SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Achmad Siddiq Jember
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Fakultas Dakwah
Program Studi Bimbingan Konseling Islam
Oleh:
Restu Nur Wana NIM. D20183056
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
FAKULTAS DAKWAH
2023
SELF-EFFICACY DALAM MENJAGA KESTABILAN EMOSI MAHASISWA BIMBINGAN KONSELING ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER PADA MASA
PENYUSUNAN SKRIPSI TAHUN 2022
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Fakultas Dakwah
Program Studi Bimbingan Konseling Islam
Oleh:
Restu Nur Wana NIM. D20183056
Disetujui Pembimbing
Mochammad Dawud, S.Sos, M.Sos NIP.197907212012111002
ii
SELF-EFFICACY DALAM MENJAGA KESTABILAN EMOSI MAHASISWA BIMBINGAN KONSELING ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER PADA MASA
PENYUSUNAN SKRIPSI TAHUN 2022
SKRIPSI
telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Fakultas Dakwah
Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Hari : Kamis
Tanggal : 5 Januari 2023
Tim Penguji Ketua
Muhammad Muhib Alwi, MA., NIP. 197807192009121005
Sekretaris
Zayyinah Haririn, S.Sos.I., M.Pd.I.
NUP. 201603116
Anggota
1. Prof. Dr. Ahidul Asror, M.Ag 2. Mochammad Dawud, S. Sos., M.Sos
( ) ( )
Menyetujui Dekan Fakultas Dakwah
Prof. Dr. Ahidul Asror, M.Ag.
NIP. 197406062000031003
MOTTO
“You have power over your mind, not outside events. Realize this, and you will find strength”1
.“Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya...”
(Q.S Al Baqarah : 286)2
1 Henry Manampiring. Filosofi Teras. (Jakarta : PT Kompas Media Nusantara,2019)
2 Al Quran Kemenag,QS Al Baqarah : 286
iv
PERSEMBAHAN
Puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, karya ini penulis persembahkan untuk:
1. Skripsi ini dipersambahkan untuk kedua orang tua saya, Bapak Joyo Niti Sastro dan Ibu Susilowati (Almh) yang selalu mendukung dan mendoakan setiap langkah yang saya ambil. Memberi kebebasan atas pilihan dan membekali saya dengan ilmu hingga dapat menjadi pribadi seperti sekarang.
2. Kepada keluarga besar yang selalu menyemangati dalam penyelesaian proses penulisan skripsi ini
3. Kepada teman satu perjuangan, Ayu dian, Nuriah Sofiatul, Alif Amalia, dan Ratna. Yang tidak berhenti saling menyemangati hingga akhir batas waktu skripsi.
4. Seluruh subyek yang telah memberikan informasi terkait data yang dibutuhkan.
5. Almamater kebanggaan UIN KHAS Jember yang telah memberikan kesempatan bagi saya untuk belajar dan menambah ilmu sehingga banyak pembelajaran dan pengalaman yang berharga bagi saya
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami (penulis) panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, segala sesuatu menjadi mungkin karena Dia yang telah memberikan hidayah taufiq dan kekuatan sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam tetap tercurah kepada revolusioner sejati, Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa peradaban jahiliyah menuju peradaban ilmu pengetahuan dengan penuh berkah seperti saat ini. Penyusunan karya ilmiah ini tidak lepas dari keterlibatan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik berupa motivasi, dorongan maupun inspirasi.
Sebagai penghargaan, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE, MM, selaku Rektor Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember.
2. Bapak Prof. Dr. Ahidul Asror, M.Ag selaku Dekan Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember.
3. Bapak Muh. Ardiansyah M.Ag. selaku Ketua Program Studi Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember.
4. Bapak Mochammad Dawud, S.Sos, M.Sos selaku Pembimbing saya yang telah mengorbankan banyak waktu dan tenaga dalam memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan banyak inspirasi dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Muhib Alwi, M.A selaku dosen Bimbingan Konseling Islam yang memberikan berbagai masukan dalam proses penulisan skripsi.
vi
6. Seluruh staf pengajar dan staf Fakultas Dakwah dengan tulus iklas memberikan ilmu dan wawasan kepada saya.
Jember, 16 desember 2022
Penulis
vii
ABSTRAK
Restu Nur Wana, 2022; Self-Efficacy Dalam Menjaga Kestabilan Emosi Mahasiswa Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember Pada Masa Penyusunan Skripsi Tahun 2022 Kata kunci : self efficacy, kestabilan emosi
Skripsi merupakan persyaratan bagi mahasiswa untuk menuntaskan pendidikan di perguruan tinggi. Pada fase ini terdapat perubahan pada perasaan atau emosi negatif. Salah satu penyebabnya adalah tuntutan untuk segera menyelesaikan pendidikan. Ambisi ini terkadang menjadikan terlalu gegabah dalam mengambil tindakan. Pengambilan tindakan tanpa mengukur kemampuan yang dimiliki, berakibat pada kurang maksimal atau bahkan mengalami kesalahan dalam tahapannya.
Fokus masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana gambaran self efficacy mahasiswa BKI UIN KHAS Jember pada masa penyusunan skripsi tahun 2022?. 2) Bagaimana self efficacy dalam menjaga kestabilan emosi mahasiswa BKI UIN KHAS Jember pada masa penyusunan skripsi tahun 2022?. 3) Apa saja faktor yang mempengaruhi self efficacy mahasiswa BKI UIN KHAS Jember pada masa penyusunan skripsi tahun 2022?.
Tujuan dari penelitian yakni 1) Untuk mendeskripsikan bagaimana self efficacy dalam menjaga kestabilan emosi mahasiswa BKI UIN KHAS Jember pada masa penyusunan skripsi tahun 2022. 2) Untuk mendeskripsikan bagaimana self efficacy dalam menjaga kestabilan emosi mahasiswa BKI UIN KHAS Jember pada masa penyusunan skripsi tahun 2022. 3) Untuk mendeskripsikan apa saja faktor yang mempengaruhi self efficacy dalam menjaga kestabilan emosi mahasiswa BKI UIN KHAS Jember pada Masa Penyusunan Skripsi tahun 2022.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penggalian data terkait penilaian diri dan kondisi emosional subyek penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian adalah : 1) Menurut masing-masing subyek, mereka menyatakan bahwa secara umum memiliki penilaian yang baik terhadap dirinya saat mengalami kendala. 2), Kemampuan efikasi diri dapat membaca peluang keberhasilan dan daya tahan dalam mengatasi kesulitan. Kedua hal tersebut merupakan hal yang positif. Dimana dalam keberhasilannya berdampak pada pola pikir dan reakasi emosional. Keberhasilan ini menghindarkan pikiran dari rasa tertekan atau stres. Dengan kebebasan ini maka reaksi emosional juga akan menjadi positif. Hadirnya keadaan tersebut menjadikan kestabilan emosi dapat diraih. 3) faktor yang mempengaruhi dalam penilaian diri yakni budaya, gender, tingkat kesulitan, informasi kemampuan diri. insentif eksternal, status di lingkungan, sifat tugas.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Konteks Penelitian ... 1
B. Fokus Penelitian ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Definisi Istilah ... 10
F. Sistematika pembahasan ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13
A. Penelitian Terdahulu ... 13
B. Kajian Teori ... 19
1. Self Efficacy ... 19
2. Kestabilan Emosi ... 30
ix
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 38
B. Lokasi Penelitian ... 38
C. Subyek Penelitian ... 38
D. Teknik Pengumpulan Data ... 41
E. Analisis Data ... 43
F. Keabsahan Data ... 43
G. Tahap-Tahap Penelitian ... 44
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 46
A. Gambaran Lokasi penelitian... 46
B. Penyajian Data dan Analisis ... 48
C. Pembahasan temuan ... 105
BAB V PENUTUP ... 124
A. Simpulan... 124
B. Saran-Saran ... 124
DAFTAR PUSTAKA ... 126 LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 17
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian
Pendidikan merupakan salah satu hak bagi seluruh pelajar di Indonesia. Sebagai generasi penerus bangsa pelajar harus mendapat pendidikan yang layak sesuai dengan jenjangnya. Hal ini sebagai bentuk upaya dalam mencapai tujuan negara yang mana tertera dalam pembukaan Undang-undang Dasar negara Republik Indonesia tahun 1945. Tujuan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni “..memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa...” dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri sebagai warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Selain itu juga berfungsi untuk membentuk karakter dan peradaban bangsa menjadi bangsa yang bermartabat.
Pendidikan nasional dibagi menjadi beberapa jenjang. Mulai dari Sekolah Dasar/sederajat, Sekolah Menengah Pertama/sederajat, Sekolah Menengah atas/sederajat hingga perguruan tinggi. Terkait perguruan tinggi memiliki pengertian sesuai dengan UUD RI No 12 tahun 2012 yakni
“Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan program profesi, serta program spesialis,
1
yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia”.1
Pelaksanaan pembelajaran mengalami beberapa kendala. Salah satunya yakni hal ini tidak lepas dari dampak pandemi Covid-19 yang telah melanda seluruh dunia termasuk Indonesia. Semasa pandemi, modifikasi pembelajaran dilakukan dengan beralih memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada.
Individu dapat berkomunikasi dan mencari hiburan melalui jaringan media sosial seperti WhatsApp, Line, Facebook, Instagram, Tik tok. Berdasarkan adanya perubahan pola komunikasi berdampak pada pertumbuhan sisi psikologis kurang baik terhadap individu. Pengamatan terhadap individu selama pandemi menunjukkan tingkat stress dan kecemasan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan keadaan sebelum pandemi.2 Faktor lain yang menyebabkan berbagai gangguan emosi seperti yang sudah disebutkan diatas adalah kejenuhan atas keadaan yang monoton, banyak tugas, tidak jelas dalam menjalani hari, adanya kebingungan akan suatu aturan, hingga tenggat waktu penyelesaian tugas yang saling berdekatan.3
Himbauan belajar dari rumah nyatanya memberikan berbagai akibat pada individu, khususnya pelajar dan mahasiswa. Selama pembelajaran yang dilakukan dari rumah secara daring menjadikan fleksibilitas waktu meningkat.
Pada sebagian individu, keuntungan tersebut perlahan justru menjadi
1 Undang-undang Republik Indonesia No 12 tahun 2012
2 Ni Komang Yanti and Dedent Eka Bimaharyanto, “Dampak Pandemi Covid-19 Pada Kesehatan Psikologis Mahasiswa Dalam Proses Pembelajaran,” Health Care Media vol5, no. 1 (2021): 39–
46
3 M. Hasan, Romiko, and Efroliza, “Pengaruh Status Kerja Terhadap Tingkat Stress Belajar Mahasiswa Semester VIII,” The Indonesian Journal of Health Science vol 12, no. 2 (2020): 158–
168
kebiasaan buruk. Hal ini diakui sebagian mahasiswa sebagai awal penurunan manajemen waktu. Sering bermalas-malasan, hingga melewatkan kelas perkuliahan4
Selama 2 tahun, mahasiswa mulai terbiasa dengan beberapa kebiasaan negatif. Mulai dari bosan, malas dan penurunan kemampuan manajemen waktu. Selain itu perubahan juga terjadi di bidang akademik. Hal ini dapat disebut dengan learning loss atau makna singkatnya adalah kehilangan minat dalam proses pembelajaran.5 Meski prolehan nilai akhir tidak memiliki masalah, akan tetapi mahasiswa merasa tidak maksimal dalam menyerap materi pembelajaran.6 Perilaku negatif yang dilakukan secara berulang dalam jangka waktu yang lama secara tidak sadar menjadi kebiasaan bagi individu.
Sama halnya dengan masa transisi pasca Covid-19. Beberapa kebiasaan negatif masih terbawa hingga saat ini. Meski telah mengalami penurunan, masih sangat terasa dampak negatif yang dirasakan hingga saat ini.
Penyelesaian masa studi memiliki rentang waktu maksimal kurang lebih 7 tahun. Syarat kelulusan yakni dengan diselesaikannya penyusunan skripsi. Berdasarkan Buku Pedoman Pendidikan IAIN Jember tahun 2018, skripsi merupakan karangan ilmiah yang disusun mahasiswa dalam rangka menyelesaikan studi program sarjana Strata satu berdasarkan hasil penelitian mandiri, baik dalam bentuk penelitian lapangan maupun kepustakaan
4 Wawancara mahasiswa UIN KHAS Jember
5 Ali Daud hasibuan, “Teaching Clinic Sebagai Upaya Mengentaskan Learning Loss Mahasiswa Pasca Pandemi Covid-19” Al-Mursyid, vol 4, no 1(2022)
6 Wawancara Mahasiswa UIN KHAS Jember
terhadap suatu masalah aktual yang dilaksanakan dengan saksama dan terbimbing.7
Penelitian dalam penyusunan skripsi membutuhkan waktu yang tidak singkat. Perlu beberapa kali bimbingan dan arahan tergantung dosen pembimbing masing-masing. Selama proses penyusunan skripsi tidak jarang menjadikan mahasiswa merasa kesulitan dan rentan mengalami stres akademik. Hal ini bisa didasari oleh kesulitan-kesulitan yang dihadapi, seperti kesulitan mendapat referensi materi, tidak adanya teman berdiskusi, hingga susahnya mendapat umpan balik dari dosen pembimbing, keterbatasan waktu dan keadaan, hingga hambatan-hambatan lainnya8
Stres akademik memiliki hubungan dengan kesehatan mental.
Sehingga ketika individu tidak dapat mengelola stres dengan baik, akan berdampak pada keadaan mental tidak sehat. Beberapa ciri emosi dari mental yang tidak sehat merujuk pada emosi negatif seperti perasan cemas, ketakutan, panik, tegang, dll.9 Emosi-emosi ini berdampak pada terhambatnya pelaksanaan aktifitas kehidupan individu sehari-hari. Mulai dari sesuatu yang dianggap ringan seperti timbulnya rasa malas, melakukan prokrastinasi akademik, hingga pada beberapa kasus yang berat dapat membahayakan diri sendiri dan lingkungan.
Salah satu contoh yakni aksi bunuh diri yang dilakukan oleh mahasiswa IAIN Kediri pada bulan Februari tahun 2022. Korban merupakan
7 Tim Penyusun. Buku pedoman Pendidikan S-1,S-2 dan S-3. (Jember:IAIN Jember,2018)
8 Muhammad Nur Wangid, "Identifikasi Hambatan Struktural Dan Kultural Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir." Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan vol6 no2 (2013)
9 Elmeida Effendy. Gejala dan Tanda Gangguan Psikiatri. (Medan: Yayasan Al-Hayat,2021) hlm 10
mahasiswa berusia 22 tahun yang nekat mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Berdasarkan keterangan dari pihak keluarga, korban merupakan mahasiswa semester akhir. Sebelumnya, ia pernah mengeluh terkait dengan skripsi yang tak kunjung rampung. Sehingga aksi bunuh diri korban disebabkan akibat tekanan kejiwaan yang dialami.10
Adanya kesulitan dalam proses penulisan skripsi, diperlukan kemampuan individu untuk menuntaskan berbagai kendala itu sendiri.
Mendapatkan solusi atas segala permasalahan yang dihadapi hingga memecahkan permasalahan tersebut. Sebelum memilih solusi yang akan dipilih, baiknya lebih dulu melakukan evaluasi atas diri sendiri. Salah satunya telaah tentang kemampuan yang dimiliki. Jika diselaraskan dengan pendapat salah satu tokoh, yakni Albert Bandura, penilaian baik atau buruk, benar atau salah tentang suatu tindakan individu, dinamakan dengan self effication atau bisa disebut juga dengan efikasi diri. Menurutnya efikasi diri memiliki makna penilaian terhadap diri sendiri, meliputi baik atau buruk, benar atau salah, berhasil atau tidak suatu tindakan dalam mencapai tujuan.11
Berdasarkan penilaian diri individu, terdapat beberapa hal yang bisa didapatkan setelahnya, yakni memiliki kemampuan dalam memilih kegiatan atau akitifitas yang akan dilakukan. Melalui penerapan efikasi diri, individu dapat melihat peluang dengan memilih aktifitas-aktifitas yang lebih memiliki peluang berhasil dalam mengatasi kesulitan. Selain itu dengan mengetahui
10 “Skripsi Belum Selesai, Mahasiswa Asal Badas Gantung Diri”, Jawa Pos Radar Kediri, 14 Februari, 2022, https://radarkediri.jawapos.com/hukum-kriminal/14/02/2022/skripsi-belum- selesai-mahasiswa-asal-badas-gantung-diri/
11 Alwisol. Psikologi Kepribadian. (Malang: UMM Press, 2009) hlm 287
kemampuan dirinya, individu memiliki ketahanan yang lebih kuat dalam mengatasi kesulitan. Hal ini dikarenakan ia merasa mampu dalam menghadapi kesulitan tersebut. Disamping itu, pada sisi kognitif dan psikologis, adanya pertumbuhan pikiran dan emosi positif yang tumbuh seiring keberhasilan yang didapatkan. 12
Emosi merupakan bagian dari kehidupan seorang individu yang selalu hadir dalam kehidupan sehari-hari. Emosi menurut Chaplin merupakan perubahan perilaku yang cenderung berbentuk mengarah dan menyingkir. Hal ini disebabkan oleh rangsangan-rangsangan yang berupa keadaan tertentu.13 Menurutnya, emosi juga terbagi menjadi dua yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif merupakan emosi yang dinilai baik, seperti gembira, bahagia, dll. Sedangkan emosi negatif merupakan emosi yang dinilai buruk seperti marah, kecewa, bimbang, dll.
Terdapat istilah kestabilan emosi, yakni dimana seorang individu tidak merasakan kebimbangan dalam mengelola emosi. Tjandrasa dan Zarkasih menyatakan kestabilan emosi atau keseimbangan emosi yakni emosi positif dapat menangkal dominasi emosi negatif, dan sebaliknya.14 Terkait manfaatnya, Halim et al., juga menyatakan bahwa pemilik kestabilan emosi yang tinggi dapat meningkatkan pengelolaan situasi yang tidak terduga
12 Lina Erlina. Efikasi Diri. (Bandung: Penerbit Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung,2020) 62-65
13 Ibid
14 Meitasari Tjandrase & Muslichah Zarkasih. Perkembangan Anak. (Jakarta : Erlangga,1999) hlm 230.
sehingga individu memiliki problem solving efektif dalam memecahkan suatu masalah.15
Berdasarkan hasil observasi di lingkungan Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, terkait permasalahan skripsi turut dirasakan oleh sebagian mahasiswa. Mulai dari kekurangan bahan referensi, hingga kesulitan memahami alur penulisan skripsi. Mahasiswa angkatan 2018 turut melakukan pembelajaran secara daring, merasakan hasil belajar yang tidak maksimal bagi mahasiswa. Hal ini terletak pada pemahaman tentang proses metodologi penelitian. Sehingga terdapat hambatan saat hendak memulai penyusunan skripsi.16
Berbagai kendala lain juga dirasakan mahasiswa. Namun, tidak dapat terlalu lama dan harus segera keluar dari situasi ini. Memulai untuk mencari solusi atas permasalahan atau kesulitan yang dihadapi. Pencarian solusi ini tidak bisa asal ambil solusi dari orang lain, melainkan harus disesuaikan juga dengan keadaan individu itu sendiri. Sejauh mana kemampuan untuk melakukan tindakan penyelesaian masalah.
Pemilihan solusi sesuai kemampuan diri bukan tanpa alasan. Perlu disesuaikan dengan keadaan dan situasi yang dialami oleh masing-masing individu. Efikasi atau penilaian diri memiliki salah satu fungsi yang berkaitan
15 Yanti Rosdiana dan Wahidyanti Rahayu Hastutiningtyas, “Hubungan Kestabilan Emosi Dengan Problem Solving Mahasiswa Program Studi Agribisnis Pada Masa Pandemi Covid Di Universitas Tribhuwana Tunggadewi” Journal of Nursing Care & Biomolecular Vol 6 No 2 (2021) hlm 155
16 Wawancara mahasiswa fakultas dakwah UIN KHAS Jember
dengan pikiran dan emosi. 17 Emosi merupakan perasaan yang muncul dalam diri individu. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa emosi positif yakni rasa bahagia, senang, dll. Memberikan dampak baik bagi keseluruhan perasaan dan ekspresi indiviu. Melalui penerapan efikasi diri baik oleh individu, hal ini berdampak pula pada kondisi emosi dan dapat menjadi salah satu cara menjaga kestabilan emosi. Sehingga Emosi seperti yang dinyatakan dalam penelitian Halim jika individu dengan kestabilan emosi tinggi dapat lebih solutif dalam mengatasi sebuah permasalahan. Hal ini kaitanya dengan pengerjaan skripsi oleh mahasiswa.
Berdasarkan beberapa pemaparan diatas, penulis berminat meneliti lebih dalam mengenai self efficacy sebagai penilaian diri, kestabilan emosi sebagai salah satu cara meningkatkan kualitas problem solving individu.
Penulis melakukan penelitian dengan judul “Self Efficacy Dalam Menjaga Kestabilan Emosi Mahasiswa Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember Pada Masa Penyusunan Skripsi Tahun 2022”
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimana gambaran self efficacy mahasiswa Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Kiai Achmad Siddiq Jember pada masa penyusunan skripsi tahun 2022?
17 Lina Erlina. Efikasi Diri. (Bandung: Penerbit Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung,2020) 62-65
2. Bagaimana self efficacy dalam menjaga kestabilan emosi mahasiswa Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Kiai Achmad Siddiq Jember pada masa penyusunan skripsi tahun 2022?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi self efficacy Mahasiswa Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Kiai Achmad Siddiq Jember pada masa penyusunan skripsi tahun 2022?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana self efficacy dalam menjaga kestabilan emosi mahasiswa Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Kiai Achmad Siddiq Jember pada masa penyusunan skripsi tahun 2022
2. Untuk mendeskripsikan bagaimana self efficacy dalam menjaga kestabilan emosi mahasiswa Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Kiai Achmad Siddiq Jember pada masa penyusunan skripsi tahun 2022
3. Untuk mendeskripsikan apa saja faktor yang mempengaruhi self efficacy dalam menjaga kestabilan emosi mahasiswa Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Kiai Achmad Siddiq Jember pada Masa Penyusunan Skripsi tahun 2022
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan wawasan dan pengetahuan khususnya dalam bidang bimbingan konseling pada bagian pengelolaan kestabilan emosi.
Kestabilan emosi merupakan bagian dari kesehatan mental yang merupakan hal dasar dalam konteks materi bimbingan konseling Islam.
b. Sebagai sumber referensi dan informasi bagi pembaca mengenai analisis pengelolaan kestabilan emosi dengan self efficacy
2. Manfaat Praktis
a. Membantu menyelesaikan masalah dalam diri individu dengan perolehan informasi keyakinan penilaian kemampuan akan dirinya yang bermanfaat untuk menjaga kestabilan emosi.
b. Menjadi bahan pertimbangan atau acuan dalam tugas penelitian selanjutnya.
E. Definisi Istilah 1. Self efficacy
Self Efficacy merupakan penilaian terhadap diri sendiri, penilaian ini meliputi benar atau salah, baik atau buruk, berhasil atau tidak dalam mengerjakan sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat sebelumnya.
Terdapat perbedaan antara efikasi dengan cita-cita. Cita-cita memberikan gambaran ideal tentang bagaimana harusnya suatu keadaan. Disisi lain, efikasi memberikan gambaran tentang penilaian diri individu. Self- efficacy memiliki fungsi dalam pemilihan aktifitas, daya tahan menghadapi rintangan, pola berpikir dan relaksasi.
2. Kestabilan Emosi
Istilah emosi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat.
Selain itu juga terdapat makna lain yakni keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, keharuan, kesedihan, kecintaan) ; keberanian yang bersifat subyektif.
Emosi dapat dibagi menjadi dua yakni :
a. Emosi positif, contohnya ; senang, gembira, semangat, dll.
b. Emosi negatif, contohnya ; sedih, kecewa, marah, gelisah, takut, dll.
Chaplin juga menyatakan jika emotional stability (sebutan lain dari kematangan emosi) adalah keadaan dimana individu terbebas dari kebimbangan emosi yang dirasakan. Istilah lainnya yakni ketidak stabilan emosi merupakan kegagalan individu untuk mengelola pergantian emosi.
Individu cenderung menunjukkan emosi negatif yang ada pada dirinya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kestabilan emosi adalah kondisi emosi yang tetap, tidak labil dan mudah mengalami gangguan, pengelolaan emosi secara tepat. Selain itu juga mampu mengarahkan diri untuk fokus menyelesaikan masalah hidup yang tengah dihadapi dengan emosi positif.
F. Sistematika Pembahasan
Berisikan deskripsi alur pembahasan isi skripsi dimulai dengan bab pendahuluan hingga bab penutup. Format kepenulisan sistematika pembahasan berupa bentuk deskriptif naratif.
Bab I pendahuluan, berisikan gambaran tentang apa yang hendak dikaji.
Dari konteks masalah yang berisi keresahan penulis yang menjadi latar belakang ketertarikan untuk meneliti lebih dalam.
Bab II mengkaji kajian pustaka, terdapat dua sub bab, yakni penelitian terdahulu dan kajian teori sebagai acuan dalam penelitian.
Bab III berisikan metode penelitian pilihan sebagai pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian, terbagi menjadi beberapa sub bab yakni pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek atau informan penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, dan tahap pelaksanaan penelitian.
Bab IV penyajian dan analisis data yang diperoleh pada saat penelitian.
Bab ini terbagi tiga bagian berisikan gambaran obyek penelitian, penyajian dan analisis data, serta pembahasan temuan.
Bab V bagian yang berisikan kesimpulan yang didapatkan dari pembahasan temuan pada bab empat. Juga berisi saran yang bertujuan sebagai perbaikan kegiatan dan kepenulisan selanjutnya
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan bagian yang memperlihatkan berbagai sumber literatur. Sumber literatur ini berasal dari penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya. Tujuan dari adanya penelitian terdahulu yakni sebagai tolak ukur serta untuk mengetahui sejauh mana orisinilitas hasil penelitian yang sedang dilaksanakan pada penulisan skripsi ini. Beberapa judul yang dimasukkan dalam sumber penelitian terdahulu yakni sebagai berikut:
1. Nama : Arini Novandalina , Rokhmad Budiyono
Judul : Dukungan Kerja (Coworker Support) Dan Self Efficacy Terhadap Emotional Stability Dan Kinerja
Penelitian ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana dukungan teman kerja dan self efficacy memengaruhi kestabilan emosi dan kinerja. Metode yang digunakan yakni kuantitatif. Metode ini dipilih sesuai dengan tujuan penelitian, yakni untuk mengetahui pengaruh dari variabel dalam penelitian. Setelah dilakukan analisis, hasil memperlihatkan data dari 97 responden Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan KB Kota Semarang pengguna PLS mendapatkkan hasil yang menunjukkan jika coworker support dan self efficacy berpengaruh positif dan signifikan terhadap kestabilan emosi.
Support rekan kerja tidak berpengaruh signifikan pada kinerja sumber
13
daya manusia. Self-efficacy dan kestabilan emosi memiliki pengaruh positif signifikan pada peningkatan kinerja.18
2. Nama : Kiki Anggun Saputri
Judul : Hubungan Antara Self Efficacy Dan Social Support
Dengan Tingkat Stres Pada Mahasiswa Akhir Penyusun Skripsi Di FIP UNNES Tahun 2019
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui korelasi efikasi diri dan dukungan sosial dengan tingkat stress mahasiswa pada masa penyusunan skripsi di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Guna menjawab tujuan penulisan, penelitian ini memilih metode kuantitatif korelasional. Hasil akhir dari penelitian yakni adanya hubungan signifikan antara efikasi diri dan dukungan sosial dengan tingkat stress mahasiswa.19
3. Nama : Yana Anggita Venanda
Judul : Hubungan Efikasi Diri (Self Efficacy) Dengan
Prokrastinasi Akademik Dalam Penyelesaian Skripsi Pada Mahasiswa
Penelitian ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan prokrastinasi akademik dalam penyelesaian skripsi.
Menggunakan metode kuantitatif, penelitian ini mendapatkan hasil akhir sebagai kesimpulan yakni terdapat hubungan negatif antara efikasi diri
18 Arini Novandalina dan Rokhmad Budiyono, “Dukungan Kerja (Coworker Support) Dan Self Efficacy Terhadap Emotional Stability Dan Kinerja”, Jurnal STIE Semarang, vol 14 no 1 (2020)
19 Kiki Anggun saputri, “Hubungan Antara Self Efficacy Dan Social Support Dengan Tingkat Stres Pada Mahasiswa Akhir Penyusun Skripsi di FIP UNNES Tahun 2019”, Konseling edukasi : Journal Of Guidance and Counseling, vol 4 no 1, (2020)
dengan prokrastinasi akademik. Semakin tinggi tingkat efikasi diri maka semakin rendah perilaku prokrastinasi akademik, dan sebaliknya20
4. Nama : Lina Arifah Fitriyah, Andri Wahyu W. dan Nur Hayati, Judul : Efikasi Diri, Kestabilan Emosi Dan Keberhasilan
Akademik Mahasiswa Dalam Perkuliahan
Jurnal penelitian yang disusun oleh Lina,dkk memiliki tujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara efikasi diri, kestabilan emosi dan keberhasilan akademik mahasiswa dalam perkuliahan. Karena memiliki tujuan untuk mengetahui suatu hubungan maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional. Sampel yang digunakan yakni mahasiswa pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Universitas Hasyim Asyari tahun 2015 yang berjumlah 19. Hasil dari penelitian menunjukkan sampel memiliki nilai efikasi: sedang, kestabilan emosi: sedang, serta keberhasilan akademik; sedang. hasil yang didapat ini menunjukkan jika terdapat pengaruh(7,6%) efikasi diri terhadap keberhasilan akademik dan sebagian(92,4%) ditentukan oleh faktor lain. keberhasilan akademik juga dipengaruhi oleh kestabilan emosi(19,9%) dan faktor lain(80%). Kesimpulan akhirnya adalah ada hubungan efikasi diri dan kestabilan emosi terhadap keberhasilan akademik.21
20 Yana Anggita Venanda, “Hubungan efi kasi diri (self effi cacy) dengan prokrastinasi akademik dalam penyelesaian skripsi pada mahasiswa”, Jurnal Psikologi Tabula Rasa, vol 17 no 1 (2022)
21 Lina Arifah Fitriyah, Andri Wahyu, Nur Hayati, “Efikasi Diri, Kestabilan Emosi dan Keberhasilan Akademik Mahasiswa dalam Perkuliahan”, Dwija Cendekia:Jurnal Riset Pedagogik, Universitas Sebelas Maret (2020)
5. Nama : Hariadi Ahmad
Judul : Hubungan Kestabilan Emosi Dengan Kontrol Diri Siswa Sekolah Menegah Pertama.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kestabilan emosi dengan kontrol diri pada siswa SMP.
Menggunakan sampel sebanyak 30 siswa. penelitian menggunakan metode eksperimen. Hasil akhir dari serangkaian proses penelitian yakni adanya korelasi yang signifikan antara kestabilan emosi dengan kontrol diri siswa SMP. 22
6. Nama : Yanti Rosdiana, Wahidyanti Rahayu Hastutiningyas Judul : Hubungan Kestabilan Emosi Dengan Problem Solving
Mahasiswa Program Studi Agribisnis Pada Masa Pandemi Covid Di Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengathui korelasi kestabilan emosi dengan problem solving mahasiswa program studi agribisnis pada masa pandemi covid di Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.
Metode yang digunakan yakni dengan desain penelitian menggunakan desain analytic observational dengan pendekatan cross sectional. Sampel merupakan 50 mahasiswa yang didapat dengan menggunakan sampel random sampling. Hasil akhir dari penelitian ini adalah diterimanya H1
yang berbunyi ada hubungan yang signifikan antara kestabilan emosi
22 Hariadi Ahmad, “Hubungan Kestabilan Emosi Dengan Kontrol Diri Siswa Sekolah Menegah Pertama”, Jurnal Realita Bimbingan dan Konseling vol 6 no 2, (2021)
dengan problem solving mahasiswa agribisnis pada masa pandemic Covid di Universitas Tribhuwana Tunggadewi.23
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No
Nama, Judul Penelitian
Tahun Persamaan Perbedaan
1 Arini Novandalin , Rokhmad Budiyono, Jurnal Penelitian, Dukungan Kerja (Coworker Support) Dan Self Efficacy Terhadap Emotional Stability Dan Kinerja
2022 - Pembahasan
mengenai self- efficacy
- Pembahasan tentang kestabilan emosi
- Menggunakan metode kuantitatif - Self efficacy dan
dukungan rekan kerja dalam mempengaruhi kestabilan emosi dan kinerja
- Subyek merupakan pekerja
2 Kiki Anggun Saputri, Hubungan Antara Self Efficacy Dan Social Support Dengan Tingkat
Stres Pada
Mahasiswa Akhir Penyusun
Skripsi Di
FIP UNNES Tahun 2019
2020 - Pembahasan
mengenai self efficacy
- Subyek penelitian mahasiswa pada masa penyusunan skripsi
- Pembahasan
tentang social support
- Metode penelitian menggunakan kuantitatif
3 Yana 2022 - Membahas - Pembahasan
23 Yanti Rosdiana dan Wahidyanti Rahayu H, “Hubungan Kestabilan Emosi Dengan Problem Solving Mahasiswa Program Studi Agribisnis Pada Masa Pandemi Covid Di Universitas Tribhuwana Tunggadewi”, Journal of Nursing Care & Biomolecular , vol 2 no 6 (2021)
Anggita Venanda, Hubungan Efikasi Diri (Self Effi Cacy) Dengan Prokrastina si
Akademik Dalam Penyelesaia n Skripsi Pada
Mahasiswa
mengenai self efficasy
- Subyek merupakan mahasiswa pada masa penyusunan skripsi
Prokrastinasi akademik
- Metode penelitian kuantitatif
4 Lina Arifah Fitriyah, Andri Wahyu W dan Nur Hayati, Jurnal Penelitian, Efikasi Diri, Kestabilan Emosi Dan Keberhasila n
Akademik Mahasiswa Dalam Perkuliahan
2020 - Membahas kestabilan emosi - Pembahasan
akademik mahasiswa
- Kuantitatif, penelitian korelasional
5 Hariadi Ahmad, Jurnal Penelitian, Hubungan Kestabilan Emosi Dengan Kontrol Diri Siswa Sekolah Menegah Pertama
2021 - Pembahasan
kestabilan emosi pada sekelompok individu - Pembahasan
kontrol diri
- Metode kuantitatif - Subyek
penelitian Siswa SMP
6 Yanti Rodiana, Jurnal Penelitian, Hubungan Kestabilan Emosi Dengan Problem Solving Mahasiswa Program Studi Agribisnis Pada Masa Pandemi Covid Di Universitas Tribhuwana Tunggadewi
2021 - Membahas
kestabilan emosi - Membahas
problem solving
- Menggunakan desain analitik observasional dengan pendekatan cross sectional - Penelitian
pada masa Covid-19
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat dikatakan bahwa penelitian yang berjudul Self Eficacy Dalam Menjaga Kestabilan Emosi Mahasiswa Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember pada Masa Penyusunan Skripsi Tahun 2022 adalah orisinil dan perlu dilakukan. Karena penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya.
B. Kajian Teori 1. Self Efficacy
a. Pengertian self efficacy
Teori Self Efficacy atau efikasi diri merupakan teori yang diperkenalkan oleh Albert Bandura. Beliau merupakan salah satu tokoh dalam aliran behaviour. Self Efficacy merupakan penilaian terhadap diri sendiri, penilaian ini meliputi benar atau salah, baik atau buruk, berhasil atau tidak dalam mengerjakan sesuai dengan ketentuan
yang telah dibuat sebelumnya. Terdapat perbedaan antara efikasi dengan cita-cita. Dimana cita-cita memberikan gambaran ideal tentang bagaimana harusnya suatu keadaan. Disisi lain, efikasi memberikan gambaran tentang penilaian diri individu.24
Bandura memiliki pemahaman bahwa tingkah laku dan pikiran manusia dapat diatur oleh individu itu sendiri. Oleh karenanya manusia bukan hanya dipengaruhi oleh lingkungan. Ia menyebutkan jika pribadi dan lingkungan sosial saling mempengaruhi. Disamping itu, bandura juga memiliki pendapat lain yang mana aspek fungsi kepribadian melibatkan interaksi satu orang dengan yang lain. Teori belajar miliknya memiliki dasar pada konsep saling menentukan (respirocal determinism), tanpa penguatan (beyond reinforcement) serta pengaturan diri/berpikir (self regulation/cognition)25
Menurut Bandura, efikasi memiliki pengertian sebagai penilaian kemampuan tentang membuat, melakukan dan mencapai tujuan oleh individu itu sendiri.26 Selain itu, kemampuan individu menilai kompetensi yang dimiliki juga merupakan makna dari efikasi diri. Disamping itu, terdapat penjelasan Bandura yang menyatakan bahwa efikasi adalah generative capability yang mana dalam
24 Alwisol. Psikologi Kepribadian. (Malang: UMM Press, 2009) hlm 287
25 Alwisol. Psikologi Kepribadian. (Malang: UMM Press, 2009) hlm 283
26 Lina Erlina. Efikasi diri. (Bandung : Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung,2020) hlm 60
mencapai suatu tujuan diperlukan pengelolaan potensi kognitif, emosional, sosial dan tingkah laku.27
Gibson et al., berpendapat jika efikasi diri atau self efficacy memiliki konsep keyakinan yang dimiliki individu terkait keberhasilan (prestasi baik) pada situasi tertentu. Terdapat tiga dimensi dalam hal ini, yakni; tinggi-rendahnya tingkat kesulitan tugas yang masih yakin bisa tercapai, keyakinan pada kekuatan, dan generalisasi bermakna harapan yang berasal dari hal yang sudah dilakukan.28
Semakin kuat efikasi diri yang dilakukan individu, maka usaha yang dilakukan akan semakin intens juga. Individu dengan efikasi diri yang rendah cenderung melakukan tindakan menghindar dan berputus asa. Sebaliknya, individu dengan efikasi diri tinggi cenderung memberikan usaha yang lebih besar dan mencari solusi atas tantangan yang dihadapi sehingga masalah dapat diselesaikan.29
Berdasarkan pengertian oleh beberapa tokoh, dapat dikatakan bahwa self efficasy atau dapat juga disebut efikasi diri merupakan kemampuan individu dalam menilai dirinya sendiri. Penilaian ini nantinya menentukan rencana hingga keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas atau masalah yang dihadapi. Penyelesaian ini
27 Albert Bandura. Guide For Constructing Self-Efficacy Scales. Self-Efficacy Beliefs Adolesc.
(Ukraina: Information Age Publishing, Incorporated, 2006) hlm 307–337
28 Gibson, James. L, dan Donelly. Organizations Behaviour Structure Processes. Tenth Edition.
(Kolombia : Irwin/McGraw-Hill, 2000)
29 Kiki Anggun Saputri, “Hubungan Antara Self Efficacy Dan Social Support Dengan Tingkat Stres Pada Mahasiswa Akhir Penyusun Skripsi di FIP UNNES Tahun 2019”, Konseling Edukasi:
Journal of Guidance and Counseling, vol 4 no 1 (2020) hlm 110
melibatkan beberapa potensi diri seperti emosional, kognitif, dan tingkah laku.
b. Fungsi self efficacy
Bersandar pada teori Albert Bandura, Lina Erlina dalam bukunya menjelaskan beberapa fungsi dari efikasi diri, beberapa diantaranya adalah :
1) Pemilihan aktifitas
Pembuatan keputusan terhadap tindakan sehari-hari merupakan tuntutan bagi tiap individu. Penliaian seseorang terhadap kemampuan individu berpengaruh dalam pengambilan keputusan yang akan diambil. Individu cenderung memilih kegiatan yang mana mereka merasa mampu. Sebaliknya, individu cenderung menghindar dari kegiatan yang dirasa melampaui batas kemampuannya. Salah satu pengaruh efikasi diri yakni pada pemilihan kegiatan individu. Pilihan kegiatan didasarkan pada keyakinan atau efikasi diri bahwa ia mampu untuk mencapai suatu kegiatan apapun.
2) Daya tahan menghadapi rintangan
Pengaruh lain dari efikasi yakni pada penentuan kuantitas usaha, ketahanan menghadapi kendala, kekuatan dalam merasakan kesulitan, selama proses penyelesaian suatu tugas atau permasalahan. Efikasi diri berbanding lurus dengan usaha, ketekunan dan kekuatan. Kesulitan dapat dipandang sebagai
tantangan, bukan sebagai ancaman. Hal ini dilakukan oleh individu yang memiliki efikasi diri tinggi. Individu berefikasi diri tinggi akan menetapkan tujuan serta komitmen dengan tinggi, mempertahankan dan meningkatkan usahanya. Selain itu kebangkitan juga cenderung dilakukan dengan cepat saat mengalami situasi gagal terhadap suatu keadaan.
3) Pola fikir dan reaksi emosional
Perasaan tenang dalam penyelesaian tugas yang dirasa sulit, merupakan salah satu hasil dari efikasi diri yang tinggi.
Berbanding terbalik, individu yang memiliki tingkat efikasi diri yang rendah cenderung memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu terasa lebih sulit dari sebenarnya. Adanya keyakinan ini mendorong individu merasakan kegelisahan, stres, dan depresi dalam proses pemecahan masalah. Dengan ini, efikasi diri sangat kuat mempengaruhi tingkat keberhasilan mencapai tujuan yang ditetapkan.30
c. Sumber self efficacy
1) Mastery experiences (pengalaman keberhasilan)
Mastery experience merupakan pengalaman keberhasilan individu di masa lalu. Keberhasilan mengatasi permasalahan di masa lalu biasanya cenderung membangkitkan ekspektasi kemampuan diri untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan,
30 Lina Erlina. Efikasi Diri. (Bandung: Penerbit Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung,2020) 62-65
namun pengalaman kegagalan di masa lalu cenderung merendahkan.
2) Vocarious experience (pengalaman orang lain)
Modelling merupakan istilah lain dari vocarious experience, yakni peningkatan efikasi diri dengan melihat keberhasilan yang dicapai orang lain pada berbagai tugas tertentu.
Hal ini juga berlaku sebaliknya, jika melihat kegagalan yang dialami orang lain, maka efikasi diri pun ikut menurun. Selain itu, efikasi diri juga dipengaruhi oleh persepsi. Jika individu memiliki persepsi besar akan kesamaannya dengan orang lain, maka semakin besar pula pengaruh keberhasilan dan kegagalan model (pengalaman orang lain) tersebut pada efikasi individu.
3) Verbal persuasion (persuasi verbal)
Sumber efikasi diri paling mudah yakni dengan verbal persuasion. Hal ini merupakan penguatan keyakinan melalui verbal atau kata-kata untuk meningkatkan efikasi diri. Bandura berpendapat jika persuasi verbal memiliki kemampuan dalam meningkatkan efikasi diri namun efeknya jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan mastery experience dan vocarious experience.
4) Pshychological and affective states (kondisi fisik dan emosi) Sebagian orang menilai bahwa keadaan emosi dan fisik merupakan informasi untuk menilai keadaan individu. Beberapa
gangguan fisik seperti stres dan tidak sehat (secara fisik) dianggap sebagai tanda penurunan kemampuan diri. Disamping itu, interpretasi terhadap efikasi diri juga dipengaruhi oleh suasana hati. Intensitas perubahan mengenai kondisi fisik dan emosi merupakan hal penting yang mempengaruhi efikasi diri. Akan tetapi terdapat hal lain yang lebih memberikan pengaruh terhadap efikasi diri, yakni bagaimana persepsi dan interpretasi individu dalam melihat perubahan yang terjadi.31
d. Dimensi self efficacy
Bandura menyatakan jika efikasi diri terdiri dari tiga dimensi, yakni; level/magnitude, generality, dan strenght yang akan diuraikan dibawah ini:
1) Level (tingkat)
Merujuk pada rentang kesulitan tugas yang diyakini mampu diatasi, maka terdapat perbedaan efikasi diri pada setiap individu. Tingkatan ini sebagai acuan kesulitan akan suatu tugas, penentuan efikasi diri dipengaruhi oleh sulit mudahnya suatu tugas atau permasalahan. Jika tidak ditemukan kendala serius, maka permasalahan tersebut akan lebih mudah diselesaikan.
Perbaikan dan peningkatan keyakinan efikasi diri dapat dilakukan dengan pencarian keadaan yang memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
31 Ibid., hlm 64-67
1) Generality (perluasan)
Generality merujuk pada penerapan penilaian efikasi diri pada berbagai situasi. Efikasi diri akan semakin tinggi jika dapat diterapkan dalam berbagai kondisi.
2) Strenght (kekuatan)
Poin ini kaitannya dengan kekuatan efikasi diri individu saat mengahadapi tugas atau permasalahan.
Kekuatan pada ketahanan dan keuletan individu berasal dari kuat tidaknya ia mengahdapi permasalahan. Saat menghadapi permasalahan, individu berefikasi diri tinggi cenderung berkeyakinan dan memiliki tekad kuat untuk melewati kesulitan dan sebaliknya. Dimensi ini mencakup derajat kemantapan individu pada keyakinannya.32
e. Proses terbentuknya self efficacy
Terdapat beberapa tahapan dalam terbentuk efikasi individu.
Proses pembentukan self efikasi melibatkan beberapa tahapan sebagai berikut:
1) Kognitif
Tahap ini merupakan proses berpikir yang memiliki fungsi memprediksi masa depan. Mengembangkan berbagai cara atau solusi untuk melewati hambatan dan mencapai tujuan di masa depan. Proses ini membuat individu berpikir dan mengelola
32 Bandura, A. Self-Efficacy, The Exercise of Control.( New York: W.H. Freeman and Company,1977) hlm 42-46
pengetahuan dalam penentuan pilihan, menimbang dan mengintegrasikan semua faktor. Aktivitas ini menjadikan individu memberikan penilaian terhadap tindakan yang telah atau akan dilalui. Pemikiran analisis yang baik dapat menjadi nilai lebih bagi individu yang mempunyai efikasi diri tinggi.
2) Motivasi
Aktifitas kognitif merupakan dasar indiviu memberikan motivasi perlakuan atau tindakan sesuai tujuannya. Dengan kata lain, motivasi diri dan pengarahan tindakan agar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dapat dilatih dengan pemberian motivasi. Motivasi dipengaruhi oleh beberapa cara yakni penentuan standar tujuan, perkiraan aktivitas usaha yang diperlukan dalam mencapai tujuan, penentuan jangka waktu ketahanan dalam kesulitan, dan penerimaan terhadap kegagalan.
3) Afeksi
Pengentasan situasi sulit pada tahap motivasi dipengaruhi oleh kemampuan individu dalam memilih koping dalam mengelola stres dan depresi. Semakin tinggi efikasi diri maka semakin kuat pula tekad individu dalam mengambil tindakan.
Faktor utama pengaturan pola pikir dan penentuan kemampuan pengendalian stres adalah efikasi.
4) Seleksi
Efikasi diri memberi pengaruh terhadap individu, yakni cenderung selektif atau memilih lingkungan yang sesuai. Kegiatan pemilihan ini bermaksud membantu pembentukan diri, pengembangan kompetensi dan minat, serta pembentukan jaringan sosial tertentu dalam upaya mencapai tujuan.33
f. Faktor pengaruh self efficacy
Tingkat efikasi diri berbeda pada setiap orang. Hal ini disebabkan oleh pengaruh dari berbagai faktor. Faktor tersebut mempengaruhi persepsi kemampuan dirinya. Beberapa faktor yang dimaksud adalah:
1) Budaya
Pengaruh budaya pada efikasi diri yakni pada nilai (values), kepercayaan (beliefs), dalam proses manajemen diri (self-regulatory process) yang berperan sebagai sumber penilaian dan konsekuensi efikasi diri.
2) Gender
Penelitian oleh Bandura menyatakan jika wanita memiliki efikasi diri yang lebih tinggi dalam pengelolaan peran. Hal ini dikarenakan tuntutan untuk menjalankan peran ibu rumah tangga dan wanita karir pada saat bersamaan. Wanita dengan peran yang
33 Lina Erlina. Efikasi Diri. (Bandung: Penerbit Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung,2020) hlm 71-72
telah disebutkan memiliki efikasi diri lebih tinggi jika dibandingkan dengan pria yang bekerja.
3) Sifat dari tugas yang dihadapi
Penilaian terhadap kompetensi individu juga dipengaruhi oleh derajat kompleksitas dari kesulitan tugas yang dihadapi.
Hasil penilaian berbanding terbalik, dimana semakin kompleks individu menghadapi tugas, maka semakin rendah ia menilai kemampuannya. Hal ini juga berlaku sebaliknya.
4) Insentif eksternal
Insentif juga turut mempengaruhi efikasi diri individu.
Dimana competent cintinges incentive merupakan salah satu faktor peningkatan efikasi diri. Competent cintinges incentive adalah insentif yang diberikan orang lain sebagai refleksi keberhasilan seorang individu.
5) Status atau peran individu dalam lingkungan
Derajat kontrol lingkungan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya status dan peran individu dalam lingkungannya.
Individu dengan status lebih tinggi memiliki kontrol yang lebih tinggi pula. Maka dari itu, self efficacy yang dimiliki pun tinggi.
6) Informasi tentang kemampuan diri
Individu berefikasi diri tinggi memperoleh informasi positif terhadap dirinya. Sebaliknya, individu dengan efikasi diri rendah mendapat informasi negatif mengenai dirinya.34
2. Kestabilan Emosi a. Pengertian emosi
Ditinjau dari segi bahasa, emosi berasal dari kata e yang bermakna energi dan motion yang memiliki arti getaran. Sedangkan menurut KBBI emosi memiliki dua makna yakni luapan perasaan yang berkembang dalam waktu singkat, dan keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti gembira,sedih,haru,cinta); keberanian yang bersifat subyektif.
James menyatakan bahwa emosi merupakan keadaan jiwa yang nampak dengan perubahan yang jelas pada tubuh. Baik dari ekspresi maupun bahasa tubuh yang ditunjukkan secara sadar maupun tidak sadar. Emosi dimiliki oleh tiap individu.35
Goleman menyatakan bahwa setiap pergolakan pikiran, nafsu dan perasaan dari keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Emosi yang merujuak pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan psikologis dan biologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
34Bandura, A. Self-Efficacy, The Exercise of Control. ( New York: W.H. Freeman and Company,1977) hlm 56-71
35 Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra. Manajemen Emosi. (Jakarta : PT Bumi Aksara, Bandung, 2009) hal 11
Chaplin merumuskan emosi sebagai suatu keadaan yang merangsang perubahan-perubahan yang disadari seperti perubahan perilaku. Cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) dan menyingkir (avoidance).36
Emosi erat kaitannya dengan perasaan. Hal ini karena memang keduanya saling berkaitan. Chaplin mengemukakan perasaan adalah keadaan individu sebagai dampak dari stimulus internal juga eksternal.
Kemudian perihal emosi, reaksi kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat yang tinggi serta adanya perubahan pada kejasmanian dan berkaitan dengan perasaan yang kuat. Sebab itu emosi lebih intens daripada perasaan, serta sering terjadi perubahan perilaku, sehingga hubungannya menggunakan lingkungan kadang-kadang terganggu.
b. Klasifikasi emosi
Emosi dapat dibedakan menjadi dua, yakni emosi positif dan emosi negatif. Dimana emosi positif merupakan emosi dari yang menyenangkan dan menenangkan seperti gembira, rileks, ceria, dll.
Sedangkan emosi negatif adalah emosi yang menyedihkan seperti marah, dendam, kecewa, stres, frustasi, dll.
Emosi negatif yang berlebihan tentu tidak baik bagi seorang individu. Namun, emosi tersebut tidak seharusnya untuk dihilangkan atau diabaikan. Karena dengan hal tersebut malah akan berdampak
36 Ibid
panjang dikehidupan mendatang. Maka dari itu diperlukan kecerdasan emosi dalam menyikapinya.
Morgan berpendapat jika kematangan emosi adalah kondisi emosi individu yang tidak menunjukkan respon negatif saat menghadapi stimulus. Respon negatif yang dimaksud seperti gelisah, bimbang, dll.37
Yusuf juga memaparkan bahwa kematangan emosi yakni tidak adanya respon impulsif atau kekanak-kanakan. Contohnya tidak sabar, egois, dll. Proses mendapatkan kematangan emosi ini diperlukan waktu yang tidak sedikit melalui pengalaman sepanjang hidup.
Pengolahan emosi sangat bergantung pada bagaimana penerimaan dari individu. Kesejahteraan dan kebahagiaan lebih ditentukan oleh perubahan dan pengalaman emosional yang sering dialami. Jika lebih banyak mengalami emosi negatif, maka menimbulkan suasana psikologis yang tidak nyaman sehingga sukar merasakan kepuasan dan kebahagiaan. Orang yang mampu memahami emosi yang dirasakan, akan lebih mampu mengelola emosi secara positif.
c. Proses terbentuknya emosi
Emosi dimiliki seluruh individu. Proses terbentuknya emosi diawali dengan adanya stimulus atau peristiwa (dapat berupa kejadian netral. Positif maupun negatif). Stimulus tersebut ditangkap oleh
37 Fitrianti, N., Subekti, E. A., & Aquarisnawati, P. “Pengaruh Antara Kematangan Emosi Dan Self efficacy Terhadap Craving Pada Mantan Pengguna Narkoba”. INSAN vol 13 no (2011) 106–117
reseptor, setelah itu melalui otak, individu dapat menginterpretasikan stimulus tersebut sesuai pengalaman dan kebiasaan dalam mempersepsikan suatu peristiwa. Interpretasi yang kuat memunculkan internal dalam tubuh kita. Seperti nafas tersengal, peruabahan ekspresi, tersenyum, menangis, intonasi suara, dll.
Selain hal yang telah disebutkan diatas, terdapat empat sifat laten pengalaman emosional saat menghadapi situasi tertentu. Menurut Gohm and Clore, empat sifat ini sangat berpengaruh terhadap beberapa aspek individu, yakni; kesehatan mental, kecemasan, dan gaya atribusi. Empat sifat laten tersebut sebagaimana berikut:
1) Kejelasan (emotional clarity), yakni individu dapat mengenali dan membedakan emosi yang terjadi.
2) Intensitas (emotional intensity), yakni dapat menilai kuat tidaknya suatu emosi.
3) Perhatian (emotional attention), kemampuan individu dalam mengenali, menilai dan menghargai emosi yang dirasakan.
4) Ekspresi (emotional expression), yakni ungkapan emosi atau perasaan terhadap orang lain atau sekitar.38
d. Dampak emosi
Pertama, emosi adalah cara berkomunikasi yang memiliki dampak tersendiri bagi orang lain. Saat berkomunikasi, adanya ekspresi positif dapat membuat orang lain merasa senang. Misalnya,
38 Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra. Manajemen Emosi. (Yogyakarta : Bumi Aksara, 2009) hlm 17
ketika kita menerima hadiah, kita biasanya bereaksi dengan kebahagiaan dan senyuman. Orang yang memberi juga akan terpengaruh karena akan merasa dihargai. Akibatnya, hubungan akan berkembang dan bertahan lebih lama.
Kedua, emosi dapat mengorganisasi dan memotivasi tindakan.
Pada situasi yang penting kita tidak perlu mempersiapkan segala sesuatunya, karena emosi akan mempersiapkan untuk melwati rintangan yang ada dalam pikiran kita
e. Kestabilan emosi
Kestabilan emosi memiliki keterkaitan dengan kecerdasan emosi. Kedua hal ini adalah komponen dari Emotional Intellegents (EQ). Fungsinya yakni dalam hubungan intrapersonal maupun interpersonal. Patton mendefinisikan kecerdasan emosi adalah kemampuan individu untuk mengenali emosi secara efektif untuk mencapai tujuan dan membangun hubungan yang produktif dan berkualitas serta meraih keberhasilan.
Chaplin juga menyatakan jika emotional stability (sebutan lain dari kematangan emosi) adalah keadaan dimana individu terbebas dari kebimbangan emosi yang dirasakan. Dengan kata lain, ketidak stabilan emosi merupakan kegagalan indivdu untuk mengelola pergantian emosi. Individu cenderung menunjukkan emosi negatif yang ada pada dirinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kestabilan emosi adalah kondisi emosi yang tetap, tidak labil dan mudah mengalami gangguan,
pengendalian emosi secara tepat. Selain itu juga mampu mengarahkan diri untuk fokus menyelesaikan masalah hidup yang tengah dihadapi dengan emosi positif.
Tjandrasa dan Zarkasih menyatakan kestabilan emosi atau keseimbangan emosi,yakni Emosi positif dapat menangkal dominasi emosi negatif, dan sebaliknya.39
Kestabilan emosi dapat diperoleh melalui:
1) Pengenalan lingkungan, memiliki tujuan pengalihan emosi negatif menjadi positif dalam waktu singkat.
2) Mengembangkan toleransi emosi, memiliki tujuan memperlambat reaksi emosi negatif.
Pendapat lain yakni berasal dari Martin, kestabilan emosi bukan berarti tidak mengekspresikan emosi, melainkan memiliki rasio dan emosi yang seimbang. Tidak terlalu sensitif dan emosional, juga dingin dan rasional. Jika hal tersebut diterapkan, kemungkinan terjadi stres akan lebih kecil. Hal ini disebabkan adanya kelegaan dan leluasa karena mengeluarkan emosi yang ada, bukan hanya memendamnya.40 f. Manfaat kestabilan emosi
Widanti menyatakan jika terdapat hubungan signifikan antara kestabilan emosi dengan problem solving individu. Dimana semakin tinggi ketabilan emosi individu, maka semakin baik pula problem solving yang dimiliki individu. Selain itu, Halim et al., juga
39 Meitasari Tjandrase & Muslichah Zarkasih. Perkembangan Anak. (Jakarta : Erlangga,1999) hlm 230.
40 Martin, D. A. Emotional Quality Management. (Jakarta: Arga) hlm 22-26
menyatakan bahwa pemilik kestabilan emosi yang tinggi dapat meningkatkan pengelolaan situasi yang tidak terduga sehingga individu memiliki problem solving efektif dalam memecahkan suatu masalah. Kestabilan emosi tinggi menjadikan individu memiliki pandangan berbeda terhadap masalah. Ia melihat suatu permasalahan sebagai tantangan dan peluang untuk mengembangkan dirinya, sehingga dapat optimis menyelesaikan permasalahan.41
g. Ciri kestabilan emosi
Kestabilan emosi dipengaruhi oleh bebrapa faktor, yakni fisik, kondisi lingkungan, dan pengalaman. Kestabilan emosi memiliki beberapa kriteria, seperti yang pendapat Hurlock :
a. Emosi yang secara sosial dapat diterima oleh masyarakat.
b. Pemahaman diri individu, yakni mampu mengontrol yang diperlukan sebagai pemuasan kebutuhannya.
c. Penggunaan kecermatan mental, menilai situasi sebelum memberikan respon secara emosional.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat dikatakan bahwa seorang individu perlu untuk memiliki kestabilan emosi. Hal ini berkaitan dengan keberlangsungan hidup sehari-hari baik dengan diri sendiri maupun masyarakat sekitar. Juga kestabilan emosi berpengaruh dalam
41 Yanti Rosdiana dan Wahidyanti Rahayu Hastutiningtyas, “Hubungan Kestabilan Emosi Dengan Problem Solving Mahasiswa Program Studi Agribisnis Pada Masa Pandemi Covid Di Universitas Tribhuwana Tunggadewi” Journal of Nursing Care & Biomolecular Vol 6 No 2 (2021) hlm 155
produktifitas individu. Menurut Goleman menyatakan individu dengan kestabilan emosi yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Memiiliki rasa tanggung jawab yang lebih, dan mandiri 2) Memiliki keterampilan lebih dalam menyelesaikan konflik 3) Memiliki keterampilan bergaul dengan teman sebaya 4) Berbagi perasaan
5) Kemampuan mengendalikan diri 6) Pengurangan perilaku kasar
7) Memiliki keterampilan dalam menyelesaikan masalah dengan individu lain
8) Keterampilan komunikasi lebih baik 9) Lebih peka terhadap perasaan orang lain
10) Memiliki kemampuan lebih saat mengatasi kesulitan disekolah 11) Peningkatan kendali diri dan kesadaran sosial
BAB III
METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, karena bersifat menjelaskan dengan tujuan mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada. Menjelaskan peristiwa yang terjadi selama proses penelitian dilakukan. Sehingga peneliti dapat mengemukakan fakta yang ada di lapangan. Pemilihan pendekatan kualitatif adalah dapat menemukan definisi, situasi dan gejala-gejala sosial dari subjek. Seperti perilaku, perasaan, emosi dan motif yang bersifat subyektif.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Universitas Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang beralamatkan Jl. Mataram No.1 Mangli, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember. Lokasi penelitian ini dipilih karena telah memenuhi kualifikasi kebutuhan penelitian. Dimana dalam penelitian subyek yang dibutuhkan adalah mahasiswa program studi Bimbingan Konseling Islam dengan beberapa kriteria tertentu.
C. Subyek Penelitian
Populasi dari penelitian adalah jumlah seluruh Mahasiswa program studi Bimbingan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember. Jumlah mahasiswa yang tengah menyusun skripsi sebanyak 81 orang. Sedangkan subyek merupakan 4 Mahasiswi Bimbingan Konseling
38
Islam UIN KHAS Jember dalam masa penyususnan skripsi. Pemilihan subyek didasarkan pada syarat-syarat sebagai berikut :
1. Mahasiswa/i aktif Bimbingan Konseling Jember Universitas Kiai Haji Achmad Siddiq Jember dalam masa penyelesaian skripsi pada tahun 2022 2. Bersedia menjadi informan dan mengikuti rangkaian kegiatan penelitian.
Penentuan subyek dilakukan dengan teknik purposive sampling, yakni teknik penentuan dengan pertimbangan tertentu atau seleksi khusus.
Penentuan subyek pada penelitian ini didasarkan kriteria yang sudah dijelaskan diatas.
Daftar identitas Subyek dalam penelitian : 1. Nama : AAI (inisial)
Gender : Perempuan
Program Studi : Bimingan dan Konseling Islam
Semester : 9
2. Nama : HLF (inisial)
Gender : Perempuan
Program Studi : Bimbingan dan Konseling Islam
Semester : 9
3. Nama : UNI (inisial)
Gender : Perempuan
Progeam studi : Bimbingan dan Konseling Islam
Semester : 9