PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MANJEMEN KURIKULUM, KESISWAAN DAN SARANA DAN PRASARANA) DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMP NEGERI 4 KEPANJEN
SKRIPSI
Disusun oleh: Esti Winarsih
04120011
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MANJEMEN KURIKULUM, KESISWAAN DAN SARANA DAN PRASARANA) DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMP NEGERI 4 KEPANJEN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu
Sarjana Pendidikan Islam (S. PdI)
Disusun oleh: Esti Winarsih
04120011
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
HALAMAN PERSETUJUAN
PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MANJEMEN KURIKULUM, KESISWAAN DAN SARANA DAN PRASARANA) DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMP NEGERI 4 KEPANJEN
SKRIPSI
Oleh: Esti Winarsih
04120011
Telah Disetujui Tanggal 26 Maret 2009 Oleh Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
PENGESAHAN
PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MANJEMEN KURIKULUM, KESISWAAN DAN SARANA DAN PRASARANA) DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
SMP NEGERI 4 KEPANJEN SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh Esti Winarsih (04120011)
Telah dipertahankan di depan Dewan penguji pada tanggal 11 april 2009 Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
!
"
#
$
%
&
' "!
( "
%
')
Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony
maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa
tersebut dibawah ini:
Nama : Esti Winarsih
Nim : 04120011
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi :PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
(MANJEMEN KURIKULUM, KESISWAAN DAN
SARANA DAN PRASARANA) DALAM
MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DI SMPN 4 KEPANJEN
Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah
layak diajukan untuk diuji.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pembimbing,
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 19 Maret 2009
KATA PENGANTAR
Dengan kerendahan dan ketulusan hati yang paling dalam, penulis panjatkan
syukur alhamdulillah rabbil ’alamin kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan hidayahnya penulisan skripsi dengan judul ”PENERAPAN MANAJEMEN
BERBASIS SEKOLAH (MANJEMEN KURIKULUM, KESISWAAN DAN SARANA DAN PRASARANA) DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 KEPANJEN” dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa di limpahkan Allah SWT, kepada
junjungan kita pembawa revolusi Islam rosulullah SAW, yang telah sukses
mengantar umatnya menuju jalan kebenaran dan semoga kita diberi kekuatan
untuk melanjutkan perjuangan beliau.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terselesai tanpa
pengarahan dan bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberi perhatian dan motivasi baik
spiritual maupun material dalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak Prof. DR. H. M. Imam Suprayogo, selaku Rektor UIN Malang yang
telah banyak mencurahkan tenaga, fikiran, waktu dan materi untuk
mengembangkan suasana yang edukatif di UIN Malang.
3. Bapak Drs. M. Padhil, Mpd. selaku ketua Jurusan Tarbiyah UIN
Malang.Bapak Prof. Dr. H. Junaedi Ghony, selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan arahan, serta petunjuknya sampai
4. Bapak Drs. Sunarman Rokhiyanto, M.Si selaku kepala sekolah SMPN 4
Kepanjen yang telah memberikan dan membantu dalam memperoleh dan
mencari data penelitian skripsi ini.
5. Bapak maupun Ibu guru, serta karyawan dan karyawati SMPN 4 Kepanjen
yang telah memberikan informasi dalam penelitian ini.
6. Teman-temanku di kos dan di kampus, yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu, yang telah memberikan dorongan lahir maupun batin, serta dengan
tulus ikhlas mendo’akan hingga terselesaikannya skripsi ini.
Kepada pihak tersebut diatas semoga Allah memberikan imbalan
sepadan atas kebaikan-kebaikan dan dicatat oleh-Nya sebagai amal shaleh
Amin.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
penulis harapkan guna perbaikan lebih lanjut.
Malang, Februari 2009
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii
MOTTO ... iv
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING... v
HALAMAN PERNYATAAN ... vi
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... x
ABSTRAK... xi
BAB I. PENDAHULUAN A...L atar Belakang... 1
B...R umusan Masalah... 5
D...
Manfaat Penelitian... 6
E...R uang Lingkup Penelitian ... 7
F...P enegasan Istilah ... 8
G...S istematika Pembahasan... 9
BAB II. KAJIAN TEORI A. Tinjauan menganai konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ... 12
2. Tujuan dan manfaat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ... 17
3. Komponen-komponen Manajemen Berbasis sekolah (MBS) ... 22
4. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)... 31
5. Strategi Penerapan Manajemen Berbasis sekolah (MBS)... 34
6. Faktor Pendukung Dan Penghambat Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah Beserta Pemecahannya ... 40
B. Tinjauan mengenai konsep Pendidikan Agama Islam 45 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam... 46
2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam ... 48
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam... 52
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 56
B. Kehadiran Peneliti ... 57
C. Pengumpulan Data... 58
D. Analisis Data ... 61
E. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 62
F. Tahap-tahap Penelitian ... 64
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Obyek Penelitian. 1...S ejarah berdirinya ... 66
2...L etak Geografis... 68
3...V isi dan Misi ... 68
4...T ujuan Sekolah ... 73
5...D ata Guru dan Siswa ... 75
2...F
aktor pendukung serta penghambat dalam menerapkan
Manajemen Pendidikan Agama Islam (MBS)... 84
BAB V. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
1...P
enerapan dan strategi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ... 87
2...F
aktor Pendukung dan Penghambat penerapan MBS ... 91
BAB VI. PENUTUP
1...K
esimpulan ... 94
2...S
aran ... 95
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel III : Data kelas SMPN 4 Kepanjen
Tablel IV : Data jumlah Siswa SMPN 4 Kepanjen
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran III : Identitas Sekolah Lampiran IV : Data Fasilitas Sekolah
Lampiran V : Data prestasi yang pernah dicapai oleh sekolah (akademik dan non akademik)
Lampiran VI : Surat Penelitian Lampiran VII : Bukti Penelitian Lampiran VIII : Bukti Konsultasi
Lampiran IX : Daftar Pegawai Negeri Sipil SMP Negeri 4 Kepanjen Lampiran X : Foto SMP Negeri 4 Kepanjen
ABSTRAK
Perkembangan ilmu pengetahuan sangat ditentukan oleh perkembangan dunia pendidikan, di mana dunia pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam menentukan arah maju mundurnya kualitas pendidikan. Hal ini bisa dirasakan ketika sebuah lembaga pendidikan dalam menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar bagus, maka dapat dilihat kualitasnya, berbeda dengan lembaga pendidikan yang melaksanakan pendidikan hanya dengan sekedarnya maka hasilnya pun biasa-biasa saja.
Dari relitas diatas maka peneliti melakukan penelitian tentang Penerapan Manajemen berbasis Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Kepanjen Kabupaten Malang. Yang dalam hal ini, dapatkah penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMP Negeri 4 Kepanjen meningkatkan mutu pendidikan agama Islam, dan apa saja strategi penerapan Manajemen berbasis sekolah (MBS) di SMP Negeri 4 Kepanjen juga adakah faktor pendukung serta penghambat dalam menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMP Negeri 4 Kepanjen.
Untuk mendapatkan atau mengumpulkan data, peneliti menggunakan beberapa metode antara lain: observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Setelah peneliti memperoleh data, kemudian peneliti menganalisa dengan menggunakan teknik analisa data kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa yang kemudian dikaitkan dengan data lainya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya.
Dari hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa penerapan MBS di SMP Negeri 4 Kepanjen cukup baik hal ini terbukti bahwa SMPN 4 Kepanjen mampu mengatur otonominya sendiri sehingga sekolah bisa mandiri sesuai dengan kemampuannya, mulai dari bidang administrasi, perangkat pembelajaran, buku kurikulum yang menggunakan KTSP, struktur kurikulum dengan pembagian alokasi waktu, mengajar, dll yang semua itu diatur oleh sekolah dengan mengedepankan visi dan misi sekolah. sedangkan strategi MBS dalam dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam yaitu dengan adanya acara keagamaan rutin serta ekstra kurikuler keagamaan seperti baca tulis Al-Qur’an, kaligrafi dll, juga dengan adanya kerja sama antara guru agama dengan guru sains dan guru bahasa yakni membentuk mata pelajaran terpadu sehingga mutu pendidikan agama islam dapat ditingkatkan. Adapun faktor pendukung diterapkannya MBS adalah adanya kerjasama antara kepala sekolah dengan semua pihak-pihak yang ada di sekolah, sedangkan faktor penghambat diterapkannya MBS di SMP Negeri 4 Kepanjen adalah dari pihak peserta didik yang jumlahnya banyak dengan berbagai karakter, juga sarana dan prasarana yang kurang memadai di SMPN 4 Kepanjen.
yang terkait termasuk masyarakat maka apa yang sudah dicanangkan tidak akan sesuai dengan apa yang sudah diharapkan.
Kata kunci: Manajemen berbasis Sekolah, Mutu Pendidikan Agama Islam.
BAB I PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan sangat ditentukan oleh
perkembangan dunia pendidikan, di mana dunia pendidikan mempunyai peran
yang sangat strategis dalam menentukan arah maju mundurnya kualitas
pendidikan. Hal ini bisa dirasakan ketika sebuah lembaga pendidikan dalam
menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar bagus, maka dapat dilihat
kualitasnya, berbeda dengan lembaga pendidikan yang melaksanakan
pendidikan hanya dengan sekedarnya maka hasilnya pun biasa-biasa saja.1
Selanjutnya adanya Perubahan sistem pendidikan nasional, dari
undang-undang No. 2 Tahun 1989 menjadi undang-undang No. 20 Tahun 2003,
merupakan upaya pembaharuan pendidikan kearah peningkatan mutu. Upaya
peningkatan mutu beralih menjadi tangggung jawab sekolah dengan
diberlakukannya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), sejalan dengan era
otonomi daerah. Banyak konsep pendidikan dalam UU Sisdiknas 2003 yang
bernilai filosofis, yang dapat membangun ”Paradigma Baru” pendidikan
Indonesia2
Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional disebutkan bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan,
semakin baik kualitas pendidikan yang di selenggarakan oleh suatu masyarakat
atau bangsa, maka akan diikuti dengan semakin baiknya kualitas masyarakat
atau bangsa tersebut. Pendidikan adalah usaha sadar dengan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar usaha peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
1
Hari suderadjad, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), CV. Cipta Cekas Grafika, Bandung, 2005. hal. 1
2
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan
Negara.3
Pendidikan memegang peranan kunci dalam mengembangkan sumber
daya manusia dan insan yang berkualitas, secara kuantitas kemajuan pendidikan
dewasa ini cukup menggembirakan, namun secara kualitas, perkembangannya
masih belun merata.
Salah satu komponen yang sering dijadikan sasaran penyebab
menurunnya mutu pendidikan adalah kurikulum, Padahal kurikulum yang
terdahulu belum tersosialisasi secara merata, tiba-tiba diganti dengan yang baru,
artinya setiap inovasi pendidikan atau pembelajaran perlu sosialisasi yang
merata dan terus menerus, mencakup tidak hanya dimensi-dimensi praktis
operasional, tetapi juga landsan-landasan konseptual filosofisnya.4
Berangkat dari realitas di atas maka stakeholder pendidikan seperti
orang tua, masyarakat, wakil rakyat mempertanyakan ada apa dengan
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia? Setidaknya ada tiga faktor, pertama,
penyelenggaraan pendidikan nasional yang dilakukan dan diatur secara
birokratik sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan
sangat bergantung pada peraturan, instruksi dan berbagai keputusan birokrasi
yang mempunyai jalur yang panjang dan kadang tak sesuai dengan kondisi
sekolah. Dengan demikian, sekolah kehilangan kemandirian, motivasi dan
inisiatif untuk mengenbangkan dan memajukan lembaganya secara maksimal,
3
Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan UUD RI no. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional , Fokus Media, Bandung, 2005. Hal. 95
4
sehingga terasa jadi sangat kaku dan tidak fleksibel. Kedua, pembangunan
pendidikan lebih menekankan pada penyediaan input pendidikan seperti guru,
kurikulum, fasilitas pendidikan, buku dan alat peraga serta sumber balajar.
Dengan asumsi bahwa peningkatan mutu pendidikan akan terjadi dengan
sendirinya bila input pendidikan dipenuhi namun tanpa proses manajemen yang
baik tidak akan menghasilkan out put yang diharapkan. Ketiga, peran serta
masyarakat khususunya orang tua dalam menyelenggarakan pendidikan sangat
minim, pola pembangunan seperti ini telah menjauhkan sekolah dari
lingkungan masyarakatnya.5
Bagaimanapun, sistem yang sentralistik selama ini cenderung telah
menghambat peluang berkembangnya profesionalisme di bidang pendidikan.
Disamping faktor pembiayaan pendidikan yang rendah, sumber daya (resources)
yang kurang memadai, manajemen yang kurang efektif, secara faktor eksternal
(politik, ekonomi, dan tekhnologi dari luar) yang turut memberikan kontribusi
rendahnya mutu pendidikan, apalagi kebanyakan pimpinan sekolah di
perkirakan cenderung kurang terampil menjawab tantangan perubahan dari
luar.6
Dewasa ini, manajemen pendidikan Indonesia mengenal dua
mekanisme pengaturan yaitu, sistem sentralisasi segala sesuatu yang berkenaan
dengan penyelenggaraan pendidikan diatur secara ketat oleh pemerintah pusat,
sementara desentralisasi, wewenang pengaturan tersebut diserahkan kepada
5
E. Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi PT. Remaja Rosdakarya. Bandung, 2002. hal. 8
6
pemerintah daerah yang perlu ditegaskan bahwa implikasi desentralisasi
manajemen pendidikan adalah kewenangan yang lebih besar diberikan kepada
kabupaten dan kota untuk mengelola pendidikan sesuai dengan potensi dan
kebutuhan daerahnya. Dalam kaitan ini, maka muncullah satu pemikiran kearah
pengelolaan pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk
mengatur dan melaksanakan berbagai kebijakan secara luas, pemikiran ini
dalam perjalanannya di sebut manajemen berbasis sekolah (MBS).7
Pemberian otonomi pendidikan yang luas pada sekolah merupakan
kepedulian pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat serta
upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum, pemberian otonomi ini
menuntut pendekatan manajemen yang lebih kondusif di sekolah agar dapat
mengakomodasi seluruh keinginan sekaligus memberdayakan berbagai
komponen masyarakat secara efektif guna mendukung kemajuan dan system
yang ada di sekolah. Dalam kerangka inilah Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) tampil sebagai alternatif paradigma baru manajemen pendidikan yang
ditawarkan. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan suatu konsep
yang menawarkan otonomi yang ada pada sekolah untuk menentukan kebijakan
sekolah dalam rangka meningkatkan mutu efisien dan pemerataan pendidikan
agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerja
sama yang erat antara sekolah dengan masyarakat dan pemerintah.8
Senada dengan itu, Depdikbud mengemukakan bahwa Manajemen
Berbasis Sekolah merupakan suatu penawaran bagi sekolah untuk menyediakan
7
E. Mulyasa. Op cit. Hal. 4
8
pendidikan yang lebih baik dan lebih memadai bagi peserta didik. 9Berangkat
dari latar belakang di atas maka penulis ingin meneliti dan mengkaji
mengenai ”PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
(MANAJEMEN KURIKULUM, KESISWAAN, DAN SARANA
PRASARANA) DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 KEPANJEN.”
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada suatu penelitian adalah untuk memudahkan
dalam menganalisa dan mengevaluasi masalah serta agar dapat lebih terarah
dan jelas sehingga di peroleh langkah-langkah pemecahan masalah yang
efektif dan efisien maka perlu dibuat suatu perumusan masalah, adapun
rumusan masalah yang dapat diambil oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan dan strategi Manajemen Berbasis Sekolah dalam
meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Kepanjen?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pendukung serta penghambat
dalam menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Negeri 4
Kepanjen?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
9
1. Untuk mendeskripsikan penerapan dan strategi Manajemen Berbasis
Sekolah dalam meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMP
Negeri 4 Kepanjen?
2. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor apa sajakah yang menjadi
pendukung serta penghambat dalam menerapkan Manajemen Berbasis
Sekolah di SMP Negeri 4 Kepanjen ?
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia
pendidikan khususnya bagi:
1. Bagi Sekolah
Dapat digunakan sebagai input dalam penerapan manajemen berbasis
sekolah untuk meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam yang lebih
baik di masa mendatang.
2. Bagi Orang Tua Siswa dan Masyarakat
Dapat digunakan sebagai input dalam meningkatkan peran serta untuk
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
Dapat digunakan sebagai bantuan dalam memaksimalkan penerapan
Manajemen Berbasis Sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan
agama Islam di sekolah.
4. Bagi Peneliti.
Dapat dijadikan sebagai penambahan ilmu dan pengalaman yang tidak
didapat di bangku kuliah, dan juga sebagai wahana untuk mengaplikasikan
dan mengamalkan ilmu yang telah didapat.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mengambil judul penerapan Manajemen
Berbasis Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di
sekolah, dan sebelum menentukan komponen apa sajakah yang akan diambil
dalam penelitian ini, maka sebaiknya penulis mengungkapkan semua
komponen yang terdapat dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
Adapaun komponen-komponen dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
adalah sebagai berikut:
1. Manajemen kurikulum dan pengajaran
2. Manajemen tenaga kependidikan
3. Manajemen kesiswaan
4. Manajemen keuangan dan pembiayaan
5. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan
6. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat, dan
Dengan demikian, penulis hanya menentukan tiga aspek batasan
masalah agar pembahasan tidak terlalu jauh melebar dari tujuan, sehingga
akan memudahkan penulis dalam membahas serta menyusun hasil penelitian
ini.
Adapun ruang lingkup pembahasan pada penelitian ini diantaranya
adalah:
1. Manajemen kurikulum dan pengajaran dalam meningkatkan mutu
Pendidikan Agama Islam.
2. Manajemen kesiswaan dalam meningkatkan mutu Pendidikan Agama
Islam.
3. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan dalam meningkatkan mutu
Pendidikn Agama Islam.
F. Penegasan Istilah.
Dalam sub bab ini, penulis akan menjelaskan mengenai definisi dari
Implementasi manajemen berbasis sekolah dalam meningkatkan mutu
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 4 Kepanjen
1. Mutu
Kata mutu ini dapat diartikan dengan kualitas, derajad, tingkat.10 Mutu
merupakan suatu gagasan yang dinamis, tidak mutlak. Dalam pandangan
umum, mutu mutu merupakan suatu konsep yang mutlak, seperti pada
10
umumnya orang menilai restoran yang mahal atau mobil yang mewah.11
Sedangkan peningkatan mutu dalam hal ini ialah tentang manajemen
peningkatan mutu sekolah yang berbasis sekolah yang tidah terlepas dari dua
hal antara lain, mengenai seputar sekolah, sebab istilah berbasis sekolah pada
hakikatnya sesuai dengan kondisi sekolah dan diselenggarakan sendiri oleh
seluruh steakholder sekolah yang bersangkutan juga tentang apa yang
dimaksud dengan sekolah yang bermutu. Lahirnya sekolah yang bermutu
merupakan akhir dari setiap kegiatan manajemen peningkatan mutu
pendidikan. Berdasarkan pemikiran diatas maka, esensi mutu pendidikan
sekolah ada tiga hal diantaranya adalah:
1. Seputar sekolah di Indonesia, yang diakhiri dengan penjelasan mengapa
pendidikan di sekolah harus bermutu, dalam arti baik dan wawasan
keunggulan.
2. Sekolah yang baik.
3. Sekolah yang mempunyai wawasan keunggulan.
Jadi yang dimaksud mutu dalam penelitian ini adalah dapatkah
penerapan Manajemen Berbasis Sekolah meningkatkan mutu pendidikan
agama Islam di SMP Negeri 4 Kepanjen.
2. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Menurut pendapat Slamet P. H. (2000), istilah manajemen berbasis
sekolah berasal dari tiga kata yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Bila
diuraikan satu persatu, manajemen adalah pengkoordinasian dan penyerasian
11
sumber daya melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan atau
untuk memenuhikebutuhan pelanggan. Berbasisi berarti ”berdasarkan pada”
atau ”berfokus pada”, sedangkan sekolah adalah suatu organisasi terbawah
dalam jajaran Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas
memberikan bekal ”kemampuan dasar” kepada peserta didik atas dasar
ketentuan-ketentuan yang bersifat legalistik (makro, maso, mikro) dan
profesionalistik (kualifikasi, untuk sunber daya manusia; spesifik untuk
barang /jasa, dan prosedur-prosedur kerja). Jadi MBS merupakan salah satu
wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk
menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para peserta didik.
E. Mulyasa (2000), mengatakan bahwa dalam manajemen pendidikan dikenal
dua mekanisme pengaturan, yaitu sisitem sentralisasi dan desentralisasi. 12
G. Sitematika Pembahasan
Adapun sistematika yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah
sebagai berikut:
BAB I, mencakup: pendahuluan yang meliputi, latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup
pembahasan, penegasan istilah, dan sistematika pembahasan.
BAB II, kajian teoritis yang mencakup: A. Pembahasan tentang
Manajemen Berbasis sekolah (MBS), yang meliputi, Pengertian Manajemen
Berbasis sekolah (MBS), Tujuan dan manfaat Manajemen Berbasis sekolah
12
(MBS), komponen-komponen Manajemen Berbasis sekolah (MBS), strategi
penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), B. Pembahasan mengenai
Pendidikan Agama Islam yang meliputi: pengertian Pendidikan Agama Islam,
dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, fungsi Pendidikan Agama Islam, tujuan
Pendidikan Agama Islam.
BAB III, Metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, lokasi
dan obyek penelitian, atau informan, metode pengumpulan data, dan teknik
analisis data.
BAB IV, Mengemukakan mengenai pelaksanaan hasil penelitian, hal
ini berfungsi untuk melaporkan pelaksanaan hasil penelitian dari penelitian
lapangan yang mencakup persiapan dan pelaksanaan penelitian.
BAB V, Mengemukakan mengenai pembahasan penelitian.
BAB VI, Merupakan bab penutup yang didalamnya membahas secara
keseluruhan, yang berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran.
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan menganai konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Pada masa era globalisasi seperti sekarang ini masalah yang dihadapi
oleh dunia pendidikan semakin kompleks dan bersifat mendasar. Lajunya arus
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diikuti oleh
industrialisasi yang tidak terkendali telah menyebabkan transformasi sosial
dan lajunya ilmu pengetahuan dan tegnologi justru lebih banyak meresahkan
masyarakat. Oleh karena itu pendidikan adalah merupakan jawaban atas
semua permasalahan tersebut. Madrasah sebagai suatu lembaga pendidikan
mempunyai kewajiban dalam ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Menjelang selesainya rencana pembangunan nasional jangka panjang
yang pertama, telah banyak hasil yang kita capai dalam berbagai aspek
pembangunan. Dalam era ini sekaligus pula telah kita letakkan dasar
pembangunan nasional itu untuk tahap pembangunan selanjutnya. Dasar-dasar
pembagunan itu tentunya tidak sendirinya akan memberikan hasil yang
diidamkan. Dasar yang kokoh adalah teramat penting bagi setiap dasar
pembangunan. Apabila dasarnya rapuh, karena tidak tertumpu pada kekuatan
sosial budaya dan politik yang kuat, maka usaha pembangunan selanjutnya
bukan saja terhambat bahkan dapat runtuh di tengah jalan. Kesinambungan
akumulasi usaha dan peningkatan hasil bagi kehidupan yang semakin tinggi
kualitasnya.13
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan membutuhkan waktu yang
panjang. Serangkaian proses yang teratur dan sistematis, karena terkait dengan
berbagai aspek kehidupan bangsa. Kualitas pendidikan tersebut perlu
disesuaikan dengan perkembangan zaman, misalkan tuntutan otonomi
pendidikan, kebutuhan masyarakat dan perlu disesuaikan dengan jiwa otonomi
daerah dalam mengelola sumber daya manusia di masa depan.14
Maka dari itulah lembaga-lembaga pendidikan dituntut untuk dapat
meningkatkan kualitas pendidikan di lembaganya masing-masing. Penerapan
manajemen dalam pendidikan sangat penting karena pendidikan itu
merupakan salah satu dinamisator pembangunan itu sendiri. Sehingga dapat
dikatakan manajemen pendidikan merupakan sub sistem dari sistem
manajemen pembangunan sosial. Melihat porspek manajemen pendidikan
yang semakin urgen dewasa ini, maka perlu dibahas tentang pengertian
manajemen pendidikan.15
Dalam bahasa Latin kata manajemen berasal dari dua kata yaitu,
manus yang berarti tangan dan ageree yang berarti melakukan. Kata-kata itu
digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage,
dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan
13
H.A.R. Tilaar. Manajemen pendidikan nasional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006). hal. 3
14
. Hardiyanto. Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia, (Jakarta Rineka Cipta. 2004). Hal. 10
15
menejemen. Akhirnya manajemen diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
menjadi manajmemen atau pengelolaan.16
Sedangkan manajemen pendidikan dapat didefinisikan sebagai seni
dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar pererta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.17
Manajemen pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai seni dan ilmu
mengelola sumber daya pendidikan mencapai tujuan pendidikan secara efektif
dan efisien. Sumber daya pendidikan adalah sesuatu yang dipergunakan dalam
penyelenggaraan pendidikan yang meliputi enam hal yaitu,18
1. Peserta didik.
2. Tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, serta struktur organisasinya
3. Keuangan
4. Sarana dan prasarana
5. Hubungan sekolah dengan masyarakat, dan
6. Layanan khusus yang meliputi: bimbingan dan konseling, unit kesehatan
siswa,unit koperasi sekolah dan kegiatan ekstra kulikuler.
Menurut Made Pidarta, dalam bukunya Manajemen Pendidikan
Indonesia, dalam pendidikan manajemen itu diartikan sebagai aktivitas
16
memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya.19
Pandangan yang lebih umum mengenai pengertian manajemen
menurut Jhonson yang telah dikutip oleh Made Pidarta bahwa manajemen
adalah proses mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak berhubungan
menjadi sistem total untuk menyelesaikan suatu tujuan. Maksud daripada
sumber-sumber di atas adalah semua yang mencakup orang, alat, media, bahan,
uang dan sarana yang akan diarahkan dan di koordinasikan agar terpusat
dalam rangka penyelesaian tujuan.20
Berdasarkan pengertian mengenai manajemen di atas maka dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa manajemen adalah suatu cara pencapaian
tujuan dengan jalan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efektif dan
efisien, yang mana agar tujuan itu dapat terlaksana sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan
ilmu dan teknologi, yang ditujukan dengan pernyataan politik dalam
Garis-Gari Besar Haluan Negara (GBHN). Hal tesebut dapat dijadikan landasan
dalam pengembangan pendidikan di Indonesia yang berkualitas dan
berkelanjutan , baik secara makro, meso, maupun mikro. Kerangka makro erat
kaitannya dengan upaya politik yang saat ini sedang ramai dibicarakan yaitu
desentralisasi kewenangan dari pemerintah pusat ke daerah, aspek mesonya
19
Made Pidarta. Manajemen pendidikan Indonesia, (Jakarta,Bumi Aksara. 1988). Hal. 4
20
berkaitan dengan kebijakan daerah tingkat provinsi sampai tingkat Kabupaten,
sedangkan aspek mikro melibatkan seluruh sektor dan lembaga pendidikan
yang paling bawah, tetapi terdepan dalam pelaksanaannya, yaiti sekolah.21
Istilah manajemen berbasis sekolah berasal dari tiga kata yaitu
manajemen, berbasis, dan sekolah. Bila diuraikan satu persatu, manajemen
adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya melalui sejumlah input
manajemen untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan. Berbasis berarti ”berdasarkan pada” atau ”berfokus pada”,
sedangkan sekolah adalah suatu organisasi terbawah dalam jajaran
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas memberikan
bekal ”kemampuan dasar” kepada peserta didik. Jadi MBS merupakan salah
satu wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk
menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para peserta
didik.22
Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan salah satu wujud dari
reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan
pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para peserta didik. Otonomi
dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan
kinerja para staf, menawarkan partisipasi langsung kepada
kelompok-kelompok yang terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap
pendidikan. Sejalan dengan jiwa dan semangat desentralisasi serta otonomi
dalam bidang pendidikan, kewenangan sekolah juga berperan dalam
21
E. Mulyasa, Op Cit. Hal. 11
22
menampung konsensus umum yang meyakini bahwa sedapat mungkin
keputusan seharusnya dibuat oleh mereka yang memiliki akses paling baik
terhadap informasi setempat, yang bertanggung jawab tehadap pelaksanaan
kebijakan, dan terkena akibat-akibat dari kebijakan tersebut.
2. Tujuan dan manfaat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Menurut Shrode Dan Voice (1974) yang dikutib oleh Nanang Fattah
dalam bukunya yang berjudul Landasan Manajemen Pendidikan mengatakan
bahwa tujuan utama manajemen adalah produktifitas dan kepuasan. Mungkin
saja tujuan ini tidak tunggal bahkan jamak atau rangkap, seperti peningkatan
mutu pendidikan/lulusannya, keuntungan/profit yang tinggi, pemenuhan
kesempatan kerja, pembangunan daerah/nasional, serta tanggung jawab sosial.
Tujuan-tujuan ini ditentukan berdasarkan penataan dan pengkajian terhadap
situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan, peluang, dan
ancaman.23
Sedangkan menurut Ibrahim Bafadal, dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar mengungkapkan bahwa tujuan
manajemen adalah terselenggaranya keseluruhan program kerja secara efektif
dan efisien. Efektif berarti mencapai tujuan, sedangkan efisien dalam arti
umum bermakna hemat. Jadi ada dua tujuan pokok dengan diterapkannya
23
manajemen dalam suatu penyelesaian pekerjaan, organisasi, instansi, atau
lembaga. Tujuan tersebut meliputi:24
1. Efektivitas.
Pertama, tujuan manajemen itu diupayakan dalam rangka mencapai
efetivfitas. Suatu program kerja dikatakan efektis apabila program kerja
tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan
kata lain, tujuan diterapkannya manajemen pada suatu program adalah agar
program tersebut dapat mencapai tujuan.
2. Efisiensi.
Kedua, manajemen itu dilakukan dalam rangka mencapai efisiensi
dalam pelaksanaan setiap program. Efisiensi merupakan suatu konsepsi
perbandingan antara pelaksanaan suatu program dengan hasil akhir yang
diraih atau dicapai. Menurut The Liang Gie (1983), perbandingan tersebut
dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi pelaksanaan program dan segi hasil.
a. Efisiensi ditinjau dari segi usaha/pelaksanaan program
Apabila ditinjau dari segi pelaksanaannya, sebuah program dapat
dikatakan efisien apabila hasilnya dapat dicapai melalui upaya yang
sekecil-kecilnya dan sehemat-hematnya. Upaya yang dimaksud disini
adalah penggunaan komponen seperti tenaga, waktu pelaksanaan, sarana
dan prasarana, serta keuangan.
24
b. Efisiensi ditinjau dari segi program.
Ditinjau dari segi hasil, penyelenggaraan sebuah program dapat dikatakan
efisien apabila dengan usaha tertentu memperoleh hasil yang
sebanyak-banyaknya. Sekali lagi dijelaskan bahwa yang dimaksudkan upaya disini
adalah penggunaan komponen seperti: tenaga, waktu, sarana, dan
prasarana, serta keuangan. Jadi apabila dengan tenaga, waktu, sarana, serta
uang yang cukup dapat menghasilkan suatu produk yang banyak, itulah
yag disebut dengan efisien. Jika sebaliknya, dengan tenaga, waktu, sarana,
serta uang yang cukup menghasilkan produk yang sedikit, itulah yang
disebut dengan tidak efisien atau inefisiensi.
Menurut Husaini Usman, dalam bukunya yang berjudul Manajemen
teori, praktik dan riset pendidikan mengatakan bahwa ada beberapa tujuan
manajemen pendidikan antara lain yaitu:25
1. Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang Aktif dan
Inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM).
2. Teciptanya peserta didika yang aktif dalam mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
3. Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
25
4.Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas
administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau
konsultan manajemen pendidikan).
5.Teratasinya masalah mutu pendidikan.
Sedangkan Manajemen berbasis sekolah itu sendiri, mempunyai tujuan
agar sekolah lebih mandiri atau memberdayakan sekolah melalui pemberian
kewenangan atau sering disebut dengan otonomi, fleksibilitas yang lebih
besar kepada sekolah dalam mengelola sumber daya. Dan mendorong
partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan pendidikan
secara khusus, adapun tujuan dari penerapan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) adalah26:
a.Meningkatakan mutu pendidikan melalui peningkatan kemandirian,
fleksibelitas, partisipasi, keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas,
sustainbilitas, inisiatif sekolah dalam mengelola, memanfaatkan, dan
memberdayakan yang tersedia.
b.Meningkatkan kepadulian warga sekolah dan masyarakat dalam
menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
c.Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan
pemerintah untuk meningkatkan mutu sekolah.
d.Meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah dalam meningkatkan
kualitas pendidikan.
26
Dalam manajemen berbasis sekolah (MBS), pemberdayaan tersebut
dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja sekolah agar dapat mencapai tujuan
secara optimal, efektif, dan efisien. Pada sisi lain untuk memberdayakan
sekolah harus pula ditempuh upaya-upaya memberdayakan peserta didik dan
masyarakat setempat, disamping mengubah para digma pendidikan yang
dimiliki oleh para guru dan kepala sekolah. Para guru dan kepala sekolah perlu
labih dahulu mengetahui, memahami hakikat, manfaat dan proses
pemberdayaan peserta didik agar memiliki kemampuan mengontrol diri dan
lingkungannya untuk dimanfaatkan bagi kepentingan peningkatan
kesejahteraan. 27
Jadi salah satu keunggulan dari MBS adalah dengan adanya pengakuan
kemampuan dan eksistensi sumber daya manusia di sekolah. Pengakuan
tersebut dapat meningkatkan moralitas sumber daya manusia sehingga
timbullah kepercayaan pada diri peserta didik.
Sedangkan Manfaat Manajemen Berbasis sekolah (MBS) itu sendiri
menurut Emam Suparman (2001) yang dikutib oleh Mulyono mengatakan
bahwa, dengan menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), ada
beberapa manfaat yang dapat diraih antara lain yaitu: 28
1. Sekolah sebagai lembaga pendidikan lebih mengetahui kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya dan lembaga-lembaga lain.
2. Dengan demikian sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang
tersedia untuk memajukan lembaganya
27
E. Mulyasa.Op cit. Hal. 32
28
3. Sekolah lebih mengetahui sumber daya yang dimilikinya dan input
pendidikan yang akan dikembangkan serta didaygunakan dalam proses
penddidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta
didik.
4. Sekolah dapat bertanggung jawab dalam mutu pendidikan masing-masing
kepada pemerintah, orang tua, peserta didik, dan masyrakat pada
umumnya sehingga sekolah akan berupaya semaksimal mungkin untuk
melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikanyang telah
direncanakan.
5. Sekolah dapat melakukan persaingan sehat dengan sekolah lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan
dukungan orang tua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah
setempat.
Sedangkan E. Mulyasa (2002) menjelaskan, manfaat MBS adalah
memberikan kebebasan dan kekuasaan yang besar kepada kepala sekolah
beserta seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi yang
memberikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan
strategi MBS sesuai dengan kondisi setempat, sekolah dapat lebih
meningkatkan kesejahteraan guru, sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada
tugas. Dengan demikian, MBS mendorong profesionalisme guru dan kepala
sekolah sebagai pembimbing pendidikan di sekolah. Melalui penyusunan
kurikulum efektif, rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat
peserta didik dan masyarakat sekolah. Prestasi peserta didikdapat
dimaksimalkan melalui peningkatan partisipasi orang tua, misalnya: orang tua
dapat mengawasi secara langsung proses belajar mengajar anaknya.29
3. Komponen-komponen Manajemen Berbasis sekolah (MBS)
Secara umum pergeseran dimensi pendidikan dari manajemen berbasis
pusat ke manajemen berbasis sekolah (MBS) telah diuraikan sebelumnya.
Berikut ini akan dijelaskan secara spesifik komponen-komponen yang perlu
didesentralisasikan ke sekolah dalam penerapan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS).
Hal yang paling penting dalam implementasi manajemen berbasis
sekolah (MBS) adalah manajemen terhadap komponen-komponen sekolah itu
sendiri. Sedikitnya terdapat tujuh komponen sekolah yang harus dikelola
dengan baikdalam rangka MBS, yaitu kurikulum dan program pengajaran,
tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana pendidikan,
pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, serta manajemen pelayanan
khusus lembaga pendidikan.
Berikut ini adalah uraian dari komponen-komponen manajemen
berbasis sekolah, yaitu:
1. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran.
Manajemen kurikulum dan program pengajaran merupakan bagiam
dari MBS. Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup
29
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kurukulum. Perencanaan
dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan oleh
Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Karena itu level sekolah
yang paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan meyesuaikan
kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Di samping itu sekolah
juga bertugas dan berwenanga untuk mengembangkan kurikulum muatan
lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat.30
Kurikulum muatan lokal pada hakikatnya merupakan suatu
perwujudan Pasal 38 ayat 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN) yang berbunyi, ”pelaksanaan kegiatan pendidikan didasarka atas
kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan
dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan.”
sebagai tindak lanjut hal tersebut, muatan lokal telah dijadikan strategi pokok
untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang relevan dengan
kebutuhan lokal dan sejauh mungkin dapat melibatkan peran serta masyarakat
dalam perencanaan dan pelaksanaannya.31
Kepala sekolah sebagai seorang manajer di sekolah diharapkan dapat
membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan program
pegajaran serta melakukan pengawasan dalam pelaksanaannya. Selain itu Ia
harus dapat bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian perubahan atau perbaikan program pengajaran di sekolah.
30
E. Mulyasa. Op cit. Hal. 40
31
2. Manajemen Tenaga Kependidikan
Keberhasilan MBS sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya
dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Dalam hal ini,
peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan
meningkatkan perilaku manusia di tempat kerja melalui aplikasi konsep dan
teknik manajemen personalia modern.32
Manajemen tenaga kependidikan atau manajenen personalia
pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara
efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam
kondisi yang menyenangkan. Manajmemen tenaga kependidikan tersebut
mencakup (1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan
dan pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian
pegawai, (6) kompensasi, dan (7) penilaian pegawai. Semua itu perlu
dilakukan dengan baik dan benar agar apa yang diharapkan tercapai, yakni
tesedianya tebaga kependidikan yang diperlukan dengan kualifikasi dan
kemampuan yang sesuai serta dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan
berkualitas.33
Sedangkan tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan Manajemen
tenaga kependidikan bukanlah suatu pekerjaan yang mudah karena tidak
hanya mengusahakan tercapainya tujuan sekolah, tetapi juga tujuan tenaga
kependidikan (Guru dan pegawai) secara pribadi. Kerena itu kepala sekolah
dituntut untuk mengerjakan instrumen pengelolaan tenaga kependidikan
32
Ibid. Hal 42
33
seperti daftar absensi, daftar urut pengangkatan, daftar riwayat hidup, daftar
riwayat pekerjaan, dan kondite pegawai untuk membantu kelancaran MBS di
seklah yang dipimpinnya.34
3. Manajemen Kesiswaan.
Manajemen kesiswaan atau manajemen kemuridan (peserta didik)
merupakan salah satu bidang operasional MBS. Manajemen kesiswaan adalah
penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta
didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari
sekolah.
Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan
dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di seklah dapat berjalan
lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk
mencapai tujuan tersebut, bidang manajemen kesiswaan sedikitnya memiliki
tugas utama yang harus diperhatikan yaitu, penerimaan murid baru, kegiatan
kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disipilin. Berdasarkan tiga
tugas utama tersebut Sytisna (1985) menjabarkan tanggung jawab kepala
sekolah dalam mengelola bidang kesiswaan berkaitan dengan hal-hal
berikut:35
1. Kehadiran murid di sekolah dan masalah-masalah yang berhubungan
dengan itu.
2. Penerimaan, orientasi, klasifikasi, dan penunjukkan murid ke kelas dan
program studi
34
Ibid. Hal. 45.
35
3. Evaluasi dan pelaporan kemajuan belajar
4. Program supervisi bagi murid yang mampunyai kelainan, seperti
pengajaran, perbaikan, dan pengakaran luar biasa
5. Pengendalian disiplin murid
6. Program bimbimgan dan penyuluhan
7. Program kesehatan dan keamanan
8. Penyesuaian pribadi, sosial, dan emosional
Tujuan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan pengetahuan
anak, tetapi juga sikap kepribadian, serta aspek sosial emosional, disamping
keterampilan-keterampilan lain. Sekolah tidak hanya bertanggung jawab
memberikan ilmu pengetahuan, tetapi memberi bimbingan dan bantuan
terhadap anak-anakyang bermasalah, baik dalam belajar, emosinal, maupun
sosial, sehimgga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan
poyensi masing-masing. Untuk kepentingan tersebut, diperlukan data yang
lengkap tentang peserta didik. Umtuk itu, di sekolah perlu dilakukan
pencatatan dan ktatalaksanaan kesiswaan, dalam bentuk buku induk, buku
klapper, buku laporan keadaan siswa, buku presensi siswa, buku rapor, daftar
kenaikan kelas, buku mutasi, dan sebagainya.36
4. Manajemen keuangan dan pembiayaan
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumberdaya yang
secara langsung menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan.
Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi MBS, yang menuntut
36
kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada
meayarakat dan pemerintah. Di dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan
dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan
bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan. Komponen
keuangan dan pembiayaan suatu sekolah merupakan komponen produksi yang
menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar mengajar di
sekolah bersama dengan komponen-komponen lain. Dengan kata lain setiap
kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan biaya, baik itu disadari maupun
tidak disadari. Komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu dikelola
sebaik-baiknya, agar dana-dana yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal
untukmenunjang tercapainya tujuan pendidikan.37
Adapun tugas manajemen keuangan dapat dibagi menjadi tiga fase,
yaitu financial planning, implementasion and evalution. Sedangkan komponen
manajemen keuangan meliputi prosedur (1) anggaran, (2) prosedur akutansi
keuangan, (3) pembelajaran, pergudangan, dan prosedur pendistribusian, (4)
prosedur investasi, dan (5) prosedur pemerikasaan. Dalam pelaksanaannya,
manajemen ke uangan ini menganut asas pemisahan tugas antara fungsi
otorisator, ordonator dan bendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang diberi
wewenang untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan
pengeluaran anggaran. Ordonator adalah pejabat yang berwenang melakukan
pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang
37
dilakukan berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan. Adapun bendaharawan
adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan, dan
pengeluaran uang atau surat-surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan
uanga serta diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban.
Dalam hal ini, kepala sekolah sebagai manajer, berfungsi sebagai otorisator,
yang dilimpahi fungsi ordonator untuk memerintahkan pembayaran.38
5. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara
langsung dipergunakan danmenunjang proses pendidikan, khususnya proses
belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan
media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan
adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan
menuju sekolah. Tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses
belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman
sekolah sekaligus sebagai lapangan olah raga, maka komponen tersebut
merupakan sarana pendidikan.39
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan
menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi
secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan
38
Ibid. Hal. 48
39
pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan,
penyimpanan inventarisasi, dan pengahapusan serta penataan.40
Oleh karena itu, dengan adanya manajemen sarana dana prasarana
yang baik, diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah
sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun
murid yang berada di sekolah.
6. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat.
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan
suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan
pertumbuhan pribadi peserta didik. Oleh kerana itu, hubungan sekolah dengan
masyarakat bertujuan antara lain untuk:
a. Memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak.
b. Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan
masyarakat.
c. Menggerakkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.
Untuk merealisasikan tujuan tersebut, banyak cara yang dilakukan oleh
sekolah dalam menarik simpati masyarakat terhadap sekolah dan menjalin
hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat.41
Dalam hal ini, kepala sekolah yang baik merupakan salah satu kunci
untuk bisa menciptakan hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat
secara efektif karena harus menaruh perhatian tentang apa yang terjadi pada
40
Ibid. Hal. 49
41
peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan para orang tua tentang
sekolah.42
Melalui hubungan yang harmonis tersebut di harapkan tercapai tujuan
hubungan sekolah atau masyarakat, yaitu terlaksananya proses pendidikan di
sekolah secara prduktif, efektif dan efisien sehingga mengahasilkan lulusan
yang produktif dan berkualitas.
7. Manajemen Layanan Khusus.
Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan,
kesehatan dan keamanan sekolah.
Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik memungkinkan
peserta didik untuk lebih mengembangkan dan mendalami pengetahuan yang
diperolehnya di kelas maupun belajar mandiri, baik dalam waktu-waktu
kosong di sekolah maupun di rumah.43
Manajemen layanan khusus yang lain adalah layanan kesehatan dan
keamanan. Sekolah sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan bertanggung
jawab melaksanakan proses pembelajaran, tidaka hanya mengembangkan ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan sikap saja, tetapi juga harus menjaga dan
meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani peserta didik. Di samping itu,
sekolah juga perlu memberikan pelayanan keamanan kepada peserta didik dan
para pegawai yang ada di sekolah agar mereka dapat belajar dan
melaksanakan tugas denga tenang dan nyaman.
42
Ibid. Hal. 51
43
4. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Munculnya MBS di Indonesia tentunya tidak telepas dari berbagai
pandangan dan pengamatan pada beberapa negara yang lebih dahulu berhasil
melaksanakannya, akan tetapi MBS memiliki karakteristik yang perlu
dipahami oleh sekolah yang akan menerapkan agar pelaksanaanya dapat
berhasil dengan baik maka digunakan pendekatan sistem input- proses dan
output.
a. Output yang diharapkan.
Sekolah harus memiliki uout put yang di harapkan, yaitu prestasi
sekolah yang di hasilkan oleh proses pembelajaran dan mnajemen di sekolah
pada umumnya output dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, output
pencapaian akademik misalnya meningkatkan NEM, Matematika, IPA,
Kreatif, dan bidang relige, juga prestasi non akademik misalnya keingin
tahuan yang tinggi, rasa kasih sayang yang tinggi terhadap sesama, solidaritas
yang tinggi, toleransi, kedisiplinan, kerajinan, prestasi olah raga, kesenian dan
kepramukaan.
b. Proses
Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki karakteristik proses
sebagai berikut:
1. Proses balajar mengajar yang efektifitasnya tinggi
2. Kepemimpinan sekolah yang kuat
3. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib.
5. Sekolah memiliki budaya mutu.
6. Sekolah memiliki teamwork yanng kompak, cerdas dan dinamis.
7. Sekolah memiliki kewenangan atau kemandirian
8. Partisipasi yang tinggi dari warga sekolah dan masyarakat.
9. Sekolah memiliki keterbukaan manajemen
10.Sekolah memiliki kemauan untuk berubah
11.Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan.
12.Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan.
13.Komunikasi yang baik.
14.Sekolah memiliki akuntabilits.
c. Input Pendidikan
1. Memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas.
Secara formal, sekolah menyatakan dengan jelas tentang keseluruhan
kebijakan, tujuan, dan sasaran sekolah yang berkaitan dengan mutu. Kebijakan,
tujuan, dan mutu tersebut dinyatakan kepada kepala sekolah, kemudian
disosialisasikan kepada semua warga sekolah, sehingga tertanam pemikiran,
tindakan, kebiasaan, hingga sampai pada kepemilikan karakter mutu oleh
warga sekolah.
2. Sumber daya yang tersedia dan siap.
Sumber daya merupakan input penting untuk berlangsung proses
pendidikan di sekolah. Tanpa sumber daya yang memadai, proses pendidikan
juga tidak akan memadai, dan pada gilirannya sasaran sekolah juga tidak akan
memang memilikinya, siap dan pemanfaatannya yang sesuai dengan tuntutan
minimal yang di perlukan dengan program sekolah. Khusus sumber daya
lainnya manusia sasarannya adalah efisiensi dan efektifitasnya, tidak harus
mahal dan melimpah asalkan domobilisasikan secara optimal dan memahami
program sekolah.
3. Memiliki harapan prestasi yang tinggi
Sekolah memiliki dorongan dan harapan tinggi untuk meningkatkan
prestasi peserta didik dan sekolah. Kepala sekolah memiliki komitmen dan
motivasi yang kuat untuk meningkatkan mutu sekolah secar optimal. Guru
memiliki harapan tinggi bagi anak didiknya untuk dapat mencapai tingkat
prestasi maksimal walaupun dengan keterbatasan sumber daya di sekolah.
Para peserta didik harus memiliki motivasi yang kuat dalam meningkatkan
prestasi sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Harapan tinggi dari ketiga
unsur tersebut merupakan penyebab sekolah dalam keadaan dinamis, berusaha
mencapai sesuatu lebih baik dari pada sebelumnya.
4. Fokus pada pelanggan (khususnya peserta didik).
Pelanggan khususnya peserta didik, merupakan fokus semua kegiatan
sekolah, input proses pelanggan di sekolah utamanya untuk meningkatkan
mutu dan kepuasan peserta didik.
5. Memiliki input manajemen.
Sekolah memiliki input manajemen memadai untuk menjalankan roda
sekolah. Kepala sekolah dalam mengatur dan mengurus sekolah menggunakan
kepala sekolah membantu dalam mengelolan sekolah dengan efektif. Input
yang dimaksud meliputi: tugas yang jelas, rencana yang rinci dan sistematis,
program yang akan mendukung pelaksanaan dan rencana, ketentuan-ketentuan
atau aturan main yang jelas sebagai panutan bagiwarga sekolah untuk
meyakinkan dalam mencapai sasaran yang ditetapkan.44
5. Strategi Penerapan Manajemen Berbasis sekolah (MBS)
Pada dasarnnya, tidak ada satu srategipun yang mampu menjamin
keberhasilan penerapan MBS pada semua tempat dan kondisi. Oleh karena itu,
srategi penerapan MBS di satu negara dengan negara lain bisa berlainan,
antara satu daerah yang satu dengan daerah yang lain bisa berbeda, bahkan
antar sekolah dalam daerah yang sama pun bisa berlainan strateginya.
Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) akan berlangsung
secara efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang
profesional untuk mengoperasikan sekolah, dana yang cukup agar sekolah
mampu menggaji staf sesuai dengan fungsinya, sarana dan prasarana yang
memadai untuk mendukung proses belajar mengajar, serta dukungan
masyarakat (orang tua) yang tinggi. Krisis ekonomi telah memperlemah
kemampuan bersekolah dan menimbulkan dampak yang negatif terhadap
peserta didik juga memperlemah partisipasi masyarakat.45
Kondisi sekolah di Indonesia pada saat krisis sekarang ini sangat
bervariasi dilihat dari segi kualitas, lokasi sekolah, dan partisipasi mayarakat
44
Umaedi. Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. (Jakarta: departemen pendidikan nasional. 2002). Hal: 14-21
45
(orang tua), kondisi-kondisi tersebut, tampaknya akan menjadi permasalahan
yang rumut dan harus diproiritaskan penanganannya pasca krisis, oleh karena
itu, agar MBS dapat diterapkan secara optimal, baik di era krisis maupun pada
pasca krisis di masa mendatang, perlu adanya pengelompokan sekolah
berdasarkan tingkat kemampuan manajemen masing-masing. Pengelompokan
ini dimaksudkan untuk mempermudah pihak-pihak yang terkait dalam
memberikan dukungan.46
1. Pengelompokan Sekolah
Dalam rangka menerapkan MBS, perlu dilakukan pengelompokan
sekolah berdasarkan kemampuan manajemen, dengan mempertimbangkan
kondisi lokasi dan kualitas sekolah. Dalam hal ini sedikitnya akan ditemui
sedikitnya tiga sekolah, yaitu baik, sedang, dan ketinggalan.
Kelompok-kelompok tersebut dapat dilihat pada tabel 5.1 pada tabel tersebut setiap
kelompok sekolah, menggambarkan juga tingkat kemampuan manajemen.47
tinggi. tinggi
Kondisi di atas mengisayaratkanbahwa tingkat kemampuan
manajemen sekolh untuk mengimplementasikan MBS berbeda satu kelompok
dengan kelompok lainnya. Perbedaan kemampuan manajemen tersebut,
mengharuskan kemampuan yang berbeda terhadap setiap sekolah sesuai
dengan tingkat kemampuan masing-masing dalam menyerap paradigma baru
yang ditawarkan MBS. Dengan demikian, pemerintah berkewajiban
melakukan upaya-upaya maksimal untuk mempersiapkan pelaksanaan MBS.
suatu sekolah mampu menyusun rencana sekolah, dan melaksanakan rencana
tersebut.48
2. Pentahapan Implementasi MBS
Sebagai suatu paradigma pendidikan baru, selain memperhatikan
kondisi sekolah, implementasi MBS juga memerlukan pentahapan yang tepat.
Dalam kaitan ini, secara garis besar, Fattah (2000) membaginya menjadi tiga
tahapan yaitu sosialisasi, piloting, dan desiminasi. Tahap soaialisasi
merupakan tahapan penting mengingat luasnya wilayah nusantara terutama
daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh media informasi, baik cetak maupun
elektronik. Dalam pada itu, masyarakat Indonesia pada umumnya tidak mudah
menerima perubahan. Banyak perubahan, banyak perubahan, baik personal
maupun organisasional memerlukan pengetahuan dan keterampilan baru.
Dengan begitu masyarakat dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Tahap poloting merupakan tahap uji coba agar penerapan konsep manajemen
berbasis sekolah tidak mengandung resiko. Sedangkan tahap diseminasi
merupakan tahapan memasyarakatkan model MBS yang telah diujicobakan ke
berbagai sekolah agar dapat mengimplementasikan MBS secara efektif dan
efisien.49
3. Perangkat Implementasi MBS.
MBS memerlukan seperangkat peraturan dan pedoman-pedoman
umum yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam perencanaan, monitoring,
dan evaluasi, serta laporan pelaksanaan. Perangkat implementasi ini perlu di
48
ibid. Hal. 60.
49