• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KASUS Gangguan Kepribadian Emosi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN KASUS Gangguan Kepribadian Emosi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS

Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil

Tipe Ambang (Borderline)

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian akhir Kepaniteraan Klinik Madya di SMF Psikiatri Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura

Oleh:

ANISA Q. ANANDA HAMSAH (0100840112)

Pembimbing:

dr. Manoe Bernd Paul, Sp.KJ., M.Kes

SMF PSIKIATRI

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH ABEPURA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH JAYAPURA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima oleh Penguji Laporan Kasus dengan judul : “Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil Tipe Ambang (Borderline)”

Sebagai salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Madya pada SMF Psikiatri RSJD AbepuraFakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Jayapura

yang dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal :

Tempat : Ruang Pertemuan RSJD Abepura

Mengesahkan

Penguji Laporan Kasus Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih

(3)

DAFTAR ISI

B. Riwayat Penyakit Sekarang ...2

C. Riwayat penyakit medis dan psikiatri dahulu... 3

D. Riwayat Penggunaan Zat...4

J. Memori dan fungsi kognitif...8

(4)

DATA EPIDEMIOLOGI

a. No registrasi : 0002313

b. Nama : Ny.Eka Maya Yolanda

c. Usia : 40 tahun

d. Jenis kelamin : Perempuan

e. Alamat : Kompleks Asrama Haji Kotaraja

f. Agama : Kristen Khatolik

g. Suku Bangsa : Jawa

h. Pendidikan : SMA

i. Status Pekerjaan : Swasta

j. Status perkawinan : Sudah menikah

k. Ruang perawatan : KELAS WANITA

l. Tanggal MRSJ : 23 April 2017

m. Tanggal pemeriksaan : 23 April 2017

n. Yang mengantar : Tidak ada

o. Alamat pengantar : Tidak ada

(5)

LAPORAN PSIKIATRI

I. RIWAYAT PSIKIATRI

a. Keluhan utama

Autonamnesis: “pasien datang karena emosi”.

b. Riwayat penyakit sekarang

Autoanamnesis.

Pasien datang ke RSJ Abepura dengan keluhan emosi yang tidak terkontrol yang semakin memburuk sejak ± 1 bulan yang lalu yaitu dengan sering mencoba untuk menyaikiti diri sudah sejak sebulan yang lalu, awalnya keluhan ini dirasakan sejak 1 tahun yang lalu (2016) namun emosinya masih terkontrol dan selalu dipendam. Pasien juga mengeluh susah tidur karena stress memikirkan perasaan perasaan emosi yang ingin diluapkannya, namun ketika bangun pagi pasien merasa lebih baik.

Pasien mengaku memiliki masalah dengan pacarnya, ketika teringat kembali masalah tersebut membuat pasien semakin tidak bisa mengontrol emosinya, komunikasi terhadap pacarnya masih baik. Untuk meringankan keluhan, pasien menyakiti dirinya sendiri dengan cara menyileti tangannya, menyetrika pipinya, membenturkan kepalanya didinding dan sempat ingin mencoba membunuh diri dengan meminum cairan super pel 3 hari yang lalu.

c. Riwayat penyakit medis dan psikiatri dahulu Autoanamnesis :

(6)

d. Riwayat penggunaan zat

Pasien mengaku tidak memiliki riwayat meminum alkohol, tidak mempunyai riwayat merokok, tidak menggunakan zat adiktif lainnya.

e. Riwayat keluarga

Pada keluarga tidak ada yang mimilik kondisi sepeti pasien.

Keterangan : Perempuan :

Laki-laki :

Pasien :

f. Riwayat pribadi

1. Masa kanak-kanak awal ( 0 sampai usia 3 tahun)

- Pasien mengatakan ibu pasien bercerita saat mengandung pasien

tidak ada masalah atau kelainan. Pasien dilahirkan dengan usia kandungan cukup bulan dan dilahirkan secara spontan, tanpa kecacatan maupun trauma lahir. Semasa bayi, pasien mendapat cukup ASI dan tidak memiliki masalah makan.

- Tumbuh kembang pasien sama dengan teman- teman sebayanya.

2. Masa kanak-kanak pertengahan (usia 3 – 11 tahun)

- Masa kanak-kanak pasien sesuai dengan teman-teman sebayanya

namun jarang bermain diluar pasien lebih sering bermain dirumah karena takut dimarahi ibunya.

(7)

- Hubungan keluarga : pasien jarang berkomunikasi antara ibu, ayah, serta adiknya walaupun berada di satu rumah yang sama, Lebih sering mengurung diri didalam kamar.

- Hubungan sebaya : pasien memiliki banyak teman, namun

cenderung lebih kepada teman laki – laki daripada perempuan dan tidak mengalami kesulitan dalam perkenalan dengan orang baru.

- Riwayat sekolah : Pasien tidak memiliki permasalahan disekolah

baik kepada guru maupun teman kelasnya

- Perkembangan motorik dan kognitif : pasien tidak memiliki

kesulitan saat belajar.

- Masalah fisik atau emosional : Pasien belum mengalami perubahan

emosional dan pasien tidak pernah mengikuti ajakan temannya untuk merokok, dan minum alcohol .

- Riwayat psikoseksual :

Aktivitas seks remaja : Pasien bercerita ke pernah menaksir beberapa teman, tetapi tidak pernah bercerita dengan ibu atau orang terdekatnya.

- Pada masa sekolah SMA pasien sudah melakukan hubungan seks

pertama kali sejak kelas 2 SMA dengan teman yang membuat pasien merasa nyaman.

- Latar belakang keagamaan : pasien merupakan remaja jemaat gereja

dan rajin dalam beribadah.

4. Masa dewasa

- Riwayat kuliah : Pasien tidak lanjut meneruskan pendidikan ketika

(8)

- Riwayat pekerjaan : Pasien pernah bekerja di sebuah PT swasta di daerah jawa tetapi jauh dari tempat tinggalnya dan jarang berkomunikasi dengan keluarga, kemudian melanjutkan lagi ke daerah papua selama 9 tahun.

- Aktivitas sosial : Pasien memiliki beberapa teman dikompleks

namun tidak sering bersosialisasi, menurut pasien lebih merasa

nyaman di rumah sendiri.

- Seksualitas Dewasa

Pasien melakukan seks pranikah dengan calon suaminya dan memiliki anak perempuan ( umur 17 tahun ), namun sudah bercerai 12 tahun yang lalu ketika usia anak pasien 5 tahun. Kemudian pasien mempunyai pacar baru hubungan sudah berlanjut selama 9 tahun dan sampai sekarang ( jarak jauh) dan sering melakukan seks ketika bertemu.

Tiga bulan terakhir ini pasien berselingkuh dengan seorang (sudah punya isteri) dan pada awal pertemuan pasien sudah melakukan hubungan seks.

II. STATUS PSIKIATRIKUS

a. Kesadaran Compos Mentis Pasien secara sadar penuh terhadap lingkungan serta memberikan reaksi yang memadai.

b.Orientasi Orang : Baik Pasien mampu mengenali orang sekitarnya dan datang sendiri ke rumah sakit

Tempat :baik Pasien mengatakan ini adalah rumah sakit jiwa abepura.

Waktu : baik Pasien tepat dalam menyebutkan waktu ( menyebutkan hari kamis bulan mei tahun 2017 pada siang hari .

c. Penampilan Cukup bersih,

menggunakan pakaian sesuai usia pasien

Pasien dengan postur agak tegap, menggunakan kemeja merah, celana jeans, ikat pinggang, sepatu dan berpenampilan rapi.

(9)

memikirkan sesuatu.

Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif, tertarik, perhatian.

Pasien menunjukkan ketertarikannya terutama pada lawan jenis, sangat bersemangat menjawab pertanyaan dengan bercanda dan antusias untuk menceritakan ceritanya.

g. Bicara Artikulasi : jelas Intonasi ucapan terdengar jelas

Kecepatan bicara : normal Pasien menjawab pertanyaan kemudian memperjelas jawabannya seperti saat ditanya.

h.Emosi Mood :euthimik Pasien menjawab pertanyaan dengan suasana perasaan yang rentang normal terhadapa penghayatan perasaan yang luas dan serasi.

Afek : Serasi Pasien mengekpresikan emosi selaras dengan ide, pikiran atau gaya bicara yang menyertai.

i. Persepsi Ilusi :tidak ada

Halusinasi : Tidak ada

(10)

l. Tilikan Tilikan VI Pasien menyadari sepenhnya bahwa dirinya sakit diserti motivasi untuk mencapai kebaikan.

III. FORMULASI DIAGNOSIS

Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan pasien sendiri, ditemukan adanya masalah yang muncul saat dewasa yang mencetus perubahan emosi, yaitu pasien tidak dapat mengontrol emosinya sehingga cenderung menyakiti diri sendiri. Perubahan pola perilaku dan psikologis

yang bermanifestasi saat ini memenuhi kriteria diagnostic F60.31 Gangguan

Kepribadian Emosional Tak Stabil Tipe Ambang (Borderline) berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Gangguan Jiwa di Indonesia.

a. Diagnosis Banding : F21. Gangguan Skizotipal F32. Gangguan Depresif

b. Diagnosis multiaxial

 Axis I : F32.0 Gangguan depresif ringan

 Axis II : F60.31. Gangguan kepribadian tipe ambang

 Axis III : Tidak ada

 Axis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial dan

hubungan dengan pasangan.

 Axis V : GAF-90-81 gejala minimal, berfungsi baik, cukup

puas, tidak lebih ari masalah harian yang biasa.

IV. RENCANA TERAPI

TERAPI FARMAKOLOGIS

Pada saat ini pasien dilakukan rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Abepura.Obat-obatan yang diberikan kepada pasien ini adalah :

1. Clozapine tablet 25 mg dengan dosis anjuran 150 - 600 mg/h

(11)

2. Carbamazepine tablet 200 mg dengan dosis anjuran 300–600 mg/h Indikasinya untuk mood stabilazers.

INTERVENSI PSIKOSOSIAL

- Penyuluhan psikososial. Memberikan informasi sebanyak mungkin

tentang penyakit pasien terhadap pasien. Dalam keadaan ini diperlukan cara untuk mengawasi perasaan pasien yang dapat merasa depresi, lemah, lesu kemudian beralih pada keadaan yang tidak bisa mengontrol emosi pasien. Penting dalam menjaga pola tidur yang normal agar dapat mencegah kekambuhan.

- Membangun hubungan social. Dapat dengan cara mencari tahu kegiatan

pasien yang jika dianjurkan dapat membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam psikososial. Serta secara aktif memberi semangat kepada pasien untuk memulai kembali kegiatan social yang pernah dijalaninya serta menasehati keluarga pasien tentang ini.

- Follow up. Follow up berkesinambungan wajib diperlukan, gejala serta

efek samping dari pengobatan dan kebutuhan akan psikosoial perlu dicantumkan

PSIKOTERAPI

- Psikoterapi untuk pasien dengan gangguan kepribadian ambang adalah

sama sulitnya bagi pasien maupun terapis. Pasien mudah mengalami

redgresi, mengeluarkan impulsnya, dan menunjukan transference

positif atau negative, terfiksasi atau labil, yang sulit dianalisis. Identifikasi proyektif juga dapat menyebabkan masalah countertransference yaitu ketika terapis tidak menyadari bahwa pasien secara tidak sadar mencoba memaksanya untuk melakukan perilaku tertentu.

- Terapi interpersonal dan social. Terapi menggunakan terapi perilaku

(12)

balik, bermanfaat untuk memungkinkan pasien melihat bagaimana tindakan mereka mempengaruhi orang lain, sehingga memperbaiki perilaku interpersonal mereka.

- Family Therapy

Terapi keluarga sangat membantu untuk mengurangi konflik dan stres yang dapat memperburuk kondisi mental individu dengan BPD. Terapi keluarga melatih anggota keluarga menghargai individu BPD, meningkatkan komunikasi dan penyelesaian masalah secara bersama-sama dan saling mendukung antar pasangannya.

- Schema Therapy

Schema therapy merupakan pendekatan didasarkan pada perilaku-kognitif dan gestalt. Fokus terapi ini pada aspek emosi, kepribadian dan bagaimana individu bereaksi dengan lingkungan. Dalam treatment ini menitikberatkan pada hubungan antara terapis dan klien (pendampingan; reparenting), kehidupan sehari-hari klien diluar terapi, dan pengalaman trauma masa kecil.

- Cognitive behavioural therapy. Membantu pasien untuk mengubah pola

pikir dan perilaku negative.

V. PENCEGAHAN

Upaya pencegahan primer pada gangguan kepribadian ambang ini dapat dilakukan dengan bersosialisasi, tidak menyindiri dan latihan berkomunikasi dengan keluarga. Pencegahan sekunder yaitu bila telah mengalami gangguan ini, diharapkan tetap berkonsultasi dengan dokter yang merawat, mengikuti anjuran untuk konsumsi obat sesuai aturan.

VI. PROGNOSIS

a. Ad vitam : dubia at bonam

b. Ad fungsionam : dubia at bonam

(13)

VII. PEMBAHASAN

Kepribadian umumnya digunakan sebagai label deskriptif global untuk perilaku seseorang yang dapat diamati secara objek serta pengalaman interna yang secara subyektif dapat ia laporkan. Individu yang utuh yang dapat digambarkan dengan cara ini menunjukan aspek public dan pribadi kehidupannya. Kata “kepribadian” dapat dibubuhkan pada kata sifat tertentu, dengan makna psikiatrik seperti “pasif” atau “agresif” atau kata – kata tanpa konotasi patologis, seperti “ambisius” atau “religius” atau “ramah”. Serangkaian kualifikasi yang sesuai tersebut menghasilkan diagnosis gangguan kepribadian yang berdampak adanya perkiraan tertentu mengenai bagaimana seseorang akan bersikap dibawah serangkaian keadaan tertentu.

Gangguan kepribadian menurut DSM IV-TR mendefinisikan gangguan kepribadian sebagai pengalaman dan perilaku subyektif yang berlangsung lama, universal yang kaku, memiliki onset pada pada masa remaja awal atau dewasa awal, stabil sepanjang waktu, dan menimbulkan ketidakbahagiaan serta hendaya.

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM-IV-TR). Gangguan kepribadian dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, Salah satunya yaitu kelompok B, yang terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, borderline (ambang), histrionic, dan narsistik. Pada kelompok ini pasien cenderung sering tampak dramatik, emosional, dan tidak menentu.

Orang yang mengalami gangguan kepribadian biasanya memiliki tingkah laku yang kompleks dan berbeda-beda berupa :

- Ketergantungan yang berlebihan

- Ketakutan yang berlebihan dan intimitas - Kesedihan yang mendalam

- Tingkah laku yang eksploitatif

- Kemarahan yang tidak dapat dikontrol

(14)

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM-IV-TR).

Gangguan kepribadian ambang (borderline) didefinisikan sebagai sebuah

pola ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra diri, dan mempengaruhi sebuah awal impulsive.

Pasien dengan gangguan kepribadian ambang berdiri pada batas antara neurosis dan psikosis serta ditandai dengan afek, mood, perilaku, hubungan objek, dan citra diri yang sangat tidak stabil.

Kriteria Diagnostic DSM-IV_TR gangguan kepribadian ambang ditandai dengan:

- Pola hubungan interpersonal tidak stabil dan intens ditandai dengan

bergantian antara idealisasi ekstrem dan develuasi yang ekstrem.

- Gangguan identitas : citra – diri atau rasa – diri yang sceara menetap

tidak stabil

- Impulsive dalam 2 daerah setidaknya yang berpotensi merusak diri

- Perilaku, sikap, atau ancaman bunuh diri berulang, atau perilaku mutilasi diri.

- Ketidakstabilan afektif karena reaktivitas mood yang nyata ditandai

dengan suasana hati : (disforia episodik mendalam, lekas marah, atau kecemasan biasanya berlangsung beberapa jam dan jarang lebih dari beberapa hari)

- Perasaan kekosongan kronis

- Kemarahan intens yang tidak sesuai atau kesulitan untuk

mengendalikan kemarahan (cth. Sering menunjukan kemarahan, perkelahian fisik berulang)

- Gagasan paranoid terkait – stress yang terjadi sementara atau gejala

disosiatif berat.

Pasien dapat berargumentatif pada suatu saat, depresi pada lainnya, dan kemudian mengeluh tidak ada perasaan.

(15)

Perilaku pasien dengan gangguan kepribadian ambang sangat tidak dapat diduga, dan prestasi mereka jarang mencapai tingkat kemampuan mereka. Sifat menyakitkan dari kehidupan mereka dicerminkan dalam bentuk tindakan merusak diri berulang. Pasien seperti ini dapat mengiris pergelangan tangannya dan melakukan mutilasi diri lainnya untuk mendapatkan bantuan dari orang lain, untuk mengekspresikan kemarahan, atau untuk membuat mereka mati rasa dari afek melimpah.

Karena mereka merasa bergantung sekaligus bermusuhan, orang dengan gangguan ini memiliki hubungan interpersonal yang penuh huru – hara. Mereka dapat bergantung kepada orang lain yang mereka rasa dekat dan jika frustasi, mereka dapat mengekspresikan kemarahan pada teman dekatnya. Pasien dengan gangguan kepribadian ambang tidak dapat menoleransi keadaan sendiri ; dan mereka lebih memilih pencarian “gila – gilaan” untuk mendapatkan teman, tidak peduli betapapun kepuasannya bagi mereka sendiri. Untuk meredakan kesepian, jika hanya untuk waktu singkat, mereka menerima orang asing sebagai teman atau bersikap tidak setia. Mereka sering mengeluh mengenai rasa kosong dan bosan yang kronis serta tidak adanya rasa identitas yang konsisten (difusi identitas); jika ditekan, mereka sering mengeluh tentang seberapa depresi yang mereka rasakan tanpa memusingkan aspek lainnya.

Secara fungsional, pasien dengan gangguan kepribadian ambang merusak hubungan mereka dengan menganggap semua orang baik atau semua orang jahat. Pasien melihat orang baik sebagai figure kebencian dan sadis yang mengurangi kebutuhan rasa aman mereka dan mengancam mereka pengabaian saat mereka merasa bergantung. Sebagai akibat dari pemisahan ini, orang yang baik diidealisasikan dan orang yang buruk didevaluasikan. Pergeseran kesetiaan dari satu orang atau kelompok ke yang lainnya sering terjadi. Otto Kernberg menemukan bahwa mekanisme pertahanan proyeksi terdapat pada pasien dengan ganggua kepribadian ambang.

(16)

klinis yang bermakna dan pola perilaku yang cenderung menetap, dan merupakan ekspresi dari pola hidup yang khas dari seseorang dan cara – cara berhubungan dengan diri sndiri maupun orang lain.

F60.31. Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil Tipe

Ambang (borderline).

Pedoman Diagnostik

 Terdapat kecendrungan yang mencolok untuk bertindak

secara impulsive tanpa mempertimbangkan

konsekuensinya, bersamaan dengan ketidakstabilan emosional;

 Dua varian yang khas adalah berkaitan dengan

impul-sivitas dan kekurangan pengendalian diri.

Diagnosis banding pada gangguan kepribadian ambang yaitu gangguan skizotipal dimana pada gangguan ini terdapat beberapa gejala seperti afek yang tidak wajar atau menyempit, perilaku atau penampilan yang aneh, eksentrik, hubungan sosial yang buruk dengan orang lain dan tendensi menarik diri dari pergaulan sosial, pikiran obsesiv berulang – ulang yang tak terkendali, pikiran yang bersamar” atau vague namun berlansung sedikitnya untuk 2 tahun lamanya.

Diagnosis banding pada gangguan kepribadian ini juga adalah episode depresif dimana gejala utama adalah afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energy yang meuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas. Dengan gejala lainnya adalah konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, tidur terganggu, nafsu makan berkurang.

(17)

Prognosis gangguan kepribadian tipe ambang (borderline) yang ditatalaksana terapi psikososial serta farmakoterapi gangguan ini cukup stabil, pasien sedikit berubah dari waktu ke waktu. Pasien dengan gangguan kepribadian ambang sering membaik didalam lingkungan rumah sakit tempat mereka mendapatkan psikoterapi intensif baik secara individu maupun kelompok. Pada pasien ini setelah mendapat terapi dan selama berada di rumah sakit terlihat gangguan mood dan perasaam cemas pasien menurun, tingkah laku pasien untuk merusak diri tampak tak terlihat.

Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan pasien, ditemukan adanya masalah keluarga yaitu kurangnya komunikasi dan tampak keterbukaan sosial serta adanya masalah yang timbul pada masa awal dewasa yaitu pada hubungan percintaan yang menyebabkan pasien tidak dapat mengontrol emosi pasien tersebut, yang mencetuskan perubahan kepribadian diri pasien dengan cara merusak diri pasien dengan mencoba untuk bunuh diri, emosi yang tidak terkontrol sesaat, sehingga diagnosis diarahkan pada F60.31 Gangguan kepribadian emosional tak stabil tipe

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Maramis, W. F., & Maramis, A. A. (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.

Surabaya: Airlangga University Press.

Maslim, R. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas

PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

Maslim, R. (2014). Panduan Praktis Penggunan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta:

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

Sadock, Benjamin J. (2010). Kaplan dan Shadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi

Referensi

Dokumen terkait

Merupakan kebanggaan tersendiri karena telah melalui perjuangan sangat berat, dan akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Penggunaan Metode Sosiodrama Melalui

Bentuk kebijakan Indonesia dalam melakukan diplomasi dengan menggunakan elemen budaya tercermin dari cara yang ditunjukkan Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia dalam

Dengan berlakunya Peraturan ini, maka Peraturan Bupati Aceh Timur Nomor 35 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis

tersebut, maka bangunan pun ikut tersentuh konsep teknologi melalui karakteristik bangunan high tech architecture, dan tidak lupa bahwa sisi lain dari tujuan perancangan

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmat-Nya yang telah melindungi serta membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan

Berdasarkan wawancara kepada pemilik Butik Belleza dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya sistem informasi penjualan tunai berbasis web ini memberikan kemudahan

Jika di sisi penerima, file yang ingin dikirimkan sudah ada, tapi belum tentu sama (misalnya ukurannya lebih kecil/besar atau terdapat perbedaan karena versinya

Berdasar pembicaraan yang telah dilakukan antara tim penyusul pengabdian dengan mitra bahwa mitra akan mendukung sepenuhnya dan bekerja sama dengan tim pengusul