GAYA KEPEMIMPINAN PENGASUH PONDOK
PESANTREN DURROTU AHLI SUNNAH WALJAMAAH
SEBAGAI PEGIAT PENDIDIKAN NONFORMAL
Karya Ilmiah
Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Oleh :
Nama
: Noor Salamah
NIM
: 1201412049
Prodi
: Pendidikan Luar Sekolah
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
BAB I
1.1Latar Belakang
Proses belajar merupakan proses panjang yang terjadi sepanjang hayat. Pendidikan atau usaha mencerdasakan kehidupan bangsa merupakan investasi bagi kemajuan suatu bangsa. Indonesia telah melakukan berbagai upaya guna mewujudkannya, usaha tersebut dilakukan melalui jalur pendidikan formal, nonformal maupun informal baik oleh pemerintah, keluarga maupun masyarakat. Kualitas dari mutu pendidikan sendiri ditentukan oleh banyak variabel, diantaranya adalah kualitas guru, alat bantu, fasilitas, biaya dan sebagainya. Beberapa variabel itu biasanya tergabung dalam sumber-sumber pendidikan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Sebagai salah satu lembaga pendidikan nonformal, pondok pesanten dengan segala atributnya memiliki kekhasan tersendiri. Baik kurikulumnya, peraturannya, sarana-prasarana, serta tenaga pendidik dan kependidikannya. Pengasuh pondok pesantren sebagai pegiat pendidikan nonformal tentu memiliki gaya tersendiri yang berbeda dengan pendidik pendidikan formal. Pengasuh pondok pesantren merupakan sosok yang begitu kompleks dengan segala peran dan tugasnya. Gaya kepemimpinan seorang pengasuh akan berpengaruh terhadap pembelajaran santri selama mondok, perilaku santri selama mondok dan pandangan masyarakat terhadap pondok dan santrinya.
Untuk itu penulis tertarik untuk meneliti mengenai gaya kepemimpinan
pengasuh pondok pesantren dengan mengambil judul : “GAYA
KEPEMIMPINAN PENGASUH PONDOK PESANTREN DURROTU AHLI SUNNAH WALJAMAAH SEBAGAI PEGIAT PENDIDIKAN NONFORMAL. 1.2Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dibahasa di atas, maka penulis menarik suatu rumusan masalah sebagai berikut ;
1. Apa gaya kepemimpinan pengasuh pondok pesantren Durrotu Ahli Sunnah Waljamaah ?
2. Bagaimana penerapan gaya kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren Durrotu Ahli Sunnah Waljamaah dalam perannya sebagai pegiat pendidikan nonformal ?
1.3Tujuan
1. Mengidentifikasi karakteristik gaya kepemimpinan pengasuh pondok pesantren Durrotu Ahli Sunnah Waljamaah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Peran kepemimpinan dalam setiap organisasi berbeda bergantung pada spesifikasinya. Perbedaan ini disebabkan oleh jenis organisasi, situasi sosial dalam organisasi dan jumlah kelompok dalam organisasi. Menurut Stoner (Joko Sutarto, 2013), kepemimpinan merupakan suatu proses mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas. Pemimipin dalam pendidikan dalam menjalankan tugasnya setidaknya harus memiliki tiga peran yaitu sebagai interpersonal, informasioanal, dan pengambil keputusan. Dimana gaya dari seorang pemimpin sangat berpengaruh terhadap perannya menjadi seorang pemimpin yang selanjutnya akan berdampak pada kebijakan yang dikeluarkan, tauladan yang dicontoh dan keberlangsungan organisasi. Perbedaan peran kepemimpinan jelas adanya diantara jalur pendidikan formal dan nonformal, lebih khusus lagi di dalam organisasi pondok pesantren.
Kajian yang berkaitan dengan gaya kepemimpinan sangatlah banyak, di antaranya yang dilakukan oleh Haedar Akib (2012), dalam presentasinya yang berjudul Teori Manajemen Kepemimpinan. Dalam presentasinya yang lebih banyak mengupas tentang teori-teori kepemimpinan diantaranya adalah teori bakat, teori prilaku, teori kontemporer dll.
Kajian lainnya seperti yang di tulis oleh Muhammad (2013) dalam presentasinya yang berjudul Dasar-Dasar Kepemimpinan, yang menjelaskan tentang empat gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan otoriter, laissez fair, demokratis dan situasional.
2.2Landasan Teori
Teori-teori yang akan dipaparkan berkaitan dengan karya ilmiah ini adalah meliputi gaya kepemimpinan, pengasuh pondok pesantren, pondok pesantren Durrotu Ahli Sunnah Waljamaah dan pegiat pendidikan nonformal. Berikut penjelasan dari masing-masing terori tersebut.
2.2.1 Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan yang efektif adalah pemimpin yang memiliki delapan kompetensi, kedelapan kompetensi itu adalah mampu memutuskan/memecahkan masalah, mampu merencanakan/menetapkan prioritas, mampu memotivasi, mampu berkomunikasi, mampu, melakukan presentasi/pidato, mampu mengajar/mentransfer pengetahuan, mampu menangani konflik, dan mampu membimbing. Kedelapan kompetensi inilah yang selanjutnya digunakan menjadi acuan dalam teori gaya kepempimpinan.
Muhammad (2008), menjelaskan terdapat empat gaya kepemimpinan, berikut pengertian dan ciri masing-masing gaya kepemimpinan.
1. Otoriter
Adalah gaya pemimpin yang otokritik artinya sangat memaksakan dan mendesak kekuasaannya kepada bawahan.
Ciri
a. Tanpa musyawarah
b. Tidak mau menerima saran dari bawahan
c. Mementingkan diri sendiri dan kelompok
d. Selalu memerintah
e. Memberikan tugas mendadak f. Cenderung menyukai bawahan
“ABS”
j. Hubungan dengan bawahan kurang harmonis
k. Tanpa kenal ampun atas kesalahan bawahan
l. Kurang percaya pada anak buah m. Kurang memberi dorongan
q. Kurang menghiraukan usulan
Adalah pemimpin yang memberikan kebebasan kepada bawahan. Ciri
f. Berprinsip dan konsisten terhadap suatu masalah n. Bawahan diberi kesempatan
untuk mengutarakan pendapat o. Mengutamakan kontrol
p. mengetahui kelebihan dan kekurangan bawahan
q. mengutamakan kepentingan bersama
r. Mempunyai ketegasan dalam situasi dan kondisi tertentu s. Mau menerima saran dan kritik
dari bawahan
3. Demokratis
Ciri
a. Pemimpin bersikap pasif b. Semua target diberikan
kepada bawahan c. Tidak tegas
d. Kurang memperhatikan kekurangan dan kelebihan bawahan
e. Percaya kepada bawahan f. Pelaksanaan pekerjaan tidak
terkendali
g. Mudah dibohongi bawahan h. Pemimpin kurang kreatif
i. Kurang mawas diri
j. Perencanaan dan tujuan kurang jelas
k. Bawahan merasa sebagai orang yang berkuasa
l. Kurang memberikan dorongan pada bawahan
m. Rasa tanggungjawab kurang n. Kurang berwibawa
o. Menjungjung tinggi hak asasi p. Menghargai pendapat bawahan q. Kurang bermusyawarah 4. Situasional
Adalah pemimpin yang bersikap lebih melihat pada situasinya. Kapan harus bersikap memaksa dan kapan harus moderat, serta pada situasi apa pemimpin harus memberi kebebasan kepada bawahan
Ciri
a. Supel / luwes b. Berwawasan luas
c. Mudah menyesuaikan dengan lingkungan
d. Mampu menggerakan bawahan
e. Bersikap keras pada saat tertentu
f. Berprinsip dan konsisten terhadap suatu masalah g. Mempunyai tujuan yang jelas h. Bersikap terbuka
i. Mau membantu memecahkan permasalahan bawahan n. Bawahan diberi kesempatan
untuk mengutarakan pendapat o. Mengutamakan kontrol p. mengetahui kelebihan dan
q. mengutamakan kepentingan bersama
r. Mempunyai ketegasan dalam situasi dan kondisi tertentu
s. Mau menerima saran dan kritik dari bawahan
2.2.2 Pengasuh Pondok Pesantren
Menurut kamus besar bahasa Indonesia offline V1.1, pengasuh berarti orang yang mengasuh atau wali. Sedangkan pondok pesantren dapat diartikan sebagai sebuah asrama pendidikan tradisional, dimana para siswanya semua tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan Kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Jadi pengertian dari pengasuh pondok pesantren adalah seseorang yang mengasuh atau menjadi wali dari para santri yang belajar di lembaga pendidikan pondok pesantren. Pengasuh pondok pesantren juga lebih dikenal dengan sebutan Kyai.
2.2.3 Pondok Pesantren Durrotu Ahli Sunnah Waljamaah
Pondok pesantren Durrotu Ahli Sunnah Waljamaah merupakan sebuah pondok pesantren salaf yang terletak di kompleks kampus Unnes tepatnya di Jalan Kalimasada No.1 rt 02 Rw 05 Banaran Sekaran Gunungpati Semarang. Pondok pesantren Durrotu Ahli Sunnah Waljamaah saat ini di asuh oleh Kyai Masyrokhan, dengan jumlah total santri putra dan putri kurang lebih 300 santri. Mulai berdiri sejak tahun 1993. Kegiatan yang berlangsung dalam proses pendidikan pondok pesantren anatara lain ngaji bandongan pagi, ngaji bandongan sore, madrasah diniyah, kuliah tujuh menit, khitobah, selapanan,
sewelasan, dibaan, arwah jama, dan manakiban. 2.2.4 Pegiat Pendidikan Nonformal
dari pamong belajar, fasilitator, penyuluh, pengelola kursus, pengelola lembaga swadaya masyarakat dan profesi sejenis lainnya.
Dalam jalur pendidikan nonformal, UU No. 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 4, disebutkan bahwa satuan pendidikan nonformal dikelompokkan ke dalam lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majlis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Pengasuh sebagai salah satu pegiat pendidikan nonformal sesuai dalam pasal diatas termasuk di dalam satuan kelompok majlis taklim atau lembaga sejenis yaitu pondok pesanten.
BAB III
PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari hasil observasi dan angket. Ruang lingkup penelitian ini adalah gaya kepemimpinan pengasuh pondok pesantren serta kaitannya dengan peran pengasuh sebagai pegiat pendidikan nonformal. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan tersebut peneliti melakukan analisis terhadap kondisi komunikasi santri dengan pengasuh, cara komunikasi, kontrol terhadap santri, dan cara penyampain kritik. Penelitian dilakukan dengan cara observasi selama 1 bulan dan penyebaran angket selama satu minggu. Sasaran dari penelitian ini adalah santri biasa, pengurus, ustaz-ustazah, bidang kurikulum Madrasah Diniyah dan bidang pendidikan. Sampel diambil sejumlah 12 orang. Empat santri biasa, satu pengurus, dua ustaz-ustazah, dua seksi. kurikulum, dan tiga seksi. Pendidikan. Selanjutnya, hasil dari penelitian akan di bahas pada dua sub bab di bawah ini.
3.1 Gaya Kepemimpinan
terlihat bahwa terkadang pengasuh bertindak otoriter, terkadang bertindak memasrahkan pada santri, terkadang demokratis. Bergantung pada situasi.
3.2 Deskripsi Penerapan Gaya Kepemimpinan Pengasuh
3.2.1 Penentuan Pembelajaran yang Harus Dikerjakan
Penentuan pembelajaran yang harus dikerjakan ditentukan oleh tangan kanan pengasuh yaitu pengurus, pengurus pondok seksi pendidikan dan pengurus Madrasah Diniyah bersama dengan ustaz-ustazah akan membahas kitab apa yang akan dikaji. Setelah rapat Internal tersebut kemudian akan di sowankan ndalem
(istilah bagi santri ketika memberi kabar sesuatu, meminta ijin, memohon restu, meminta masukan dan berdiskusi dengan pengasuh). Ketika sudah memberi kabar dan mendapat ijin, maka pengurus akan mengatur pembelian kitab, menentukan ustaz-ustazah dan mensosialisasikan pada santri yang lain.
3.2.2 Perencanaan Program Pembelajaran
3.2.3 Penyusunan Jadwal Kegiatan Pembelajaran
Penyusunan jadwal pembelajaran dalam lingkungan pondok pesantren di tentukan berdasarkan hasil diskusi santri dengan pengasuh. Santri dalam hal ini bukanlah keseluruhan santri yang belajar di pondok, melainkan pengurus yang merupakan tangan kanan pengasuh, lebih sempit lagi pengurus Madrasah Diniyah
seksi kurikulum dan pengurus pondok seksi pendidikan. Setelah mereka masing-masing seksi rapat internal hasil dari rapat akan di sowankan ndalem. Maka hasil dari diskusi ini yang kemudian akan menjadi keputusan jadwal kegiatan pembelajaran santri.
3.2.4 Pemecahan Masalah
Jika terdapat suatu permasalah dalam pembelajaran, keputusan solusi pemecahan masalah bergantung situasi, di saat mendesak solusi diputuskan sendiri oleh pengasuh sedangkan di saat masalah menyangkut orang banyak dan tidak dalam kondisi mendesak maka solusi akan didiskusikan bersama. Misalnya saja suatu kitab sudah khatam, dan kitab tersebut sudah merupakan jilid terakhir. Maka seksi pendidikan akan rapat internal untuk menentukan kitab lalu
disowankan ndalem. Atau dalam kondisi mendesak misalnya pembelian tanah di dekat gedung asrama putra yang keputusannya di tentukan oleh pengasuh. Namun setelah sudah memberikan pengasuh sudah memberikan uang muka, pengasuh bersama santri bahu-membahu melunasi sisanya baik melalui iuran wali santri, iuran alumni dan pencarian donatur.
3.2.5 Komunikasi
Komunikasi yang berjalan diantara santri dan pengasuh selalu berjalan baik. Jalannya komunikasi yang baik ini dipengaruhi pula oleh budaya santri yang takzim pada guru. Meskipun banyak cara berkomunikasi dianatarnya adalah diskusi, bimbingan individu atau bimbingan kelompok, namun pada pengasuh PPDAW sebutan bagi Pondok Pesantren Durrotu Ahli Sunnah Waljamaah lebih condong cara komunikasi satu arah yaitu melalui ceramah, pidato, tausiyah, dan
3.2.6 Kontrol
BAB IV PENUTUP
4.1Simpulan
Secara umum gaya kepimpinan dapat dibagi menjadi empat yaitu otoriter,
laissez fair, demokartis, dan situasional. Setiap gaya memiliki kekhasan masing-masing, dan setiap pemimpin memiliki gaya yang berbeda-beda. Pengasuh Pondok Pesantren Durrotu Ahli Sunnah Waljamaah sebagai salah satu pemimpin lembaga pendidikan nonformal sekaligus sebagai pegiat pendidikan nonformal termasuk pemimpin yang memiliki karakteristik gaya kepemimpinan situasional. Hal ini terlihat dari berbagai hal diantaranya: Cara pengasuh dalam menyusun jadwal kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui diskusi antara santri dan pengasuh. Perencanaan program pembelajaran yang ingin dicapai bergantung situasi artinya terkadang ditentukan sendiri oleh pengasuh, santri sendiri atau keduanya. Cara pengasuh mengarahkan santri akan tugasnya, yaitu dengan dijelaskan apa tugasnya, kapan tugasnya tanpa memberi tahu bagaimana tugasnya dilakukan. Kebijakan ini memungkinkan santri yang sekaligus juga mahasiswa dapat lebih kreatif dalam menjalankan tugas. Proses pemecahan suatu masalah yang dilakukan berdasarkan situasi. Artinya disaat mendesak diputuskan sendiri oleh pengurus, sedangkan disaat menyangkut orang banyak dan tidak dalam kondisi mendesak solusi akan didiskusikan bersama. Penentuan pembelajaran yang ditentukan sendiri oleh pengasuh. Jadi disini terlihat bahwa terkadang pengasuh bertindak otoriter, terkadang bertindak memasrahkan pada santri, terkadang demokratis. Bergantung pada situasi.
4.2Saran
Dari simpulan dan hasil penelitian ini penulis memberi saran kepada;
Kedua, kepada wali santri. Untuk meningkatkan kontrol pembelajaran santri di pondok, hendaknya wali santri sering mengunjungi pondok, berdiskusi dengan pengasuh dan pengurus bagaimana berkembangan santri ketika berada di pondok.
DAFTAR PUSTAKA
Sutarto, Joko. 2012. Manajemen Program PNF. Semarang: Unnes Press.
Rifai, Ahmad. 2013. Gaya Kepemimpinan Pamong Belajar SKB Batang. Skripsi. Unnes
Muhammad. 2008. “Dasar-Dasar Gaya Kepemimpinan” dalam
http://muhammadse.files.wordpress.com/2009/10/dasar-dasar1.ppt
diakses pada 2 Desember 2013
Akib, Haedar. 2012. “Teori Manajemen Kepemimpinan” dalam
http://haedarakib.files.wordpress.com/2012/10/teori-manajemen-kepemimpinan.ppt diakses pada 2 Desember 2013
Septiawan, Ebta. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline V1.1 dalam
Lampiran
1. Apakah anda pernah mendapat pengarahan dalam menyusun jadwal kegiatan pembelajaran dari pengasuh ?
a. Tidak pernah, karena sudah langsung berupa titah A dan harus A b. Tidak pernah, karena pengasuh memasrahkan semua pada santri c. Selalu, kami selalu berdiskusi
d. Bergantung situasi
2. Apakah anda pernah mendapat pengarahan dalam perencanaan program pembelajaran yang ingin dicapai ?
a. Tidak pernah, karena sudah langsung berupa titah A dan harus A b. Tidak pernah, karena pengasuh memasrahkan semua pada santri c. Selalu, kami selalu berdiskusi
d. Bergantung situasi
3. Bagaimana pengarahan pengasuh dalam memberikan tugas kepada anda? Apakah dijelaskan apa tugasnya? kapan dilakukan? Bagaimana caranya?
a. Semuanya dijelaskan secara rinci namun semuanya pun harus sesuai perintah b. Pengasuh hanya menjelasakan apa tugasnya dan kapan dilakukan, tanpa
menjelaskan bagaimana caranya.
c. Sering kali kami berdiskusi bagaimana tugas ini dilakukan? Jika tak sanggup atau tidak bersedia diperbolehkan tidak menerima tugas.
d. Semuanya dijelaskan tentang apa tugasnya, kapan dan bagaimana. Terkadang saya diwajibkan nerima tugas ini namun terkadang pula saya diperbolehkan untuk menolak tugas.
4. Jika terdapat suatu permasalahan, bagaimana proses pemecahan masalahnya? a. Keputusan solusi pemecahan masalah mutlak milik pengasuh tanpa
intervensi atau campur tangan santri
b. Keputusan solusi pemecahan masalah mutlak milik santri tanpa intervensi atau campur tangan pengasuh, namun pengasuh tetap bertanggung jawab atas solusi yang dipilih santri.
d. Keputusan solusi pemecahan masalah bergantung situasi, di saat mendesak solusi diputuskan sendiri oleh pengasuh sedangkan di saat masalah menyangkut orang banyak serta tidak dalam kondisi mendesak solusi akan didiskusikan bersama.
5. Bagaimana pengasuh dalam memberikan bimbingan, dukungan dan bantuan? a. Melalui komunikasi satu arah, ceramah atau pidato
b. Melalui diskusi
c. Melalui bimbingan individu d. Melalui bimbingan kelompok
6. Bagaimana jalannya proses komunikasi antara pengasuh dengan santri? a. Tidak baik
b. Baik sekali c. Selalu baik
d. Kadang-kadang baik
7. Apakah ada kontrol dari penagsuh dalam proses dan kegiatan pembelajaran terhadap santri?
a. Ada, pengasuh yang mengontrol secara langsung b. Ada kontrol, tapi melalui tangan kanan pengasuh
c. Ada kontrol, melalui tangan kanan pengasuh yang kemudian melalui tangan kanan tersebut pengasuh mengontrol santri
d. Tidak ada kontrol
8. Bagaimana cara anda dalam menyampaikan kritik dan saran? a. Langsung kepada pengasuh
b. Langsung kepada tangan kanan pengasuh
c. Melalui media tulis seperti Aswaja Inbox dalam buletin atau kotak saran d. Tidak ada ruang sebagai wadah penyalur aspirasi
9. Menurut anda, bagaimana reaksi pengasuh ketika menerima keluhan, kritik atau saran?
a. Cuek, masa bodoh. Menurutnya tetap ia yang paling benar.
b. Menerima dengan terbuka, segalanya diterima dengan lapang dada. Semua kritik, saran dianggap benar.
c. Mengajak diskusi kepada orang yang memberikan kritik serta saran agar diperoleh solusinya.
d. Menyaring kebenarannya dalam setiap keluhan, kritik atau saran.. 10. Bagaimana proses penentuan pembelajaran yang harus dikerjakan ?
a. Ditentukan sendiri oleh pengasuh b. Ditentukan oleh tangan kanan pengasuh c. Ditentukan oleh santri sendiri
C. Pemimpin Ideal dan efektif
1. Pemimpin yang bagaimana yang anda anggap sudah pantas dibilang Ideal dan efektif? Jelaskan?