf (h).

Contoh:

لاَفْطلأا ُةَضْوَر

: rauḍah al-aṭfāl E. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydīd merupakan tulisan yang berada didalam bahasa Arab yang dilambangkan dengan tanda tasydīd ( ّ ) dalam transliterasi ini dilambangkan dengan mengulang huruf (konsonan ganda).

Contoh:

اَنَّ بَر

: rabbanā

Apabila terdapat huruf ي ber- tasydīd di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah ( ــ) maka ditransliterasikan seperti huruf maddah (ī)

Contoh:

ّيِلَع

: alī

F. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem penulisan Arab dilambangkan dengan huruf (alif lam maʻarifah) dalam pedoman ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa al- baik ketika diikuti huruf syamsiah maupun huruf qamariah.

Kata sandang tersebut ditulis terpisah dihubungkan dengan garis mendatar (-)

(11)

xi Contoh:

ُسْمَّشلا

: al-syamsu G. Hamzah

Huruf hamzah menjadi apostrof (ʼ) berlaku bagi hamzah yang terletak ditengah akhir kata. Namun bila huruf hamzah terletak di awal kata, maka tidak dilambangkan.

Contoh:

َنْوُرُمْأَت

: taʼmurūna H. Lafẓ al-Jalālah

Kata “Allah” yang didahului dengan partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya yang berkedudukan sebagai muḍāf ilaih ditransliterasi tanpa huruf hamzah. Adapun ta marbūṭah di akhir kata disandarkan kepada lafẓ al- jalālah dan ditransliterasikan dengan huruf (t).

(12)

xii

yang sangat penting sebelum melaksanakan sebuah pernikahan. Seseorang dianjurkan untuk memilih calon pasangan hidup yang baik dari berbagai aspek untuknya. Dalam hal ini pada umumnya kebanyakan pemuda di zaman sekarang lebih mementingkan faktor lahiriahnya saja seperti kecantikan ataupun ketampanan, kekayaan, status sosial, tanpa mereka melihat dari segi agama dan budi pekertinya. Permasalahanya yakni di jelaskan dalam sebuah hadits Nabi Saw, bahwasanya kriteria dalam memilih pasangan hidup yang paling utama yakni adalah bagaimana sebuah kualitas agama yang baik dan akhlak dari pasangan yang kita pilih. Agar nanti sesuai dengan tujuan pernikahan yaitu menciptakan sebuah keluarga yang sakinah,mawaddah, warahmah.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini antara ain: 1) Bagaimana pemahaman Hadis terkait memilih pasangan hidup, dalam kontek sosio historis?, 2) Bagaimana relevansi Hadis tentang memilih pasangan hidup pada saat ini.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang berupa library research (penelitian kepustakaan). Dengan menggunakan kajian ma‟anil hadis, dengan tujuan agar dapat memberi gambaran tentang memilih pasangan hidup sesuai dengan hadis Nabi, yang berangkat dari teori teks hadis dan sisio historis hadisnya, secara historis masyarakat arab ketika memilih pasangan hidup yang menjadi skala pioritas utama yaitu dilihat dari segi fisiknya, tetapi Nabi sangat menegaskan ketika memilih pasangan hidup bahwa faktor agama yang lebih baik, karena apabila seorang wanita memiliki agama yang bagus berakhlak baik pilihlah dia, memilih wanita dari segi agama. Memilih pasangan sholehah mampu membuat laki-laki bahagia dunia dan akhirat. Dan pasangan yang sholehah dapat menjadi bekal untuk membentuk generasi penerus yang islami. Begitupun ketika memilih laki-laki untuk menjadi pemimpin dalam rumah tangga. Carilah laki-laki berdasarkan agama, baik secara akhlak. Laki-laki yang baik mampu membimbing dan mengarahkanmu menuju jalan kebaikan.

Kata kunci: Sosio-Historis, Memilih pasangan Hidup

(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBINGBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... viii

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Metode Penelitian ... 11

F. Sistematika Pembahasan ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17

A. Penelitian Terdauhulu... 17

B. Kajian Ma‟anil Hadis ... 21

C. Pendekatan Sosio Historis ... 31

D. Pernikahan Dalam Perspektif Islam ... 34

(14)

xiv

B. Relevansi Hadis Tentang Memilih Pasangan Pada Saat Ini ... 80

BAB IV KESIMPULAN ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Di era perkembangan zaman, hadits di maknai dengan tepat sesuai kebutuhan saat itu, dengan alasan bahwa teks hadits sangat dibatasi, sementara kebenaran dari peristiwa itu selalu kuat. Teks hadits Nabi yang telah melalui rentang waktu yang sangat panjang sebenarnya harus dirasakan yang sesuai dengan signifikasinya. Untuk benar-benar memahami hadits, diperlukan ilmu- ilmu yang berbeda tentang pendekatan hadits Nabi. Karena hadits tidak hanya melihat secara tekstual saja, namun hadits itu harus dilihat dalam arti yang sebenarnya atau kontekstualnya.

Hadis merupakan segala sesuatu yang dinisbatkan kepada Nabi berupa perkataan, perbuatan, ketetepan (taqrir).1 Oleh Karena itu, hadis merupakan sumber ajaran kedua setelah Al-Quran. Dan fungsi hadis terhadap Al Qur an secara umum adalah untuk menjelaskan makna kandungan Al Qur an yang sangat dalam dan global atau li al-bayan.2

Seorang muslim, dalam menjalankan kehidupan tidak akan lepas dari dua pedoman hidup yaitu al-Quran dan hadis. Keduanya selaras dengan apa yang diwasiatkan oleh Rasulullah Saw sebelum beliau wafat: “Aku tinggalkan di antara kalian dua perkara, yang kamu tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya: kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya”. Berpegang kepada kitab Allah atau kitab al-Quran dan sunnah berarti mempelajari dan

1 M. Agus solahudin dan Agus suyadi, Ulumul hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), 16.

2 H. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2012), 18

(16)

mengamalkan kandungan terhadap keduanya dalam kehidupan sehari-hari,3 baik dalam ibadah ataupun yang lainnya. Secara tersirat Al-Qur‟an juga mendukung ide-ide tersebut, sesuai dengan firman Allah SWT:

ِرُبُّزلاَو ِتاَنِّ يَ بْلاِب َنْوُرَّكَفَ تَ ي ْمُهَّلَعَلَو ْمِهْيَلِإ َلِّزُ ن اَم ِساَّنلِل َنِّيَ بُتِل َرْكِّذلا َكْيَلِإ اَنْلَزْ نَأَو

Artinya :“Dan kami turunkan Al-Qur‟an kepadamu (Muhammad) agar kamu menjelaskan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan untuk mereka dan supaya mereka memikirkan.” (QS. An-Nahl 44)4

Nabi Muhammad SAW memberikan sebuah perintah agar menjelaskan dan menyampaikan kepada umat manusia tentang kadungan kitab suci Al-Qur‟an baik melalui lafal, amal, maupun taqrirnya, bisa dibilang bahwasanya hadist bisa digunakan sebagai penjelas terhadap pemaknaan kitab suci Al Qur‟an. ,Nabi SAW pernah bersabda melalui hadis yang diriwayatkan Imam Malik, Mengenai peran pentingnya hadis dalam ajaran Agama islam yaitu:

نل نيرما مكيف تكرت :لاق ملسو ويلع للها ىلص للها لوسر نا :امهب متكسمت ام اولضت

ولوسر ةنسو للها باتك

Artinya: Aku tinggalkan untuk kamu sekalian dua hal. Jika kamu mau perpegang teguh kepadanya niscaya kamu sekalian tidak akan sesat selamanya. Dua itu adalah kitab Allah Al-Quran dan Al-Hadis. (HR.

Imam Malik)

ونكستل اجاوزا مكسفنا نم مكل قلخ نا وتايا نمو نا ةمحرو ةدوم مكنيب لعجو اهيلا ا

موقل تايلا كلذ يف نوركفتي

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan- pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu

3 Aeni Mahmudah, Memilih pasangan Hidup Perspetif Hdist(Tinjauan Teori dan Aplikasi),Jurnal Diya al-Afkar, vol.4 No.01 Juni 2016

4 Departemen Agama Republic Indonesia, Al-Quran dan Terjemah

(17)

3

cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda(kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”5

Berdasarkan firman Allah SWT tersebut manusia di alam dunia ini pada kenyataannya hanya untuk satu tujuan yaitu untuk menyembah kepada Allah SWT. Oleh sebab itu, Allah SWT telah menetapkan aturan yang jelas dengan menurunkan Al-Quran dan hadis Nabi SAW, sehinnga manusia memiliki pedoman yang benar untuk melakasanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya

Allah SWT menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan, ada wanita dan laki-laki , salah satu ciri makhluk hidup yaitu adalah berkembang biak untuk generasi selanjutnya untuk melanjutkan keturunan. Allah memberikan karunia berupa pernikahan untuk memasuki jenjang hidup yang baru bertujuan untuk melanjutkan dan melestarikan penerusnya. Dalam pandangan islam, pernikahan merupakan salah satu sunah Nabi Saw yang tidak bisa dihindari oleh manusia, hewan ataupun tumbuh-tumbuhan6Salah satu masalah yang dibahas dalam sumber ajaran Islam adalah masalah pernikahan. Al-Qur‟an dan Hadis menekankan akan adanya keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah bagi setiap pasangan yang secara langsung membentuk sebuah rumah tangga. Banyak cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

5 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, op. Cit., 738

6 Aini Sholikhah,” Memilih Pasangan Hidup Menurut Perspektif Hadis (Tinjuan Ma‟anil Hadis)” (Skripsi, IAIN, Kudus,2020), 3

(18)

للها ىلص يبنلا نع ونع للها يضر ةريرى يبا نع حكنت لاق ملسو ويلع

عبرلا ةءرملا

اهلامل كادي تبرت نيدلا تاذب رفظاف اهنيدلو اهلامجو اهبسحلو يراخبلا هاور(

)

Artinya: Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu'alaihi wasallam, beliau bersabda: "perempuan itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya.

Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung.7

Salah satu upaya yang dapat dilakukan, untuk mempersiapkan kebahagiaan dalam sebuah pernikahan, adalah dengan cara memilih calon pendamping hidup. Nabi Saw telah memberi saran kepada seorang laki-laki dalam memilih jodoh, hendaklah melihat calon isterinya sebelum mengajukan lamaran terhadap pasangan yang diinginkan, agar tidak salah dalam pilihannya atau dalam keputusannya, sehingga dikhawatirkan kelak dapat merusak hubungan perkawinan. Pembolehan untuk melihat ini juga berlaku untuk perempuan.

Sesungguhnya harta, kecantikan dan kedudukan bisa berganti maupun berubah begitu saja. Betapa banyaknya seorang wanita yang cantik berubah menjadi jelek jika tidak memiliki budipekerti yang baik. Betapa banyak seorang yang tidak mampu (miskin) menjadi kaya. Dan banyaknya seorang jelata yang menempati tempat seorang yang terhormat. Adapun yang tetap dan tidak berubah pada diri manusia ialah budipekerti yang tidak baik dan perilaku yang menyebalkan. Sedangkan iman dan keshalihan dapat bertambah dari hari demi hari. Akhlak yang bagus dan menyenangkan dapat menyejukkkan hati suami istri dengan ketenangan batin dan kesempatan untuk menikmati hak- haknya yang ditunaikan oleh pihak lain yang menunaikannya dengan senang

7 Muhammad bin Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, (Beirut: Dar Al-Fikr, 2009), juz 3,

(19)

5

hati dan berharap ridha Allah Swt. Peristiwa ini pernah dijelaskan oleh Nabi Saw ketika beliau memerintahkan terhadap para orang tua wali untuk memilih menantu yang baik dan yang paling utama adalah yang beragama Islam (shalih) dan berakhlaq mulia.

Faktor agama merupakan salah satu faktor yang paling dominan dan paling utama dalam memilih pasangan hidup, karena dari faktor inilah yang akan menentukan kebahagiaan dan ketentraman rumah tangga. Hal ini didasarkan pada hadis riwayat Abu Hurairah yang menunjukkan bahwa di antara empat faktor yang ditunjuk Rasulullah untuk memilih calon istri, maka faktor agamalah yang harus diutamakan dan menjadi pertimbangan pertama saat menentukan pilihan.

Pernikahan bukan hanya aspek kesenangan untuk orang dengan lawan jenis, dan tidak hanya memilih pasangan secara apa yang dilihat baik dalam atau luarnya saja, melainkan kita harus melihat iman dan takwanya kepada Allah SWT. Pernikahan itu memilih satu pasangan hidup, bukan cuma hari ini, satu bulan, bahkan cuma sampai punya anak kemudian selesai, tapi akan terus berlangsung ke dalam surga. Maka ulama mengatakan, tidak ada yang tersisa dari syariat di dunia ini kecuali ibadah kepada Allah dan menikah. Satu- satunya ibadah sesama manusia yang masih menyisakan di akhirat hanyalah pernikahan dengan pasangan, dan juga ibadah kita kepada Allah, selain itu sudah tidak ada.8

8 Dedy Rizqi Wicaksono, Pesan Dakwah Ustadz Ma‟ruf Khozin Tentang Cara Memilih Pasangan Hidup Dalam Program Acara Kiswah Interaktif Di TV9 (Analisis Wacana), (Skripsi, UIN,Sunan Ampel, Surabaya), 8

(20)

Keluarga merupakan suatu bentuk tatanan kecil masyarakat. Dimana kita bisa untuk mencoba menjadi masyarakat yang baik dan tertata. Pemimpin yang adil dan bijaksana merupakan contoh kecil kita belajar berkeluarga, belajar menjadi guru untuk anak-anaknya kelak. Dalam agama Islam keluarga harus di dahului oleh suatu ikatan yaitu pernikahan melalui ijab dan qobul.

Pernikahan itu merupakan upacara yang suci yang harus di hadiri oleh kedua calon pengantin harus ada penyerahan dari pihak wanita (ijab) dan harus ada penerimaan dari pihak pengantin putra disebut dengan qobul.9

Dengan demikian dalam masalah pernikahan, hukum Islam telah mengatur mengenai rukun dan syarat sah pernikahan secara Islam, serta hal apa sajakah yang membatalkannya. Adapun hal pertama yang menjadi pokonya adalah niat. Seorang mikmin yang berniat untuk menikah hendaknya meluruskan niatnya. Apakah menikah untuk beribadah secara ikhlas karena Allah bukan dari faktor lain bukan karena-Nya. Faktor lain yang bukan karena-Nya misalnya, ingin menikah karena takut akan gunjingan orang, menikah karena hanya ingin meningkatkan gengsi dan status sosial, menikah karena hanya ingin meluapkan nafsunya saja dan lain sebagainya.

Untuk melihat kajian historis hadis-hadis terkait dengan diposisikannya perempuan sebagai obyek dalam pemilihan pasangan. Maka, penting untuk melihat posisi perempuan dalam masyarakat Arab saat itu, Pada masa Jahiliyah (sebelum Islam), masyarakat Arab memandang wanita sebagai mahluk yang berkedudukan sangat rendah. Bangsa Arab jahiliyah menerima

9 Aini Sholikhah,” Memilih Pasangan Hidup Menurut Perspektif Hadis (Tinjuan Ma‟anil Hadis)” (Skripsi, IAIN, Kudus,2020), 9

(21)

7

kehadiran wanita dengan dua cara yang berbeda. Mayoritas mereka menguburkan anak wanitanya hidup-hidup sebab seiring dengan itu mereka beranggapan terkubur jugalah segala aib yang menimpa dirinya. Tradisi lainnya, yaitu dengan tetap memelihara anak itu, namun dilakukannya secara tidak adil dan jauh dari nilai-nilai insaniyah (kemanusiaan).10

Harus diakui, kondisi obyektif geografis bagaimanapun sangat mempengaruhi pembagian peran antar anggota masyarakat. Masyarakat Arab menganut sistem patriarkhi, di mana posisi dominan dan penting dipegang oleh laki-laki, bapak (suami). Laki-laki yang bertanggung jawab menjalankan peran publik mencari nafkah untuk kelangsungan hidup, mempertahankan keutuhan keluarga ataupun kabilah, bahkan meningkatkan kualitas hidup, yakni dengan memenangkan peperangan dan mendapatkan rampasan perang yang banyak. Sedangkan perempuan menjalankan peran domestik sebagai pengasuh anak dan pengatur urusan rumah tangga. Konsekuensi dari tanggung jawab yang besar tersebut, menjadikan laki-laki memiliki beberapa hak istimewa.

Dalam lembaga perkawinan, seorang perempuan seringkali dieksploitasi dalam bentuk yang sangat tidak manusiawi, seperti dipaksa kawin, diperlakukan semena-mena oleh suami, dipoligami tanpa batas dan tanpa syarat, ditukar, disetubuhi (budak) untuk dijual anaknya. Saat itu, bentuk perkawinan yang paling dominan adalah kontraktual yang terorientasi pada seksual. Seorang suami dibenarkan oleh tradisi untuk saling tukar menukar

10 R.Magdalena, Kedudukan Perempuan Dalam Perjalanan Sejarah (Studi Tentang Kedudukan Perempuan Dalam Masyarakat Islam), : Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol. II, No. , 2017, 20.

(22)

istri. Seorang laki-laki menyerahkan istrinya pada laki-laki lain, sebagai gantinya laki-laki tersebut memberikan istrinya. Dalam beberapa kasus, di mana suami impoten, perempuan akan dikirimkan kepada orang lain untuk disetubuhi hingga hamil dan melahirkan keturunan. Realitas ini menunjukkan perempuan diposisikan sebatas obyek seksual dan pemuas kepentingan suami.

Pernikahan kontrak untuk waktu tertentu dengan sejumlah mahar yang disepakati, dan setelah masa yang ditentukan pernikahan tersebut bubar dengan sendirinya.11

Dalam ikatan pernikahan, seorang perempuan bisa dicerai kapan pun dan meski tanpa alasan apa pun oleh seorang suami. Bukan hanya itu, suami akan meruju-nya (kembali mengawininya) kapan saja dia mau, bahkan untuk dicerai dan dikawin lagi hingga beratus kali. Perempuan yang telah dicerai suami pun, harus atas izin bekas suaminya, bila ingin menikah dengan orang lain, dengan membayar tebusan yang diminta bekas suaminya.

Nasib para perempuan atau isteri pada masa Arab jahiliyah tidak ubahnya seperti harta benda, yang juga dapat diwariskan. Al-Bukhari menceritakan bahwa bila seorang laki-laki (suami) meninggal dunia, maka anak laki-lakinya mempunyai hak penuh atas ibu mereka (isteri laki-laki yang meninggal). Salah seorang anaknya mungkin justru menikahinya, bila dia (wanita itu) mau. Atau dapat juga mereka menikahkannya dengan laki-laki yang mereka sukai. Mereka bahkan mungkin mencegahnya untuk menikah

11 Nurun Najwah, Kriteria Memilih Pasangan Hidup (Kajian Hermeneutika Hadis), : Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qur‟an dan Hadis, Vol, 17, No. 1, Januari 21016,111.

(23)

9

lagi. Apabil ia hendak menikah lagi, maka harus membayar sejumlah uang kepada mereka.12

Di zaman yang serba instan dan cepat ini, nyatanya masyarakat terutama yang beragama Islam masih tetap memegang poin-poin yang digagas Hukum Islam dalam memilh pasangan hidup.

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belaang di atas kiranya dapat di rumuskan beberapa permasalahan yang akan di bahas di penelitian ini.

1. Bagaimana sosio historis pemahaman hadis memilih pasangan hidup dalam perspektif hadis?

2. Bagaimana relevansi hadis tentang memilih pasangan hidup pada saat ini?

C. Tujuan Penelitian

Dalam melaksanakan kegiatan pasti tidak aan lepas dari tujuan yang ingin dicapainya. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan peneliti adalah:

1. Untuk memahami sosio hitoris.hadis memilih pasangan hidup dalam persepektif hadis.

2. Untuk mengetahui relevansi hadist tentang memilih pasangan hidup perspektif hadis.

12 R.Magdalena, Kedudukan Perempuan Dalam Perjalanan Sejarah (Studi Tentang Kedudukan Perempuan Dalam Masyarakat Islam), : Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol. II, No. , 2017, 12.

(24)

D. Mamfaat penelitian

Adapun mamfaat penelitian adalah:

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap khazanah dan wawasan keilmuan Islam khususnya mengenai hadis memilih pasangan hidup dalam perspektif Hadist Nabi.

b. Sebagai upaya mengembangkan ilmu pengetahuan pada aspek pemahaman terhadap hadis nabi, terutama yang berkaitan dengan problematika hadis memilih pasangan hidup.

2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti

1) Menambah dan mengembangkan wawasan serta pengetahuan tentang penulisan karya ilmiah sebagai bekal untuk mengadakan penelitian selanjutnya.

2) Mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan menghasilkan wawasan serta saran kontruksi untuk memahami, mengamalkan hukum-hukum Islam.

b. Bagi Prodi Ilmu Hadis

Penelitian ini dapat memberikan wawasan lebih luas mengenai pemahaman hadis memilih pasangan hidup menrut hadist Nabi.

c. Bagi Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora

(25)

11

Penelitian ini dapat memperkaya khazanah keilmuan khususnya ilmu hadis dan sebagai kelengkapan dokumen bagi fakultas ushuluddin adab dan humaniora.

d. Bagi lembaga IAIN Jember

Dapat memberikan kontribusi baru yang positif dan menjadi tambahan literatur di perpustakaan IAIN Jember.

e. Bagi pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan baru bagi pembaca untuk mengetahui lebih rinci mengenai langkah-langkah dan penerapan dalam melakukan penelitian serta memahami hadis memilih pasangan hiup.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang berupa library research (penelitian kepustakaan), terdapat beberapa pengertian mengenai penelitian yakni salah satunya ialah penelitian kepustakaan adalah studi yang mempelajari berbagai buku referensi serta hasil penelitian sebelumnya yang sejenis yang berguna untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti.13

Sesuai dengan jenis penelitian kepustakaan, maka sumber data dalam penelitian ini berasal dari literatur yang ada diperpustakaan, sumber

13 Milya Sari, „‟Penelitian Kepustakaan Dalam Penelitian Pendidikan IPA‟‟, Natural science penelitian bidang IPA dan pendidikan IPA, Vol. 6 No. 1, 2020, 43.

(26)

data tersebut diklasifikasikan menjadi sumber data primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber data primer dalam hal ini adalah kitab-kitab hadis yang memuat hadis tersebut.

b. Sumber data sekunder berasal dari literatur yang ditulis oleh pemikir lain yang ada hubungannya dengan pembahasan diatas dan buku-buku yang berkaitan dengan hal tersebut.

2. Teknik pengumpulan data

Metode pengumpulan data yaitu dengan menghimpun hadis-hadis yang berkaitan dengan topik ini dan juga literatur-literatur yang berkaitan.

Dan setelah mengumpulkan dan membaca literatur-literatur yang berhubungan dengan pembahasan, baik data primer maupun sekunder dilakukanlah pengkodean terhadap poin-poin mana saja yang penting.

Kemudian sumber data dikumpulkan dan dipelajari, dan di pahami untuk selanjutnya diadakan penganalisian terhadap pembahasan tersebut.

3. Analisis Data

Dalam menganalisis data yang sudah terkumpul, dalam penelitian ini menggunakan metode ma‟anil hadis yang digunakan oleh Muhammad Syuhudi Ismail.Muhammad Syuhudi Ismail dalam memahami hadis menempuh beberapa langkah: pertama, melakukan analisis teks; kedua, melakukan identifikasi konteks historis kemunculan hadis; dan ketiga, melakukan kontekstualisasi hadis. Melalui ketiga langkah tersebut, struktur pemikiran Muhammad Syuhudi Ismail dalam memahami hadis

(27)

13

begitu kuat khususnya dalam menganalisis teks-konteks. 14 Berikut ini penjelasan langkah-langkah yang ditempuh oleh Muhammad Syuhudi Ismail dalam memahami hadis:

a. Pertama, dalam melakukan analisis teks, Syuhudi Ismail mengolah teks hadis dengan mencermati bentuk matan, hubungan antar Teks (hadis dengan dalil lain), dan analisis kebahasaan. Kesemuanya merupakan salah Satu bentuk metode pemahaman dalam Aspek tekstual (lingkup kajian Hermeneutik).15 Muhammad Syuhudi Ismail dalam analisis teks ini merupakan upaya pengklasifikasian dalam rangka memahami makna hadis dari sisi teks. Baik jami‟ al-kalim (ungkapan singkat padat makna), tamsil (perumpamaan), bahasa simbolik (ramzi), bahasa percakapan (dialog), dan ungkapan analogi (qiyasi) sangat terkait dengan teks, yang difungsikan oleh Muhammad Syuhudi Ismail sebagai indikator untuk melihat keberlakuan suatu hadis.16

b. Kedua, Muhammad Syuhudi Ismail melakukan identifikasi konteks historis hadis. Dalam upayanya menggali konteks hadis, baik itu mikro maupun makro. Kemudian menarik inti pesan Nabi yang dimaksud, dan selanjutnya menghubungkannya dengan masa dimana hadis tersebut dipahami oleh pembaca. Perangkat ilmu hadis yang berupa Asbāb Al-Wurūd dan konteks makro hadis nampak berfungsi untuk

14 Taufan Anggoro, Analisis Pemikiran Muhammad Syuhudi Ismail Dalam Memahami Hadis. Jurnal Ilmu Hadis, Vol. 3, No. 2, 2019, 93.

15 Ibid,,, 103.

16 Ibid,,, 97.

(28)

mengkhususkan hadis yang bersifat umum, merinci hadis yang bersifat global, dan menentukan ada atau tidaknya Nasikh-mansukh dalam suatu hadis. Kemudian secara umum, upayanya dalam menganalisis konteks hadis mencakup beberapa aspek, seperti aspek historis, sosiologis, dan antropologis hadis saat itu.17 Muhammad Syuhudi Ismail dalam hal memahami hadis juga melibatkan konteks munculnya sebuah hadis. Maka, Syuhudi melihat konteks hadis menjadi dua segi, yaitu pertama, dari segi posisi dan fungsi Nabi, lalu yang kedua, dari segi situasi dan kondisi dimana suatu hadis muncul.18

c. Ketiga, dalam hal melakukan kontekstualisasi hadis, Muhammad Syuhudi Ismail mengaplikasikan pada kajian hadisnya. Walaupun memang dapat dikatakan Syuhudi tidak terlalu intens melakukannya.

Upayanya tersebut terdapat dalam konsep memahami hadisnya dengan sebutan Ilmu Ma‟ānil Hadīts.19 Dalam hal ini ada 3 metode yaitu pendekatan sejarah, antropologi dan fakta ilmiah. Untuk lebih jelasnya maka akan diuraikan secara rinci.

1) Posisi Dan Fungsi Nabi

Muhammad Syuhudi Ismail mengungkapkan bahwa hadis- hadis Nabi yang menyangkut fungsi Nabi sebagai pemimpin berlakunya hanya secara temporal, bukan universal. Yang menjadi qarinah (indikator) nya adalah ketetapan yang ada dalam hadis- hadis diatas bersifat primordial, yakni sangat mengutamakan orang

17 Ibid,,, 100.

18 Ibid,,, 97.

19 Ibid,,, 101.

(29)

15

Quraisy. Oleh karena itu, hadis-hadis tersebut tidak tepat jika dimaknai secara tekstual apa adanya, karena akan bertentangan dengan hadis Nabi yang lain.

Jika hadis muncul ketika kapasitas Nabi sebagai Rasulullah maka ketetapan yang ada dalam hadisnya menjadi wajib untuk diikuti, dan berlaku secara universal. Jika selain itu (seperti sebagai manusia biasa, hakim, pribadi, dan lain-lain) maka ketetapan yang ada dalam hadisnya bisa saja berlaku secara temporal ataupun lokal.

2) Situasi dan Kondisi Dimana Hadis Muncul

Hadis pada kemunculannya melibatkan situasi dan kondisi yang mengitarinya. Situasi dan kondisi yang mengitari munculnya hadis ini dapat secara tetap maupun berubah-ubah. Karenanya, dari sisi tersebut setidaknya kemunculan hadis dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang tetap dan yang tidak tetap (berubah-ubah).

3) Pendekatan Sejarah

Pendekatan sejarah adalah pendekatan dalam studi Islam yang bukan hanya untuk mengungkapkan masa lalu ke masa kini dan memprediksi masa kini ke masa depan.120 Pendekatan sejarah merupakan mengkaji Islam dari perspektif yang dikenal dalam ilmu-ilmu sejarah, dalam hal ini sebuah sejarah dipengaruhi banyak faktor, sejarah dipengaruhi oleh masa dan cara berpikir di masa itu.

(30)

4) Pendekatan Antopologi

Pendekatan antropologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dalam hal-hal yang berkaitan dengan aspek fisik yakni warna kulit, bentuk rambut, bentuk muka, bentuk hidung, tinggi badan maupun dalam hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial.

5) Fakta Ilmiah

Kebenaran fakta ilmiah adalah salah satu metode yang digunakan dalam memahami hadis secara kontekstual, dengan melihat kejadian yang sedang berkembang di era modern ini.

F. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan dipenilitian ini adalah: Bab Pertama, Dalam bab ini berisi tentang pendahuluan yaitu: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi istilah, sistematika pembahasan dan metode penelitian Bab Kedua, Berisi tentang: penelitian terdahulu dan kajian teori. Bab ketiga, Berisi tentang: hasil penelitian dan pembahasan Bab Keempat, Penutup merupakan hasil akhir penelitian yang mana dalam penutup ini akan disampaikan kesimpulan dan saran.

(31)

17 BAB II

KERANGKA TEORI A. Penelitian Terdahulu

Untuk mengetahui orisinalitas dan posisi penelitian yang berhak dilakukan, maka dalam hal ini sangat di perlukan adanya mapping penelitian.

Dengan ini akan di cantumkan penelitian terdahulu yang sudah pernah diteliti terkait persoalan mānil hadīts.

a. Jurnal yang di tulis oleh Aeni Mahmudah (Diya al-Afkar Januari 2016) dengan judul “ Memilih Pasangan Hidup Dalam Perspektif Hadis (Tinjuan Teori Dan Aplikasi)” dalam jurnal ini membahas memilih pasangan hidup yang merupakan tahap pertama yang harus dilalui sebelum penikahan, beberapa hal dapat mendorong seseorang, saat menentukan siapa yang pantas untuk dijadikan sebagai pendamping hidup dengan merujuk pada keshahihan, makna, dan relevansinya terhadap kehidupan masyarakat pada masa saat ini. Sehingga dapat disimpulkan akhir dari jurnal ini yakni dalam permasalahan memilih pendamping hidup, masyarakat saat ini masih senantiasa menggunaan konsep-konsep sebagaimana yang di jelaskan dalam hadis nabi, namun perbedaannya pada saat ini yakni adanya sebuah kelonggaran dalam memilih pasangan hidup. Baik laki-laki maupun perempuan lebih terbuka dalam menentukan pilihannya. Semua itu sah-sah saja, karena pada dasarnya tujuan atau niat dari memilih pasangan hidup, tidak lain agar kelak rumah tangga yang

(32)

akan dijalani dapat berbuah kebahagiaan baik di dunia, maupun di akhirat.20

b. Jurnal yang di tulis oleh Nurun Najwah (Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta) dengan judul, “Kreteria Memiih Pasangan Hidup (Kajian Hermeneutika Hadis)”, dalam jurnal ini membahas bagaimana cara atau keteria memilih pasangan hidup dengan menitik beratkan pada kajian hermeneutika hadis. Dan selanjutnya mengupas tuntas tentang berkeluarga ataupun ikatan perkawninan yang menraik untuk di bahas, khususnya yang belum berkeluarga dan menyiapkkan putra-putrinya untuk berkeluarga.

Mengingat , perjalanan hidup dalam pernikahan yang telah mereka jalani mulai dari dari prosesi pernikahan itu sendiri sampai berlangsungnya kehidupan keluarga, seringakali menjadai guru terbaik bagi proses pembalajaran hidup mereka. Hasil dari jurnal ini yakni dalam berkeluarga adalah bagian terkecil dari bermasyarakat, tetapi realitas lebih banyak berbicara bahwa dari bagiann terkecil inilah kontruksi ideologi yg lebih luas tercipta. Oleh karenanya, berdasarkan hal tersebutlah wajib melakukan banyak sekali perubahan. Yakni dengan membentuk keluarga yang kokoh dngan diawali menentukan pasangan yg tepat, yg keberagamaannya atau perilakunya benar-benar baik sesuai dengan yang sudah di jelaskan dalam hadis nabi.21

20 Aeni Mahmudah, Memilih Pasangan Dalam Perspektif Hadis ( Tinjauan Teori dan Aplikasi), Jurnal: Diya Al-Afkar, Vol. 4, No. 01, Juni 2016.

21 Nurun Najwah, Kriteria Memilih Pasangan Hidup (Kajian Hermeneutika Hadis), ( Universitas, Sunan Kaijaga Yogyakarta, vol.17, No.1, Januari 2016).

(33)

19

c. Skripsi yang di tulis oleh Aini Sholikhah ( Institut Agama Islam Negeri Gudus Fakultas Ushuluudin Prodi Ilmu Hadis) dengan judul,

“ Memilih Pasangan Hidup Menurut Perspektif Hadis ( Tinjuan Ma’ānil Hadīs) membahas bagaimana cara memilih pasangan hidup menurut hadis, tapi menitik beratkan pada kajian Tinjuan Ma‟ānil Hadīsnya dan juga membahas bagaimana kriteria memilih pasangan hidup menurut Nabi.22

d. Jurnal yang di tulis oleh Rosa Raudhatul Jannah yang berjudul

“kriteria memilih pasangan hidup menurut hadis riwayat imam Al- Bukhari dan impikasinya terhadap pendidikan pranikah” yang mana dalam penelitian ini menekankan pada pembahasan syarah hadis, kemudian menggali esensi kriteria memilih pasangan hidup menurut hadis riwayat imam Bukhari, kemudian mengungkapkan beberapa pendapat daripada ahli, dan diakhiri dengan mengidentifikasi implikasi hadis tersebut terhadap pendidikan pranikah. Yang dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa laki-laki itu boleh memilih wanita dengan orientasi apapun, baik secara duniawai ataupun ukhrowi dalam hadis nabi disebutkan bahwa wanita dinikahi karena memiliki empat sifat, ke empat sifat itulah yang menjadi daya tarik laki-laki untuk menikahinya, akan tetapi terdapat sebuah himbauan agar pria mengutamakan faktor

22 Aini Sholikhah, Memilih Pasangan Hidup Menurut Perspektif Hadist ( Tinjuan Ma‟anil Hadits),Skiripsi IAIN Gudus, 2020

(34)

agamanya hal inilah yang menjadi dasar dalam memilih pasangan hidup.23

e. Jurnal yang di tulis oleh Paryadi dengan judul “memilih jodoh dalam islam”, dalam jurnal ini dalam memilih pasangan hidup lebih ditekankan dalam melihat segi keagamaannya dan diakhiri dengan do‟a sebagai bentuk penyerahan diri kepada Allah SWT. Menikah bukan hanya semata-mata karena kebutuhan biologis dan sosiologis, namun didalamnya terdapat dimensi sunnatullah dan sunnaturrasul.

Oleh karena itu memilih jodoh sangatlah penting bagi calon suami maupun isteri sebagai rangkaian awal menuju pernikahan. Penyesuaian dalam memilih jodoh bukan hanya pada aspek-aspek material saja seperti ras, kelas, derajat, kekayaan tetapi kemantapan beragama dan kebaikan akhlak keduanya. Hal ini tidak menafikan perbedaan- perbedaan dalam hal memilih pasangan, dan kemudian langkah akhir dalam menentukan pasangan hidup yakni dengan berserah diri dengan berdo‟a dan istikharah mengharap petunjuk kepada Allah SWT.24

Dengan demikian terdapatlah persamaan dan perbedaan antara penelitian Aeni Mahmudah, Nurun Najwah, Aini Sholikha, Rosa Raudhatul Jannah, dan Paryadi dengan karya penelitian ini. Letak persamaanya adalah sama-sama membahas memilih pasangan hidup dan juga membahas mengenai kriteria memilih pasangan hidup

23 Rossa Raudatul Jannah, kriteria memilih pasangan hidup menurut hadis riwayat imam Al-Bukhari dan impikasinya terhadap pendidikan pranikah, Jurnal: Riset Pindidikan Agama Islam, Vol. 1, No. 1, 2021

24 Paryadi, Memilih Jodoh Dalam Islam, Jurnal: STIS Hidayatullah Balikpapan Kalimantan,Vol. 01, No. 01, Maret 2015.

(35)

21

menurut hadis Nabi Saw. Sedangkan perbedaannya pada penelitian Aeni Mahmudah menggunakan metode tinjauan teori dan aplikasi, penelitian Nurun Najwah menggunakan metode hermeneutika hadis, penelitian Aini Sholikha menggunakan pembahasan tinjauan ma‟anil hadis, peneitian Raudatul Jannah menggunakan metode tahlili, dan penelitian ini menggunakan pendekatan sosio historis hadis.

B. Kajian Ma’ānil Hadīs

1. Pengertian ilmu ma'ānil hadīs

Secara etimologi, kata 'ulum, adalah bentuk jama dari kata ´Ilm.

Kata ilm menurut bahasa adalah bentuk masdar yang bermakna sinonim dengan paham dan makrifat. Menurut istilah ilmu adalah upaya menemukan pengetahuan tentang sesuatu juga bakat yang melekat pada diri seseorang yang dengannya dapat memperoleh sesuatu yang telah dihasilkan. Jadi ilmu adalah usaha yang dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang dirumuskan dalam disiplin ilmu yang terddapat dalam pikiran sehingga pemikirannya mampu membedakan sesuatu hal atau kejadian.25

Hadits menurut bahasa artinya baru. Hadits juga "secara bahasa"

berarti "sesuatu yang dibicarakan dan diambil", serta "sesuatu yang sedikit dan banyak". Jamaknya dari kata al-hadits. Menurut istilah para ahli hadits adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Saw, berupa perkataan,

25 Ahmad Izan, Ulumul Qur‟an, (Bandung: Humaniora, 2011), hlm. 3

(36)

perlakuan, ketetapan, sifat atau sirah beliau, baik sebelum masa kenabian maupun sesudah masa kenabian².

Ma'āni dalam bentuk jamak adalah gambaran suatu daya imajinatif perasaan seseorang serta persepsi rasional yang terealisasi melalui ungkapan kata. Sehingga dilihat dari segi kebahasaan bahwa makna dari suatu ungkapan pada akal manusia dan berkolerasi kuat dengan perasaan.

Jika di lihat dari segi kebalaghohan tersaji secara khusus yang membahas tentang hakikat ma'āni disajikan dalam bentuk ta'rif ilmu al-ma'āni.

Menurut bahasa hadits berarti baru dan sesuatu yang dibicarakan.

Pada awal mula pengetahuan mengenai ma'ānil al-hadīs menjadi suatu bagian dari ilmu gharib al-hadis. Hal tersebut wajar terjadi dalam batang tubuh ungkapan suatu matan hadis. Garib artinya sulit untuk dimengerti dan dipahami dengan kata lain hal kata tersebut jarang dipakai dalam komunikasi sehari-hari. Menurut Muhammad Ibnu dalam memperkenalkan alternative batasan istilah "ulum al-hadis"

mengungkapkan suatu definisi yang mengarah pada ilmu ma'ānil hadīts adalah ilmu yang menjelaskan bagaimana upaya yang menduga kehendak atau keinginan dari maksud suatu hadis yang pengurainnya berdasarkan kaidah bahasa arab, prinsip-prinsip syariah dan keserasian dengan hal ihwal nabi Muhammad SAW.

Adanya pembatasan terhadap ilmu maʼānil hadīs menempatkan dirinya sebagai wasilah untuk merumuskan suatu makna pengertian yang langsung bisa dipahami oleh teks redaksi teruslah terhadap ungkapan hadis

(37)

23

dan keinginan yang sebenarnya dari ungkapan tersebut. Dalam hal ini untuk mengontrol dua variable makna, maka melibatkan kaidah lengustik bahasa arab klasik prinsip-prinsip syariat dan mencermati hal kenyataan hal ihwal tentang Nabi Muhammad SAW. dalam memahami obyek material teks suatu hadis setiap orang cenderung berbeda, hal tersebut disebabkan karena daya nalar dan ketajaman analisis individu tingkatannya berbeda-beda, selain itu disebabkan oleh watak atau sifat kata dan ungkapan suatu hadits berpeluang mempunyai makna yang ganda.

Hal ini terbukti dengan adanya kesenjangan ulama pensyarah hadis dalam menarik estimasi ajaran atau estimasi hukum. Sehingga dapat di simpulkan bahwa pemahaman ulama terhadap ungkapan suatu hadits itu bertaraf abstraktif dan cenderung subyektif.

Ilmu ma'ānil hadīts secara istilah terdapat diartikan sebagai suatu keilmuan yang di dalamnya mengungkapkan tentang suatu faktor metodologi dalam memahami hadits Nabi Muhammad Saw, hadits tersebut dapat di pahami kaidahnya dengan benar. Dengan adanya metodologi seperti ini pembaca mampu memahami hadits dengan melihat konteks zaman dahulu, sehingga pembaca bisa meninjau persamaan dan perbedaan untuk pengamalan suatu hadis pada zaman sekarangdengan mengedepankan aspek historis."26

Menurut Mustaqim dalam bukunya memaparkan ilmu ma'ānil al- hadīts merupakan suatu kajian matan akan suatu hadits yang mengkaji

26 Nur Fadilah, Ma,anil Hadis, Sidoarjo: Jitos Digital Press 2011, hlm. 273

(38)

tentang bagaimana memaknai suatu hadis tersebut dan memahaminya, sehingga ketika menyampaikan suatu hadis harus mampu menghubungkan teks hadis tersebut dan konteks masa kini, hal ini agar mampu memperoleh penjelasan relative jelas agar tidak harus kehilangan di konteks masa kini.27

2. Sejarah Perkembangan Ilmu Ma'ānil Hadīts

Pada masa Nabi Muhammad Saw, sahabat juga tabi'in belum ada istilah ma'ānil al-hadīts. Dalam kitab klasik hadits, syarah hadis, maupun ′ulumul hadis tidak pernah disinggung perihal perihal ma‟ānil hadīs yang mengacu pada suatu kedislipinan keilmuan khusus. Istilah tersebut kemudian muncul baru-baru ini dalam studi hadis kontemporer.

Ilmu ma'anil hadis telah diaplikasikan sejak zaman Nabi Muhammad Saw, akan tetapi sangat lugas. Pada awal munculnya ilmu hadits, kajian ma'anil hadis berkembang pada generasi mutaqaddimin. Kemudian para ulama' selanjutnya berusaha memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari suatu hadis dengan cara memunculkan berbagai kitab syarah hadits, seperti kitab tanwirbal-Hawalik syarah al-Muwaṭha karya imam Malik yang di syarahi oleh Jalaludin Abdurrohman al-Suyuṭhi, kitab Fathul Barri Syarah kitab Shahih Bukhari yang di syarahi oleh Ibnu Hajar Atsqolani dan lain sebagainya.

27 Abdul Maiid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadis, Jakarta: Amzah 2014,hlm.

134.

(39)

25

Sebelum munculnya kitab syarah, para ulama sudah meletakkan dasar ilmu ma'anil al-hadis salah satunya adalah ilmu hadits gharib, yaitu ilmu yang membahas tentang hadis-hadis yang memiliki matan yang asing dan sulit dipahami, terutama pada generasi pasca sahabat, di mana pada masa itu islam sudah berkemang luas keseluruh dunia. Muncullah istilah ilmu ma'anil al-hadis di maksudkan agar mampu meringkas disiplin ilmu- ilmu hadis yang terkait dengan objek suatu kajian matan suatu hadis, yang mana sudah di gunakan ulama' dalam ilmu gharib hadis, nasikh mansukh, mukhtalif hadis, asbāb al-wurūd dan lain sebagainya".

Ilmu ma'anil pertama kali dikembangkan oleh Abd al-Qahir al- Jurzani. Objek kajian ilmu ma'anil adalah kalimat-kalimat yang berbahasa arab. Tentu ditemukannya ilmu ini bertujuan untuk mengungkapkan kemukjizatan al-Qur'an, hadits dan rahasia-rahasia kefasihan kalimat- kalimat bahasa arab, baik puisi maupun prosa. Disamping itu objek kajian imu ma'anil hampir sama dengan ilmu nahwu. Kaidah-kaidah berlaku dan digunkan ilmu nahwu berlaku dan digunakan juga oleh ilmu ma'anil.

Perbedaan antara keduanya terletak pada wilayahnya. ilmu nahwu lebih bersifat murad (berdiri sendiri) sedangkan ilmu ma'anil lebih bersifat tarkibi (dipengaruhi faktor lain).28

28 Abdul Mustaqim, Ilmu Ma‟anil Hadis Pradigma Interkoniksi, Berbagai Teori dan Metode Memahami Hadis, (Yogyakarta: Idea Pres, 2008,) hlm 5.

(40)

3. Tujuan dan kegunaan Ilmu Ma'ānil Hadīs

Muatan terhadap berbagai kaidah mayor dan kaidah minor dalam tinjauan ilmu ma'anil al-hadits berfungsi sebagai media pembantu dalam usaha memakai atau memahami ungkapan hadits. Kegunaan seperti ini bermaksud agar pengakaji mengetahui maksud dari ungkapan suatu hadis dengan pemaknaan yang tepat dan pemahaman yang memadai. Dengan adanya pamaknaan kita berharap agar semakin banyak yang mengatahui inti dari ajaran syariat yang diambil dari pemahaman terhadap hadis nabi Saw. Sehingga dengan adanya hal tersebut membuka secara lebar peluang untuk mampu mengambil nilai keteladanan dari perikehidupan Nabi Saw dan tuntunan yang sempurna.

4. Hakikat Ma'ānil Hadīs

Kajian ma'ānil al-hadīts pada dasarnya sudah ada sejak masa Nabi Saw, terutama ketika Nabi Saw dijadikan Rosul sehingga digunakan sebagai panutan para sahabat dan seluruh kaum muslimin. Dengan kemahiran dan kemampuan yang di miliki oleh para sahabat pada masa itu, secara umum para sahabat bisa langsung bisa menangkap dan memahami sabda yang disampaikan oleh Nabi Saw. Pada masa itu ketika Nabi Saw masih hidup para sahabat memahami dan mendapatkan pemahaman tentang suatu hadis langsung dari Nabi sendiri, sehingga ketika para sahabat ketika mendapatkan kesulitan membahas tentang hakikat ma'ani disajikan dalam bentuk ta'rif ilmu al-ma'āni.

(41)

27

Menurut bahasa hadits berarti baru dan sesuatu yang dibicarakan.

Pada awal mula pengetahuan mengenai ma'ānil al-hadīs menjadi suatu bagian dari ilmu gharib al-hadis. Hal tersebut wajar terjadi dalam batang tubuh ungkapan suatu matan hadis. Gharib artinya sulit untuk dimengerti dan dipahami dengan kata lain hal kata tersebut jarang dipakai dalam komunikasi sehari-hari. Menurut Muhammad Ibnu dalam memperkenalkan alternative batasan istilah "ulum al-hadis"

mengungkapkan suatu definisi yang mengarah pada ilmu ma'ānil hadīts adalah ilmu yang menjelaskan bagaimana upaya yang menduga kehendak atau keinginan dari maksud suatu hadis yang pengurainnya berdasarkan kaidah bahasa arab, prinsip-prinsip syariah dan keserasian dengan hal ihwal nabi Muhammad SAW.

Adanya pembatasan terhadap ilmu maʼānil hadīs menempatkan dirinya sebagai wasilah untuk merumuskan suatu makna pengertian yang langsung bisa dipahami oleh teks redaksi teruslah terhadap ungkapan hadis dan keinginan yang sebenarnya dari ungkapan tersebut. Dalam hal ini untuk mengontrol dua variable makna, maka melibatkan kaidah lengustik bahasa arab klasik prinsip-prinsip syariat dan mencermati hal kenyataan hal ihwal tentang Nabi Muhammad SAW. dalam memahami obyek material teks suatu hadis setiap orang cenderung berbeda, hal tersebut disebabkan karena daya nalar dan ketajaman analisis individu tingkatannya berbeda-beda, selain itu disebabkan oleh watak atau sifat kata dan ungkapan suatu hadits berpeluang mempunyai makna yang ganda.

(42)

Hal ini terbukti dengan adanya kesenjangan ulama pensyarah hadis dalam menarik estimasi ajaran atau estimasi hukum. Sehingga dapat di simpulkan bahwa pemahaman pemahaman yang tepat tanpa harus kehilanagn relevansinya dengan konteks kekinian.29

5. Pendukung Ilmu Ma'ānil Hadīts

Sebenarnya Ilmu Ma'ānil Hadīts tidak dapat diaplikasikan secara mandiri, tanpa dukungan ilmu lain. Diantara pendukung Ilmu Ma'ānil Hadīts yang sangat diperlukan yaitu antara lain:

a. Ilmu Asbābul Wurūd

Sebagian pakar memanggil denga istilah Ilmu Sababul Hadits yaitu ilmu yang mengkaji latar belakang diucapkannya suatu hadits.

Diantara arti penting ilmu Asbābul Wurūd adalah untuk menjelaskan makna hadits misalnya untuk menentukan mana yang bersifat 'amm dan mana khashah, mana yang mutlaq dan mana yang muqoyyad.

Disamping itu, untuk menjelaskan aspek hikmah dibalik pensyariatan suatu hukum dan sebagainya.

Sampainya Hadits Nabi Saw kepada kita, ada yang memiliki sebab khusus dan ada yang datang tanpa sebab khusus. Sebab-sebab, peristiwa, kondisi atau pertanyaan yang melatar belakangi Nabi Saw menyampaikan sabdanya kepada para sahabat ini sangat penting diketahui untuk mencari relevansi antara bunyi teks hadits dengan

29 Ibid…, hlm. 1-3

(43)

29

konteksnya masa lalu. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan makna baru yang relevan dengan konteks kekinian.30

b. Ilmu Tawarikhul Mutun

Ilmu Tawarikhul mutun ini adalah ilmu yang mengkaji tentang sejarah matan hadis. Termasuk dalam konteks ilmu Tawarikhul mutun sebenarnya perlu dikembangkan teori teori hadis-hadis makkiyah dan hadis madaniyyah, sebagian dalam ilmu ′ulumul Qur'an. Sebab boleh jadi masing-masing redaksi akan memiliki kekhasan redaksional maupun isi kandungannya. Hal ini juga akan membantu mencari mana hadits yang nasikh dan mana hadis yang mansukh.

Ilmu Tawarikhul Mutun juga berfungsi untuk menganalisis sebuah perkembangan makna kata dalam hadits, sehingga kita bisa memeperoleh informasi secara akurat bahwa suatu kata pada kurun waktu itu memiliki makna tertentu, sedangkan para kurun waktu yang lain memiliki makna yang lain31

c. Ilmu al-Lughoh

Ilmu al-Lughoh dengan berbagai cabangnya, seperti ilmu Nahwu, Sharaf, Fiqh Al-Lughoh, Semantik, Semiotik, Stilistik dan sebagainya. Jelas sangat penting, sebab teks-teks hadits itu menggunakan bahasa Arab, sedangkan bahsa itu memiliki unsur dan aspek-aspek yang sangat kompleks, sehingga jelas bahwa para peminat

30Ibid…, hlm. 39.

31 Ibid…, hlm.15.

(44)

Ilmu Ma'ānil Hadīts harus membekali ilmu bahasa arab secara memadai. Belum lagi persoalan yang berkaitan dengan majaz (methapora) banyak sekali digunakan dalam Hadits Nabi Saw, dalam ilmu balaghah (retorika) dinyatakan bahwa ungkapan dalam sebuah majaz lebih berkesan daripada ungkapan biasa

Penelitian hadits denga pendekatan bahasa ini dilakukan selain dapat digunakan untuk meneliti nilai kandungan hadits apabila terdapat perbeaan lafaz dalam matan hadits. Pendekatan dalam memahami hadits dilakukan apabila dalam sebuah matan hadits terdapat aspek- aspek keindahan bahasa (balaghah) yang memungkinkan mengandung pengertian majazi sehingga berbeda dengan pengertian haqiqi.

d. Hermeneutic ('Ilm Fahm)

Kata hermeneutic (inggris: hermeneutic) berasal dari kata yunani hermeneucin yang berarti mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, bertindak sebagai penafsir. Dalam studi hadits kontemporer pendekatan hermeneutic tampaknya tidak dapat dihindari.

Jika era tradisional masih cenderung menekankan pada praktek syarah hadits yang cenderung linieratomistik dalam memamahami matan hadits, maka tidak demikian halnya pada era modern dan kontemporer.

Pandangan pemahaman hadits kontemporer cenderung bernuansa hermeneutik yang lebih menekankan pada aspek Epistomologis- Metodelogis dalam mengkaji teks-teks hadits untuk menghasilkan pembacaan yang lebih Produktif.

(45)

31

Jadi paradigma hermeneutic adalah saslah satu penjelasam terhadap teks tradisional (klasik), dimana suatu permasalah harus selalu diarahkan supaya teks tersebut selalu dapat kita pahami dalam konteks kekinian yang kondisinya sangat berbeda.

6. Objek Kajian Ilmu Ma'ānil Hadīs

Hadits Objek kajian dari ilmu ma'ānil hadīs adalah hadits Nabi Saw, yang merupakan bukti kebijaksanaan Nabi dalam mengajarkan agama Allah Swt. Hadits yang menjadi kajian ilmu ini adalah seluruh hadits Nabi, baik yang tekstual maupun kontekstual, agar tidak terjadi pemaknaan ganda atau pemahaman yang bertentangan.

Pemahaman hadits secara tekstual dilakukan bila hadits yang bersangkutan, setelah dihubungkan segi-segi yang berkaitan dengannya, missal latar belakang kejadiannya, tetap menuntut pemahaman sesuai apa yang tertulis dalam teks hadi Nabi yang bersangkutan. Sedangkan pemahaman dan penerapan hadis yang kontekstual dilakukan bila dari suatu hadis tersebut ada petunjuk yang kuat yang mengharuskan hadis tersebut dipahami dan diterapkan tidak sebagaimana maknanya yang tersurat, melainkan dengan makna tersirat atau kontekstual (bukan sebenarnya)

C. Pendekatan Sosio dan Historis

Definisi sosiologi adalah suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Dengan ilmu ini suatu fenomena sosial

(46)

dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan, mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut.32

Pendekatan sosiologis terhadap hadis merupakan usaha untuk memahami hadis dari segi bagaimana relasi teks hadis dengan perilaku sosial.

Pemahaman secara sosiologis terhadap fenomena hadis Nabi ini sesuai dengan

"tugas sosiologi" yaitu memahami secara interpretatif terhadap perilaku sosial (social conduct).

Pendekatan historis dalam hal ini adalah suatu upaya memahami hadis dengan cara mempertimbangkan kondisi historis-empiris pada saat hadis itu disampaikan Nabi Saw. Dengan kata lain, pendekatan historis adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara mengkaitkan antara ide atau gagasan yang terdapat dalam hadis dengan menetapkan sosial dan situasi historis kultural yang ada disekitarnya. Pendekatan model ini sebenarnya sudah dirintis oleh para ulama hadis sejak dulu, yaitu dengan munculnya ilmu Asbābul Wurūd, yaitu suatu ilmu yang menerangkan sebab-sebab mengapa Nabi Saw. mengucapkan sabdanya dan waktu menuturkannya.

Pendekatan historis akan menekankan pada pertanyaan, mengapa Nabi saw bersabda demikian? Bagaimana kondisi historis sosio-kultural masyarakat dan bahkan politik pada saat itu? Serta mengamati proses terjadinya peristiwa- peristiwa tersebut. Adapun pendekatan sosiologis berangkat dari definsi sosiologi yaitu suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat

32 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2010. 39.

(47)

33

lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Pendekatan ini akan menyoroti dari posisi manusia yang membawanya kepada perilaku. Bagaimana pola-pola interaksi masyarakat ketika itu dan sebagainya.33

Sementara itu, pendekatan sosio-historis merupakan pengembangan teori asbāb wurūd al-hadits. Pendekatan ini akan menekankan pada pertanyaan, mengapa Nabi Saw bersabda demikian, bagaimana kondisi sosio-historis, bahkan kultural masyarakat Arab abad ke 7 M pada saat itu? Bagaimana pula proses terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut yang kemudian dikombinasikan dengan menyoroti dari sudut posisi manusia yang membawanya kepada perilaku itu, bagaimana pula pola-pola interaksi sosial masyarakat ketika itu.

Pendekatan sosio-historis mempelajari bagaimana dan mengapa, tingkah laku sosial yang berhubungan dengan ketentuan hadis sebagaimana kita lihat. Sikap dasar sosiologis adalah 'kecurigaan apakah ketentuan hadis itu seperti yang tertulis (tekstual), atau sebenarnya ada maksud lain di balik yang tertulis.

Penguasaan konsep-konsep sosiologi dapat memberikan kemampuan- kemampuan untuk mengadakan analisis terhadap efektivitas hadis dalam masyarakat, sebagai sarana untuk merubah masyarakat agar mencapai keadaan-keadaan sosial tertentu yang lebih baik.34

Pendekan sosio-historis merupakan pendekatan dalam studi yang ingin menggabungkan antara teks hadis sebagai fakta hadis historis dan sekaligus

33 Ghufron Hamza, Reinterpretasi Hadis Larangan Perempuan Bepergian Tanpa Mahram Dan Larangan Melukis (Pendekatan Sosio-Historis Dan Antropologis), Journal for Aswaja Studies, Vol. 1 No. 1, 2021. 27.

34 Abdul Mustaqim, “Ilmu Ma‟anil Hadits”, Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta, 2016.

66-67.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan variabel jumlah anggota komite audit, jumlah anggota dewan direksi, proporsi komisaris independen dan juga kepemilikan institusional tidak memiliki

PROGRAM- PROGRAM INI DITUJUKAN UNTUK MENGHASILKAN MASYARAKAT YANG MANDIRI DALAM MENINGKATKAN STANDAR KEHIDUPAN MEREKA DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI EKONOMI YANG ADA...

Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan selama eksperimen proses perancangan mesin untuk produksi bahan baku dengan material bonggol jagung dan menghasilkan produk berupa alat serut

Pokja Panitia Pengadaan Barang / Jasa Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Timor Tengah Utara Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah ( DPPID ) Tahun Anggaran 2011

Hipotesis nomor II (karakter 的 ( de ) dilafalkan dengan bunyi [ti] di dalam lagu Mandarin diduga karena pengaruh posisi artikulasi vokal bahasa Mandarin dan tempo lagu

Hasil penelitian Damayani (2015) yang menganalisis faktor pengetahuan dan sikap ibu terhadap ketepatan pemberian MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kabupten

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Satuan Kerja Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tamiang Sumber Dana APBK Aceh Tamiang Tahun Anggaran 2011 mengundang Penyedia

Perputaran piutang secara langsung tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (Studi Kasus pada Perusahaan Pembiayaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia