• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAMIKA JEJARING DAN MANAJEMEN Oleh L

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DINAMIKA JEJARING DAN MANAJEMEN Oleh L"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA JEJARING DAN MANAJEMEN Oleh : L. Schaap dan M.J.W van Twist

1. PENDAHULUAN

Adanya beberapa teori tentang jejering yang sepakat bahwa jejaring kebijakan tidak mudah untuk di kelola serta adanya suatu kesepakatan yang merujuk pada poin tentang mengapa pilihan untuk mengomando dalam jejaring kebijakan sangat terbatas, membuat beberapa penulis mencoba untuk mencari alternative lain mengenai jejaring kebijakan. Beberapa penulis telah mencoba untuk menemukan kunci bagi hubungan yang bersifat relative tertutup dari aktor dalam suatu jejaring, walaupun fondasi sistematis dari teori interpretasi di atas masih sangat terbatas.

Dalam rangka untuk menjelaskan hubungan yang relative tertutup dari jejaring kebijakan, beberapa penulis menitikberatkan perhatian kepada keseimbangan kekuasaan dan sumber daya dalam jejaring (Hanf and Scharpf, 1992), atau kepada kepentingan pribadi aktor (Sabitier, 1986, Rhodes and Marsh, 1992). Namun, menurut L. Schaap dan M.J.W van Twist, penjelasan tersebut masih belum mencukupi karena mereka gagal dalam memberikan focus pada pertanyaan tentang dimana kepentingan itu dapat muncul, apakah perbedaan persepsi dengan pandangan tentang keseimbangan kekuasaan dan sumber daya yang tersedia, apa konsekuensi yang akan ditimbulkan, serta apakah hubungan yang relative tertutup ini dapat ditaklukan oleh intervensi manajemen. Oleh karena itu, Schaap dan Twist mencoba untuk membangun sebuah model dalam administrasi public tentang ketertutupan yang dapat memberikan sebuah instrument untuk menganalisis manajemen jejaring dalam jejaring kebijakan dan berbagai permasalahan yang timbul kemudian.

(2)

mereka membuat penjelasan yang jelas mengenai budaya jejaring sebagai penyebab dari keterututpan. Terakhir, dinamika dari hubungan antara komando dan jejaring akan muncul sebagai sentral dari focus kajian.

2. BEBERAPA BENTUK DARI KETERTUTUPAN

Pada beberapa literature tentang jejaring, kita dapat menemukan berbagai pengetahuan tentang ketertutupan dan jejaring kebijakan. Secara keseluruhan, ketidakcukupan perhatian yang diberikan kepada apakah ini merupakan ketertutupan dari aktor-aktor yang dipisahkan atau ketertutupan dari jaringan, atau dengan lain perkataan, ketertutupan dalam jaringan atau akan jaringan. Pada bagian ini akan disajikan suatu model analisis yang mana akan dideskripsikan secara eksplisit mengenai perbedaan di dalamnya. Yang pertama, akan dideskripsikan beberapa bentuk dari ketertutupan berdasarkan pada perbedaaan antara dimensi sosial dan dimensi kognitif dari interaksi yang terjadi di dalam jejaring.

2.1 Ketertutupan dalam dimensi sosial : Inklusif (Pencantuman) dan Eksklusif (Pengeluaran)

Ketertutupan dalam dimensi sosial terjadi ketika beberapa aktor dikeluarkan dari interaksi, misalnya karena aktor lainnya gagal untuk mengapresiasi kontribusi mereka atau tidak menyadari bahwa kontribusi yang mereka lakukan itu adalah relevan dengan kegiatan keseharian mereka. Dalam hal ini, jajaran dari jaringan yang kemungkinan dapat terjadi diantara aktor-aktor dalam jaringan secara sadar dibatasi. Inilah yang kemudian di sebut dengan social fixation (Van Twist and Termeer, 1991). Fixasi sosial dapat bersifat formal-informal dan sadar-tidak sadar.

(3)

pencantuman aktor-aktor dalam jejaring dan pengeluaran aktor-akor dari interaksi dalam jejaring. Pengeluaran aktor dalam jaringan juga dapat di susun baik secara formal, maupun informal. Namun, pengeluaran ini juga dapat terjadi sebagai hasil dari strategi sadar dan peraturan yang diaplikasikan secara tidak sadar.

2.2 Ketertutupan dalam dimensi kognitif : Ketidakmampuan atau ketidakmauan untuk merasa

Dua bentuk dari ketertutupan kognitif, yang juga dapat sebut sebagai fiksasi kognitif, dapat diidentifikasi sebagai ketertutupan dalam arti ketidakmampuan untuk merasa dan ketertutupan dalam arti ketidakmauan untuk merasa. Yang terakhir adalah strategi yang dilasanakan secara sadar, sementara yang sebelumnya bukan.

Pada kasus yang pertama, ketidakmampuan untuk merasa, tidak ada satu pun aktor dalam suatu jejaring yang memiliki akses langsung kepada kenyataan yang ada di luar. Pertama-tama, mereka harus merasakan bahwa kenyataan dan mengganggap makna ke dalam makna itu sendiri sebelum kenyataan ini dapat berperan dalam keputusan mereka. Untuk tujuan ini, aktor-aktor memiliki kerangka acuan mereka masing-masing dimana kerangka ini mengorganisasikan persepsi mereka dan dengan demikian memungkinkan adanya interpretasi dari kompleksitas realita.

Sementara itu, ketertutupan kognitif yang berasal dari ketidakmauan untuk merasa juga dapat terjadi. Kasus yang kedua ini adalah suatu kejadian ketika aktor menyatakan sebuah deretan pendekatan menjadi rusak. Frasa seperti “kita tidak mendiskusikannya saat ini”, atau “ Anda tidak dapat menyadari setiap sudut”, adalah gejala dari ketertutupan ini’.

2.3 Interferensi dalam Bentuk-bentuk Ketertutupan

Ketertutupan sosial dan kognitif dapat dianalisis tidak hanya sebagai elemen yang terpisah namun juga dapat berkaitan satu sama lain. Untuk menjelaskan hal tersebut, penulis menjelaskan suatu metode yang akan yang mengilustrasikan interefensi antara dua bentuk ketertutupan yang dimaksud.

(4)

(ketertutupan kognitif). Sebaliknya, membicarakan aspek tertentu (secara sadar atau tidak sadar) tentang realitas yang mereka rasakan (ketertutupan kognitif) dapat menghasilkan, di beberapa aktor, tidak menjadi bagian dari interaksi. Demikianlah dua tipe ketertutupan yang dapat menguatkan satu sama lain.

2.4 Model untuk menentukan (tipe dari) Ketertutupan

Penjelasan berikut ini menyajikan dua perbedaan antara dimensi sosial dan kognitif dari suatu ketertutupan dan antara pengecualian yang yang terjadi secara sadar dan tidak sadar. Suatu hal yang menjadi instrument dalam perbedaan tersebut yang telah dapat diketahui adalah aktor dan jejering. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa beberapa pendapat mengenai ketertutupan sering kali gagal untuk memberikan penjelasan mengenai terjadinya ketertutupan, apakah ketertutupan terjadi dalam aktor atau dalam jejaring. Dalam pandangan penulis, berbagai jenis ketertutupan sering terjadi pada level jaringan secara keseluruhan dengan aktor di dalamnya. Kami mengartikan aktor disini sebagai individual kelompok atau organisasi yang aktif dalam sebuah jaringan. Perbedaan antara mereka adalah penganalisian alamiah dan dapat di anggap secara empiris dalam berbagai macam cara yang kami anggap organisasi dapat juga di anggap sebagai sebuah jaringan dan kebalikannya sebuah jaringan dapat juga di anggap sebagi sebuah oraganisasi. Perbedaan hanya di harapkan sebagai sebuah bantuan untuk menganalisa (pengendalian masalah) yang dihasilkan dari kesadaran atau tidak kesadaran atas ketertutupan sosial atau ketertutupan kognitif. Istilah aktor disini di artikan sebagi interaksi lebih jauh pada bagian meraka yang mana bukan sebagai subjek dari penelitian kami. Istilah jaringaan mengindikasikan kebalikannya yang artinya secara pasti merupakan interaksi antara aktor dan pengaruh interaksi pada proses pembuatan kebijakan dan budaya jaringan yang kami ingin fokuskan. Oleh karena itu, berikut ini kami sajikan tabel yang akan memperlihatkan bentuk dari ketertutupan dengan menggunakan tiga perbedaan.

(5)

Ketidaksadaran dimensi (sosial-kognitif) dan dalam dua tingkatan (aktor dan jejaring). Pada bagian selanjutnya, akan dibahas mengenai penyebab berbagai model ketertutupan ini

(6)

memaksa para aktor untuk berinteraksi untuk mencapai tujuan mereka masing masing. Tema sentral masalah jejaringan kebijakan dengan demikian menyangkut struktur saling ketergantungan. Seperti yang telah dikemukakan dalam bab - bab sebelumnya. Pengendalian dalam jaringan tidak dapat dicapai dengan menetapkan hirearki pemberdayaan di atas jaringan. Jenis pendekatan hirearkis untuk pengendalian yang gagal akan memperhitungkan adanya ketergantungan timbal balik. Dalam manajemen jaringan, itu tidak koordinasi dan integrasi merupakan istilah kunci tetapi saling ketergantungan dan kekuasaan yang seimbang. Pengendalian jaringan berarti mempengaruhi kekuasaan yang seimbang. Dengan demikian, pengeloaan berarti tetap beroperasi secara terus - menerus dalam ketergantungan dan kemandirian. Para aktor dalam jaringan tidak akan secara otomatis mengakomodasi tujuan dari satu pelaku, bahkan ketika terkait salah satu aktor pemerintah. Pengendalian akan berlangsung melalui negosiasi dan pertukaran, persuasi, pembentukan koalisi dan kerjasama strategis.

Untuk argumen kita tentang ketertutupan perlu membentuk opini bahwa aktor dalam jaringan selalu relatif mandiri dan dengan demikian sampai batas tertentu dapat memotong diri mereka sendiri dari intervensi – intervensi akor lain. Saling ketergantungan menunjukkan bahwa masing-masing pelaku memiliki hak veto. Hipotesis kami adalah bahwa hak veto ini dapat mengakibatkan sejumlah bentuk ketertutupan.

1. Pengucilan sosial sadar di tingkat aktor. Aktor dapat menyebarkan hak veto mereka untuk mengecualikan aktor tertentu. Pada prinsipnya, kami cukup senang bekerja sama, asalkan mereka tetap keluar dari itu.

(7)

sudut pandang lain, untuk mendifinisikan masalah tertentu dan untuk proses penyelesaian masalah.

3. Sadar sosial dalam level jaringan. Akhirnya, sebuah jaringan secara keseluruhan juga dapat di tutup dengan hak veto kepada aktor – aktor di luar jaringan, baik melalui hak veto dari jumlah aktor – aktor, atau melalui hak veto dari sebuah jaringan. Untuk menggambarkan ini kita mengingatkan pembaca contoh dari asosiasi profesional.

4. KLARIFIKASI KEDUA : KERANGKA AKTOR DALAM REFERENSI Klarifikasi kedua yang kita temukan di dalam literatur adalah eksistensi pandangan referensi dari aktor – aktor. Pandangan aktor dari referensi berfungsi sebagai penyaring. Dunia yang dirasakan aktor adalah sebuah realita yang disaring melalui pandangan referensi mereka. Aktor hanya memandang sebuah fakta, sejauh mana pandangan mereka memungkinkan. Ini menawarkan sebuah penjelasan untuk relatif menutup yang terjadi ketika ada konfrontasi antara hal yang berbeda dan aktor yang mencoba untuk mencapai konsensus dengan arti dari sebuah argumen tertutup yang didasarkan pada fakta. Efek penyaringan menentukan pandangan penerima kepada perkembangan baru, baik seperti penjelasan aktor kepada mereka. Informasi dari aktor lain tidak dirasakan pada hal yang di maksudkan tetapi pada hal yang dimodifikasi oleh efek penyaringan dari pandangan, ini di tafsirkan oleh seorang aktor. Kadang – kadang, aktor hanya dapat menganggap arti kepada pengembangan baru secara keseluruhan dan fakta dengan memiliki perbedaan pandangan. Untuk mencapai seperti reframing, aktor – aktor membutuhkan sedikitnya untuk memahami secara benar pandangan yang mereka presentasikan dari referensi persepsi yang memadai. Ini tidak mudah seperti yang terlihat, karena untuk memahami ini, aktor – aktor harus melihat apa yang mereka tidak mampu lihat, dan di dalam perintah untuk melihat itu, kebutuhan pertama mereka adalah menjalani reframing.

(8)

Aktor tetap tidak dapat melihat yang mereka tidak lihat. Aktor cenderung menjadi terpaku pada pandangan dari referensi yang mereka punya di titik tertentu pada saat itu dan dengan arti yang mereka anggap pada admnistrasi publik yang sesungguhnya. Ini adalah alasan lain mengapa tidak selalu mudah mengatur aktor untuk mengubah satu pandangan ke pandangan lainnya. Sekali – kali, ini tidak berarti bahwa eksistensi sebuah pandangan harus terlihat sebagai lampu negatif, aktor membutuhkan pandangan untuk dapat mengumpulkan semua informasi.

Hipotesis profesional kita adalah bahwa pandangan referensi aktor – aktor menyebabkan bentuk dari ketertutupan :

1. Aktor tidak sadar kognitif. Dengan sebelumnya disebut menjadi ketidakmampuan untuk melihat. Ini bukan kita sebut sebuah strategi kesadaran tetapi sebuah hasil dari perbedaan pandangan referensi yang aktor punya. Aktor dalam jaringan tidak selalu ada untuk mempertanyakan pandangan referensi yang mereka anggap sebagai arti.

2. Aktor sadar kognitif. Keengganan untuk melihat. Ada wkatu ketika hal ini tidak hanya menyesuaikan aktor untuk melihat kebijakan dari perspektif lain. Namun, ini penting untuk menyadari bahwa tidak selalu berarti sebuah pilihan sadar. Kadang – kadang mudah bahwa aktor tidak ada untuk melihatnya. 3. Ketidaksadaran sosial. Ini juga dapat terjadi bahwa aktor mempersiapkan

untuk berinteraksi tetapi gagal untuk melihat itu, terhutang pada pandangan mereka, mereka dikecualikan beberapa aktor dari interaksi., contohnya, karena mereka menganggap mudah aktor lain.

(9)

merasakan jejaring yang ada, menentukan persepsi mereka terhadap kekuasaan, tujuan, sumber daya, dan kepentingan para aktor.

Dalam hal tersebut, kedua klarifikasi tentang ketertutupan yang dimaksud di atas dapat dipertimbangkan sebagai dua hal yang sama, alternative, bahkan dua hal yang berlawanan yang dapat mempengaruhi satu sama lain. NAmun, penulis lebih condong terhadap klarifikasi yang kedua, dan menyadari bahwa hal ini akan menjadi lebih baik manakala ada tindakan yang lebih komprehensif. Jika perhatian diletakkan pada kepemilikan kekuasaan veto dari aktor dan pada tujuan dan kepentingan pribadi aktor, dan mendasarkan hal ini kepada asumsi bahwa kekuasaan, tujuan, dan kepentingan adalah objektif, maka ini adalah persepsi independen. Namun, penulis tidak percaya pada tipe ini.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menganalisa kerangka referensi dari aktor dalam sebuah jejaring dan makna dimana mereka menggangap manajemen diusahakan di dalamnya, akan memberikan Anda jalan untuk memadukan antara aktor dan jejaring secara benar. Sayangnya hal ini tidak memuaskan untuk dua alasan, yaitu dikarenakan hal ini tertalu melihat dunia sebagai suatu hal yang statis dan hanya menganalisis ketertutupan jejaring dalam tingkatan individu.

6. KOMUNIKASI DI ANTARA KERANGKA: FORMASI REALITAS SOSIAL

Aktor-aktor saling berkomunikasi satu sama lain. Komunikasi sering kali dgunakan untuk mendeskripsikan apa yang disbut sebagai “transfer informasi” dimana ada suatu pihak yang menyampaikan pesan, kemudian pihak yang lain menerima pesan tersebut. Pada bagian sebelumnya, telah dijelaskan bahwa aktor memiliki kerangka referensi mereka sendiri yang akan menyaring pandangan mereka terhadap realita serta interpretasi dasar mereka terhadap suatu realita. Hal ini juga digunakan pada pesan-pesan yang disampikan oleh pihak lain. dengan lain perkataan, pesan yang disampaikan akan melalui sebuah proses traslasi dan hal-hal yang aneh atau mengganggu akan dapat membelokkan makna dari pesan yang disampaikan.

(10)

yang kita miliki. Hal ini tidak hanya terjadi pada saat kita belajar bagaimana cara untuk berbicara , ketika kita belajar mengenal kata dari benda-benda yang kita lihat, namun juga digunakan saat berkomunikasi pada kehidupan yang lebih kompleks saat telah dewasa. Sinyal linguistic dan simbolis mungkin tidak semunya menentukan, namun sisi penting dari kedua hal ini yang digunakan untuk menentukan dunia politik masing-masing orang seharusnya tidak dipandang rendah atau dikesampingkan (Edelman, 1971, 1977).

Dalam praktik administrasi pun, para aktor sering kali menunjukkan (bukan) realitas mereka sendiri, dengan sangat sabarnya namun dengan sangat sungguh-sungguh menjelaskan bahwa subjek dari diskusi butuh diberi nama dan didefinisikan. Dalam hal ini, adanya percakapan dimana orang-orang di dalamnya saling mendengarkan satu sama lain adalah dibenarkan, dan dalam waktu yang sama, selama proses komunikasi, kelompok sasaran, legitimasi, dan faktor kunci untuk kebijakan ditentukan.

7. KLARIFIKASI KETIGA : BUDAYA JEJARING 8. JEJARING DAN AKTOR

Ada tiga jenis tipe perilaku yang ada pada tindakan para aktor yaitu identifikasi, dimana para aktor menuruti apa yang menjadi aturan dari jaringan tanpa membantah demi terjadinya suatu komunikasi yang baik (konformis); kontra-identifikasi, dimana para aktor selalu menentang aturan yang telah dibuat oleh jaringan (revolusioner); dan dis-identifikasi, adalah perilaku yang mendasari identifikasi dan kontra-identifikasi atau satu sisi patuh dan sisi lainnya melawan, kedua sifat ini ada dalam diri para aktor tersebut atau yang disebut evolusioner. Jadi dia mendukung jaringan tersebut namun dapat juga bersikap kritis untuk tidak mendukungnya karena beberapa hal yang tidak sesuai dengan semestinya.

(11)

sehingga dapat dikatakan bahwa para aktor ini juga merupakan subjek dari komunikasi.

Kemudian ada yang disebut dengan subjektifikasi dimana menggambarkan hubungan antara aktor dengan masyarakat. Dalam konsep jaringan, subjektifikasi ini dapat mengaitkan para aktor dengan budaya jaringan. Foucault (1971) menggambarkan subjektifikasi ini sebagai sebuah proses yang menurunkan tiga model: ‘praktek berbagi’, ‘klasifikasi’, dan ‘mengsubjektifkan’. Pokok dari hal tersebut yaitu perbedaan, kategori, tipe, grup, dan kelas diperkenalkan kedalam masyarakat. Para aktor dibagi dengan proses klasifikasi: kau adalah ini (cakep, kaya, pandai) dan kau adalah itu (jelek, miskin, bodoh). Akhirnya label ini bisa, dalam jangka panjang akan menjiwai dan menjadi gambaran bagi subjek tersebut. Para aktor digambarkan atau dibagi kedalam individualitas, evaluasi, ukuran, dan perbandingan mereka. Sehingga mereka dapat dilatih, dibenarkan, diklasifikasikan, dinormalkan dan dibuat tercakup maupun tidak tercakup.

(12)

9. INTERFERENSI ANTARA BUDAYA JEJARING DENGAN KERANGKA REFERENSI

Kita mengetahui bahwa ada interaksi antara para aktor dan jaringan. Perilaku para aktor memberikan struktur pada jaringan. Melalui komunikasi mereka dalam jaringan, para aktor menjadi subjek, jadi para akttor tidak bisa mengatur seluruhnya sesuai dengan kehendaknya sendiri. Disaat yang sama, para aktor bisa, melalui perilaku mereka, merangsang komunikasi dalam jaringan. Dengan mengadopsi pendirian kritis terhadap budaya jaringan, mereka dapat mencerminkan jaringan.

Sekali lagi campur tangan ditemukan: budaya jaringan (lebih khususnya percakapan) dan kerangka acuan para aktor saling mempengaruhi. Rein and Schon (1986) berbicara pada konteks ini yang melengkapi proses dari ‘penamaan dan pembingkaian’. Mereka menggambarkan pembikaian sebagai proses pemilihan pengorganisasian dan menafsirkan dan kemudian memberi makna pada realitas kompleks dengan demikian dapat batas-batas mengetahui, menganalisis, penalaran, dan bertindak. Proses kedua terjadi untuk memfasilitasi pembingkaian yaitu yang memberikan nama pada situasi yang bermasalah. Proses ini, yang digambarkan sebagai ‘penamaan’, merupakan factor penyumbang dalam satu arah dan intensitas dari aktor-aktor: dengan memberi nama, label, aspek-aspek tertentu dari situasi yang disoroti sementara yang lain dipoles dan diluar bidang visi.

(13)

10. MODEL PENJELAS YANG MENENTUKAN KLARIFIKASI UNTUK KETERTUTUPAN

Mari kita kembali ke argumen kita tentang hubungan antara tiga pendekatan klarifikasi. Sebelumnya, kami berpendapat bahwa kepemilikan kekuatan hak veto bukanlah suatu fakta yang obyektif yang independen dari persepsi actor-aktor , tetapi sebaliknya hanya mencapai arti bagi aktor melalui kerangka acuan yang melalui mereka mengidentifikasi kekuatan veto itu, kemudian dapat melampirkan konsekuensi bagi mereka. Posisi kekuasaan aktor – aktor dan cara di mana aktor-aktor ini saling mempengaruhi, tetapi tingkat kerangka yang paling mendasar dari semua.

Memperluas argumen ini, aktor-aktor Negara kita yang sekarang mengembangkan acuan dalam rangka proses komunikasi, proses yang tertanam di budaya jejaring. Jelas, kerangka dan budaya jaringan saling mempengaruhi, tapi sekali lagi kita akhirnya mempertimbangkan hanya satu dari mereka untuk menjadi yang paling komprehensif, yaitu budaya jaringan. Kami tidak jatuh ke dalam semacam kolektivisme atau structuralism tetapi hanya membuat pilihan konsisten dengan objek sebagai kajian kami. Jika kita menjabarkan objek studi seperti pengelolaan ( actor-aktor ) jaringan, referensi kerangka dari individu aktor yang hampir tidak relevan, jika mereka diberi makna dalam budaya jaringan. Aktor interpretasi, dalam setiap kasus, hanya bisa menjadi sosial relevan pada saat ini ketika komunikasi tentang bahwa persepsi menjadi mungkin, sehingga pada saat penafsiran antara aktor menjadi bisa. Dalam pengertian budaya jaringan ini, dan secara khusus wacana tersebut, membentuk sebuah kondisi dalam pembingkaian jaringan . Selanjutnya, wacana tersebut tidak hanya menggambarkan apa yang dipahami aktor tapi juga memiliki sebuah penataan efek: hal ini juga membangkitkan sebuah realitas. Kenyataan artikulasi, aspek tertentu dari realitas yang disorot, sementara aspek-aspek lain dipoles dan dengan demikian jatuh di luar bidang visi (intelektual).

(14)

1. Pendekatan melalui memilih kepemilikan kekuasaan

2. Pendekatan yang tertanam dalam kerangka acuan dari aktor-aktor 3. Pendekatan interaksi dalam budaya jejaring

11. INTERVENSI DAN PROBLEM DALAM MANAJEMEN JEJARING Sejauh ini, diskusi kita pada pendekatan yang bersifat deskriptif dan interpretatif. Di bagian ini, kita telah berusaha untuk menguraikan berbagai bentuk. Untuk tujuan itu, tiga perbedaan sedang diperkenalkan : pendekatan antara sosial dan dimensi kognitif, antara actor dan jaringan, dan pendekatan antara sadar dan tidak sadar. Kombinasi perbedaan ini menghasilkan delapan tahapan pendekatan yang berbeda. Selanjutnya, kita mencari klarifikasi dan menemukan tiga : kekuasaan actor “hak veto”, kerangka acuan dan budaya jejaring.

Kesinambunganyang ada antara pendekatan masalah sector public dan (bentuk dan penyebab) memaksa kita untuk pergi lebih lanjut, namun, untuk mengeksplorasi kemungkinan untuk membuat beberapa komentar preskriptif yang relevan. Kami mempertimbangkan bahwa model kita jelas bisa membuat kontribusi yang berguna untuk mempertimbangkan masalah ini.

(15)

setelah itu, membawa tentang closedness vis-à-vis aktor tertentu dan diperbolehkan melanjutkan eksistensi.

Hal yang sama berlaku dari aktor sadar closedness kognitif. Strategi manajemen jaringan yang kadang-kadang disarankan dalam konteks ini adalah ‘reframing: Inilah maksud bahwa aktor merenungkan sendiri kerangka acuan dan kemungkinan lain untuk memberi makna pada realitas (Levy dan Merry, 1986:99). Ada gunanya intervensi tersebut jika pelaku sadar menyatakan kerangka acuan mereka alternatif untuk menjadi rusak, dan menolak untuk mengakui bahwa definisi situasi lain mungkin. Seperficial, terkait dengan efek pengobatan dapat dicegah di sini dengan mencari titik intervensi mana penyebabnya terletak: aktor hak veto berkuasa. Strategi manajemen jaringan (modis) diformulasikan terlalu mudah dan gagal untuk memerangi penyebab closedness tetapi sebaliknya alamat manifestasinya. Hal ini memastikan bahwa mereka jarang efektif. Memanggil penasihat eksternal, merekrut anggota baru, menunjuk sebuah Komite, memperkenalkan ide-ide baru, merangsang refleksi atau arraging reframing untuk menerobos sadar diinginkan bentuk closedness hanya dapat berhasil jika pada saat yang sama kekuatan veto aktor dalam jaringan juga rusak.

Kebetulan, situasi ini sangat berbeda jika pelaku closedness yang tidak diinginkan secara sadar. Dengan anconscious closedness kognitif (yang dapat dipertanggungjawabkan oleh persepsi berbasis kerangka aktor) strategi manajemen jaringan yang disebutkan di atas pasti dapat menawarkan solusi. Dalam situasi itu, keterbukaan dapat dicapai dengan cara: melalui dimensi sosial (pengenalan aktor pihak ketiga) dan melalui dimensi kognitif (pengenalan persepsi yang ketiga). Untuk diskusi ini, kita merujuk pembaca untuk termeer dan koppenjan ( bab 5 dari buku ini ).

(16)

kami. Budaya jaringan berkontribusi terhadap masuknya pengecualian aktor dan dilihat dalam jaringan. Aktor dapat menjauhkan diri dari budaya jaringan yang dominan, yang dapat mengakibatkan refleksi pada tingkat itu, tetapi itu menjauhkan tidak memiliki batas. Karena jika pelaku benar-benar gagal untuk mematuhi aturan permainan jaringan, mereka benar-benar dikesampingkan. Dalam pengertian ini, budaya fungsi dalam sebuah cara penataan: Melalui jaringan budaya, aktor menjadi subjek, mereka diberi makna dalam komunikasi mana mereka tidak sepenuhnya mampu menentukan atau untuk mengontrol.

Gambar

Tabel di atas telah memberikan gambaran kepada kita mengenai delapan

Referensi

Dokumen terkait

Secara mikrobiologi, pangan jajanan yang tidak higienis, dapat mengandung bakteri patogen jenis Staphylococcus aureus dan Salmonella sp (Mirawati et al ., 2014).. Penyakit

Penambahan fitur masukan suara (voice recognition) bertujuan untuk lebih memudahkan masyarakat menggunakan sistem ini. Sistem akan menarik kesimpulan dengan metode decision

Dilihat dari konteksnya, penulis merasakan adanya perasaan berupa rasa simpulan, menyimpulkan dan rasa simpulan atas apa yang dirasakan seorang tokoh atas

Kertas kerja ini akan menerangkan mengenai repositori institusi Universiti Sains Malaysia (USM) atau Repository@USM yang telah dipertanggungjawabkan kepada Perpustakaan

Bahwa variabel physical evidence dan gaya hidup memiliki pengaruh secara parsial terhadap loyalitas pelanggan pada Chanel Distro Di Tenggarong.. Bahwa variabel

Memperhatikan : Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor : 61409/MPK/KP/99 dan Nomor: 181 TAHUN 1999 tanggal 13 Oktober

Pertama, tahap proses pembuatan sebuah keputusan, berupa: (1) Pem buatan sebuah keputusan pelayanan harus dibuat secara tertulis dan tersedia bagi setiap w arga/ m asy

Sebelum representasi ditangkap oleh tanda verbal, metafora adalah relasi antara penanda dan petanda dalam tatanan ide dan suatu hal, merujuk pada apa yang