• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abstract: This research is motivated weak students of class VII E SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Abstract: This research is motivated weak students of class VII E SMP"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MENGGUNAKAN METODE THINK PAIR SHARE

PADA SISWA KELAS VII E

Frastika Wulandari, Syambasril, Agus Wartiningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra FKIP Untan, Pontianak

Email: Frastikawulandari@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi lemahnya siswa kelas VII E SMP Negeri 6 Pontianak dalam menulis pantun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan metode think pair share untuk meningkatkan kemampuan menulis pantun. Masalah umum dalam penelitian ini, “Bagaimanakah penerapan metode think pair share meningkatkan kemampuan menulis pantun pada siswa kelas VII E SMP Negeri 6 Pontianak tahun pembelajaran 2015/2016?” Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan bentuk kualitatif. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah hasil rata-rata pembelajaran kemampuan menulis pantun pada siklus I sebesar 68 meningkat ke siklus II sebesar 80. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode think pair share dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis pantun dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri 6 Pontianak.

Kata Kunci: Peningkatan, Kemampuan Menulis Pantun, Metode Think Pair Share

Abstract: This research is motivated weak students of class VII E SMP Negeri 6 Pontianak in writing a poem. This study aimed to analyze the implementation of the method think pair share to improve the ability to write rhymes. A common problem in this study, "How is the application of methods of think pair share improve the ability to write rhymes in class VII E SMP Negeri 6 Pontianak 2015/2016 learning year?" This study used a descriptive and qualitative terms. Based on data analysis can be concluded that the results obtained from this study is the result of the average learning ability to write rhymes in the first cycle was 68 increased to the second cycle of 80. This shows that the use of think pair share method can improve students' ability to write rhymes in learning Indonesian class VII SMP Negeri 6 Pontianak.

(2)

2

enulis sebagai suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis adalah suatu kegiatan yang aktif dan produktif serta memerlukan cara berpikir yang teratur dalam bahasa tulis. Menulis mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Menulis pada prinsipnya menuangkan ide/gagasan dalam bentuk tulisan. Satu di antara tulisan adalah menulis pantun.

Santoso (2013:9) menyatakan “Pantun adalah jenis puisi lama yang dikenal luas dalam bahasa-bahasa Nusantara.” Bentuknya yang sederhana, serta fungsi yang besar dalam dunia komunikasi, pantun mempunyai daya tarik untuk memikat masyarakat agar mempergunakannya dalam berkomunikasi. Lirik-liriknya yang berirama menuntut pantun tampak menarik dan indah. Keistimewaannya itulah yang menyebabkan pantun mampu bertahan hidup sampai sekarang.

Pengaruh pantun dalam masyarakat Melayu sangat luas, karena telah dijadikan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berupa nasihat, isi hati seperti sanjungan, pemujaan, penghargaan, dan ucapan terima kasih kepada seseorang dalam sesuatu keadaan. Di samping itu juga, pantun berpotensi menjadi alat sindiran yang ditujukan kepada seseorang dengan niat untuk mendidik dan memperbaiki jati dirinya agar mereka mau berubah ke arah yang lebih baik.

Berdasarkan pernyataan tersebut, diketahui bahwa pantun adalah satu di antara puisi lama yang dikenal luas dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun mampu bertahan hidup sampai sekarang, karena sebagai alat pemelihara bahasa yang digunakan untuk penyampaian pesan kepada seseorang. Oleh sebab itu, pantun harus dijaga dan dilestarikan dalam khazanah budaya Indonesia, agar tidak hilang atau punah ditelan arus budaya modern. Hal ini tidak sejalan dengan kenyataan di sekolah, banyak siswa kesulitan dalam mengolah kata-kata ketika menulis pantun.

Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII E SMP Negeri 6 Pontianak, Ibu Evi Kumalasari, S.Pd., menyatakan bahwa kemampuan dalam proses belajar mengajar pantun di SMP Negeri 6 Pontianak kurang berjalan dengan lancar. Dari hasil prariset, rata-rata nilai siswa pada kemampuan menulis pantun ialah 60,00, sedangkan KKM yang harus dicapai adalah 76,00. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti dan guru sepakat untuk memperbaiki permasalahan siswa untuk meningkatkan kemampuan menulis pantun. Masalah dalam menulis pantun penting untuk diperbaiki karena nilai kemampuan menulis pantun siswa pada umumnya belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) 76,00 yang ditetapkan sekolah.

Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdapat Standar Kompetensi (SK) 8, yakni Mampu mengekspresikan

pikiran, perasaan, dan pengalaman melalui pantun dan dongeng dengan

Kompetensi Dasar (KD) 8.1 Menulis pantun yang sesuai dengan syarat-syarat pantun. Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran menulis pantun, diajarkan di kelas VII semester ganjil.

Banyak metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis pantun, satu di antaranya adalah metode think pair share. Metode think pair share diyakini mampu memotivasi siswa belajar secara mandiri maupun berkelompok. Keunggulan think pair share adalah (1) memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara mandiri mengenai menulis pantun; (2) siswa dapat

(3)

3

berkelompok dengan teman sebangkunya; (3) siswa menjadi lebih aktif dalam berpikir mengenai konsep menulis pantun; (4) seorang siswa dapat belajar dari siswa lain; dan (5) setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk berbagi atau menyampaikan idenya mengenai menulis pantun dengan teman yang lainnya.

Alasan peneliti memilih SMP Negeri 6 Pontianak adalah (1) nilai siswa dalam pembelajaran menulis pantun belum mencapai KKM yaitu 76,00; (2) metode yang digunakan guru selama ini hanya metode ceramah; (3) kondisi sekolah sangat strategis, karena tidak jauh dari pusat kota, tepatnya di sebelah selatan Kota Pontianak yang berada di jalan Karya Baru; (4) guru pamong Ibu Evi Kumalasari, S.Pd., yang selalu memberikan kesempatan peneliti untuk mengajar di kelas VII; dan (5) siswa-siswi kelas VII E kurang aktif dalam proses pembelajaran menulis pantun.

Penelitian yang relevan dengan penelitian sebelumnya adalah Tinah (2013) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Pantun dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas IV SDN No.19 Janjang Kabupaten Sanggau”. Hasil penelitian yang dilakukan Tinah mengalami peningkatan, yaitu rata-rata siklus I 67,5 dan mengalami peningkatan pada siklus 2 yaitu 86. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Rejeki (2015) berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Menulis Pantun Menggunakan Pemodelan pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 12 Empajak Kecamatan Belitang Hilir Kabupaten Sekadau”. Hasil Penelitian yang dilakukan Sri Rejeki mengalami peningkatan setiap siklusnya, yaitu siklus I 42, siklus II 65, dan mengalami peningkatan dalam kategori baik pada siklus III yaitu 87. Penelitian yang relevan lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Asih Subekti (2014) berjudul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Pantun dengan Menggunakan Media Gambar pada Siswa kelas IV SD Negeri Nglarang, Sleman. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asih Subekti mengalami peningkatan pada tiap siklusnya, yaitu siklus I dengan rata-rata 54,50 dan siklus II 76,49.

Penelitian yang relevan dengan penelitian sebelumnya, yang dipaparkan pada paragraf sebelumnya berbeda dengan penelitian ini. Pada penelitian yang dilakukan Tinah yaitu meningkatkan kemampuan menulis pantun dengan pendekatan kontekstual, Sri Rejeki meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis pantun dengan menggunakan pemodelan, dan Asih Subekti adalah upaya yang harus ditingkatkan dalam menulis pantun menggunakan media gambar, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah meningkatkan kemampuan menulis pantun menggunakan metode think pair share pada siswa kelas VII E SMP Negeri 6 Pontianak.

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah penerapan metode Think Pair Share untuk meningkatkan kemampuan menulis pantun pada siswa kelas VII E SMP Negeri 6 Pontianak tahun pembelajaran 2015/2016 dengan submasalahnya adalah proses dan hasil pembelajaran menulis pantun menggunakan metode Think Pair Share pada siswa kelas VII E SMP Negeri 6 Pontianak.

(4)

4

diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat secara teoritis penelitian ini diharapkan menambah khazanah metode pembelajaran menulis pantun di sekolah, khususnya dengan menggunakan metode think pair share. Manfaat praktis dan penelitian ini sebagai berikut. Peneliti, untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis pantun setelah menggunakan metode think pair share. Pengajar, khususnya guru bahasa Indonesia yaitu memilih metode pembelajaran yang menarik seperti metode think pair share ini agar siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan baik. Siswa, memotivasi siswa untuk aktif dan lebih berani menuangkan ide, pikiran, dan gagasannya dalam menulis pantun dengan metode pembelajaran think pair share. Sekolah, sebagai bahan pertimbangan untuk dijadikan acuan atau panduan dalam melakukan monitoring terhadap guru dalam mengajarkan pantun.

Rais (2012:42) menyatakan, “Pantun adalah jenis puisi lama yang begitu dikenal di seluruh penjuru Nusantara yang memiliki sarat akan makna serta penuh ide kreatif.” Pantun juga berperan sebagai alat pemelihara bahasa, penyampaian pesan, dan dapat melatih seseorang dalam berpikir tentang makna sebelum berujar.

Banyak jenis-jenis pantun yang dapat digunakan, hal ini harus disesuaikan dengan penggunaannya yaitu siswa SMP yang baru beranjak remaja. Pantun menurut isinya, yaitu pantun pendidikan adalah pantun anak sekolah sebagai ungkapan nasihat lewat kata-kata penyemangat untuk tetap rajin belajar dan mengejar cita-cita melalui karya sastra pantun tradisional Nusantara. Pantun nasihat adalah jenis pantun penuntun, berisi penyampaian pesan moral yang sarat dengan nilai-nilai luhur agama, budaya dan norma sosial masyarakat. Pantun percintaan adalah pantun yang berisikan kehidupan anak muda/remaja untuk mengungkapkan perasaan kasih sayang dan cinta. Pantun menurut bentuknya yaitu pantun biasa adalah pantun yang sesuai dengan ciri pantun, yaitu (1) tiap bait terdiri dari empat baris; (2) terdapat 8 sampai 12 suku kata; (3) rima akhir bersajak a-b-a-b; (4) baris pertama dan kedua disebut sampiran; dan (5) baris ketiga dan keempat disebut isi. Pantun menurut pemakainnya, yaitu dibagi menjadi tiga, yaitu pantun anak-anak, remaja, dan orang tua. Dalam penelitian ini, pantun yang digunakan adalah pantun remaja. Karena sesuai dengan umur siswa yang beranjak remaja.

Pantun merupakan sebuah karya sastra klasik yang tergolong ke dalam jenis puisi lama. Berikut adalah ciri-ciri pokok yang terdapat dalam pantun menurut Rais (2012:42), yaitu di dalam sebuah pantun terdiri dari 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, rima akhir pada sebuah pantun adalah a-b-a-b, baris pertama dan kedua disebut sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat disebut dengan isi.

Menurut Sugiarto (2012:10), sampiran (dua larik pertama) merupakan pengantar menuju isi pantun, yaitu pada kedua larik berikutnya. Larik-larik dalam dua larik pertama (sampiran) hanya memiliki hubungan persamaan bunyi dengan larik ketiga dan keempat yang tidak memiliki hubungan makna. Sebagai contoh Ikan sepat dimasak berlada, kutunggu digulai anak seberang, jika tak dapat dimasa muda,kutunggu sampai beranak seorang. Berdasarkan contoh pantun tersebut, baris pertama “Ikan sepat dimasak berlada”, baris kedua adalah “kutunggu digulai

anak seberang”, baris ketiga adalah “jika tak dapat dimasa muda”, dan baris

(5)

5

Pantun yang dicipta mempunyai fungsi atau kegunaannya sendiri. Adapun fungsi pantun menurut Rais (2012:43), pantun bukanlah sesuatu yang bisa kita anggap remeh. Ia memiliki beberapa fungsi atau kegunaan. Adapun fungsi pantun, yaitu pantun bisa digunakan sebagai penyampai pesan, pantun bisa digunakan untung mengungkapkan perasaan kita, empati dan simpati kita sebagainya, sebagai pemeliharaan bahasa, melatih kita berpikir asosiatif, pantun juga melatih kita untuk belajar menjaga alur pikirandan melatih kita bermain di dalam bermain kata.

Menurut Lyman & McTighe (dalam Sharan, 2012:392), “Kelompok inti dibagi menjadi dua pasang. Pasangan itu diberikan untuk berpikir (setidak-tidaknya tiga sampai sepuluh detik). Siswa bekerja berpasangan dan berbagi pendapat mereka. Pasangan-pasangan kemudian berbagi jawaban dengan seluruh siswa”. Tujuan pembelajaran metode think pair share, yaitu memungkinkan siswa dapat bekerja sendiri ataupun berkelompok.

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode think pair share menurut Mulyatiningsih (2013:249) adalah guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai, peserta didik diminta untuk berfikir tentang materi yang disampaikan guru, peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (satu kelompok 2 orang) dan mengutarakan presepsi masing-masing tentang apa yang telah disampaikan guru, guru memimpin pleno atau diskusi kecil, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya dan guru melengkapi materi yang masih belum dipahami siswa dan menegaskan kembali pokok permasalahan yang harus dipahami.

METODE

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau menulis keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak/sebagaimana adanya (Nawawi, 2005:63).

Bentuk Penelitian ini adalah kualitatitf. Alasan peneliti memilih kualitatif, karena menyajiakan data-data yang sesuai dengan fakta dilapangan. Penelitian kualitatif menyajikan data maupun langkah analisis yang disampaikan dalam bentuk pengamatan peneliti pada pelaksanaan pembelajaran menulis pantun.

Tempat penelitian ini adalah di SMP Negeri 6 Pontianak yang beralamatkan di jalan Karya Baru, Pontianak Selatan. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan November selama 2 siklus. Setiap siklus, pelaksanannya 2 kali pertemuan.

Subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia Evi Kumalasari, S.Pd.,dan siswa kelas VII E SMP Negeri 6 Pontianak, berjumlah 32 siswa, terdiri atas 19 laki-laki dan 13 siswa perempuan.

Menurut Suharsimi Arikunto (20014:16), secara garis besar ada empat tahapan dalam penelitian tindakan kelas, yakni (1) perencanaan (planning); (2) tindakan (acting); (3) pengamatan (observing); (4) refleksi.

(6)

6

setting, sumber, dan cara.Penelitian ini menggunakan dua teknik yaitu tes dan non tes.

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan lembar kerja siswa dan butir soal yang dilakukan sebanyak dua siklus. Tes pertama berupa tes awal yang dilaksanakan setelah pembelajaran pada siklus I. Hasil tes ini dijadikan sebagai acuan dalam melakukan perbaikan tindakan kelas siklus I. Tes yang kedua dilaksanakan setelah pembelajaran pada siklus II. Tes diberikan setelah siswa melakukan kegiatan belajar menulis pantun yang telah disertai upaya perbaikan pembelajaran oleh guru. Tes ini dijadikan sebagai tolok ukur peningkatan keberhasilan siswa dalam menulis pantun, setelah dilakukannya dengan menggunakan metode think pair share.

Observasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi digunakan untuk mengetahui sikap dan perilaku siswa tehadap pembelajaran menulis pantun dan mengetahui kemampuan guru melaksanakan pembelajaran menulis pantun menggunakan metode think pair share.

Pengambilan data yang berupa foto dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Pengambilan gambar pada masing-masing siklus tetap mengacu pada tiga kegiatan, yaitu saat awal pembelajaran yaitu guru melakukan stimulus-respon terhadap siswa, ketika siswa menganalisis model pembelajaran dan siswa melakukan interaksi dengan temannya, ketika siswa melakukan aktivitas menulis pantun.

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah berfungsi sebagai alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar dalam menganalisis data nantinya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, lengkap, dan sistematis. Berikut adalah langkah-langkah dalam alat pengumpulan data.

1. Tes menggunakan lembar kerja siswa dan butir soal untuk mengukur hasil belajar siswa.

2. Pedoman observasi menggunakan lembar observasi untuk mengukur tingkat aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.

3. Kamera digunakan untuk melihat proses pembelajaran menulis pantun yang sedang berlangsung.

Alat pengumpulan data di atas akan digunakan sebagai acuan dalam pengumpulan data pada siswa kelas VII E tahun pembelajaran 2015/2016 SMP Negeri 6 Pontianak dalam pembelajaran menulis pantun menggunakan metode Think Pair Share.

Teknik analisis data adalah cara yang dilakukan dalam menganalisis data penelitian. Data penelitian yang yang terkumpul dari hasil observasi dianalisis dengan langkah-langkah, yaitu membaca kembali data yang sudah dikelompokkan berdasarkan submasalah, menganalisis data dan menyandingkannya dengan teori yang relevan, menafsirkan hasil analisis data, menyimpulkan hasil analisis data. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Siklus I

(7)

7

think pair share dengan subjek penelitian siswa SMP Negeri 6 Pontianak. Hasil dari penelitian siklus I yang dilaksanakan dalam dua kali pertemuan ini menunjukkan adanya peningkatan hasil nilai rata-rata siklus I sebesar 68,41 dan setiap aspek kemampuan menulis pantun dengan menggunakan metode think pair share. Hasil tersebut dapat dilihat pada data rekapitulasi dalam tabel 1 berikut.

Tabel 1

Frekuensi dalam Persentase Hasil Tes Menulis Pantun Pertemuan Pertama Siklus I

Berdasarkan tabel tersebut, menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh rentang nilai dengan 25-35 sebanyak 2 siswa dengan persentase 6,45%. Siswa yang memperoleh rentang nilai 36-46 sebanyak 0 siswa dengan persentase 0%. Siswa yang memperoleh rentang nilai 47-57 sebanyak 6 siswa dengan persentase 19,35%. Siswa yang memperoleh rentang nilai 58-68 sebanyak 4 siswa dengan persentase 12,90%. Siswa yang memperoleh rentang nilai 69-80 sebanyak 9 dengan persentase 29,03%. Siswa yang memperoleh rentang nilai 81-91 sebanyak 10 dengan persentase 29,03%.

Tabel 2

Frekuensi dalam Persentase Hasil Tes Menulis Pantun Pertemuan Kedua Siklus I

No Rentang Frekuensi Bobot Persentase (%) Ket Nilai Skor

1. 33-44 2 66 6,45%

2358/31=76 2. 45-56 2 108 6,45%

3. 57-68 2 116 6,45% 4. 69-80 11 780 35,48% 5. 81-92 6 516 19,35% 6. 93-104 8 772 25,80%

Jumlah 31 2358 99,98%

Berdasarkan tabel tersebut, menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh rentang nilai 33-44 sebanyak 2 siswa dengan persentase 6,45%. Siswa yang memperoleh rentang nilai 45-56 sebanyak 2 siswa dengan persentase 6,45%. Siswa yang memperoleh rentang nilai 57-68 sebanyak 2 siswa dengan persentase 6,45%. Siswa yang memperoleh rentang nilai 69-80 sebanyak 11 siswa dengan persentase 35,48%. Siswa yang memperoleh rentang nilai 81-92 sebanyak 6 siswa dengan

No. Rentang Frekuensi Bobot Persentase (%) Keterangan Nilai Skor

1. 25-35 2 50 6,45%

2121/31= 68,41 2. 36-46 0 0 0

(8)

8

persentase 19,35%. Siswa yang memperoleh rentang nilai 93-104 sebanyak 8 siswa dengan persentase 25,80%.

Hasil Penelitian Siklus II

Hasil dari penelitian siklus II yang dilaksanakan dalam dua kali pertemuan ini menunjukkan adanya peningkatan hasil nilai rata-rata siklus II sebesar 79,64 dan setiap aspek kemampuan menulis pantun dengan menggunakan metode think pair share. Hasil tersebut dapat dilihat pada data rekapitulasi dalam tabel 3 berikut.

Tabel 3

Frekuensi dalam Persentase Hasil Tes Menulis Pantun Pertemuan Pertama Siklus II

No Rentang Frekuensi Bobot Persentase (%) Keterangan Nilai Skor

1. 69-72 4 280 12,90%

2469/31=79,64 2. 73-76 8 592 25,80%

3. 77-80 4 310 12,90% 4. 81-84 6 502 19,35% 5. 85-88 7 605 22,58% 6. 89-92 2 180 6,45% Jumlah 31 2469 99,98 %

Berdasarkan tabel tersebut, menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh rentang nilai 69-72 sebanyak 4 siswa dengan persentase 12,90%. Siswa yang memperoleh rentang nilai 73-76 sebanyak 8 siswa dengan persentase 25,80%. Siswa yang memperoleh rentang nilai 77-80 sebanyak 4 dengan persentase 12,90%. Siswa yang memperoleh rentang nilai 81-84 sebanyak 6 dengan persentase 19,35%. Siswa yang memperoleh rentang nilai 85-88 sebanyak 7 siswa dengan persentase 22,58%. Siswa yang memperoleh rentang nilai 89-92 sebanyak 2 siswa dengan persentase 6,45%.

Tabel 4

Frekuensi dalam Persentase Hasil Tes Menulis Pantun Pertemuan Kedua Siklus II

No Rentang Frekuensi Bobot Persentase (%) Keterangan Nilai Skor

1. 80-82 8 640 25,80%

2790/31=90 2. 83-85 4 340 12,90%

3. 86-88 0 0 0 4. 89-91 6 540 19,35% 5. 92-94 0 0 0

(9)

9

Berdasarkan tabel tersebut, menunjukan bahwa siswa yang memperoleh rentang nilai 80-82 sebanyak 8 siswa dengan persentase 25,80%. Siswa yang memperoleh rentang nilai 83-85 sebanyak 4 siswa dengan persentase 12,90%. siswa yang memperoleh rentang nilai 86-88 sebanyak 0 siswa dengan persentase 0%. siswa yang memperoleh rentang nilai 89-91 sebanyak 6 siswa dengan persentase 19,35%. siswa yang memperoleh rentang nilai 92-94 sebanyak 0 siswa dengan persentase 0%. siswa yang memperoleh rentang nilai 95-97 sebanyak 13 siswa dengan persentase 41,93%.

Pembahasan

Upaya yang dilakukan guru dalam peningkatan pelaksanaan pembelajaran menulis pantun siklus I dan II merupakan bagian terpenting dalam kegiatan pembelajaran untuk memperoleh hasil yang maksimal. Oleh sebab itu, upaya peningkatan pembelajaran harus selalu dilakukan. Upaya tersebut bisa dilakukan oleh guru dan siswa. Pembahasan mengenai upaya peningkatan pembelajaran melalui metode think pair share didasarkan pada hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap guru dan siswa dalam proses pembelajaran menulis pantun.

Guru memotivasi siswa untuk terkait dengan materi menulis pantun, agar siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis pantun. Pada siklus I, guru sudah menggunakan metode think pair share dengan baik, sehingga kegiatan pembelajaran menulis pantun terlaksana dengan baik. Interaksi yang dilakukan guru dengan berkeliling kelas bertujuan agar siswa lebih leluasa dalam bertanya karena guru sebagai fasilitator berada di dekat siswa. Guru memberikan penghargaan terhadap siswa yang nilainya baik dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa bersemangat. Penghargaan diberikan guru berupa pujian. Pemberian penghargaan ini bertujuan agar antusias belajar siswa di dalam kelas semakin meningkat dan berpengaruh pada nilai siswa juga meningkat. Semakin siswa tertarik pada pembelajaran, semakin serius siswa mengikuti pelajaran, dan semakin serius mengerjakan tugasnya.

(10)

10

Pelaksanaan siklus II, hampir semua siswa ingin menjawab pertanyaan guru, tetapi karena terkendala waktu, guru hanya menunjuk beberapa siswa saja yang belum pernah menjawab pertanyaan guru satu diantaranya yaitu Yudha Satrio Pratama, Shakira Alvelia dan Fauzan Isya. Mereka menjawab pun masih belum lengkap. Guru hanya mengulang kembali terkait materi yang sebelumnya sudah dipelajari, yaitu pengertian pantun, syarat-syarat pantun, dan jenis-jenis pantun. Lalu, jawaban mereka ditanggapi dengan M. Qoharifansyah, Suhailia Wati dan Winda Rahmawati. Dalam pengerjaan LKS, sikap siswa pun sama dengan pertemuan sebelumnya yaitu bertanggung jawab dengan tugasnya. Mereka masih saja bergurau, tetapi tetap mengerjakan LKS.

Proses pelaksanaan pembelajaran menjadi bagai penting dalam sebuah kegiatan pembelajaran. Proses tidak hanya mempengaruhi hasil, tapi proses sangat berpengaruh bagi ketercapaian komponen-komponen dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Satu di antara komponen adalah siswa. Siswa diharapkan dapat mengembangkan kepribadian melalui proses pelaksanaan pembelajaran. Pembahasan mengenai proses pelaksanaan pembelajaran menulis pantun menggunakan metode think pair share.

Kegiatan guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Penyampaian pembelajaran ini bertujuan agar siswa mengetahui materi yang akan dipelajari dan mengetahui apa yang akan dicapai pada pembelajaran menulis pantun. Kegiatan guru dalam melakukan apersepsi. Selama guru melakukan apersepsi, guru memutarkan video pantun, siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis pantun. Kegiatan guru menjelaskan kepada siswa tentang pengertian pantun, syarat-syarat pantun, dan jenis-jenis pantun. Penjelasan materi tersebut disampaikan guru menggunakan powerpoint. Terpilihnya media powerpoint dalam menyampaikan konsep menulis pantun karena media yang digunakan menarik perhatian siswa dan membuat siswa antusias mengikuti pembelajaran. Perpaduan warna yang menarik membuat siswa senang membaca penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.

Kegiatan guru memberi pertanyaan sekaligus siswa diminta melengkapi isian pantun yang rumpang, sehingga siswa dapat berpikir secara mandiri dan berpasangan. Hal ini dimaksudkan sampai sejauh mana siswa dapat memahami pantun dengan memperhatikan syarat-syaratnya. Guru memberikan tugas berupa LKS kepada siswa secara berpasangan dengan teman disebelahnya. Pada kegiatan ini, guru melihat sampai dimana kemampuan siswa dapat memahami pantun dan syarat-syaratnya. Guru bersama siswa mengevaluasi pekerjaan masing-masing kelompok. Pada kegiatan ini, siswa membacakan hasil diskusinya agar teman-teman yang lainnya mendengarkan jawaban teman-temannya. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang sudah diajarkan. Kegiatan ini siswa secara individu menyimpulkan pemahamannya tentang menulis pantun. Guru memberikan penghargaan kepada siswa terhadap partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, penghargaan yang diberikan guru berupa nilai yang baik. Penghargaan diberikan kepada siswa yang aktif selama proses pelajaran berlangsung dan siswa yang telah membacakan hasil pekerjaannya di hadapan teman-temannya.

(11)

11

siswa dituntut untuk lebih aktif pada kegiatan pembelajaran, sedangkan guru sebagai fasilitator bagi siswa yang bertugas memotivasi dan membimbing siswa.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Pelaksanaan pembelajaran melalui metode think pair share dapat dilihat siswa fokus memperhatikan penjelasan dari guru dan siswa bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar menulis pantun pada siswa kelas VII E SMP Negeri 6 Pontianak. Hasil belajar pembelajaran menulis pantun, siswa kelas VII E SMP Negeri 6 Pontianak menggunakan metode think pair share pada pra siklus nilai rata-rata siswa 60, setelah melakukan tindakan, yaitu siklus I naik menjadi 68,41, dilanjutkan lagi pada pertemuan kedua menjadi 76,06. Dilaksankan lagi siklus II pertemuan pertama dengan nilai rata-rata 79,64 dan 90 pada pertemuan kedua. Hasil perkembangan nilai siswa dapat di lihat dari syarat-syarat pantun pada setiap siklusnya sebagai berikut: (a) Diketahui bahwa tiap bait pantun terdiri dari 4 baris, pada siklus I pertemuan pertama dengan persentase 8,67%, mengalami penurunan menjadi 8,16% dan meningkat lagi pada siklus II pertemuan pertama menjadi 9,25%. (b) Tiap baris pantun memiliki 8-12 suku kata, pada siklus I pertemuan pertama dengan persentase 7,06%, mengalami peningkatan pada pertemuan kedua dengan persentase 7,9%, dan meningkat pada siklus II pertemuan pertama menjadi 9%. (c) Rima akhir bersajak a-b-a-b, pada siklus I pertemuan pertama siswa memperoleh persentase 3,74, mengalami peningkatan menjadi 5,58% pada pertemuan kedua, dan mengalami penurunan pada siklus II pertemuan pertama, yaitu 3,8%. (d) Baris pertama dan kedua disebut sampiran, pada siklus I pertemuan pertama dengan persentase 6,83%, mengalami peningkatan pada pertemuan kedua, yaitu 7,77%, dan meningkat pada siklus II pertemuan pertama, yaitu 9%. (e) Baris ketiga dan keempat disebut isi, pada siklus I pertemuan pertama dengan persentase 6,45%, mengalami peningkatan pada pertemuan kedua, yaitu 7,48, dan meningkat menjadi 8,22% pada siklus II pertemuan pertama.

Saran

(12)

12 DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara. Mulyatiningsih, Endang. 2013. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.

Bandung:Alfabeta.

Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rais, Putera. 2012. Panduan Super Lengkap Majas EYD Peribahasa. Yogyakarta: Buku Pintar.

Santoso, Joko. 2013. Buku Pintar Pantun Puisi Lama Melayu dan Peribahasa Indonesia. Yogyakarta:Araska.

Sharan, Shlomo. 2012. Hanbook of Cooperative Learning. Yogyakarta:Familia. Sugiarto, Eko. 2012. Pantun dan Puisi Lama Melayu. Yogyakarta:Khitah

Publishing.

Gambar

Tabel 2 Frekuensi dalam Persentase Hasil Tes Menulis Pantun Pertemuan Kedua
Tabel 3 Frekuensi dalam Persentase Hasil Tes Menulis Pantun Pertemuan Pertama

Referensi

Dokumen terkait

Dalam izin lingkungan, pada umumnya terdapat kewajiban hukum yang dibebankan kepada penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan untuk mematuhi RKL-RPL, ANDAL dan

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari BPS, Bakosutranal, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah, Asosiasi Pengusaha Kelapa

Kegiatan usaha penunjang angkutan udara tersebut dapat berupa kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan angkutan udara niaga antara lain sistem reservasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh 1) faktor sosial-budaya, 2) faktor pribadi, 3) faktor psikologis secara parsial dan simultan mempengaruhi minat beli

PERILAKU LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN SERAT POLYPROPYLENE (FIBER PLASTIC BENESER), Rikar Paledung, NPM 120214473, tahun 2016, Peminatan Struktur,

Dilihat dari hasil perhitungan persen pembentukan pupa serta lama perkembangan instar dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun beluntas ( P. indica ) sangat berpengaruh

[r]

Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa jenis mineral magnetik yang dominan pada sampel guano Gua Solek dan Gua Rantai melalui analisa dengan kurva saturasi IRM