• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Pascasertifikasi Di SMA Negeri Sekecamatan Demak Tahun Pelajaran 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Pascasertifikasi Di SMA Negeri Sekecamatan Demak Tahun Pelajaran 2013/2014"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Kinerja

Untuk melihat hakekat kinerja mengajar guru, terlebih dahulu dikemukakan tentang pengertian dari kinerja dan pandangan dari para ahli tentang apa sebenarnya makna dari kinerja. Kata kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu dari kata work performance, job performance atau

performance saja. Kata performance berasal dari kata perform yang berarti menampilkan atau melaksanakan. Performance berarti prestasi kerja, pelaksanakan kerja, pencapaian kerja atau penampilan kerja.

Sementara menurut pendapat dari beberapa ahli tentang kinerja cukup beragam. Mangkunegara (2007:67) mendefinisikan kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

(2)

seseorang dalam melaksanakan tugas pokok yang dibebankan kepadanya.

Berbeda dengan Patricia King, Galton dan Simon (1994, dalam Uno dan Lamatenggo 2012), memandang bahwa kinerja atau performance

merupakan hasil interaksi atau berfungsinya unsur-unsur motivasi(m), kemampuan(k), dan persepsi(p) pada diri seseorang. Pandangan yang hampir senada, diungkapkan McDaniel (dalam Uno dan Lamatenggo 2012:65), yang mengemukakan kinerja adalah interaksi antara kemampuan seseorang dengan motivasinya. Berdasarkan pandangan ini, ditegaskan bahwa kinerja merupakan penjumlahan antara kemampuan dan motivasi kerja yang dimiliki seseorang.

Selanjutnya menurut Suprihanto (1996, dalam Uno, dan Lamatenggo 2012), menyatakan kinerja dengan istilah yang telah ditentukan prestasi kerja, yaitu hasil kerja seorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target, atau kriteria yang telah ditentukan lebih dahulu dan telah disepakati bersama.

Dari beberapa pengertian tentang kinerja diatas bisa diambil kesimpulan bahwa kinerja atau

(3)

2.2 Kinerja Mengajar Guru

Kinerja mengajar guru pada dasarnya merupakan unjuk kerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik dalam proses pembelajaran, seperti yang tertuang dalam UUGD pasal 1 No 14 Tahun 2005.

Menurut Sudiyono, kinerja mengajar guru adalah suatu prestasi yang diperlihatkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran yang meliputi: sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang diberikan kepada siswanya karena guru tersebut mempunyai kemampuan dalam merencanakan pelajaran, melaksanakannya dan mengevaluasinya dalam suasana interaksi edukasi di sekolah (Sudiyono, 2011).

Pandangan ini sejalan dengan Uno dan Lamatenggo, yang mengatakan bahwa kinerja mengajar merupakan suatu usaha guru dalam mengelola perhatian dan waktu siswa yang dimulai dari awal sampai akhir di dalam kelas. Mengajar adalah usaha guru dalam menciptakan kondisi-kondisi atau mengatur lingkungan kelas sedemikian, sehingga terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungan termasuk guru dan media pengajaran.(Uno dan Lamatenggo,2012: 67).

(4)

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. ( UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ).

Untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis, Ondi Saondi dan Aris Suherman (2010 : 54) menyatakan bahwa dalam pendekatan pembelajaran guru dituntut untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental siswa.

2) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri yang memiliki tiga karakteristik yaitu kesadaran berpikir, penggunaan strategi dan motivasi berkelanjutan

3) Mempertimbangkan keberagaman siswa didalam kelas.

4) Memperhatikan multi intelegensi siswa

5) Menggunakan teknik-teknik bertanya yang meningkatkan kualitas pembelajaran

6) Menerapkan penilaian autentik yaitu mengevaluasi penerapan pengetahuan dan berfikir komplek dari pada hanya sekedar hafalan informasi faktual.

(5)

1) Merencanakan, yaitu pekerjaan seorang guru menyusun tujuan belajar.

2) Mengorgasisasikan, yaitu pekerjaan seorang guru untuk mengatur dan menghubungkan sumber-sumber belajar sehingga dapat mewujudkan tujuan belajar dengan cara yang paling efektif, efesien, dan ekonomis.

3) Memimpin, yaitu pekerjaan seorang guru untuk memotivasi, dan mendorong murid-muridnya, sehingga mereka siap mewujudkan tujuan belajar. 4) Mengawasi, yaitu pekerjaan seorang guru untuk

menentukan apakah fungsinya dalam mengorganisasikan dan memimpin telah berhasil dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Jika tujuan belum dapat diwujudkan, maka guru harus menilai dan mengatur kembali situasinya dan mengubah tujuannya.

Berpijak pada uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pada hakikatnya kinerja mengajar guru adalah prilaku yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar yaitu kemampuan guru dalam mengelola pelajaran, sesuai dengan kriteria tertentu seperti

dalam: (1) Merencanaan program pengajaran, (2) Melaksanaan kegiatan pembelajaran dan (3) Mengevaluasi hasil pembelajaran.

2.3 Indikator Penilaian Kinerja Mengajar

guru

(6)

a) Kualitas kerja, yaitu : menguasai bahan, mengelola proses belajar mengajar, mengelola kelas.

b) Kecepatan/ ketepatan kerja, yaitu : menggunakan media atau sumber belajar, menguasai landasan pendidikan, merencanakan program pengajaran. c) Inisiatif dalam kerja, yaitu : memimpin kelas,

mengelola interaksi belajar mengjar, melakukan penilaian hasil belajar siswa.

d) Kemapuan kerja, yaitu : menggunakan berbagai metode dalam pembelajaran, dan memahami dan melaksanakan fungsi dan layanan bimbingan penyuluhan.

e) Komunikasi, yaitu : memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah dan memahami dan dapat menafsirkan hasil-hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Menurut Churmain ( 2008, dalam Yamin dan Masiah 2010) menyebutkan indikator kinerja guru meliputi:

(1) menguasai bahan pelajaran;

(2) mengelola program belajar mengajar; (3) mengelola kelas;

(4) menggunakan media dan sumber belajar; (5) menguasai landasan kependidikan;

(6) mengelola interaksi belajar-mengajar;

(7) menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran;

(8) mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan;

(9) menyelenggarakan administrasi sekolah;

(10) memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.

(7)

meliputi: (1) rencana pembelajaran (teaching plans and materials) atau disebut dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), (2) prosedur pembelajaran (classroom procedure), dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill).

Indikator penilaian terhadap kinerja mengajar guru dilakukan terhadap tiga kegiatan pembelajaran dikelas yaitu :

1) Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran guru sebaiknya membuat perencanaan yang digunakan sebagai pedoman pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Dengan Perencanaan yang baik maka diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Perencanaan pembelajaran dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan penjabaran dari silabus untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar isi.

(8)

tahap ini guru bersifat pasif. Pada tahap adaptasi dalam penyusunan Silabus dan RPP guru sudah melakukan penyesuaian atau revisi terhadap Silabus dan RPP yang sudah ada, sehingga bisa dikatakan guru bersifat aktif. Pada tahap yang paling ideal adalah ketika guru sudah dapat menghasilkan suatu produk Silabus dan RPP sendiri tanpa tergantung dari Silabus dan RPP yang sudah ada.

Ada beberapa unsur/komponen yang harus diperhatikan dalam penyusunan silabus yaitu terdiri dari: (a) Identitas mata pelajaran, (b) Stándar kompetensi, (c) Kompetensi dasar, (d) Materi pembelajaran, (e) Kegiatan pembelajaran, (f) Indikator, (g) Alokasi waktu, dan (h) Sumber pembelajaran.

Sedangkan beberapa unsur/komponen yang harus diperhatikan dalam penyusunan RPP yang merupakan penjabaran lebih rinci dan specifik dari silabus, ditandai oleh adanya komponen-komponen; (a) Identitas mata pelajaran, (b) Stándar kompetensi, (c) Kompetensi dasar, (d) Indikator, (e) Tujuan pembelajaran, (f) Materi pembelajaran, (g) Metode

pembelajaran, (h) Langkah-langkah kegiatan, (i) Sumber pembelajaran, dan (j) Penilaian.

2) Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

(9)

kegiatan dasar yaitu ; (a). Kegiatan pendahuluan, (b). Kegiatan inti, (c). Kegiatan penutup.

a. Kegiatan pendahuluan.

Kegiatan pendahuluan antara lain : menyiapkan peserta didik, apersepsi dengan memberikan pertanyaan yang terkait dengan pelajaran sebelumnya atau pelajaran yang akan disampaikan, menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

b. Kegiatan Inti Pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti dari penyelenggaraan pembelajaran. Kegiatan inti meliputi :

1. Pengelolaan Kelas.

Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan adalah tuntutan bagi seorang guru dalam mengelola kelas.

2. Penguasaan guru pada materi pelajaran.

3. Penerapan strategi pembelajaran yang mendidik.

4. pemanfaatan sumber belajar / media dalam pembelajaran.

(10)

menguasai sumber belajar di samping mengerti dan memahami buku teks, seorang guru juga harus berusaha mencari dan membaca buku-buku/sumber-sumber lain yang relevan guna meningkatkan kemampuan terutama untuk keperluan perluasan dan pendalaman materi, dan pengayaan dalam proses pembelajaran.

Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya menggunakan media yang sudah tersedia seperti media cetak, media audio, dan media audio visual. Tatapi kemampuan guru di sini lebih ditekankan pada penggunaan objek nyata yang ada di sekitar sekolahnya. Dalam kenyataan di lapangan guru dapat memanfaatkan media yang sudah ada (by utilization) seperti globe, peta, gambar dan sebagainya, atau guru dapat mendesain media untuk kepentingan pembelajaran (by design) seperti membuat media foto, film, pembelajaran berbasis komputer, dan sebagainya.

5. melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran.

6. Penggunaan bahasa yang baik dan tepat dalam pembelajaran.

7. Penggunaan Metode Pembelajaran :

(11)

kelemahan dilihat dari berbagai sudut, namun yang penting bagi guru metode manapun yang digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai. Karena siswa memiliki interes yang sangat heterogen idealnya seorang guru harus menggunakan multi metode, yaitu memvariasikan penggunaan metode pembelajaran di dalam kelas seperti metode ceramah dipadukan dengan tanya jawab dan penugasan atau metode diskusi dengan pemberian tugas dan seterusnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjembatani kebutuhan siswa, dan menghindari terjadinya kejenuhan yang dialami siswa.

c. Kegiatan Penutup.

Kegiatan penutup / akhir adalah kegiatan antara guru dan siswa dalam membuat rangkuman atau melakukan refleksi, memberikan tes lisan atau tulisan, mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio dan melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan.

3) Evaluasi/Penilaian Hasil Pembelajaran

(12)

evaluasi. Pendekatan atau cara yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi/penilaian hasil belajar adalah melalui Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).

Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah cara penilaian yang tidak selalu tergantung pada jumlah soal yang diberikan atau penilaian dimasudkan untuk mengetahui kedudukan hasil belajar yang dicapai siswa berdasarkan norma kelas. Siswa yang paling besar skor yang didapat di kelasnya, adalah siswa yang memiliki kedudukan tertinggi di kelasnya.

Sedangkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah cara penilaian, dimana nilai yang diperoleh siswa tergantung pada seberapa jauh tujuan yang tercermin dalam soal-soal tes yang dapat dikuasai siswa. Nilai tertinggi adalah nilai sebenarnya berdasarkan jumlah soal tes yang dijawab dengan benar oleh siswa. Dalam PAP ada passing grade atau batas lulus, yaitu siswa dapat dikatakan lulus atau tidak berdasarkan batas lulus yang telah ditetapkan.

(13)

dan langsung dijawab oleh siswa secara lisan. Tes ini umumya ditujukan untuk mengulang atau mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan sebelumnya. Tes perbuatan adalah tes yang dilakukan guru kepada siswa. Dalam hal ini siswa diminta melakukan atau memperagakan sesuatu perbuatan sesuai dengan materi yang telah diajarkan seperti pada mata pelajaran kesenian, keterampilan, olahraga, komputer, dan sebagainya.

Indikasi kemampuan guru dalam penyusunan alat tes ini dapat digambarkan dari frekuensi penggunaan bentuk alat tes secara variatif, karena alat tes yang telah disusun pada dasarnya digunakan sebagai alat penilaian hasil belajar.

Selain pendekatan penilaian dan penyusunan alat-alat tes, hal lain yang harus diperhatikan guru adalah pengolahan dan penggunaan hasil belajar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan dan penggunaan hasil belajar, yaitu:

1)Jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran yang tidak dipahami oleh sebagian kecil siswa, guru tidak perlu memperbaiki program pembelajaran, melainkan cukup memberikan kegiatan remidial bagi siswa-siswa yang bersangkutan.

(14)

program pembelajaran, khususnya berkaitan dengan bagian-bagian yang sulit dipahami. 3)Mengacu pada kedua hal tersebut, frekuensi

kegiatan pengembangan pembelajaran dapat dijadikan indikasi kemampuan guru dalam pengolahan dan penggunaan hasil belajar. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi :

a. Kegiatan remidial, yaitu penambahan jam pelajaran, mengadakan tes, dan menyediakan waktu khusus untuk bimbingan siswa.

b. Kegiatan perbaikan program pembelajaran, baik dalam program semesteran maupun program satuan pelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran, yaitu menyangkut perbaikan berbagai aspek yang perlu diganti atau disempurnakan.

Ketiga indikator penilaian kinerja guru yang diterbitkan oleh Kemendikbud sebagai Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG) telah dituangkan secara rinci dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 yang telah direvisi menjadi Permendiknas Nomor 63 Tahun 2013 tentang standar proses yang berisi kriteria

minimal pelaksanaan proses pembelajaran yaitu; (1) perencanaan proses pembelajaran; (2)pelaksanaan

(15)

mengevaluasi kinerja mengajar guru bahasa Inggris pascasertifikasi di SMA Negeri sekecamatan Demak.

2.4 Faktor

faktor

yang

mempengaruhi

Kinerja Mengajar

Kinerja mengajar guru tidaklah berdiri sendiri, ia akan terkait pada keadaan dan kemampuan dirinya dan juga dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Dua hal tersebut diidentifikasi sebagai faktor internal dan faktor eksternal yang diduga berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru.

Menurut Keith Davis (1994; 484 dalam Mangkunegara 2007; 67) Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah;

1. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Pegawai akan mampu mencapai kinerja maksimal jika ia memiliki motivasi tinggi.

2. Faktor Kemampuan

Secara psikologis kemampuan (Ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality

(Knowledge + Skill). Artinya pegawai yang memiliki IQ

(16)

Sementara menurut Prawirosentono (1999) menyatakan bahwa kinerja seseorang akan lebih baik jika orang itu mempunyai keahlian yang tinggi, kesediaan untuk bekerja, adanya imbalan yang layak, dan mempunyai harapan. Senada dengan Prawirosentono, Sagala (2007:184) mengatakan bahwa Kinerja guru dipengaruhi oleh berbagai faktor yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan yaitu; (1) human performance adalah menggambarkan kemampuan yang dimiliki dan didukung dengan motivasi yang kuat; (2) kemampuan (ability) adalah menggambarkan pengetahuan yang dimiliki sesoramg dan didukung oleh keterampilan; dan (3) motivation adalah yang menggambarkan sikap didukung oleh situasi yang kondusif.

Menurut Yamin dan Maisah (2010; 129-130) mengatakan bahwa Kinerja merupakan suatu kontruksi multidimensi yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut terdiri atas faktor instrinsik guru (personal/individual) atau SDM dan faktor ekstrinsik, yaitu kepemimpinan, sistem, tim, dan situasional. Uraian rincian faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut;

a) Faktor personal/individual, meliputi unsur pengetahuan, ketrampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh tiap individu.

b) Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan tem leder dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan kerja pada guru,

(17)

d) Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja yang diberikan oleh pimpinan sekolah, proses organisasi dan kultur kerja dalam organisasi (sekolah),

e) Faktor kontektual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal.

2.4.1 Motivasi Kerja Guru

Mangkunegara (2007:94) menjelaskan bahwa motivasi kerja didefinisikan sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Pandangan ini sejalan dengan

Anoraga (1992: 85) yang mengatakan : “Motivasi

merupakan suatu keinginan yang menyebabkan adanya dorongan, semangat dan gairah dalam

bekerja.”

Adapun motivasi kerja menurut Uno Hamzah (2006:71) menyatakan bahwa motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kinerja seseorang. Besar kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja seseorang tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi yang diberikan.

Abraham Maslow (Robbins,2010:110) dalam teori hirarki kebutuhan (Hierarchy of needs) mengemukakan bahwa manusia mempunyai mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikategorikan dalam lima tingkat hirarki. kelima kebutuhan itu adalah sebagai berikut :

(18)

2) Kebutuhan keamanan dan keselamatan (Security of

safety need) yaitu kebutuhan akan keamanan dan

perlindungan dari dari kejahatan fisik dan emosional.

3) Kebutuhan bermasyarakat (Social need) yaitu kebutuhan akan kasih saying, rasa memiliki, dan persahabatan.

4) Kebutuhan untuk memperoleh kehormatan (esteem

need)

5) Kebutuhan untuk memperoleh kebanggaan (Self

actualization need).

Dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan diatas, maka motivasi kerja guru menjadi meningkat. Dengan adanya motivasi kerja yang tinggi maka menimbulkan dorongan yang tinggi dan memicu gairah kerja yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Gairah kerja yang tinggi membuat guru akan berusaha sebaik mungkin dalam melakukan pekerjaannya, sehingga dapat memberikan hasil kerja yang memuaskan atau dengan kata lain kinerja guru mengalami peningkatan. Begitu pula sebaliknya, jika motivasi kerja rendah, maka gairah kerja juga menurun, sehingga dalam mengerjakan tugas-tugasnya kurang bersemangat.

Hal ini senada dengan Bafadal (2009: 21) yang mengidentifikasikan delapan kebutuhan guru, yaitu:

(1) rasa aman dan hidup layak, (2) kondisi kerja yang menyenangkan, (3) rasa diikut sertakan, (4) perlakuan yang jujur dan wajar, (5) rasa mampu, (6) pengakuan dan penghargaan, (7) ikut ambil bagian dalam pembuatan kebijakan sekolah, dan (8) kesempatan mengembangkan self respect.

(19)

tunjangan sertifikasi yang bisa meningkatkan kesejahteraan guru, diharapkan guru termotivasi untuk meningkatkan kualitas kerjanya. Untuk itu peranan kepala sekolah dalam menjalankan fungsinya di sekolah sebagai pemimpin dan supervisor sangat diperlukan.

Mengacu dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud motivasi adalah proses psikologis dalam diri seseorang/guru yang menumbuhkan dorongan yang membangkitkan, mengarahkan dan melakukan pekerjaan untuk mencapai sasaran tertentu.

2.4.2 Kemampuan Kerja Guru

Istilah Kemampuan berasal dari kata ability. Kemampuan (ability) berarti kapasitas seseorang individu unutk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan (Robbin, 1996:57). lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang.

Banyak definisi mengenai kemampuan diantaranya Keith Davis yang dikutip Prabu Mangkunegara (2007; 121) mendefinisikan kemampuan sebagai karakteristik stabil yang berkaitan dengan kemampuan maksimum phisik dan mental seseorang.

(20)

Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental. Sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan serupa.

Lima dimensi kemampuan intelektual tersebut adalah sebagai berikut (Robbins; 1996; 53):

a) Kecerdasan numerik (Kemampuan berhitung dengan cepat dan tepat).

b) Pemahaman Verbal (Kemampuan memahami apa yang dibaca atau didengar serta hubungan kata satu sama lain).

c) Penalaran induktif (Kemampuan mengenali suatu urutan logis dalam suatu masalah dan kemudian memecahkan masalah itu)

d) Penalaran deduktif (Kemampuan mengenakan logika dan menilai implikasi dari suatu argumen). e) Ingatan (Kemampuan menahan dan mengenang

kembali pengalaman masa lalu).

Sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan serupa. Lebih lanjut dikemukakan Robbins (1996; 55); tentang lima kemampuan fisik utama, yaitu :

a) Kekuatan dinamis. Kemampuan untuk menggunakan kekuatan otot secara berulang ulang.

b) Kekuatan tubuh. Kemampuan mengenakan kekuatan otot dengan mengenakan otot - otot tubuh.

c) Keluwesan dinamis. Kemampuan melakukan gerakan cepat.

(21)

e) Stamina. Kemampuan melanjutkan kerja sepanjang suatu kurun waktu.

Keith Davis yang dikutip Prabu Mangkunegara (2007; 67) mengemukakan bahwa pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan trampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

Mengacu pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan kerja adalah kesanggupan atau kemampuan seorang karyawan/guru untuk menyerahkan segenap potensi yang dimilikinya baik secara psikis maupun fisik dalam rangka melaksanakan tugas pekerjaan.

Berkaitan dengan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kinerja mengajar guru, ada beberapa hasil penelitian tentang kinerja guru yang menyoroti dari beberapa aspek, antara lain penelitian dari :

1) Fatiah Kharisma Melati, Susilaningsih, Sohidin (2013) yang meneliti Pengaruh Sertifikasi Guru Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru SMAN 5 Surakarta, menemukan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara sertifikasi guru dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru SMA N 5 Surakarta.

2) Penelitian dari Eliezer Yariv (2011) yang berjudul

(22)

and Some Remedies

menunjukkan bahwa rendahnya kinerja guru di Israel karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor internal dan external. Berdasarkan jawaban para responden, diambil kesimpulan bahwa tiga faktor utama yang berpengaruh pada kinerja guru adalah karena : a . Manajemen yang tidak benar dan pengawasan yang buruk , b . Faktor kurangnya tenaga guru dan c . Faktor guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidangnya

3) Penelitian dari syamsul Bahri, tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru SD di dataran Tinggimoncong Gowa, Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan: dari variabel kemampuan mengajar, persepsi tentang lingkungan kerja, dan motivasi kerja terhadap kinerja guru.

Dari beberapa uraian pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor dari dalam individu (internal) seperti : motivasi, kemampuan, keahlian yang tinggi, kepercayaan diri dan komitmen diri, dan faktor dari luar individu (external) seperti : adanya imbalan yang layak, faktor kepemimpinan, tim, sistem dan kontekstual.

(23)

kemampuan atau keahlian yang tinggi setelah memperoleh tunjangan sertifikasi. Kemampuan atau kompetensi guru, penulis fokuskan pada kemampuan pedagogik dan kemampuan profesional guru yang terintegrasi dalam kinerja mengajar di dalam kelas.

2.5 Pengertian Evaluasi Kinerja

Kinerja berkaitan dengan hasil kerja atau prestasi seseorang. Sebagai suatu hasil kerja atau prestasi, selayaknya perlu diketahui berapa besar tingkat keberhasilan seseorang dari suatu pekerjaan yang dilaksanakannya. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilannya perlu diadakan evaluasi kinerja. Hal ini penting, mengingat hasil dari evaluasi kinerja itu menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan atas usaha yang telah dilakukan seseorang.

(24)

Menurut Suprihanto dalam Uno dan Lamatenggo (2012:87) Evaluasi kinerja merupakan suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seorang karyawan telah melaksanakan pekerjaan masing-masing secara keseluruhan.

Menurut Leon C. Mengginson (dalam Mangkunegara, 2007:10). , evaluasi kinerja atau

penilaian prestasi adalah “penilaian prestasi kerja

(Performance appraisal), suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan apakah seseorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan

tugas dan tanggung jawabnya.”

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud evaluasi kinerja adalah sistem penilaian yang digunakan untuk mengukur atau menilai hasil kerja seseorang setelah melalui beberapa persyaratan.

Sedangkan evaluasi kinerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah evaluasi kinerja mengajar guru bahasa Inggris pascasertifikasi dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menilai hasil pembelajaran. Evaluasi kinerja ini merupakan proses di mana kinerja mengajar guru bahasa Inggris tersebut dinilai dan dievaluasi. Evaluasi kinerja ini dipakai untuk menjawab pertanyaan, “ Seberapa baikkah kinerja mengajar seorang guru bahasa Inggris pada suatu

periode tertentu ?”. Evaluasi kinerja ini diharapkan

(25)

sasaran kinerja, perencanaan dan proses pelaksanaan kinerja mengajar guru bahasa Inggris.

2.6 Tujuan dan Manfaat Evaluasi Kinerja

Marwansyah dan Mukaram (2000:106) mengemukakan bahwa: tujuan umum sistem penilaian unjuk kerja adalah; (1) Untuk meningkatkan unjuk kerja karyawan dengan cara membantu mereka agar dapat menggunakan seluruh potensi mereka dalam mewujudkan tujuan organisasi; (2) Untuk memberikan informasi kepada karyawan dan manajer sebagai dasar untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan.

Ronald T.C. Boyd (2002; dalam Ahmad Sudrajat,2008) mengemukakan bahwa evaluasi kinerja guru didesain untuk melayani dua tujuan, yaitu : (1) untuk mengukur kompetensi guru dan (2) mendukung pengembangan profesional. Sistem evaluasi kinerja guru hendaknya memberikan manfaat sebagai umpan balik untuk memenuhi berbagai kebutuhan di kelas (classroom needs), dan dapat memberikan peluang bagi pengembangan teknik-teknik baru dalam pengajaran, serta mendapatkan konseling dari kepala sekolah, pengawas pendidikan atau guru lainnya untuk membuat berbagai perubahan di dalam kelas.

(26)

rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seorang guru dalam penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan dan keterampilan, sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Karena penguasaan kompetensi dan penerapan ilmu pengetahuan serta keterampilan guru, sangat menentukan tercapainya kualitas pembelajaran atau pembimbingan terhadap peserta didik.

Sistem Penilaian Kinerja Guru (PKG) adalah sistem penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukkan dalam unjuk kerjanya. Secara umum Penilaian Kinerja Guru (PKG) memiliki dua fungsi utama sebagai berikut :

(27)

basis untuk merencanakan Penilaian Kinerja Berkelanjutan (PKB).

2)Untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja, pembelajaran, bimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah yang dilakukannya pada tahun tersebut.

Kegiatan penilaian kinerja dilakukan setiap tahun sebagai bagian dari proses pengembangan karir dan promosi guru untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsionalnya. Sedangkan hasil Penilaian Kinerja Guru (PKG) diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan berbagai kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai ujung tombak pelaksanaan proses pendidikan dalam menciptakan insan yang cerdas, komprehensif, dan berdaya saing tinggi.

(28)

Dari bahasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan penilaian kinerja adalah untuk : (1) penyesuaian-penyesuaian kompensasi, (2) perbaikan kinerja, (3) kebutuhan latihan dan pengembangan, (4) pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan, pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja, (5) untuk kepentingan penelitian kepegawaian, (6) membantu diagnosis terhadap kesalahan desain pegawai.

Depdiknas (2000) menyebutkan beberapa manfaat dari adanya penilaian antara lain; (a) Pengembangan karier melalui in-service training, (b) Hubungan yang semakin baik antara staf/guru dan pemimpin/kepala sekolah, (c) Pengetahuan lebih mendalam tentang sekolah dan pribadi, (d) Hubungan produktif antara perencanaan dan penilaian dengan pengembangan sekolah, (e) Kesempatan belajar yang lebih baik bagi siswa, (f) Peningkatan moral dan efisiensi sekolah.

Lebih lanjut Depdiknas (2000) menyebutkan bahwa tujuan penilaian kinerja guru (PKG) adalah untuk membantu guru dalam: (a) pengembangan profesi dan karier guru, (b) pengambilan kebijaksanaan per sekolah, (c) cara meningkatkan kinerja guru, (d) penugasan yang lebih sesuai dengan karier guru, (e) mengidentifikasi potensi guru untuk program in service training dan in house training, (f) jasa bimbingan dan penyuluhan terhadap kinerja

(29)

(h) penyediaan informasi untuk kebutuhan sekolah serta penugasan-penugasan yang diberikan guru. http://majalahpendidikan.com

2.7 Pengertian Sertifikasi Guru

Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat,

National Commision on Educatinal Services (NCES) secara umum memberikan batasan pengertian dari

sertifikasi, yaitu “certification is a procedure whereby

the state evaluates and reviews a teacher candidate’s

credentials and provides him or her a license to teach

(Illinois State Board of Education, 2003). Di Inggris, istilah sertifikasi didefinisikan sebagai berikut:

Certification is designed for candidates who have gained the competencies, skills, and knowledge…”

(Brown, 2003,dalam Amat Jaedun, 2010)

(30)

belajar peserta didik. Selanjutnya mereka akan mendapat sertifikat dengan sebutan guru profesional.

Hal yang menjadi latar belakang adanya sertifikasi guru adalah masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Penyebab utama rendahnya mutu pendidikan di Indonesia karena kualitas guru yang masih rendah. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia terutama kualitas guru, maka pemerintah mengadakan program sertifikasi guru. Perlu adanya kesadaran dan pemahan dari semua pihak bahwa mengikuti sertifikasi, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan tunjangan profesi, melainkan untuk menunjukkan bahwa guru yang bersangkutan telah memiliki kompetensi sebagaimana disyaratkan dalam standard kompetensi guru. Tunjangan profesi adalah konsekuensi logis yang menyertai adanya kemampuan yang dimaksud.(Permadi dan Arifin,2013:93)

Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui dua cara yaitu : (1) uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik, dan (2) pemberian sertifikat pendidik secara langsung bagi guru yang memenuhi persyaratan sesuai ketentuan Pasal 65 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

(31)

komponen penilaian tersebut adalah: (1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan (10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. Sepuluh komponen portofolio merupakan refleksi dari empat kompetensi guru (Pedagogik, Kepribadian, Sosial dan Profesional).

2.8 Syarat

Guru

Bersertifikasi

(Guru

Profesional)

Guru merupakan ujung tombak dalam meningkatkan mutu pendidikan. Untuk mencetak guru yang memenuhi standar kualitas yang dipersyaratkan sebagai tenaga pendidik yang profesional, dan untuk dapat menjadi profesional, para guru harus membekali dirinya dengan berbagai pengetahuan dan ketrampilan.

(32)

relevan dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran. Seorang guru yang profesional harus memenuhi empat kompetensi profesi yang harus dimilik yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial seperti yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen.

1)Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi :

 pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.

 Pemahaman terhadap peserta peserta didik.

 Pengembangan kurikulum atau silabus

 perencanaan pembelajaran

 Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

 Pemanfaatan teknologi pembelajaran.

 mengevaluasi hasil pembelajaran

 dan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimiliki.

2)Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian yang meliputi:

 mantap,

 stabil,

 dewasa,

 arif dan bijaksana,

 berwibawa,

 berahlak mulia,

 menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat,

(33)

 dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

3)Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.

Menurut E. Mulyasa (2007:135),bahwa ruang lingkup kompetensi profesional guru meliputi:

 Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, dan sebagainya;

 Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik,

 Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya,

 Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi

 Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumberr belajar yang relevan

 Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran

 Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik

 Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.

4) kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan peserta didik sebagai bagian dari masyarakat untuk:

 Berkomunikasi lisan dan tulisan,

(34)

 Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua, atau wali peserta didik.

 dan bergaul secara santun dalam masyarakat. Empat kompetensi di atas pada dasarnya tidak terpisah secara ekplisit, tetapi menyatu menjadi suatu kompetensi guru.

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran siswa.

2.9 Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan tulisan ini adalah hasil penelitian dari:

1.Badrun Kartowagiran (2011) yang berjudul

“Kinerja Guru Profesional” mengatakan bahwa

(35)

belum menggembirakan terutama terkait dengan penulisan artikel, penelitian, membuat karya seni/teknologi, menulis soal UN, dan menelaah buku.

2.Voris, Brenda C, (2011). Dalam desertasinya

yang berrjudul “Teacher efficacy, Job

satisfaction, and Alternatif Certification in early

career special education Teacher” menunjukkan

tidak ada perbedaan yang signifikan antara guru pendidikan khusus yang memiliki sertifikasi alternatif dengan guru yang memiliki sertifikasi tradisional dalam kinerjanya. Tanggapan dari Job Satisfaction Survey menunjukkan kedua kelompok guru puas dengan pekerjaan mereka.

3.Darmini (2012) tentang “Persepsi guru non sertifikasi terhadap etos kerja dan kinerja mengajar guru sekolah dasar bersertifikasi”, mengatakan bahwa kinerja mengajar guru yang telah bersertifikasi belum memenuhi kriteria sangat baik, masih tidak berbeda dengan kinerja mengajar guru non sertifikasi kecuali beberapa guru bersertifikasi di gugus cengkeh. 4.Fatiah Kharisma Melati, Susilaningsih, Sohidin

(36)

antara sertifikasi guru dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru SMA N 5 Surakarta. 5.Penelitian dari Yari Dwikurniasih, (2011) yang

berjudul “Perbedaan Kinerja Guru Bimbingan

d”, hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh positifn Konseling Berdasarkan Perolehan Sertifikat Pendidik dan

Latar Belakang Pendidikan”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja guru yang sudah bersertifikasi dengan yang belum sertifikasi.

2.10 Kerangka Pikir

Alur kerangka pikir dalam penelitian ini diilustrasikan pada gambar sebagai berikut :

Kinerja

Mengajar Guru Bahasa Inggris

Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa

Inggris

Mengevaluasi Hasil Pembelajaran Melaksanakan

Proses Pembelajaran Merencanakan

(37)

Dengan melihat kerangka pikir di atas, maka kinerja mengajar guru bahasa Inggris adalah prilaku yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar yaitu kemampuan guru dalam mengelola pelajaran, sesuai dengan kriteria tertentu seperti dalam:

(1) Merencanaan program pengajaran, (2) Melaksanaan kegiatan pembelajaran (3) Mengevaluasi hasil pembelajaran.

Dari segi Perencanaan Pembelajaran sebaiknya seorang guru harus membuat perencanaan yang baik sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran. Karena dalam perencanaan yang baik maka pelaksanaan pembelajaran akan berlangsung dengan baik pula.

Dalam Pelaksanaan pembelajaran, guru juga harus mampu mengelola kelas dengan baik. Selain itu guru juga harus menguasai materi dan bahan pembelajaran yang akan disampaikan supaya pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan baik dan tujuan dari pembelajaran itu tercapai. Selain itu guru juga harus terampil menggunakan media pembelajaran yang menarik untuk membangkitkan minat belajar siswa.

(38)

strategi untuk memantau kemajuan hasil belajar siswa. Dengan demikian guru bisa memanfaatkan hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi peserta didiknya.

Referensi

Dokumen terkait

Assessment of the quality of basic education services based on the regulation of the Minister of national education of the Republic of Indonesia number 15 in

Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian tesis ini dirumuskan beberapa perumusan masalah, yaitu “Apakah yang dimaksud dengan kriteria pelayanan kesehatan yang ideal?”

Pada tabel 1 menunjukkan sampel bukan perokok A dan C memiliki vital capacity yang lebih tinggi dari sampel B dan D hal ini bisa disebabkan oleh beberapa

As the current research asks how institutional pressures are implicated in different features of taxi hailing apps available in the Finnish market, case study is a suitable

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian obesitas pada anak SD di kota Manado kesimpulanProporsi keluarga

Perwalian yang diangkat oleh Hakim, sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 359 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa semua anak yang belum dewasa yang tidak berada

dioksidasi dalam siklus asam sitrat (Siklus Kreb’s). Selain itu glikolisis juga menjadi lintasan utama metabolisme fruktosa dan.. galaktosa.Secara rinci, tahap-tahap

Ali Afandi mengatakan bahwa hukum keluarga diartikan sebagai “Keseluruhan ketentuan yang mengatur hubungan hukum yang bersangkutan dengan kekeluargaan