• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Teori perkembangan kogntif dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Teori perkembangan kogntif dan"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jean Piaget adalah salah seorang psikolog terkenal yang banyak mempengaruhi perkembangan dunia pendidikan, terlebih pada akhir-akhir ini, dengan makin diterimanya teori konstruktivisme.Teori konstruktivisme Piaget menyatakan bahwa pengetahuan itu dibentuk oleh murid atau orang yang sedang belajar.Pengetahuan tidak diterima begitu saja dari guru, tetapi murid sendirilah yang harus mengorganisasi, memikirkan, dan membentuk pengetahuan itu. Tanpa kegiatan aktif membentuk pengetahuan dalam pikirannya, seseorang tidak akan tahu sesuatu.

Menurut Piaget, pengertian seseorang itu mengalami perkembangan dari lahir sampai menjadi dewasa. Secara garis besar, Piaget membedakan empat tahap dalam perkembangan kognitif seorang anak: (1) tahap sensorimotor yang terjadi sejak lahir sampai berumur 2 tahun, (2) tahap praoperasi pada umur 2 sampai 7 tahun, (3) tahap operasi konkret pada umur 7 sampai 11 tahun, dan (4) tahap operasi formal setelah umur 11 tahun ke atas. Perkembangan tahap-tahap tersebut berurutan karena setiap tahap memerlukan tahap yang sebelumnya.Awal dan perkembangan tahap-tahap tersebut dapat berbeda untuk setiap pribadi.

Teori perkembangan kognitif dan teori konstruktivisme Piaget banyak mempengaruhi dunia pendidikan, terutama pendidikan kognitif pada masa kanak-kanak sampai remaja. Piaget semakin yakin adanya perbedaan antara proses pemikiran anak dan orang dewasa. Ia yakin bahwa anak bukan merupakan suatu tiruan (replika) dari orang dewasa. Anak bukan hanya berpikir kurang efisien dari orang dewasa, melainkan berpikir secara berbeda dengan orang dewasa.Itulah sebabnya mengapa Piaget yakin bahwa ada tahap perkembangan kognitif yang berbeda dari anak sampai menjadi dewasa.Anak yang lebih dewasa bukan hanya menjadi lebih pandai daripada yang lebih muda, melainkan pemikiran anak yang lebih dewasa berbeda secara kualitatif dengan anak yang lebih muda. Anak yang berbeda umurnya menggunakan cara berpikir yang berbeda. Anak yang belum berumur 11 tahun tidak dapat memecahkan persoalan opersi logika yang dasar. Proses pemikiran membentuk suatu struktur yang terintegrasi yang sifat-sifat dasarnya dapat dijelaskan dalm term-term logika. Operasi-operasi logika yang ada dalam pemikiran deduksi

(2)

Pada awalnya, Piaget beranggapan bahwa perkembangan kognitif disebabkan oleh faktor sosial , seperti bahasa, kontak dengan teman, dan orang tua. Setelah mengadakan penilitian, Piaget mengubah anggapan itu dengan lebih menekankan peran tindakan anak sebagai sumber perkembangan kognitif.Pengertian dibentuk dari tindakan anak dan bukan dari bahasa anak.

Garis Besar Tahap Perkembangan Kognitif

Secara garis besar, Piaget mengelompokkan tahap-tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat tahap: tahap sensorimotor, tahap praoperasi, tahap operasi konkret, dan tahap operasi formal. Tahap sensoriotor lebih ditandai dengan pemikiran anak berdasarkan tindakan inderawinya.Tahap operasi diwarnai mulai dengan digunakannya symbol-simbol untuk menghadirkan suatu benda atau pemikiran, khusunya penggunaan bahasa.Tahap operasi konkret ditandai dengan penggunaan aturan logis yang jelas.Tahap operasi formal dicirikan dengan pemikiran abstrak, hipotesis, deduktif, serta induktif.Secara skematis, keempat tahap itu dapat digambarkan dalam Tabel I.

Tahap-tahap diatas saling berkaitan.Urutan tahap-tahap tidak dapat ditukar atau dibalik, karena tahap sesudahnya mengandaikan terbentuknya tahap sebelumnya.Tetapi, tahun terbentuknya tahap tersebut dapat berubah-ubah menurut situasi seseorang. Seseorang dapat mulai tahap operasi formal pada umur 11 tahun, sedangkan orang lain baru mulai tahap yang sama pada umur 15 tahun. Perbedaan antar tahap sangat besar karena ada perbedaan kualitas pemikiran yang lain. Meskipun demikian, unsur dari perkembembangan sebelumnya tetap tidak dibuang.Jadi, ada kesinambungan dari tahap ke tahap, walaupun ada juga perbedaan yang sangat mencolok.

Table I. Skema Empat Tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Tahap Umur Ciri Pokok Perkembangn

Sensorimotor 0-2 tahun  Berdasarkan tindakan

 Langkah demi langkah

Praoperasi 2-7 tahun  Penggunaan simbol/bahasa tanda

 Konsep intuitif

Operasi konkret 7-11 tahun  Pakai aturan jelas/logis

 Reversible dan kekekalan Operasi formal 11 tahun keatas  Hipotesis

 Abstrak

 Deduktif dan induktif

(3)

B. Tujuan Penulisan

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PENGERTIAN KOGNITIF

Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan.Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif.Dari aspek tenaga pendidik misalnya.Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.

Akan tetapi apa arti kognitif yang sebenarnya? Lalu apa perkembangan kognitif itu?Jean Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi).

Kecenderungan organisasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk mengintegasi proses-proses sendiri menjadi system - sistem yang koheren.Adaptasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk memyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan sosial.

Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada.Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.

(5)

A. TAHAP SENSORIMOTOR (UMUR 0-2 TAHUN)

Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir sampai sekitar berumur 2 tahun.Pada tahap ini, inteligensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamah, mendengar, membau, dan lain-lain.Pada tahp ini, anak belum dapat belum dapat berbicra dengan bahasa.Anak belum mempunyai bahasa simbol untuk mengungkapkan adanya suatu benda yang tidak berada di dekatnya.

Pada tahap sensorimotor, gagasan anak mengenai suatu benda berkembang dari periode “belum mempunyai gagasan “menjadi” sudah mempunyai gagasan”.Gagasan mengenai benda sangat berkaitan dengan konsep anak tentang ruang dan waktu juga belum terkoordinasi dengan baik.

Konsep anak tentang kausalitas (sebab akibat) pada tahap ini juga berkembang dari “belum mempunyai konsep” menjadi “sudah mempunyai konsep”.Konsep kausalitas ini juga berkembang sejalan dengan perkembangan konsep ruang dan waktu anak.Semakin anak memahami konsep ruang dan waktu secara lengkap, pemahamanya mengenai konsep kausalitas berkembang dengan benar.

Karena mempunyai konsep yang berkembang, peran pendidikan menjadi penting dalam ragka membantu anak untk semakin mengerti dan memahami alam semesta. Meskipun sederhana, tahap perkembangan awal sensorimotor ini sangat penting. Tahap ini akan menjadi dasar perkembangan persepsi dan inteligensi anak pada tahap-tahap berikutnya.

Menurt Piaget, mekanisme perkembangan sensorimotor ini menggunakan proses asimilasi dan akomodasi. Tahap-tahap perkembangan kognitif anak dikembangkan dengan perlahan-lahan melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema-skema anak karena adanya masukan, rangsangan, atau kontak dengan pengalaman dan situasi yang baru.

(6)

1. Periode-periode Sensorimotor

Piaget membagi tahap sensorimotor dalam enam periode.

Periode 1: Refleks (umur 0-1 bulan),

Periode 2: Kebiasaan (umur 1-4 bulan),

Periode 3: Reproduksi kejadian yang menarik (umur 4-8 bulan),

Periode 4: Koordinasi skemata (umur 8-12 bulan),

Periode 5: Eksperimen (12-18 bulan)

Periode 6: Representasi (18-24 bulan)

Secara garis besar, perkembangan periode-periode pada tahap sensorimotor dapat diringkas dalam skema pada Tabel II.

Table II. Skema Perkembangan Kognitif Tahap Sensorimotor (Bandingkan Wadsworth, 1989; Gruber & Voneche, 1995)

Periode Ciri Perkembangan

pembedaan Fragmentasi, terpecah - Egosentris- Tidak ada kausalitas

(7)

skemata

 Periode 1: Refleks (Umur 0-1 Bulan)

Periode paling awal tahap sensorimotor adalah periode refleks.Ini berkembang sejak seorang bayi lahir sampai sekitar berumur 1 bulan.Pada periode ini, tingkah laku bayi kebanyakan bersifat refleks, spontan, tidak disengaja, dan tidak terbedakan.Tindakan seorang bayi didasarkan pada adanya rangsangan dari luar yang ditanggapi secara refleks.Refleks yang pokok pada periode ini adalah mengisap, meraba, menangis, serta menggerakkan tangan dan kepala.Disini, seorang bayi belum dapat membedakan jenis-jenis rangsangan.Ia akan menggenggam benda apa pun yang didekatkan di telapak tangannya. Ia akan mengisap benda apa pun yang didekatkan dimulutnya. Pada periode ini, seorang bayi mengasimilasi semua rangsangan melalui sistem refleks dengan cara yang tidak terbedakan (Wadsworth, 1989). Menurut Piaget, seorang bayi yang dibiasakan makan dengan sendok akan mengalami kesulitan dalam menyusu. Sementara itu, bila bayi dibiarkan mengisap susu ibu, ia akan makin terampil melakukan kegiatan tersebut (Piaget, 1981).

(8)

memunculkan asimilasi yang lebih umum (general assimilation).Misalnya jika pipi kanannya disentuh, maka ia akan menggerakkan kepala kearah kanan.

Dalam perkembangan selanjutnya, asimilasi reproduktif dan fungsional juga memunculkan

asimilasi rekognitif, dimana seorang bayi mulai dapat membedakan dan “mengenal” benda-benda yang diisap.

Proses-prose asimilasi tersebut sangat berperan dalam perkembangan kegiatan bayi.Menurut Piaget, tindakan mengisap yang lebih maju adalah yang sistematis dan tergantung pada koordinasi gerak tangan, jari, dan mulut bayi. Dalam tindakan mengisap ini, sudah ada “suatu inteligensi” tertentu (Piaget, 1969).

Konsep Benda. Menurut Piaget, seorang bayi belum mempunyai konsep benda pada periode ini. Seorang bayi belum membedakan benda-benda secara sadar.Disini, tampak jelas bahwa konsep benda merupakan perkembangan dan bukan suatu yang telah ada sebelumnya.

Konsep Ruang. Menurut Piaget, pengertian bayi akan ruang masih fragmentasi (tepecah-pecah, tidak menyeluruh). Hal ini disebabkan oleh karena benda-benda yang diketahunya melalui sentuhan, setelah di jauhkan, akhirnya tidak kelihatan lagi.Pada periode ini, belum ada koordinasianta-ruang yang diketahui lewat mulut, penglihatan, maupun lewat jamahan tangan.

Konsep Kausalitas. Pada periode ini, bayi masih egosentris dan tidak sadar akan sebab-akibat suatu hal (Wadsworth, 1989). Egosentris menunjuk kepada keadaan kognitif seseorang di mana ia memandang dunia hanya dari sudut pandangnya sendiri, tanpa sadar bahwa sudut pandang lain itu ada. Bagi seorang bayi, ini berarti bahwa belum ada konsep diri sebagai suatu objek dalam dunia objek-objek yang lain. Ia belum dapat membedakan antara dirinya dan lingkungannya. Pada periode ini, tidak ada relasi kausal antara kejadian-kejadian. Bayi belum dapat mengerti bahwa benda-benda dapat mempengaruhi satu dengan yang lain.

 Periode 2: Kebiasaan (Umur 1-4 Bulan)

(9)

Menurut Baldwin, pada periode ini terjadi proses reaksi sirkuler pertama (Piaget, 1989; Ginsburg & Opper, 1988). Istilah ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana seorang anak mengulang-ulang kembali apa yang ia senangi sehingga menjadi kebiasaan. Bayi mulai mencoba untuk menemukan kembali tingkah laku yang efektif dengan trial and error.

Pada periode ini, seorang bayi mulai dapat membedakan benda-benda didekatnya.Ia mulai membedakan diferensiasi akan macam-macam benda yang dipegangnya. Koordinasi tindakan bayi mulai berkembang dengan penggunaan mata dan telinga.Ini merupakan suatu tahap penting untuk tumbuhnya konsep benda. Meskipun demikian, bayi tetap belum mempunyai konsep objek seperti orang dewasa (Piaget & In helder,1969; Piaget, 1981; Ginsburg & Opper, 1988; Wadsworth, 1989).

Keingintahuan.Seorang bayi biasanya mulai dapat mengamati ayunan yang digunakan dengan “penuh perhatian”. Pada umur 3 bulan, ia sudah tidak terlalu mengamati lagi. Ia ingin langsung melihat benda-benda yang baru atau gerakan ayunan yang lain. Tetapi, ia tidak hanya asal melihat lebih banyak benda, melainkan mempunyai preferensi tertentu. Ia lebih tertarik kepada kejadian yang agak baru.Ketertarikan bayi dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya (Ginsburg & Opper, 1988).Pada tahap ini, bayi juga mulai meniru (imitasi). Menurut Piaget, “meniru” adalah suatu ungkapan bayi untuk mengenal realitas dan berinteraksi dengan dunia secara efektif.

Konsep Benda. Adanya benda itu tidak permanen (tidak tetap).Namun, jelas bahwa sudah ada pembedaan awal, yaitu benda yang dijamahnya dengan benda yang dicarinya setelah dijauhkan.

Konsep Ruang. Pada periode ini, mulai ada koordinasi ruang yang berbeda.Pada periode ini juga, mulai ada konsep waktu.Misalnya, seorang bayi menantikan ibunya untuk memandikannya.

Konsep Kausalitas. Konsep ini belum banyak berkembang, masih seperti pada periode 1.

 Periode 3: Reproduksi Kejadian Yang Menarik (Umur 4-8 Bulan)

Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apa pun yang ada disekitarnya (Piaget & Inhelder, 1969). Tingkah laku bayi semakin berorientasi ke objek dan kejadian diluar tubuhnya sendiri.Seorang bayi juga menciptakan kembali kejadian-kejadian yang menarik baginya.Ia mencoba menghadirkan dan mengulang kembali peristiwa yang menyenangkan dirinya (reaksi sirkuler dan sekunder).

(10)

pengulangan tingkah laku dan bukan ditentukan sebelumnya seperti orang dewasa merencanakn sesuatu (Wadsworth, 1989).

Menurut Ginsburg dan Opper, ada beberapa unsr yang dapat diamati dalam pengulangan permainan diatas.

1) Gerakan tangan bayi secara tidak sengaja menghasilkan sesuatu akibat yang menarik baginya, yaitu bunyi-bunyian.

2) Bayi mengerti bahwa tindakannya berkaitan dengan akibat luar.

3) Sekali minat dan hubungan antara tindakan dan akibat itu terbentuk, seorang bayi akan mengulangi tindakan itu. Secara umum, dapat dikatakan bahwa sesudah bayi melihat dan mendngar mainannya berbunyi, ia ingin mengulang dan mengasimilasi sekali lagi.

Pembentukan arti primitif.Piaget mengamati bahwa bila dihadapkan pada sebuah benda yang sudah dikenal, seorang batyi sering kali hanya menunjukan reaksi singkat dan tidak mau memperhatikan agak lama.Oleh Piaget, ini diartikan sebagai suatu “penganiyaan” akan arti benda itu seakan ia mengetahui banda itu. Menurut Piaget, ada semacam pengertian dan pemahaman awal. Seorang bayi kadang menyepakkan kaki sebagai tanda “tahu” akan sesuatu benda (Ginsburg & Opper, 1988).

Relasi primitif.Seorang bayi pada periode ini sudah dapat membedakan relasi antara intensitas gerakan tangan dan suara permainan ular-ularan yang diletakkan diats tempat tidurnya. Menurut Piaget, persepsi tentang pembedaan intensitas ini merupakan awal pemikiran kuantitatif. Pada periode ini, bayi mulai dapat meniru banyak hal dan lebih sistematis.

Konsep Benda. Pada periode ini konsep bayi akan benda mulai ada. Hal ini dapat dilihat dari gejala-gejala berikut (Ginsburg & Opper).

1) Bayi sudah dapat mengantisipasi secara visual letak benda. Misalnya, suatu benda dijatuhkan didepan seorang bayi. Meskipun bayi tidak dapat melihat selruh gerakkan benda itu, ia dapat mengantisipasi kira-kira benda itu akan jatuh dimana.

2) Pegangan yang terputus (interrupted prehension). Seorang bayi mau menagkap suatu benda dengan tangannya, tetapi benda itu lepas. Ia akan mencoba mencari benda itu dengan meneruskan gerakan tangannya. Kejadian ini menunjukkan adanya suatu pengertian bahwa benda itu masih ada.

3) Reaksi yang tertunda. Seorang bayi yang sedang mencari suatu benda, tetapi diinterupsi sebentar oleh peristiwa lain, masih dapat meneruskan mencari benda tersebut.

(11)

Konsep Ruang. Pada periode ini, mulai ada konsep ruang yang berbeda. Misalnya, dalam kegiatan menyusu, seorang bayi telah mengkoordinasikan ruang gerak mulut dan jamahan tangannya pada puting susu ibu.

Konsep Kausalitas. Bayi masih egosentris.Ia melihat dirinyan sebagai penyebab utam untuk segala aktifitas. Ia belum dapat meliht bahwa orang lain atau benda lain menjadi sebab suatu kejadian (Wadsworth, 1989).

 Periode 4: Koordinasi Skemata ( Umur 8-12 Bulan)

Pada periode koordinasi skemata, seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya.Ia sudah mulai menggunakan sarana untuk mencapai suatu hasil. Saran-sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan/hasil diperoleh dari koordinasi skema-skema yang telah ia ketahui (Piaget & Inhelder, 1969). Bayi mulai mempunyai kemampuan untuk menyatukan tingkah laku yang sebelumnya telah diperoleh untuk mencapai tujuan tertentu. Hasil tidak selalu diperoleh dari tindakan langsung, tetapi dari tindakan-tindakan yang berurutan. Disini, suatu pilihan sarana yang terarah yang mau digunaakan sudah ada.Pada periode ini, sarana baru ditemukan untuk mencapai tujuan.Disini, ada tingkat inteligensi yang lebih meningkat daripada periode sebelumnya.

Contoh: suatu hari Laurent (anak Piaget) ingin memeluk kotak mainan, namun Piaget menaruh tangannya ditengah jala. Pada awalnya Laurent mengabaikan tangan ayahnya.Dia berusaha menerobos atau berputar mengelilinginya tanpa menggeser tangan ayahnya. Ketika Piaget tetap menaruh tangannya untuk menghalangi anaknya, Laurent terpaksa memukul kotak mainan itu sambil melambaikan tangan, mengguncang tubuhnya sendiri dan mengibaskan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain. Akhirnya setelah beberapa hari mencoba, Laurent berhasil menggerakkan perintang dengan mengibaskan tangan ayahnya dari jalan sebelum memeluk kotak mainan. Dalam kasus ini, Laurent berhasil mengkoordinasikan dua skema terpisah yaitu: (1) Mengibaskan perintang, (2) Memeluk kotak mainan.

Mengantisipasi adanya benda.Pada periode ini, seorang bayi mulai mempunyai kemampuan untuk mengantisipasi adanyan suatu benda lebih baik.

(12)

Konsep Ruang. Ruang dianggap sebagai suatu “tempat umum” dimana benda-benda berada.Namun, tetap harus disadari bahwa pengertian ruang bagi bayi masih berpusat pada dirinya sendiri. Tempat atau ruang suatu benda masih tergantung pada cara bayi itu mencari benda tersebut, dan bukan pada kenyataan benda itu berada (Gruber & Voneche, 1955). Maka, bagi bayi ruang suatu benda dapat menemukannya.

Konsep Kausalitas. Pada tahap ini, menurt Wadsworth, bayi sadar untuk pertama kalinya bahwa objek lain dapat menyebabkan aktivitas tertentu. Ia mulai mengerti bahwa benda-benda lain yang ada diluar dirinya dapat menjadi penyebab (kausal) suatu kegiatan. Disini, konsep kausal mulai ada.

 Periode 5: Eksperimen (Umur 12-18 Bulan)

Unsur pokok pada periode ini adalah mulainya anak memperkembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan cara mencoba-coba (eksperimen). Bila dihadapkan pada suatu persoalan yang tidak dapat dipecahkan dengan skema yang ada, anak akan mulai mencoba-coba dengan trial and error untuk menemukan cara yang baru guna memecahkan persoalan tersebut. Dengan kata lain, ia mencoba mengembangkan skema yang baru.

Pada periode ini, anak lebih mengamati benda-benda disekitarnya dan mengamati bagaimana benda-benda disekitarnya bertingkah laku dalam situasi yang baru.Untuk pertama kalinya anak dapat mengadaptasi situasi yang tidak dikenalnya (Wadsworth, 1989). Menurut Piaget, tingkah laku anak ini menjadi inteligensi sewaktu ia menemukan kemampuan untuk memecahkan persoalan yang baru. Tingkah laku yang baru ini sangat penting dalam perkembangan intelek anal selanjutnya. Keingintahuan akan benda-benda menjadi sangat besar pada tahap ini. Anak mulai menggunakan gerakan-gerakan dan tindakan yang bervariasi untuk menghasilkan produk yang bervariasi.Ini disebut reaksi sirkuler ketiga.

Konsep Benda. Konsep anak akan benda mulai maju dan lengkap. Pada periode ini, seorang anak sudah mulai memperhitungkan perpindahan berurutan suatu objek. Anak akan semakin sadar bahwa dirinya adalah iap benda dilihat sebagsebuah benda di tengah benda-benda lain.

Konsep Ruang. Anak mulai mempertimbangkan organisasi perpindahan benda-benda secara menyeluruh bila benda-benda itu dapat dilihat secara serentak.Setiap benda dapat dilihat sebagai independen dan mempunyai gerakannya tersendiri.Anak juga mulai mengerti adanya hubungan antara benda-benda dalam suatu ruangan.

(13)

 Periode 6: Representasi (Umur 18-24 Bulan)

Periode ini adalah periode terakhir pada tahap inteligensi sensorimotor.Anak sudah mulai dapat menemukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal, tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya (Piaget & Inhelder, 1969).Pada periode ini, anak berpindah dari periode inteligensi sensorimotorke inteligensi representatif.Secara mental, seorang anak mulai dapat menggambarkan suatu benda dan kejadian, dan dapat menyelesaikan suatu persoalan dengan gambaran tersebut (Wadsworth, 1989).Anak memperkembangkan sarana-sarana baru ntuk memecahkan persoalan, tanpa tergantung pada trial and errormelulu.Ia mencoba juga menyelasaikan persoalan dengan gambaran dalam pikirannya.

Pada periode ini, anak mulai dapat dapat meniru suatu model yang sudah tidak ada. Disini, tampak bahwa an akurat ak sudah mempunyai gambaran akan model itu meskipun model tersebut sudah tidak ada. Bila ia berhadapan dengan moel baru, ia tidak perlu meniru dengan berbagai macam percobaan, tetapi tidak cukup dengan gerakan mental.

Konsep Benda. Konsep akan benda sudah maju. Representasi anak ini membiarkan anak untuk mencari dan menemukan objek-objek yang tersembunyi. Representasi yang dimiliki anak memungkinkan ia untuk memperkirakan hubungan kausalitas secara lebih (Wadsworth, 1989).

Konsep Ruang. Anak sadar akan gerakan suatu benda sehingga dapat mencarinya secara masuk akal bila benda itu tidak kelihatan lagi. Ia dapat menyusun langkah-langkah yang masuk akal dan cepat untuk menemukan benda tersebut.

Konsep Kausalitas. Pada tahap ini, anak sudah memiliki konsep kausalitas yang cukup tinggi. Anak dapat mengerti sebab akibat yang ditimbulkan oleh suatu persoalan dan ia dapat menyelesaikan persoalan tersebut.

2. Pembentukan Skema Objek

Piaget (1981) menguraikan bahwa pada periode refleks, bayi belum mempunyai konsep benda.Tindakan refleks lebih menjawab rangsangan dan situasi yang dihadapi. Pada periode kebiasaan awal, juga belum ada konsep akan objek, meskipun seorang bayi dapat memanggil orang tuanya dengan menangis. Pada periode berikutnya, yaitu periode koordinasi skemata, bayi mulai dapat mencari benda yang tersembunyi di belakang layar. Disini, mulai ada konservasi akan benda: bend itu tetap ada meskipun tidka kelihatan. Pada periode eksperimen dan representasi, konsep tentang benda sudah lengkap.

(14)

bila tidak tampak di tempat.Pembentukan skema benda berkaitan dengan bagaimana seorang bayi mampu mengorganisir tempat/ruang dan waktu. Pada saat bayi belum mampu mengoragnisir ruang dan waktu, skemanya akan benda belum terbentuk dengan baik.

3. Ciri-Ciri Inteligensi

Beberapa ciri inteligensi sensorimotor dalam perbedaan dengan inteligensi opersional.

a) Inteligensi sensorimotor didasarkan pada tindakan praktis, maka hanya dapat di turunkan pada urutan periode-periode, tetapi tidak pernah dapat sampai kepada representasi yang menyeluruh.

b) Sensorimtor hanya membawa sampai pada kepuasan prkatis, yaitu berhasilnya suatu tindkan dalm sitasi tertentu; bukan pada pengetahuan. Maka inteligensi sensorimotor adalah inteligensi dalam aksi, bukan refleksi.

c) Karena sensorimotr berkaitan dengan entitas real, maka hanya menyangkut jarak yang pendek antara subjek dan objek. Oleh karena itu, seorang anak tidak dapat mengerti suatu benda yang sangat jauh atau pun sudah terlalu lama dialami.

d) Mengenai periode-periode sensorimotor, diberikan beberapa catatan.

(1) Umur hanyalah merupakan pendekatan. Periode-periode itu tergantung pada banyak faktor yang berbeda-beda untuk setiap anak, seperti pengaruh lngkungan sosial dan kematangan fisis.

(2) Urutan periode tetap. Anak harus melaluia periode sebelumnya untuk berkembang ke periode berikutnya yang lebih maju, dan tidak sebaliknya. Setiap periode berikutnya adalah perkembangan dari periode sebelumnya.

(3) Perkembangan itu gradual dan merupakan proses yang kontinu, tidak meloncat-loncat, dan tidak terjadi dalam suatu waktu begitu saja.

B. TAHAP PRAOPERASI (UMUR 2-7 TAHUN)

Tahap pemikiran praoperasi dicirikan dengan adanya fungsi semiotic, yaitu penggunaan simbol atau tanda untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek yang saat itu tidak berada bersama subjek.Tahap ini juga dicirikan dengan pemikiran intuitif pada anak.Piaget membagi perkembangan kognitif tahap praoperasi dalam dua bagian:

(15)

1. Pemikiran Simbolis Atau Semiotik (Umur 2-4 Tahun)

Pada umur 2 tahun, seorang mulai dapat menggunakan symbol atau tanda untuk merepresentasikan suatu benda yang tidak tampak di hadapannya. Fungsi semiotik atau penggunaan simbol itu secara jelas tampak lima gejala berikut:

1) Imitasi tidak langsung, 2) Permainan simbolis, 3) Menggambar, 4) Gambaran mental, 5) Bahasa ucapan.

Piaget membedakan antara “simbol” dan “tanda” dengan “indeks” dan “sinyal”. Dalam pengertian simbol dan tanda (sign), dibedakan antara objek yang ditandakan dengan tandanya sendiri.Secara umum, suatu bagian yang tampak dari suatu benda yang bersembunyi adalah merupakan indeks atau sinyal dari benda itu.

Simbol adalah suatu hal yang lebih menyamai dengan yang disimbolkan, seperti gambaran dan bayangan.Bahasa tulisa, bahasa ucapan, dan bilangan adalah merupakan contoh tanda (Piaget, 1981; Wadsworth, 1989). Pemikiran simbolis, yaitu pemikiran dengan menggunakan simbol atau tanda, berkembang sewaktu seorang anak mulai suka menirukan sesuatu.demikian juga kemampuan seorang anak menirukan macam-macam hal yang dialami dalam hidupnya akan membantu pembentukan pengetahuan simbolisnya.

 Imitasi Tidak Langsung

Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang bendanya sudah tidak ada lagi.Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang. Contoh: anak dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran.

 Permainan Simbolis

(16)

 Menggambar

Anak mulai suka menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis yang lain. Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental.Unsur pada permainan simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar.Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai meniru sesuatu yang riel”.Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis lainnya.

 Gambaran Mental

Gambaran mental adalah penggambaran secara pikiran sesuatu objek atau pengalaman yang lampau.Ini lebih merupakan suatu persepsi. Piaget membedakan dua kategori gambaran mental: gambaran reproduktif dan gambaran antisipatoris. Gambaran reproduktif adalah gambaran terbatas untuk menunjukkan pemandangan atau objek yang telah diketahui sebelumnya.Gambaran antisipatoris adalah gambaran yang menunjukkan gerakan, perubahan, atau transformasi, meskipun belum pernah dilihatnya.Merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau.Gambaran mental anak pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati. Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.

 Bahasa Ucapan

Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada orang lain.

2. Bahasa

a) Perkembangan Bahasa

(17)

b) Penggunaan Bahasa

Ginsburg dan Opper (1988) membedakan antara penggunaaan bahasa anak yang nonkomunikatif dan yang komunikatif.Ada tiga macam penggunaan bahasa yang nonkomunikatif.

(1) Anak menirukan apa saja yang baru saja ia dengar. Ia menirukan orang lain tanpa sadar. Hal ini dibuat untuk kesenangannya sendiri.

(2) Anak berbicara sendiri (monolog). Seorang anak kadang berbicara sendirian tanpa mau berkomunikasi dengan orang lain. Anak suka berbicara sendirian sambil bermain.

(3) Monolog diantara teman-teman. Seorang anak kadang berbicara dengan sendiri agak keras meskipun ia berada ditengah teman-temannya.

Piaget mengartikan bahasa monolog ini dengan dua hal.

(1) Pemenuhan harapan anak yang tidak terjadi. Misalnya, ia tidak dapat mejanya yang besar, lalu ia berbicara pada meja seakan-akan meja itu dapat terangkat dengan sendirinya.

(2) Petunjuk bahwa kata dan tindakan seorang anak itu belum terdiferensiasikan (terbedakan) secara penuh. Anak tidak membedakan antara realitas dan kata yang diucapkan.

Penggunaan bahasa yang lain adalah yang komunikatif. Seorang anak mulai mencoba berhubungan dengan orang lain.

c) Bahasa dan Pemikiran

Dengan adanya bahasa, pemikiran seorang anak semakin diperluas.Pemikiran yang menggunakan bahasa jauh lebih cepat dan luas.Tiga perbedaan tingkah laku berdasarkan sensorimotor dan bahasa representasional.

(1) Urutan (sequence) dari sensorimotor dibatasi oleh kecepatan tindakan sensorimotor, sehingga membuat inteligensi sensorimotor sangat lambat. Bahasa membuat representasi lebih cepat.

(2) Adaptasi sensorimotor dibatasi dengan tindakan langsung seorang anak, sedangkan bahasa memungkinkan pemikiran dan adaptasi ke jarak yang lebih jauh dari tindakan sekarang (ruang dan waktu yang luas).

(3) Inteligensi sensorimotor maju setapak demi setapak, sedangkan pemikiran dengan bahasa memungkinkan seorang anak memecahkan banyak unsure dalam suatu organisasi.

(18)

d) Penalaran Anak pada Umur 2-4 Tahun

Ada tiga macam penalaran dalam tahap praoperasi ini (Ginsburg & Opper, 1988).

(1) Penalaran merupakan ingatan singkat yang pernah dialami. (2) Keinginan anak dapat mengacaukan jalan pikiran.

(3) Transduktif (campuran antara deduktif dan induktif).

3. Pemikiran Intuitif

Pemikiran anak pada umur 4 sampai 7 tahun berkembang pesat secara bertahap ke arah konseptualisai.Tetapi, perkembangan itu belum penuh karena anak masih mengalami operasi yang tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran yang semi-simbolis atau penalaran intuitif yang tidak logis.Dalam hal ini, seorang anak masih mengambil keputusan hanya dengan “aturan-aturan intuitif” yang masih mirip dengan tahap sensorimotor.

Pemikiran intuitif adalah persepsi langsung akan dunia luar tetapi tanpa dinalar terlebih dahulu. Intuisi merupakan pemikiran imajinal atau sensasi langsung tanpa dipikir terlebih dahulu.Dalam pemikiran ini, anak belum dapat melihat pluralitas gagasan, tetapi hanya satu per satu.

4. Ciri-Ciri Pemikiran yang Lain

a) Pemikiran Egosentris

Seorang anak bertemu dengan pandangan yang berlawanan, ia berpikir bahwa orang lainlah yang salah, sedangkan pikirannya sendiri yang benar. Egosentrisme ini menjadi bagian perkembangan kognitif anak.Ini menandakan bahwa ada kekurangan diferensiasi (pembedaan) dalam pemikirannya.Ia belum dapat membeda-bedakan pemikiranya sendiri dan pemikiran orang lain.

b) Adaptasi yang Tidak Disertai Gambaran Akurat

(19)

yang dihadapinya. Ingatan evocation adalah ingatan akan suatu objek dimana anak tidak sedang bertemu dengan objek itu sendiri, tetapi ia memang ingat dari gambaran mentalnya.

c) Reversibilitas Belum Terbentuk

Bila pemikiran orang sudah reversibel, maka ia dapat mengikuti garis pemikirannya kembali ke permulaan. Ia dapat mengulangi lagi gambarnya dari belakang ke muka. Konsep reversible anak pada tahap ini belum terbentuk secara lengkap.

d) Pengertian Kekekalan Belum Lengkap

Kekekalan adalah konsep yang menyatakan bahwa jumlah atau kuantitas suatu benda tetap sama meskipun ada perubahan unsur-unsurnya. Pada tahap praoperasi, anak belum mempunyai konsep kekekalan ini.

e) Klasifikasi Figuratif

Anak pada tahap praoperasi membuat klasifikasi benda berdasarkan pengetahuan figuratif.Ia tidak menyusun objek hanya berdasarkan kesamaan dan perbedaan, tetapi juga menjajarkan semuanya. Akibatnya, koleksi gambar itu terlalu luas.Anak yang berumur 2-5 tahun masih sulit membuat klasifikasi benda.Pada umur 5-7 tahun, anak mulai dapat membuat klasifikasi hierarkis, tetapi masih sulit untuk merangkum keseluruhan.

f) Relasi Ordinal/Serial

Ank pada umur 4-5 tahun masih mengalami kesulitan untuk menyusun angka yang berurutan sehingga menjadi seperti berikut: A<B<C<D<E<F<…(A labih kecil daripada B, B lebih kecil daripada C, dan seterusnya).Ia masih sering membuat kesalahan dalam menyusunnya.

(20)

Pada masa itu, anak ingin mengerti sebab finalis (sebab yang terakhir) suatu persoalan.Ia mulai menyadari konsep “sebab akibat”, meskipun belum menangkap keseluruhannya.

C. TAHAP OPERASI KONKRET (UMUR 7-11 TAHUN)

Yaitu kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.

1. Transformasi Reversibel

Pada tahap ini, seorang anak sudah mulai mengerti proses transformasi (perubahan). Ada dua macam transformasi reversible pada tahap ini yaituinversi dan resiprok. Inversi adalah proses transformasi kebalikan. Misalnya, +A diinversi menjadi –A.resiprok adalah transformasi pencerminan. Misalnya, A < B adalah merupakan resiprok dari B < A. suatu teransformasi operasional selalu menunjukkan beberapa bentuk yang tetap dari suatu sistem.Sesuatu yang tetap dari suatu sistem ini disebut skema kekekalan (konservasi). Oleh karena itu, pengertian kekekalan menjadi salah satu indikasi psikologis akan adanya struktur operasional (Piaget & Inhelder, 1969).

2. Sistem Kekekalan (Konservasi)

Ada bermacam-macam tahap perkembangan pengertian kekekalan.Yang pertama adalah kekekalan bilangan.Pengertian kekekalan bilangan muncul pada sekitar umur 5 atau 6 tahun.Anak pada umur ini mulai dapat mengadakan transformasi korespondensi satu per satu.

Yang kedua adalah kekekalan substansi.Pengertian kekekalan substansi muncul pada sekitar umur 7 atau 8 tahun.Pada umur ini seorang anak sudah dapat mengerti dan menangkap bahwa substansi (banyaknya) suatu benda itu tetap.

(21)

Yang keempat adalah kekekalan luas. Anak sudah mulai tahu dan mengertiakan konsep kekekalan luas, serta dapat membedakan antara daerah mana yang lebih luas.

Yang kelima adalah kekekalan berat.Kekekalan ini terjadi pada umur 9 atau 10 tahun.Kekekalan berat juga dapat dilihat dari contoh tanah liat yang dibentuk bermacam-macam.anak dapat mengerti bahwa substansi bendanya tetap.

Yang keenam adalah kekekalan volume.Ini terjadi pada umur 11 atau 12 tahun.Volume zat cair tetap, meskipun dimasukan benda padat yang mengakibatkan tinggi permukaan air naik.Anak sudah mulai mengerti bahwa ketika misalnya segelas air yang dimasukkan dengan logam, maka permukaan air pada gelas tersebut akan meningkat/naik.

3. Ciri-Ciri Pemikiran Operasi Konkret

a) Adaptasi dengan Gambaran yang Menyeluruh

Pada tahap ini, seorang anak mulai dapat menggambarkan secara menyeluruh ingatan, pengalaman, dan objek yang dialami. Adaptasi dengan lingkungan disatukan dengan gambaran akan lingkungan itu.

b) Melihat dari Berbagai Macam Segi

Anak pada tahap ini mulai mulai dapat melihat suatu objek atau persoalan secara sediki menyeluruh dengan melihat apek-aspeknya.Ia tidak hanya memusatkan pada titik tertentu, tetapi dapat bersam-sam mengamati titik-titik yang lain dalam satu waktu yang bersamaan.

c) Seriasi

Proses seriasi adalah proses mengatur unsur-unsur menurut semakin besar atau semakin kecilnya unsur-unsur tersebut. Menurut Piaget , bila seorang anak telah dapat membuat suatu seriasi maka ia tidak akan mengalami banyak kesulitaan untuk membuat seriasi selanjutnya.

d) Klasifikasi

(22)

Level 1.Anak yang berumur 4 dan 5 tahun biasanya menyatukan benda-benda yang dilihatnya mempunyai kesamaan. Tetapi, kriteri kesmaan adalah kesamaan dua objek pada waktu yang sama.

Level 2.Anak yang berumur 10 tahun menyatukan benda-benda yang mempunyai kesamaan dalam satu dimensi.

Level 3.Anak yang berumur 8 tahun dapat mengklasifikasikan benda-benda dengan baik.Anak pada umur 7-11 tahun sudah dapat mengklasifikasikan secara hierarkis dan inklusif.

e) Bilangan

Dalam percobaan Piaget, ternyata anak pada tahap praoperasi konkret belum dapat mengerti soal korespondensi satu-satu dan kekekalan, namun pada tahap tahap operasi konkret, anak sudah dapat mengerti soal karespondensi dan kekekalan dengan baik.Dengan perkembangan ini berarti konsep tentang bilangan bagi anak telah berkembang.

f) Ruang, Waktu, dan Kecepatan

Pada umur 7 atau 8 tahun seorang anak sudah mengerti tentang urutan ruang dengan melihat intervaj jarak suatu benda. Pada umur 8 tahun anak sudan sudah sapat mengerti relasi urutan waktu dan juga koordinasi dengan waktu, dan pada umur 10 atau 11 tahun, anak sadar akan konsep waktu dan kecepatan.

g) Kausalitas

Seorang anak sudah lebih mendalam melihat sebab suatu kejadian.Ia suka mempertanyakan mengapa hal itu terjadi. Ia suka melihat dan meneliti terjadinya berbagai macam hal.

h) Probabilitas

Pada tahap ini, pengertian probabilitas sebagai suatu perbandingan antara hal yang terjadi dengan kasus-kasus yang mulai terbentuk.

i) Penalaran

Dalam pembicaraan sehari-hari, anak pada tahap ini jarang berbicara dengan suatu alasan,tetapi lebih mengatakan apa yang terjadi. Pada tahap ini, menurut Piaget masih ada kesulitan dalam melihat persoalan secara menyeluruh.

j) Egosentrisme dan Sosialisme

(23)

D. TAHAP OPERASI FORMAL (UMUR 11 TAHUN KE ATAS)

Pada tahap ini, logika remaja mulai berkembang dan digunakan.Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai.Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit. Sifat pokok tahap operasi formal adalah pemikiran deduktif hipotesis, induktif sintifik, dan abstrak

1. Pemikiran Deduktif Hipotesis

Pada tahap pemikiran operasi konkret, operasi berkaitan langsung dengan objek, kumpulan objek, hubungan antara objek, dan perhitungan objek yang konkret.Fungsi operasi didasarkan pada pengamatan atau pengalaman dan bukan pada hipotesis.Ia dapat menarik kesimpulan yang penting dari kebenaran yang masih berupa kemungkinan (hipotesis), yang membentuk pemikiran deduktif hipotesis atau formal (Piaget & Inhelder, 1969).

(24)

 Sistem Kombinatoris

Akibat pertama remaja tidak mendasarkan pemikirannya pada objek yang konkret adalah adanya pelepasan relasi dan klasifikasi dari pengalaman konkret dan pemikiran intuitif.Operasi-operasi yang umum itu menjadi sangat tampak dalam sistem kombinatoris, suatu sistem yang menggabungkan berbagai macam unsur.

Kombinasi ini sangat penting dalam perluasan dan pemajuan pemikiran remaja. Remaja yang dapat berpikir kombinatoris, akan dapat mengkombinasikan objek dengan objek, faktor dengan factor, ide dengan ide, dan teori dengan teori.

 Kombinasi Objek-Objek dan Proposisi

Meskipun remaja pada umur 12 tahun sampai 15 tahun belum dapat menentukan hukum-hukm logika yang relevan maupun menuliskan formula semua kombinasi gagasan dan proposisi, ia sudah dapat mengkombinasikan beberapa gagasan dan hipotesis dalam pernyataan afirmatif atau negatif yang sederhana.

2. Pemikiran Induktif Saintifik

Pemikiran induktif adalah pengambilan kesimpulan yang lebih umum berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus.Pemikiran ini disebut juga dengan metode ilmiah.Pada tahap pemikiran ini, anak sudah mulai dapat membuat hipotesis, menentukan eksperimen, menentukan variabel control, mencatat hasi, dan menarik kesimpulan. Disamping itu mereka sudah dapat memikirkan sejumlah variabel yang berbeda pada waktu yang sama.

 Elastisitas

Remaja yang berumur 11 atau 12 tahun sudah dapat membuat hipotesis sebelumnya dan melihat satu demi satu untur yang berpengaruh.Remaja sudah dapat merencanakan suatu eksperimen, dan menyimpulkan suatu eksperimen denagn cukup baik.

 Pendulum

(25)

Perbedaan dengan tahap sebelumnya adalah bahwa: (1) ia sudah dapat membuat desain percobaan atau apa yang mau dites dengan segala kemungkinanya; (2) dapat meneliti dengan lebih cermat; dan (3) dapat mengambil kesimpulan secara logis dari data yang ada.

3. Pemikiran Abstraksi Reflektif

Abstraksi ini adalah abstraksi yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan matematis-logis, yaitu suatu abstraksi tidak langsung terhadap objek itu sendiri.Terjadu suatu abstraksi karena seseorang melakukan suatu tindakan terhadap objek itu.Pemikiran analogi dapat juga diklasifikasikan sebagai abstraksi reflektif seperti ini karena pemikiran itu tidak dapat disimpulkan dari pengalaman.Misalnya, hubungan harimau dengan bulu, seperti manuia dengan rambut.

4. Skema –Skema Operasi Formal

a) Proporsi

Proporsi adalah pemikiran untuk membandingkan dua hal atau membagikan antara dua hal. Misalnya, pengertian akan konsep kesetimbangan ini membutuhkan pengertian akan proporsi dan ini baru muncul pada tahap pemikiran formal.

b) Sistem Referensi Ganda

Anak pada tahap operasi konkret mengerti bahwa ada dua proses, tetapi mereka tidak mampu menyatukannya dalam satu pemikiran. Sedangkan pada tahap operasi formal, remaja dapat mulai menggabunggkan persoalan diatas.

c) Kesetimbangan Hidrolistis

(26)

d) Pengertian Probabilitas

Menurut Piaget, untuk mengerti proses probabilitas, seorang anak harus mengetahui dua operasi pokok, yaitu sistem kombinasi dan perhitungan proporsi. Ank harus dapat menggunakan system kombinasi yang memungkinkan melihat segala kemungkinan dari unsur-unsur yang ada.

e) Dua Reversibilitas

Seorang remaja sudah dapat membentuk suatu system kombinasi dan struktur fundamental yang menunjukan suatu sintesis lengkap.Ia sudah dapat menggunakan dua unsur reversibilitas: inverse dan resiprok secara benar.

Menurut Piaget, seorang remaja pada tahap operasi formal sudah dapat menggabungkan inverse dan resiprok. Penggabungan ini dapat terjadidalam sistem keseluruhan yang baru, bukan hanya penempelan inversi dan resiprok, melainkan suatu gabunngan operasi yang menyeluruh.

5. Cirri-Ciri Pemikiran yang Lain

Ginsburg dan Opper (1988) merangkumkan beberapa ciri-ciri pemikiran remaja menurut Piaget.

(a) Remaja lebih mengutamakan posibilitas daripada realitas. Realitas menjadi nomor dua, bukan yang utama.

(b) Sifat kombinatoris. Remaja mempertimbangkan segala macam kombinasi dari unsur-unsurnya.

(c) Pemikiran remaja menjadi suatu kedudukan ekuilibrium yang maju di mana remaja dapat secara efektif berhadapan dengan berbagai macam persoalan.

(d) Karena remaja dapat menghadapi persoalan dengan bermacam-macam cara dan perpektif, remaja lebih refleksibel dalam menghadapi persoalan.

(27)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam pandangan Piaget, belajar yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang diturunkan oleh guru, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam diri anak sendiri. Belajar merupakan sebuah proses penyelidikan dan penemuan spontan. Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun teorinya berdasarkan pada konsep Skema yaitu, stuktur mental atau kognitif yang menyebabkan seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengoordinasikan lingkungan sekitarnya.Skema pada prinsipnya tidak statis melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan kognitif manusia. Berdasarkan asumsi itulah, Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses menyesuaikan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dipunyai seseorang. Bagi Piaget, proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan yakni: asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.

Kompleksitas pengetahuan dan struktur kognitif tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya asimiliasi secara mulus.Dalam kasus tertentu asimilasi mungkin saja tidak terjadi karena informasi baru yang diperoleh tidak bersesuaian dengan stuktur kognitif yang sudah ada.Dalam konteks seperti ini struktur kongitif perlu disesuaikan dengan pengetahuan baru yang diterima. Proses semacam ini disebut akomodasi. Penekanan Piaget tentang betapa pentingnya fungsi kognitif dalam belajar didasarkan pada tahap perkembangan kognitif manusia.

Perkembangan kognitif adalah tahap-tahap perkembangan kognitif manusia mulai dari usia anak-anak sampai dewasa; mulai dari proses-proses berpikir secara konkret sampai dengan yang lebih tinggi yaitu konsep-konsep anstrak dan logis. Jean Piaget seorang pakar yang banyak melakukan penelitian tentang perkembangan kemampuan kognitif manusia, mengemukakan dalam teorinya bahwa kemampuan kognitif manusia terdiri atas 4 tahap dari lahir hingga dewasa. Tahap dan urutan berlaku untuk semua usia tetapi usia pada saat seseorang mulai memasuki tahap tertentu tidak sama untuk setiap orang. Keempat tahap perkembangan itu digambarkan dalam teori Piaget sebagai berikut :

1) Tahap sensorimotor: umur 0 – 2 tahun (anak mengalami dunianya melalui gerak dan inderanya serta mempelajari permanensi obyek)

(28)

3) Tahap operasional konkret: umur 7 – 11 tahun (anak mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian konkret)

4) Tahap operasional formal: umur 11 ke atas. (Ciri pokok perkembangannya adalah hipotesis, abstrak, deduktif dan induktif serta logis dan probabilitas).

Saran

1) Bagi calon guru dan orang tua hendaknya mampu memahami dan mengerti tahap-tahap dari perkembangan kognitif pada anak, agar mampu memperhatikan proses-prose apa saja yang terjadi pada anak dari lahir hingga dewasa.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Suparno, P. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.

http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif

http://atariuz.blogspot.com/2013/03/teori-perkembangan-kognitif-piaget.html

(30)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalahini dengan judul “Teori Perkembangan kognitif”.Dengan penuh kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak (teman-teman sekelompok) yang turut membantu dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.

Penulisan makalah ini bertujuanagar para calon guru hendaknya mempu memahami dan menerapkan konsep dasar belajar dan pembelajaran serta tujuan dari balajar dan pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar dalam kondisi pembelajaran yang efektif.

Penulis sadar bahwa dalam penyelesaian makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk melengkapi makalah ini ke depan.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.Dengan demikian kami mengucapkan terimakasih.

Ambon, April 2014

(31)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Daftar isi

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan Bab II Pembahasan

A. Pengertian Kognitif

B. Tahap Sensorimotor (Umur 0-2 Tahun) C. Tahap Praoperasi (Umur 2-7 Tahun)

D. Tahap Operasi Konkret (Umur 7-11 Tahun) E. Tahap Operasi Formal (Umur 11 Tahun Ke atas) Bab III Penutup

(32)

MAKALAH

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

“TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF”

KELOMPOK III

1. Reinhard L. Paais (ketua) 2. Bella V. Tomhisa 3. Esmeralda C. Wokanubun

4. Megita Matital 5. Yenni G. Selanno

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

Gambar

Table I. Skema Empat Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Table II. Skema Perkembangan Kognitif Tahap Sensorimotor(Bandingkan Wadsworth, 1989; Gruber & Voneche, 1995)

Referensi

Dokumen terkait

menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan tahap perkembangan moral antara mahasiswa baru dan.

Peneliti menganalisa bahwa tahap perkembangan kognitif anak usia dini menurut Jean Piaget terjadi melalui tahap sensorimotor dan praoperasioanal, menurut Piaget

Perkembangan Akuntansi dari Sistem Pembukuan Berpasangan Pada awalnya, pencatatan transaksi perdagangan dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dicatat pada batu, kulit kayu,

Remaja dengan pola pikirnya yang mulai berpikir secara kritis memungkinkan mereka untuk menemukan ide atau hal hal baru dalam pembentukkan kepribadian.. Mereka akan kurang

Perbedaan individu juga berfungsi untuk mempengaruhi konstruksi identitas karier meskipun pilihan unik yang tidak memerlukan atau menemukan pada pekerjaan spesifik

Teori ekologi (ecological theory) ialah pandangan sosiokultural Bonfenbrenner tentang perkembangan, yang terdiri dari lima sistem lingkungan mulai dari masukan

Belajar dengan cara meniru (learning by imitation) sekaligus mempengaruhi aspek rangsangan dan aspek reaksi. Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan

Ketiga tahap itu adalah: (1) tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru, (2) tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan