• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan Di SMA Negeri 1 Boja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan Di SMA Negeri 1 Boja"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI

Pada bagian ini akan mendiskripsikan konsep dan fungsi manajemen, evaluasi, manajemen sarana prasarana pendidikan yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, inventarisasi, penghapusan dan standar sarana prasarana pendidikan yang meliputi: satuan pendidikan, bangunan, kelengkapan dan dijabarkan pula tentang penelitian yang relevan.

1.1 Konsep dan Fungsi Manajemen 2.1.1 Konsep Manajemen

Manejemen sebagai suatu seni karena merupakan cara bagaimana mengkolaborasi pengetahuan, pengalaman dan kreativitas dalam wadah manajemen. Manajemen dapat juga berarti suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan, pengarahan pada sekelompok orang kearah tujuan organisasional atau tujuan yang nyata (Terry dan Rue, 2010: 1).

Mary Parker dan Follet (dalam Handoko 2002:8) mendefinisikan bahwa manajemen adalah sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Stoner mendefinisikan manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna sumber daya–sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut G.R Terry (dalam Hasibuan 2007:2) menyatakan bahwa manajemen sebagai suatu proses yang khas, yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.

Kata kunci manajemen menurut pendapat di atas adalah suatu seni mengelola unsur-unsur yang ada agar berdaya guna untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Siswanto (2007:7) mendefinisikan manajemen sebagai “One or more managers individually and collectively setting and achieving goals by exercising related functions (planning organizing staffing leading and controlling) and coordinating various resources (information materials money and people)”. Pendapat tersebut mempunyai arti bahwa manajemen merupakan satu atau lebih manajer yang secara individu maupun bersama-sama menyusun dan mencapai tujuan organisasi dengan melakukan fungsi-fungsi terkait perencanaan pengorganisasian, penyusunan, staf pengarahan, dan pengawasan.

Dari pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa manajemen merupakan proses pengkoordinasian berbagai sumber daya dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi. Proses tersebut terdiri dari kegiatan-kegiatan manajemen, yaitu perencanaan, peng-organisasian, pengarahan terhadap berbagai bagian-bagian tersebut memiliki hubungan serta saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya.

(2)

Dalam proses pencapaian berbagai tujuan organisasi umumnya dibagi kedalam 4 (empat) tahapan yaitu: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pergerakan (actuating) dan pengendalian (controlling).

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan suatu kegiatan untuk menetapkan tujuan yang ingin dicapai beserta menetapkan strategi untuk mencapai tujuan tersebut, dengan kata lain perencanaan merupakan usaha konkretisasi langkah-langkah yang harus ditempuh yang dasar-dasarnya telah ditetapkan dalam strategi organisasi (Siagian, 2007: 35). Hal ini berarti bahwa melalui perencanaan akan diperoleh tujuan dan strategi untuk mencapai tujuan yang direalisasikan dengan prosedur atau langkah-langkah pelaksanaan kegiatan.

Perencanaan merupakan suatu keputusan untuk mengerjakan sesuatu di masa yang akan datang. Perencanaan manajemen akan memberikan cara pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dilaksanakan, siapa yang akan melakukan dan kapan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntunan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efisien (Herlambang, 2012: 19). Dengan demikian di dalam proses perencanaan tidak hanya disusun prosedur yang ditempuh, namun perlu memperhatikan siapa yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegiatan dan kapan waktu pelaksanaannya.

Menurut Soekardi (2005:9) perencanaan merupakan usaha sadar pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang dimasa depan, di dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian yang telah ditentukan. Pernyataan tersebut sama halnya dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Handoko (2002:9) bahwa perencanaan berarti para manajer memikirkan kegiatan-kegiatan mereka sebelum dilaksanakan. Berbagai kegiatan tersebut didasarkan pada berbagai metode, rencana atau logika, bukan hanya atas dugaan atau firasat. Rencana-rencana dibutuhkan untuk memberikan kepada organisasi dan menetapkan prosedur terbaik untuk pencapaian tujuan-tujuan.

1) Siapa saja yang terkait dalam kegiatan organisasi tersebut? 2) Apa saja yang dilakukan oleh seluruh pelaku dalam organisasi? 3) Bilamana aktivitas organisasi itu dilakukan?

4) Dimana kegiatan itu dilakukan? 5) Bagaimana strategi pelaksanaannya?

Hal yang tidak kalah penting untuk dipahami dalam penyusunan program adalah perwujudan menyatukan potensi yang menjadi sinergi yang kuat dan besar. Hal tersebut perlu teamwork dari personal dalam organisasi, perlunya pola partisipasi dalam organisasi serta menumbuhkan budaya kerja organisasi.

Langkah terakhir yang perlu ditempuh dalam penyusunan perencanaan adanya upaya efisiensi. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan adanya efisiensi pendanaan, waktu, penugasan personal serta dengan adanya pola organisasi yang efektif. Untuk menentukan perencanaan harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut (Depdiknas:2007: 8-9)

(3)

2) Rencana yang tersusun harus memenuhi persyaratan teknis. Rencana tersebut harus didukung dengan data yang akurat serta teknis penyelesaian kerja yang baik.

3) Rencana harus disertai rincian yang cermat, ruang, metode, sumber data, target waktu, standart mutu dan hasil yang diharapkan.

4) Rencana perlu dilakukan secara bottom up, sehingga tidak terjadi dikotomi antara perencanaan dan pelaksanaan serta pelaksana tidak merasa dipaksa tetapi karena kesadaran.

5) Rencana yang disusun tidak bertele-tele, tetapi dapat dicapai dengan baik (tidak muluk-muluk/sederhana).

6) Rencana tidak kaku, sehingga masih memungkinkan adanya toleransi (fleksibilitas).

7) Rencana harus pragmatis, yaitu rencana tetap idealis tetapi dapat dilakukan secara praktis, tidak menghilangkan nilai kebijakan serta memperhitungkan kesulitan di lapangan.

8) Rencana tersebut harus dapat menggambarkan situasi dan kondisi yang terjadi di masa depan, sehingga mampu dijadikan peramal masa depan.

Dengan memahami perencanaan yang baik maka akan memudahkan proses pelaksanaannya. Selain itu akan didapat manfaat dari perencanaan yang baik. Adapun manfaat yang diperoleh dari sebuah perencanaan yang baik adalah:

1) Perencanaan dapat dijadikan alat pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan organisasi.

2) Untuk memilih dan menentukan prioritas dari beberapa alternatif atau pilihan yang ada.

3) Untuk mengarahkan dan menuntun pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

4) Untuk menghadapi dan mengurangi ketidakpastian dimana yang akan datang.

5) Perencanaan yang baik akan mendorong tercapainya tujuan.

(Depdiknas: 2007: 10) Oleh karena itu perencanaan menjadi salah satu faktor penting yang menjadi salah satu faktor penting keberhasilan organisasi, lembaga atau perusahaan.

2. Pengorganisasian (Organization)

Organisassi adalah keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga terdapat institusi yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Soekardi, 2005:11).

Dari uraian tersebut di atas maka pada dasarnya organisasi memiliki beberapa ciri khusus yaitu: adanya sekelompok manusia, kerjasama yang harmonis, kewajiban serta tanggung jawab untuk mencapai tujuan. Sehingga organisasi dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang bekerja sama yang dicanangkan dalam bentuk struktur organisasi atau gambaran skematis tentang hubungan kerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisasi agar tujuan organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisien (Handoko 2002:168).

(4)

1) Kejelasan tujuan yang hendak dicapai

Prinsip ini menegaskan bahwa setiap organisasi yang dibentuk pasti memiliki tujuan, tidak mungkin organisasi dibentuk tanpa memiliki suatu suatu arah/tujuan yang digunakan sebagai pedoman. Dengan demikian program yang akan direlisasikan perlu diperjelas mengenai tujuan jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

2) Penerimaan dan pemahaman tujuan

Dengan berorganisasi maka seseorang akan memperoleh kepuasan karena pemenuhan nilai kebersamaan akan dapat memberikan sentitik kerja untuk organisasi. Pemenuhan kepuasan dan tuntutan ini memang berujung pada penerimaan tujuan organisasi serta pemahaman atas tujuan tersebut sehingga mampu tercipta sebuah kerjasama yang diharapkan.

3) Kesatuan arah

Untuk mencapai sasaran dan tujuan organisasi maka diperlukan adanya suatu sistem untuk mengelola organisasi tersebut, sehingga akan terjadi keterkaitan antar komponen organisasi tersebut, sehingga akan terjadi keterkaitan antar komponen organisasi secara padu, bulat dan utuh. Dengan demikian maka halangan yang dihadapi organisasi tidak membuat goyah seluruh komponen dan tetap berjalan sesuai kesatuan arah.

4) Adanya pendelegasian wewenang

Proses pelimpahan wewenang, pertanggung-jawaban, pengambilan keputusan komunikasi dan koordinasi dalam organisasi akan berjalan lebih efektif. Keterbatasan kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin untuk dapat menyelesaikan pekerjaan sendiri menuntut dirinya pelimpahan wewenang kepada pejabat yang dibawahnya. Pelimpahan wewenang di sini dapat dijabarkan dalam hal pengambilan keputusan, hubungan dengan orang lain dan tidakan-tindakan lain tanpa harus ada pemenuhan dari pemimpin.

5) Adanya rentang pengawasan

Rentang pengawasan yang dilakukan oleh organisasi harus dijalankan sekecil mungkin. Hal tersebut dilakukan dengan memperkecil jumlah seksi bidang atau personal yang ada dalam organisasi tersebut.

6) Ketentuan perintah

Prinsip ini menuntut adanya satu perintah dan pertanggungjawaban yaitu terhadap seorang pemimpin yang bermaksud dalam memanajemen pengeloaan sarana dan prasarana. Prinsip ini menekankan adanya pemahaman tentang kebijaksanaan pemimpin serta ketaatan dan kedisiplinan yang mantap. Dengan demikian masing-masing personal paham akan mekanisme organisasi serta konsisten dalam melaksanakan tugas yang dilakukan.

7) Pembagian pelaksanaan

Dalam proses pengorganisasian, dikenal adanya pembagian pekerjaan (division of work). Pembagian kerja merupakan sebuah keharusan sebab tanpa adanya hal tersebut akan memungkinkan terjadinya tumpang tindih tugas susunan organisasi serta hubungan dan wewenang masing-masing unit organisasi.

(5)

b) Tugas pokok pengurus dan prosedur kerjanya. c) Hubungan organisatoris antara manusia yang menjadi anggota dalam organsiasi dan pada umumnya digambarkan dalam struktur organisasi. d) Pendelegasian wewenang dan e) Pemanfaatan staf dan pemanfaatan fasilitas dapat diatur dan diarahkan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan organisasi (Herlambang, 2012: 20-21).

3. Pelaksanaan (Actuating)

Dalam menjalankan fungsinya, pergerakan merupakan proses dalam manajemen yang paling berat. Soekardi (2005:5) menyatakan bahwa fungsi pergerakan dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Fungsi commando, untuk bergerak sesuai dengan tugas dan tanggung

jawabnya.

2) Fungsi directing, pemberian petunjuk, bimbingan dan penentu arah.

3) Fungsi actuating, diawali dengan konsultasi dengan bawahannya, kemudian

diarahkan pada awal yang telah disepakati.

4) Fungsi motivating, memberikan dorongan pada bawahan sehingga timbul

dorongan intrinsik pada pegawai untuk bekerja secara optimal dan ikhlas.

5) Proses pergerakan terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara

lain mens (sumber daya manusia), money (sumber dana), materials (sarana dan prasarana), method (pendekatan), dan machines (peralatan).

Manusia merupakan sarana penting dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Manusia sangat diperlukan sebagai saran manajemen. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa tidak mungkin sebagai sumber daya penggerak.

Penggerakkan organisasi dipengaruhi adanya situasi dan kondisi lapangan kerja kesadaran dan toleransi dari aspek terkait. Untuk menunjang kesuksesan dalam menggerakkan organisasi diperlukan beberapa prinsip (Sukardi, 2005:5).

1) Perlu adanya kejelasan tentang hakekat organisasi kepada seluruh anggota. 2) Perlu keikutsertaan anggota dalam setiap keputusan.

3) Perlu adanya pengakuan tentang harkat dan martabat manusia secara hakiki.

4) Perlu komunikasi secara baik antar manajer dengan tenaga tekhnis. 5) Perlu persamaan persepsi dalam setiap langkah pencapaian sasaran 6) Perlu pemahaman ke dalam tingkat kemajuan teknik.

7) Perlunya pemahaman tentang pemenuhan kebutuhan anggota dalam aktivitas organisasi.

4. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan atau controlling adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan (Handoko, 2002:25).

Titik tolak yang digunakan dalam membahas pengawasan sebagai salah satu fungsi organik manajemen adalah definisi yang mengatakan bahwa pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Sebuah organisasi harus mempunyai teknik bahwa semua fungsi yang telah dilaksanakan dengan baik. Beberapa proses tahap yang dilakukan untuk pengawasan atau controlling (Handoko, 2002:25) meliputi:

(6)

2) Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai,

3) Membandingkan pelaksaan atau hasil dengan standard dan menentukan

penyimpangan jika ada,

4) Melakukan tindakan-tindakan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.

Pengawasan dapat diartikan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen telah tercapai. Pengertian ini menunjukan adanya hubungan yang erat antara perencanaan dan pengawasan. Langkah awal proses perencanaan adalah sebenarnya langkah perencanaan, penyusunan personalia dan pengarahan telah dilaksanakan secara efektif. Ada tiga tipe dasar pengawasan yaitu:

1. Pengawasan Pendahuluan

Pengawasan pendahuluan (feedforward control) dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu selesai dilaksanakan.

2. Pengawasan pada Saat Pelaksanaan

Pengawasan ini dilakukan atau dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan atau menjadi semacam peralatan “double check” yang lebih menjamin ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan.

3. Pengawasan umpan

Pengawasan ini mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan dari rencana atau standar yang telah ditentukan, dan penemuan-penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatan serupa dimasa yang akan datang.

Ada berbagai faktor yang membuat pengawasan semakin diperlukan oleh setiap organisasi, diantaranya;

1) Perubahan lingkungan organisasi

Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus menerus dan tidak dapat dihindari, seperti munculnya pesaing baru dalam kompetisi.

2) Peningkatan kompleksitas organisasi

Semakin besar organisasi maka semakin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis kegiatan harus diawasi untuk menjamin bahwa kualitas dan profitabilitas tetap terjaga.

3) Kesalahan-kesalahan

Bila para bawahan tidak pernah membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi pengawasan. Sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan-kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.

2.1.3 Evaluasi (Evaluation)

(7)

dan dicari penyebabnya. Proses penentuan sebab dan faktor yang menimbulkan kesenjangan antara rencana dan hasil, termasuk proses pelaksanaan, disebut evaluasi dalam konteks pengelolaan suatu program. Penyebab terjadinya kesenjangan itu bisa karena faktor personal yang kurang cakap, lemah motivasi, atau memiliki sikap negatif terhadap suatu objek.

Menyelesaikan tugas secara efisien dan efektif adalah penting. Akan tetapi, yang lebih penting yaitu mengetahui tentang hal-hal yang harus dilakukan dan memastikan bahwa tugas yang diselesaikan bergerak kearah tujuan. Tujuan adalah suatu yang ingin direalisasikan oleh seseorang dan merupakan objek atas suatu tindakan (Siswanto, 2007). Tujuan manajemen adalah sesuatu yang ingin direalisasikan yang menggambarkan cakupan tertentu dan menyarankan pengarahan kepada usaha seseorang manajer. Ada empat elemen pokok dalam hal ini, antara lain 1) sesuatu yang ingin direalisasikan (goal), 2) cakupan (scope), ketepatan (definiteness), dan 4) pengarahan (direction).

2.2 Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sarana pendidikan merupakan peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud prasarana pendidikan adalah falisitas yang secara tidak langsung menunjang proses jalannya pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sekaligus sebagai lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan (Mulyasa, 2011).

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaaan, pengawasan, penyimpanan, inventarisasi dan penghapusan serta penataan (Mulyasa, 2011).

Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan bagi siswa untuk berada di sekolah. di samping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas belajar yang memadahi secara kuantitatif, kualitatif dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran oleh guru sebagai pengajar dan siswa-siswa sebagai pelajar (Mulyasa, 2011).

2.2.1 Perencanaan Sarana dan Prasarana Sekolah

(8)

kegagalan yang tidak diinginkan, untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaannya.

Beberapa prosedur perencanaan sarana dan prasarana sekolah menurut ketentuan (Depdiknas, 2007) antara lain:

1. Mengindentifikasi dan menganalisis kebutuhan sekolah 2. Menginventasisasi sarana dan prasarana yang ada 3. Mengadakan seleksi

2.2.2 Pengadaan Sarana dan Prasarana Sekolah

Pengadaan sarana dan prasarana sekolah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan semua jenis sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dalam rangkaian mencapai tujuan yang ditetapkan (Depdiknas, 2007).

Pengadaan sarana dan prasarana sekolah ini merupakan serangkaian kegiatan untuk penyediaan sarana dan prasarana sekolah sesuai dengan kebutuhan, baik yang berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu maupun tempat, dengan harga dan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan (Depdiknas, 2007).

Ada beberapa alternatif pengadaan sarana dan prasarana sekolah antara lain: pembelian, pembuatan sendiri, penerimaan hibah atau bantuan, penyewaan, pinjaman, pendaurulangan, penukaran, perbaikan atau rekondisi.

Prosedur yang digunakan menurut Kepres No 80 Tahun 2003 yang disempurnakan melalui Permen No 24 tahun 2007 antara lain: 1) menganalisis kebutuhan dan fungsi sarana dan prasarana; 2) mengklasifikasikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, 3) membuat proposal pengadaan sarana dan prasarana yang ditujukan, 4) bila disetujui dan ditinjau kelayakanan untuk mendapatkan persetujuan dan 5) siap melakukan pengadaan sarana dan prasarana sekolah.

2.2.3 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Sekolah

Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah merupakan kegiatan untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan prasarana selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdayaguna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan (Depdiknas, 2007).

Pemeliharaan memiliki beberapa tujuan antara lain: 1) mengoptimalkan usia pakai peralatan; 2) menjamin kesiapan operasional peralatan untuk menunjang kelancaran pekerjaan secara optimal; 3) menjamin ketersediaan peralatan yang diperlukan dan 4) menjamin keselamatan orang atau siswa yang menggunakan alat tersebut (Depdiknas, 2007). Berbagai macam usaha perawatan sarana dan prasarana sekolah antara lain: perawatan rutin, perawatan berkala, perawatan darurat dan perawatan preventif.

2.2.4 Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan

(9)

dan pengawasan yang efektif terhadap sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu sekolah (Depdiknas, 2007).

Inventarisasi sarana dan prasarana memiliki tujuan untuk: 1) menjaga dan menciptakan tertib administrasi sarana dan prasarana sekolah; 2) menghemat keuangan sekolah baik dalam pengadaan maupun untuk pemeliharaan dan penghapusan sarana dan prasarana sekolah; 3) sebagai bahan atau pedoman untuk menghitung kekayaan suatu sekolah dalam bentuk materiil yang dapat dinilai dengan uang; dan 4) memudahkan pengawasan dan pengendalian sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu sekolah (Depdiknas, 2007).

2.2.5 Penghapusan Sarana dan Prasarana Sekolah

Penghapusan sarana dan prasarana merupakan kegiatan pembebasan sarana dan prasarana dari pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat dipertanggungjawaban. Penghapusan sarana dan prasarana bertujuan untuk: 1) mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi kerugian atau pemborosan biaya pemeliharaan sarana dan prasarana yang kondisinya semakin buruk, berlebihan atau rusak dan sudah tidak dapat digunakan lagi; 2) meringankan beban kerja pelaksanaan inventaris; 3) membebaskan ruangan dari penumpukan barang-barang yang tidak dipergunakan lagi dan 4) membebaskan barang-barang dari tanggungjawab pengurusan kerja (Depdiknas, 2007).

2.3 Standar Sarana Prasarana Pendidikan

Standar sarana prasarana pendidikan SMA/MA yang ditetapkan dan diuraikan dalam Permendiknas No 24 Tahun 2007.

2.3.1 Satuan Pendidikan

Suatu SMA/MA minimum memiliki 3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar. Satu SMA/MA dengan tiga rombongan belajar melayani maksimum 6000 jiwa. Untuk pelayanan penduduk lebih dari 6000 jiwa dapat dilakukan penambahan rombongan belajar di sekolah yang telah ada atau pembangunan SMA/MA baru.

Lahan terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan jiwa, serta memiliki akses untuk penyelamatan dalam keadaan darurat. Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak berada di dalam garis sempadan sungai dan jalur kereta api. Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau memiliki izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk jangka waktu minimum 20 tahun.

2.3.2 Bangunan

(10)

Bangunan gedung memenuhi persyaratan keselamatan berikut. a) Memiliki struktur yang stabil dan kukuh sampai dengan kondisi pembebanan maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan beban muatan mati, serta untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk menahan gempa dan kekuatan alam lainnya. b) Dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.

Bangunan gedung memenuhi persyaratan kesehatan berikut: a) Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan pencahayaan yang memadai. b) Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan tempat sampah, serta penyaluran air hujan.

Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Bangunan gedung menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat.

Bangunan gedung memenuhi persyaratan kenyamanan berikut: a) Bangunan gedung mampu meredam getaran dan kebisingan yang mengganggu kegiatan pembelajaran. b) Setiap ruangan memiliki temperatur dan kelembaban yang tidak melebihi kondisi di luar ruangan. c) Setiap ruangan dilengkapi dengan lampu penerangan.

Bangunan gedung bertingkat memenuhi persyaratan maksimum terdiri dari tiga lantai dan dilengkapi tangga yang mempertimbangkan kemudahan, keamanan, keselamatan, dan kesehatan pengguna. Bangunan gedung dilengkapi sistem keamanan seperti: a) peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi jika terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya dan b) akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi penunjuk arah yang jelas. Bangunan gedung dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 1300 watt. Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan, dan diawasi secara profesional. Kualitas bangunan gedung minimum permanen kelas B, sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu pada Standar PU. Bangunan gedung sekolah baru dapat bertahan minimum 20 tahun.

Pemeliharaan bangunan gedung sekolah dilakukan melalui: a) pemeliharaan ringan, meliputi pengecatan ulang, perbaikan sebagian daun jendela/pintu, penutup lantai, penutup atap, plafon, instalasi air dan listrik, dilakukan minimum sekali dalam 5 tahun. b) Pemeliharaan berat, meliputi penggantian rangka atap, rangka plafon, rangka kayu, kusen, dan semua penutup atap, dilakukan minimum sekali dalam 20 tahun. Bangunan gedung dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin penggunaan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.3.3 Kelengkapan Sarana Prasarana

(11)

2.4 Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain Tangela (2013), Mukhadis (2011), Darmastuti (2010) dan Kurniawati (2013).

Penelitian Tangela (2013) tentang implementasi sarana dan prasarana sekolah di SMP Negeri 2 Batu menemukan bahwa pengadaan sarana dan prasarana didasarkan pada perencanaan dalam RKAS-1 (master plan) dan RKAS-2 (Rencana operasional). Sekolah tersebut memprioritaskan pengadaan empat RKB dan perangkat pembelajaran berbasis TIK. Aspek pendistribusian mencakup distribusi anggaran dan distribusi sarana dan prasarana. distribusi anggaran dapat bersifat swakelola atau melalui tender. Distribusi yang dilakukan dengan sistem langsung. Pemakaian sarana dan prasarana di sekolah tersebut belum memiliki SOP dan administrasinya belum terintegrasi secara digital. Pemakaian dikelola secara konvensional dan belum memiliki pengelola khusus sehingga mengurangi tingkat efektivitas, efisiensi dan produktivitas sarana dan prasarana. Pemeliharaan sarana dan prasarana dilakukan secara rutin, berkala dan incidental. Inventarisasi dilakukan setiap ada sarana dan prasarana baru dan secara berkala.

Penelitian Mukhadis (2011) tentang kesesuaian sarana dan prasarana, kompetensi guru, manajemen dan proses praktikum prodi keahlian teknik otomotif SMA ditinjau dari standar PP RI no 19 Tahun 2005 memberikan hasil bahwa tingkat kesesuaian sarana prasarana SMK Negeri mencapai 77,5%, SMK Swasta mencapai 67,69%.

Penelitian Darmastuti (2010) tentang manajemen sarana dan prasaran dalam upaya meningkatkan kualtias pembelajaran pada jurusan teknik komputer dan informatika di SMK N 2 Surabaya memberikan kesimpulan bahwa pengadaan dan perencanaan sarana dan prasarana dilakukan untuk mengetahui semua kebutuhan dan direncanakan sejak awal tahun dengan melihat evaluasi pada tahun sebelumnya. Pendistribusian sarana dan prasarana di sekolah tersebut dilakukan dengan menyeleksi semua kebutuhan, barang yang dibeli kemudian disalurkan kepada setiap program jurusan dan kelas. Penggunaan dan pemeliharaan sarpras disesuaikan dengan kebutuhan guru dan siswa, terdapat tata tertib yang harus dipatuhi, diserahkan kepada masing-masing jurusan. Inventaris sarpras dilakukan oleh staf tersendiri yang diberi tugas untuk pencatatan barang yang telah diadakan. Penghapusan sarana dan prasarana dilakukan dengan membuat berita acara kepada kepala sekolah dengan alasan sudah rusak.

Penelitian Kurniawati (2013) tentang manajemen sarana dan prasarana di SMK Negeri 1 Kasihan Bantul menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang digunakan pada mata pelajaran produktif adalah manajemen standar. Pengadaan sarana dan prasarana dilakukan setiap akhir tahun dengan menganalisis kebutuhan yang diperlukan dengan menetapkan perencanaan untuk jangka satu semester atau satu tahun ke depan dengan memperhatikan dana yang dimiliki. Pemeliharaan dilakukan secara rutin, berkala dan mencegah dari kerusakan. penghapusan sarana dan prasarana sekolah sampai saat ini belum pernah dilakukan.

(12)

pengelolaan fasilitas sekolah. Hal serupa juga diungkapkan oleh Asiabaka (2008), yang mengkaji tentang kebutuhan untuk keefektifan manajemen fasilitas sekolah di nigeria, yang menyatakan bahwa manajemen fasilitas adalah bagian yang tak terpisahkan dari manajemen sekolah secara keseluruhan. Perwujudan sasaran dan tujuan pendidikan membutuhkan perlengkapan, pemanfaatan yang maksimal dan managemen fasilitas yang tepat. Ditambah lagi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang mengharuskan penyelenggara sekolah untuk memakai metode modern dalam manajemen fasilitas di sekolah. Dalam kajiannya merekomendasi-kan penyelenggara sekolah (kepala sekolah) harus melakumerekomendasi-kan penilaian secara menyeluruh pada fasilitas yang ada di sekolah sehingga dapat menentukan area kebutuhan fasilitas. Penilaian jenis ini akan membantu dalam penentuan kebijakan karena hal ini berkaitan dengan manajemen fasilitas di sekolah.

2.5 Kerangka Pikir

Manajemen sarana prasarana pendidikan merupakan bagian dari manajemen pendidikan yang bertujuan untuk mengelola sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dapat direncanakan, di-laksanakan, dimanfaatkan secara efektif dan efisien dalam rangka menunjang proses pembelajaran sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Manajemen sarana prasarana mencakup perencanaan, pengadaan, pemeliharaaan, penyimpanan dan pengawasan.

Perencanan dilakukan di awal untuk menganalisis kebutuhan sarana prasarana yang dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Perencanaan merupakan bagian penting dalam manajemen sarpras karena dari perencanaan ini kegiatan pengadaan sarpras dapat dilakukan. Agar pengadaan sarpras tidak menyimpang maka pengadaan harus berpedoman pada perencanaan yang disusun sebelumnya.

Pengadaan sarpras merupakan proses pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang direncanakan. Dalam pengadaan sarpras terkait dengan pihak intenal maupun eksternal.

Pemeliharaan merupakan perawatan terhadap sarana dan prasarana agar senantiasa siap untuk dimanfaatkan dalam menunjang proses pendidikan. Perawatan dapat dilakukan secara rutin, berkala maupun pemeliharan untuk mencegah kerusakan.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

nurturance yang tinggi maka seorang pengasuh anak akan terdorong untuk. mencurahkan kasih sayang dan perhatian pada anak, sehingga anak

pasal 61 UU Administrasi Kependudukan mensyaratkan agar setiap warga negara Indonesia memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang mencantumkan agama pemiliknya. 141 Para penganut

Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan kemampuan pemanfaatan waktu belajar siswa kelas X Akuntansi 2 SMK PGRI 1

Begitu pula dengan pedoman wawancara juga di konsultasikan untuk dimintai pendapatnya oleh ahli (judgment expert) sehingga akan diketahui apakah instrumen

Empat studi kasus sebagai contoh materi ajar yang mengeksploitasi peran analogi yang akan dibahas dalam artikel ini antara lain: (1) analogi antara gaya gravitasi dengan

Dengan semua pengalaman dari tradisi panjang sebagai lembaga pendidikan tinggi di bidang tekstil dan didukung sarana maupun prasarana yang lengkap serta dukungan

Untuk memberikan kejelasan mengenai objek yang menjadi fokus penelitian dalam penulisan hukum ini, menghindari masuknya hukum yang tidak berkaitan dengan penelitian

Front Office night report : Laporan rangkuman seluruh transaksi kamar, total tamu yang menginap, total kamar terjual, total tamu checkin, total tamu checkout dan informasi