• Tidak ada hasil yang ditemukan

Artikel fasilitas belajar untuk menunjan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Artikel fasilitas belajar untuk menunjan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

FASILITAS BELAJAR UNTUK MENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN

Oleh: Siti Nurjannah1

Abstrak: Fasilitas belajar merupakan sarana dan prasarana yang membantu memudahkan proses belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan di sekolah sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Tersedianya fasilitas belajar yang lengkap di sekolah memudahkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Fasilitas belajar yang harus disediakan di sekolah adalah gedung, ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, ruang BP, dan buku-buku pelajaran, dimana jenis-jenis fasilitas tersebut merupakan fasilitas penunjang proses pembelajaran. Proses Pembelajaran merupakan runtutan perubahan karena adanya proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Tiga faktor utama yang mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas, yaitu pendidik, peserta didik, dan lingkungan kelas.

Kata Kunci: Fasilitas Belajar, Proses Pembelajaran

PENDAHULUAN

Pendidikan yang berkualitas berasal dari proses pembelajaran yang tepat di dalam kelas. Keberhasilan proses pembelajaran salah satunya terletak pada pendayagunaan fasilitas belajar secara efektif dan efisien. Karena dengan pendayagunaan fasilitas belajar yang tepat, pendidik akan lebih mudah dalam menyampaikan materi pembelajaran, dan peserta didik lebih mudah menerima materi. Selain itu, peserta didik juga dapat melatih diri berperan aktif dalam pembelajaran dengan memanfaatkan fasilitas belajar sebagai mediator komunikasi. Pendayagunaan fasilitas belajar sangat penting dilakukan demi tercapainya tujuan pembelajaran.

Sekolah yang memiliki dana anggaran yang cukup besar memungkinkan untuk menyediakan fasilitas belajar yang lengkap. Bagi sekolah-sekolah yang ada di kota, fasilitas belajar yang lengkap sangat mudah dijumpai. Bahkan tidak hanya fasilitas belajar, sisi TVpun biasanya sudah terpasang di tiap-tiap kelas. Namun,

(2)

bagi sekolah-sekolah yang dana anggarannya masih terbatas, biasanya dijumpai di sekolah yang ada di desa, masih memerlukan waktu untuk menyediakan fasilitas belajar secara lengkap. Hal ini menyebabkan kondisi sekolah masih jauh dari memadai. Kondisi sekolah semacam ini sesuai dengan yang disampaikan oleh seorang pendidik di salah satu SMA yang ada di Jember.

“Kalau di sekolah saya fasilitas belajar seperti OHP saja hanya ada satu mbak. Ini jelas mempersulit saya jika saya ingin memberikan materi dengan menggunakan media PPT atau menampilkan gambar-gambar pendukung materi. Latar belakang dan kemampuan peserta didik itukan berbeda-beda mbak, nah pentingnya fasilitas belajar ini untuk memudahkan peserta didik dalam menerima materi yang disampaikan pendidik, khususnya bagi peserta didik yang lemah dalam belajar” (M, 39th).

Jelas sesuai dengan apa yang disampaikan pendidik tersebut, fasilitas belajar yang tidak lengkap dapat menghambat kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Biasanya sekolah-seklah yang berada di daerah belum maju, fasilitas belajar seadanya bahkan di ruang kelas hanya tersedia kapur tulis dan papan tulis. Tidak heran jika perbedaan kualitas dari peserta didik yang bersekolah di sekolah dengan fasilitas belajar lengkap, dengan yang fasilitasnya kurang lengkap, kemampuannya terpaut jauh. Karena memang dari fasilitas belajar yang mereka pergunakan di sekolah juga sangat berbeda. Oleh karena permasalahan tersebut saya tertarik untuk mengangkat judul “Peranan Fasilitas Belajar Dalam Menunjang Proses Pembelajaran”. Dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar peranan fasilitas belajar ini dalam menunjang proses pembelajaran.

PEMBAHASAN 1. Fasilitas Belajar

(3)

Daryanto (2006: 51), secara etimologi (arti kata) fasilitas yang terdiri dari sarana dan prasarana belajar, bahwa sarana belajar adalah alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya lokasi/ tempat, bangunan dan lain-lain, sedangkan prasarana adalah alat yang tidak langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya ruang, buku, perpustakaan, laboraturium dan sebagainya.

Pendayagunaan fasilitas belajar yang efektif dan efisien dapat meningkatkan peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran. Biasanya peran aktif peserta didik ini dikarenakan peserta didik tertarik dan minat dengan materi pembelajaran yang sedang berlangsung. Menurut Djamarah dan Zain (2006: 3), dengan bergairahnya belajar, anak didik tidak sukar untuk mencapai tujuan pengajaran. Karena bukan pendidik yang memaksa anak didik untuk mencapai tujuan, tetapi anak didiklah dengan sadar untuk mencapai tujuan.

Namun sayangnya, sering kita jumpai peserta didik yang memiliki kelemahan dalam menerima dan memahami isi dari materi pembelajaran. Entah karena dari isi materi yang sulit, cara penyampaian pendidik yang kurang menarik dan monoton, karena permasalahan pribadi, atau bahkan mungkin lingkungan yang kurang mendukung. Peserta didik yang memiliki kelemahan belajar ini, biasanya akan kembali tertarik untuk belajar jika pendidik peka terhadap permasalahan peserta didik. Jika memang permasalahan tersebut dikarenakan isi materi yang sulit dipahami dan penyampaian pendidik yang kurang menarik dan monoton, pendidik perlu menggunakan fasilitas belajar yang mendukung terjadinya interaktif di dalam kelas.

(4)

pada peserta didiknya. Sehingga dengan penggunaan sarana yang sesuai dengan materi pembelajaran dapat merangsang keinginan peserta didik untuk belajar.

Schneider (2005: 1), mengatakan “those involved in school planning design see this as an opportunity to enhance academic outcome by creating better learning environments” bahwa mereka yang terlibat dalam perencanaan sekolah dan desain, melihat ini sebagai kesempatan untuk meningkatkan hasil akademik dengan menciptakan lingkungan yang lebih baik. Bagi pendidik khususnya, menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan, aktif, inovatif perlu dipikirkan dan direncanakan secara matang, sehingga proses pembelajaran lebih menarik dan bermakna. Untuk menciptakan proses belajar yang menarik dan bermakna tidak hanya terfokus pada ruang kelas, pendidik dapat memanfaatkan prasarana yang tersedia di sekolah.

Menurut Daryanto dan Farid (2013: 108), Prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:

1. Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti: ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik keterampilan, dan ruang laboratorium.

2. Prasarana sekolah yang keberadaannya tidak langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar, misalnya: ruang kantor, mushola, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang pendidik, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan.

Jenis-Jenis Fasilitas Belajar di Sekolah

Menurut Djamarah (2002: 149), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan fasilitas belajar di sekolah antara lain sebagai berikut:

1. Gedung

(5)

Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007. Dimana di dalamnya terdapat beberapa persayaratan yang harus dipenuhi untuk mendirikan sebuah gedung sekolah. Sehingga gedung tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah tidak menimbulkan bahaya atau gangguan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Gedung yang terawat senantiasa memberikan kenyamanan bagi seluruh warga sekolah, khususnya bagi peserta didik dalam proses belajar. Selain itu lingkungan gedung sekolah yang mempunyai suasana baik, dapat mendukung suasana belajar peserta didik.

2. Ruang Kelas

Ruang kelas merupakan ruang berlangsungnya kegiatan belajar mengajar baik teori maupun praktek. Ada beberapa sekolah yang membebaskan peserta didiknya mendekorasi ruang kelas sesuai keinginan peserta didiknya, namun masih dalam batas-batas ketentuan dari sekolah. Hal tersebut dilakukan dengan harapan peserta didik merasa nyaman di dalam kelas dan proses belajar mengajar terlaksana secara optimal. Kapasitas maximum ruang kelas yang ditentukan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 adalah sebanyak 32 peserta didik. Namun sayangnya, banyak sekolah-sekolah yang melanggar batas ketentuan tersebut.

Secara ideal menurut Oemar Hamalik (2003), Ruang kelas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Pencahayaan serta ventilasi yang baik, karena ruang demikian akan terasa besar bantuannya dalam kebiatan belajar. Sebaliknya ruang yang gelap atau memerlukan penerangan pada siang hari dan pengap tentunya kurang baik bagi kesehatan dan sedikit-banyak kurang menunjang kepentingan belajar. b. Jauh dari hiruk-pikuk jalan raya atau keramaian Kota, karena hal itu akan

mengganggu konsentrasi anak dalam belajar. Menempati ruang yang tenang dan jauh dari kegaduhan lebih mendukung anak dalam belajar.

c. Menjaga kebersihan, kerapihan dan keindahan ruangan agar ruangan sedap dipandang mata.

(6)

e. Menciptakan situasi ruang belajar yang nyaman, hal terebut dirasa penting guna membantu ketenangan dan kesenangan belajar serta kenyamanan akan membawa kejernihan suasana dan mempengaruhi pula prilaku dan sikap. f. Ukuran ruang cukup memadai untuk kegiatan belajar, ukuran ruang kelas

hendaknya disesuaikan dengan rancangan pengembangan instruksional yang sangat effektif untuk belajar mengajar sehingga daya serap anak didik terhadap suara pendidik dapat mendengar dengan baik.

g. Cat tembok, meski tergolong sesuatu yang bersifat subjektif namun hendaknya pemilihan warna jangan yang bersifat mencolok.

h. Atur ruangan agar serasi terhadap penempatan meja dan kursi serta peralatan-peralatan lain, dan jangan biarkan terkesan semrawut dan berantakan karena akan mempengaruhi motif belajar.

3. Laboratorium

Laboratorium merupakan tempat untuk melakukan kegiatan praktek dengan menggunakan alat-alat penunjang belajar baik berupa perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang memudahkan dalam menyampaikan pembelajaran. Di dalam laboratorium biasanya peserta didik jauh lebih aktif bahkan merasa senang untuk belajar, karena mereka tidak hanya memperlajari teori namun langsung mempraktekkan isi dari teori pembelajan.

Dalam Permendiknas RI No 24 tahun 2007 tentang Sarana dan Prasarana di sekolah Standar Nasional Pendidikan menyebut 14 poin standar minimal yang harus ada di SMA dan MA. Dari keempatbelas standar tersebut salah satu menyebutkan harus adanya Laboratorium IPA, namun sangat disayangkan Laboratorium IPS tidak diwajibkan di sekolah. Para pendidik IPS mengajukan permohonan pengadaan Laboratorium IPS di sekolah namun selalu ditolak dengan alasan tidak ada dasar hukumnya dan tidak penting. Anggapan ini jelas sebuah kekeliruan besar, sehingga para pendidik harus terus berjuang mengembangkan Laboratorium IPS di sekolah.

4. Perpustakaan

(7)

seperti film, chalet yang disediakan untuk dimanfaatkan oleh para pengguna. Namun, tidak semua sekolah memiliki perpustakaan dengan buku bacaan yang lengkap atau sumber pengetahuan lain seperti yang disebutkan Gie tersebut. Hal ini tergantung pada kemampuan sekolah masing-masing. Namun, peserta didik tidak perlu mempermasalahkan kelengkapan buku, yang terpenting buku-buku yang tersedia di perpustakaan dapat dimanfaatkan untuk keberhasilan belajar.

Materi pelajaran tertentu dapat dilakukan di perpustakaan untuk menghindari kebosanan belajar pada peserta didik. Peserta didik ditugaskan untuk mencari informasi yang sesuai dengan topic materi yang sedang dibahas. Di perpustakaan terdapat majalah-majalah dan Koran, yang memudahkan peserta didik memperoleh informasi tentang berita terbaru. Peserta didik juga dimudahkan dalam memperoleh pengetahuan dan informasi melalui jaringan internet. Bagi beberapa sekolah yang maju dan mampu, biasanya sudah menyediakan jaringan internet/ wifi di sekolahnya. Dan ada beberapa sekolah juga yang mengijinkan peserta didiknya untuk membawa Handphone ke sekolah. Sehingga, peserta didik benar-benar dimudahkan dalam memperoleh pengetahuan dan informasi yang tidak hanya bersumber dari buku.

5. Ruang BP (Bimbingan Penyuluhan)

Ruang Bimbingan Pemyuluhan biasa digunakan pendidik, khususnya pendidik BP, untuk membantu peserta didik agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Dengan adanya bimbingan penyuluhan, peserta didik diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Bimbingan penyuluhan ini diberikan dengan harapan peserta didik memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.

(8)

mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya: bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).

6. Buku-buku Pelajaran

Buku pelajaran adalah buku pokok, penunjang dan kepustakaan yang digunakan oleh seluruh peserta didik dari taman kanak-kanak hingga perpendidikan tinggi atau universitas, termasuk lembaga pendidikan masyarakat di jalur pendidikan luar sekolah dan pendidikan keagamaan. Buku teks pelajaran adalah buku pegangan peserta didik dan pendidik untuk setiap mata pelajaran. Setiap mata pelajaran dilengkapi dengan buku pengayaan yang melengkapi buku pelajaran untuk memperkaya pengetahuan peserta didik dan pendidik.

Selain itu, biasanya peserta didik juga dianjurkan untuk memiliki buku referensi atau rujukan untuk mencari informasi atau data tertentu, seperti kamus, ensiklopedi, yang direkomendasikan oleh pendidik. Sumber belajar lainnya adalah sumber informasi dalam bentuk selain buku, seperti jurnal, majalah, surat kabar, poster, situs (website), dan compact disk. Menurut Peraturan Menteri Nasional No. 11 Tahun 2005, buku pelajaran adalah buku acuan wajib yang digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketaqwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.

2. Proses Pembelajaran

(9)

Sumber belajar peserta didik di sekolah adalah buku, alat peraga, alat tulis dan media pengajaran, yang biasa disebut sarana belajar. Dan prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti: ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik keterampilan, dan ruang laboratorium. Jadi Proses Pembelajaran dapat diartikan sebagau runtutan perubahan karena adanya proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran di Kelas

Tiga faktor utama yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran di kelas, antara lain adalah faktor yang datang dari pendidik, peserta didik, dan lingkungan. 1) Pendidik

Pendidik merupakan ujung tombak dari berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. Pendidik yang merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran di dalam kelas. Pengaruh pendidik dalam proses pembelajaran di kelas berkaitan erat dengan keprofesionalan pendidik itu sendiri. Pendidik yang profesional didukung oleh tiga hal, yakni: keahlian, komitmen, dan keterampilan. Selain tiga hal tersebut, hal-hal yang berpengaruh terhadap proses pembalajaran di antaranya:

a. Kondisi dalam diri pendidik

(10)

b. Kemampuan mengajar

Pendidik yang memiliki kemampuan mengajar, biasanya akan lebih mudah menyampaikan makna dari pembelajaran, dan peserta didik biasanya lebih mudah dalam memahami apa yang di ajarkan atau diarahkan pendidik. Kemampuan mengajar pendidik kaitannya dengan pengelolaan kelas agar tercipta suasana belajat interaktif, dan pemilihan strategi belajar yang tepat. Pendidik dapat memilih dan menggunakan fasilitas belajar yang ada di sekolah untuk menunjang proses pembelajaran.

Tersedianya teknologi canggih di sekolah, dapat memudahkan pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran, misalkan dengan menampilkan gambar-gambar letak suatu daerah dengan Media OHP. Menurut Daryanto (2013: 172), sediakan bagi peserta didik “alat bantu visual”, bila mungkin, saat menerangkan suatu konsep abstrak, karena saat ini sebagian besar jumlah murid adalah bersifat pelajar visual.

c. Kemampuan mengatur kondisi kelas

Menurut Djamarah dan Zain (2006: 123), pengelolaan kelas adalah keterampilan pendidik untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Biasanya di dalam kelas, ada beberapa peserta didik yang merusak suasana belajar, dan disinilah kemampuan pendidik dalam mengembalikan kondisi belajar yang tertib perlu pendidik terapkan. Agar kondisi kelas kembali tenang dan semua peserta didik dapat belajar dengan tertib dan nyaman.

(11)

Peserta didik merupakan objek dan subjek yang mencari dan menerima pengetahuan, sikap, dan keterampilan guna memperoleh perubahan positif dalam dirinya. Perubahan tersebut dapat diperoleh dari proses pembelajaran yang bermakna di dalam kelas. Berhasil tidaknya proses pembelajaran peserta didik banyak dipengaruhi berbagai faktor, baik faktor intern maupun ekstern.

Sebagai contoh, peserta didik dari latar belakang ekonomi menengah kebawah, akan mengalami kesulitan dalam penggunaan teknologi canggih karena di rumahnya tidak tersedia. Sehingga, kemampuannya dalam menggunakan teknologi seperti komputer, atau OHP saat mengkomunikasikan hasil diskusinya, akan jauh dibawah peserta didik lain yang sudah terbiasa. Contoh lain, peserta didik yang merasa tidak nyaman berada di dalam kelas dikarenakan dirinya sering dikucilkan atau dipermainkan. Hal-hal yang berkaitan dengan kondisi peserta didik tersebut, akan berdampak luas bagi proses pembelajaran.

3) Lingkungan

Untuk kelancaran proses pembelajaran diperlukan lingkungan yang jauh dari keramaian/ kebisingan agar tidak mengganggu proses belajar, jauh dari polusi, lingkungan yang nyaman, serta terhindar dari segala gangguan. Lingkungan yang mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas mencakup lingkungan kelas dan lingkungan sekitar sekolah.

a. Lingkungan Kelas

Lingkungan kelas merupakan suatu tempat yang menjadi lokasi proses pembelajaran. Kelas tidak hanya memiliki batasan ruang dalam sebuah gedung sekolah, tapi dapat dilakukan di mana saja asalkan terjadi interaksi pembelajaran antara pendidik dan peserta didik. Kondisi dalam kelas akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Misalnya, kebersihan kelas, fasilitas belajar, arsitektur, pencahayaan, dan sebagainya. Kondisi kelas yang kotor, jelas akan mengganggu proses pembelajaran dan menimbulkan rasa ketidaknyamanan. Termasuk sarana dan prasarana, arsitektur, dan pencahayaan yang buruk, akan memperburuk kualitas proses pembelajaran di kelas.

(12)

pembelajaran di kelas. Hal ini berbeda dengan kelas dengan sarana dan prasarana yang minim. Sarana dan prasarana yang lengkap tanpa penggunaan yang maksimal oleh pendidik, maka tidak akan memberikan kemajuan apapun terhadap proses pembelajaran.

b. Lingkungan Sekolah

Lokasi sekolah yang terhindar dari segala gangguan akan mendukung proses pembelajaran. Berbeda dengan sekolah yang terletak di lingkungan yang berpotensi mengganggu proses pembelajaran seperti, lingkungan industri yang panas dan penuh polusi atau sekolah yang terletak di lokasi yang kerap kebanjiran. Kondisi tersebut akan membawa dampak buruk bagi proses pembelajaran di kelas. Kondisi sekitar lingkungan sekolah juga turut mempengaruhi karakteristik peserta didik yang dapat berpengaruh pada proses pembelajaran di kelas. Misalnya, suatu lingkungan yang banyak terdapat tempat hiburan malam seperti karaoke, diskotik, akan menciptakan pribadi peserta didik yang liar dan suka hiburan, karena pengaruh lingkungan. Tidak jarang hal ini menyebabkan peserta didik malas untuk sekolah, bahkan sering terlambat karena telat bangun pagi. Peserta didik kemudian menjadi pribadi yang membutuhkan bimbingan lebih lanjut dari pendidik untuk dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

Peranan Fasilitas Belajar Dalam Menunjang Proses Pembelajaran

(13)

belajar tersebut perlu dan sangat dibutuhkan demi tercapainya proses belajar yang berkualitas karena dapat mendorong motivasi belajar peserta didik.

Proses Pembelajaran merupakan runtutan perubahan karena adanya proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Tiga faktor utama yang mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas, yaitu pendidik, peserta didik, dan lingkungan kelas. Pendidik sebagai tenaga pengajar yang profesional perlu memiliki kreatifitas, strategi, dan kemampuan dibidangnya. Pendidik harus mampu menguasai dirinya, sehingga kemampuan mengajar dan kemampuan dalam mengatur kondisi kelas tetap stabil. Pendidik juga diharuskan memiliki kreatifitas dan strategi yang tepat dalam memanfaatkan segala fasilitas yang ada. Fasilitas yang lengkap dan modern tanpa adanya kreatifitas dan strategi yang tepat, tidak akan menunjang proses pembelajaran karena adanya keterbatasan kemampuan pendidik.

Selain pendidik, peserta didik juga termasuk salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Fasilitas pembelajaran di sediakan dengan tujuan untuk memudahkan peserta didik dalam belajar. Namun, jika peserta didik memiliki problema dalam belajar, pendidik sebagai fasilitator perlu memfasilitasi dan membimbing peserta didik. Pendidik perlu menggunakan kreatifitasnya dalam menentukan sarana atau prasarana mana yang tepat digunakan, sehingga proses belajar mencapai tujuan yang diharapkan. Keadaan lingkungan belajar juga dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Keadaan lingkungan yang tertib, tenang, dan nyaman, sudah pasti dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif.

Kesimpulan

(14)

pada suatu lingkungan belajar. Tiga faktor utama yang mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas, yaitu pendidik, peserta didik, dan lingkungan kelas.

DAFTAR BACAAN

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Daryanto. 2013. Standard Kompetensi Dan Penilaian Kinerja Pendidik Profesional. Yogyakarta: Gava Media.

Daryanto; Farid, Mohammad. 2013. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan di Sekolah. Yogyakarta: Gava Media.

Daryanto, H.M. 2006. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Djamarah; Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Gie, Liang. 2004. Cara Belajar Yang Baik Bagi Mahapeserta didik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Khanifatul. 2013. Pembelajaran Inovatif: Strategi Mengelola Kelas Secaraefektif Dan Menyenangkan. Yogyakarta: Arruz Media.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007. Standar sarana dan prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). 28 juni 2007. Schneider, Mark. 2002. Do school facilities affect Academic Outcomes. National

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Moh. Uzer Usman, proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung

Menurut Nuraini dalam Ruminiati(2007:14), pembelajaran merupakan sistem lingkungan yang dapat menciptakan proses belajar mengajar pada diri siswa selaku peserta

Sebagai generasi penerus bangsa, peserta didik harus memiliki pandangan yang mendalam dan luas tentang Peristiwa 1965 yang berpengaruh besar bagi.. perjalanan berbangsa

Pembuatan modul ajar Storyboard bertujuan untuk membantu dalam melaksanakan kegiatan belajar, sehingga peserta didik dapat belajar mandiri dan guru mudah

Menurut Mills (dalam Nursalim, 2013) Stress inoculation (SI) adalah strategi konseling yang dimaksud untuk membantu konseli menangani peristiwa stres dengan

Bidang ini bertujuan membantu peserta didik dalam mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai

aktivitas dalam kelompok belajar membantu proses peserta didik dalam memahami materi. Media ajar berisi soal latihan akan membantu peserta didik dalam memahami

Key words: learning models, 2013 Curriculum PENDAHULUAN Prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma: 1 peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik