• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci : Perizinan, Badan Penanaman Modal dan Perizininan ABSTRACT - PERIZINAN USAHA JASA BOGA OLEH BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kata Kunci : Perizinan, Badan Penanaman Modal dan Perizininan ABSTRACT - PERIZINAN USAHA JASA BOGA OLEH BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERIZINAN USAHA JASA BOGA OLEH BADAN PENANAMAN MODAL DAN

PERIZINAN KOTA BANDAR LAMPUNG

Akhmad Rifai, Upik Hamidah, Nurmayani

Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro, No. 1, Bandar Lampung, 35154

Email : akmadrfai@ymail.co.id

ABSTRAK

Usaha jasa makanan dan minuman atau jasaboga adalah usaha yang memberikan prospek yang cerah jika dilakukan dengan benar. Harapan keuntunganpun ada di saat kita memulai usaha ini, banyak sekali bermunculan usaha jasaboga yang ada di Kota Bandar Lampung, baik dari skala rumahan, hingga restoran. Pada Pasal 3 Peraturan Walikota Bandar Lampung No.58 Tahun 2011 tentang tugas fungsi dan tata kerja badan penanaman modal dan perizinan kota Bandar Lampung menjelaskan bahwa Badan Penanaman Modal dan perizinan kota Bandar Lampung mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintah daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang penanaman modal dan pelayanan perizinan berdasarkan asas ekonomi dan tugas pembantuan Permasalahan yang ada dalam penulisan ini adalah bagaimana perizinan usaha jasa boga oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung dan Faktor penghambat perizinan usaha jasa boga.

Kata Kunci : Perizinan, Badan Penanaman Modal dan Perizininan

ABSTRACT

(2)

regional policy the field of investment and licensing services based on the principles of economics and co-administration of existing problems in this paper is how the catering business licensing by the Board of Investment and Licensing Bandar Lampung and Limiting Factors catering business licensing .

Keywords : Licensing , Investment Board and Perizininan

I. PENDAHULUAN

Kualitas pelayanan publik di bidang perizinan usaha memainkan peranan penting dalam menarik investor untuk menanamkan modalnya di suatu daerah. Kualitas pelayanan perizinan sendiri juga dapat diidentifikasi dari peraturan pemerintah daerah dalam mendukung sekaligus memberikan legitimasi lembaga perizinan di daerah untuk memberikan pelayanan secara lebih efisien dan efektif. Walaupun tidak menjadi faktor terpenting, peraturan lokal yang pro terhadap perbaikan pelayanan perizinan usaha menjadi salah satu kunci bagi kelangsungan iklim usaha. Sayangnya, reformasi perizinan di beberapa daerah tidak berjalan maksimal. Pembaruan regulasi melalui “Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu” atau biasa disebut

dengan “One Stop Service” juga belum

mampu menjadi solusi utama dalam memperbaiki pelayanan perizinan di Indonesia secara umum. Melihat perkembangan iklim investasi Indonesia di

tingkat dunia, sebenarnya dalam lima tahun terakhir peringkat Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari peringkat Doing Business Indonesia yang terus mengalami perbaikan. Namun, faktanya peringkat yang terus membaik ini tidak diimbangi realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang terus menguat dari tahun ke tahun. Walaupun tidak menjadi faktor terpenting, peraturan lokal yang pro terhadap perbaikan pelayanan perizinan usaha menjadi salah satu kunci bagi kelangsungan iklim usaha.

(3)

perizinan usaha. Salah satunya adalah perizinan usaha tata boga. Hal ini sangat menarik karena menurut penulis pada kenyataannya masyarakat umum sangat sedikit sekali pengetahuan terkait dengan perizinan usaha tata boga yang didukung dengan minimnya sosialisasi dari pemerintah, sehingga tidak sedikit usaha tata boga yang tidak berizin. Ini tentu sangat mengkhawatirkan mengingat usaha tata boga berhubungan dengan makanan yang langsung dikonsumsi oleh konsumen.

Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama manusia, oleh karena itu penyelenggaraan merupakan suatu keharusan,baik di lingkungan keluarga maupun di luar lingkungan keluarga. Penyelenggaraan makanan di luar lingkungan keluarga diperlukan oleh sekelompok konsumen karena berbagai hal tidak dapat makan bersama dengan keluarganya di rumah. Penyelenggaraan makanan bagi sekelompok konsumen yang bukan merupakan satu keluarga, tetapi merupakan satu kesatuan dikenal dengan istilah penyelenggaraan makanan kelompok. Pada tataran ideal, hubungan hukum antara pelaku usaha jasa boga dengan konsumennya adalah hubungan hukum yang seimbang, dengan pengertian bahwa masing-masing pihak memiliki hak dan kewajiban yang perlu dilaksanakan

dengan baik sehingga dapat meningkatkan harkat dan martabat konsumen dan menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha jasa boga yang bertanggung jawab. Fenomena yang terjadi dewasa ini, banyak terjadi pelaku usaha jasa boga yang lalai, dan kelalaian ini menyebabkan sakit, cedera atau meninggalnya konsumen pemakai produk makanan yang dihasilkannya. Permasalahan keracunan makanan hasil olahan usaha jasa boga diperparah oleh kurangnya kesadaran hukum dari produsen maupun konsumen tentang pentingnya keamanan dan kesehatan pangan.

(4)

Penyelenggaraan makanan institusi, makanan komersial dan jasa boga merupakan suatu rangkaian kerja yang melibatkan tenaga manusia, peralatan, material, dana, serta berbagai masukan lainnya. Penyelenggara perlu menerapkan prinsip-prinsip manajemen dalam penyelenggaraannya. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor

1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga, pada Pasal 3 diatur mengenai perizinan usaha tata boga menyebutkan setiap jasaboga harus memiliki izin usaha sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Setiap jasaboga harus memiliki izin usaha dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk memiliki izin usaha tersebut, Jasaboga harus memiliki sertifikat hygiene sanitasi yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.Pengusaha dan/atau penanggung jawab jasaboga wajib menyelenggarakan jasaboga yang memenuhi syarat hygiene sanitasi. Penanggung jawab jasaboga yang menerima laporan atau mengetahui adanya kejadian keracunan atau kematian yang diduga berasal dari makanan yang diproduksinya wajib melaporkan kepada

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat guna dilakukan langkah-langkah penanggulangan.

Untuk pembinaan teknis penyelenggaraan jasaboga dan pengawasan pelaksanaan Keputusan ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dalam rangka pembinaan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengikutsertakan Asosiasi Jasaboga, organisasi profesi dan instansi terkait lainnya. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengambil tindakan administratif berupa teguran lisan, terguran tertulis, sampai dengan pencabutan sertifikat hygiene sanitasi jasaboga terhadap jasaboga yang melakukan pelanggaran atas Keputusan ini. Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 712/Menkes/Per/X/1986 tentang Persyaratan Kesehatan Jasaboga, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 635/Menkes/SK/VII/1988 tentang Penunjukkan Laboratorium dan Tata Cara Pemeriksaan Contoh Makanan dan Spesimen Jasaboga, Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor

410/Menkes/SK/VII/1991 tentang Penunjukkan Pejabat Yang Diberi Wewenang Memberikan Izin Penyehatan Makanan Jasaboga, dan Peraturan Menteri

(5)

362/Menkes/Per/IV/1998 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 712/Menkes/Per/X/1986 tentang Persyaratan Jasaboga beserta peraturan pelaksanaannya dinyatakan tidak berlaku lagi.

II. METODE PENELITIAN

Metode pendekatan masalah yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan normatif dan yuridis empiris. Pendekatan secara yuridis normatif yaitu suatu pendekatan yang dilakukan melalui penelaahan-penelaahan terhadap teori-teori, konsep-konsep, pandangan-pandangan serta peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Secara operasional dilakukan dengan penelitian kepustakaan dan sampel penulisan ini adalah kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan dan pemilik usaha jasa boda CV Sinar Arpa

III. PEMBAHASAN

A. Pengertian Perizinan

Izin adalah perangkat hukum administrasi yang digunakan pemerintah untuk mengendalikan warganya agar berjalan

dengan teratur. Menurut Sjachran Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang menghasilkan peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku.1 Menurut Ateng Syarifudin, izin bertujuan dan berarti menghilangkan halangan dimana hal yang dilarang menjadi boleh. Penolakan atas permohonan izin memerlukan perumusan limitatif.2

B. Pengaturan Perizinan Jasa Boga di

Indonesia

Kejadian keracunan makanan di sekitar kita, masih sering kita lihat dan dengar baik langsung maupun melalui media. Dapatlah mengambil beberapa contoh keracunan makanan yang menimpa banyak murid di beberapa sekolah karena mengkonsumsi makanan program pemberian makanan tambahan di sekolah mereka. Sering terdengar kejadian keracunan makanan pada saat dilakukan pesta hajatan. Kejadian keracunan makanan, memang sering disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang dipersiapkan secara massal. Salah satu tersangka utama yang diduga sebagai

1 Sjachran Basah, op.cit. 1995, hlm 4.

2 Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik, op.cit.,

(6)

sumber penyebab keracunan makanan ini (karena terkait dengan penyedian makanan secara massal), adalah usaha jasa boga atau katering. Berdasarkan hal ini maka kegiatan penyehatan usaha jasa boga, sebagai salah satu usaha mencegah dan meminimalisasi keracunan makanan ini sangat penting dilakukan. Sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan No : 71 5/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan Higene dan Sanitasi jasa Boga, yang dimaksud jasa boga adalah sebuah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan.

Beberapa persyaratan hygiene dan Sanitasi Jasa Boga, sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan Higiene dan Sanitasi Jasa Boga, meliputi antara lain :

Persyaratan tenaga atau karyawan pengolah makanan, antara lain:

1. Memiliki sertifikat higiene sanitasi makanan;

2. Berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter; 3. Tidak mengidap penyakit menular

atau pembawa kuman (carrier); 4. Setiap karyawan harus memiliki buku

pemeriksaan kesehatan. .

D. Perizinan Usaha Jasa Boga Pada Badan

Penanaman Modal dan Perizinan Kota

Bandar Lampung

Dalam melaksanakan tugasnya, BPMP berpedoman pada Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor: 26 Tahun 2008 tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung serta Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor: 37 Tahun 2008 yang telah diganti dengan Perda Kota Bandar Lampung No.82 Tahun 2008 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan di Bidang Perizinan kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung.

(7)

sebagai cita-cita yang ingin dicapai oleh suatu organisasi.

Menurut Nizom Anshori Visi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung disusun dengan memperhatikan kondisi dan potensi unit kerja Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung, aspirasi dan konsensus jajaran pimpinan dan staf Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung, serta kemungkinan yang akan terjadi dimasa depan; yaitu: “Terwujudnya Pelayanan Perizinan yang Cepat, Mudah, Transparan dan Akuntabel Untuk Mendorong Investasi di Bandar Lampung” Wujud dari visi tersebut adalah meningkatnya iklim investasi yang kondusif dan meningkatnya PAD dari sektor perizinan, dengan indikator pertumbuhan investasi daerah (PMA dan PMDN) sebesar 9% serta kemudahan dan bebas biaya perizinan bagi usaha kecil. Untuk mencapai visi dirumuskan misi dengan maksud unsur-unsur yang berkepentingan dapat mengenal Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung dengan mengetahui peran dan program-program prioritasnya termasuk sasaran yang akan dicapai pada masa datang. 3

3 Berdasarkan hasi wawancara dengan narasumber

di Kantor Badan Penanaman Modal Dan Perizinan

Namun banyak yang tidak mengetahui, baik dari pengusaha maupun konsumen yang tidak tahu bahwa dalam memulai usaha jasaboga haruslah memiliki izin yang dikeluarkan oleh pemerintah, dalam hal ini Dinas Kesehatan. Berbagai persyaratan pun harus dipenuhi saat seseorang membuka usaha jasaboga, tergantung dari kriteria atau golongan usaha tersebut. Hygiene Sanitasi Makanan adalah pengendalian terhadap faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Ukuran keamanan makanan akan berbeda satu orang dengan orang lain, atau satu negara dengan negara lain, sesuai dengan budaya dan kondisi masing-masing. Untuk itu perlu ada peraturan yang menetapkan norma dan standar yang harus dipatuhi bersama. Di tingkat internasional dikenal dengan standar codex, yang mengatur standar makanan dalam perdagangan internasional yang disponsori oleh WHO dan FAO.Hal ini sesuai dengan

Kepmenkes Nomor

715/MENKES/SK/V/2003 yang mengatur tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga.

(8)

Perlu diketahui, jasaboga itu sendiri adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan. Sedangkan pengolahan dari jasaboga itu sendiri adalah kegiatan yang meliputi penerimaan bahan mentah atau makanan terolah, pembuatan, pengubahan bentuk, pengemasan dan pewadahan. Usaha Jasaboga dibagi menjadi tiga golongan, yakni golongan A,B, dan C yang golongan tersebut berdasarkan luas jangkauan pelayanan dan kemungkinan besarnya risiko yang dilayani.

Jasaboga golongan A yakni yang melayani kebutuhan masyarakat umum, yang terdiri dari A1, A2, dan A3. Sedangkan golongan B yakni jasaboga yang melayani kebutuhan khusus seperti asrama penampungan jemaah haji, perusahaan, pengeboran lepas pantai, angkutan umum dalam negeri, dan sebagainya. Untuk golongan C yakni jasaboga yang melayani kebutuhan untuk alat angkutan umum internasional dan pesawat udara.

E. Faktor Penghambat Pengurusan

Perizinan Usaha Jasa Boga oleh Badan

Penanaman Modal dan Perizinan

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber Ida Ropaida yang dilakukan bahwa pengurusan izin oleh BPMP Kota Bandar Lampung masih mengalami

hambatan terkait dengan perizinan bidang jasa boga, antara lain4:

1. Tatacara dan sistem yang berbelit-belit Proses atau prosedur perizinan berbelit-belit dan berlapis, sehingga terkesan tidak efektif dan efisien. Walaupun beberapa instansi sudah memperkenalkan sistem pelayan perizinan yang mutakhir oleh unit pelayanan satu atap. Hal ini menurut penulis tidak hanya kesalahan dari Pemerintah Kota semata dalam hal sosialisasi tentang syarat dan tatacara perizinan sendiri, akan tetapi juga kurang kepedulian dari masyarakat itu sendiri dalam hal perizinan. Sehingga ketika masyarakat dating ke kantor BPMP tidak membawa persyaratan. Kemudian mereka menanyakan mengenai persyaratannya dan setelah itu mereka datang kembali setelah membawa persyaratan. Hal ini bias terjadi berkali-kali, dikarenakan yang bersangkutan tidak secara lengkap menanyakan kepada petugas mengenai tatacara dan persyaratan perizinan. Pengulangan inilah yang menurut penulis sehingga menimbulkan persepsi bahwa tatacara dan sistem perizinan yang berbelit-belit.

4Berdasarkan hasi wawancara dengan narasumber

(9)

Sudah saatnya pelayanan publik berorientasi pada pemenuhan kebutuhan masyarakat dan terintegrasinya data kependudukan untuk mempermudah pengurusan dokumen dan layanan publik lainnya. Apabila pelayanan yang dilakukan menggunakan perspektif masyarakat sebagai pelanggan, maka keikutsertaan masyarakat sebagai pihak pengontrol tata kelola pemerintahan merupakan legitmasi dari masyarakat.Pelayanan yang berkualitas tidak hanya untuk lembaga penyelenggara jasa komersial (swasta), tetapi sudah harus merembes ke lembaga-lembaga pemerintahan yang selama ini resisten terhadap tuntutan akan kualitas pelayanan public.

2. Sumber daya manusia yang kurang memadai

Kurangnya jumlah pegawai mengakibatkan penyelesaian pengurusan administrasi menjadi lambat, karena satu orang pegawai menangani atau mengurus lebih dari satu bagian. Di samping kuantitas pegawai yang kurang, kualitas dari pegawai yang ada pun masih rendah. Menghadapi masalah ini, diperlukan adanya penambahan jumlah pegawai serta peningkatan kualitas pegawai seperti keilmuan atau wawasan serta kreativitas

pegawai melalui peningkatan pendidikan atau pelatihan baik formal maupun nonformal yang mengacu pada peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan serta memperhatikan ketepatan sasaran. Di samping kuantitas dan kualitas pegawai kantor kecamatan, tingkat disiplin pegawai yang masih kurang merupakan salah satu penyebab dari lambatnya proses pengurusan administrasi.

3. Sarana dan Prasarana

Adanya ketimpangan digital yang mengakibatkan belum meratanya ketersediaan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, mengingat secara geografis wilayah Indonesia tersebar di berbagai kepulauan. Ketersediaan infrastruktur untuk pengadaan teknologi informasi dan komunikasi masih terpusat di kota-kota besar. Tenaga ahli di daerah terpencil pun masih sangat jarang, jika tidak mau dikatakan tidak ada. Sistem layanan publik di Indonesia tidak memiliki standar yang baku. Hal ini menghambat pengintegrasian data kependudukan dan dokumen warga negara lainnya secara nasional.

VI. SIMPULAN

(10)

1. Perizinan usaha jasa boga pada BPMP dilakukan dengan mengajukan usul dengan melampirkan akta notaris, membawa surat keterangan usaha, fotokopi KTP dan Pas Foto, kemudian ke BPMP dan dengan membawa berkas keterangan usaha, fotokopi dan pas foto yang telah diberikan surat pengantar, kemudian menuju loket pendaftaran registrasi dan membayar uang registrasi yang tertera, setelah itu menunggu keluarnya SIUP dan SITU selama 3 hari. untuk keluarnya izin Surat Izin Usaha Perdagangan dan Surat Izin Tempat Usaha dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan

2. Penghambat Perizinan

1.Tatacara dan sistem yang berbelit-belit Proses atau prosedur perizinan berbelit-belit dan berlapis, sehingga terkesan tidak efektif dan efisien. Walaupun beberapa instansi sudah memperkenalkan sistem pelayan perizinan yang mutakhir oleh unit pelayanan satu atap.

2. Sumber daya manusia yang kurang memadai

Kurangnya jumlah pegawai mengakibatkan penyelesaian pengurusan administrasi menjadi lambat, karena satu orang pegawai menangani atau mengurus lebih dari satu bagian.

3.Sarana dan Prasarana

Adanya ketimpangan digital yang mengakibatkan belum meratanya ketersediaan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, mengingat secara geografis wilayah Indonesia tersebar di berbagai kepulauan.

DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo,Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998.

F.A.M. Stroink dalam Abdul Rasyid Thalib, Wewenang Mahkamah Konstitusi dan Aplikasinya dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006.

Ibrahim,Johny,Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang :Banyumedia, 2005.

(11)

J.G. Brouwer dan Schilder, A Survey of Dutch Administrative Law, Nijmegen: Ars Aeguilibri, 1998.

Kantaprawira,Rusadi,Hukum dan

Kekuasaan, Makalah,

Yogyakarta:Universitas Islam Indonesia, 1998.

M. Hadjon,Philipus,Tentang Wewenang, Makalah, Universitas Airlangga, Surabaya, tanpa tahun.

Marzuki, Peter Mahmud,Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana. 2010.

Mulyosudarmo,Suwoto,Kekuasaan dan Tanggung Jawab Presiden Republik Indonesia, Suatu Penelitian Segi-Segi Teoritik dan Yuridis Pertanggungjawaban Kekuasaan, Surabaya: Universitas Airlangga, 1990.

Ridwan, Juniarso dan Achmad Sodik, Hukum Administrasi Negara dan

Kebijakan Pelayanan Publik, Bandung : Nuansa, 2009.

Setiardja,A. Gunawan,Dialektika Hukum dan Moral dalam Pembangunan Masyarakat Indonesia, Yogyakarta: Kanisius, 1990.

Sjachran Basah, Pencabutan Izin Sebagai Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi Negara, Surabaya : FH UNAIR, 1995.

Soekanto,Soerdjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Press 1981.

Soemitro, Ronny Hanitijo, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta :Alumni, 1988.

Stout HD, de Betekenissen van de wet, dalam Irfan Fachruddin,

Pengawasan Peradilan

Administrasi terhadap Tindakan Pemerintah, Bandung: Alumni, 2004.

(12)

Pro Justisia Edisi IV, Bandung, Universitas Parahyangan, 2000.

Wasistiono,Sadu,Esensi UU NO.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Bunga Rampai), Jatinangor : Alqaprint, 2001.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memenuhi persyaratan bagi alas hak atas tanah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1973 54 guna penyetujuan dari ketentuan tersebut maka camat atau

Berdasarkan bukti empiris yang menghubungkan antara rasio keuangan, WCTA ( Working Capital to Total Asset ), CLI ( Current Liability to Inventory ), OITL (

NATUNA TAHUN 2012. Jalan Yos

I’m telling you this story because when you get at this point in the race you just have to realilze that no matter how sore and tired you feel, the ability your body has to recover

Kelompok Kerja-ULP Pokja V Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun Anggaran 2013 akan melaksanakan Pemilihan Langsung Pascakualifikasi untuk paket

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap pengunjung Dolly terhadap penayangan iklan kondom di televisi serta situasi dan kondisi apa saja yang menentukan sikap pengunjung

Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi yang berasal dari alam Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi yang berasal dari alam ataupun buatan yang pada dsis

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa (1) Pengelola PPs UNY optimis implementasi ISO 9001-2008 di PPs UNY dapat terus dilaksanakan walaupun tanpa dana operasional ISO