• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pengetahuan dan Modal Manusia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Manajemen Pengetahuan dan Modal Manusia"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Manajemen Pengetahuan dan Modal Intelektual

Oleh

Fridiyanto

A. Pendahuluan

Manajemen Pengetahuan (Knowledge management) adalah kumpulan perangkat, teknik, dan strategi untuk mempertahankan, menganalisis, mengorganisasi, meningkatkan, dan membagikan pengertian dan pengalaman. Pengertian dan pengalaman semacam itu terbangun atas pengetahuan, baik yang terwujudkan dalam seorang individu atau yang melekat di dalam proses dan aplikasi nyata suatu organisasi. Fokus dari MP adalah untuk menemukan cara-cara baru untuk menyalurkan data mentah ke bentuk informasi yang bermanfaat, hingga akhirnya menjadi pengetahuan.

Cut Zurnali (2008) mengemukakan istilah knowledge management pertama sekali digunakan oleh Wiig pada tahun 1986, saat menulis buku pertamanya mengenai topik Knowledge Management Foundations yang dipublikasikan pada tahun 1993. Akhir-akhir ini, konsep knowledge management mendapat perhatian yang luas. Hal ini menyatakan secara tidak langsung proses pentransformasian informasi dan intellectual assets ke dalam enduring value. Knowledge management

merupakan kekhususan organisasi (organization-specific), ketika perhatian dasarnya adalah ekploitasi dan pengembangan organizational knowledge assets kepada tujuan-tujuan organisasi selanjutnya. Knowledge management bukan merupakan sesuatu yang lebih baik (better things), tapi untuk mengetahui bagaimana mengerjakan sesuatu dengan lebih baik (things better).

(2)

 Membuat pengetahuan terkait pengembangan produk dan jasa menjadi tersedia dalam bentuk eksplisit

 Mencapai siklus pengembangan produk baru yang lebih cepat

 Memfasilitasi dan mengelola inovasi dan pembelajaran organisasi

 Mendaya-ungkit keahlian orang-orang di seluruh penjuru organisasi

 Meningkatkan keterhubungan jejaring antara pribadi internal dan juga eksternal

 Mengelola lingkungan bisnis dan memungkinkan para karyawan untuk mendapatkan pengertian dan gagasan yang relevan terkait pekerjaan mereka

 Mengelola modal intelektual dan aset intelektual di tempat kerja

Pengetahuan bukanlah sekadar informasi. Pengetahuan bersarang bukan di wadah tempat disimpannya informasi, melainkan berada di pengguna informasi bersangkutan. Terdapat beberapa hal yang membedakan antara pengetahuan, informasi, dan data. Memahami beda antara ketiganya sangatlah penting dalam memahami manajemen pengetahuan.

Transfer pengetahuan (salah satu aspek dari manajemen pengetahuan) dalam berbagai bentuk, telah sejak lama dilakukan. Contohnya adalah melalui diskusi sepadan dalam kerja, magang , perpustakaan perusahaan, pelatihan profesional, dan program mentoring. Walaupun demikian sejak akhir abad ke-20, teknologi tambahan telah diterapkan untuk melakukan tugas ini, seperti basis pengetahuan, sistem pakar, dan repositori pengetahuan.

B. Pembahasan

(3)

Manajemen pengetahuan adalah manajemen yang muncul untuk menjawab bagaimana seharusnya mengelola pengetahuann sebagai aset utama yang dapat mendorong inovasi, produktivitas, dan daya saing oganisasi.1

Horwitch dan Armacost mendefinisikan manajemen pengetahuan sebagai pelaksanaan penciptaan, penangkapan, pentransferan, dan pengaksesan pengetahuan dan informasi yang tepat ketika dibutuhkan untuk membuat keputusan yang ebih baik, bertindak dengan tepat, serta memberikan hasil dalam rangka mendukung strategi bisnis.2

Davidson dan Voss (2002) mendefinisikan manajemen pengetahuan sebagai sistem yang memungkinkan organisasi menyerap pengetahuan, pengalaman, dan kreativitas para stafnya untuk perbaikan kinerja organisasi. Manajemen pengetahuan merupakan proses yang menyediakan cara sehingga perusahaan dapat mengenali dimana aset intelektual kunci berada, menangkap ukuran aset intelektual yang relevan untuk dikembangkan.3

Knowledge Transfer International mendefinisikan manajemen pengetahuan sebagai suatu strategi yang mengubah aset intelektual organisasi, baik informasi yang sudah terekam maupun bakat dari para anggotanya ke dalam produktivitas yang lebih tinggi, nilai-nilai baru, dan peningkatan daya saing. Manajemen pengetahuan mengajarkan pada organisasi dari mulai pimpinan sampai kepada anggota tentang bagaimana menghasilkan dan mengoptimalkan keterampilan sebagai entitas kolektif.4

The American Productivity and Quality Centre me definisikan manajemen pengetahuan sebagai strategi dan proses pengidentifikasian, menankap, dan mengungkit pengetahuan untuk meningkatkan daya saing. Manajemen pengetahuan lebih terkait dengan hal-hal berbagi pengetahuan untuk meningkatkan daya saing. Manajemen pengetahuan lebih terkait dengan hal-hal berbagi pengetahuan, bukan demi pengetahuan itu sendiri, tetapi lebih pada suatu sarana untuk menemukan cara

1 Sangkala, Knowledge Management: Suatu Pengantar Memahami Bagaimana Organisasi Mengelola Pengetahuan Sehingga Menjadi Organisasi yang Unggul (Jakarta: Rajawali Press,2007),hlm.5.

(4)

yang memungkinkan anggota organisasi menjalankan bisnisnya lebih cepat, lebih baik, dan dengan biaya yang lebih efisien.5

Sanosu dan Surmach (2001) mendefinisikan manajemen pengeahuan merupakan proses dimana perusahaan melahirkan nilai-nilai dari modal intelektual dan aset yang berbasiskan pengetahuan. Manajemen pengetahuan merupakan seni untuk menciptakan nilai.6 Sedangkan Bergeson mendefinisikannya sebagai

pendekatan sistematik untuk mengelola aset intelektual dan informasi lain sehingga memberikan keunggulan bersaing bagi organisasi.7 Karl Erick Svelby mengatakan

bahwa manajemen pengetahuan adalah seni penciptaan nilai dari intangible assets.

Tannebum (1998) memberikan empat definisi manajemen pengetahuan, sebagai berikut.8

1. Manajemen pengetahuan mencakup pengumpulan, penyusunan, penyimpanan, dan pengaksesan informasi untuk membangun pengetahuan, pemanfaatan dengan tepat teknologi informasi, seperti komputer yang dapat mendukung manajemen pengetahuan, namun teknologi informasi tersebut bukanlah manajemen pengetahuan.

2. Manajemen pengetahuan mencakup berbagi pengetahuan. Tanpa berbagi pengetahuan, upaya manajemen pengetahuan akan gagal kultur organisasi, dinamika dan praktik, seperti sisitem penggajian yang dapat mempengaruhi berbagai pengetahuan. Kultur dan aspek sosial dari manajemen pengetahuan merupakan tantangan penting.

3. Manajemen pengetahuan terkait dengan pengetahuan orang. Pada suatu saat, organisasi membutuhkan orang berkompeten untuk memahami dan memanfaatkan informasi dengan efektif. Organisasi terkait dengan individu untuk melakukan inovasi dan memberi petunjuk kepda organisasi. Organisasi juga terkait dengan persoalan keahlian yang menyediakan input untuk menerapkan manajemen pengetahuan. Olehkarena itu, organisasi harus mempertmbangkan bagaimana menarik, mengembangkan, dan mempertahankan pengetahuan anggota sebagai bagian dari domain manajemen pengetahuan.

5 Ibid,hlm.8. 6 Ibid,hlm.8. 7 Ibid.hlm.8.

(5)

4. Manajemen pengetahuan terkait dengan peningkatan efektivitas organisasi. Manajemen pengetahuan dapat berkontribusi kepada vitalitas dan kesuksesan organisasi. Upaya untuk mengukur modal intelektual dan untuk menilai efektivitas manajemen pengetahuan.

Para pakar sumber daya manusia memahami manajemen pengetahuan terkait dengan penarikan dan mempertahankan talenta dan isu-isu yang terkait degan learning organization. Para ahli teknologi informasi memaknainya sebagai aspek manajemen yang terkait dengan sistem jaringan komputer. Sedangkan jika ahli akuntansi mendefinisikan manajemen pengetahuan sangat terkait dengan modal intelektual organisasi9 memberikan dampak positif terhadap pelayanan kepada pelanggan atau konsumen, karena organisasi dapat mengenal permasalahan yang dialami oleh pelanggan. Sehingga organisasi dapat memberikan respon lebih cepat, penanganan klaim pelanggan, serta pelayanan yang lebih proaktif. Semua ini ditangani oleh knowledge worker yang dikelola dengan prinsip manajemen pengetahuan.

2. Bidang Pengembangan kompetensi personil. Manajemen pengetahuan pada hakekatnya adalah memberikan kesempatan kepada seluruh organisasi sehingga dapat meningkatkan kompetensinya secara mandiri. organisasi juga bertanggung jawab terhadap peningkatan kecakapan dan ilmu anggotanya. Juga dengan meningkatnya pengetahuan maka berdampak pada promosi posisi yang akhirnya adalah pada kompensasi atau peningkatan tambahan yang diperoleh oleh anggota organisasi.

3. Bidang pemeliharaan ketersediaan pengetahuan. Melalui manajemen pengetahuan maka organisasi tidak akan mengalami knowledge loss atau

9 Sangkala,op.cit.,hlm.6.

(6)

sebuah kondisi dimana organisasi kehilangan pengetahuan yang dibutuhkannya, walau pada sebelumnya pengetahuan tersebut telah dimiliki organisasi. Sehingga dengan pengelolaan pengetahuan organisasi tidak mengalami krisis pengetahuan yang dapat berdampak pada stagnasi bahkan kehancuran sebuah organisasi.

4. Bidang inovasi dan pengembangan produk. Manajemen pengetahuan akan mencipakan inovasi yang dibutuhkan oleh pelanggan sehingga pelanggan tidak lari ke produk lain yang diciptakan oleh organisasi lain.

b. Faktor-faktor Penting Implementasi Manajemen Pengetahuan

Berikut adalah beberapa faktor yang mendukung implementasi manajemen pengetahuan di sebuah organisasi.11

1. Manusia

Pada dasarnya manajemen pengetahuan berada dalam pikiran manusia. Manusia jugalah yang merupakan pelaku dari proses-proses yang ada dalam manjemen pengetahuan. Jika konsep manajemen pengetahuan tidak bisa dijalankan maka faktor utamanya adalah manusia atau orang-orang yang ada di organisasi.

2. Kepemimpinan

Melalui kepemimpinan dapat dibangun sebuah visi yang kuat yang dapat menggerakkan seluruh anggota organisasi untuk mencapai visi organisasi. Seorang pemimpin harus menampakkan tindakan nyata, tidak hanya sekedar retorika. Maka seorang pemimpin harus mengerahkan kapasitas intelektual yang dimilikinya dan terjun langsung untuk mengawal jalannya manajemen pengetahuan. Untuk itulah seorang pemimpin dengan kepemimpinannya yang baik harus memiliki determinasi . yang tinggi terhadap capaian organisasi.

3. Teknologi

Teknologi informasi tidak bisa dihindari, maka sebuah organisasi harus memaksimalkan fungsi tenologi informasi dalam menjalankan manajemen pengetahuan. Sebuah organisasi yang ada pada zaman teknologi informasi sebagaimana yang disampaikan oleh Alfin Toffler maka organisasi tersebut akan tertingal dan kolaps.

4. Organisasi

(7)

Organisasi berkaitan dengan aspek operasional dari aset-aset pengetahuan, termasuk fungsi-fungsi, proses-proses, struktur organisasi formal dan informal, ukuran dan indikator pengendalian, proses penyempurnaan, dan rekayasa proses bisnis. Olehkarena itu organisasi harus fleksibel menyikapi perubahan.

5. Belajar

Peran learning organization sangat penting dalam implementasi manajemen pengetahuan terutama dengan lima aktifitas LO yang diharapkan, yaitu: penyelesaian masalah secara sistematis, pengujicobaan pendekatan-pendekatan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, belajar dan praktek, transfer pengetahuan secara cepat dan efisien ke seluruh organisasi.

c. Sistem Pakar Manajemen Pengetahuan

Sistem pakar merupakan salah satu teknologi andalan dalam manajemen pengetahuan, terutama melalui empat alur skema penerapan atau aplikasi dalam suatu organisasi, yaitu:

1. Case-based reasoning (CBR) yang merupakan representasi knowledge berdasarkan pengalaman, termasuk kasus dan solusinya;

2. Rule-based reasoning (RBR) mengandalkan serangkaian aturan-aturan yang merupakan representasi dari knowledge dan pengalaman manusia dalam memecahkan kasus-kasus yang rumit yang sedang dihadapi;

3. Model-based reasoning (MBR) melalui representasi knowledge dalam bentuk atribut, perilaku, antar hubungan maupun simulasi proses terbentuknya knowledge;

4. Constraint-satisfaction reasoning yang merupakan kombinasi antara Rule-based reasoning (RBR) dan Model-Rule-based reasoning (MBR).

(8)

1. Proses mengoleksi, mengorganisasikan, mengklasifikasikan, dan mendiseminasikan pengetahuan ke seluruh unit kerja dalam suatu organisasi agar knowledge tersebut berguna bagi siapapun yang memerlukannya,

2. Kebijakan, prosedur yang dipakai untuk mengoperasikan database dalam suatu jaringan intranet yang selalu up-to-date,

3. Menggunakan ICT (Information and Communication Technology) yang tepat untuk menangkap knowledge yang terdapat di dalam pikiran individu sehingga knowledge itu bisa dengan mudah digunakan bersama dalam suatu organisasi,

4. Adanya suatu lingkungan untuk pengembangan aplikasi sistem pakar (expert systems);

5. Analisis informasi dalam databases, data mining atau data warehouse sehingga hasil analisis tersebut dapat segera diketahui dan dipakai oleh lembaga,

6. Mengidentifikasi kategori knowledge yang diperlukan untuk mendukung lembaga, mentransformasikan basis knowledge ke basis yang baru,

7. Mengkombinasikan pengindeksan, pencarian knowledge dengan pendekatan semantics atau syntacs,

8. Mengorganisasikan dan menyediakan know-how yang relevan, kapan, dan bila mana diperlukan, mencakup proses, prosedur, paten, bahan rujukan, formula, best practices, prediksi dan cara-cara memecahkan masalah. Secara sederhana, intranet, groupware, atau bulletin boards adalah sarana yang memungkinkan lembaga menyimpan dan mendesiminasikan knowledge,

9. Memetakan pengetahuan pada suatu organisasi baik secara on-line atau off-line, pelatihan, dan perlengkapan akses ke knowledge.

(9)

1. Penerapannya tidak hanya menghasilkan knowledge baru, tetapi juga untuk mendaur-ulang knowledge yang sudah ada.

2. Teknologi informasi belum sepenuhnya bisa menggantikan fungsi-fungsi jaringan sosial antar anggota organisasi.

3. Sebagian besar organisasi tidak pernah tahu apa yang sesungguhnya mereka ketahui, banyak knowledge penting yang harus ditemukan lewat upaya-upaya khusus, padahal knowledge itu sudah dimiliki sebuah organisasi sejak lama.

Sehingga , knowledge management akan membuat berbagi informasi (shared information) tersebut menjadi bermanfaat. Knowledge management termasuk strategi dari tanggung jawab dan tindak lanjut (commitment), baik untuk meningkatkan efektivitas organisasi maupun untuk meningkatkan peluang/kesempatan.

Tujuan dari knowledge management adalah meningkatkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan proses inti lebih efisien. Davenport et.al (1988) dalam Cut Zurnali (2008) menjelaskan sasaran umum dari sistem knowledge management dalam praktik adalah sebagai berikut:

1. Menciptakan knowledge: Knowledge diciptakan seiring dengan manusia menentukan cara baru untuk melakukan sesuatu atau menciptakan know-how. Kadang-kadang knowledge eksternal dibawa ke dalam organisasi/institusi;

2. Menangkap knowledge: Knowledge baru diidentifikasikan sebagai bernilai dan direpresentasikan dalam suatu cara yang masuk akal dan dapat dicerna;

(10)

4. Menyimpan knowledge: Knowledge yang bermanfaat harus dapat disimpan dalam format yang baik dalam penyimpanan knowledge, sehingga orang lain dalam organisasi dapat mengaksesnya atau menggunakannya;

5. Mengolah knowledge: Sebagaimana sebuah perpustakaan (library), knowledge harus dibuat up-to-date. Hal tersebut harus di review untuk menjelaskan apakah knowledge tersebut relevan atau akurat.

6. Menyebarluaskan knowledge: Knowledge harus tersedia dalam format yang bermanfaat untuk semua orang atau anggota dalam organisasi yang memerlukan knowledge tersebut, di mana pun dan tersedia setiap saat.

d. Tipe Proyek Manajemen Pengetahuan

Studi yang dilakukan oleh Davenport (1999) mengidentifikasi empat tipe besar proyek manajemen pengetahuan terkait pada titik tekan yang dimilikinya:

1. Menciptakan simpanan pengetahuan

Fokus pada menangkap pengetahuan dan untuk memperlakukan pengetahuan sebagai suatu entitas yang terpisah dari orang-orang yang menciptakan dan menggunakannya. Maka yang dilakukan adalah membuat dokumen yang berisi pengetahuan yang telah direkam dan menyimpannya di suatu simpanan di mana dia bisa dengan mudah diakses.

2. Meningkatkan akses dan Transfer terhadap pengetahuan

(11)

3. Menyuburkan lingkungan pengetahuan

Proyek ini terkait aktivitas membangun lingkungan berkontribusi untuk penciptaan, penyebaran, dan penggunaan pengetahuan yang lebih efektif. Aktivitas yang tercakup di sini semisal pembentukan kesadaran dan pembudayaan perhatian terkait pentingnya berbagi pengetahuan. Termasuk juga di dalamnya adalah bagaimana mengubah perilaku dan memberikan insentif untuk berbagi pengetahuan.

4. Mengelola pengetahuan sebagai suatu aset

Fokusnya di sini adalah pada memperlakukan pengetahuan sebagaimana aset lain di neraca keuangan. Namun sifat pengetahuan yang tidak secara konkret berwujud memang membuatnya sangat susah untuk ditransformasi dan diestimasi dalam konteks finansial.

e. Pengorganisasian Modal Intelektual

Menurut Cut Zurnali (2008), istilah modal intektual (intellectual capital) digunakan untuk semua yang merupakan asset dan sumberdaya tangible atau non-physical dari sebuah organisasi, yaitu mencakup proses, kapasitas inovasi, pola-pola, dan pengetahuan yang tidak kelihatan dari para anggotanya dan jaringan koloborasi serta hubungan organisasi. Intellectual capital juga didefinisikan sebagai kombinasi dari sumberdaya-sumberdaya intangible dan kegiatan-kegiatan yang membolehkan organisasi mentransformasi sebuah bundelan material, keuangan dan sumberdaya manusia dalam sebuah kecakapan sistem untuk menciptakan stakeholder value.

Cut Zurnali (2008) memberikan pandangan yang berbeda tentang klasifikasi umum modal intelektual (intellectual capital). Mengacu pada pandangan Bontis dalam Sanchez et.al., Cut Zurnali mengemukakan bahwa modal intelektual dibentuk dari sistem hubungan antar blok (system of inter-relational blocks), sebagai berikut:

(12)

Pengetahuan individual yang tak terlihat dari para anggota yang dimiliki organisasi. Human capital ini didefinisikan sebagai kombinasi dari pendidikan, warisan genetik, pengalaman dan sikap, terhadap hidup dan pekerjaan. Ini diukur sebagai fungsi volume.

2. Modal Struktural

Pengetahuan tak terlihat yang merangkul organisas, ini mengenal keberagaman yang sangat besar dari pemenuhan hubungan untuk mengelola perusahaan dalam sebuah cara yang terkoordinasi. Tanpa ini, intellectual capital hanya merupakan

human capital.

3. Modal Pelanggan

Pengetahuan yang komprehensif dalam bidang pemasaran dan hubungan dengan pelanggan. Hal ini mencakup pengembangan pengetahuan mengenai pelanggan, pemasok dan asosiasi industrial atau yang berkaitan dengan pemeintah. Customer capital ini dapat diukur sebagai sebuah fungsi lamanya usia perusahaan.

Namun, menurut Cut Zurnali (2008), modal intektual lebih dari sekedar penjumlahan ketiga elemen ini. Hal ini berkaitan dengan bagaimana membiarkan pengetahuan dari sebuah perusahaan bekerja dan menciptakan nilai. Modal intelektual mampu menghasilkan peningkatan nilai organisasi dan dimaksudkan untuk membolehkan perusahaan mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada lebih baik dari yang didapatkan para pesaing dan memberikan peningkatan penghasilan dimasa depan.

Cut Zurnali menjelaskan kaitannya dengan organisasi publik seperti instansi-instansi pemerintah dan universitas, maka komponen-komponen yang tepat untuk mengukur modal intelektual adalah sebagai berikut: Human Capital– the set of explicit and tacit knowledge of the institutions’personnel acquired through formal and informal educational and actualization processes embodied in their activities

(13)

to the internal process of dissemination, communication and management of scientific and technical knowledge in the institution (can be both institutional and technological)-(pengetahuan yang terlihat yang berkaitan dengan proses internal dari penyebaran, pengkomunikasian dan manajemen ilmiah dan pengetahuan teknis dalam organisasi atau dapat dua-duanya yaitu keorganisasian dan teknologi); dan Relational Capital – gathers the wide set of economical, political and institutional relationships developed and maintained by institution. (perangkat yang luas secara ekonomi, politik dan hubungan institusional yang dikembangkan dan dipelihara oleh institusi).

Sebagai tambahan, menurut Cut Zurnali (2008), organisasi-organisasi publik mempunyai permintaan eksternal yang terus-menerus untuk transparansi dan informasi yang lebih besar dalam hal penggunaan dana publik. Dan dengan adanya otonomi daerah atau otonomi kampus, tuntutan ini menjadi lebih besar lagi terhadap organisasi, manajemen dan alokasi anggaran mereka. Situasi ini memerlukan sistem pelaporan dan manajemen yang baru (new management and reporting systems).

Menurut Elena (2004), Cut Zurnali (2008) menjelaskan bahwa intellectual capital management dan knowledge management menyediakan metodologi yang efisien untuk mengidentifikasi, mengukur, mengelola dan menyebarkan pengetahuan, inilah yang disebut dengan suatu cara yang pantas untuk memperbaiki transparansi dan manajemen internal. Intellectual capital management (ICM) dan manajemen pengetahuan adalah seperangkat kegiatan manajerial yang ditujukan pada pengidentifikasian dan pemberian nilai asset-aset pengetahuan organisasi. Pengaruh asset-aset ini melalui pembagian pengetahuan dan menciptakan pengetahuan baru.12

Menurut Cut Zurnali (2008), sistem pelaporan dan manajemen baru akan membolehkan organisasi berada dalam posisi: Menciptakan transparansi dalam penggunaan dana publik ; Menjelaskan pencapaian riset, pelatihan, inovasi dan manfaat lainnya kepada para stakeholder; Mengilustrasikan pengembangan asset tak terlihat.

(14)

Modal intelektual dalam sebuah organisasi dapat dikelola dengan tahap-tahap sebagai berikut.13

Tahap pertama. Organisasi mengawali manajemen pengetahuan dengan tujuan untuk meminimalkan resiko. Pada tahap ini, organisasi bergegas untuk mencari pengetahuan berharga yang dimilikinya, mengumpulkan dan menggunakan untuk mengatasi masalah organisasi.

Pada tahap kedua. Organisasi masih memanfaatkan tindakan reaktif dan belum ada suatu proses kreasi pengetahuan yang terencana dengan baik. Namun organisasi sudah mulai mencari secara aktif pengetahuan baru yang terbentuk secara kreasi antar anggota organisasi.

Pada tahap ketiga merupakan tahap pengembangan manejem pengetahuan yang umumnya dijumpai di organisasi yang ingin menghasilkan inovasi. Organisasi ini memfokuskan upaya untuk menciptakan pengetahuan yang baru dan proses pengetahuan yang handal.

2. Implikasi manajemen pengetahuan dan modal intelektual

Berikut adalah beberapa implikasi dari teori-teori manajemen pengetahuan dan modal intelektual.

Manajemen pengetahuan akan berimplikasi kepada organisasi bahwa dibutuhkan pengelolaan modal intelektual yang ada diorganisasi melalui kultural atau pun secara struktura. Secara kultural, seorang pemimpin organisasi harus mampu menciptakan iklim organisasi pembelajar sehingga berdampak pada peningkatan kecakapan teknis dan wawasan anggota organisasi sehingga dapat mempermudah organisasi mencapai tujuannya. Sedangkan secara struktural bahwa modal intelektual yang ada diorganisasi harus disadari secara utuh dari pimpinan sampai anggota organisasi untuk menjadikannya dalam struktur organisasi atau menjadi bagian dari divisi kerja atau departemen dalam organisasi. Jika tidak dikelola secara struktural maka modal intelektual organisasi tidak akan tertata dengan baik yang menyebabbkan secara bertahap berkurang dan hilangnya modal inteleketual

(15)

organisasi. Ketika tidak dikelola secara struktural maka dampak paling buruk dari habisnya modal intelektual adalah adanya intelectual crisis sebuah kondisi dimana organisasi mengalami krisis knowledge worker atau tenaga-tenaga terampil yang mampu memaksimalkan vitalitas organisasi dalam mencapai kinerja yang terbaik.

Manajemen pengetahuan akan meminimalkan apa yang oleh Peter F Drucker disebut sebagai ketidak loyalitasan knowledge worker kepada organisasi. Pada dasarnya ketidakloyalan pekerja pengetahuan tersebut dikarenakan tidak adanya pengelolaan yang baik terhadap pekerja pengetahuan, sehingga mereka sering merasa diabaikan dan tidak dihargai modal intelektual dan kecakapan teknis yang mereka miliki, sehingga mereka beralih ke organisasi lain yang lebih menjanjikan dan menawarkan penghargaan lebih baik terhadap pengetahuan dan kecalapan teknis yang mereka miliki.

DAFTAR PUSTAKA

Maddocks, J. & Beaney, M. 2002. See the invisible and intangible. Knowledge Management, March.

Davenport, T; De Long, D (1999). "Successful Knowledge Management Projects".

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang bisa didapat dari jurnal kedua adalah bank Islam di Indonesia berdiri di antara tingkatan berhasil, baik, dan memuaskan jika dilihat dari sisi aset, sisi

Adapun permasalahan kawasan kumuh di Kecamatan ini, yaitu Rawan muncul permukiman kumuh akibat sulitnya mendapatkan lahan diperkotaan yang berkorelasi dengan tingginya harga

Ia memang per- nah mengetahui dari media bahwa orang pemerintah pernah bicara soal pencegahan kematian ibu dan anak, walau ia tidak tahu bahwa pemerintah memiliki program

Terkait dengan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan dari penelitian ini, untuk menggambarkan resepsi pesan toleransi agama Santri pondok pesantren

Berdasarkan Jadwal Pendidikan dan Pelatihan yang telah dijabarkan, maka dapat diperoleh jumlah ruang kelas dan ruang simulasi yang dibutuhkan dalam kegiatan

Tesis yang berjudul “Efektivitas Teknik Restrukturisasi Kognitif Dalam Konseling KelompokUntuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa(Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa

Standardisasi yang tidak seragam di antara kategori produk private label memunculkan perasaan negatif dari konsumen Peritel dapat dipersepsikan sebagai less powerful in the

Pemerkosaan, pelecehan seksual, perdagangan perempuan dan anak, kekerasan dalam rumah tangga, ekspoitasi seksual, kekerasan terhadap pembantu rumah tangga, pornografi,