• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENJADI GURU YANG TERAMPIL dan mencintai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENJADI GURU YANG TERAMPIL dan mencintai "

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

MENJADI

GURU YANG

TERAMPIL

(2)

MENJADI GURU YANG TERAMPIL Oleh: I Putu Ayub Darmawan

Hak pengarang dilindungi Undang-Undang.

Dilarang mereproduksi sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin dari penerbit.

Editor : Bestiana Simanjuntak Setting/Layout : Wilhelmina K. Matulessy Desain sampul : Chrisna Bagus P.

120 hlm., Souvenir Lt BT, 11 pt 14,5 x 21 cm

KH/I/0,7R/201411058 000-006-078

Cetakan pertama, 2014

ISBN 978-602-7855-68-7

(3)

Dedikasi

Untuk Ibu Judith Lee Teeter, M.A.

yang telah mengajar dengan sangat terampil

(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah faktor yang sangat penting dan menentukan dalam pendidikan. Salah satu hal yang dilakukan dalam pendidikan/pengajaran adalah proses mentransfer pengetahuan dari guru kepada murid. Namun, pro-ses tersebut kerap kali tidak begitu mudah dijalankan sebab ada beberapa faktor yang memengaruhinya.

Dalam hal itu, guru dituntut untuk menjalankan proses ter-sebut sebaik mungkin agar didapatkan hasil yang maksimal. Tidak akan banyak berarti bila guru memunyai pengetahuan yang banyak, tetapi tidak sanggup mentransfer pengetahuannya kepada murid yang diajarnya. Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi seorang guru untuk memiliki keterampilan dalam mengajar. Keterampilan itu sendiri bukanlah sesuatu yang langsung jadi, tidak ada guru yang langsung terampil dalam mengajar. Ke-terampilan tersebut merupakan proses yang berjalan seiring de-ngan waktu.

Guru yang sudah lama mengajar tentunya diharapkan lebih terampil dalam mengajar dibandingkan guru yang baru terlibat dalam pelayanan mengajar. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk senantiasa meningkatkan keterampilan dalam mengajar dari waktu ke waktu.

(6)

Materi-MENJADI GURU YANG TERAMPIL

materi yang dibahas dalam buku ini sangat berguna untuk dosen dan mahasiswa yang menekuni bidang Pendidikan Agama Kristen sehingga wawasan/pemahamannya semakin diperluas.

Kami mengapresiasi penulis yang telah bekerja keras menulis buku ini. Sekalipun banyak kesibukan dalam menjalankan tugas/ pelayanan, ia masih memberi waktu untuk menulis buku ini de-mi peningkatan kualitas Pendidikan Agama Kristen pada masa kini dan masa akan datang.

Kehadiran buku ini juga menunjukkan kepedulian dan de-dikasi yang sungguh dari penulis dalam hal keterampilan meng-ajar bagi para guru/dosen Agama Kristen. Kami berharap akan ada buku-buku lain yang ditulis oleh penulis untuk waktu-waktu yang akan datang. Selain itu, kami berharap, penerbitan buku ini juga akan memotivasi dosen-dosen lain untuk menulis dan menerbitkan buku-buku yang berkualitas dalam disiplin ilmu yang ditekuninya demi peningkatan kualitas pendidikan.

Kami pun berterima kasih sebesar-besarnya kepada Penerbit Kalam Hidup atas kerja samanya dengan STT Simpson selama ini sehingga beberapa kegiatan sebagai wujud kerja sama tersebut telah dijalankan dengan baik. Penerbitan buku ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari adanya kerja sama tersebut. Oleh sebab itu, kami sangat berharap kerja sama ini dapat tetap dipertahankan, bahkan semakin ditingkatkan untuk masa-masa mendatang.

Akhir kata, kiranya buku ini akan memberi dorongan bagi se-tiap pengajar dan mahasiswa yang berkecimpung dalam bidang pendidikan untuk meningkatkan keterampilan dalam mengajar sehingga kualitas pendidikan dapat ditingkatkan.

Enggar Objantoro

(7)

PRAKATA

Guru adalah seorang yang berperan penting dalam membangun kehidupan manusia. Guru akan selalu dikenang ketika ia meng-ajar dengan terampil, tetapi guru juga akan dikenang ketika ia mengajar dengan membosankan. Sebagai guru, tentu kita selalu ingin dikenang sebagai guru yang mengajar dengan te-rampil. Untuk itu, guru harus terus mengembangkan diri dan meningkatkan keterampilannya dalam mengajar. Bila guru se-bagai bagian penting dalam pendidikan tidak meningkatkan diri, pendidikan hanya akan melahirkan generasi yang terbelakang dan kurang mampu bersaing.

(8)

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

situasi untuk berpikir bagaimana mengajar dengan lebih baik la-gi yang mungkin terlewatkan ketika belajar di bangku kuliah.

Tuhan Yesus, Sang Guru Agung, merupakan Guru yang men-jadi tempat belajar terbaik. Terima kasih atas pertolongan-Nya dan begitu banyak inpsirasi yang diberikan-Nya ketika membaca kisah-kisah tentang Yesus yang mengajar dalam kitab-kitab Injil.

Dalam hal ini, penulis berterima kasih kepada semua dosen STT Simpson yang telah mengajarkan banyak hal sehingga pe-nulis dapat mepe-nulis buku ini. Terima kasih juga kepada Bapak Misthen Ginting, M.Pd.K. yang telah mendorong penulis untuk menerbitkan tulisan ini di Penerbit Kalam Hidup.

Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan di YAPINTU, baik yang di kantor –yang menjadi teman diskusi– maupun rekan-rekan di pedalaman Kalimantan yang berjuang mencerdaskan masyarakat dengan mengajar me-reka. Kesungguhan dan usaha rekan-rekan di ladang pelayanan mengajar penulis untuk terus meningkatkan diri dalam meng-ajar.

Tidak lupa, penulis juga berterima kasih kepada Ruat Diana, istri penulis, yang begitu sabar karena pada masa penyelesaian tulisan ini ia harus bergumul dengan kehamilan dan persiapan kelahiran anak pertama kami, Putu Pauline Darmawan. Dengan kerelaan hatinya, ia memberikan waktu bagi penulis untuk me-nyelesaikan tulisan ini.

(9)

Prakata

Doa saya, kiranya buku ini dapat mendorong para pembaca untuk terus meningkatkan keterampilan mengajarnya.

Tuhan Yesus memberkati kita semua.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... v

PRAKATA ... vii

PENDAHULUAN ... xv

1. Alkitab dan Mengajar ... 1

Pentingnya Mengajar ... 1

Mengajar Sebagaimana yang Diamanatkan Tuhan ... 3

Allah Mengajar Musa ... 4

Materi Pengajaran ... 5

Menerima Pengajaran ... 6

Mengajar Seperti Yesus ... 6

2. Menguasai Keterampilan Mengajar ... 15

Cara Menguasai Keterampilan Mengajar ... 15

Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran ... 18

Keterampilan Menjelaskan ... 20

Keterampilan Bertanya ... 21

Keterampilan Memberi Penguatan ... 22

Keterampilan Mengadakan Variasi ... 23

(12)

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan

Perseorangan ... 25

Keterampilan Mengelola Kelas ... 27

3. Model-model Metode Pembelajaran ... 29

Ceramah ... 32

Tanya Jawab ... 33

Simposium ... 36

Brainstorming ... 37

Studi Kasus ... 38

Diskusi ... 40

Peragaan Peran ... 42

Debat ... 43

Lokakarya ... 45

Berbagai Metode Lain ... 45

4. Media Pembelajaran ... 47

Manfaat Media dalam Pembelajaran ... 49

Penggolongan Media Pembelajaran ... 51

Pengembangan Media Pembelajaran ... 56

5. Proses dan Hasil Pembelajaran ... 61

Hakikat Proses Belajar ... 61

Peran Guru dalam Proses Belajar ... 65

Bentuk-bentuk Belajar ... 70

Motivasi Belajar ... 74

(13)

Daftar Isi

Hakikat Hasil Belajar ... 83

6. Penutup ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(14)
(15)

CONT

OH

tIDAK UNT

UK

DIPERJUALBELIKAN

PENDAHULUAN

Menurunnya mutu pendidikan di Indonesia terjadi karena ber-bagai permasalahan. Mengenai hal itu, Tholib Kasan mengutip pernyataan Yusuf Kalla,

“Coba bandingkan pendidikan kita sekarang dengan 20 tahun lalu. Pendidikan sekarang bukannya lebih baik, melainkan justru makin rendah (makin menurun).”1

Apa yang diungkapkan oleh Yusuf Kalla, entah pendapat tersebut didasarkan pada hasil penelitian, entah hanya se-buah pengamatan semata, sepertinya benar demikian. Penulis mengamati bahwa permasalahan-permasalahan yang terjadi da-lam pendidikan di Indonesia, di antaranya adalah permasalah-an kurikulum ypermasalah-ang terus berubah, kurpermasalah-ang memadainya berbagai sarana pendukung, dan kualitas guru yang masih harus ditingkat-kan.

Salah satu permasalahan yang berkaitan dengan guru ada-lah banyaknya guru yang tidak mengembangkan diri sebagai pendidik. Jika kondisinya demikian, kemerosotan pada mutu pendidikan akan terjadi, padahal peran guru sangat penting da-lam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Bila kita memerhatikan statistik yang dikeluarkan oleh International Human Development Indikator (IHDI), yang mem-berikan suatu ukuran gabungan dari tiga dimensi dasar

pem-1 Tholib Kasan, Dasar-dasar Pendidikan (Jakarta: Studia Press, 2009),

(16)

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

bangunan manusia, yaitu kesehatan, pendidikan, dan pendapat-an, indeks pembangunan manusia (human development indeks

– HDI) di Indonesia pada tahun 2011 berada pada peringkat 124 dari 187 negara dengan nilai 0,617. Dengan data pembanding HDI Asia Timur dan Pasifik sebagai daerah, angka itu meningkat dari 0,428 pada tahun 1980 menjadi 0,671 hingga hari ketika buku ini ditulis, dan menempatkan Indonesia di bawah rata-rata regional.2

Berdasarkan data statistik tersebut, tampaklah bahwa Indonesia mulai tertinggal dari negara-negara berkembang lainnya, termasuk dalam bidang pendidikan. Bila beberapa ta-hun yang lalu banyak warga negara asing yang datang untuk belajar di Indonesia, sekarang ini, karena mutu pendidikan kita jauh tertinggal, minat mereka untuk belajar di Indonesia pun berkurang.

Menurut John M. Nainggolan,

“Banyak pakar pendidikan mengemukakan pendapatnya tentang faktor penyebab dan solusi mengatasi kemerosotan mutu pendidikan di Indonesia. Pemerintah tidak berdiam diri sehingga tujuan nasional tercapai.”3

Namun, bila guru sebagai salah satu elemen penting dalam pendidikan tidak meningkatkan dirinya, kondisi pendidikan se-perti itu akan melahirkan generasi yang terbelakang serta kurang mampu bersaing.

2 International Human Development Indikator, http://hdr.undp.org,

diakses 1 Maret 2013.

3 John M. Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen (Bandung: Generasi

(17)

Pendahuluan

Berbagai terobosan diperlukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, termasuk di dalamnya kompetensi guru. Oleh sebab itu, berbagai pelatihan dan seminar diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas guru. Program sertifikasi guru pun dilaksanakan agar guru menjadi semakin terampil. Pertanyaannya adalah, apakah guru yang sudah ter-sertifikasi itu benar-benar mengembangkan dirinya dengan ber-kesinambungan atau hanya sekadar mengejar imbalan yang di-peroleh setelah tersertifikasi.

Perlu disadari bahwa masih ada permasalahan besar yang harus diselesaikan. Soerjono Soekanto, Lektor Kepala Sosiologi dan Hukum Adat di Universitas Indonesia, mengkritik guru-guru sebagai berikut.

a. Guru-guru terlampau tua, masih mengembangkan fa-voritisme terhadap murid-murid, dan hanya melakukan tugas mengajar sebagai pekerjaan rutin yang tidak berkem-bang.

b. Kebanyakan guru tidak mau mencari penyerasian diri de-ngan anak didik, tetapi cenderung senantiasa membenarkan nilai-nilai yang dianut oleh golongan tua.

c. Mata pelajaran yang diajarkan kebanyakan merupakan ma-ta pelajaran wajib sehingga tidak ada peluang untuk me-ngembangkan bakat.

d. Dalam proses belajar mengajar, lebih banyak diperguna-kan metode ceramah sehingga kemungkinan mengadadiperguna-kan diskusi dengan guru sedikit sekali.4

Kritik tersebut seharusnya menjadi pendorong bagi para guru sehingga mereka semakin berkembang. Salah satu kompetensi

4 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Graindo

(18)

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

guru, menurut E. Mulyasa, penulis Standar Kompentensi dan Sertifikasi Guru, adalah

“... guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang me-madai agar dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan profesional.”5

Seorang pengajar atau guru yang terampil tentunya menjadi harapan setiap muridnya. Tidak ada murid yang menginginkan guru yang membosankan. Drs. Dadang Sukirman, M.Pd., penulis

Landasan Pengembangan Kurikulum, menjelaskan,

“Mengajar merupakan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh guru, dosen, instruktur atau widyaiswara dalam mengatur dan me-ngelola lingkungan belajar untuk mendorong aktivitas belajar siswa/ pebelajar.”6

Jadi, mengajar bukanlah menjadikan murid sebagai duplikat guru, melainkan mendorong murid untuk mengembangkan diri dan lebih aktif dalam proses belajar. Kemajuan yang terjadi pada saat ini justru menuntut guru untuk memiliki keterampilan yang memadai sehingga dapat mengajar dengan maksimal.

Terampil itu dapat diartikan sebagai mampu, cekatan, ca-kap, atau sanggup dalam menjalankan tugas yang harus di-lakukan. Dengan demikian, terampil mengajar berarti memiliki kesanggupan, kecakapan, atau kemampuan dalam menjalankan tugas sebagai pengajar.

Guru yang terampil diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan, sebab

5 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertiikasi Guru (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 28.

6 Dadang Sukirman, "Keterampilan Dasar Mengajar", Makalah

(19)

Pendahuluan

“Dalam rangka mencapai mutu yang tinggi dalam bidang pendidikan, peranan guru sangatlah penting, bahkan sangat utama.”7

Jika guru dianggap memiliki peran yang sangat penting da-lam meningkatkan mutu pendidikan, tetapi belum meningkatkan keterampilannya dalam mengajar, peningkatan mutu pendidikan terhadap para muridnya tentu dapat terhambat. Oleh sebab itu, setiap guru dituntut untuk terus mengasah keterampilannya da-lam mengajar.

Guru yang membosankan adalah guru yang tidak ngembangkan keterampilan mengajarnya serta menjadikan me-tode mengajar sebagai meme-tode yang abadi. Bagaimana mungkin guru yang membosankan dalam mengajar dapat meningkatkan motivasi dan rasa ingin tahu muridnya? Bila murid kehilangan motivasi belajar, akan sangat sulit mencapai hasil sebagaimana yang diharapkannya.

Strategi pembelajaran sangat terkait dengan metode dan media pembelajaran. Dr. Stephen Tong menggambarkannya se-bagai berikut.

“Seorang guru bagaikan pemahat. Pada waktu ia memahat, ia me-miliki keterampilan, nilai seni, dan konsep keindahan, juga dilengkapi dengan alat-alat yang baik.”8

Metode dan media pembelajaran juga harus dilengkapi de-ngan keterampilan dasar. Jenis-jenis keterampilan dasar dalam mengajar merupakan kesatuan yang utuh, terintegrasi, dan sa-ling terkait.

7 Ravik Karsidi, "Profesionalisme Guru dan Peningkatan Mutu Pendidikan

di Era Otonomi Daerah". Makalah yang disampaikan dalam "Seminar Nasional Pendidikan Dewan Pendidikan Kabupaten Wonogiri" (2005), hlm. 5.

(20)

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

Keterampilan mengajar sangat terkait dengan membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan pelajaran, cara bertanya, mem-beri penguatan dalam pembelajaran, mengadakan berbagai va-riasi, membimbing diskusi kelompok kecil, dan mengelola kelas.

Dengan mempelajari, menerapkan, dan mengembangkan keterampilan mengajar, diharapkan guru menjadi pengajar yang terampil dan profesional dalam menjalankan tugasnya.

(21)

1

ALKITAB DAN

MENGAJAR

Alkitab merupakan dasar bagi pendidikan Kristen. Allah mem-berikan mandat yang seharusnya diemban gereja, hamba-hamba Tuhan, pengajar, dan setiap orang tua Kristen. Dalam Alkitab dijelaskan bahwa Allah sendiri merupakan Pengajar yang terampil. Dalam Keluaran 4:15 dijelaskan bahwa Allah meng-ambil peran sebagai Pengajar bagi Musa.

Pentingnya Mengajar

Salah satu penyebab merosotnya moral manusia pada masa kini, yang tidak dapat dipungkiri, adalah timbulnya masalah dalam pendidikan. Misalnya, anak-anak usia remaja lebih ter-tarik pada aktivitas di luar sekolah atau di luar kelas. Hal itu bisa jadi disebabkan kondisi atau situasi di dalam kelas yang kurang nyaman, membosankan, atau tidak berkembang.

(22)

memper-MENJADI GURU YANG TERAMPIL

baiki cara mengajarnya, semakin banyak murid yang memilih berada di luar sekolah, dan ada kemungkinan mereka bertindak brutal. Kondisi tersebut akan semakin buruk bila para orang tua yang berperan sebagai guru dalam konteks keluarga juga tidak mengajar anak-anaknya sebagaimana mestinya.

Alkitab, dalam kitab Keluaran, memberikan contoh penting terkait hal mengajar.

“Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilaku-kan” (Kel. 18:20).

Ayat tersebut merupakan nasihat atau pengajaran Yitro ke-pada Musa tentang bagaimana mengajarkan ketetapan-ketetap-an atau hukum kehidupketetapan-ketetap-an. Musa harus mengajarkketetapan-ketetap-annya kepada bangsa Israel yang jumlahnya sangat banyak itu, yang kadang-kadang di antara mereka sendiri timbul berbagai persoalan yang harus diatasi.

Jadi, Musa membutuhkan pemimpin-pemimpin kelompok kecil untuk membantunya menyelesaikan permasalahan yang ada. Untuk itu, ia harus mengajar pemimpin-pemimpin tersebut cara hidup sebagai umat Allah. Selanjutnya, para pemimpin yang dipilih untuk membantu Musa itu juga harus mengajar orang-orang yang dipimpinnya.

Pendidikan sangat penting karena di dalamnya terjadi proses memengaruhi, menuntun, dan menjadi petunjuk bagi orang yang dididik. Dalam konteks pendidikan Kristen, pendidikan merupakan sebuah proses memimpin orang kepada Kristus dan mendewasakan orang tersebut di dalam Kristus.

(23)

Alkitab dan Mengajar

akan Allah sehingga mereka menjadi semakin dewasa, hidup le-bih taat, lele-bih tertib, dan benar di dalam Tuhan.

Mengajar Sebagaimana yang

Diamanatkan Tuhan

Sebagai guru Kristen, baik sebagai guru yang mengajarkan pelajaran Agama Kristen maupun sebagai guru yang mengajar-kan pelajaran umum, ia harus memerhatimengajar-kan bahwa mengajar itu merupakan amanat atau perintah Tuhan. Dalam hal itu, setiap guru Kristen seharusnya menyadari bahwa Allah me-merintahkannya untuk mengajar sebagaimana dinyatakan da-lam Imamat 10:11,

“Dan haruslah kamu dapat mengajarkan kepada orang Israel segala ketetapan yang telah difirmankan TUHAN kepada mereka dengan perantaraan Musa.”

Adapun dalam Matius 28:19–20, dengan jelas Tuhan Yesus berfirman,

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptis-lah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajar-lah mereka melakukan segala sesuatu yang teajar-lah Kuperintahkan ke-padamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Tuhan Yesus memberikan amanat agar setiap orang Kristen melakukan pemuridan, terutama para guru, agar mereka meng-ajarkan segala yang telah diperintahkan Tuhan Yesus. Dalam ayat tersebut terkandung maksud bahwa guru-guru Kristen yang sudah dewasa harus mengajar orang Kristen baru.

(24)

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

“Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.”

Demikian juga dalam Ulangan 11:19 dituliskan demikian,

“Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan mem-bicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila eng-kau sedang dalam perjalanan, apabila engeng-kau berbaring dan apabila engkau bangun.”

Dari dua bagian firman Allah tersebut jelas bahwa firman Allah harus terus diajarkan kepada generasi penerus kita.

Allah Mengajar Musa

Dalam Alkitab, kita dapat melihat dengan jelas bahwa Allah berjanji untuk mengajar Musa supaya memiliki keberanian un-tuk menghadap Firaun. Namun, jauh sebelum Musa meng-hadap Firaun untuk membebaskan bangsa Israel, Allah juga “... mempersiapkan Musa menjadi pengajar melalui proses yang panjang, yaitu mulai dari istana Firaun (Kel. 2:22; 3:1–22; 4:1– 31).”1

Dalam Keluaran 4:15, dengan jelas Tuhan berfirman kepada Musa demikian,

“Maka engkau harus berbicara kepadanya dan menaruh perkataan itu ke dalam mulutnya; Aku akan menyertai lidahmu dan lidahnya dan mengajarkan kepada kamu apa yang harus kamu lakukan.”

Allah mengajar Musa bagaimana seharusnya bertindak, berbicara, dan menyatakan sikap terhadap Firaun maupun ter-hadap bangsa Israel.

1 Harianto G.P., "PAK dalam Perjanjian Lama", Diktat (Semarang: STBI,

(25)

Alkitab dan Mengajar

Materi Pengajaran

Setiap guru tentunya diharapkan memiliki kurikulum dan topik pelajaran. Namun, dalam pendidikan Kristen, beberapa kelompok mulai mengkritik Alkitab, bukannya menjadikan Al-kitab sebagai sumber utama pengajarannya. AlAl-kitab diukur dari sudut pandang manusia dan buku-buku, bukannya menjadi alat ukur hidup manusia. Padahal, Alkitab seharusnya dijadikan se-bagai referensi utama pembelajaran kehidupan manusia.

Alkitab memang tampak sebagai sebuah kitab yang kuno. Namun, harus disadari bahwa setiap kali menggali isinya, kita akan memperoleh pemahaman yang baru. Alkitab memiliki materi pembelajaran yang tidak terhingga banyaknya. Adapun topik-topik penting yang dapat diajarkan dari Alkitab adalah hukum Taurat (Kel. 24:12); peraturan dan ketetapan-ketetapan Tuhan (Ul. 4:1, 5, 14; 6:1, Mzm. 119:12, 26, 64, 68, 108, 124, 171); nyanyian-nyanyian (Ul. 31:19, 2 Sam. 1:18, Mzm. 60:1); jalan baik dan lurus (1 Sam. 12:23); hukum beribadah dan cara berbakti kepada Tuhan (2 Raj. 17:27–28, Luk. 11:1); jalan Tuhan (Mzm. 25:9, 15; 51); ketaatan kepada Tuhan (Mzm. 34:12); perbuatan-perbuatan yang dahsyat (Mzm. 45:5); hikmat dan nasihat (Mzm. 105:22, Rm. 15:14, Ef. 6:4); kebijaksanaan dan pengetahuan (Mzm. 119:66); iman (Ams. 22:19); perintah Tuhan (Mat. 28:20).

(26)

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

Sikap seorang murid ketika belajar adalah menerima dan menaruh apa yang dipelajarinya itu di dalam hati serta me-lakukannya (Ayb. 22:22). Memperoleh pengetahuan, tetapi ti-dak menyimpannya, titi-dak menaruhnya dalam hati, dan titi-dak melakukannya, itu berarti sama dengan membuang mutiara de-ngan begitu saja. Selain itu, menerima pengajaran memerlukan sikap kerendahan hati karena ada saatnya kita akan diajar oleh orang yang lebih muda usianya atau mungkin yang pen-didikannya lebih rendah daripada kita.

Ketika Tuhan Yesus mengajarkan firman Tuhan, para pen-dengar-Nya –yang usianya lebih tua daripada Dia– memberi respons yang baik dan menerima pengajaran-Nya (Mat. 7:28, 22:23, Mrk. 1:22, Luk. 4:32). Walaupun demikian, dalam be-berapa kasus ada juga dari para pendengar-Nya itu yang tidak mau mendengar pengajaran-Nya.

Dalam kehidupan jemaat mula-mula, mereka bertekun da-lam pengajaran rasul-rasul (Kis. 2:42; 5:42). Artinya, seorang murid harus memiliki ketekunan untuk terus belajar, demikian juga para pengajar.

Mengajar Seperti Yesus

Sebagai Guru, Tuhan Yesus memiliki kredibilitas. Pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah Guru itu tidak hanya berasal dari pengakuan diri-Nya sendiri (Mat. 23:8). Murid-murid-Nya pun mengakui bahwa Ia adalah Guru (Mat. 26:25, 49). Bahkan, tokoh-tokoh agama menyatakan bahwa Dia adalah Guru (Mat. 8:18, 12:15, 16, 38).

(27)

‘da-Alkitab dan Mengajar

tang sebagai guru yang diutus Allah’ (Yoh. 3:2). Wewenang-Nya meliputi pelbagai unsur. Ada unsur insani, ada pula unsur-unsur ilahi.”2

Yesus adalah Guru yang berbeda dengan guru-guru lainnya. Dalam banyak hal, Yesus mengajarkan keteladanan yang, jika diikuti, akan memberikan banyak pengertian dan pengalaman mengajar yang baru dan tidak akan ada habisnya bagi kita.

Dalam hal mengajar, Yesus melakukannya secara praktis dan menarik. Ia memulai pengajaran-Nya dengan memerhatikan butuhan para pendengar-Nya (Mat. 9:36), menghubungkan ke-benaran dengan kehidupan (perhatikan khotbah Yesus Kristus di bukit), dan menggunakan banyak perumpamaan (Mat. 13:34).

Yesus Kristus juga memiliki berbagai pola dan pendekatan dalam mengajar. Sasaran dan konteks pengajaran-Nya jelas. Selain itu, Ia pun menggunakan berbagai media untuk me-nyampaikan pengajaran-Nya. Bahkan, sebagai seorang Guru, Ia menyatakan kasih-Nya yang besar (Mat. 9:11–13, 36).

Yesus, Sang Guru Agung, menjadi Guru yang memberi inspirasi dan harus diteladani serta dipercayai. Apalagi, Yesus bukanlah Guru yang membosankan. Ia adalah Guru yang selalu mengajarkan sesuatu yang baru.

Berikut adalah beberapa cara Yesus mengajar yang patut kita teladani.

1. Mengajar Melalui Kehidupan-Nya

Sebagai seorang Guru, Yesus mengajar dengan tidak me-ngenal lelah. Ia terus berjalan dan mengajar di berbagai tempat dan kota. Ketika Ia mengajar, Ia menjadikan diri-Nya sebagai

(28)

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

teladan. Beberapa teladan dari kehidupan-Nya yang dapat kita pelajari adalah sebagai berikut.

a. Lemah Lembut dan Rendah Hati

Kelemahlembutan dan kerendahhatian Yesus itu mengajar-kan bagaimana kita harus hidup. Tidak hanya itu, kelemah-lembutan dan kerendahhatian-Nya juga menjadi teladan bagi setiap pengajar. Ia menasihati kita agar belajar kepada-Nya karena Ia lemah lembut dan rendah hati (Mat. 11:29–30). De-ngan mengikuti teladan-Nya, seorang pengajar akan memiliki ketenangan hidup dan aktivitas yang terarah.

b. Tidak Membatasi Pengajaran-Nya

Kota Samaria terletak di antara Galilea di bagian utara dan Yudea di bagian selatan. Orang Yahudi sangat membenci penduduk Samaria karena agama dan budaya yang berbeda. Oleh karena itu, telah menjadi kebiasaan bagi orang Yahudi untuk menghindari orang Samaria. Bahkan, mereka berusaha menghindari untuk masuk ke Kota Samaria. Adapun penduduk Samaria sendiri telah berbaur dengan bangsa-bangsa lain, ter-masuk dengan agama-agama mereka (2 Raj. 17:24–21).

Kedatangan Yesus ke kawasan Samaria dan pembicaraan-Nya dengan perempuan Samaria menjadi sesuatu yang menarik. Yesus, seorang Yahudi, mau berbicara dengan orang Samaria yang selama ini dihindari bangsa Israel (Yoh. 4). Itu merupakan sesuatu yang tidak lazim.

(29)

Alkitab dan Mengajar

Perempuan Samaria itu sedang menimba air ketika Yesus bertemu dengannya. Yesus kemudian meminta air kepadanya. Ia memberi tahu perempuan itu mengenai Air Kehidupan, serta menawarkan Air Kehidupan itu kepadanya (Yoh. 4:12–15).

Tentu saja hal itu menimbulkan rasa ingin tahu yang besar dari perempuan Samaria itu. Yesus berkata,

“Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa mi-num air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus me-mancar sampai kepada hidup yang kekal” (Yoh. 14:13–14).

Melalui perkataan-Nya itu, Yesus sebenarnya sedang meng-ajarkan kehidupan yang lebih baik dan yang kekal kepadanya. Sesungguhnya, Ia sedang membawa perempuan itu dari cara berpikir, berperilaku, dan bersikap yang lama menuju ke ke-hidupan baru (berpikir, berperilaku, dan bersikap yang memulia-kan Dia).

Dalam mengajar, hal-hal yang berkaitan dengan kebenaran harus disampaikan. Namun, dalam beberapa peristiwa di be-berapa tempat, demi menjaga pandangan orang lain, kebenaran tersebut malah dikesampingkan. Demikian juga dalam mengajar, kadang-kadang, hanya demi menyenangkan para pendengar, kebenaran yang seharusnya diajarkan sering dikesampingkan.

(30)

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

c. Memberi Teladan dalam Berdoa

Yesus, sebagai Guru, telah mengajar murid-murid-Nya untuk berdoa (Mat. 6:9–12). Namun, Yesus tidak hanya mengajarkan berdoa, Ia juga menjadi teladan dalam berdoa. Dalam Matius 11:25 dikatakan bahwa Yesus sendiri berdoa kepada Bapa. Sebelum Yesus ditangkap dan disalib, Ia berdoa kepada Bapa untuk memperoleh kekuatan dalam situasi yang sulit (Luk. 22:39–46). Markus juga mencatat bahwa Yesus bangun pagi-pagi benar dan berdoa (Mrk. 1:35). Oleh sebab itu, sebagai pengajar, kita patut meneladani Yesus untuk tetap memiliki waktu berdoa, untuk mencari inspirasi, dan untuk memperoleh hikmat serta kekuatan baru agar dapat mengajarkannya kembali kepada orang lain.

2. Menjadi Guru yang Tidak Membosankan

Ada berbagai macam metode yang digunakan Yesus da-lam mengajar. Ia tidak monoton dengan satu metode saja, te-tapi menggunakan berbagai metode untuk menyampaikan kebenaran-Nya. Yesus mengajar dengan menggunakan per-umpamaan-perumpamaan yang mengandung makna tertentu (Mat. 13:1–9; 13:36–43). Misalnya, Ia menggunakan benih yang sering dilihat dan ditabur petani, lalang, dan gandum yang ada di sekitar pendengar-Nya sebagai ilustrasi atau perumpamaan dalam mengajar. Dengan demikian, pendengar-Nya mengerti kebenaran firman Tuhan.

Contoh lain, ilustrasi tentang anak yang hilang (Luk. 15:13– 24) digunakan-Nya sebagai cara untuk menyampaikan anugerah Allah yang besar. Ia menggunakan cerita yang menarik sehingga orang tertarik mendengarnya.

(31)

di-Alkitab dan Mengajar

sampaikan-Nya, misalnya tentang garam dan pelita (Mat. 5:13– 16), burung pipit dan jumlah rambut (Mat. 10:29–31), atau buah dan pohon (Mat. 12:33–34; 16:1–4).

“Alat peraga digunakan Yesus dalam pengajaran-Nya walaupun alat peraga tidak menduduki tempat yang terutama dalam kegiatan-Nya. Ia berusaha menjadikan kebenaran secara konkrit dan hidup.”3

Selain alat peraga, Ia juga menggunakan metode peng-amatan. Ia berkata, “Lihatlah burung pipit, bunga bakung” (Mat. 6:26, 28–30).

Ketika Yesus berkhotbah di bukit (Mat. 5:3–12), Ia mengajar dengan cara yang puitis, yang menyentuh hati pendengarnya. Cara yang umum digunakan pada saat ini, seperti ceramah, pernah digunakan-Nya, yaitu ketika mengajar tentang hukum Taurat (Mat. 5:17–48).

Masih banyak metode lain yang digunakan Yesus untuk mengajar serta menyampaikan kebenaran firman Tuhan. Melalui penggunaan berbagai metode itu, Ia patut disebut sebagai Guru yang kreatif dan tidak membosankan.

3. Memulai dari Cara Berpikir Murid-murid-Nya

Dalam memulai pengajaran-Nya, Yesus lebih dahulu me-mahami cara berpikir orang yang menjadi lawan bicara-Nya. Lois E. Lebar mengungkapkan,

“Dia mengenal semua orang secara pribadi dan Dia mengetahui sifat manusia, apa yang ada dalam diri manusia pada umumnya (Yoh. 2:24–25). Dia mengajarkan kepada manusia kebenaran ‘sesuai pengertian mereka’” (Mrk. 4:33).4

3 Ibid., hlm. 106.

4 Lois E. Lebar, Education That Is Christian, terj. Jeffrey Tanalessy,

(32)

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

Yesus mengajar para murid-Nya dengan terlebih dahulu memahami cara berpikir mereka. Pengertian murid-murid-Nya dijadikan sebagai jembatan dan pintu masuk bagi pengajaran-Nya. J.M. Price menjelaskan,

“... guru yang berpengalaman itu lebih dahulu menyelidiki apa yang dipikirkan oleh muridnya, lalu mulai dengan hal itu.”5

Ketika Tomas meragukan Yesus, Ia mulai mengajarnya de-ngan berangkat dari cara berpikir Tomas (Yoh. 20:29). Ketika Yesus mengajar orang-orang yang memahami pertanian, Ia menggunakan perumpamaan tentang benih. Ketika Ia akan mengajarkan kepada seorang perempuan Samaria tentang Air Kehidupan, Ia mulai dengan meminta air kepada perempuan tersebut.

Sebelum mengajar lebih jauh, Ia selalu memulai dengan cara berpikir murid-murid-Nya. Yesus menggunakan apa saja sebagai pintu masuk pengajaran-Nya sehingga hal itu dapat dipahami pendengar-Nya.

4. Ia Menjalin Hubungan yang Baik dengan Murid-murid-Nya

Hubungan guru dengan murid memengaruhi berhasil atau tidaknya pengajaran. Jika hubungan guru dengan murid tidak baik, hal itu dapat menyebabkan murid enggan untuk sungguh-sungguh mengikuti proses belajar. John M. Nainggolan men-jelaskan,

“Sebagian besar waktu-Nya dihabiskan bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Yesus selalu berada di antara mereka, sehingga Yesus sangat mengenal karakter murid-murid-Nya.”6

(33)

Alkitab dan Mengajar

Yesus ingin murid-murid-Nya memaksimalkan saat Ia ber-sama-sama dengan mereka. Bahkan, Yesus sempat menegur murid-murid-Nya ketika mereka tertidur saat diminta berjaga-jaga pada waktu Yesus berdoa (Mat. 26:40). Sebagai Guru Agung, Yesus memiliki hubungan yang baik dengan murid-murid dan para pendengar-Nya. Yesus mengajar dengan membangun hubungan dengan murid-murid-Nya (Yoh. 21:15). Hubungan baik Yesus itu diperlihatkan-Nya dengan cara menegur murid-Nya (Mat. 16:23).

Hubungan baik antara Yesus dan murid-murid-Nya itu juga diperlihatkan-Nya dengan cara memberi pujian (Mat. 8:10; 16:17). Guru yang memiliki hubungan baik dengan murid-muridnya akan membangun persahabatan yang baik pula. Sang Guru Agung telah menunjukkan teladan itu (Mat. 9:9–10, Luk. 19:5).

Yesus, sebagai Guru, melakukan kontak dengan murid-murid-Nya. Dalam hal itu, pengertian murid tidak hanya dibatasi pada kedua belas murid, tetapi lebih luas lagi, yaitu pada setiap pendengar-Nya. Untuk mengajar secara maksimal, Yesus selalu melakukan kontak dengan murid-murid-Nya.

Lois E. Lebar menjelaskan terkait peristiwa itu.

“Yesus meludah di tanah, membuatnya menjadi tanah liat dan mengurapi mata orang buta itu dengan tanah liat. Tindakan untuk kepentingan orang buta ini selain kontak pribadi-Nya pasti telah membangkitkan akal budi dan perasaan orang itu.”7

Tindakan yang dilakukan Yesus memiliki tujuan penting yang bermuara pada pendengar-Nya. Ia ingin setiap pendengar dan murid-Nya memahami dengan baik apa yang diajarkan-Nya itu.

(34)

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

CONT

OH

tIDAK UNT

UK

DIPERJUALBELIKAN

5. Memiliki Karunia Mengajar

Yesus, sebagai Guru, memiliki karunia mengajar. Sebagian besar kegiatan pelayanan-Nya digunakan untuk mengajar. Ia pun mengajar dengan penuh kuasa (Mat. 7:28). Namun, tujuan-Nya mengajar bukanlah untuk memperoleh pujian bagi diri-tujuan-Nya sendiri, melainkan bagi Allah semata (Mat. 9:8).

“Ia tidak mengemukakan suatu prinsip ilmu jiwa, teori pendidikan, maupun ilmu mendidik; namun Ia menguasai unsur-unsur yang pen-ting dalam semua hal itu dan menggunakan hal-hal itu dengan baik sekali.”8

Yesus mengajar tidak hanya sekadar berteori, tetapi benar-benar disertai kuasa Allah. Hal itu terlihat ketika Ia mengusir se-tan (Mat. 9:32–33).

q

(35)

2

MENGUASAI

KETERAMPILAN

MENGAJAR

Sebagaimana telah diungkapkan pada pendahuluan buku ini, guru yang terampil tentunya menjadi harapan bagi setiap muridnya. Guru yang benar-benar terampil adalah guru yang menguasai keterampilannya. Sementara guru yang menguasai keterampilannya adalah guru yang terus melatih dan me-ngembangkan dirinya menjadi terampil mengajar. Lalu, bagai-mana caranya untuk menjadi terampil? Beberapa poin berikut akan menjelaskannya.

Cara Menguasai Keterampilan Mengajar

Ada beberapa cara untuk menguasai keterampilan mengajar. Cara-cara tersebut, antara lain, adalah sebagai berikut.

1. Menguasai Berbagai Jenis Keterampilan Mengajar

(36)

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

a. Keterampilan merumuskan tujuan pelajaran. Guru harus dapat merumuskan apa yang menjadi harapan dari kegiat-an belajar mengajar. Itu akkegiat-an menjadi pkegiat-andukegiat-an dalam pe-nyusunan bagian-bagian berikutnya.

b. Keterampilan menyusun materi pelajaran. Guru juga harus dapat menyusun materi pelajaran yang disesuaikan dengan tujuan pelajaran.

c. Keterampilan menggunakan berbagai metode mengajar. Metode pembelajaran memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran itu sangat memengaruhi penyampaian materi sehingga membutuhkan keterampilan guru dalam memilih metode yang tepat.

d. Keterampilan memilih dan menggunakan alat peraga meng-ajar. Alat peraga atau media pembelajaran merupakan sa-rana komunikasi antara guru sebagai pengirim pesan dan murid sebagai penerima pesan. Media pembelajaran dapat menghambat penyampaian pesan atau sebaliknya. Melalui media, justru penyampaian pesan itu akan dipermudah. Oleh sebab itu, keterampilan itu harus terus dikembangkan oleh guru yang bersangkutan.

2. Melatih Setiap Jenis Keterampilan secara Terpisah

Latihan berfungsi untuk mengasah keterampilan yang telah dipelajari dan diketahui. Dalam hal itu, guru harus melakukan latihan secara rutin serta mengevaluasi kembali setiap latihan yang telah dilakukannya. Melalui evaluasi itu, diharapkan ia da-pat mengetahui sejauh mana perkembangan keterampilan yang telah dipelajari dan dilatihnya.

(37)

Menguasai Keterampilan Mengajar

intrinsik dapat berasal dari kesadaran diri sendiri, keinginan un-tuk dihargai. Motivasi ekstrinsik dapat terjadi karena adanya tekanan dari luar, kompetisi lingkungan sosial, dan sebagainya.

Sekecil apa pun kecerdasan yang dimiliki manusia, di dalam-nya tetap terdapat kreativitas yang harus dikembangkan, dan tanpa dibatasi waktu. Artinya, seminim apa pun keterampilan yang dimiliki seorang guru, akan memberi dampak yang baik jika terus dilatih. Hanya memang diperlukan motivasi lebih un-tuk terus melatih diri.

Latihan merupakan sebuah proses belajar yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan yang positif. Menurut Mulyati,

“... belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.”1

Untuk menjadi lebih terampil, guru harus lebih mengasah keterampilannya karena untuk menjadi terampil tidak timbul de-ngan sendirinya.

3. Mempraktikkan Keterampilan Dasar Mengajar

Memiliki pengetahuan dan keterampilan tanpa mempraktik-kannya tidak ada manfaatnya. Setiap pengetahuan dan ke-terampilan itu bermuara pada penerapan atau praktik. Melalui praktik, kita dapat mengevaluasi perkembangan keterampilan yang telah dipelajari. Hisyam Zaini menyarankan, “Untuk mem-praktekkan satu strategi, carilah materi yang betul-betul sesuai.”2

1 Mulyati, Psikologi Belajar (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005), hlm.5. 2 Hisyam Zaini, et al. Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: Insan

(38)

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

Kesesuaian materi dengan metode yang akan dipakai akan menolong dan mempermudah praktik serta tepat guna. Mem-praktikkan apa yang telah dipelajari adalah bagian penting dari pembelajaran. Stephen Tong mengatakan,

“Inilah belajar melalui melakukan (‘Learning by Doing’ –aspek praksis). Pada saat Saudara mempraktekkannya, baru Saudara bel-ajar sesuatu.”3

Keterampilan Membuka dan

Menutup Pelajaran

Membuka dan menutup pelajaran memiliki peran penting dalam proses belajar mengajar.

1. Membuka Pelajaran

Seorang guru yang memasuki kelas tanpa persiapan bagai-mana seharusnya membuka kelas, dapat menyebabkan murid merasa kaget. Oleh sebab itu, seorang guru harus memiliki keterampilan untuk membuka kelasnya. Seperti diungkapkan Moh. Uzer Usman,

“Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru pada awal jam pelajaran, tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu.”4

Tujuan menguasai keterampilan dalam membuka pelajaran adalah untuk

a. menciptakan prakondisi agar mental dan perhatian murid tertuju pada materi pelajaran yang akan dipelajari mereka;

3 Stephen Tong, Arsitek Jiwa II (Jakarta: LRII, 1995), hlm. 57.

4 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Edisi II, Bandung: PT

(39)

Menguasai Keterampilan Mengajar

b. menyiapkan mental murid agar ikut terlibat dalam mata pel-ajaran yang akan dibahas dan membangkitkan minat serta pemusatan perhatian murid pada materi pelajaran.

Komponen-komponen yang berkaitan dengan membuka pelajaran adalah

a. menarik perhatian murid;

b. menimbulkan motivasi murid dalam mengikuti pelajaran;

c. memberi acuan;

d. membuat kaitan.

Dalam sebuah iklan televisi ada ungkapan yang berbunyi de-mikian, “Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda.”

Dalam mengajar pun demikian. Kesan pertama adalah ketika guru memulai pelajaran. Ia harus dapat memengaruhi kegiatan belajar selanjutnya. Dalam hal itu, guru mengarahkan muridnya agar tertarik pada materi yang akan disampaikannya.

2. Menutup Pelajaran

Kegiatan “menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar-mengajar.”5 Tujuan memiliki keterampilan menutup

pel-ajaran adalah

a. untuk memusatkan perhatian murid pada akhir kegiatan atau pelajaran, misalnya merangkum atau membuat garis besar materi yang baru saja dibahas;

b. mengonsolidasikan perhatian murid pada hal-hal pokok da-lam pelajaran yang sudah dipelajari;

(40)

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

c. mengorganisasikan semua kegiatan atau pelajaran yang te-lah dipelajari menjadi satu kebulatan yang bermakna untuk memahami esensi pelajaran itu.

Komponen-komponen penting dalam menutup pelajaran adalah

a. meninjau kembali apa yang telah diajarkan;

b. mengadakan evaluasi penguasaan murid terhadap apa yang telah dipelajari;

c. memberikan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi pelajaran.

Keterampilan Menjelaskan

Pengertian “keterampilan menjelaskan” dalam kaitannya de-ngan kegiatan pembelajaran adalah mengacu pada perbuatan mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana dan sistematis sehingga dalam penyajiannya murid dapat memahami dengan mudah. Moh. Uzer Usman menjelas-kan,

“Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran ialah menyajikan informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau de-ngan sesuatu yang belum diketahui.”6

Dalam menjelaskan pelajaran, seorang guru harus memiliki kepercayaan diri. B.S. Sidjabat menuliskan,

“Yang terpenting di sini ialah masalah kepercayaan diri. Guru yang memiliki kepercayaan diri akan nampak tidak canggung di dalam interaksinya dengan peserta didik.”7

6 Ibid., hlm. 88-89.

(41)

Menguasai Keterampilan Mengajar

CONT

OH

tIDAK UNT

UK

DIPERJUALBELIKAN

Kepercayaan diri itu mendukung guru untuk lebih maksimal dalam mengajar.

Komponen keterampilan menjelaskan pelajaran adalah se-bagai berikut.

1. Keterampilan Merencanakan Penjelasan

a. isi pesan yang dipilih dan disusun secara sistematis disertai dengan contoh-contoh;

b. hal-hal yang berkaitan dengan murid.

2. Keterampilan Menyajikan Penjelasan

Hal tersebut meliputi kejelasan, penggunaan contoh dan ilus-trasi yang mengikuti pola induktif serta deduktif, dan memberi penekanan pada bagian-bagian yang penting.

Prinsip-prinsip penggunaan keterampilan tersebut adalah

a. adanya relevansi antara penjelasan dan tujuan pem-belajaran;

b. sesuai dengan keperluan;

c. mengingat latar belakang dan kemampuan murid;

d. diberikan secara spontan atau sesuai dengan rencana yang telah disiapkan;

e. isi penjelasan bermakna bagi murid.

Keterampilan Bertanya

Pada hakikatnya, dengan bertanya kita akan mengetahui dan mendapatkan informasi tentang apa saja yang ingin kita ke-tahui.

(42)

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

“Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan pen-ting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pe-lontaran yang tepat pula akan memberikan dampak positif terhadap siswa.”8

Jika dikaitkan dengan proses pembelajaran, kegiatan ber-tanya jawab antara guru dan murid serta antarmurid itu me-nunjukkan adanya interaksi di kelas yang dinamis dan multiarah. Selain menunjukkan interaksi antara guru dan murid, bertanya juga dapat memperoleh berbagai jawaban yang paling akhir, mendalam, dan benar.

Keterampilan Memberi Penguatan

Penguatan adalah respons terhadap suatu perilaku yang da-pat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Sementara itu, Moh. Uzer Usman mengatakan,

“Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang ber-tujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindakan dorongan ataupun koreksi.”9

Jika mengacu pada penjelasan Moh. Uzer Usman, terdapat dua jenis penguatan, yaitu penguatan secara verbal dan penguat-an secara nonverbal. Penguatpenguat-an verbal berarti penguatpenguat-an lispenguat-an (kata/kalimat). Sementara itu, penguatan nonverbal adalah dengan cara pendekatan, mimik, dan kegiatan. Penguatan di-gunakan untuk memerhatikan siapa sasarannya. Teknik pe-laksanaannya adalah dengan hangat, penuh semangat, ber-makna bagi murid, serta memilih kata/kalimat yang tepat.

(43)

Menguasai Keterampilan Mengajar

Variasi mengandung makna perbedaan. Dalam kegiatan pembelajaran, pengertian variasi merujuk pada tindakan dan per-buatan fasilitator/dosen, yang disengaja ataupun secara spontan. Hal itu dimaksudkan untuk memacu dan mengikat perhatian murid selama pelajaran berlangsung. Tujuan utama fasilitator/ dosen mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran adalah untuk mengurangi kebosanan murid sehingga perhatian mereka tetap terpusat pada pelajaran. E. Mulyasa mengungkapkan tuju-an variasi adalah untuk

1. meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi stan-dar yang relevan;

2. memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik terhadap berbagai hal baru dalam pembelajaran;

3. memupuk perilaku positif peserta didik terhadap pembel-ajaran;

4. memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar se-suai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya.10

Keterampilan mengadakan variasi terdiri atas

a. variasi gaya mengajar, yang meliputi suara, jeda, gerak, dan kontak mata,

b. variasi pengalihan penggunaan indra, yang dapat dilakukan dengan pemanipulasian indra pendengar, pelihat, pencium, peraba, dan perasa. Komponen variasi itu erat kaitannya dengan variasi penggunaan media atau alat bantu pem-belajaran,

(44)

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

c. variasi pola interaksi, yang mencakup pola hubungan guru dan murid,

d. variasi kegiatan, yang dapat dilakukan dengan mengganti metode (diskusi, simulasi, dan demo).

Bila kita meneladani Yesus, Sang Guru Agung, dalam me-nyampaikan pengajaran-Nya, Ia pun menggunakan cara men-gajar dengan berbagai variasi, tidak monoton. Ia memakai berbagai perumpamaan dan media. Murid-murid yang meng-ikuti-Nya pun tampak tidak merasa bosan mendengar peng-ajaran-Nya. Di mana Ia mengajar, di sana pula banyak orang berkumpul untuk mendengarkan Dia.

Keterampilan Membimbing Diskusi

Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu format pem-belajaran yang memiliki ciri-ciri

1. melibatkan 3–9 orang murid dalam setiap kelompoknya; 2. memunyai tujuan yang mengikat;

3. berlangsung dalam interaksi tatap muka yang informal; 4. berlangsung menurut proses yang sistematis.

Komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok ke-cil adalah

a. memusatkan perhatian murid,

b. memperjelas pendapat murid,

c. menganalisis pandangan murid,

d. meningkatkan kontribusi murid,

e. mendistribusikan pandangan murid, dan

(45)

Menguasai Keterampilan Mengajar

CONT

OH

tIDAK UNT

UK

DIPERJUALBELIKAN

Penggunaannya adalah sebagai berikut.

1) Latar belakang pengetahuan di antara para anggota ke-lompok harus memiliki kesamaan;

2) Semua anggota diskusi kelompok harus mampu mengemuka-kan pendapatnya secara lisan.

3) Topik yang dibahas harus bersifat terbuka untuk menampung banyak pendapat.

4) Diskusi harus berlangsung dalam suasana keterbukaan.

5) Pelaksanaan diskusi harus mengingat keunggulan dan ke-lemahannya.

6) Diskusi memerlukan perencanaan dan persiapan yang ma-tang.

7) Guru harus mampu mencegah timbulnya hal-hal yang dapat menghambat jalannya diskusi.

Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil

dan Perseorangan

Mengajar kelompok kecil dan perseorangan merupakan ben-tuk mengajar biasa. Dalam kelompok kecil tersebut, fasilitator/ dosen dalam waktu yang sama dapat menghadapi beberapa kelompok kecil, dan beberapa orang murid yang bekerja atau belajar secara peseorangan. Lois E. Lebar mengungkapkan, “Mengajar yang paling baik adalah mengajar sebuah kelompok kecil yang intim di mana interaksi langsung dimungkinkan.”11

(46)

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

Pendapat yang senada juga diungkapkan oleh B.S. Sidjabat, “Kelompok kecil memiliki fungsi sosial dan sekaligus makna edu-katif.”12

Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan per-seorangan, antara lain, adalah sebagai berikut.

1. Keterampilan mengadakan pendekatan pribadi. Guru me-nunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku murid, kemudian mendengarkan dengan pe-nuh simpati atas gagasan yang dikemukakan murid. Da-lam melakukan pendekatan pribadi kepada murid, guru merespons secara positif pendapat murid, membangun hubungan berdasarkan rasa saling percaya, menunjukkan bahwa guru siap untuk membantu, serta memiliki kesediaan untuk mendengar ungkapan hati murid dengan penuh pengertian. Guru harus berusaha mengendalikan situasi se-hingga murid merasa aman, terbantu, dan mampu menemu-kan pemecahan masalah yang dihadapinya. Usahamenemu-kan agar murid merasa nyaman dalam kegiatan pembelajaran.

2. Keterampilan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Dalam mengorganisasikan kegiatan pembelajaran, guru memberikan orientasi umum kepada murid tentang tujuan, tugas, dan cara mengerjakannya. Guru juga membuat variasi kegiatan untuk mencegah timbulnya rasa bosan murid dalam belajar. Bila kelas memerlukan pembentukan kelompok, guru diharapkan membentuk kelompok yang tepat. Bila proses pembelajaran memerlukan koordinasi dengan kegiatan yang lain, guru dituntut lebih cepat mengoordinasikan kegiatan antara yang satu dan yang lain. Agar proses pembelajaran berhasil, guru diharapkan dapat membagi perhatian pada berbagai tugas dengan kebutuhan murid. Bagian penting

(47)

Menguasai Keterampilan Mengajar

CONT

OH

tIDAK UNT

UK

DIPERJUALBELIKAN

lainnya dalam mengorganisasikan kegiatan pembelajaran adalah mengakhiri kegiatan pada titik yang direncanakan.

3. Tidak semua murid dapat belajar dengan baik. Oleh sebab itu, keterampilan guru untuk mengatasi masalah itu sangat diperlukan. Guru perlu memiliki keterampilan membimbing dan memberi kemudahan belajar sehingga dapat memberi penguatan secara tepat. Dalam hal itu, guru melaksanakan supervisi proses awal dan melaksanakan supervisi proses lanjut, serta melaksanakan supervisi pemaduan.

4. Keterampilan merancang dan melaksanakan kegiatan pem-belajaran itu adalah untuk

a. membantu murid menetapkan tujuan belajar,

b. merancang kegiatan belajar,

c. bertindak sebagai penasihat murid, dan

d. membantu murid menilai kemajuan belajarnya sendiri.

Keterampilan Mengelola Kelas

Pengelolaan kelas adalah kegiatan-kegiatan untuk me-ngembangkan tingkah laku murid yang diinginkan, mengulang, atau menghilangkan tingkah laku yang tidak diinginkan, dengan hubungan-hubungan interpersonal dan iklim sosio-emosional yang positif, serta mengembangkan dan mempermudah orga-nisasi kelas yang efektif. B.S. Sidjabat mengungkapkan, “Pe-ngelolaan ini merupakan tugas organisatoris dan manajerial setiap guru. Dengan kata lain guru adalah 'manajer.'”13

(48)

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

Tujuan guru mengelola kelas adalah agar semua murid yang ada di dalam kelas dapat belajar dengan maksimal, mengatur sarana pembelajaran, serta mengendalikan suasana belajar yang menyenangkan sehingga tujuan belajar tercapai. Berikut adalah komponen utama dalam pengelolaan kelas.

1. Keterampilan yang berhubungan dengan tindakan preventif berupa penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar. Tindakan-tindakan tersebut, di antaranya adalah

a. menunjukkan sikap tanggap,

b. membagi perhatian secara visual dan verbal,

c. memusatkan perhatian kelompok,

d. memberi petunjuk yang jelas,

e. menegur, dan

f. menguatkan.

2. Keterampilan yang berkembang dengan tindakan kreatif berupa pengembalian kondisi belajar yang optimal. Kon-disi belajar dapat mengalami situasi yang tidak normal. Misalnya, di dalam kelas terdapat murid yang tingkah laku-nya mengganggu murid yang lain. Menghadapi masalah semacam itu, guru dapat melakukan pengelolaan/proses kelompok. Kelas dibagi ke dalam kelompok yang lebih ke-cil yang dikelola oleh seorang guru pembantu. Guru juga harus menemukan penyebab anak tersebut bertingkah laku yang menimbulkan masalah, serta mengatasi permasalahan tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan lembar penilaian aktivitas siswa, perolehan skor aktivitas siswa adalah 28 dengan kategori sangat baik. Aktivitas siswa yang memperoleh penilaian

Hasil survei yang dilakukan oleh Lingkaran Survey Indonesia (LSI) di atas menunjukkan jika fanatisme masyarakat Indonesia terhadap kelompok Shî„ah masih sangat

Kuliah ini bertujuan untuk memberikan konsep dan pengetahuan dasar mengenai metoda pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan pengenalan terhadap peralatan konstruksi yang umum

1. Berfokus pada keluarga, outcomes harus ditujukan kepada keadaan keluarga “apa” yang harus dilakukan keluarga, kapan, dan sejauh mana tindakan akan

Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah

Hasil data analisis stabilitas antara formula I, II, dan III menunjukan nilai P pada hari ke-30 sebesar 0,101 dimana nilai tersebut lebih besar dari taraf signifikan α =

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VIII B SMPK Santo Stanislaus 1 Surabaya Pada Pokok Bahasan

Di mana asuransi ta’awuni menjadi jalan yang dibolehkan untuk mencari keuntungan secara halal, hal tersebut dengan cara perusahaan asuransi bertindak sebagai wakil