• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah B.Indo Kel.6 Sastra Inggris

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah B.Indo Kel.6 Sastra Inggris"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH BAHASA

INDONESIA

PENGUNAAN DIKSI DAN

KALIMAT

PRODI SASTRA INGGRIS

KELOMPOK:

FUNGKY RAHMANTO (100117A001) MATSNAA FAUZIAH (100117A005)

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah semata yanga telah memberikan dan mengajarkan manusia dengan qalam dan mengajarkan manusia apa yang belum diketahuinya, serta berkat rahmat dan hidayah-Nya pada akhirrnya penyusun dapat menyelesaikan penulisan ini, yang berjudul ”Penggunaan Diksi dan Kalimat”.

Shalawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada sang pendidik manusia, yang telah membawa manusia dari alam kebodohan kepada alam yang terang benderang oleh ilmu pengetahuan yakni Nabi Besar Muhammad SAW. Tidak lupa shalawat dan salam

semoga tercurah kepada keluarganya, para sahabatnya, para tabiin dan tabiut tabiin serta kepada umatnya yang selalu berpegang teguh menjalankan ajarannya.

Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, Dosen pembimbing dan semua pihak yang telah membantu dan memotivasi penyusun dalam penulisan makalah ini, mudah-mudahan apa yang telah diberikan dibalas oleh Allah SWT. Aamiin.

Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi bahasa maupun dari segi pembahasannya, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca akan memperbaiki penulisan ini.

(3)
(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...iii

B. Rumusan Masalah ...iv

C. Tujuan ...iv

D. Manfaat ...iv

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Diksi... 1

B. Fungsi Diksi ... 4

C. Syarat-syarat Pemilihan Kata... 4

A. Pengertian Kalimat... 9

B. Pola Kalimat ... 11

C. Kalimat Pasif dan Negatif ... 13

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ...15

B. Daftar Pustaka ...16

(5)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah sampai tertinggi adalah kata, frase, klausa, kalimat. Ketika anda menulis dan berbicara, kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya ide dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata-kata yang digunakan dalam komunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Tidak dibenarkan menggunakan kata-kata dengan sesuka hati, tetapi harus mengikuti kaidah-kaidah yang benar.

Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus-menerus dalam bentuk tulisan yang teratur yang mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan,

perasaan(ekspresif). Untuk itu penulis atau pengarang membutuhkan keterampilan dalam hal struktur bahasa dan kosa kata. Yang terpenting dalam menulis adalah penguasaan kosa kata yang merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam membuat suatu tulisan atau karangan tidak dapat diabaikan demi menghasilkan tulisan yang mudah dimengerti.

Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang dalam mengggambarkan “cerita” pengarang. Walaupun dapat diartikan begitu, diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau mengungkapkan gagasan pengarang, tetapi juga meliputi gaya bahasa,

ungkapan-ungkapan.

B. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Pengertian diksi atau pilihan kata dalam bahasa Indonesia

2. Pengertian kalimat

(6)
(7)

C. Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui arti diksi atau pilihan kata dan kalimat efektif dalam bahasa Indonesia dan menghasilkan tulisan yang indah, enak dibaca, dan mudah dipahami pada setiap kata yang ingin disampaikan.

D. Manfaat

Manfaat dibuatnya makalah ini adalah, sebagai berikut:

1. Mahasiswa dapat mengetahui pilihan kata yang baik dalam pengolahan kata.

2. Menguasai berbagai macam kosakata dan mempu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi kalimat yang jelas, efektif dan efisien.

3. Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.

(8)
(9)

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Diksi atau Pilihan Kata

Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata, gaya bahasa, ungkapan-ungkapan pengarang untuk mengungkapkan suatu gagasan atau sebuah cerita. Akan tetapi, Terdapat beberapa pengertian mengenai diksi atau pilihan kata yaitu:

(1) Diksi atau pilihan kata adalah hasil dari upaya memilih kata yang tepat untuk dipakai dalam suatu tuturan bahasa.

(2) Diksi berarti "pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang

diharapkan)”

(3) Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan.

(4) Diksi atau pilihan kata adalah upaya pemilihan kata yang benar untuk mencapai suatu makna yang tepat.

Agar menghasilkan cerita yang menarik, diksi atau pemilihan kata harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan gagasan. Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing yang

mengandung akhiran asing tersebut. Perhatikan penggunaan : idiom-idiomatic, progres-progresif, kultur-kultural, dan sebagainya.

2. Pengarang harus memiliki kemampuan dalam membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna, sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembaca. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri. Kata baru biasanya muncul untuk pertama kali karna dipakai oleh orang-orang terkenal atau pengarang terkenal. Bila anggota masyarakat lainnya menerima kata itu, maka lama-kelamaan kata itu akan menjadi milik masyarakat. Neologisme atau kata baru atau penggunaan sebuah kata lama dengan makna dan fungsi yang baru termasuk dalam kelompok ini.

(10)

3. Menguasai berbagai macam kosakata dan mempu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi kalimat yang jelas, efektif, dan efisien.

4. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi

5. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim

6. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya. Misalnya : bahwa-bawah-bawa, proposisi-preposisi, korparasi-koperasi, dan sebagainya.

7. Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat.

8.

14. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis :  ingat akan bukan ingat terhadap;

 berharap,

15. berharap akan, bukan

mengharap akan; 16. mengharapkan  berbahaya,

17. berbahaya bagi, bukan membahayakan bagi sesuatu;

18. 19.

20. Membedakan kata umum dan kata khusus. Kata umum digunakan untuk mengungkapkan gagasan atau ide yang umum, sedangkan kata khusus digunakan untuk seluk beluknya atau perinciannya

Contoh paragraf : 21.

2 1. Pasangan yang

tepat

2. Pasangan yang tidak tepat

3. antara...dengan... 4. antara....dan.... 5. tidak...melainkan..

...

6. tidak...tetapi....

(11)

1. Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan teman-temanku. Udara di sana sangat sejuk. Kami bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak lama kemudian.

(12)

3. kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang hari di sana. Kami pulang dengan hati senang.

22.

23. Kedua paragraf diatas memiliki makna yang sama, tetapi dalam pemilihan kata atau diksi, paragraf kedua lebih menarik bagi pembaca karena enak dibaca dan tidak

membosankan. 24.

 Macam macam hubungan makna : 25.

1) Sinonim

Merupakan kata-kata yang memiliki persamaan / kemiripan makna. Sinonim sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Contoh: Kata buruk dan jelek, mati dan wafat.

2) Antonim.

Merupakan ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna /ungkapan lain. Contoh: Kata bagus berantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim dengan kata kecil.

3) Polisemi.

Adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Contoh: Kata kepala bermakna ; bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan, bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan, seperti kepala susu, kepala meja,dan kepala kereta api, bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, kepala paku dan kepala jarum dan Iain-lain.

4) Hiponim.

Adalah suatu kata yang yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain, sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan. Contoh : kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan, sebab makna tongkol termasuk makna ikan. 5) Hipernim.

Merupakan suatu kata yang mencakup makna kata lain. 6) Homonim.

Merupakan kata-kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi namun berbeda arti.

(13)

7) Homofon.

Merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama tetapi ejaan dan artinya berbeda. 8) Homograf.

Merupakan kata-kata yang memiliki tulisan yang sama tetapi bunyi dan artinya berbeda.

9)

B. Fungsi Diksi

10) Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep, pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi diksi antara lain :

11) a. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal. 12) b. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.

13) c. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar. 14) d. Mencegah perbedaan penafsiran.

15) e. Mencagah salah pemahaman.

16) f. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi. 17)

18) C. Syarat-Syarat Pemilihan Kata

19) 1. Makna Denotatif dan Konotatif

Makna denotatif adalah makna kata sebenarnya, makna kata secara wajar, secara apa adanya, atau disebut juga makna leksikal, yaitu makna seperti yang terdapat dalam kamus. Dengan kata lain, makna denotatif itu adalah makna yang lebih dekat dengan bendanya, atau makna harfiahnya. Kata gerombolan, misalnya bermakna ‘kelompok, kumpulan’. Makna kata seperti itu adalah makna denotasi atau makna sebenarnya. Contoh :

 Pohon jambu yang dicangkoknya sudah mulai berbuah.  Warna baju anak itu hijau.

 Anak yang kekurangan darah lebih baik makan hati ayam atau hati sapi

setiap hari.

20) Kata berbuah, hijau, dan makan hati mengandung makna denotatif atau makna sebenarnya.

21)

Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi dan kriteria tambahan yang diberikan pada sebuah

(14)

 makna leksikal. Jadi, makna konotatif adalah makna tambahan, yaitu makna yang

diluar makna sebenarnya atau makna kiasan. Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna yang bertautan dengan nilai rasa. Kata gerombolan, misalnya selain bermakna ‘kumpulan, kelompok orang’ juga bermakna ‘pemberontak, penjahat’. Makna yang terakhir itu adalah makna tambahan, makna kiasan, atau makna yang bertautan dengan nilai rasa (konotatif). Contoh :

 Pakerjaannya menjadi buah bibir masyarakat.  Dalam hidup berkeluarga saya masih hijau.

 Ibu yang malang itu makan hati karena kelakuan anaknya yang tak tahu

diri itu.

22) Kata buah bibir, masih hijau dan makan hati mengandung makna konotatif, yaitu makna tambahan, makna kiasan atau makna baru yang bukan sebenarnya. 23)

24)Makna Denotatif 25)Makna Konotatif 26) Makna yang sesuai dengan

makna asli.

27) Maknanya kiasan.

28) Tidak menimbulkan penafsiran ganda bagi pembaca.

29) Sering kali membingungkan para pembaca dalam menemukan makna. 30) Seringkali dijumpai dalam

penulisan karya ilmiah.

31) Sangat sering dijumpai dalam karya sastra, misalnya puisi, cerpen, dan lain sebagainya.

32) 33)

34) 2. Makna Umum dan Makna Khusus

35) Kata umum adalah kata yang acuannya lebih luas. Kata khusus adalah kata yang acuannya lebih sempit atau khusus. Misalnya ikan termasuk kata umum, sedangkan kata khusus dari ikan adalah mujair, lele, gurami, gabus, koi. Contoh lainnya misalnya lele dapat menjadi kata umum, jika kata khususnya adalah lele lokal, lele dumbo.

Contoh kata umum dan khusus

36) Sangat

43) Pohon asam dibelakang rumah

44) Penjahat 45) Pencuri 46) Pencopet 47) Orang yang mencopet dompet saya

(15)

48) Kendaraan 49) Mobil 50) Sedan 51) Mobil sedan milik Pak Ali

52) Olahragawa n

53) Pemain bola 54) Gelandang 55) Ali

56) Binatang 57) Anjing 58) Herder 59) Nero 60)

4. Kata Konkrit dan Kata Abstrak

61) Kata konkrit adalah kata yang acuannya dapat diserap oleh pancaindra. Misalnya meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Sedangkan kata abstrak adalah kata yang acuannya sulit diserap oleh pancaindra. Misalnya

perdamaian, gagasan. Kegunaan kata abstrak untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak dapat membedakan secara halus antara gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Pemakaian kata abstrak yang banyak pada suatu karangan akan menjadikan karangan tersebut tidak jelas dalam menyampikan gagasan penulis.

62)4. Sinonim

63) Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Misalnya kata cermat dan cerdik yang keduanya bersinonim, tetapi keduanya tidaklah sama persis.

64)5. Kata Ilmiah dan Kata Populer

65) Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum pelajar dalam berkomunikasi maupun dalam tulisan-tulisan ilmiah seperti karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis, desertasi. Selain itu digunakan pada acara-acara resmi. Kata popular adalah kata yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari masyarakat umum.Berikut adalah contoh dari kata-kata tersebut :

66) Kata Ilmiah 67) Kata Popular

68) Analogi 69) kiasan

70) Final 71) akhir

72) Diskriminasi 73) perbedaan perlakuan 74) Prediksi 75) ramalan 76)

(16)

78)8 79) 6. Pemakaian Kata

80) Masalah pemakaian kata atau pemilihan kata adalah masalah yang sangat penting dalam berbahasa. Kesalahan pemakaian kata tidak jarang menimbulkan kerancuan bahasa, ketidakjelasan makna, bahkan kesalahan pengertian.

81) Masalah diksi adalah masalah yang cakup pembicaraannya lebih luas. Misalnya, menyangkut pemakaian kata secara tidak tepat. Yang pertama akan dimulai dengan pemakaian kata tugas dengan yang penggunaannya sering tidak tepat, atau kadang yang seharusnya kata itu dipakai malah tidak dipakai atau sebaliknya. Kata dengan digunakan untuk menandai beberapa makna. Yang pertama ialah makna yang menyatakan sebagai alat. Contoh :

 Gadis itu berjalan dengan tongkat.

 Pohon itu ditebang dengan gergaji mesin.

82) Pada contoh kalimat itu, alat yang dipergunakan berupa benda konkret, tetapi dapat juga digunakan benda abstrak, seperti contoh berikut :

 Protes mahasiswa dilakukan dengan tertib.

 Pemindahan penduduk tidak akan dilakukan dengan kekerasan.

83) Makna kedua adalah makna yang menyatakan kebersamaan. Makna itu terdapat pada ujaran yang menyatakan bahwa para pelaku mengambil bagian pada peristiwa yang sama. Contoh :

 Bidi pergi memancing dengan teman-temannya.  Ayahnya melarang dia berteman dengan pemabuk.

84) Yang ketiga makna ‘kesertaan’. Makna yang mirip dengan ‘kebersamaan’ ini terdapat pada ujaran yang menyatakan adanya benda yang menyertai pelaku. Penyerta itu umumnya benda yang tidak bernyawa. Oleh sebab itu, penyerta itu tidak ikut aktif mengambil bagian dalam peristiwa yang dinyatakan. Contoh :

 Dokter itu datang dengan peralatan yang canggih.  Peserta pertemuan itu pulang dengan kenangan manis.

85) Yang keempat adalah makna ‘cara’ yang terdapat pada ujaran yang menyatakan cara peristiwa terjadi atau cara suatu tindakan dilakukan. Contoh :

 Diskusi itu berlangsung dengan tertib.

(17)

87)

88) 9

A. Pengertian kalimat

89) Kalimat adalah adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, menyatakan makna yang lengkap, mengungkapkan pikiran yang utuh baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, keras lembut, disela jeda dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan huruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif tanda tanya (?) untuk menyatakan pernyataan dan tanda seru (!) untuk menyatakan pertinrtah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan sebuah predikat (P) bila tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukan kalimat melaikan hanya sebuah frasa.

1. Kalimat tunggal

90) Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu pola kalimat, yaitu hanya memiliki satu subjek dan satu predikat, serta satu keterangan (jika perlu). 2. Kalimat majemuk

91) Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya. Jenis-jenis kalimat majemuk adalah:

a) Kalimat Majemuk Setara b) Kalimat Majemuk Rapatan c) Kalimat Majemuk Bertingkat d) Kalimat Majemuk Campuran

92)

a) Kalimat majemuk setara

93) Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat. Berdasarkan kata penghubung (konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri dari lima macam, yakni Penggabungan, Penguatan/Penegasan, Pemilihan, Berlawanan, dan Urutan Waktu.

94)9

95)

(18)

98) Penggabungan 99) Dan 100) Penguatan/Penegasan 101) Bahkan

102) Pemilihan 103) Atau

104) Berlawanan 105) Sedangkan

106) Urutan Waktu 107) Kemudian, lalu, lantas

108) Contoh:

1. Rani pergi ke pasar. (kalimat tunggal 1)

2. Rudi berangkat ke bengkel. (kalimat tunggal 2)

Rani pergi ke pasar sedangkan Rudi berangkat ke bengkel. (kalimat majemuk)

Reza berangkat ke sekolah, sedangkan ibunya pergi ke pasar. (kalimat majemuk)

b) Kalimat majemuk rapatan

109) Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek, predikat, atau objek yang sama. Bagian yang sama hanya disebutkan sekali.

110) Contoh:

Pekerjaannya hanya makan. (kalimat tunggal 1)

Pekerjaannya hanya tidur. (kalimat tunggal 2)

Pekerjaannya hanya merokok. (kalimat tunggal 3)

Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok. (kalimat majemuk rapatan)

c) Kalimat majemuk bertingkat

111)

Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Berdasarkan kata penghubung (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri dari sepuluh macam, yakni syarat, tujuan, perlawanan (konsesif), penyebaban, pengakibatan, cara, alat, perbandingan, penjelasan, dan

kenyataan.

112) 10 113)

114)

115) Jenis 116) Konjungsi

117) Syarat 118) Jika, kalau, manakala, andaikata, asal (kan) 119) Tujuan 120) Agar, supaya, biar

(19)

125) Pengakibatan 126) Maka, sehingga

127) Cara 128) Dengan, tanpa

129) Alat 130) Dengan, tanpa

131) Perbandingan 132) Seperti, bagaikan, alih-alih

133) Penjelasan 134) Bahwa

135) Kenyataan 136) Padahal

137)

138) Contoh:

1. Kemarin ayah mencuci motor. (induk kalimat)

2. Ketika matahari berada di ufuk timur. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)

 Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor. (kalimat majemuk

bertingkat cara 1)

 Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur. (kalimat majemuk

bertingkat cara 2)

d)

Kalimat majemuk campuran

139) Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.

140) Contoh:

1. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)

2. Rina membaca buku di kamar kemarin. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)

3. Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)  Toni bermain dengan Kevin dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang

ke rumahnya kemarin. (kalimat majemuk campuran) 141)

Pola Kalimat

142)Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja.

143)11

144)Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pada kaidah yang berlaku.

(20)

penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe sebagai berikut.

1. Kalimat Dasar Berpola S P

146)

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:

 Mereka / sedang berenang. = S / P (Kata Kerja)

 Ayahnya / guru SMA. = S / P (Kata Benda)

 Gambar itu / bagus.= S / P (Kata Sifat)

 Peserta penataran ini / empat puluh orang. = S / P (Kata Bilangan)

2. Kalimat Dasar Berpola S P O

147)

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:

 Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah. = S / P / O

3. Kalimat Dasar Berpola S P Pel.

148)

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva. Misalnya:

 Anaknya / beternak / ayam. = S / P / Pel.

4. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.

149)

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:

 Dia / mengirimi / saya / surat. = S / P / O / Pel.

150) 12

5. Kalimat Dasar Berpola S P K

151)

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:

 Mereka / berasal / dari Surabaya. = S / P / K

(21)

152)

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba transitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:

 Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari. = S / P / O / K

7. Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K

153)

Kalimat dasar tipe nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya

 Ungu / bermain / musik / di atas panggung. = S / P / Pel. / K

8. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K

154)

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba

intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:

 Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan. = S / P / O / Pel. / K

155)

Kalimat pasif dan negatif

Kalimat pasif

156) Subyek sebagai kata ganti orang  Saya memasak nasi goreng. (kalimat aktif)

 Nasi goreng kumasak. (kalimat pasif)

 Dia memarahi Dita. (kalimat aktif)

 Dita dimarahi dia. (kalimat pasif)

157) 158)

159) 13 160) Subyek bukan sebagai kata ganti orang

 Bapak memasak nasi goreng. (kalimat aktif)

 Nasi goreng dimasak (oleh) bapak. (kalimat pasif)

 Dina memarahi Dia. (kalimat aktif)

 Dia dimarahi (oleh) Dina. (kalimat pasif)

161)

Kalimat negatif

(22)

 Saya tidak memasak nasi goreng. (kalimat negatif)

 Dia memarahi Dita. (kalimat positif)

 Dia tidak memarahi Dita. (kalimat negatif)

162)

163) 164) 165) 166) 167) 168) 169) 170) 171) 172)

173) 174) 175)

176) 177) 178) 179) 180) 181) 182) 183)

184) 14

185) BAB III

186) PENUTUP

187)

188) A. Kesimpulan

189) Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan

(23)

bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.

190) Dalam memilih kata, seorang penulis harus memperhatikan hal-hal yang menjadi syarat dari diksi, yaitu :

191) a. Ketepatan dalam pemilihan kata yang dapat mewakili gagasan penulis dengan benar, sehingga tidak terjadi perbedaan tafsir antara penulis dengan pembaca. 192) b. Kesesuaian pemilihan kata yang cocok dengan konteks, seperti situasi

pemakaian, sasaran penulis, dan lain-lain. 193)

194) Kalimat adalah adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, menyatakan makna yang lengkap, mengungkapkan pikiran yang utuh baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, keras lembut, disela jeda dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan huruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif tanda tanya (?) untuk menyatakan pernyataan dan tanda seru (!) untuk menyatakan pertinrtah

195) 196) 197) 198) 199) 200) 201) 202) 203)

204) 15 205)

B. DAFTAR PUSTAKA

 Ruskhan, Abdul Gaffar, 1990, Diksi (Jakarta )

 Sarwoko, Tri Adi, 2003, Pengembangan kalimat-kalimat efekti (Yogyakarta : Andi

Offset)

 AR, Nursalim, 2007, Kalimat Efektif (Pekanbaru: Infinite)

(24)

http://herlambangprasetyo.blogspot.com/2011/10/pengertian-diksi-kalimat-efektif.html

http://disclamaboy.wordpress.com/2012/11/02/diksi-pengertian-dan-macam-macamnya/

 , Alex dan Achmad H.P.2010.Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.

Jakarta:Penada Media group.

 Mumtahanah, Fida.Makalah Diksi dan Gaya Bahasa

 <http://www.slideshare.net/Oki16/diksi-dan-gaya-bahasa>

 Nur, Imran.Makalah Penggunaan Kata Umum dan Kata Khusus

<http://www.slideshare.net/FerialImranNur7/penggunaan-kata-umum-dan-kata-khusus>

 Keraf, Gorys.2010.Diksi dan Gaya Bahasa.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. 

http://www.smansax1-edu.com/2014/09/cara-mudah-memahami-makna-denotasi-dan.html

 Gani, Ramlan A dan Fitriyah Z.A.2007.Pembinaan Bahasa Indonesia.

Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta press. 207)

208) 209) 210) 211) 212) 213) 214)

Referensi

Dokumen terkait

hubungan antara induk kalimat dan anak kalimat yang ditandai dengan konjungsi-.

Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih dan memiliki kedudukan yang setara dan biasanya dihubungkan dengan sebuah konjungsi

Kalimat Majemuk Setara (KMS) adalah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat tunggal, dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara baik secara

Kalimat majemuk bertingkat adalah : kalimat yang terdiri dari atas sebuah klausa mandiri dan satu atau lebih klausa bawahan (anak kalimat). Beberapa kata penghubung kalimat

Berdasar jumlah klausa, kalimat dibagi menjadi dua, yakni kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Yang termasuk ke

 Koma (,) berfungsi untuk memisahkan anak kalimat atau hal-hal yang disebutkan dalam kalimat, juga untuk keperluan singkatan, gelar, dan

Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih dan memiliki kedudukan yang setara dan biasanya dihubungkan dengan sebuah konjungsi

Kalimat menurut Kridalaksana 2001:92 merupakan sebagai satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari