• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Vitamin C pada Vitacimin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penentuan Kadar Vitamin C pada Vitacimin"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Penentuan Kadar Vitamin C pada Vitacimin dan UC-1000 dengan Titrasi Iodimetri

I Dewa Gede Agus Sudarma*, Nim: 1113031011

*Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Pendidikan Ganesha

Jln. Udayana, Singaraja. 81117 telp. (0362) 25072

ABSTRAK

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar vitamin C pada pada Vitacimin dan UC-1000. Metode yang digunakan adalah titrasi iodimetri dengan prinsip titrasi redoks. Sampel ditambahkan dengan H2SO4 dan amilum yang bertindak sebagai indicator. Sampel dititrasi dengan I2 yang diakhiri dengan timbulnya warna biru pada sampel. Dari hasil percobaan dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa (1) massa vitamin C pada satu tablet Vitacimin adalah 455 mg dengan kadar 22,75% pertablet; (2) massa vitamin C pada satu botol UC-1000¬ adalah sebanyak 1300 mg.

Kata kunci: iodimetri, vitamin C, UC-1000, Vitacimin

ABSTRACT

This lab aims to determine the levels of vitamin C in the Vitacimin and UC-1000. The method used is Iodimetri titration with the principle of redox titration. H2SO4 was added to the samples and starch that acts as an indicator. The sample is titrated with I2, which ended with the onset of the color blue in the sample. From the experimental results and the discussion that has been done can be concluded that (1) the mass of vitamin C in one tablet is 455 mg Vitacimin grading 22.75% per caplet; (2) the mass of a bottle of vitamin C on the UC-1000 is as much as 1300 mg.

(2)

1. PENDAHULUAN

Vitamin C merupakan senyawa yang sangat mudah larut dalam air, mempunyai sifat asam dan sifat pereduksi yang kuat. Sifat-sifat tersebut terutama disebabkan adanya struktul enediol yang berkonyugasi dengan gugus karbonildalam cincin lakton. Bentuk vitamin C

yang ada di alam terutama adalah L-asam askorbat. D-asam askorbat jarang terdapat di alam dan hanya memiliki 10% aktivitas vitamin C. Biasanya D-asam askorbat ditambahkan ke dalam pangan sebagai zat anti oksidan. Struktur keduanya adalah sebagai berikut (Andarwulan, 1989).

Gambar 1. Rumus struktur L-asam askorbat

Gugus hidroksil pada atom C3 sangat

mudah terionisasi dan memberikan nilai pH 2,5. Gugus hidroksil pada aton C2 lebih tahan terhadap ionisasi dan mempunyai nilai pK2 sebesar 11,4. Struktur enediol pada atom C ke 2 dan 3 dari L-asam askorbat dapat dioksidasi menjadi gugus diketo. Hasil oksidasinya adalah l-dehidro asam askorbat. Oksidasi L-dahidro asam askorbat menghasilkan 2,3-deketogulonat yang bersifat irreversibel dan tidak mempunyai aktivitas vitamin C sama sekali. (Andarwulan, 1989).

Vitamin C dalam bentuk murni merupakan krista putih, tidak berwarna, tidak berbau, dan mencai pada suhu 190-192oC. senyawa ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam. Asam askorbat atau vitamin C memainkan peran yang sangat penting sebagai koenzim dan pendonor elektron di dalam reaksi organik enzimatik dioksigenase seperti hidroksilasi pada karnitina, EGF atau mono- dan di-oksigenasi pada berbagai neurotransmiter dan sintesis hormon peptida, noradrenalin, kolesterol dan asam amino demetilasi histon dan asam nukleat; dealkilasi oksidatif DNA. Vitamin C meningkatkan kualitas asam suksinat, asam malat dan gliserol 3-fosfat di dalam mitokondria; homeostasis gaya gerak proton; deglikanasi senyawa proteoglikan; menangkap ROS berlebih hingga menurunkan stres oksidatif.

Salah satu fungsi kofaktor yang sangat dikenal adalah dengan hidroksilase prolil dan

lisil yang mengkopling hidroksilasi pada hypoxia-inducible factor-1α dan prokolagen.

Vitamin C atau asam askorbat dibutuhkan untuk tubuh manusia, walaupun dalam jumlah yang sedikit. Asam askorbat dapat dipenuhi manusia melalui makanan karena tubuh manusia tidak dapat mensintesisnya. Vitamin C banyak terdapat dalam buah-buahan maupun sayur-sayuran. Buah jeruk, tomat, kiwi, manga, melon, stroberi mengandung vitamin C dengan kadar yang berbeda-beda. Salah satu buah yang mengandung banyak vitamin C adalah buah “aserola” yang memiliki 3.800 mg vitamin C dalam setiap 8 ons cairan buah ini (Cooper, 2001).

Dua penelitian secara terpisah yang dimuat dalam Journal of Clinical Nutrition, 1987 dan 1988 menemukan bahwa pria memerlukan vitamin C tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan wanita. Menurut Pusat Penelitian Gizi Manusia USDA di Universitas Tufts berpandapat bahwa untuk menunda mulainya katarak, pria harus makan lebih dari 500 mg vitamin C sedangkan wanita lebih dari 200 mg vitamin C perhari (Cooper, 2001).

Memenuhi kebutuhan akan vitamin C pada jaman sekarang sudah tidak terlalu sulit untuk dilakukan. Ha ini karena banyak produsen yang telah menyediakan vitamin C daam berbagai bentuk seperti minuman, makanan, maupun dalam bentuk obat-obatan. Beberapa contohnya adaah UC-100 dan Vitacimin yang mudah didapatkan dipasaran. Kandungan vitamin C

(3)

dalam kedua produk tersebut berbeda-beda dan tertera pada kemasannya.

Penentuan vitamin C pada suatu produk dapat dilakukan dengan dengan titrasi iodimetri. Penentuan kadar vitamin C dengan metode titarsi iodimetri ini didasarkan pada prinsip tereduksinya analat oleh I2 menjadi ion I-.

Ared + I2 Aoks + I

-Dalam titrasi iodimetri, iodin dipergunakan sebagai sebuah agen pengoksidasi, namun dapat dikatakan bahwa hanya sedikit saja substansi yang cukup kuat sebagai unsur reduksi yang dititrasi langsung dengan iodin. Vitamin C merupakan pereduksi yang sangat kuat maka tepat untuk digunakan sebagai sampel dalam titrasi iodimetri. Oleh karena itu, pada praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar vitamin C pada UC-1000 dan Vitacimin dengan menggunakan metode titrasi iodimetri.

2. METODE

Metode yang digunakan adalah dengan melakukan percobaan kuantitatif di laboratorium. Percobaan dilakukan di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja pada Jumat, 13 Juni 2014 .

Alat yang digunakan dalam percobaan tersebut adalah labu Erlenmeyer 250 mL; gelas kimia 100 mL; pipet tetes; statif dan klem; buret; corong; gelas ukur; lumpang dan alu; dan kaca arloji.

Bahan yang digunakan adalah vitacimin; UC 1000; larutan iodine 0,1 N; larutan H2SO4 1%; indikator amilum; dan akuades.

Prosedur kerja dari percobaan ini adalah sebagai berikut. Sampel yang akan diuji dipersiapkan terlebih dahulu. Untuk sampel padat (vitacimin), sampel dihaluskan terlebih dahulu, kemudian 1 gram dilarutkan dengan akuades hingga 50 mL. Sedangkan untuk sampel cair (UC 1000), diencerkan sebanyak 10 kali pengenceran. Sebanyak 10 mL sampel diambil kemudian diencerkan dengan akuades sampai 100 mL.

Sampel yang telah siap uji, diambil sebanyak 5 mL, kemudian ditambahkan dengan larutan H2SO4 sebanyak 2,5 mL dan 3 tetes tetes indikator amilum. Sampel kemudian dititrasi dengan larutan iodin dan dicatat volume iodin yang diperlukan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar vitamin C pada pada Vitacimin dan UC-1000. Metode yang digunakan adalah titrasi iodimetri dengan prinsip titrasi redoks. Langkah pertama yang dilakukan adalah penyiapan sampel. Sampel padat Vitacimin dihaluskan dengan menggunakan mortal dan alu. Satu tablet Vitacimin memiliki massa sebesar 2 gram. Setelah dihaluskan, 1 gram sampel bubuk dilarutkan dengan 50 mL akuades. Sampel setelah dilarutkan berwarna kuning (Gambar 2). Sampel cair UC-1000 dalam 1 botol memiliki volume 140 mL. kemudian 10 mL diencerkan dengan akuades hingga volumenya menjadi 100 mL. sampel cair setelah diencerkan memiliki penambakan yang tidak berwarna.

(4)

Setelah penyiapan sampel selesai, selanjutnya dilakukan titrasi iodimetri terhadap kedua sampel. Sebanyak 5 mL sampel diambil dengan pipet volumetric kemudian dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Larutan H2SO4 sebanyak 2,5 mL ditambahkan ke dalam tiap sampel. Penambahan asam sulfat bertujuan untuk membuat suasana menjadi asam. Kemudian ditambahkan 3 tetes amulim sebagai indicator.

Setiap sampel dititrasi dengan menggunakan larutan I2. Proses titrasi dihentikan setelah larutan berubah warna menjadi warna biru (Gambar 3). Pada saat

titrasi, I2 akan tereduksi menjadi I

karena bereaksi dengan vitamin C yang menyebabkan warna berubarah dari coklat menjadi bening. Kemudian setelah semua Vitamin C bereaksi dengan I2, maka kelebihan I2 akan bereaksi dengan amilum membentuk komplek berwarna biru yang menandakan titik akhir titrasi. Komplek yang terbentuk yaitu pada gambar 4. Volume I2 yang digunkan ini ekuivalen denagan jumlah vitamin C pada sampel sehingga konsentrasi sampel dapat dihitung. Volume I2 yang digunakan pada titrasi Vitacimin tertera pada tabel 1 sedangkan pada titrasi UC-1000 pada tabel 2.

Gambar 3. Larutan berwarna biru pada titik akhir titrasi.

Gambar 4. Pembentukan komplek biru antara I2 dengan amilum.

Tabel 1. Volume I2 yang digunakan pada titrasi Vitacimin.

No. Volume sampel Vitacimin (mL)

Volume titran (mL)

1. 5 2,75

2. 5 2,35

3. 5 2,65

Rata-rata: 2,583

Satu tablet Vitacimin memiliki masa 2 gr. Pada percobaan ini digunakan 1 gr vitacimin yang dilarukan menjadi 50 mL larutan. Dari hasil titrasi didapatkan sebagai berikut.

N1 = N I2 = 0,1 N

V1 . N1 = N2 . V2 2,583 mL . 0,1 N = N2 . 5 mL

(5)

Jadi konsentrasi asam askorbat adalah 0,0517 N atau setara denga 0,02585 M karena normalitas asam askorbat adalah 2 x konsentrasi asam askorbat. Massa Vitamin C dalam 1 gram Vitacimin adalah sebagai berikut.

M = gr/Mr . 1000/mL

0,02585 M = massa/176 gr/mol . 1000/50 Massa = 0,2275 gr

Massa vitamin C atau asam askorbat dalam 1 gram Vitacimin adalah 0,2275 gr. Jadi massa vitamin C dalam satu tablet vitacimin adalah 0,455 gram atau 455 mg. Hasil ini mendekati

dengan komposisi yang tertera pada kemasan yang menyatakan bahwa satu tablet Vitacimin mengandung 500 mg vitamin C.

Kadar Vitamin C =

Kadar Vitamin C =

Kadar Vitamin C = 22,75%

Jadi kadar Vitamin C pada satu tablet Vitacimin sebesar 22,75%.

Tabel 2. Volume I2 yang digunakan pada titrasi UC-1000 sehingga konsentrasinya adalah 0,0055 M. konsentrasi vitamin C sebelum diencerkan adalah sebagai berikut. adalah 0,968 gr. Massa vitamin C pada volume 140 mL adalah 1,3 gr atau 1300 mg. Hasil ini melebihi dari yang tertera pada kemasan. Hal yang dapat menyebabkan kesalahan antara lain adalah pengenceran dan penentuan titik akhir titrasi.

4. SIMPULAN

Dari hasil percobaan dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa (1) massa vitamin C pada satu tablet Vitacimin adalah 455 mg dengan kadar 22,75% pertablet; (2) massa vitamin C pada satu botol UC-1000 adalah sebanyak 1300 mg.

5. UCAPAN TERIMA KASIH

(6)

6. DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, Nuri, Sutrisno Koswara. 1989. Kimia Vitamin. Jakarta: Rajawali Pers. Cooper, Kenneth H. 2001. Sehat Tanpa Obat:

Empat Langkah Revolusi Antioksidan yang

Gambar

Gambar 1 . Rumus struktur L-asam askorbat
Gambar 2.  Sampel sebelum dititrasi berwarna kuning.
Gambar 3.  Larutan berwarna biru pada titik akhir titrasi.
Tabel 2.  Volume I2 yang digunakan pada titrasi UC-1000

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek suplementasi vitamin C terhadap kadar vitamin C plasma, bacterial load Actinobacillus actinomycetemcomitans,

Penelitian mengenai penentuan vitamin C pada berbagai macam buah cabai telah dilakukan dengan metoda titrasi potensiometri menggunakan elektroda platina sebagai elektroda

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk menetapkan kadar vitamin C dari bawang putih dengan menggunakan metode iodimetri, karena peneliti ingin

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa sampel tomat memiliki rata-rata kadar vitamin C sebesar 0,0255% sedangkan sampel pepaya memiliki

Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara iodin sebagai pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari

Pada percobaan yang telah dilakukan pada pengujian kadar vitamin C pada buah jeruk,yaitu 10 ml air jeruk ditambahkan 5 tetes amilum dan 10 ml aquades , kemudian di titrasi

Penetapan kadar Vitamin C dilakukan dengan metode titrasi dengan 2,6-diklorofenol indofenol karena metode ini lebih selektif terhadap vitamin C dan mencegah senyawa pereduksi

Dalam praktikum penetapan kadar tablet vitamin B1 yang telah dilakukan, menggunakan titrasi argentometri metode Mohr untuk pembakuan AgNO3 menggunakan larutan baku NaCl.. Metode