• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN YANG BERPIJAK DARI TEORI BE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBELAJARAN YANG BERPIJAK DARI TEORI BE"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KELOMPOK

PEMBELAJARAN YANG BERPIJAK DARI TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME

(Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Belajar dan Pembelajaran dengan dosen pengampu : Prof. Dr. H. Karwono, M.Pd. dan Supriyati, M.Pd.)

Oleh : Kelompok 8

1. Latifatu Anisa (14330006) 2. Nindya Anggraini (14330012) 3. Rafita Al Qorny (14330031) 4. Bayu Triatmojo (14330001)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan berkat, anugerah, dan karunia yangmelimpah, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun guna melengkapi tugas dalam mata kuliah belajar dan pembelajaran adapun judul penulisan makalah ini adalah ”Pembelajaran yang Berpijak dari Teori Belajar “Konstruktivisme”. Selanjutnya kami menyadari jika dalam pembuatan makalah inibanyak memperoleh pengarahan dari semua pihak, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.

Semoga pembuatan ini dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari mengenai materi pembelajaran yang berpijak dari teori belajar kognitif.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kepada para pembaca kami mohon dapat menyampaikan saran dan kritik untuk perbaikan selanjutnya.

Wassalamualaikum wr.wb

Metro, November 2015

Penyusun

(3)

HALAMAN JUDUL...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...2

C. Tujuan Penulisan...2

BAB II PEMBAHASAN...3

A. Pengertian Belajar Menurut Pandangan Teori Belajar Konstruktivisme...3

B. Aplikasi Psikologi Kognitif Dalam Kegiatan Pembelajaran...4

BAB III KESIMPULAN...11 DAFTAR PUSTAKA

(4)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Teori konstruktivisme merupakan suatu teori yang lebih mementingkan proses

dari pada hasil. Proses pembelajaran tidak hanya melibatkan hubungan antara

stimulus dan respon, tetapi lebih banyak melibatkan proses berfikir. Menurut teori

ini ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang

berkesinambungan dengan lingkungan. Tekanan utama teori konstruktivisme

adalah lebih memberikan tempat kepada siswa/subjek didik dalam proses

pembelajaran dari kepada guru atau instruktur. Teori ini berpandangan bahwa

siswa yang berinteraksi dengan berbagai objek dan peristiwa sehingga mereka

memperoleh dan memahami pola-pola penanganan terhadap objek dan peristiwa

tersebut. Dengan demikian siswa sesungguhnya mampu membangun

konseptualisasi dan pemecahan masalah mereka sendiri.

Melihat konsep dasar tersebut artinya, saat ini bukan bagaimana guru

mengajar, tetapi bagaimana agar siswa dapat belajar. Pengertian belajar, menurut

konstruktivisme, adalah perubahan proses mengonstruksi pengetahuan

berdasarkan pengalaman nyata yang dialami siswa sebagai hasil interaksi dengan

lingkungan sekitarnya. Pengetahuan yang mereka peroleh sebagai hasil

interpretasi pengalaman yang disusun dalam pikirannya. Secara psikologis, tugas

dan wewenang guru adalah mengetahui karakteristik siswa, memotivasi belajar,

(5)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat

dirumuskan beberapa permasalahan antara lain sebagai berukut:

1. Apa pengertian Belajar menurut pandangan teori belajar konstruktivisme?

2. Bagaimana aplikasi psikologi konstruktivisme dalam kegiatan pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah :

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah belajar dan pembelajaran

2. Untuk mengetahui pengertian belajar menurut pandangan teori konstruktivisme

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar Menurut Pandangan Teori Belajar konstruktivisme Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat

generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Teori

konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap

manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk

menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang

lain. Dari keterangan tersebut dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini

memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri

kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna

mengembangkan dirinya sendiri.

Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang di

lewati dalam kehidupan selama ini merupakan himpunan dan pembinaan

pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai

pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai

beberapa konsep umum seperti:

a. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.

b. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan

mereka.

c. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui

proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan

(7)

d. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya

secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan

pemahamannya yang sudah ada.

e. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama.

Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak

konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.

f. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai keterkaitan dengan

pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.

B. Aplikasi Teori Belajar Konstruktivisme dalam Pembelajaran

Perspektif konstruktivis lebih banyak menekan pentingnya perenungan,

pemahaman, pemaknaan, pemikiran kritis mengenai nilai-nilai dan penyelidikan

yang berkelanjutan pada sedikit topik penting daripada membahas banyak topik

secara dangkal. Oleh karena itu, dalam pembelajaran, hendaknya para guru

memerhatikan hal-hal berikut:

1. Memanfaatkan pengetahuan awal peserta didik

Sesuai dengan istilah asimilasi yang dikenal piaget, peserta didik akan merasa

lebih mudah mengkonstruksi pengetahuan jika informasi baru yang diterima itu

cocok dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Dengan demikian,

guru sebaiknya memulai pembelajaran dengan terlebih dahulu membangkitkan

informasi yang telah dimiliki peserta didik sesuai dengan materi baru yang akan

disampaikan. Dengan demikian, peserta didik akan lebih mudah dan siap untuk

(8)

2. Menciptakan pembelajaran yang bermakna melalui pengalaman

Segala kegiatan yang dilakukan di dalam pembelajaran dirancang sedemikian

rupa sehingga bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran akan menjadi lebih

bermakna dengan cara mengalami. Oleh karena itu, sebaiknya materi

pembelajaran disampaikan dengan cara mengaitkan dngan kehidupan sehari-hari,

dan juga penerapan konsep dalam realitas kehidupan. 3. Menciptakan lingkungan sosial yang kondusif

Pembelajaran seharusnya dirancang untuk memberikan kesempatan bagi

peserta didik untuk bebas berinteraksi secara multiarah, antarpeserta didik dan

antara peserta didik dengan guru dalam berbagai konteks sosial. Dengan adanya

kualitas dan intensitas interaksi yang tinggi diharapkan akan terjadi pembelajaran

yang efektif. Peserta didik yang kurang mampu tidak merasa segan untuk bertanya

kepada peserta didik yang lebih mampu atau kepada guru. Peserta didik yang

lebih mampu akan memberikan bantuan kepada peserta didik yang kurang mampu

sesuai kapasitasnya sehingga secara bertahap akan menjadi mampu. Peserta didik

akan merasa akrab dengan guru dan merasa tidak segan untuk minta bantuan. 4. Memotivasi kemandirian peserta didik

Konsep ini tidak mengartikan bahwa belajar itu harus sendiri tanpa orang

lain, tetapi menjelaskan bahwa belajar itu merupakan konstruksi pengetahuan

secara personal baik dilakukan secara personal maupun dengan dibantu orang lain.

Artinya, peserta didik didorong untuk selalu aktif memaknai pembelajarannya

kemudian membangun pengetahuan baru, bukan merupakan hasil transfer

pengetahuan. Apapun fasilitas lingkungan merupakan stimulator untuk aktif

belajar.

(9)

1. Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan

jelas-jelasnya, tetapi masih ada sebagian peserta didik yang belum mengerti

ataupun tidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini

menunjukkan bahwa seorang guru dapat pembelajaran suatu materi kepada

siswa dengan baik, namun seluruh atau sebagian peserta didiknya tidak

belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam pembelajaran tidak

harus diikuti dengan hasil yang baik pada peserta didiknya. Karena, hanya

dengan usaha yang keras para siswa sendirilah para peserta didik akan

betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.

2. Tugas setiap guru memfasilitasi peserta didiknya, sehingga pengetahuan

materi yang dibangun atau dikonstruksi para peserta didik sendiri bukan

ditanamkan oleh guru. Para siswa harus dapat secara aktif mengasimilasikan

dan mengakomodasi pengalaman baru kedalam kerangka kognitifnya.

3. Dalam pembelajaran sebaiknya guru harus memahami model-model mental

yang digunakan para peserta didik untuk mengenal dunia mereka dan

penalaran yang dikembangkan dan dibuat para siswa untuk mendukung

model-model itu.

4. Peserta didik perlu mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri untuk

masing-massing konsep materi sehingga guru dalam pembelajaran bukannya

“menguliahi”, menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk memindahkan

pengetahuan pada peserta didik, tetapi menciptakan situasi bagi peserta didik

yang membantu perkembangan meraka membuat konstruksi-konstruksi

mental yang diperlukan.

5. Kurikilum dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi situasi yang

memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh

(10)

6. Latihan memecahkan masalah sering kali dilakukan melalui belajar kelompok

dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari

7. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang

sesuai denga dirinya. Guru hanya sengai fasilitaror, mediator dan teman yang

membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri

peserta didik, sedangkan pandangan konstruktivisme tentang beljar adalah

sebagai berikut:

a. Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan nonobjektif, bersifat

temporer, selalu berubah dan tidak menentu

b. Belajar adalah penyusunan pengetahuan dan pengalaman konkret,

aktifitas kolaboratif, refleksi dan interpretasi

c. Seseorang yang belajar akan meiliki pemahaman yang berbeda terhadap

pengetahuan tergantung pengalamannya dan perspektif yang di dalam

menginterprestasikan

Bentuk Pembelajaran Konstruktivisme

Berdasarkan teori konstruktivisme individu ( individu secara personal aktif

membangun pengetahuannya melalui proses asmilasi dan akomodasi) dan

konstruktivisme sosial (individu aktif membangun pengetahuannya melalui

interaksi dengan orang yang lebih dewasa atau teman yang berkompeten),

muncullah beberapa bentuk pembelajaran diantaranya:

1. Pembelajaran kooperatif (PK)

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan

menggunakan sistem pengelompokan melalui tim kecil, antara 4-6 orang

yang mempunyai kemampuan belajar akademik, jenis kelamin, ras, atau suku

yang berbeda.

(11)

Pembelajarann bernbasis masalah adalah serangkaian aktivitas pembelajaran

yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara

ilmiah.

3. Pembelajaran Individual

Menurut woolfolk (1993), pembelajaran individual adalah pembelajaran yang

menekankan pada cara belajara peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan,

minat, dan kemampuannya. Menurut Herbert, dalam praktik pembelajaran

individual di kelas, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) Guru harus

menyadari adanya tingkat perkembangan kognitif anak sehingga guru harus

memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuannya, (2) orientasi perhatian

guru lebih kepada peserta didik secara individual daripada kelompok karena

adanya perbedaan perkembangan kognitifnya, (3) adanya kontrol peserta

didik terhadap cara belajarnaya sendiri. 4. Discovery Learning

Salah satu model pembelajaran kognnitif yang paling berpengaruh adalah

discovery learning-nya Jerome Bruner (dalam Slavin, 19940), yaitu peserta

didik didorong untuk belajar dengan diri mereka sendiri. Peserta didik belajar

aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, sedangkan guru mendorong

peserta didik untuk menggunakan dan menghubungkan

pengalaman-pengalaman dalam menemukan prinsip bagi diri mereka sendiri. 5. Assisted Learning

Vygotsky menyatakan bahwa perkembangan kognitif terjadi melalui interaksi

dan percakapan seorang anak dengan lingkungannya. Orang lain disini

sebagai pembimbing atau guru yang memberikan informasi dan dukungan

yang dubutuhkan anak dalam mengembangkan intelektualitasnya. Jerome

(12)

istilah scaffolding, yaitu sebuah dukungan untuk belajar dan memecah

problem. 6. Active learning

Menurut Melvin L. Silberman, belajar bukan merupakan konsekuensi

otomatis dari penyampaian informasi kepada peserta didik. Belajar

membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat kegiaan

belajar itu aktif, peserta didik melakukan sebagian besar pekerjaan belajar.

Mereka mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan bebagai masalah dan

menerapkan apa yang mereka pelajari (Silberman, 1996). 7. The Acelerated Learning

The Acelerated Learning adalah pembelajaran yang dipercepat, konsep dasar

dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran itu berlangsung secara

cepat, menyenangkan dan memuaskan. Pemilik konsep ini Deve Meier,

menyarankan pada guru agar dalam mengelola kelas menggunakan

pendekatan Somatic, Auditory Visual, dan Intellectual (SAVI). 8. Quantum learning

Quantum learning adalah cara pengubahan bermacam-macam interaksi,

hubungan, dan interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar.

Quantum learning mengasumsikan bahwa peserta didik, jika mampu

mngunakan potensi nalar dan emosinya secara optimal akan mampu membuat

(13)

BAB III KESIMPULAN

Konstruktivisme merupakan ide bahwa para siswa mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman, dan lingkungannya. Pengetahuan siswa tidak dapat ditransfer dari gurunya, tapi mereka harus menginterpretasikannya. Karena pengetahuan merupakan proses yang berkembang secara kontinu.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Bambang, Ignatius. 2013. Pembelajaran Yang Berpijak Pada Teori Belajar Konstruktivisme.http://bengbengokeypunya.blogspot.co.id/2013/06/pem belajaran-yang-berpijak-pada-teori_7.html. Diakses pada hari Minggu, 22 November 2015

Karwono dan Heni Mularsih. 2010. Belajar Dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar. Ciputat: Cerdas Jaya

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji bagi Allah atas Berkah dan Nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor Faktor Yang Memotivasi Minat Mahasiswa Akuntansi Dalam

Bantuan untuk Kesejahteraan Perangkat Desa diberikan satu tahim sekali pada Bulan Agustus dan masing-masing Perangkat Desa menerima Rp 150.000,00 (Seratus Lima Puluh Ribu

Peneliti mencoba mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah diperoleh dan hasil wawancara dengan informan dengan melakukan observasi langsung, peneliti dapat

[r]

Peserta diharapkan membawa semua Dokumen Asli sebagaimana yang telah diunggah (diupload) pada aplikasi SPSE untuk Paket Pengadaan Barang-barang

Persyaratan Peserta : dapat dilihat dalam dokumen lelang pada lembar..

Validitas yang cukup tinggi dari korelasi tes SPM dengan Tes yg dibuat Terman dan Merril, SPM dengan WISC, SPM dengan “Columbia Mental

Berdasarkan keseluruhan hasil analisa yang telah dilakukan dalam penyusunan tugas akhir, dapat diperoleh kesimpulan bahwa susu formula yang memenuhi asupan gizi yang