• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Fisika Dasar Pengukura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Fisika Dasar Pengukura"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

ma Nilai LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(Pengukuran)

Dosen :

Martinus, S.T., M.Sc.

Oleh :

Nama : Okta Syahputra Sembiring

NPM : 1415021065

Kelompok : I (Satu)

Hari/Tanggal Praktikum : Senin, 20 April 2015

Asisten : 1. Dhika Arifian

2. Muhammad Faris

LABORATORIUM MEKATRONIKA JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)
(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengukuran adalah suatu bagian penting dalam ilmu fisika. Dalam melakukan penelitian, pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Tidak hanya dalam ilmu fisika, pengukuran juga sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kegiatan yang disadari atau tidak termasuk dalam pengukuran. Aktivitas mengukur menjadi sesuatu yang sangat penting untuk selalu dilakukan dalam mempelajari berbagai fenomena yang sedang dipelajari. Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah disepakati. Misalnya untuk mengukur panjang suatu kabel maka kita bisa menggunakan meteran. Dalam hal ini besaran yang dibandingkan adalah panjang dari kabel tersebut. Sedangkan besaran pembandingnya adalah meteran. Meteran merupakan alat ukur besaran panjang yang satuannya telah disepakati. Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu permasalahan secara kuantitatif. Dan jika dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar pembuktian suatu hipotesis maka pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data dan untuk memperoleh hasil / data dari suatu pengukuran yang akurat dan dapat dipercaya.

(4)

B. Tujuan C.

D. Adapun tujuan dari melakukan praktikum fisika dasar mengenai pengukuran ini mahasiswa diharapkan mampu untuk

1. Mengukur besaran panjang dengan berbagai alat ukur panjang.

2. Mengukur besaran massa dengan berbagai alat ukur massa (neraca/timbangan).

3. Mengukur besaran volume dengan berbagai cara.

4. Menentukan kepastian dalam pengukuran serta menuliskan hasil pengukuran dengan tepat dan akurat.

(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA F.

G.

A. Besaran dan Satuan H.

I. Besaran dalam fisika diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur, serta memiliki nilai besaran (besar) dan satuan. Sedangkan satuan adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai pembanding dalam pengukuran. Satuan Internasional (SI) merupakan satuan hasil konferensi para ilmuwan di Paris, yang membahas tentang berat dan ukuran. Berdasarkan satuannya besaran dibedakan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan (widya, 2014).

J.

K. Besaran pokok adalah besaran yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan besaran yang lain. Satuan besaran pokok disebut satuan pokok dan telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan para ilmuwan. Besaran pokok bersifat bebas, artinya tidak bergantung pada besaran pokok yang lain. Dimensi suatu besaran adalah cara besaran tersebut tersusun atas besaran-besaran pokoknya. Pada sistem Satuan Internasional (SI), ada tujuh besaran pokok yang berdimensi, sedangkan dua besaran pokok tambahan tidak berdimensi. Cara penulisan dimensi dari suatu besaran dinyatakan dengan lambang huruf tertentu dan diberi tanda kurung persegi (Yusran, 2013).

L.

(6)

N. dengan angka. Besaran dibagi menjadi empat bagian, antara lain (Hidayanti, 2014):

1. Besaran pokok

O. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya didefinisikan tersendiri, telah ditetapkan terlebih dahulu dan tidak dapat dijabarkan dari besaran lain.

2. Besaran turunan

P. Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan atau dijabarkan dari besaran pokok.

3. Besaran skalar : yaitu besaran yang mempunyai besar dan satuan saja tanpa memiliki arah. Contoh : pangjang, massa, waktu,

4. Besaran vektor : yaitu besaran yang memiliki besar (nilai), satuan dan arah. Contoh : kecepatan, gaya, perpindahan,

Q. Tabel 2.1 Besaran Pokok dan Satuannya

(7)

o

ZZ. Dalam setiap pengukuran baik panjang,

massa sebuah benda dan volume diperlukaan alat ukur. Berikut merupakan beberapa alat ukur yang biasa digunakan dalam praktikum (Anonim, 2014). AAA.

1. Pengukuran Panjang

BBB. Untuk mengukur panjang benda kita mengenal alat ukur panjang, seperti mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Alat ukur yang paling umum adalah mistar, dimana mistar mempunyai skala terkecil 1 mm dengan batas ketelitian 0,5 mm atau setengah dari nilai skala terkecilnya. Penggunaan alat ukur panjang sendiri harus disesuaikan dengan benda yang akan diukur.

CCC.

2. Pengukuran Massa

DDD. Alat pengukur massa yaitu neraca dan timbangan. Alat yang biasa digunakan dalam praktikum adalah Neraca Ohauss, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari alat yang biasa digunakan adalah timbangan. Penggunaan alat ukur massa harus disesuaikan dengan benda yang akan di ukur.

EEE.

(8)

FFF. Dalam melakukan pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a. Pengukuran cara statis

GGG. Untuk mengukur volume zat padat yang

teratur bentuknya dapat dilakukan secara tidak langsung dengan mengukur perubah (variabel) yang membangunnya (volume).Perhitungan Volume balok dilakukan dengan cara mengukur panjang lebar dan tinggi dari balok itu sehingga :

HHH.

TTT. d = diameter silinder UUU. p = panjang silinder VVV. r = jari-jari silinder b. Pengukuran scara dinamis

WWW. Cara pengukuran ini digunakan jika benda yang ingin kita ukur memiliki bentuk yang tidak beraturan. Dengan menghitung selisih

XXX. massa benda di udara dengan di dalam air YYY.

ZZZ. V=Mu-Ma...(3) AAAA. BBBB. Keterangan:

(9)

DDDD. Ma = Massa air

EEEE. Lalu dapat dihubungkan dengan FFFF.

GGGG.

ρ =

m

/

v...(4) HHHH. IIII. Keterangan:

JJJJ. ρ = massa jenis (gr/cm3)

KKKK. m= massa zat (gr) LLLL. v = volume zat (cm3)

MMMM. Pernyataan diatas berdasar pada Hukum Archimmides, yang berbunyi:

NNNN. “setiap benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam fluida, akan mendapat gaya ke atas sebesar beratfluida yang dipindahkan oleh benda itu”.

OOOO. Melalui pemahaman ini kita akan membandingkan harga massa jenis yang dihitung secara konfensional (hitung massa dan volume) dan dengan menerapkan hukum Archimides. Secara sistematis, hukum archimedes dapat ditulis sebagai berikut :

PPPP.

QQQQ. FA=ρa.Va.g...(5) RRRR. SSSS. Keterangan:

TTTT. FA =gaya angkat ke atas pada benda (N) ρ a = massa jenis zat cair (kg/m3)

Va = volume zat cair yang terdesak (m3)

g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)(Yusran, 2014) UUUU.

VVVV.

C. Ketidakpastian Pengukuran WWWW.

XXXX. Secara umum penyebab ketidakpastian hasil pengukuran ada tiga, yaitu kesalahan umum, kesalahan sistematik, dan kesalahan acak (Setya, 2009).

YYYY.

(10)

ZZZZ. Kesalahan umum adalah kesalahan yang disebabkan keterbatasan padapengamat saat melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat disebabkankarena kesalahan membaca skala kecil, dan kekurangterampilan dalammenyusun dan memakai alat, terutama untuk alat yang melibatkan banyak komponen

AAAAA.

2. Kesalahan Sistematik

BBBBB. Kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang disebabkan oleh alat yang digunakan dan atau lingkungan di sekitar alat yang memengaruhi kinerja alat. Misalnya, kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan komponenalat atau kerusakan alat, kesalahan paralaks, perubahan suhu, dan kelembaban.

a. Kesalahan kalibrasi terjadi karena pemberian nilai skala pada saat pembuatan atau kalibrasi (standarisasi) tidak tepat.

b. Kesalahan titik nol karena titik nol skala pada alat yang digunakan tidak tepat berhimpit dengan jarum penunjuk atau jarum penunjuk yang tidakbisa kembali tepat pada skala nol.

c. Kesalahan komponen alat jelas sangat berpengaruh pada pembacaan alat ukur.

d. Kesalahan peralatan terjadi bila ada jarak antara jarum penunjuk dengan garis-garis skala dan posisi mata pengamat tidak tegak lurus dengan jarum.

CCCCC. 3. Kesalahan Acak

(11)

III. METEDOLOGI PRAKTIKUM FFFFF.

GGGGG. A. Alat dan Bahan

HHHHH.

IIIII. Adapun alat dan bahan yang digunakan

dalam praktikum pengukuran adalah sebagai berikut. 1. Mistar Centimeter

JJJJJ. KKKKK. LLLLL. MMMMM. NNNNN. OOOOO. PPPPP. QQQQQ.

RRRRR. Gambar 3.1 Mistar centimeter(cm)

SSSSS. 2. Jangka Sorong

TTTTT. UUUUU. VVVVV. WWWWW. XXXXX. YYYYY. ZZZZZ. AAAAAA.

BBBBBB.

(12)

3. Balok (batang) besi

4.

5. Gambar 3.3 Balok batang 6.

7. Neraca pegas

8.

9. Gambar 3.4 Neraca pegas 10.

11. Kawat tembaga 12.

13. 14.

15.

16.

17.

18.

(13)

20. Gambar 3.5 Kawat tembaga 21. Gelas ukur

22.

23.Gambar 3.6 Gelas ukur 24.

25. Kelereng

26.

27.Gambar 3.7 Kelereng 28.

29. Batu kerikil

30.

(14)

32. Anak Timbangan

33.

34. Gambar 3.9 Anak timbangan

35. Air

36.

37.Gambar 3.10 Air 38. Kotak Kayu

39.

(15)

B. Prosedur Praktikum

41.

42. Adapun prosedur yang digunakan oleh

praktikan dalam melakukan praktikum ini, saya sesuaikan dengan prosedur yang tertulis dalam modul praktikum yang disusun oleh Tim Fisika Dasar. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut:

43.

1. Mengukur panjang

44. Pengukuran panjang yang dilakukan

terdiri atas dua benda yang diukur dan tiga alat ukur, yaitu mistar centimeter, mistar milimeter dan jangka sorong.

45.

a. Mengukur tebal balok

46. Pengukuran tebal balok ini dilakukan dengan mistar centimeter dan mistar milimeter. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Mengukur tebal balok dengan mistar centimeter. 2) Melakukan pengukuran dengan mistar.

3) Mengulangi dengan 5 kali pengukuran.

4) Menuliskan data yang didapat ke dalam table pengamatan.

5) Mengganti mistar sentimeter dengan mistar millimeter lalu mengulangi 1 sampai 4.

47.

b. Mengukur lebar kotak kayu

48. Pengukuran lebar kotak kayu ini

dilakukan dengan mistar milimeter dan jangka sorong. Prosedur yang dilakukan sebagai berikut:

1) Mengukur lebar kotak kayu dengan mistar milimeter. 2) Melakukan pengukuran oleh orang yang berbeda. 3) Melakukan 5 kali pengukuran.

4) Menuliskan data yang didapat pada tabel data .

5) Mengulangi langkah 1 sampai 4 dengan menggunakan jangka sorong.

49.

2. Mengukur massa

50. Pengukuran massa dilakukan terhadap

tiga benda yang diukur yaitu kawat tembaga, anak timbangan, 2 buah penggaris. Dengan sebuah

51. neraca pegas sebagai alat ukur. Prosedur

yang dilakukan:

(16)

b. Melihat nilai yang tertera pada neraca pegas, lalu menulis pada tabel data pengamatan.

c. Mengulangi sampai 5 kali pengulangan dengan orang yang berbeda. d. Mengulangi langkah 1 sampai 3 dengan anak timbangan dan 2 buah

penggaris.. 52.

3. Mengukur volume

a. Mengukur volume kelereng secara matematis

1) Mengukur diameter kelereng dengan menggunakan jangka sorong, dilakukan oleh orang yang berbeda dan dilakukan 5 kali pengulangan.

2) Menghitung volume kelereng dengan menggunakan rumus volume benda.

3) Menulis data yang didapat pada tabel data pengamatan. 53.

b. Mengukur volume kelereng menggunakan gelas ukur 1) Menuangkan air ke dalam gelas ukur kira-kira 50 ml.

2) Memasukan kelereng ke dalam gelas ukur, kemudian mencatat volume air sekarang. Menghitug selisih volume air, yaitu volume sebelum dan sesudah kelereng dicelupkan. Seilsih volume air tersebut adalah volume kelereng.

3) Mencatat pada tabel data pengamatan, mengulangi smpai 5 kali pengulangan.

c. Mengukur volume kerkil menggunakan gelas ukur 1) Menuangkan ke dalam gelas ukur kira-kira 50 ml.

2) Memasukkan kerikil ke dalam gelas ukur, kemudian mencatat volume air sekarang.

3) Menghitung selisih volume air, yaitu volume sebelum dan sesudah kelereng dicelupkan. Selisih volume air tersebut dalah volume kerikil.

(17)

IV. DATA DAN PEMBAHASAN 54.

55.

A. Hasil Pengamatan dan Analisi Data 56.

57. Hasil pengamatan dan perhitungan dapat dilihat pada data hasil pengukuran berikut :

1. Hasil pengukuran tebal balok (T) 58.

59. Tabel 4.1Data hasil pengukuran tebal balok 60. Pengukur

82. 0,064 83. 0.036

84. Error 85. 7,27% 86. 0.384%

(18)

2. Hasil pengukuran panjang kotak kayu (L) 95.

96. Tabel 4.2Data hasil pengukuran kotak kayu 97. Pengukur

an ke

98. Dengan mistar centimeter (T+∆T) cm

99. Dengan mistar milimeter (T+∆T) mm

100. 1 101. 9.9 102. 99

rata 116. 9.84 117. 98.6

118. Ketidakp astian Pengukuran

119. 0.048 120. 0.24

121. Error 122. 0.48% 123. 0.243%

124.

3. Hasil pengukuran massa benda dengan neraca pegas 125.

126. Tabel 4.3Data hasil pengukuran massa benda 127. Pengukura

stian Pengukuran 156. 0 157. 0 158. 0

159. Error 160. 0% 161. 0% 162. 0%

(19)

4. Hasil pengukuran volume kelereng secara matematis 166.

167. Tabel 4.4Data hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel berikut 168. Pengukur

rata 188. 16,37 189. 842

190. Ketidakp astian Pengukuran

191. 0,084 192. 8.4

193. Error 194. 0,51% 195. 0,99%

196.

5. Hasil pengukuran volume kelereng menggunakan gelas ukur 197.

198. Tabel 4.5Data hasil volume kelereng

(20)

rata

6. Hasil pengukuran volume kerikil menggunakan gelas ukur 238.

239. Tabel 4.6 Data hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel berikut

(21)

279. Dalam praktikum ini dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat pengukur jangka sorong, mistar, neraca pegas, dan gelas ukur. Alat pengukur tersebut memiliki fungsi dan ketelitian yang berbeda.

280.

1. Pengukuran tebal balok

281. Dalam pengukuran tebal balok alat yang digunakan adalah mistar dan jangka sorong, pengukuran dilakukan oleh 5 orang yang berbeda dengan satu benda, saat pengukuran hasil pengukuran dari kedua alat tersebut memiliki nilai yang sama. Tetapi pada pengukuran tebal balok kali ini lebih mudah menggunakan jangka sorong karena, ketika mengukur kita dapat dengan mudah melihat angka dan menghitung nilai pengukuran yang tertera pada jangka sorong tersebut. Ketidakpastian dari mistar adalah 0.064 mm, sedangkan jangka sorong 0.036mm.

2. Pengukuran panjang kotak kayu.

282. Dalam pengukuran panjang kotak kayu alat yang digunakan adalah mistar milimeter dan mistar centimeter, pengukuran dilakukan oleh 5 orang yang berbeda dengan satu benda, mistar milimeter lebih teliti daripada mistar centimeter dimana mistar milimeter memiliki ketelitian hingga 0.1 mm. Pada pengukuran kotak kayu ini ditemukan adanya perbedaan ukuran dalam satu benda, yang menghasilkan nilai ketidakpastian sebesar 0.048 cm dan error sebesar 0.48% dengan mistar cm, dan 0.24 mm dan 0.243% dengan mistar mm.

283.

3. Pengukuran massa benda dengan nerasa pegas

(22)

a. Pengukuran massa anak timbangan

285. Pada pengukuran massa anak timbangan, nilai setiap kali pengukuran hasilnya sama sehingga dapat dipastikan nilai ketidakpastian pengukuran dan nilai error nol.

b. Pengukuran massa kawat tembaga

286. Pada pengukuran massa kawat tembaga, nilai setiap kali pengukuran hasilnya sama sehingga dapat dipastikan nilai ketidakpastian pengukuran dan nilai error nol.

c. Pengukuran massa 2 penggaris

287. Pada pengukuran massa anak timbangan, nilai setiap kali pengukuran hasilnya sama sehingga dapat dipastikan nilai ketidakpastian pengukuran dan nilai error nol.

288.

4. Pengukuran volume Kelereng dengan jangka sorong

289. Pada pengukuran dibagi atas dua nilai yaitu nilai pengukuran untuk diameter dan nilai volume dari pengukuran diamternya. Setelah dilakukan pengukuran diameter kelereng menggunakan jangka sorong terdapat beberapa nilai pengukuran yang berbeda – beda sehingga volume yang diperoleh berbeda – beda. Nilai ketidakpastian pengukuran diameter kelereng setelah dilakukan perhitungan memiliki nilai sebesar 0,084 dan nilai error 0,513%, otomatis nilai pada volume kelereng juga memiliki nilai ketidakpastian pengukuran sebesar 8.4 mm3 dan nilai error 0,99 %.

Ketidakpastian dan error ini mungkin disebabkan oleh kelereng tidak bulat sempurna, neraca tidak akurat karena pengunci neraca tidak ada. 290.

(23)

291. Pada pengukuran kali ini pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat gelas ukur, pengukuran dibagi menjadi tiga yaitu volume semula, volume sesudah dan selisih volume.

a. Volume semula

292. Volume semula dari lima kali pencobaan dilakukan berbeda-beda, yaitu 60, 50, 40, 30, 20 ml jadi tidak memungkinkan adanya nilai ketidakpastian pengukuran dan nilai error karena merupakan ketentuan prosedur.

b. Volume sesudah

293. Setelah dimasukkannya kelereng kedalam gelas ukur maka volume air menjadi 62, 52, 42, 32, 22 ml dan dalam lima kali pencobaan memiliki nilai yang sama jadi tidak memungkinkan adanya nilai ketidakpastian pengukuran dan nilai error, karena pertambahan volume air sama pada kelima percobaan.

c. Selisih volume

294. Karena volume air sebelum dan volume air sesudah memiliki nilai yang sama dalam lima kali, maka dapat dipastikan dalam lima kali pencobaan tersebut memiliki nilai selisih yang sama yaitu 2 ml dan tidak memungkinkan adanya nilai ketidakpastian pengukuran dan nilai error

295.

6. Pengukuran volume kerikil dengan gelas ukur.

296. Sama halnya dengan pengukuran kelereng dengan air, pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat gelas ukur, pengukuran dibagi menjadi tiga yaitu volume semula, volume sesudah dan selisih volume.

a. Volume semula

(24)

adanya nilai ketidakpastian pengukuran dan nilai error karena merupakan ketentuan prosedur.

b. Volume sesudah

298. Setelah dimasukkannya kelereng kedalam gelas ukur maka volume air menjadi 62, 52, 42, 32, 22 ml dan dalam lima kali pencobaan memiliki nilai yang sama jadi tidak memungkinkan adanya nilai ketidakpastian pengukuran dan nilai error, karena pertambahan volume air sama pada kelima percobaan.

c. Selisih volume

299. Karena volume air sebelum dan kenaikan volume air sesudah memiliki nilai yang sama dalam lima kali, maka dapat dipastikan dalam lima kali pencobaan tersebut memiliki nilai selisih yang sama yaitu 3 ml dan tidak memungkinkan adanya nilai ketidakpastian pengukuran dan nilai error

300.

301. Pada saat pengukuran sebaiknya posisi mata tegak lurus terhadap alat ukur agar mengurangi kesalahan data pengukuran .karena ketika pengukuran dapat terjadi kesalahan atau ketidakpastian, seperti:

302.

1. Kesalahan kalibrasi.

303. Cara member nilai skala pada waktu pembuatan alat tidak tepat sehingga berakibat setiap kali alat digunakan, suatu ketidakpastian melekat pada hasil pengukuran. Kesalahan ini dapat diketahui dengan cara membandingkan alat tersebut dengan alat baku. Alat baku, meskipun buatan manusia juga, dianggap sempurna padanya hamper tidak terdapat kesalahan apapun.

(25)

304. Titik nol skala alat tidak berimpit dengan titik nol jarum petunjuk atau jarum tidak kembali tepat pada angka nol. Sehingga terjadi kesalahan dalam menunjukkan nilai yang tepat.

3. Kelelahan komponen alat.

305. Misalnya dalam pegas, pegas yang telah dipakai beberapa lama dapat agak melembek hingga dapat mempengaruhi gerak jarum penunjuk.

4. Gesekan.

306. Gesekan selalu timbul antara bagian yang satu yang bergerak terhadap bagian alat yang lain.

307.

308. Setelah dilakukan praktikum pengukuran ini perlu diperhatikan juga nilai data hasil pengukuran. Nilai ini berupa angka-angka dan termasuk angka penting. Definisi dari angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran, termasuk angka terakhir yang ditaksir atau diragukan. Angka-angka penting ini terdiri atas angka-angka pasti dan satu angka taksiran yang sesuai dengan tingkat ketelitian alat ukur yang digunakan. Semua angka-angka hasil pengukuran adalah bagian dari angka penting. Namun, tidak semua angka hasil pengukuran merupakan angka penting. Berikut ini merupakan aturan penulisan nilai dari hasil pengukuran.

1. Semua angka bukan nol merupakan angka penting. Jadi, 548 memiliki 3 angka penting dan 1,871 memiliki 4 angka penting.

2. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol termasuk angka penting. Jadi, 2,022 memiliki 4 angka penting.

(26)

4. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik yang terletak disebelah kiri maupun di sebelah kanan koma desimal, bukan angka penting.

309.

310. Jadi, 0,63 memiliki 2 angka penting dan 0,008 memiliki 1 angka penting. Hal ini akan lebih mudah terlihat jika ditulis 63 × 10–2 dan 8 × 10–3. Dalam penulisan hasil pengukuran, ada kalanya terdapat angka yang digaris bawahi. Tanda garis bawah ini menunjukkan nilai yang diragukan. Angka yang digarisbawahi termasuk angka penting, tetapi angka setelah angka yang diragukan bukan angka penting. Jadi, 3541 memiliki 3 angka penting dan 501,35 memiliki 4 angka penting.

311.

312. Selain itu dalam pengukuran juga perlu diperhatikan besaran dan satuan pengukuran pada setiap alat yang digunakan karna, pada setiap alat pengukuran yang digunakan memiliki nilai ketelitian yang berbeda – beda, seperti pada mistar centimeter dengan jangka sorong. Mistar centimeter hanya memiliki ketelitian hingga 1 mm, jangka sorong memiliki ketelitian hingga 0,01 mm.

313. 314.

315.

316.

317.

318.

319.

320.

321.

(27)

IV. PENUTUP

323.

324. A. Kesimpulan

325.

326. Adapun kesimpulan setelah dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Dari percobaan yang dilakukan, kita dapat mengetahui keteliatian alat ukur yang digunakan yaitu mistar (1 mm), dan jangka sorong (0,05 mm) 2. Untuk mengukur massa dapat menggunakan neraca pegas.

3. Pengukuran volume suatu benda menggunakan 2 cara yaitu menggunakan sistem matematis dan menggunakan gelas ukur.

4. Pengukuran dengan gelas ukur nilai error nya lebir rendah daripada dengan cara matematis. Karena danya kemungkinan kelereng tidak bulat sempurna.

5. Nilai ketidakpastian pengukuran dan nilai sangat perlu dihitung karena dalam lima kali pencobaan perngukuran terdapat nilai yang berbeda dalam beberapa pengukuran.

6. Dari seluruh percobaan pengukuran yang dilakukan, pengukuran yang saya lakukan dapat dikatakan valid karena persentase nilai error nya rendah.

327. B. Saran

328.

329. Adapun saran saya setelah melakukan praktikum pengukuran ini adalah sebagai berikut :

(28)

besaran, dan satuan agar praktikum berjalan dengan lancar dan mudah dipahami.

2. Melakukan pengukuran ketebalan dan diameter sebanyak 10 kali dan karena dalam mengukur ketebalan sangat diperlukan data yang cukup banyak agar nilai dari hasil pengukuran tersebut lebih akurat

3. Alat praktikum yang digunakan saat pengukuran masih memiliki kekurangan - kekurangan seperti pada neraca pegas, sehingga pada saat pengukuran massa kertas memiliki kesulitan pada saat pengukuran.

(29)

7.

8. Anonim, 2014. “Alat Ukur Massa Panjang dan Waktu”.

9. http://www.zonasiswa.com/2014/08/alat-ukur-massa-panjang waktu.html. Diakses pada 13 april 2015, jam 19.00 WIB. 10. Nida, 2014. “Praktikum Fisika Pengukuran”.

11. http://maharatunnida.blogspot.com/2014/09/laporan-praktikum-fisika pengukuran.html. Diakses pada 20-April-2015, jam 18.00 WIB. 12. Nurachmandani,Setya.2009. Fisika. Jakarta. Pusat Perbukuan

Departemen Pindidikan Nasional

13.Yusran, 2013 “Praktikum Fisika Tentang Pengukuran”.

14. http://yusran-physics.blogspot.com/2013/11/laporan-praktikum-fisika-tentang vektor.html. Diakses pada 20-April-2015.

15. Hidayanti, 2014. “Pengukuran Besaran Turunan Volume”.

16. http://mafia.mafiaol.com/2012/08/pengukuran-besaran-turunanvo lume.html. Diakses pada 20 April 2015, jam 19.30 WIB.

17.

18. 19.

Gambar

Tabel 2.1 Besaran Pokok dan Satuannya
Gambar 3.1 Mistar centimeter(cm)
Gambar 3.11 Kotak kayu
Tabel 4.2Data hasil pengukuran kotak kayu
+3

Referensi

Dokumen terkait

Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan amok mengukur panjang suatu benda denganketelitian hingga 0,1 mm.keuntungan penggunaan jangka sorong adalah

Pengukuran besaran panjang bisa dilakukan dengan menggunakan mistar, jangka sorong, atau mikrometer sekrup. Alat ukur tersebut memiliki nilai ketelitian

a) Jangka sorong dan banyak alat ukur lainnya dilengkapi dengan skala nonius.  Apakah gunanya nonius pada alat ukur semacam ini?.. b) Jelaskanlah (dengan gambar) suatu

)enggaris*mistar ris*mistar, jangka sorong, , jangka sorong, dan mikrometer sekrup dan mikrometer sekrup merupakan contoh alat merupakan contoh alat ukur panjang.

Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak ini maka jangka sorong bisa digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman dan ketinggian dari

Untuk mengukur tebal sebuah balok kayu digunakan jangka sorong seperti gambar.. Tebal balok kayu

Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak ini maka jangka sorong bisa digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman dan ketinggian dari

Apel Percobaan pertama : V=4 3 x π x r x r x r=22 7 x4 33,5x3,5x3,5=179,66cm3 Menyiapkan benda uji dan alat ukur Mengukur benda uji dengan alat ukur yang sesuai Melakukan