• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JARI JARI RODA TERHADAP WAKTU T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH JARI JARI RODA TERHADAP WAKTU T"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Wajib

Siswa Kelas XI SMA Kolese De Britto

Tahun Ajaran 2016/2017

Oleh :

Pius Akieko Putra XI IPA 1 / 22

SMA KOLESE DE BRITTO

YOGYAKARTA

(2)

vi

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

ABSTRAKSI... x

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 2

C. Tujuan... 2

D. Manfaat... 3

E. Sistematika Penulisan... 3

BAB II LANDASAN TEORI...5

A. Istilah Dalam Mekanika Newtonian... 5

1. Jarak dan Perpindahan... 5

2. Kelajuandan Kecepatan... 5

(3)

vii

2. Gaya...11

a. Hukum I Newton...12

b. Hukum II Newton... 12

c. Hukum III Newton... 12

C. Gerak Melingkar... 13

1. Posisi Sudut... 13

2. Perpindahan Sudut... 13

3. Kecepatan Sudut... 14

4. Percepatan Sudut... 15

5. Torsi...16

6. Momen Inersia...19

7. Hubungan Torsi dengan Percepatan Sudut... 21

8. Energi Kinetik Rotasi... 22

D. Hubungan Gerak Linear dan Gerak Melingkar... 22

1. Hubungan Kecepatan Linear dan Kecepatan Sudut... 22

(4)

viii

1. Besaran... 25

2. Pengukuran... 25

a. Pengukuran Tunggal... 26

b. Pengukuran Berulang...26

BAB III METODE PENELITIAN... 28

A. Subjek Penelitian... 28

B. Objek Penelitian... 28

C. Variabel Penelitian... 28

D. Jenis Penelitian... 29

E. Teknik Pengumpulan Data... 29

1. Alat dan Bahan... 29

2. Langkah Kerja... 29

F. Teknik Analisis Data... 30

BAB IV PEMBAHASAN... 31

A. Data Hasil Percobaan... 31

(5)

ix

A. Kesimpulan... 43

B. Saran...43

DAFTAR PUSTAKA... 44

LAMPIRAN... 46

A. Data Hasil Percobaan... 46

B. Data Hasil Pengukuran Massa... 47

(6)

x

adalah alat transportasi, seperti mobil. Sekarang, karena mudahnya memiliki alat transportasi, orang-orang mulai mengubah alat transportasinya sesuai keinginannya, atau lazim disebut modifikasi, dan salah satu hal yang dimodifikasi adalah ukuran roda. Makalah ini berfokus pada pengaruh jari-jari roda (ukuran roda) terhadap waktu tempuh benda.

Data dalam makalah ini menggunakan hasil percobaan balok beroda dari akrilik yang bergerak di atas bidang miring berupa triplek yang waktunya dicatat setelah melewati jarak tertentu. Kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan persamaan yang dibuat untuk menghitung waktu tempuh.

(7)

1 A. Latar Belakang

Roda menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

sehari-hari. Mudah sekali ditemui hal-hal yang menggunakan roda sebagai

mekanisme kerjanya, seperti pada alat transportasi.

Sekarang, banyak masyarakat yang berkreasi dengan kendaraan

yang dimiliki, atau biasa disebut memodifikasi kendaraan. Mulai dari

mengubah tampilan dengan painting atau dengan sticker yang membuat

tampilan kendaraan berbeda dengan kendaraan awalnya, mengubah interior,

bahkan memodifikasi komponen-komponen kendaraan tersebut, salah

satunya bagian roda. Modifikasi roda cukup banyak dilakukan oleh

masyarakat, baik mengganti jenis roda, tampilan roda, sampai mengganti

ukuran roda.

Namun, masih sedikit masyarakat yang belum memahami hal yang

terjadi ketika ukuran roda dari sebuah kendaraan diubah. Secara

administratif, mengubah ukuran roda kendaraan membuat kendaraan

tersebut sudah tidak sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia), dan

(8)

dampak dari modifikasi ukuran roda pada kendaraan dapat pula dianalisis

secara fisika. Melalui analisis fisika, bisa diketahui secara nyata dampak

dari modifikasi roda kendaraan terhadap kendaraan itu sendiri.

Selain menganalisis dampak ukuran roda terhadap mekanisme

kendaraan, penelitian dilakukan sebagai pengenalan bagi penulis untuk

melakukan analisis fisika sebagai bekal penulis untuk menempuh

pendidikan di jurusan fisika, sesuai dengan latar belakang kegiatan

Penulisan Karya Ilmiah SMA Kolese De Britto yaitu melatih siswa untuk

terbiasa berpikir ilmiah dan menuliskannya secara terstruktur.

B. Rumusan Masalah

Dalam tulisan ini, pertanyaan yang menjadi acuan adalah :

Bagaimana pengaruh jari-jari roda terhadap waktu tempuh benda di bidang

miring ?

C. Tujuan

Penulisan Karya Ilmiah ini bertujuan untuk :

1. Melatih penulis untuk terbiasa berpikir ilmiah: mengolah ide dan

menuangkannya ke dalam bentuk tulisan berstruktur dan bersifat ilmiah.

2. Menumbuhkan budaya membaca buku-buku pengetahuan pada diri penulis.

3. Memberikan pengalaman bagi penulis untuk melakukan analisis mekanika.

4. Mengetahui pengaruh jari-jari roda terhadap waktu tempuh benda di bidang

(9)

D. Manfaat

Penulisan Karya Ilmiah ini memberi manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Penulis :

a. Penulis memiliki pengalaman untuk menuangkan pikiran ke dalam

bentuk tulisan yang berstruktur dan bersifat ilmiah.

b. Penulis memiliki pengalaman melakukan analisis fisika sebagai

modal awal penulis untuk menempuh pendidikan di jurusan fisika.

2. Bagi Pembaca :

Pembaca dapat mengetahui pengaruh jari-jari roda terhadap waktu

tempuh benda pada jarak tertentu.

E. Sistematika Penulisan

Karya Ilmiah ini disusun sebagai berikut :

1. BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I, terdapat penjelasan tentang :

a. Latar Belakang

b. Rumusan Masalah

c. Tujuan

d. Manfaat

e. Sistematika Penulisan

2. BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab II, terdapat teori-teori dan persamaan-persamaan dari :

(10)

b. Gerak Lurus

c. Gerak Melingkar

d. Hubungan Gerak Lurus dan Gerak Melingkar

e. Hukum Kekekalan Energi Mekanik

f. Pengukuran

3. BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab III, terdapat penjelasan tentang :

a. Subjek Penelitian

b. Objek Penelitian

c. Variabel Penelitian

d. Jenis Penelitian

e. Teknik Pengumpulan Data

f. Langkah Kerja

g. Teknik Analisis Data

4. BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab IV, terdapat :

a. Data Hasil Percobaan

b. Penurunan Persamaan

c. Pembahasan

5. BAB V KESIMPULAN

Pada bab V, terdapat :

a. Kesimpulan

(11)

5

[1.1] A. Istilah Dalam Mekanika Newtonian

1. Jarak dan Perpindahan

Jarak adalah panjang lintasan yang ditempuh benda dalam

selang waktu tertentu.

Perpindahan suatu benda adalah perpindahan posisi dari

suatu benda dalam selang waktu tertentu.

Dalam gerak satu dimensi (gerak benda pada hanya satu

sumbu), perpindahan dapat ditulis :

∆𝑥 = 𝑥𝑏− 𝑥𝑎

Dimana :

∆𝑥 = Perpindahan

𝑥𝑎 = Posisi awal

𝑥𝑏 = Posisi akhir

2. Kelajuan dan Kecepatan

Dalam kehidupan sehari-hari, kecepatan dan kelajuan adalah

(12)

[1.2]

[1.3] antara kelajuan dan kecepatan.

Kelajuan adalah besaran skalar (hanya mempunyai

besar/nilai), sementara kecepatan adalah besaran vektor (memiliki

besar dan arah).

Kelajuan rata-rata sebuah benda dalam selang waktu tertentu

didefinisikan sebagai jarak tempuh total dibagi waktu untuk

menempuh jarak tersebut. Secara matematis dapat ditulis :

𝑣 =𝑑𝑡

Dimana :

𝑣 = Kelajuan rata-rata (𝑚𝑠−1) 𝑑 = Jarak tempuh total (m)

𝑡 = Waktu tempuh total (s)

Kecepatan rata-rata selama selang waktu tertentu adalah

perpindahan dibagi dengan selang waktu, atau secara matematis

dapat ditulis :

𝑣̅ = Δ𝑥Δ𝑡 = 𝑥𝑏𝑡 − 𝑥𝑎 𝑏− 𝑡𝑎 Dimana :

𝑣̅ = Kecepatan rata-rata (𝑚𝑠−1) ∆𝑥 = Perpindahan (m)

∆𝑡 = Selang waktu (s)

(13)

[1.4]

[1.5] 𝑥𝑏 = Posisi akhir (m)

𝑡𝑎 = Waktu awal (s) 𝑡𝑏 = Waktu akhir (s)

Kecepatan rata-rata tidak menjelaskan secara detil tentang

apa yang terjadi pada waktu tertentu. Sebagai contoh, saat

berkendara, mobil tidak selalu melaju dengan konstan. Ada kalanya

mobil melaju lebih cepat, lebih lambat, atau bahkan berhenti.

Kecepatan benda pada waktu tertentu disebut kecepatan sesaat.

Kecepatan sesaat adalah kecepatan rata-rata dengan selang

waktu mendekati nol, atau secara matematis dapat ditulis :

𝑣⃗ = lim∆𝑡→0∆𝑥∆𝑡

Dimana :

𝑣⃗ = Kecepatan linear sesaat (𝑚𝑠−1) ∆𝑥 = Perpindahan (m)

∆𝑡 = Selang waktu (s)

Kecepatan sesaat juga dapat ditentukan dengan menurnkan

posisi terhadap waktu, atau secara matematis dituliskan sebagai :

𝑣⃗ =𝑑∆𝑥𝑑𝑡

Dimana :

(14)

[1.6] 𝑡 = Waktu perpindahan (s)

3. Percepatan

Percepatan adalah perubahan kecepatan benda. Karena

kecepatan adalah besaran vektor (memiliki besar dan arah), maka

percepatan dapat berarti perubahan arah kecepatan maupun

perubahan besar kecepatan.

Percepatan rata-rata selama selang waktu tertentu adalah

perubahan kecepatan dibagi selang waktu, atau secara matematis

dapat ditulis :

𝑎𝑙̅ = ∆𝑣⃗∆𝑡 = 𝑣⃗⃗⃗⃗⃗ − 𝑣𝑡𝑏𝑏− 𝑡𝑎⃗⃗⃗⃗⃗𝑎

Dimana :

𝑎̅𝑙 = Percepatan linear rata-rata (𝑚𝑠−2) ∆𝑣⃗ = Perubahan kecepatan linear (𝑚𝑠−1) ∆𝑡 = Selang waktu (s)

𝑣⃗𝑎 = Kecepatan linear awal (𝑚𝑠−1) 𝑣⃗𝑏 = Kecepatan linear akhir (𝑚𝑠−1) 𝑡𝑎 = Waktu awal (s)

(15)

[2.1]

[2.2] [1.7] Percepatan sesaat adalah perubahan kecepatan dalam selang

waktu mendekati nol, atau secara matematis dapat ditulis :

𝑎𝑙

⃗⃗⃗⃗ = lim∆𝑡→0∆𝑣⃗∆𝑡

Dimana :

𝑎𝑙⃗⃗⃗⃗ = Percepatan linear sesaat (𝑚𝑠−2) ∆𝑣⃗ = Perubahan kecepatan (𝑚𝑠−1) ∆𝑡 = Selang waktu (s)

B. Gerak Lurus

1. Gerak Lurus Berubah Beraturan

Gerak lurus (dalam karya ilmiah ini akan disebut dengan

gerak linear) berubah beraturan adalah gerak suatu benda yang

mengalami percepatan tetap. Dalam GLBB, percepatan benda

selama bergerak adalah sama. Percepatan sesaat benda sama dengan

percepatan rata-rata benda, maka 𝑎̅𝑙 dapat diganti dengan 𝑎𝑙, sehingga persamaan [1.6] dapat ditulis :

𝑎𝑙= 𝑣𝑏⃗⃗⃗⃗⃗ − 𝑣𝑡 ⃗⃗⃗⃗⃗𝑎 𝑏− 𝑡𝑎

Jika 𝑡𝑎 = 0, 𝑡𝑏 = 𝑡, 𝑣⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝑣0,𝑎 dan 𝑣𝑏⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝑣𝑡, maka persamaan [2.1] dapat ditulis :

(16)

[2.4]

[2.5]

[2.6] [2.3] 𝑣𝑡 = 𝑣0+ 𝑎𝑙𝑡

Karena kecepatan benda bertambah ataupun berkurang

secara teratur, maka kecepatan rata-rata benda dapat diperolah dari

rata-rata kecepatan awal benda dan kecepatan akhir benda, atau

secara matematis dapat ditulis :

𝑣̅ = 𝑣0 + 𝑣2 𝑡

Menggunakan persamaan [1.2], dan mengganti d dengan ∆𝑥,

akan didapati persamaan :

∆𝑥 = 𝑣̅𝑡 = (𝑣0 + 𝑣𝑡2 ) 𝑡

∆𝑥 = 12(𝑣0+ 𝑣𝑡)𝑡

Dengan mensubstitusikan persamaan [2.3] ke persamaan

[2.5], dapat diperoleh :

∆𝑥 = 12 (𝑣𝑜+ 𝑣0 + 𝑎𝑙𝑡)𝑡

∆𝑥 = 𝑣0𝑡 +12 𝑎𝑙𝑡2

Apabila persamaan 𝑡 dari persamaan [2.2] kita substitusikan

ke persamaan [2.5], akan diperoleh :

(17)

[2.7] 𝑣𝑡2 = 𝑣02+ 2𝑎𝑙∆𝑥

Dimana :

∆𝑥 = Perpindahan (m)

𝑎𝑙 = Percepatan linear (𝑚𝑠−2) 𝑡 = Selang waktu (s)

𝑣0 = Kecepatan linear awal (𝑚𝑠−1) 𝑣𝑡 = Kecepatan linear akhir (𝑚𝑠−1)

2. Gaya

Dalam mekanika, semua aksi yang bertendensi mengubah

atau mempertahankan gerak suatu benda disebut gaya. Gaya

umumnya diimajinasikan / digambarkan sebagai suatu dorongan

atau tarikan pada benda. Gaya dapat diberikan secara terus menerus,

seperti saat seseorang mendorong meja. Gaya dapat pula diberikan

dalam selang waktu yang sangat singkat, seperti memukul bola tenis.

Gaya dibagi menjadi dua : gaya kontak (contact force) dan

gaya medan (field force). Mendorong meja, menarik pegas,

menendang bola, melempar koin, adalah contoh gaya kontak. Gaya

gravitasi, gaya magnet, adalah contoh gaya medan.

Pengembangan konsep gaya telah banyak dilakukan dari

(18)

[2.8]

[2.9]

[2.10] menyatakan hukumnya tentang gerak, yaitu Mekanika Newton,

yang terdiri dari :

a. Hukum I Newton

Hukum I Newton berbunyi :

“Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, benda

yang mula-mula diam akan terus diam, sedangkan benda yang mula-mula bergerak akan terus bergerak dengan

kecepatan tetap.”

Secara matematis, Hukum I Newton dapat ditulis :

Σ𝐹 = 0

(untuk benda diam atau bergerak berubah beraturan)

b. Hukum II Newton

Hukum II Newton berbunyi :

“Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan resultan gaya, searah dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan

massa benda.”

Secara matematis, Hukum II Newton dapat ditulis :

𝑎⃗ = Σ𝐹⃗𝑚 𝑎𝑡𝑎𝑢 Σ𝐹⃗ = 𝑚𝑎⃗

c. Hukum III Newton

Hukum III Newton berbunyi :

“Untuk setiap aksi, terdapat suatu reaksi yang sama besar, tetapi berlawanan arah.”

Secara matematis, Hukum III Newton dapat ditulis ;

(19)

[3.1]

[3.2] C. Gerak Rotasi

1. Posisi Sudut

Sebuah partikel bergerak dengan lintasan sebuah lingkaran

berjari-jari r, telah bergerak di sepanjang lingkaran dengan jarak s. Posisi sudutnya

(relatif terhadap posisi awalnya) adalah 𝜃, dengan hubungan :

𝜃 =

𝑠

𝑟

Dimana :

𝜃 = Posisi sudut (rad)

𝑠 = Posisi di lintasan

𝑟 = Jarak partikel dengan poros

2 Perpindahan Sudut

Perpindahan sudut adalah perubahan posisi sudut, atau secara

matematis dapat dituliskan sebagai :

∆𝜃 = 𝜃𝑡− 𝜃0

Dimana :

∆𝜃 = Perpindahan sudut (rad)

𝜃0 = Posisi sudut awal (rad)

(20)

[3.3] 3. Kecepatan Sudut

Kecepatan sudut (rata-rata) adalah perpindahan sudut per

satuan waktu, atau dapat dituliskan sebagai :

𝜔̅ =∆𝜃∆𝑡 =𝜃𝑡𝑡𝑡− 𝜃− 𝑡00

Dimana :

𝜔̅ = Kecepatan sudut rata-rata (𝑟𝑎𝑑 𝑠−1)

∆𝜃 =Perpindahan sudut (rad)

∆𝑡 =Selang waktu (s)

𝜃0 =Posisi sudut awal (rad)

𝜃𝑡 =Posisi sudut akhir (rad)

𝑡0 =Waktu saat posisi sudut awal (s)

𝑡𝑡 =Waktu saat posisi sudut akhir (s)

Sama seperti kecepatan rata-rata gerak translasi, kecepatan

sudut rata-rata tidak dapat menjelaskan apa yang terjadi dengan

suatu partikel dengan akurat. Maka, digunakanlah pendekatan

kecepatan sudut sesaat (𝜔).

Kecepatan sudut sesaat adalah kecepatan sudut rata-rata

benda dengan selang waktu mendekat nol, atau secara matematis

(21)

[3.4]

Kecepatan sesaat sudut juga dapat ditentukan dengan

menurunkan posisi sudut terhadap waktu, atau secara matematis

dapat ditulis sebagai :

𝜔⃗⃗⃗ =𝑑𝜃𝑑𝑡

Percepatan sudut adalah besar perubahan kecepatan sudut

tiap satuan waktu..

Percepatan sudut rata-rata adalah besar perubahan kecepatan

sudut dalam selang waktu tertentu, atau secara matematis dapat

dituliskan sebagai :

𝑎𝑟

(22)

[3.7] Dimana :

𝑎𝑟

̅̅̅ = Percepatan sudut rata-rata (𝑟𝑎𝑑 𝑠−2)

∆𝜔 = Perubahan kecepatan sudut (𝑟𝑎𝑑 𝑠−1)

∆𝑡 = Selang waktu perubahan kecepatan sudut (s)

𝜔𝑡

Percepatan sudut sesaat adalah percepatan rata-rata dengan

selang waktu yang sangat kecil, atau secara matematis dapat ditulis

dengan :

(23)

[3.8]

[3.9]

[3.10]

[3.11] untuk menjelaskan gaya yang menyebabkan benda melakukan gerak

melingkar. Jika dalam gerak linear (lurus), digunakan pendekatan

gaya (𝐹⃗) sebagai penyebab gerak linear, dalam gerak rotasi,

digunakan pendekatan torsi (𝜏⃗) sebagai penyebab gerak rotasi.

Besar torsi dapat dinyatakan sebagai hasil perkalian silang

(cross-product) antar jari-jari (𝑟⃗) dengan komponen gaya (𝐹⃗) yang

tegak lurus dengan arah vektor jari-jari, atau secara matematis dapat

ditulis sebagai :

𝜏⃗ = 𝐹⃗𝑟⃗

Apabila gaya (𝐹⃗) tidak tegak lurus dengan jari-jari (𝑟⃗), maka

harus ditentukan komponen gaya yang tegak lurus dengan jari-jari

(𝐹′⃗⃗⃗⃗), yang besarnya dapat ditentukan dengan persamaan :

𝐹′

⃗⃗⃗⃗ = 𝐹⃗𝑠𝑖𝑛𝜃

Dengan memasukkan persamaan [5.5] ke persamaan [5.4],

dapat didapatkan persamaan baru yang lebih umum untuk

menentukan nilai torsi, yaitu :

𝜏⃗ = 𝑟⃗𝐹⃗𝑠𝑖𝑛𝜃

Jarak poros P dengan garis gaya (𝐹⃗) disebut dengan lengan

momen(lever arm), dan dapat ditentukan menggunakan persamaan :

(24)

[3.12] Gambar 2.1 : Skema konsep torsi

Maka, dengan mensubstitusikan persamaan [3.11] ke

persamaan [3.10], memberikan satu lagi cara untuk menentukan

besarnya torsi, yaitu perkalian antara gaya dengan lengan momen,

atau secara matematis dapat ditulis sebagai :

𝜏⃗ = 𝐹⃗𝑑

Dimana :

𝜏⃗ = Torsi (Nm)

𝑟⃗ = Jari-jari (m)

𝐹⃗ = Gaya (N)

𝐹′

⃗⃗⃗⃗ = Komponen gaya tegak lurus dengan jari-jari (N)

𝜃 = Sudut antara gaya dengan jari-jari (rad atau ° )

(25)

[3.13]

[3.14] 6. Momen Inersia

Momen Inersia dapat mudah dipahami jika kita

menganalogikan persamaan dalam gerak linear dengan persamaan

gerak melingkar. Sebagai contoh, dalam menentukan besar energi

kinetik gerak linear, kita menggunakan persamaan :

𝐸𝐾𝐿𝑖𝑛𝑒𝑎𝑟 = 12 𝑚𝑣2

Dengan mensubstitusikan persamaan [4.1] dengan variabel

v, maka akan didapatkan persamaan energi kinetik gerak rotasi,

yaitu :

𝐸𝐾𝑅𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖 =12 𝑚𝑟2𝜔2

Dimana :

𝑚 = Massa (m)

v = Kecepatan linear (𝑚𝑠−1) 𝜔 = Kecepatan sudut (𝑟𝑎𝑑 𝑠−1)

r = Jari-jari (m)

Dari persamaan [3.13] dan persamaan [3.14], dapat dilihat

(26)

[3.15]

momen inersia sebuah partikel dapat disebutkan sebagai :

𝐼 = 𝑚𝑟2

Sebuah benda tegar tersusun oleh banyak partikel yang

masing-masing memiliki massa m masing-masing dengan jarak r

masing-masing dari poros, maka momen inersia I dari benda tegar

dapat ditentukan dengan menjumlahkan momen inersia tiap partikel,

atau secara matematis dapat ditulis sebagai :

∑ 𝑚𝑖𝑟𝑖2 = 𝑚1𝑟12+ 𝑚2𝑟22+ 𝑚3𝑟32+ ⋯

Atau, jika massa benda tersebar secara merata, ditentukan dengan :

𝐼 = ∫ 𝑟2𝑑𝑚

Dimana,

r = Jarak partikel dengan poros

m = Massa partikel

Peran massa m dalam gerak linear sama dengan peran

momen inersia I dalam gerak rotasi. Jika massa m pada gerak linear

menyatakan ukuran kemampuan benda untuk mempertahankan

kecepatan linearnya, momen inersia benda pada gerak rotasi

menyatakan ukuran kemampuan benda untuk mempertahankan

(27)

[3.18] 7. Hubungan Torsi dengan Percepatan Sudut

Dengan mensubstitusikan 𝑎⃗⃗⃗⃗𝑙 di persamaan [4.2] ke dalam persamaan 𝑎⃗ pada persamaan [2.9], diperoleh persamaan berikut :

𝐹⃗ = 𝑚𝑟𝑎⃗⃗⃗⃗⃗𝑟

Kalikan kedua ruas dengan 𝑟⃗, maka akan diperoleh :

𝑟𝐹⃗ = 𝑚𝑟2𝑎𝑟⃗⃗⃗⃗⃗

Dengan mensubstitusikan persamaan [3.8] ke persamaan

[3.19], diperoleh persamaan :

𝜏⃗ = 𝐼𝑎𝑟⃗⃗⃗⃗⃗

Dengan mensubstitusikan 𝑎𝑟⃗⃗⃗⃗⃗ di persamaan [4.2] ke

persamaan [3.20], akan diperoleh persamaan :

(28)

[3.22] ]

[4.1] 8. Energi Kinetik Rotasi

Dengan mensubstitusikan 𝑚𝑟2 dari persamaan [3.15] ke persamaan [3.14], akan diperoleh persamaan :

𝐸𝐾𝑅𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖 =12 𝐼𝜔2

Dimana,

𝑚 = Massa (kg)

𝑟 = Jari-jari (m)

𝜔 = Kecepatan sudut (𝑟𝑎𝑑 𝑠−1)

𝐼 = Momen inersia (𝑘𝑔𝑚2)

D. Hubungan Gerak Linear dan Gerak Melingkar

1. Hubungan Kecepatan Linear dan Kecepatan Sudut

Dengan persamaan [1.5] dan persamaan [3.5], kita dapat

merumuskan hubungan antara kecepatan sudut dan kecepatan

translasi, yaitu :

𝜔⃗⃗⃗ =𝑣⃗𝑟

Dimana :

𝜔⃗⃗⃗ = Kecepatan sudut (𝑟𝑎𝑑 𝑠−1)

(29)

[4.2]

[5.1] 𝑟 = Jarak partikel dengan poros (m)

2. Hubungan Percepatan Sudut dengan Percepatan Linear

Hubungan percepatan sudut dengan percepatan linear dapat

dituliskan secara matematis sebagai :

𝑎𝑙

E. Hukum Kekekalan Energi

Dalam memecahkan permasalah dinamika gerak rotasi dapat

digunakan Hk. II Newton mengenai gerak rotasi, yang dituliskan sebagai :

Σ𝜏⃗ = 𝐼𝑎⃗⃗⃗⃗⃗𝑟

Permasalahan dinamika rotasi dapat dipecahkan dengan

(30)

[5.2] Hukum Kekekalan Energi Mekanik :

Jika pada suatu sistem hanya bekerja gaya-gaya dalam yang bersifat konservatif, energi mekanik sistem pada posisi apa saja selalu tetap.

Energi kinetik translasi dihitung berdasarkan anggapan bahwa

benda adalah suatu partikel yang kelajuan linearnya sama dengan kelajuan

pusat massa. Energi kinetik rotasi dihitung berdasarkan anggapan bahwa

benda tegar berotasi terhadap poros yang melalui pusat massa.

Apabila benda bergerak menggelinding, terjadi gerak translasi dan

gerak rotasi secara bersamaan. Maka, energi kinetik sistem adalah jumlah

energi kinetik translasi dan energi kinetik rotasi, atau secara matematis

dapat ditulis sebagai :

𝐸𝐾 = 𝐸𝐾𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑙𝑎𝑠𝑖+ 𝐸𝐾𝑅𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖

𝐸𝐾 =12 𝑚𝑣2+1 2 𝐼𝜔2

Dimana :

𝑚 = Massa (kg)

𝑣 = Kecepatan linear (𝑚𝑠−1)

𝐼 = Momen inersia (𝑘𝑔𝑚2)

(31)

[5.3] Maka, pada sebuah sistem yang konservatif, pada benda yang

menggelinding berlaku hukum kekekalan energi mekanik, yang dapat

ditulis sebagai :

𝐸𝑀𝑎 = 𝐸𝑀𝑏

Dimana,

𝐸𝑀𝑎 = Energi mekanik awal

𝐸𝑀𝑏 = Energi mekanik akhir

F. Pengukuran

1. Besaran

Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur, dihitung, dapat

dinyatakan dengan angka, dan memiliki satuan. Dalam ilmu fisika, ada 7

besaran pokok yang dikenal, yaitu panjang [L], massa [M], waktu [T], suhu

[𝜃], kuat arus [I], intensitas cahaya [J], dan jumlah molekul [N]. Ketujuh

besaran pokok tersebut dapat diturunkan menjadi besaran-besaran turunan

seperti kecepatan [𝐿𝑇−1].

2. Pengukuran

Pengukuran adalah suatu kegiatan membandingkan suatu besaran

dengan besaran lain yang ditetapkan sebagai standar satuan. Sebagai contoh,

saat kita mengukur panjang sebuah pensil, kita sedang membandingkan

(32)

[6.1] Hasil pengukuran suatu besaran dilaporkan sebagai

𝑥 = 𝑥0± ∆𝑥

Dimana,

𝑥 = Nilai pendekatan terhadap 𝑥0

𝑥0 = Nilai benar pengukuran

∆𝑥 = Ketidakpastian pengukuran

a. Pengukuran Tunggal

Pengukuran tunggal adalah kegiatan pengukuran yang

dilakukan hanya dengan satu kali pengukuran. Adapun

ketidakpastian dari pengukuran berulang adalah :

∆𝑥 =12 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

b. Pengukuran Berulang

Pengukuran berulang adalah kegiatan pengukuran yang

dilakukan berulang-ulang. Pengukuran berulang dilakukan saat

pengukuran tunggal dirasa tidak mampu memberi hasil pengukuran

yang akurat.

Misalkan suatu besaran fisika diukus sebanyak N kali dengan

(33)

[6.3] [6.2] 𝑥1, 𝑥2, 𝑥3, … , 𝑥𝑁 (disebut sebagai sampel), nilai terbaik sebagai

pengganti nilai benar 𝑥0 adalah nilai rata-rata sampel (𝑥̅) yang didapatkan melalui :

𝑥̅ = Σ𝑥𝑁 =𝑖 𝑥1, 𝑥2, 𝑥𝑁3, … , 𝑥𝑁

Dimana,

𝑥̅ = Rata-rata sampel

𝑁 = Banyak pengukuran

Sementara, nilai ketidakpastian dari pengukuran berulang

dapat dinyatakan oleh simpangan baku nilai rata-rata sampel, yang

secara matematis dapat ditulis sebagai :

∆𝑥 = 𝑆𝑥̅= 𝑁1√𝑁Σ𝑥𝑖

2− (Σ𝑥𝑖)2 𝑁 − 1

Dimana,

∆𝑥 = Ketidakpastian pengukuran berulang

𝑆𝑥̅ = Simbangan baku nilai rata-rata sampel

𝑁 = Banyak pengukuran

(34)

28 A. Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebuah balok

beroda dan 5 set roda dengan jari-jari yang berbeda-beda, yang dapat dilepas

dan dipasang di balok beroda tersebut.

B. Objek Penelitian

Objek yang diteliti adalah waktu yang dibutuhkan oleh balok beroda

dalam menempuh jarak tertentu ketika dibiarkan melaju di bidang miring

dengan sudut tertentu

C. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas : 4 ukuran jari-jari roda (2 cm, 2,5 cm, 3 cm,

3,5 cm)

b. Variabel terikat : Waktu tempuh balok beroda.

c. Variabel kontrol : Sudut kemiringan bidang miring (𝜃), panjang

lintasan (s), koefisien gesek (𝜇𝑘 𝑑𝑎𝑛 𝜇𝑠) ,

(35)

D. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Alat dan Bahan

Dalam penelitian ini, digunakan alat dan bahan yaitu :

a. Balok beroda

b. 4 set ukuran jari-jari roda (2 cm, 2,5 cm, 3 cm, 3,5 cm).

c. Papan triplek

d. Mistar

e. Stopwatch

f. Neraca Ohaus

f. Alat tulis

2. Langkah kerja

Eksperimen dilakukan dengan langkah kerja sebagai berikut :

a. Mempersiapkan balok beroda dan keempat set roda

b. Mempersiapkan lintasan berupa bidang miring dengan bahan

papan triplek.

c. Menandai garis start dan finish dengan jarak 1,5 m dengan

(36)

d. Memasang set roda berjari-jari 2 cm ke balok.

e. Meletakkan balok dengan roda berjari-jari 2 cm di atas bidang

mirng dengan kemiringan 𝜃 = 15° setinggi 0,55 meter dari

lantai.

f. Melepaskan balok beroda sehingga balok beroda bergerak di

atas bidang miring. (Tidak memberikan dorongan atau tarikan

tambahan).

g. Mencatat waktu yang dibutuhkan oleh balok beroda untuk

bergerak dari start ke finish dalam tabel sebagai berikut :

NO JARI-JARI

Waktu Pada Percobaan ke – (s)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 2 cm

2 2,5 cm

3 3 cm

4 3,5 cm

h. Mengulangi langkah d) dengan memasang set roda dengan

diameter yang lain.

i. Menganalisis data yang didapatkan.

F. Teknik Analisis Data

Analisis untuk menjawab rumusan masalah akan menggunakan data

yang didapatkan dari eksperimen dan melakukan pembuktian melalui

(37)

31

Tabel 4.1 : Data Hasil Percobaan

Tabel 4.2 : Hasil Perhitungan Rerata Data A. Data Hasil Percobaan

Percobaan dilakukan di rumah penulis pada tanggal 23 Januari 2017.

Dari percobaan tersebut, didapatkan hasil sebagai berikut :

Karena data di atas didapatkan dari pengukuran berulang, maka nilai

hasil pengukuran yang dianggap paling benar adalah rerata hasil

pengukuran (𝑥̅) yang didapatkan dengan persamaan [6.2] :

𝑥̅ =Σ𝑥𝑛𝑖

Berikut rerata waktu dari percobaan masing-masing jari-jari roda :

(38)

Tabel 4.3 : Hasil Perhitungan Keidakpastian Pengukuran

Tabel 4.4 : Hasil Akhir Eksperimen

Sedangkan ketidakpastian pengukuran berulang (∆𝑥) didapatkan

dari nilai simpangan baku rata-rata hasil pengukuran berulang, yang

didapatkan dengan persamaan [6.3] :

∆𝑥 =𝑁1√𝑁Σ𝑥𝑖2𝑁 − 1− (Σ𝑥𝑖)2

Dengan menggunakan rumus di atas, didapatkan ketidakpastian

dari data hasil pengukuran sebagai berikut :

NO JARI-JARI

Maka, berdasarkan perhitungan rerata data hasil percobaan dan

perhitungan ketidakpastiannya, data hasil percobaan yang dilakukan adalah

sebagai berikut :

(39)

Tabel 4.5 : Massa Alat Percobaan

Penulis juga mengukur massa dari alat yang digunakan, dan

didapatkan data sebagai berikut :

NO BENDA MASSA (kg)

1 Badan 0,3240

2 Roda 2 cm 0,0071 0,0071 0,0072 0,0073 3 Roda 2,5 cm 0,0118 0,0120 0,0120 0,0119 4 Roda 3 cm 0,0163 0,0170 0,0169 0,0168 5 Roda 3,5 cm 0,0222 0,0222 0,0220 0,0228

Pengukuran massa dilakukan karena ada persamaan yang diturunkan pada

sub-bab B. Data waktu tempuh hasil percobaan pada tabel 4.4 dan massa

benda (balok beroda) pada tabel 4.5 akan dipakai dalam bagian pembahasan

pada sub-bab C.

B. Penurunan Persamaan

Pendekatan rumus untuk waktu tempuh benda (balok beroda) di

bidang miring dapat diturunkan dengan hukum kekekalan energi mekanik

di persamaan [5.3] sebagai berikut :

𝐸𝑀𝑎 = 𝐸𝑀𝑏

𝐸𝑝𝑎 + 𝐸𝑘𝑎 = 𝐸𝑝𝑏+ 𝐸𝑘𝑏

𝑀𝑔ℎ𝑎+12 𝑀𝑣𝑎2+12 𝐼𝜔𝑎2 = 𝑀𝑔ℎ𝑏+12 𝑀𝑣𝑏2+12 𝐼𝜔𝑏2

Karena keadaan awal benda diam (𝑣𝑎 = 0), maka :

(40)

[7.1] [A]

[B] Karena ada empat roda yang berputar dengan kecepatan sudut sama, maka:

𝑀𝑔ℎ𝑎 = 𝑀𝑔ℎ𝑏+12 𝑀𝑣𝑏2+2 (𝐼1 1+ 𝐼2+ 𝐼3+ 𝐼4)𝜔𝑏2

Karena jari-jari keempat roda sama, maka dapat dituliskan :

𝑀𝑔ℎ𝑎 = 𝑀𝑔ℎ𝑏+12 𝑀𝑣𝑏2+12 (𝑚1 + 𝑚2+ 𝑚3+ 𝑚4)𝑘𝑟2𝜔𝑏2

Massa tiap roda adalah sama, dan roda adalah sebuah silinder pejal(𝑘 =1 2),

dapat dituliskan :

𝑀𝑔ℎ𝑎 = 𝑀𝑔ℎ𝑏+12 𝑀𝑣𝑏2+14 𝑚𝑟2𝜔𝑏2

Dengan menguraikan 𝜔𝑏2 menggunakan persamaan [4.1], maka diperoleh :

𝑀𝑔ℎ𝑎 = 𝑀𝑔ℎ𝑏+12 𝑀𝑣𝑏2+14 𝑚𝑟2𝑣𝑏 2

𝑟2

𝑀𝑔ℎ𝑎 = 𝑀𝑔ℎ𝑏+12 𝑀𝑣𝑏2+14 𝑚𝑣𝑏2

𝑀𝑔ℎ𝑎 = 𝑀𝑔ℎ𝑏+ (12 𝑀 +14 𝑚) 𝑣𝑏2

Perlu diperhatikan bahwa variabel M adalah massa benda yang bergerak

translasi dan variabel m adalah massa benda yang memengaruhi energi pada

(41)

[7.2]

[7.3] Pada persamaan [2.7], dinyatakan bahwa :

𝑣𝑡2 = 𝑣02+ 2𝑎𝑙∆𝑥

Karena 𝑣0 = 0, persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi :

𝑣𝑡2 = 2𝑎𝑙∆𝑥

Karena kita tidak memiliki data nilai 𝑎𝑙, maka variabel ini harus disubstitusi

dengan variabel lain yang diketahui dalam percobaan ini. Hal ini dapat

dilakukan dengan menggunakan persamaan [2.6] :

∆𝑥 = 𝑣0𝑡 +12 𝑎𝑙𝑡2

Persamaan ini digunakan karena hanya nilai dari variabel 𝑎𝑙 yang tidak

diketahui, dan juga memunculkan variabel t yang menjadi fokus pada

percobaan ini.

Karena 𝑣0 = 0, maka :

∆𝑥 = 12 𝑎𝑙𝑡2

𝑎𝑙 = 2∆𝑥𝑡2

Dengan mensubstitusikan persamaan [7.3] ke persamaan [7.2], akan

didapatkan persamaan :

(42)

[7.4]

Dengan memperhatikan konteks peristiwa, dapat diketahui bahwa :

𝑣𝑏2 = 𝑣𝑡2

Sehingga, jika persamaan [7.4] disubstitusikan ke persamaan [7.1], akan

didapatkan persamaan :

𝑀𝑔ℎ𝑎 = 𝑀𝑔ℎ𝑏+ (12 𝑀 +14 𝑚)4𝑠 2

𝑡2

Dan nilai t dapat dicari dengan hasil substitusi persamaan [7.4] ke

persamaan [7.1], dengan rincian sebagai berikut :

(43)

[7.5]

𝑡 = 2𝑠√(12𝑀 + 1 4 𝑚) 𝑀𝑔(ℎ𝑎− ℎ𝑏)

Dimana,

𝑡 = Waktu tempuh benda di bidang miring (s)

𝑠 = Jarak tempuh benda di bidang miring dalam waktu t (m)

𝑀 = Massa benda yang memengaruhi energi kinetik translasi (kg)

𝑚 = Massa benda yang memengaruhi energi kinetik rotasi (kg)

𝑔 = Percepatan gravitasi (𝑚 𝑠2)

ℎ𝑎 = Ketinggian benda mula-mula (m)

ℎ𝑏 = Ketinggian benda akhir (m)

C. Pembahasaan

Jika diperhatikan persamaan [7.5] :

𝑡 = 2𝑠√(12𝑀 + 1 4 𝑚) 𝑀𝑔(ℎ𝑎− ℎ𝑏)

Variabel 𝑀 pada persamaan [7.5] adalah massa yang memengaruhi

energi kinetik translasi. Karena badan alat dan semua rodanya mengalami

(44)

Variabel 𝑚 pada persamaan [7.5] adalah massa yang memengaruhi

energi kinetik rotasi. Karena hanya keempat roda yang mengalami gerak

rotasi, maka 𝑚 adalah jumlah massa keempat roda.

Pada persamaan [7.5], 𝑀𝑔(ℎ𝑎 − ℎ𝑏) adalah selisih energi potensial

dari alat. Unsur massa yang memengaruhi besar energi potensial alat adalah

variabel 𝑀. Hal ini karena energi potensial alat adalah energi potensial yang

dimiliki oleh badan sekaligus keempat roda yang terpasang pada alat.

Pada saat percobaan, ternyata gerakan dari balok beroda tidaklah

lurus, tetapi berbelok ke arah kiri. Hal ini disebabkan karena kerapatan

karet-karet yang membuat roda tetap berputar di tempat pada

masing-masing roda tidak bisa disamakan. Berbeloknya balok beroda ke arah kiri

menandakan bahwa roda-roda di sebelah kiri balok berputar lebih lambat

daripada roda-roda di bagian kanan balok.

Kesalahan ini pastilah memengaruhi hasil penelitian ini. Namun,

karena setiap roda yang dipasang pada balok menghasilkan arah gerak yang

sama (berbelok ke arah kiri) dengan sudut belokan yang sama, maka penulis

menganggap hasil percobaan ini tetap valid, karena tiap ukuran roda

mengalami hal yang sama (belokan yang sama, yang berarti jarak tempuh

yang sama).

Dengan data-data yang ada, dan mengandaikan besar 𝑔 = 9,8 𝑚 𝑠2

dan 𝑠 = 1,7 𝑚, maka waktu tempuh alat di bidang miring menurut

(45)

Tabel 4.6 : Waktu Tempuh Berdasarkan Persamaan [7.5]

Tabel 4.7 : Perbandingan Hasil Eksperimen dan Hasil Perhitungan

NO JARI-JARI

Untuk mempermudah analisis, berikut adalah tabel perbandingan

antara hasil eksperimen dengan hasil perhitungan :

NO JARI-JARI

eksperimen sangatlah berbeda dengan waktu tempuh hasil perhitungan.

Waktu tempuh benda pada bidang miring menurut hasil eksperimen lebih

lama daripada waktu tempuh yang didapatkan menurut hasil perhitungan.

Meskipun waktu tempuh yang didapatkan berbeda antara hasil

perhitungan dengan hasil persamaan, tetapi dari hasil yang didapatkan,

dapat dilihat bahwa tidak terjadi perubahan yang signifikan. Waktu tempuh

dari roda berjari-jari 2 cm dan 3,5 cm (hampir dua kali lebih besar) tidaklah

jauh berbeda. Perbedaan 0,08 𝑠dari hasil pengukuran yang dianggap benar

(46)

[A]

[B] mendapat toleransi ketidakpastian sehingga mempunyai nilai selisih yang

paling kecil) sangat mungkin terjadi karena keterbatasan pengamat pada

eksperimen dilakukan.

Dengan memperhatikan persamaan [7.5], dapat diketahui bahwa

sebab perbedaan 0,01 𝑠 hasil perhitungan adalah perbedaan massa roda. Hal

ini menunjukkan bahwa perbedaan waktu tempuh bukanlah karena

perbedaan ukuran roda, tetapi karena perbedaan massa roda.

Dalam uraian penurunan persamaan (Bab IV Sub-bab B),

sebenarnya dapat terlihat bahwa pengaruh jari-jari roda terhadap persamaan

akan hilang. Perhatikan persamaan [A] dan persamaan [B] :

𝑀𝑔ℎ𝑎 = 𝑀𝑔ℎ𝑏+12 𝑀𝑣𝑏2+14 𝑚𝑟2𝑣𝑏

persamaan [B], pengaruh dari jari-jari sudah tidak ada. Ini merupakan bukti

lain, bahwa jari-jari roda tidak berpengaruh pada waktu tempuh benda di

bidang miring.

Perbedaan dari waktu tempuh benda berdasarkan hasil eksperimen

(47)

disebabkan oleh alasan yang mendasar. Hukum kekekalan energi mekanik

yang menjadi dasar penurunan persamaan [7.5] hanya berlaku apabila hanya

gaya yang bekerja hanyalah gaya internal. Apabila ada gaya eksternal yang

bekerja, hukum kekekalan energi mekanik tidak berlaku.

Pada percobaan, tentu saja ada gaya eksternal yang bekerja pada

benda, diantaranya : gaya gesek antara roda dengan porosnya, gaya gesek

antara roda dengan karet pemasang roda, dan gaya gesek antara roda dengan

bidang. Gaya-gaya tersebut adalah gaya eksternal yang menyebabkan

hukum kekekalan energi mekanik tidak lagi berlaku.

Jari-jari roda yang lebih besar berarti dibutuhkan energi yang lebih

besar untuk menggerakan roda tersebut. Jari-jari yang lebih besar sekaligus

membawa massa yang lebih besar, sehingga energi potensial yang dimiliki

oleh benda juga semakin besar. Sehingga, pengaruh jari-jari roda terhadap

kebutuhan energi sekaligus ketersediaan energi untuk menggerakkan roda

akan saling mengimbangi.

Roda dengan jari-jari yang lebih besar akan memiliki percepatan

sudut yang lebih kecil dibandingkan dengan jari-jari roda yang lebih kecil

(dalam hal ini dianggap gaya berat yang dialami alat sama besar untuk tiap

roda, karena selisih massa yang sangat kecil). Namun, jarak tempuh yang

dapat diraih oleh satu putaran roda yang berjari-jari lebih besar lebih jauh

(48)

roda terhadap percepatan sudut roda sekaligus jarak yang ditempuh roda

dalam satu putaran akan saling mengimbangi.

Pada Bab 1 Sub-bab 1 (Latar Belakang), disebutkan bahwa salah

satu implementasi dari pengetahuan pengaruh jari-jari roda terhadap gerak

suatu benda adalah pada kasus modifikasi roda mobil. Dengan energi yang

sama, mesin mobil akan lebih mudah memutar as yang dipasangkan roda

dengan jari-jari yang lebih kecil, dan akan menyebabkan lebih banyaknya

putaran roda, dengan jarak tempuh tiap putaran lebih pendek daripada roda

berjari-jari besar. Namun dengan energi yang sama, mesin mobil akan lebih

sulit memutar as yang dipasangkan roda dengan jari-jari yang lebih besar,

dan akan menyebabkan lebih sedikitnya putaran roda, dengan jarak tempuh

tiap putaran lebih jauh daripada roda berjari-jari kecil.

Namun, dari hasil penelitian ini, tidak dapat disimpulkan bahwa

pengubahan ukuran jari-jari roda tidak akan memengaruhi efisiensi

kendaraan bermotor, karena mekanisme kendaraan bermotor yang sangatlah

berbeda dengan mekanisme dari alat percobaan. Dibutuhkan analisis yang

lebih jauh tentang hubungan jari-jari roda terhadap mekanisme kendaraan

bermotor dari segi ilmu permesinan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Penelitian ini hanya menunjukkan bahwa jari-jari roda dari sebuah sistem

gerak sederhana tidak akan memengaruhi waktu tempuh benda di bidang

(49)

43 BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa jari-jari

roda tidak berpengaruh pada waktu tempuh benda di bidang miring.

B. Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, muncul beberapa saran untuk

penelitian selanjutnya :

1. Menggunakan alat-alat yang lebih kredibel untuk melakukan

eksprerimen, sehingga mendapatkan data yang lebih akurat.

2. Memperbanyak jumlah sampel agar data yang dimiliki semakin

valid.

3. Menurunkan persamaan yang lebih presisi dan akurat

4. Mengkaitkan mekanika sederhana dengan ilmu permesinan untuk

(50)

44

(http://www.physicsclassroom.com/class/energy/Lesson-1/Mechanical-Energy diakses tanggal 21 Desember 2016 pukul 12.30)

Anonim. “Conservation of Energy”, (Online),

(http://physics.bu.edu/~duffy/py105/EnergyConservation.html diakses

tanggal 21 Desember 2016 pukul 13.00)

Anonim. “Circular Motion and Rotation”, (Online),

(http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/hbase/circ.html diakses tanggal 21

Desember 2016 pukul 15.00)

Anonim. “What is ‘rotational motion’ ?”, (Online),

(https://www.reference.com/science/rotational-motion-87dda412d1ee06f4

diakses tanggal 22 Desember 2016 pukul 12.00)

Anonim. “Circular, Satelite, and Rotational Motion”, (Online),

(http://www.physicsclassroom.com/mmedia/circmot diakses tanggal 22

(51)

Anonim. “Uniform Circular Motion”, (Online),

(http://www.physicsclassroom.com/mmedia/circmot/ucm.cfm diakses

tanggal 22 Desember 2016 pukul 16.00)

Anonim. “Gerak Melingkar”, (Online),

(http://fisikastudycenter.com/fisika-x-sma/3-gerak-melingkar diakses

tanggal 22 Desember 2016 pukul 19.00)

Anonim. “Gerak Melingkar, Pengertian Dan Besaran Pada Gerak Melingkar”,

(Online),

(http://fisikazone.com/gerak-melingkar/ diakses pada tanggal 23 Desember

2016 pukul 12.00)

Faughn, Jerry S., Serway, Raymond A., Vuille, Chris, Bennett, Charles A. 2006.

Serway’s College Physics. Belmont : Thomson Brooks/Cole

Kanginan, Marthen. 2002. FISIKA untuk SMA Kelas X. Jakarta : Penerbit Erlangga

Kanginan, Marthen. 2013. FISIKA untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Penerbit

Erlangga

Kanginan, Marthen. 2013. FISIKA untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Penerbit

Gambar

Gambar 2.1 : Skema konsep torsi
Tabel 4.1 : Data Hasil Percobaan
Tabel 4.3 : Hasil Perhitungan Keidakpastian Pengukuran
Tabel 4.5 : Massa Alat Percobaan
+2

Referensi

Dokumen terkait

terbesar berada pada frekuensi 2-3 yaitu 50% dan sebaliknya untuk persentase terkecil berada pada frekuensi 4-5 yaitu 2,16%.Hal ini menjelaskan bahwa tingkah laku terpeleset

Suatu organisasi ataupun perusahaan baik itu jenis perusahaan Jasa, Suatu organisasi ataupun perusahaan baik itu jenis perusahaan Jasa, Perdagangan maupun Industri

Untuk kasus terjadinya gelombang Tsunami, yang adalah merupakan akibat dari gempa tektonik berbeda dengan gelombang yang dibangkitkan oleh angin, gelombang Tsunami biasanya

Mata  kuliah  ini  membahas  teori‐teori  dalam  Perbandingan  Politik.  Adapun  teori‐teori  yang  dibahas  mulai  dari  teori‐teori  dalam  pendekatan 

Bahu operasi penggantian adalah pilihan untuk pengobatan arthritis parah dari sendi bahu. Arthritis adalah suatu kondisi yang mempengaruhi tulang rawan sendi. Sebagai lapisan

[r]