• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kompensasi - Pengaruh Kompensasi Finansial Dan Kompensasi Nonfinansial Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kompensasi - Pengaruh Kompensasi Finansial Dan Kompensasi Nonfinansial Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Kompensasi

Hasibuan (Edisi Revisi:118) menyatakan bahwa “kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan”.

Werther dan Davis (Edisi Revisi:119) dalam Hasibuan (Edisi Revisi:118) menyatakan bahwa :

Compensation is what employee receive in exchange of their work. Whether hourly wages or periodic salaries, the personnel department usually designs and administers employee compensation. (kompensasi adalah apa yang seorang pekerja berikannya. Baik upah per jam ataupun gaji periodik didesain dan dikelola oleh bagian personalia).

Mondy (2008:4) menyatakan bahwa “kompensasi adalah total seluruh imbalan yang diterima karyawan sebagai pengganti jasa yang telah mereka berikan”.

2.1.2 Pengklasifikasian Kompensasi

Kompensasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Mondy (2008:4-5) Mengklasifikasikan Kompensasi menjadi kompensasi finansial dan nonfinansial sebagai berikut :

Kompensasi finansial seperti :

(2)

2. Kompensasi finansial tidak langsung (tunjangan) meliputi seluruh imbalan finansial yang tidak termasuk dalam kompensasi finansial langsung seperti, tunjangan wajib misalnya jaminan sosial, tunjangan pengangguran, ganti rugi karyawan, cuti keluarga dan pengobatan, tunjangan tidak wajib misalnya bayaran untuk waktu tidak bekerja, perawatan kesehatan, asuransi jiwa, rancangan pensiun, rancangan opsi saham karyawan, tunjangan pengangguran, tambahan, layanan karyawan, bayaran premium dan program manfaat.

Sedangkan kompensasi nonfinansial ialah kepuasan yang diterima seseorang dari pekerjaan itu sendiri atau dari lingkungan psikologis dan/atau fisik tempat orang tersebut bekerja, seperti :

1. Pekerjaan meliputi variasi keterampilan, indentitas tugas, signifikansi tugas, otonomi, umpan balik.

2. Lingkungan kerja meliputi kebijakan yang baik, manajer yang berkemampuan, karyawan yang berkompeten, rekan kerja yang menyenangkan, simbol status yang pantas, kondisi kerja. Dan fleksibilitas tempat kerja misalnya waktu yang fleksibel, minggu kerja dipadatkan, pembagian jabatan, bekerja dari rumah, kerja paruh-waktu, lebih banyak kerja lebih sedikit jam.

Mulyadi (2001:419-420) mengklasifikasikan penghargaan sebagai berikut :

1. Penghargaan intrinsik berupa rasa puas diri yang diperoleh seseorang yang telah berhasil menyelesikan pekerjaannya dengan baik dan telah mencapai sasaran tertentu, misalnya dengan penambahan tanggung jawab, pengayaan pekerjaan (job

enrichment) dan usaha lain yang meningkatkan harga diri

sesorang dan yang mendorong orang untuk menjadi yang terbaik. 2. Penghargaan ekstrinsik terdiri dari kompensasi yang diberikan

(3)

2.1.3 Fungsi dan Tujuan Kompensasi 2.1.3.1 Fungsi Kompensasi

Fungsi pemberian kompensasi menurut Samsuddin (2006:188) adalah :

1. Pengalokasian sumber daya manusia secara efisien. Fungsi ini menunjukkan pemberian kompensasi pada

karyawan yang berprestasi akan mendorong mereka untuk bekerja dengan lebih baik.

2. Penggunaan sumber daya manusia secara lebih efisien dan efektif.

Dengan pemberian kompensasi kepada karyawan mengandung implikasi bahwa organisasi akan menggunakan tenaga karyawan tersebut dengan seefisien dan seefektif mungkin.

3. Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

Sistem pemberian kompensasi dapat membantu stabilitas organisasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi negara secara keseluruhan.

2.1.3.2 Tujuan Pemberian Kompensasi

Tujuan pemberian kompensasi adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup karyawan dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari dan untuk memberikan dukungan maupun motivasi baik moral maupun moril kepada karyawan agar tetap semangat dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga karyawan mampu menghasilkan atau menciptakan kinerja yang baik ataupun prestasi yang baik pula.

(4)

Tujuan pemberian kompensasi menurut Hasibuan (Edisi revisi:121-122) adalah :

1. Ikatan Kerja Sama

Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal antara majikan dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik, sedangkan pengusaha/majikan wajib membayar kompensasi sesuai dengan perjanjian yang disepakati.

2. Kepuasan Kerja

Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik, status sosial dan egoistiknya sehingga memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya. 3. Pengadaan Efektif

Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah.

4. Motivasi

Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah memotivasi bawahannya.

5. Stabilitas Karyawan

Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal konsistensi yang kompetitif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena turn-over relatif kecil. 6. Disiplin

Pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan semakin baik. Mereka akan menyadari dan menaati peraturan-peraturan yang berlaku.

7. Pengaruh Serikat Buruh

Dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada pekerjaannya.

8. Pengaruh Pemerintah

(5)

2.1.4 Sistem dan Kebijaksanaan Kompensasi 2.1.4.1Sistem Kompensasi

Sistem pembayaran kompensasi yang umum diterapkan menurut Hasibuan (Edisi Revisi:123-125) adalah :

1. Sistem Waktu

Dalam sistem waktu, besarnya kompensasi (gaji, upah) diterapkan berdasarkan standar waktu seperti jam, minggu, atau bulan.

2. Sistem Hasil

Dalam sistem hasil, besarnya kompensasi/upah ditetapkan atas kesatuan unit yang dihasilkan pekerja, seperti per potong, meter, liter, dan kilogram.

3. Sistem Borongan

Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang penetapan besarnya jasa didasarkan atas volume pekerjaan dan lama mengerjakannya.

2.1.4.2 Kebijaksanaan Kompensasi

Hasibuan (Edisi Revisi:126) menyatakan bahwa :

Kebijakan kompensasi, baik besarnya, susunannya, maupun waktu pembayarannya dapat mendorong gairah kerja dan keinginan karyawan untuk mencapai prestasi kerja yang optimal sehingga membantu terwujudnya sasaran perusahaan. Besarnya kompensasi harus ditetapkan berdasarkan analisis pekerjaan, uraian, spesifikasi pekerjaan, posisi jabatan, konsistensi eksternal, serta berpedoman kepada keadilan dan undang-undang perburuhan. Dengan kebijaksaan ini, diharapkan akan terbina kerja sama yang serasi dan memberikan kepuasan kepada semua pihak.

(6)

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Kompensasi dan Teori Upah Insentif

2.1.5.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Besarnya Kompensasi

Faktor- faktor yang mempengaruhi besarnya kompensasi menurut Hasibuan (Edisi Revisi:12-129) adalah :

1. Penawaran dan Permintaan

Jika pencari kerja (penawaran) lebih banyak daripada lowongan perkerjaan (permintaan) maka kompensasi relatif kecil. Sebaliknya jika pencari kerja lebih sedikit daripada lowongan pekerjaan maka kompensasi relatif semakin besar.

2. Kemampuan dan Kesediaan Perusahaan

Apabila kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar semakin baik, maka tingkat kompensasi akan semakin besar. Tetapi sebaliknya, jika kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar kurang, maka tingkat kompensasi relatif kecil.

3. Serikat Buruh/Organisasi Karyawan

Apabila serikat buruhnya kuat dan berpengaruh maka tingkat kompensasi semakin besar. Sebaliknya jika serikat buruh tidak kuat dan kurang berpengaruh maka tingkat kompensasi relatif kecil.

4. Produktivitas Kerja Karyawan

Jika produktivitas kerja karyawan baik dan banyak maka kompensasi akan semakin besar. Sebaliknya kalau produktivitas kerjanya buruk serta sedikit maka kompensasinya kecil.

5. Pemerintah dengan Undang-undang dan Keppres Pemerintah dengan Undang-undang dan Keppres

(7)

6. Biaya Hidup/Cost of living

Apabila biaya hidup di daerah itu tinggi maka tingkat kompensasi/upah semakin besar. Sebaliknya, jika tingkat biaya hidup di daerah itu rendah maka tingkat kompensasi/upah relatif kecil. Seperti tingkat upah di Jakarta lebih besar dari di Bandung, karena tingkat biaya hidup di Jakarta lebih besar daripada di Bandung.

7. Posisi Jabatan Karyawan

Karyawan yang menduduki jabatan lebih tinggi akan menerima gaji/kompensasi lebih besar. Sebaliknya karyawan yang menduduki jabatan yang lebih rendah akan memperoleh gaji/kompensasi yang kecil. Hal ini wajar karena seseorang yang mendapat kewenangan dan tanggung jawab yang besar harus mendapatkan gaji/kompensasi yang lebih besar pula.

8. Pendidikan dan Pengalaman Kerja

Jika pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama maka gaji/balas jasanya akan semakin besar, karena kecakapan serta keterampilannya lebih baik. Sebaliknya, karyawan yang berpendidikan rendah dan pengalaman kerja yang kurang maka tingkat gaji/kompensasinya kecil. 9. Kondisi Perekonomian Nasional

Apabila kondisi perekonomian nasional sedang maju (boom) maka tingkat upah/kompensasi akan semakin besar, karena akan mendekati kondisi full employment. Sebaliknya, jika kondisi perekonomian kurang maju (depresi) maka tingkat upah rendah, karena terdapat banyak penganggur (unemployment).

10.Jenis dan Sifat Pekerjaan

(8)

2.1.5.2Teori Upah Insentif

Teori upah insentif menurut Hasibuan (Edisi Revisi:129-133) adalah :

a. Piece Rate

1. Upah per potong proporsional

Upah per potong proporsional dibayar berdasarkan produktivitas pekerja dikalikan tarif upah per potong yang didapat dari penyelidikan waktu untuk menentukan waktu standarnya. Misalnya: dalam keadaan normal, para pekerja bisa menghasilkan 500 unit selama 7 jam per hari kerja, inilah yang dijadikan standar penentuan tarif. Jika upah umum perharinya adalah Rp. 5.000 maka tarif per potong 1 unit adalah 5.000:500 unit = Rp. 10/unit. Misalkan karyawan A menghasilkan 600 unit dalam satu hari kerja maka ia akan menerima upah sebesar 600 unit x Rp 10 = Rp. 6.000. tetapi kalau karyawan B hanya bisa menghasilkan 450 unit per hari, maka ia akan tetap menerima upah minimal sebesar Rp. 5.000. Ini dimasudkan untuk melindungi karyawan yang kurang mampu berprestasi.

2. Upah per potong taylor

(9)

3. Upah per potong kelompok

Cara menentukan upah per potong kelompok adalah dengan menentukan standar untuk kelompok. Mereka yang berada diatas standar kelompoknya akan dibayar sebanyak unit yang dihasilkan dikalikan dengan tarif, sedangkan yang berada dibawah standar akan dibayar sebesar jam kerja dikalikan dengan tariff per jamnya. Misalnya: standar kelompok untuk 3 pekerjaadalah 50 unit per jam, atau 400 unit per hari kerja (8 jam kerja), tariff per unit adalah Rp. 2,00. Tariff per jam untuk 3 jabatan adalah A = Rp. 31,25 ; B = Rp. 18,75 ; C = Rp. 12,50. Apabila kelompok menghasilkan 500 unit dalam satu hari kerja (8 jam), maka penerimaan keseluruhan untuk 3 orang tersebut adalah 500 x Rp 2,00 = Rp. 1.000.00. sedangkan upah berdasarkan jam kerja untuk 3 pekerja tersebut adalah :

A : 8 x Rp. 31,25 = Rp. 250,00 B : 8 x Rp. 18,75 = Rp. 150.00 C : 8 x Rp. 12,50 = Rp. 100.00 Jumlah = Rp. 500,00

Membagi selisih antara Rp. 1.000,00 dengan Rp. 500,00 ( sebesar Rp. 500,00 ) bisa dengan cara membagi sama rata untuk ke-3 pekerja yaitu ( Rp. 500,00 : 3 orang ) = Rp. 166,67 per orang. Jadi setiap karyawan akan mendapatkan :

A : Rp. 250,00 + 166,67 = Rp. 416,67 B : Rp. 150,00 + 166,67 = Rp. 316,67 C : Rp. 100,00 + 166,67 = Rp. 216,67

Cara lainnya ialah dengan membagi premi ini berdasarkan imbangan nilai dari upah masing-masing jabatan, yaitu :

A akan menerima premi sebesar :

31,25 x ( Rp. 1000 – 500 ) =

31,25 + 18,75 + 12,50 31,25

x Rp. 500 = Rp. 250,00 62,50

(10)

18,75 x ( Rp. 1000 – 500 ) =

31,25 + 18,75 + 12,50 18,75

x Rp. 500 = Rp. 150,00 62,50

C akan menerima premi sebesar :

12,50 x ( Rp. 1000 – 500 ) =

31,25 + 18,75 + 12,50 12,50

x Rp. 500 = Rp. 100,00 62,50

Jadi masing-masing akan menerima upah : A : Rp. 250,00 + Rp. 250,00 = Rp. 500,00

B : Rp. 150,00 + Rp. 150,00 = Rp. 300,00 C : Rp. 100,00 + Rp. 100,00 = Rp. 200,00 b. Time Bonuses

Time bonuses dibagi menjadi dua, yaitu premi berdasarkan waktu yang dihemat dan premi berdasarkan waktu pengerjaan.

1. Premi berdasarkan waktu yang dihemat meliputi halsey plan dan 100% time premium plan.

a. Halsey plan

Pada halsey plan, presentase premi yang diberikan adalah 50% dari waktu yang hemat, dengan anggapan bahwa tidak ada standar kerja yang akurat sekali. Misalnya: standar produksi 8 jam kerja adalah 50 unit. Tarif per unit adalah Rp. 2,00 dan per jam kerja adalah Rp. 62,50 ( per hari sebesar Rp. 500,00 ). Jadi, karyawan A yang menghasilkan 600 unit dalam satu hari kerja akan mendapatkan:

Upah pokok = 8 jam x Rp. 62,50 = Rp.500,00 Premi = 50% x Rp. 500,00 = Rp. 250,00 + Upah yang diterima = Rp.750,00

b. 100% time premium plan

(11)

premium plan, maka yang didapat karyawan A adalah :

Upah pokok = 8 jam x Rp. 62,50 = Rp. 500,00 Premi = 75% x Rp. 500,00 = Rp. 375,00 + Upah yang diterima = Rp. 875,00 2. Premi berdasarkan waktu pengerjaan meliputi

rowan plan dan emerson plan a. Rowan plan

Pada rowan plan, premi yang didapat adalah dari selisih antara hasil aktual dibagi dengan hasil aktual dikalikan jam kerja dan upah.

Dengan mengacu pada contoh diatas, akan didapat oleh karyawan A adalah:

Upah pokok = Rp.500,00 Premi 600-500 x 8 jam x Rp.62,50= Rp. 84.00+

600 Upah yang diterima = Rp. 584,00 b. Emerson plan

Pada cara ini, perusahaan membuat tabel indeks efisensi sesuai dengan kebijakan perusahaan. Misalnya tabel indeks efisiensi adalah:

Indeks Efisiensi (%) Premi (%) <50 0

50 – 75 7,5 75 – 100 15 100 – 125 22,5 125 – 150 30 Dan seterusnya.

Jadi pada contoh di atas, karyawan A mempunyai indeks efisiensi sebesar:

600 – 500

x 100 + 100% = 117 500

(12)

2.1.5.3 Upah Insentif kombinasi

Upah insentif kombinasi menurut Hasibuan (Edisi Revisi:133) adalah :

Kombinasi antara waktu yang dihemat dan aktivitas kerja. Misalnya karyawan A dan B adalah dosen. Dosen A selain mengajar, aktivitasnya yang lain adalah menulis buku, mengadakan penelitian, pengabdian masyarakat, dan kegiatan-kegiatan lain. Karena aktivitasnya yang banyak, ia dapat mengumpulkan kum yang ditentukan dalam jangka 2 tahun. Dengan demikian, ia dapat memperjuangkan akreditasnya ke golongan dan pangkatnya yang lebih tinggi. Sedangkan dosen B, dalam jangka waktu 2 tahun aktivitasnya (menulis buku, penelitian pengabdian msyarakat, dll) kurang sehingga ia tidak dapat memperjuangkan akreditas golongannya.

2.1.6 Pengertian Kinerja Karyawan

Mangkunegara (2004:67) menyatakan bahwa “kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.

2.1.6.1Penilaian dan Pengukuran Kinerja Karyawan Penilaian kinerja menurut Mulyadi (2001:415)adalah :

(13)

karakteristik semacam itu disebut dengan informasi akuntansi pertanggungjawaban.

2.1.6.2Tujuan Kinerja Karyawan

Mulyadi (2001:415) menyatakan bahwa :

Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.

2.1.6.3 Manfaat Penilaian Kinerja Karyawan

Mulyadi (2001:415) menyatakan bahwa “penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik”.

Manfaat penilaian kinerja karyawan menurut Mulyadi (2001:416) adalah :

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti promosi, transfer dan pemberhentian.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.

(14)

Terdapat tiga jenis kriteria-kriteria dalam penilaian prestasi kerja menurut Syamsuddin dan Yunus (2003:16) dalam Amrullah (2012) adalah :

1. Kriteria berdasarkan sifat a. Kemampuan (ability).

Kemampuan (ability) adalah kapasitas seorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.

b. Loyalitas (loyality).

Loyalitas adalah suatu bentuk sikap yang senantiasa melihat segala sesuatunya sebagai proses perbaikan demi perbaikan.

c. Kejujuran (honesty) atau transparansi.

Kejujuran (honesty) adalah suatu bentuk keterusterangan atau bentuk keterbukaan dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

d. Kreativitas (creativity).

Kreatifitas adalah kemampuan memproduksi cerita atau ide-ide baru yang dapat digunakan untuk membantu proses penyelesaian pekerjaan.

e. Kemampuan memimpin (leadership).

Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan mempengaruhi, memotivasi dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. 2. Kriteria berdasarkan perilaku

a. Melaksanakan tugas (perform task). Hal ini berkaitan dengan tingkat pelaksanaan tugas.

b. Mengikuti instruksi (obey instruction). Hal ini berkaitan dengan bagaimana seseorang mengikuti instruksi dalam melaksanakan tugasnya.

c. Melaporkan permasalahan (report problem). Hal ini meyangkut apakah seseorang melaporkan permasalahan yang dihadapinya dalam melaksanakan tugas.

d. Memelihara peralatan (maintain equipment). Dimaksudkan pada tingkat pemeliharaan peralatan dalam melaksanakan proses penyelesaian pekerjaan.

(15)

f. Mengikuti aturan-aturan (follow rules). Dimaksudkan pada sejauh mana aturan-aturan yang telah ditetapkan dapat diikuti dalam proses penyelesaian pekerjaan. g. Mengajukan usul atau saran (submit suggestions).

Dimaksudkan pada tingkat pemberian usul dan saran pada saat melaksanakan tugas atau pekerjaan.

3. Kriteria berdasarkan hasil

a. Hasil yang dicapai sesuai dengan perencanaan. Dimaksudkan pada tingkat hasil yang dicapai pada masing-masing karyawan (production level).

b. Kualitas pekerjaan. Dimaksudkan pada tingkat kualitas dari hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan (quality production).

c. Pekerjaan yang tersisa. Dimaksudkan pada tingkat penyelesaian pekerjaan yang tersisa (scrap).

d. Memperbaiki peralatan (equipment repairs). Dimaksudkan bagaimana peralatan yang telah digunakan dapat diperbaiki

2.1.7 Hubungan antara Kompensasi Finansial dan Nonfinansial terhadap Kinerja karyawan

Kompensasi finansial dan nonfinansial sangat berperan penting dalam kinerja karyawan. Karena karyawan sangat membutuhkan balas jasa dari perusahaan untuk kebutuhan kehidupan karyawan sehari-hari. Begitu juga dengan perusahaan yang membutuhkan tenaga kinerja karyawan.

(16)

kerjanya juga semakin baik. Disinilah letak pentingnya kompensasi bagi karyawan sebagai seorang penjual tenaga (fisik dan pikiran).

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Amrullah (2012) yang berjudul Pengaruh Kompensasi Finansial dan Nonfinansial Terhadap Kinerja Karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Wilayah Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komepensasi finansial dan nonfinansial terhadap kinerja karyawan pada PT. Bank Rakyat Indoneesia (Persero) Tbk. Wilayah Makassar. Peneliti menggunakan metode proportionate stratified random sampling dan analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, uji normalitas, uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda dan uji perbedaan rata-rata. Peneliti menyatakan bahwa secara simultan berpengaruh positif dan signifikan antara kompensasi finansial dan nonfinansial terhadap kinerja karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Wilayah Makassar.

(17)

terhadap kinerja, sehingga dengan adanya peningkatan pemberian kompensasi akan meningkatkan kinerja karyawannya. Dan kompensasi berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja melalui motivasi kerja, maka dapat disimpulkan motivasi kerja menjadi variabel yang memediasi antara kompensasi terhadap kinerja karyawan.

Butar Butar (2008) yang berjudul pengaruh kompensasi eksekutif dan manajemen laba terhadap risiko kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Peneliti bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompensasi eksekutif dan manajemen laba terhadap risiko kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar bursa efek Indonesia. Peneliti menggunakan metode purposive sampling dan metode analisis yang digunakan regresi linear berganda. Dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel kompensasi eksekutif dan manajemen laba berpengaruh signifikan terhadap risiko kebangkrutan.

(18)

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama

(Tahun) Judul Variabel Hasil Penelitian

Asriyanti

(19)

kerja, maka dapat

disimpulkan bahwa motivasi kerja menjadi variabel yang memediasi

antara kompensasi ratio, dan return on assets

Kompensasi eksekutif dan

manajemen laba berpengaruh negatif signifikan terhadap risiko kebagkrutan secara parsial maupun simultan. yakni gaji, bonus dan tunjangan, demikian juga kompensasi nonfinansial yakni pekerjaan dan lingkungan berpengaruh terhadap kinerja dosen.

Gambar

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Kemajuan Daerah sangat tergantung pada Parpol pendukung Tingkat kemajuan daerah moderat, apabila didukung birokrasi profesional Tingkat kemajuan daerah akan tinggi.

Hasil penentuan daerah potensi banyak ikan dari tahun 2010 sampai 2013, pada bulan April, daerah potensi banyak ikan menyebar di daerah pesisir Pasuruan, pesisir Probolinggo

Rerata lama persalinan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan uji statistik dengan uji Wilcoxon di peroleh nilai p = 0,003 lebih kecil dari 0,05, artinya

1) Penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan bahwa Periklanan, Promosi Penjualan, Public Relation, Personal Selling, Direct Seliing dan Gaya Hidup (life style) mempunyai

Pembaruan hukum Islam berarti gerakan ijtihad menetapkan hukum yang mampu men- jawab permasalahan dan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu penge- tahuan dan

Perbedaan hasil pengukuran pada alat perekam penggunaan daya listrik untuk beban rumah tangga dikarenakan tidak stabilnya tegangan yang dihasilkan pada sistem

Menurut Prawirohardjo (2009), kehamilan dapat mengubah selera makan dan pola makan (kebiasaan mengidam), dimana pada umumnya nafsu makan wanita hamil akan meningkat, hal ini

[r]