• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMETAAN KAWASAN RAWAN DAN RISIKO BANJIR DI DAS TUWELEY KABUPATEN TOLITOLI DENGAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMETAAN KAWASAN RAWAN DAN RISIKO BANJIR DI DAS TUWELEY KABUPATEN TOLITOLI DENGAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PEMETAAN KAWASAN RAWAN DAN RISIKO BANJIR

DI DAS TUWELEY KABUPATEN TOLITOLI

DENGAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

DITA SEPTYANA A 351 11 024

JURNAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Penelitian : Pemetaan Kawasan Rawan dan Risiko Banjir di DAS Tuweley Kabupaten Tolitoli dengan Penerapan Sistem Informasi Geografi Penulis : Dita Septyana

Nomor Stambuk : A 351 11 024

Telah diperiksa dan disetujui untuk diterbitkan

Pembimbing I Pembimbing II

Rifai, ST.,M.Si.,M.Sc Rahmawati,S.Si.,M.Si NIP. 19740325 200212 1 001 NIP.19850803 201504 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan IPS Koordinator Program Studi FKIP Universitas Tadulako Pendidikan Geografi

(3)

ABSTRAK

Dita Septyana, 2016. Pemetaan Kawasan Rawan dan Risiko Banjir di DAS Tuweley Kabupaten Tolitoli dengan Penerapan Sistem Informasi Geografi. Skripsi Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako. Pembimbing (I) Rifai, Pembimbing (II) Rahmawati.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tidak tersedianya infomasi berupa peta kawasan rawan dan risiko banjir di DAS Tuweley. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kawasan rawan dan risiko banjir berdasarkan zonasinya guna meminimalisir dampak yang terjadi pada masyarakat dan lingkungan. Penelitian ini menggunakan Sistem Informasi Geografi (Geographic Information System) sebagai alat (tool) dan software ArcGis dalam menentukan tingkat kerawanan dan risiko banjir di lokasi penelitian. Jenis penelitian ini adalah kombinasi antara pemetaan dan analisis peta. Variabel yang digunakan dalam menentukan daerah rawan banjir adalah curah hujan, penggunaan lahan, kemiringan lereng, ketinggian tempat dan jenis tanah. Variabel yang digunakan dalam menentukan risiko yaitu indikator dari ancaman (sebaran kerawanan banjir), indikator kerentanan fisik (kepadatan bangunan) dan kerentanan sosial (kepadatan penduduk) serta kapasitas. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah teknik skoring dan teknik pembobotan (weighting) dengan menggunakan metode tumpang tindih (overlay).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kawasan rawan banjir dibagi menjadi 5 kelas yaitu kelas tidak rawan mempunyai luas area 2740 ha, kelas kurang mempunyai luas area 198 ha, kelas rawan sedang mempunyai luas 93 ha, kelas rawan mempunyai luas 39 ha dan kelas sangat rawan mempunyai luas150 ha. Kawasan risiko banjir dibagi menjadi 3 kelas yaitu kelas risiko rendah dengan luas wilayah 3118 ha meliputi wilayah kelurahan baru, kelas risiko sedang dengan luas wilayah 35 ha meliputi wilayah kelurahan panasakan, kelas risiko tinggi dengan luas wilayah 69 ha meliputi wilayah kelurahan baru.

(4)

ABSTRACT

Dita Septyana, 2016. Mapping and Risk Flood Prone Areas in DAS Tuweley Tolitoli with Geographic Information System Application. Skripsi. Geography Education Study Program. Social Education Department. FKIP of Tadulako University. Supervisors: (1) Rifai (2) Rahmawati.

This study was conducted in Tuweley catchment area regarding to the lack information of the flood-prone and risk maps. This study aimed to mapped flood-prone and risk areas based on the zoning in order to minimize the impact which occurred in the society and environment. This research used a geographical information System (Geographic Information System) as a tool and ArcGIS software in determining the level of vulnerability and risk of flooding in the research area. The type of the research was a combination of mapping and map analysis. Variables which is used in determining the flood-prone areas is rainfall, land used, slope, elevation and soil type. Variables which is used in determining the risk is an indicator of the threat (the distribution of flood-prone), indicators of physical vulnerability (building density) and social susceptibility (population density) and capacity. In collecting the data, the researcher used the scoring technique and weighting techniques and overlap method.

Based on the results of the reseach, researher concluded that flood-prone areas was divided into five classes, namely not prone class covered 2740 ha, less class covered 198 ha, medium prone class covered 93 ha, prone class covered 39 ha and very prone class covered 150 ha. Flood risk area was divided into three classes, namely low risk class covered 3118 ha of Baru Village, medium risk class covered 35 ha the Panasakan Village, high-risk class covered 69 ha the Baru Village.

(5)

I PENDAHULUAN

Bencana merupakan suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau ulah manusia yang terjadi secara perlahan-lahan bahkan tiba-tiba dan menyebabkan hilangnya nyawa manusia, harta benda serta kerusakan lingkungan yang terjadi di luar kemampuan manusia dengan segala keterbatasannya. Undang-Undang R.I Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dalam pasal 1 antara lain menyebutkan bahwa :

“Bencana adalah persistiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis”

Indonesia merupakan salah satu wilayah yang rawan bencana, termasuk bencana alam. Bencana alam yang sering terjadi di Indonesia yaitu bencana banjir. Bencana ini merupakan fenomena alam yang umum terjadi dalam kaitannya dengan intensitas curah hujan, pengaruh kondisi penggunaan lahan serta kondisi topografi suatu wilayah.

Banjir sering terjadi di Daerah Aliran Sungai (DAS). Salah satu DAS yang berada Kabupaten Tolitoli yang sering meluap dan mengakibatkan banjir yaitu DAS Tuweley. DAS Tuweley memiliki luas 3220 ha yang secara wilayah administrasi kecamatan Baolan, DAS ini melintasi pada tiga kelurahan di Kecamatan Baolan yaitu wilayah Kelurahan Baru, Kelurahan Panasakan dan Kelurahan Tuweley. Ketiga wilayah kelurahan ini sering mengalami bencana banjir khususnya yang berada pada daerah hilir dari DAS Tuweley.

Menurut Peraturan Pemerintah dalam Negeri No. 33 Tahun 2006 ada empat hal penting dalam mitigasi bencana, salah satunya yaitu tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis bencana. Salah satu strategi mitigasi bencana yaitu pemetaan, yakni pemetaan kawasan rawan dan risiko banjir. Berdasarkan hasil observasi penulis, ketersediaan informasi berupa peta kawasan rawan dan risiko banjir di lokasi penelitian belum tersedia. Sehingga penulis merasa penting untuk melakukan penelitian terkait pemetaan kawasan rawan dan risiko banjir.

(6)

data yang berstruktur kompleks dengan jumlah besar. Mengolah data yang kompleks ini untuk dijadikan suatu informasi diperlukan suatu sistem yang dianggap mampu mengolah data spasial maupun atribut. Salah satu sistem yang mampu memberikan solusi untuk mengolah data tersebut menjadi sebuah informasi yaitu Sistem Informasi Geografi (SIG).

Berdasarkan uraian latar belakang, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penyajian informasi data spasial khususnya dalam penyajian informasi kawasan rawan dan risiko banjir di DAS Tuweley, Kabupaten Tolitoli dalam bentuk pemetaan dengan

judul “Penerapan Sistem informasi geografi untuk Pemetaan Kawasan Rawan dan Risiko

Banjir di DAS Tuweley Kabupaten Tolitoli”.

II METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah kombinasi antara pemetaan dan analisis peta dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG), dimana penelitian ini akan memetakan kawasan rawan dan risiko banjir di Daerah Aliran Sungai Tuweley, Kabupaten Tolitoli. Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder dan primer. Data primer meliputi hasil observasi serta dokumentasi. Data sekunder meliputi data penduduk kecamatan baolan 2014 dan dokumentasi data kejadian bencana banjir dari tahun 2009-2014, data curah hujan Kabupaten Tolitoli tahun 2009-2014, peta curah hujan, Peta RBI (Topografi dan Ketinggian), Peta Jenis Tanah dan Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tolitoli. Teknik pengambilan data dengancara studi pustaka, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan untuk menentukan rawan dan risiko banjir yaitu analisis spasial, analisis kerawanan dan analisis risiko.

III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian

Pemetaan kawasan rawan dan risiko banjir di DAS Tuweley diperoleh melalui hasil skoring dan overlay dari 5 parameter rawan dan 3 parameter risiko.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini

Tabel 3.1. Klasifikasi dan Skoring Parameter Curah Hujan No Kriteria (mm/tahun) Keterangan Skor

1 2.500 – 3.500 Tinggi 5

Sumber: Hasil pengolahan data, 2015

(7)

terjadinya banjir akan semakin tinggi pula begitupun lama kejadian banjirnya semakin tinggi intensitas curah hujan maka lama kejadian banjir akan semakin tinggi pula

Tabel 3.2. Klasifikasi dan Skoring Parameter Penggunaan Lahan No Penggunaan Lahan Skor

1 Berhutan 1

2 Perkebunan, Semak 2

3 Pertanian, Sawah, dan Tegalan 3

4 Pemukiman 4

5 Lahan Tanpa Vegetasi 5 Sumber: Hasil pengolahan data, 2015

Berdasarkan tabel klasifikasi dan skoring parameter penggunaan lahan dapat diketahui skor dari masing-masing unit penggunaan lahan. Pemberian besar kecilnya skor didasarkan pada karakteristik dari tiap jenis penggunaan lahan dan pengaruhnya terhadap banjir. Skor tertinggi menunjukkan bahwa penggunaan lahan tersebut sangat berpengaruh terhadap terjadinya banjir, sebaliknya skor terendah diberikan pada jenis penggunaan lahan yang pengaruhnya kecil terhadap banjir.

Tabel 3.3. Klasifikasi dan Skoring Parameter Kemiringan Lereng No Kemiringan Lereng Skor

1 0-8 % (datar) 1

2 8-15% (landai) 2

3 15-25% (miring) 3

4 25%-40% (curam) 4

5 >40% (sangat curam) 5 Sumber: Hasil pengolahan data, 2015

(8)

Tabel 3.4. Klasifikasi dan Skoring Parameter Jenis Tanah

No Jenis Tanah Skor

1 Latosol 4

Sumber: Hasil pengolahan, 2015

Berdasarkan tabel klasifikasi dan skoring parameter jenis tanah dapat dilihat bahwa jenis tanah yang terdapat pada DAS Tuweley yaitu jenis tanah latosol dengan nilai skor 4. Pemberian skor jenis tanah didasarkan pada pengaruhnya terhadap banjir. Jenis tanah latosol merupakan jenis tanah dengan kadar liat lebih dari 60% mempunyai tekstur lempung, berstruktur remah hingga gumpal dan warna cokelat, merah hingga kuning.

Tabel 3.5. Klasifikasi dan Skoring Parameter Ketinggian No Ketinggian (mdpl) Skor

1 0 – 12,5 6

2 12,5 – 25 5

3 25 – 50 4

4 50 – 75 3

5 75 – 100 2

6 >100 1

Sumber: Hasil pengolahan data sekunder, 2015

(9)

Besaran ancaman banjir pada penelitian ini dilihat berdasarkan sebaran banjir pada peta kawasan rawan banjir. Wilayah dengan tingkat kerawanan sangat rawan diberikan skor paling tinggi dan wilayah dengan tingkat kerawanan tidak rawan diberikan skor terendah. Berikut tabel klasifikasi dan skoring ancaman banjir :

Tabel 3.6. Klasifikasi dan Skoring Parameter Ancaman No Tingkat Kerawanan Skor

1 Sangat Rawan 5

2 Rawan 4

3 Kurang Rawan 3

4 Rawan Sedang 2

5 Tidak Rawan 1

Sumber: Hasil pengolahan data,2015

Besaran kerentanan banjir di DAS Tuweley pada penelitian ini dilihat berdasarkan kerentanan fisik dan kerentanan sosial. Parameter kerentanan fisik digunakan pada penelitian ini yaitu kepadatan bangunan dan parameter kerentanan sosial yaitu kepadatan bangunan. Masing-masing parameter memiliki indikator dan masing-masing indikator memiliki skor. Pemberian skor ini berdasarkan pengaruhnya terhadap kejadian banjir. Berikut tabel kalsifikasi dan skoring parameter kerentanan banjir.

Tabel 3.7. Klasifikasi Parameter dan Skoring Kerentanan Banjir No Kepadatan Bangunan Keterangan Skor 1 Sumber : Hasil pengolahan penulis, 2015

Tabel 3.8. Klasifikasi Parameter dan Skoring Kerentanan Banjir No Kepadatan Penduduk Skor

1 Sumber : Hasil pengolahan penulis, 2015

Tabel 3.9. Penilaian Kapasitas Bencana Prioritas/

Indikator Deskripsi Indikator

No.

nasional/lokal untuk pengurangan risiko 1 2

(10)

2

3

4

bencana telah ada dengan tanggungjawab eksplisit ditetapkan untuk semua jenjang pemerintahan

Tersedianya sumberdaya yang dialokasikan khusus untuk kegiatan pengurangan risiko bencana di semua tingkat pemerintahan

Terjalinnya partisipasi dan desentralisasi komunitas melalui pembagian kewenangan dan sumber daya pada tingkat lokal

Berfungsinya forum/jaringan daerah khusus untuk pengurangan risiko bencana

3

Tersedianya Kajian Risiko Bencana Daerah berdasarkan data bahaya dan kerentanan untuk meliputi risiko untuk sektor-sektor utama daerah

Tersedianya sistem-sistem yang siap untuk memantau, mengarsip dan menyebarluaskan data potensi bencana dan kerentanan-kerentanan utama

Tersedianya sistem peringatan dini yang siap beroperasi untuk skala besar dengan jangkauan yang luas ke seluruh lapisan masyarakat

Penilaian Risiko Daerah Mempertimbangkan Risiko-Risiko Lintas Batas Guna Menggalang Kerjasama Antar Daerah Untuk Pengurangan Risiko

17

Tersedianya informasi yang relevan mengenai bencana dan dapat diakses di semua tingkat oleh seluruh pemangku kepentingan (melalui jejaring, pengembangan sistem untuk berbagi informasi, dst

Kurikulum sekolah, materi pendidikan dan pelatihan yang relevan mencakup konsep-konsep dan praktik-praktik mengenai pengurangan risiko bencana dan pemulihan Tersedianya metode riset untuk kajian risiko

(11)

4

multi bencana serta analisis manfaat-biaya (cost benefit analysist) yang selalu dikembangkan berdasarkan kualitas hasil riset

Diterapkannya strategi untuk membangun kesadaran seluruh komunitas dalam melaksanakan praktik budaya tahan bencana yang mampu menjangkau masyarakat secara luas baik di perkotaan maupun pedesaan

42

Pengurangan risiko bencana merupakan salah satu tujuan dari kebijakan-kebijakan dan rencana-rencana yang berhubungan dengan lingkungan hidup, termasuk untuk pengelolaan sumber daya alam, tata guna lahan dan adaptasi terhadap perubahan iklim Rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan pembangunan sosial dilaksanakan untuk mengurangi kerentanan penduduk yang paling berisiko terkena dampak bahaya Rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan sektoral di bidang ekonomi dan produksi telah dilaksanakan untuk mengurangi kerentanan kegiatan-kegiatan ekonomi Perencanaan dan pengelolaan pemukiman manusia memuat unsur-unsur pengurangan risiko bencana termasuk pemberlakuan syarat dan izin mendirikan bangunan

Langkah-langkah pengurangan risiko bencana dipadukan ke dalam proses-proses rehabilitas dan pemulihan pascabencana

Siap sedianya prosedur-prosedur untuk menilai dampak-dampak risiko bencana atau proyekproyek pembangunan besar, terutama infrastruktur

Tersedianya kebijakan, kapasitas teknis kelembagaan serta mekanisme penanganan darurat bencana yang kuat dengan perspektif pengurangan risiko bencana dalam pelaksanaannya

Tersedianya rencana kontinjensi bencana

(12)

5

3

4

yang berpotensi terjadi yang siap di semua jenjang pemerintahan, latihan reguler diadakan untuk menguji dan mengembangkan programprogram tanggap darurat bencana

Tersedianya cadangan finansial dan logistik serta mekanisme antisipasi yang siap untuk mendukung upaya penanganan darurat yang efektif dan pemulihan pasca bencana

Tersedianya prosedur yang relevan untuk melakukan tinjauan pasca bencana terhadap pertukaran informasi yang relevan selama masa tanggap darurat dianggap mampu memberikan kemudahan kepada penulis untuk menentukan daerah yang rawan dan berisiko banjir. Dengan menerapkan SIG penulis dengan mudah memperoleh, menyimpan, menganalisa dan mengelola data yang terkait dengan atribut secara spasial. SIG dapat mendukung semua fase siklus manajemen bencana. Penerapan SIG untuk pemetaan kawasan rawan dan risiko banjir dapat melindungi kehidupan, kepemilikan dan infrastuktur yang kritis terhadap bencana yang ditimbulkan oleh alam; rencana evakuasi dan`perencanaan tempat pengungsian, mengerjakan skenario penanganan bencana yang tepat sasaran, pemodelan dan simulasi, melakukan kajian kerusakan akibat bencana dan kajian keutuhan komunitas korban bencana.

DAS Tuweley merupakan kawasan rawan dan risiko banjir. Wilayah yang memiliki nilai kerawanan paling tinggi disebabkan oleh banyak faktor yakni kondisi topografisnya yang sebagian berada pada ketinggian 0-25 mdpl dan memiliki kemiringan yang datar dan landai, tingginya curah hujan, padatnya permukiman di daerah dataran banjir pada sungai dan tingkat porositas tanah yang rendah.

(13)

kurang rawan 198 ha atau 6,15 %, selanjutnya kelas sangat rawan dengan luas 150 ha atau 4,66%, diikuti kelas rawan sedang dengan luas 93 ha atau 2,89% dan kelas rawan dengan luas 39 ha atau berkisar 1,21% dari luas total DAS Tuweley. Kelas tidak rawan ini didominasi oleh penggunaan lahan hutan, kebun dan elevasi atau ketinggian tempat berada pada ketinggian terendahnya yaitu 25-50 mdpl serta yang paling tinggi >100mdpl dengan kemiringan lereng yang cukup terjal yakni antara 16-25 % hingga 25-40%. Wilayah ini masuk dalam kategori kelas tidak rawan karena termasuk wilayah hutan dan kebun yang mampu menyerap air hujan yang jatuh dipermukaan tanah. Kelas kurang rawan ini dicirikan dengan penggunaan lahan hutan, kebun sama halnya dengan kelas tidak rawan akan tetapi kelas kurang rawan ini kebanyakan berada pada ketinggian atau elevasi antara 0-12,5 mdpl hingga 25-50 mdpl dan berada pada kemiringan yang sama dengan kelas tidak rawan yaitu 16-25% hingga 25-40%. Kelas rawan sedang pada daerah ini banyak terdapat di wilayah kebun, belukar, tegalan dan beberapa permukiman dengan elevasi antara 0-12,5 mdpl hingga 50-755 mdpl, serta kemiringan lereng 0-8% hingga 25-40 %. Penggunaan lahan pada kelas ini diasumsikan mampu untuk menyerap air yang jatuh kepermukaan tanah. Kelas rawan berada pada wilayah permukiman, tegalan serta belukar, dengan elevasi dan kemiringan yang sama dengan kelas rawan sedang. Pada wilayah ini memiliki jenis tanah latosol dengan porositas rendah. Daerah resapan pada wilayah ini sangat kurang akibat padatnya permukiman pada kawasan tersebut. Kelas sangat rawan, daerah ini didominasi oleh penggunaan lahan permukiman, dengan elevasi anatar 0-12,5 mdpl hingga 12,5 - 50 mdpl serta kemiringan yang datar yaitu 0-8% hingga 8-15%. Daerah ini terdapat pada wilayah yang berada pada bantaran sungai, Permukiman padat penduduk, curah hujan yang tinggi, kemiringan yang datar dan ketinggian yang rendah. Berdasarkan hal tersebut sehingga menjadikan wilayah ini menjadi kawasan sangat rawan banjir.

(14)

hutan dan perkebunan sehingga jarang ditemukan permukiman dengan begitu kawasan ini memiliki kepadatan penduduk yang jarang serta kepadatan bangunan yang jarang. Kawasan risiko sedang memiliki luas area 34 ha atau sekitar 1,05%. Berdasarkan kerawanan kawasan ini berada pada kawasan rawan banjir dan berada pada area perkebunan, karena pada kawasan ini terdapat penggunaan lahan perkebunan sehingga kepadatan bangunan jarang dengan begitu penduduk yang mendiami kawasan ini juga jarang. Kawasan risiko tinggi memiliki luas 69 ha atau sekitar 2,14% dari luas DAS Tuweley secara keseluruhan. Berdasarkan kerawan kawasan ini masuk dalam kategori kawasan sangat rawan banjir, karena berada pada wilayah permukiman penduduk dengan kepadadatan bangunan tinggi serta kepadatan penduduk yang tinggi pula.

IV KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : (1) Pemetaan Kawasan Rawan banjir di DAS Tuweley Kabupaten Tolitoli menggunakan beberapa indikator penentu yaitu curah hujan, penggunaan lahan, kemiringan lereng, ketinggian tempat dan jenis tanah. Pemetaan kawasan risiko banjir menggunaka indikator kerentanan fisik dan sosial yaitu kepadatan bangunan dan kepadatan pendudu, indikator ancaman berdasarkan kawasan rawan banjir dan indikator kapasitas. (2) Kawasan rawan banjir di DAS Tuweley dibagi menjadi lima kelas, yaitu kelas tidak rawan, kelas kurang rawan, kelas rawan sedang, kelas rawan dan kelas sangat rawan. Kelas tidak rawan mempunya luas area 2740 ha, kelas kurang mempunyai luas area 198 ha, kelas rawan sedang mempunyai luas 93 ha, kelas rawan mempunyai luas 39 ha dan kelas sangat rawan mempunyai luas150 ha. Umumnya kelas tidak rawan berada pada bagian hulu DAS dan kelas sangat rawan berada pada bagian hilir DAS. Penetuan kawasan rawan banjir didasarkan pada tingkat curah hujan, penggunaan lahan, kemiringan lereng, ketinggian tempat dan jenis tanah di lokasi penelitian. (3) Dari hasil analisi risiko banjir di DAS Tuweley dapat dibagi menjadi tiga kelas yaitu : 1) Risiko rendah dengan luas wilayah 3118 ha meliputi wilayah kelurahan Baru, 2) Risiko Sedang dengan luas wilayah 35 ha meliputi wilayah Kelurahan Panasakan, 3) Risiko Tinggi dengan luas wilayah 69 ha meliputi wilayah Kelurahan Baru.

(15)

pengamanan aset penghidupan dan kehidupan, menekan laju pertumbuhan penduduk pada darah rawan, membangun kesiapsiagaan di masyarakat, membangun sistem peringatan dini, melakukan rencana aksi PB-PRB

V DAFTAR RUJUKAN

Anonim. (2007). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Jakarta : Sekretariat Negara RI

________.(2006). Peraturan Pemerintah dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006 tentang Pedoman Umum Mitigasi Bencana. Jakarta : Sekertariat Negara RI.

(16)

Gambar

Tabel 3.7. Klasifikasi Parameter dan Skoring Kerentanan Banjir

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel 1 rata-rata waktu tunggu resep non racikan adalah 48.9 menit, dimana waktu delay lebih besar daripada tindakan yang berarti proses pelayanan resep

(2) Sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarip retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk pelayanan rawat jalan rawat inap, rawat darurat,

 Bahwa setelah sampai Terdakwa dan Saksi Korban kemudian duduk di pasir di pinggir pantai, Terdakwa kemudian memeluk Saksi Korban dari belakang dan mengisap leher Saksi

Tujuan penelitian ini untuk Mengetahui latar Bagaimana Gaya Hidup Ibu-Ibu Dharma Wanita Persatuan Dalam Perilaku Pola Konsumsi di Kecamatan Kemuning Kabupaten

Dari hasil perbandingan karakteristik kedua jenis belitan motor induksi yang sudah diuji pada tegangan sumber 3 fasa konstan 380 Volt AC, diperoleh bahwa motor

untuk merancang suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan sikap percaya diri dan hasil belajar peserta didik, terutama pada subtema Pemanfaatan kekayaan alam di

Menurut pendapat mahasiswa terdapat potensi bahaya di seluruh lokasi yang memiliki besi lintasan. Hal tersebut, menurut mahasiswa, karena jarak antar besi lintasan terlalu sempit

Dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di konsumen, pemerintah telah