Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Rumah Menggunakan Analytical Hierarchy Process Berbasis Web
(Danny Widjaja, Kestrilia Rega Prilianti, Hendry Setia wan)
Sistem pendukung keputusan pemberian kredit rumah
menggunakan analytical hierarchy process berbasis
web
Danny Widjaja, Kestrilia Rega Prilianti, Hendry Setiawan Jurusan Teknik Informatika, Fak Sains dan Teknologi Universitas Ma Chung, Jl. Villa Puncak Tidar N-01, Malang 65651
Telp. (0341) 550171; Fax. (0341) 550175
e-mail: [email protected], [email protected], 3
Abstrak
Manusia pada umumnya mempunyai kebutuhan primer yang tak lain adalah tempat tinggal yaitu rumah. Kebutuhan primer ini tidak semua orang dapat membelinya secara tunai. Maka dari itu diperlukannya suatu bada atau lembaga keuangan yang biasa disebut sebagai bank agar dapat memberikan bantuan dana dalam bentuk penyaluran kredit, dalam hal ini tentunya dalam Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Demi mempermudah dan mempercepat proses kerja maka pengambilan keputusan yang tepat diperlukan. Terdapat beberapa syarat atau kriteria dalam penilaian terhadap calon nasabah, penilaian ini berdasarkan analisis kualitatif yakni dengan melihat karakter dari nasabah (Character), kapasitas melunasi kredit (Capacity), kemampuan modal yang dimiliki (Capital), asset yang dimiliki untung menanggung resiko kredit
(Collateral), dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi usaha (Condition of economy). Melalui penelitian ini telah dikembangkan aplikasi untuk melakukan proses penyeleksian terhadap calon nasabah agar dapat menggunakan cara yang lebih mudah. Dalam hal ini metode yang digunakan oleh penulis adalah metode Analytical Hierarchy Process. Dari hasil uji coba program dengan manual didapat nilai prosentase tingkat validasi sistem ini adalah 85% yang dapat digunakan dalam menentukan layak atau tidaknya pemberian kredit nasabah. Berdasarkan hasil uji coba tersebut menunjukan bahwa aplikasi melalui metode AHP ini dapat digunakan untuk menentukan kelayakan kredit dengan baik.
Kata kunci: Metode Analytical Hierarchy Process, kredit, sistem pendukung keputusan
Abstract
Keywords: Analytical Hierarchy Process method, credit, Decision Support System
1. PENDAHULUAN
anusia pada umumnya mempunyai kebutuhan akan tempat tinggal yakni rumah. Disamping sebagai tempat untuk berlindung, rumah tangga juga sebagai tempat berkumpul dan berkomunikasinya anggota keluarga. Sebagai salah satu bank yang memperhatikan kebutuhan masyarakat, bank ini menyediakan layanan kredit pemilikan rumah yang ditawarkan kepada para nasabahnya. Kredit tersebut juga bisa digunakan sebagai alat membangun bisnis dan memenuhi kebutuhan hidup lainnya. Pemberian kredit tidak dapat dilakukan secara sembarangan, demikian juga dengan pemberian kredit di bank. Sebelum memberikan dana melalui pembiayaan pada nasabah, pihak bank terlebih dahulu melakukan penilaian nasabah untuk mengetahui layak atau tidak nasabah tersebut menerima pembiayaan. Untuk itu nasabah harus memenuhi syarat 5C, bagaimana karakter dari nasabah (character), kapasitas melunasi kredit tersebut (capacity), kemampuan modal yang dimiliki oleh nasabah (capital), jaminan atau asset yang dimiliki nasabah untuk menanggung resiko kredit (collateral), dan kondisi ekonomi saat ini yang mempengaruhi usaha nasabah (condition of economic). Dalam menentukan keputusan layak atau tidaknya kepada calon debitur di bank masih menggunakan proses manual dan database yang digunakan masih dalam bentuk kertas, sehingga menyulitkan dalam penyimpanan atau mencari data. Dalam penelitian ini dikembangkan sebuah sistem informasi berbasis computer yang dikenaldengan
Decision Support System atau Sistem Pendukung Keputusan sehingga dapat mempermudah dan mempercepat proses penentuan kredit. Penulis membuat aplikasi ini berbasis web agar aplikasi ini memudahkan seorang kredit analis dalam menentukan layak atau tidaknya kepada calon nasabah bisa lebih efisien. AHP adalah prosedur yang erbasis matematis yang bagus dan sesuai untuk kondisi evaluasi atribut-atribut kualitatif.
Atribut-atribut tersebut kemudian secara matematik dikuantitatifkan ke dalam satu set matrik perbandingan berpasangan.
2. METODE PENELITIAN
2.1 Kredit
Dalam bahasa Latin, kredit disebut
“credere” yang artinya percaya, yaitu
kepercayaan dari kreditur bahwa debiturnya akan mengembalikan pinjaman beserta bunganya sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak. Pengertian kredit menurut undang-undang perbankan No. 10 Tahun 1998, adalah sebagai berikut: Pengertian kredit, menurut Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal (2007) adalah penyerahan barang, jasa atau uang dari satu pihak (kreditor atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau pengutang/borrower) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak. Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2008) kredit adalah pemberian fasilitas pinjaman (bukan berdasarkan prinsip syariah) kepada nasabah, baik berupa fasilitas pinjaman tunai (cash loan) maupun pinjaman nontunai (non cash loan). Fungsi kredit bagi masyarakat menurut Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal (2007), antara lain:
1. Menjadi motivator dan dinamisator peningkatan kegiatan perdagangan dan perekonomian
2. Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat.
3. Memperlancar arus barang dan arus uang.
4. Meningkatkan hubungan internasional. 5. Meningkatkan produktivitas dana yang
ada.
6. Meningkatkan daya guna (utility) barang.
7. Meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat.
8. Memperbesar modal kerja perusahaan.
Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Rumah Menggunakan Analytical Hierarchy Process Berbasis Web
(Danny Widjaja, Kestrilia Rega Prilianti, Hendry Setia wan)
9. Meningkatkan income per capita (IPC) masyarakat.
10. Mengubah cara berpikir/bertindak masyarakat untuk lebih ekonomis.
Tujuan Penyaluran kredit antara lain untuk: a. Memperoleh pendapatan bank dari
bunga kredit.
b. Memanfaatkan dan memproduktifkan dana-dana yang ada.
c. Melaksanakan kegiatan operasional bank.
d. Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat.
e. Memperlancar lalu lintas pembayaran. f. Menambah modal kerja perusahaan g. Meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat.
2.2 Prosedur Pemberian Kredit
Untuk memperoleh kredit calon nasabah atau debitur harus melalui tahapan-tahapan penilaian mulai dari pengajuan proposal dan dokumen-dokumen yang dibutuhkan, analisis kredit sampai pembiayaan diberikan. Tujuan prosedur pemberian kredit adalah untuk memastikan kelayakan suatu kredit yaitu diterima atau ditolaknya debitur tersebut. Prosedur pemberian kredit di dunia perbankan secara umum antar bank yang satu dengan bank yang lain tidaklah jauh berbeda.
Prosedur pemberian kredit meliputi:
1. Pengajuan Proposal
Untuk mendapat fasilitas kredit maka calon nasabah harus membuat permohonan kredit secara tertulis dalam bentuk proposal. Proposal kredit harus meliputi dokumen-dokumen yang menjadi syarat dari bank tersebut. Dalam pengajuan proposal harus berisi keterangan tentang:
a. Latar belakang pendidikan, jenis usaha, riwayat usaha tersebut.
b. Besarnya kredit dan jangka waktu, di dalam proposal calon nasabah harus menentukan besarnya jumlah kredit yang diinginkan dan jangka waktu kreditnya.
c. Jaminan, biasanya jaminan yang diberikan dalam bentuk sertifikat atau surat.
d. Tujuan pengambilan kredit yaitu maksutnya apakah untuk meningkatkan omset penjualan atau mendirikan jenis usaha baru atau modal kerja atau investasi serta tujuan lainnya.
2. Penyelidikan Berkas
Tujuan dalam penyelidikan ini adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan oleh pemohon sudah lengkap sesuai dengan persyaratan yang ada. Jika menurut pihak perbankan atau analis belum lengkap atau masih kurang maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya, jika sampai batas yang telah ditetapkan belum juga melengkapi kekurangan tersebut, maka permohonan kredit tersebut dibatalkan. Untuk membuktikan kebenaran dan keaslian dari dokumen-dokumen yang telah ada, yaitu analis harus mengerti kebenaran dan keaslian dari dokumen-dokumen seperti Akte Notaris, TDP (Tanda Daftar Perusahaan). KTP, sertifikat tanah, dan BPKB. Kemudian setelah proses tersebut analis akan mengkalkulasi apakah jumlah kredit yang diminta oleh pemohon memang relevan dan mampu untuk membayar.
3. Penilaian Kelayakan Kredit
Dalam penilaian layak atau tidaknya suatu kredit disalurkan maka perlu dilakukan suatu penilaian kredit. Penilaian kelayakan suatu kredit dapat dilakukan dengan menggunakan 5C (Character, Capital, Capacity, Collateral, dan Condition of economic).
4. Wawancara pertama
yang diharapkan. Di dalam wawancara ini ada beberapa tipe wawancara yaitu wawancara secara terstruktur dan tidak terstruktur.
5. Peninjauan ke lokasi
Setelah melakukan proses pengencekan dokumendan berkas-berka serta melakukan test wawancara maka langkah selanjutnya adalah melakukan peninjauan ke lokasi yang menjadi obyek kredit. Kemudian hasilnya akan di crosscheck kan dengan hasil wawancara pertama. Tujuan peninajuan ini adalah untuk memastikan obyek yang akan dibiayai benar-benar ada dan sesuai dengan apa yang ditulis dalam proposal oleh pemohon.
6. Wawancara Kedua
Proses wawancara kedua ini hanya memperbaiki berkas atau dokumen yang mempunyai kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan peninjauan ke lokasi.
7. Keputsuan Kredit
Keputusan kredit adalah untuk menentukan kelayakan pemberian kredit kepada pemohon diberikan atau ditolak, jika layak maka keputusan kredit akan mencakup:
a. Akad kredit yang akan ditandatangani.
b. Jumlah uang yang diterima. c. Jangka waktu kredit.
Kredit yang ditolak maka akan diberi surat penolakan kepada pemohon sesuai dengan alasan yang ada.
2.3 Prinsip-prinsip pemberian kredit
Sebelum fasilitas kredit diberikan maka bank harus yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali melalui hasil penilaian kredit sebelum kredit disalurkan dengan prosedur penilaian yang benar dan sungguh-sungguh. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai prinsip untuk mendapatkan
keyakinan tentang nasabahnya. Prinsip-prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan yaitu dengan analisis 5C (Character, Capital, Capacity, Collateral dan Condition of economic). Prinsip pemberian kredit dengan analisis 5C dapat dijelaskan sebagai berikut Dendawijaya (2005)
1. C-1 (Character)
Pengertian character adalah kepribadian, moral, kejujuran seseorang dalam hal ini yaitu calon debitur yang harus diteliti dengan seksama. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi,riwayat dan nama baik calon debitur di masyarakat. Character ini juga merupakan
dasar ukuran untuk menilai “kemauan”
nasabah membayar kreditnya. Orang yang memiliki karakter baik pasti akan berusaha untuk membayar tanggungan atau kreditnya dengan berbagai macam cara.
2. C-2 (Capital)
Capital merupakan analisis terhadap permodalan sangat erat hubungannya dengan nilai modal yang dimiliki calon nasabah pada waktu permohonan kredit diajukan. Besarnya kemampuan modal calon nasabah dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang dimilikinya harus dinilai dengan cermat sebelum permohonan dikabulkan seluruhnya atau ditolak sama sekali.
3. C-3 (Capacity)
Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Rumah Menggunakan Analytical Hierarchy Process Berbasis Web
(Danny Widjaja, Kestrilia Rega Prilianti, Hendry Setia wan)
semakin besar pula kemampuannya untuk membayar kredit.
4. C-4 (Collateral)
Collateral merupakan agunan atau jaminan atas kredit yang diserahkan peminjam kepada bank baik bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan tersebut harus diteliti keabsahan dan kesempurnaannya dan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan, sehingga jika terjadi suatu masalah atau macet, maka jaminan yang telah diberikan dapat dipergunakan secepat mungkin. Fungsi daripada jaminan adalah sebagai pelindung bank dari resiko kerugian.
5. C-5 (Condition of Economy)
Penilaian terhadap kondisi dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana kondisi ekonomi itu berpengaruh terhadap usaha calon nasabah dan bagaimana nasabah tersebut mengatasi sehingga usahanya berkembang.
2.4 Prinsip Dasar AHP
AHP memiliki beberapa prinsip dasar yang harus dipahami untuk menyelesaikan masalah, antara lain (Paska, 2010):
1. Menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi.
Persoalan yang rumit bisa dimengerti dengan diuraikan menjadi elemen-elemen pendukung, menyusun elemen secara hierarki, dan menggabungkannya.
2. Penilaian kriteria dan alternative Kriteria dan alternatif dapat dilakukan dengan cara membuat matriks perbandingan berpasangan. Menurut Saaty, nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan bisa diukur dengan menggunakan tabel analisis seperti berikut:
Tabel 2.1 Analisis Skala Perbandingan
Intensitas
Kepentingan Keterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya
7 Satu elemen jelas mutlak penting daripada elemen lainnya
9 Satu elemen mutlak penting dari pada elemen lainnya
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
3. Menentukan Prioritas
Setiap kriteria dan alternatif perlu dilakukan perbandingan berpasangan. Nilai perbandingan dari kriteria dan alternatif dilakukan dengan cara judgement yang ditentukan sendiri untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot dan prioritas dihitung dengan cara memanipulasi matriks.
Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai tiap intensitas kepentingan antara satu elemen terhadap elemen lainnya. Proses perbandingan berpasangan, dimulai dari level hierarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria, permisalan A, kemudian diambil elemen yang akan dibandingkan, missal A1, A2, A3, A4, dan A5. Maka susunan untuk elemen yang akan dibandingkan akan tampak seperti pada gambar matriks dibawah ini:
Tabel 2.2 Matriks Perbandingan Berpasangan
Pada umumnya, prosedur AHP meliputi:
2. Dekomposisi masalah atau menyusun struktur hierarki dari permasalahan yang ada, dengan kriteria-kriteria dan alternatif-alternatif pilihan yang ingin di rangking.
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh dari setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks perbandingan berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.
5. Mengukur konsistensi
Dalam mengukur konsistensi diperlukan beberapa langkah yaitu: a. Kalikan setiap nilai pada kolom
pertama dengan prioritas elemen pertama, kemudian nilai pada kolom kedua dengan prioritas elemen kedua, kemudian nilai pada kolom ketiga dengan prioritas elemen ketiga, begitu seterusnya. b. Jumlahkan setiap baris.
c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relative yang bersangkutan.
d. Jumlahkan hasil bagi diatas dengan banyaknya elemen yang ada, maka hasil tersebut disebut dengan lamda maks.
6. Menghitung Consistency Index (CI) dengan rumus:
a. CI = (λ maks-n)/n
b. n = banyaknya elemen atau kriteria 7. menghitung Consistency Ratio (CR)
dengan rumus: a. CR = CI/IR
b. CR = Consistency Ratio
c. CI = Consistency Index
d. IR = Indeks Random Consistency
8. Menguji konsistensi hierarki.
Jika nilai < 0,1 maka penilaian data
judgement harus diperbaiki. Tapi apabila CI/IR kurang atau sama dengan 0,1 maka hasil perhitungan dalam menguji konsistensi bisa dinyatakan benar.
Berikut ini adalah daftar tabel dari nilai Indeks Random Konsistensi:
Tabel 2.3 Daftar Indeks Random Konsistensi
Ukuran
matriks Nilai IR 1,2 0,00
3 0,58
4 0,90
5 1,12
6 1,24
7 1,32
8 1,41
9 1,45
10 1,49
11 1,51
12 1,48
13 1,56
14 1,57
15 1,59
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Tampilan Login
Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Rumah Menggunakan Analytical Hierarchy Process Berbasis Web
(Danny Widjaja, Kestrilia Rega Prilianti, Hendry Setia wan)
Gambar 1 Tampilan Login
3.2 Tampilan Menu Utama
Pada menu utama ini dimana admin melakukan penilaian terhadap matrik perbandingan berpasangan, economy, character, capital, capacity dan collateral untuk membandingkan antara satu kriteria dengan kriteria yang lain.
Gambar 2 Tampilan Matrik Perbandingan Berpasangan
3.3 Tampilan Matriks Nilai Kriteria
Pada tampilan matrik nilai kriteria ini, angka-angka yang ada matrik ini diperoleh dari matrik perbandingan berpasangan, dengan cara nilai baris kolom di matrik perbandingan berpasangan dibagi dengan jumlah atau total dari masing-masing kolom pada matrik perbandingan berpasangan. Berikut tampilan model dari matrik nilai kriteria:
Gambar 3 Tampilan Matrik Nilai Kriteria
3.4 Tampilan Matrik Penjumlahan Setiap Baris
Pada tampilan matrik penjumlahan setiap baris ini, angka-angka yang ada pada matrik penjumlahan setiap baris ini diperoleh dari hasil kali nilai prioritas pada matrik nilai kriteria dengan matrik perbandingan berpasangan dan kolom jumlah yaitu dari penjumlahan setiap baris. Berikut tampilan dari matrik penjumlahan setiap baris:
Gambar 4 Matrik Penjumlahan Setiap Baris
3.5 Tampilan Matriks Perhitungan Rasio Konsistensi
Pembuatan matrik perhitungan rasio konsistensi ini untuk memastika bahwa nilai inputan awal pada matrik set perbandingan berpasangan bernilai benar, yaitu nilai CR harus < 0,1. Apabila nilai CR > 0,1 pada saat dihitung rasio konsistensinya maka inputan awal pada matrik set perbandingan berpasangan harus dilakukan ulang. Berikut tampilan perhitungan rasio konsistensi:
Gambar 5 Matrik Rasio Konsistensi
3.6 Tampilan Admin
dijadikan prioritas admin atau prioritas user.
Gambar 6 Tampilan Admin
3.7 Tampilan Matriks Hasil
Nilai pada matrik hasil inilah yang nantinya digunakan sebagai acuan atau dasar saat perhitungan kredit untuk
customer yang nantinya juga menggunakan
form pertanyaan untuk membantu proses penyeleksian kredit.
Gambar 7 Tampilan Matrik Hasil
3.8 Tampilan Laporan Nasabah
Pada halaman ini untuk menampilkan perhitungan nasabah yang telah dilakukan oleh si admin atau kredit analis. Dalam pembahasan hasil, program ini akan melakukan uji coba kepada 13 orang dengan data yang berbeda antara nasabah satu dengan yang lain. Pada tabel 3.1 dapat dilihat ada dua kolom manual dan yang satu kolom program. Hasil pada kolom manual didapat dari perhitungan kredit analis yang memiliki standar nilai sendiri yaitu ketika CR (Credit Rating) < 67 maka ditolak, 67 < CR 74 dipertimbangkan dan ketika CR > 74 maka calon nasabah tersebut dapat diterima. Uji coba ini dilakukan dengan tujuan apakah progam ini dapat menentukan layak atau tidaknya dalam hal
memberikan kredit kepada calon nasabah. Berikut hasil uji coba yang telah dilakukan:
Gambar 8 Tampilan Laporan Nasabah
Gambar 9 Tampilan Laporan Nasabah
3.9 Tampilan Input Pertanyaan
Pada halaman ini adalah untuk melakukan penambahan untuk pertanyaan pada setiap masing-masing kriteria yaitu collateral, capacity, capital, condition of economy dan character. Untuk berapa jumlah pertanyaan yang mau diinputkan oleh si admin tidak diberi batasan. Berikut tampilan untuk Input Pertanyaan:
Gambar 10 Tampilan Input Pertanyaan
3.10 Analisis Uji Coba
Uji coba kepada 13 calon nasabah ini adalah untuk mengetahui seberapa akurat sistem pendukung keputusan ini dalam menentukan kelayakan kredit bagi nasabah yang nantinya akan ditolak, dipertimbangkan atau diterima.
Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Rumah Menggunakan Analytical Hierarchy Process Berbasis Web
(Danny Widjaja, Kestrilia Rega Prilianti, Hendry Setia wan)
Tabel 3.1 Perhitungan Uji Coba
Manual Program
Dari nilai total tersebut setelah dilakukan proses perhitungan maka dapat dilihat bahwa nasabah A tersebut tidak dapat diterima karena nilai total dari kelima kriteria hanya 0,266.
Pada tabel 3.2 dapat dilihat bahwa tingkat validasi sistem ini adalah 85% yang dapat digunakan dalam menentukan layak atau tidaknya member kredit pada calon nasabah. Untuk hasil pada yang dipertimbangkan calon nasabah tersebut masih bisa untuk layak mendapatkan kredit hanya saja itu semua tergantung dari keputusan pihak bank.
Tabel 3.2 Nilai Prosentase hasil Uji Coba
Keputusan Program Manual Prosentase Ditolak 3 4 75%
Dari hasil percobaan yang dilakukan pada 13 calon nasabah yang kemudian dibandingkan antara perhitungan manual dengan perhitungan program bahwa ada 5 calon nasabah diterima, 5 calon nasabah dipertimbangkan dan 4 calon nasabah ditolak. Dari hasil uji coba program dengan manual didapat nilai prosentase tingkat validasi sistem ini adalah 85% yang dapat digunakan dalam menentukan layak atau tidaknya pemberian kredit nasabah. Berdasarkan hasil uji coba tersebut menunjukan bahwa aplikasi melalui metode AHP ini dapat digunakan untuk menentukan kelayakan kredit dengan baik. Dengan adanya aplikasi ini akan membantu
lebih efektif dan efisien kepada pihak kredit analis atau atas dalam melakukan pengambilan keputusan.
5 SARAN
Setelah mengembangkan sistem pendukung keputusan ini, masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan sehingga perlu dikembangkan lagi agar sistem dapat berkinerja lebih baik lagi, oleh karena itu disarankan:
Menambahkan kriteria yang lebih komplek pada sistem pendukung keputusan pemberian kredit nasabah sehingga dapat menentukan kelayakan pemberian kredit kepada calon nasabah agar lebih tepat dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal 2010 Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Menentukan Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi Pegawai Negeri, Tugas Akhir, Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 2, dilihat 3 Mei 2013
Efraim Turban, Jay E. Aronson, Ting-Peng Liang. 2005. Decision Support Systems and Intelligent Systems Edisi 7. Yogyakarta : Andi
“ Manajemen & Bisnis” Vol. 02 No.
01, dilihat 18 Juni 2013
Rivai, Veithzal, Veithzal, Andria, Permata dan Idroes, Ferry, N. 2007, Bank and Financial Institution Management: Conventional and Sharia System,
Jakarta: PT. Raja Grafindo
Rochmasari, Lia, Suprapedi dan Subagyo, Hendro 2010, Penentuan Prioritas Usulan Sertifikasi Guru Dengan Metode AHP (Analitic Hirarky Process), Pascasarjana, Universitas Dian Nuswantoro, dilihat 3 Mei 2013
Saaty, Thomas L, (1990), “Decision
Making for Leader”, The Analitical
Hierarchy Process for Decision in Complex World, RWS Publication, Pittsburgh
Saragih, Paska, Erianto 2010 Identifikasi Faktor Penentu Konsumen Dalam Memilih Jasa Perbankan Dengan Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP), Tugas Akhir, Universitas Sumatera Utara, dilihat 3 Mei 2013
Triandaru, Sigit dan Budisantoso, Totok,
Bank dan Lembaga Keuangan Lain,