PERAN BUDAYA DALAM
MANAJEMEN STRATEGIK
4.1 MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI KASUS OLYMPUS
14 Oktober 2011, Michael Woodford diberhentikan dari jabatannya sebagai CEO Olympus Corporation, produsen produk-produk optik dan reprografs asal jepang.
19 Oktober 2011,
- Perusahaan mengeluarkan pernyataan yang isinya, “terjadi perbedaan yang tajam antara Woodford dan tim manajemen lainnya mengenai arah dan perilaku bisnis perusahaan
- Berkaitan dengan akuisisi Gyrus, perusahaan menyatatakan berdasarkan pandangan Dewan Audit, tidak ditemukan ketidakjujuran dan pelanggaran hukum berkaitan dengan transaksi tersebut. Juga tidak menemukan pelanggaran kewajiban terhadap manajemen yang baik maupun kesalahan yang dilakukan secara sistematis
26 Oktober 2011, Kikukawa mengundurkan diri
dari jabatannya yang digantikan Shuichi Takayama. kemudian saham perusahaan meningkat menjadi 22 %
8 November 2011,
- perusahaan mengakui bahwa uang telah digunakan untuk menutupi kerugian dalam investasi yang dilakukan pada tahun 1990-an
- perusahaan menuduh mantan CEO Tsyuyoshi Kukukawa, auditor Yamada dan Wakil Presiden Hisashi Mori atas praktek yang “tidak sesuai”
Februari 2012, tujuh eksekutif Olympus
ditahan pihak kepolisian Jepang termasuk mantan CEO Tsuyoshi Kukukawa, mantan auditor Hide Yamada dan mantan Wakil Presiden Hisashi Mori atas tuduhan melanggar UU Nilai Tukar dan Instrumen keuangan
25 september 2012, perusahaan, Kikukawa,
Corporate Governance
Kasus Olympus membuat tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) kembali menjadi sorotan.
Corporate governance mengarahkan pada perhatian peningkatan kinerja korporasi (corporate performance)
Secara umum Corporate Governance
meliputi 4 hal pokok yaitu : 1. fairness
Budaya Organisasi
Budaya adalah laksana roh yang
memberi hidup bagi organisasi.
Budaya organisasi didefenisikan
sebagai “nilai-nilai yang menjadi pegangan sumber daya manusia dalam menjalankan kewajibannya dan juga perilakunya di dalam organisasi”
Elemen – elemen budaya sebuah
organisasi
Menurut Bennis (1905) terdiri dari :
- artefak
- nilai-nilai pendukung, dan
Artefak
Menurut Bennis ( 1905 ) Merupakan :
Hal-hal yang dapat langsung dilihat
dari struktur dan proses organisasi
Hal yang paling mudah untuk dilihat
dan ditangkap saat memasuki sebuah organisasi
Biasanya berupa cerita, mitos
lelucon, metafora, upacara-upacara, perayaan, pahlawan dan
Nilai-nilai pendukung
Mencakup strategi, tujuan dan
organisasi yang bersangkutan flosof dasar yang dimiliki oleh organisasi yang bersangkutan.
Merupakan elemen budaya kedua
Asumsi-asumsi tersirat yang
diyakini bersama
Dapat ditemui melalui penelusuran
terhadap sejarah organisasi yang bersangkutan.
Untuk mendapatkan nilai-nilai,
4.2. KARAKTERISTIK BUDAYA
PERUSAHAAN
Terdapat 12 karakteristik dalam budaya organisasi, yaitu :
Kepemimpinan
Kepemimpinan memegang peranan penting dalam budaya organisasi, terutama pada organisasi yang budaya organisasinya lemah.
Inovasi
Inisiatif individual
meliputi derajat tanggung jawab, kebebasan dan independensi dari masing-masing anggota organisasi. Yaitu seberapa besar seseorang diberi wewenang dalam menjalankan tugasnya, seberapa berat tanggung jawab yang harus dipikul sesuai dengan kewenangannya, dan seberapa luas kebebasan dalam mengambil keputusan.
Toleransi terhadap resiko
membahas tentang seberapa jauh sumber daya manusia didorong untuk lebih agresif, inovatif dan mau menghadapi resiko di dalam pekerjaannya
Pengarahan
artinya adalah kejelasan organisasi dalam menentukan objektif dan harapan terhadap sumberdaya manusia terhadap hasil kerja yang dilakukan. Harapan dapat dituangkan dalam bentuk kuantitas, kualitas dan waktu penyelesaiannya.
Integrasi
Dukungan manajemen
membicarakan tentang seberapa baik para manajer memberikan komunikasi (yang jelas), bantuan dan dukungan terhadap bawahannya dalam melaksanakan tugas
Pengawasan
Identitas
adalah pemahaman anggota organisasi yang memihak kepada organisasi secara penuh, menunjukkan seberapa jauh pemihakan anggota organisasi terhadap organisai itu sendiri
Sistem penghargaan
berbicara tentang alokasi “reward” (biasanya dikaitkan pada kriteria hasil kerja anggota
Toleransi terhadap konfik
diartikan sebagai usaha mendorong anggota organisasi untuk kritis terhadap konfik yang terjadi. Dalam organisasi yang toleransi konfiknya tinggi perdebatan dalam pertemuan adalah suatu yang wajar. Tetapi dalam organisasi yang toleransi konfiknya rendah, anggota organisasi akan menghindari perdebatan dan malah menggerutu dibelakang.
Pola komunikasi
Budaya dalam organisasi
mempunyai beberapa fungsi :
Pengikat organisasi
berfungsi sebagai pengikat seluruh komponen organisasi terutama pada saat organisasi menghadapi goncangan baik dari dalam atauoun luar akibat adanya perubahan.
Integrator
Identitas organisasi
budaya organisasi merupakan salah satu identitas organisasi tersebut
Energi untuk mencapai kinerja tinggi
budaya organisasi juga berfungsi sebagai suntikan energi untuk mencapai kinerja tinggi
Ciri kualitas
budaya organisasi merupakan representasi dari ciri kualitas yang berlaku dalam organisasi tersebut
Motivator
merupakan pemberi semangat bagi para anggota organisasi. Budaya yang kuat akan menjadi motivator yang kuat bagi para anggota organisasinya
Pedoman gaya kepemimpinan
Value enhancer
salah satu fungsi organisasi adalah untuk meningkatkan nilai dari para
Alasan utama mengapa perlu
memahami organisasi
Ada sebuah alasan utama mengapa kita perlu memahami budaya organisasi yaitu, budaya yang kuat akan menjadi pengungkit bagi pedoman perilaku bagi tiap organisasi. Ada 2 hal yang dapat membantu para anggota dalam melakukan tugasnya lebih baik yaitu :
budaya organisasi yang kuat adalah sebuah sistem dari peraturan-peraturan informasi yang mengemukakan bagaimana sebaiknya anggota organisasi bersikap dalam kesehariannya.
4.3 PERUBAHAN BUDAYA
ORGANISASI
4.3.1 Mengapa Budaya Organisasi
Berubah
Terdapat dua faktor pemicu utama yang memaksa budaya organisasi untuk berubah, yaitu faktor pemicu internal dan faktor pemicu eksternal.
4.3.2 Proses Perubahan Budaya
Organisasi
Proses perubahan budaya organisasi memerlukan tiga aspek utama:
Pertama diperlukan metodologi
khusus
Kedua, diperlukan rumusn nilai-nilai
baru yang tegas dan jelas
Ketiga, pemahaman mengenai
4.3.3 Hambatan dalam Perubahan
Budaya Organisasi
Terdapat beberapa hambatan dalam proses perubahan budaya (Want : 2006 )
1. Kesalahan penugasan
proses perubahan budaya organisasi sangat penting sehingga tidak cukup apabila hanya didelegasikan kepada bagian sumber daya manusia ( SDM )
2. Alasan waktu dan kesulitan yang dialami
banyak permasalahan yang berkaitan dengan strategi, operasi atau ketidakpuasan pelanggan berakar pada budaya organisasi.
3. Terlalu cepat berpuas diri
4. Kebangkrutan
perusahaan yang mengajukan perlindungan terhadap kebangkrutan biasanya menyisihkan sumber daya yang akan digunakan dari rencana pemulihan operasinya.
5. Fragmentasi organisasi
fregmentasi sering terjadi antara manajer dan karyawan atau antara manajemen senior dengan pihak lain dalam perusahaan.
6. Terlalu percaya pada tren-tren dan konsep-konsep
terbaru dalam dunia bisnis
7. Respon setengah hati terhadap perubahan
langkah-langkah hanya bersifat gradual dalam perubahan budaya biasanya akan gagal. Strategi perubahan harus bersifat proaktif, memiliki jangkauan yang jauh ( far-reaching), serta cepat terlihat wujudnya.
8. Ketidakpedulian terhadap budaya organisasi
4.3.4 Pemimpin dan Perubahan
Budaya Organisasi
Dalam memimpin perubahan budaya, pemimpin dapat memanfaatkan sejumlah mekanisme serta mendorong kekuatan-kekuatan untuk kepentingan pengembangan budaya. Schein mengemukana diantaranya yaitu :
Pertama, mempromosikan orang-orang yang berasal dari subkultur-subkultur tertentu yang mencerminkan arah perubahan yang dikehendaki.
Kedua, perubahan budaya melalui pemanfaatan tekhnologi.
Pemimpin yang mampu mengembangkan budaya organisasinya secara efektif memiliki serangkaian kualitas dan juga keyakinan tertentu sehingga mampu memberi mafaat bagi budaya serta kinerja organisasi.
Pertama, mereka adalah pembelajar sejati
Kedua, menjamin keterbukaan komunikasi bagi seluruh
anggota organisasi
Ketiga, memastikan agar proses pengembangan budaya
organisasi melibatkan seluruh anggota organisasi yang ada
Keempat menanamkan rasa saling percayq diantara para
karyawan dalam proses pengembangan budaya.
Kelima, menentukan apakah proses pengembangan
4.4 BUDAYA DAN KINERJA
ORGANISASI
4.4.1 Budaya yang Kuat
Perusahaan yang dengan budaya yang kuat, hampir
seluruh manajer memiliki seperangkat nilai-nilai dan metode yang relatif konsisten dalam menjalankan aktivitas bisnisnya.
Budaya yang kuat menciptakan tingkat motivasi
yang luar biasa dan juga membantu meningkatkan kinerja karena tersedianya struktur dan sistem pengendalian yang tidak harus bergantung pada birokrasi formal yang dapat menurunkan tingkat motivasi dan inovasi
Namun perusahaan hendak berhati-hati dengan
4.4.2 Budaya Adiptif
Budaya adiptif berarti hanya budaya yang
dapat membantu organisasi mengantisipasi dan beradaptasi terhadap perubahhan lingkungan sajalah yang dapat menghasilkan kinerja yang unggul dalam jangka waktu lama.
Dalam perusahaan dengan budaya adiptif,
4.4.3 Budaya Berkinerja Rendah
Kotter dan Hesket membagi budaya berkinerja rendah ke dalam tiga komponen.
pertama, arogansi para pemimpin
kedua, sikap para pemimpin dan
manajer yang kurang menghargai pelanggan
Ketiga, resistensi terhadap nilai-nilai
seperti kepemimpinan dan
4.4.4 Predatory Culture
4.4.5. Frozen Culture
Perusahaan dengan Frozen Culture
4.4.6 Chaotic Culture
Chaotic Culture sering merupakan hasil
dari manajemen yang tidak
berpengalaman dan tidak kompeten.
4.4.7 Political Culture
Perusahaan dengan Political Culture
perlu melakukan benchmark dengan
perusahaan-perusahaan yang
berkinerja baik guna memahami terjadinya gap antara budaya
perusahaan sendiri dengan
4.4.8 Bureucratic Culture
Perusahaan dengan Bureaucratic
Culture telah kehilangan sentuhan dengan pelanggannya, persyaratan, aturan, kebijakan dan praktek-praktek internal lebih lebih diutamakan dibandingkan dengan
kebutuhan pelanggan. Oleh
4.4.9 Service Culture
Service Culture tidak hanya terbatas
pada perusahaan-perusahaan
layanan tradisional, perusahaan manufaktur pun dapat memiliki
4.4.10 New Age Business Culture
Dalam perusahaan dengan new age culture,
upacara dan ritual, aturan, praktek dan kebijakan bersifat informal atau berada dalam tahap perkembangan mitos-mitos menjadi penting pada saat karyawan membuat terobosan penting
Kondisi-kondisi yang dapat membunuh new age
culture adalah keberhasilan, kepemimpinan yang tidak sesuai dengan new age culture,