• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Problem Based Learning (PBL) Siswa Kelas 5 SD Nege

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Problem Based Learning (PBL) Siswa Kelas 5 SD Nege"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar Dan Menengah (2016: 137-138) menyatakan bahwa salah satu kompetensi yang akan di capai dalam pembelajaran IPA SD adalah menunjukkan sikap ilmiah : rasa ingin tahu, jujur ,logis, kritis, disiplin, dan tanggung jawab melalui IPA. Sikap ilmiah ini diartikan sebagai rasa keingintahuan siswa tentang cara berpikir logis melalui pengetahuan. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat, sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Pernyataan Wahyana yang dikutip dalam Trianto, (2012:136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan, tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum sebatas pada pada gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dari sikap ilmiah.

Sikap ilmiah berasal dari rasa keingintahuan siswa tentang pemgetahuan terutama tentang Ilmu Pengetahuan Alam sehingga pendidikan IPA diarahkan kepada peserta didik untuk menemukan hal baru sesuai dengan metode ilmiah. Faktual merupakan pengetahuan dasar berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa dan negara (Permendikbud nomor 20 tahun 2016 tentang SKL, 2016: 5). Dengan siswa bersikap ilmiah, maka siswa menjadi terbiasa berpikir kritis dan logis dalam kehidupannya.

(2)

sekitar yang terdiri dari gejala alam dan kebendaan yang sistematis berupa ekosistem, perubahan dan sifat benda dan alam semesta.

IPA merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan cara mencari tahu, istilah mencari tahu ini sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai yang tertulis dalam permendikbud no 21 Tahun 2016 tentang alam secara sistematis, IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang membutuhkan keterlibatan siswa (Sulistyorini, 2007: 39).

Dari pendapat tentang IPA, maka IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis, tersusun secara teratur, dan berlaku umum berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen dengan cara mencari tahu berupa fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang merupakan suatu proses penemuan dengan membutuhkan keterlibatan siswa untuk menunjukkan rasa ingin tahu, jujur, logis, kritis, dan disiplin dengan melakukan pengamatan objek IPA menggunakan panca indra.

(3)

Tabel 2.1

Kompetensi Inti pada Tingkat Kompetensi Pendidikan Dasar SD/MI/SDLB/PAKET A

KOMPETENSI NTI DESKRIPSI KOMPETENSI

Sikap Spritual 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya

Sikap Sosial 2. Menunjukkan perilaku: a. jujur,

b. disiplin, c. santun, d. percaya diri, e. peduli, dan

f. bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga, dan negara.

Pengetahuan 3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat dasar dengan cara : a. mengamati,

b. menanya, dan c. mencoba

Berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.

Keterampilan 4. Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak: a. kreatif

b. produktif, c. kritis, d. mandiri, e. kolaboratif, dan f. komunikatif

Dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan tindakan yang mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap

perkembangannya.

Sumber: Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menegah Lampiran (2016: 1).

(4)

tentang Tentang Standar Isi terdiri dari tingkat kompetensi, kompetensi dan ruang lingkup materi. Deskripsi muatan mata pelajaran IPA disajikan melalui tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2

Muatan Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI/SDLB/PAKET A Tingkat

kompetensi

Kompetensi Ruang Lingkup Materi

Tingkat

 Mengajukan pertanyaan : apa, mengapa, dan bagaimana tentang alam sekitar.  Melakukan pengamatan objek IPA

dengan menggunakan panca indra.  Menceritakan hasil pengamatan IPA

dengan bahasa yang jelas.

 Tubuh dan panca indra.  Tumbuhan dan hewan

 Mengajukan pertanyaan : apa, mengapa, dan bagaimana tentang alam sekitar.  Melakukan pengamatan objek IPA

dengan menggunakan panca indra.  Mendeskripsikan konsep IPA

berdasarkan hasil pengamatan  Penyesuaian diri makhluk

hidup pada lingkungan.  Kesehatan dan sistem

pernafasan manusia.  Perubahan dan sifat

benda.

 Hantaran panas listrik dan magnet.

 Tata surya.

 Campuran dan larutan. Sumber: Permendikbud No.21 Tahun 2016, tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah

(2016: 137-138)

(5)

Tabel 2.3

Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas 5 Semester 1

KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN) 3 . Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan

cara mengamati, menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain

4. Menyajikan pengetahuan faktual dan anak sehat, dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

KOMPETENSI DASAR (3) KOMPETENSI DASAR (4)

3.1 Menjelaskan alat gerak dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan alat gerak manusia

4.1 Membuat model sederhana alat gerak manusia atau hewan

3.2 Menjelaskan organ pernafasan dan fungsinya pada hewan dan manusia, serta cara memelihara kesehatan organ pernapasan manusia

4.2 Membuat model sederhana organ pernapasan manusia

3.3 Menjelaskan organ pencernaan dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ pencernaan manusia

4.3 Menyajikan karya tentang konsep organ dan fungsi pencernaan pada hewan atau manusia.

3.4 Menjelaskan organ peredaran darah dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ peredaran darah manusia

4.4 Menyajikan karya tentang organ peredaran darah pada manusia

3.5 Menganalisis hubungan antar komponen ekosistem dan jaring-jaring makanan di lingkungan sekitar

4.5 Membuat karya tentang konsep jaring-jaring makanan dalam suatu ekosistem 3.6 Menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan

sehari-hari

4.6 Melaporkan hasil pengamatan tentang perpindahan kalor

3.7 Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan wujud benda dalam kehidupan sehari-hari

4.7 Melaporkan hasil percobaanpengaruh kalor pada benda

3.8 Menganalisis siklus air dan dampaknya pada peristiwa di bumi serta kelangsungan mahluk hidup

4.8 Membuat karya tentang skema siklus air berdasarkan informasi dari berbagai sumber

3.9 Mengelompokkan materi dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan komponen penyusunnya (zat tunggal dan campuran)

4.9 Melaporkan hasil pengamatan sifat-sifat campuran dan komponen penyusunnya dalam kehidupan sehari-hari

Sumber: Permendikbud No.24 Tahun 2016, tentang KI-KD Pendidikan Dasar dan Menengah Lampiran 5 (2016: 3-4)

Pelaksanaan pembelajaran IPA kelas 5 diatur dalam Permendikbud No 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah BaB III, di jelaskan bahwa Perencanaan Pembelajaran di rancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian, dan skenario pembelajaran.

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Sedangkan RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk

(6)

dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.

2.1.2 Pendekatan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Pendekatan PBL dalam mata pelajaran IPA akan memberikan pengalaman belajar langsung bagi siswa karena terkait dengan kehidupan nyata. Menurut Slameto (2011: 7) pendekatan PBL merupakan pendekatan pembelajaran yang melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi artinya pendekatan PBL merupakan pembelajaran yang sangat potensial untuk meningkatkan hasil belajar, karena langkah pembelajarannya relevan dengan keterampilan proses pemecahan masalah.

Menurut Barrow dalam Huda, (2014 : 271) mendefisinikan PBL sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui proses yang menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Masalah tersebut ditemukan pertama-tama dalam proses pembelajaran. PBL merupakan pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada siswa yang masalahnya dialami atau merupakan pengalaman sehari-hari siswa. Secara garis besar PBL terdiri dari kegiatan menyajikan kepada siswa suatu masalah autentik. PBL menjadikan masalah nyata sebagai pemicu bagi proses belajar siswa sebelum mengetahui konsep formal.

Pendapat Nursalam dan Ferry dikutip oleh Putra (2013: 66), bahwa “PBL didefinisikan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah dapat dijadikan sebagai titik awal untuk mendapatkan ataupun mengintegrasikan ilmu baru.”

(7)

pemahaman resolusi masalah sebagai titik awal untuk mendapatkan ataupun mengintegrasikan ilmu baru.

Dalam pelaksanaan PBL, PBL memiliki karakteristik. Karakteristik PBL menurut Rusman (2012: 232), berorientasi pada permasalahan yang menjadi titik awal dalam pembelajaran. Permasalahan yang diangkat merupakan permasalahan yang ada di

lingkungan siswa untuk kemudian dipecahkan berdasarkan pengetahuan serta pengalaman siswa yang didukung oleh fakta yang ada. Permasalahan tersebut dimiliki oleh siswa. Bagaimana siswa berusaha menyelesaikan masalah berdasarkan ketiga hal yang dimiliki masing-masing siswa untuk kemudian disatukan dan dipecahkan secara berkelompok. Dalam prosesnya, pemecahan masalah melibatkan berbagai sumber belajar yang nantinya diakhiri dengan evaluasi dari informasi yang sudah didapat dari berbagai sumber belajar agar diperoleh solusi pemecahan masalah yang paling tepat.

Langkah-langkah pelaksanaan Pendekatan PBL

Langkah-langkah pendekatan PBL menurut Jumanta Hamdayana (2014: 212) sebagai berikut :

1. Merumuskan masalah yaitu siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan

2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah dari berbagai sudut pandang 3. Merumuskan hipotesa, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan

masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari data dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengajuan hipotesis dan rumusan kesimpulan.

Menurut Arends (2008: 57) terdapat lima tahapan dalam pendekatan PBL diantaranya :

1. Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa, yaitu menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

2. Mengorganisasi siswa untuk meneliti, yaitu membantu siswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.

(8)

4. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil kerja, yaitu membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, vdeo, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah, yaitu membantu siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangsungnya pemechan masalah.

Langkah-langkah pendekatan PBL menurut Nurhadi (2004: 111)

1. Orientasi siswa pada masalah, siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar, siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok, siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, siswa dalam merencanakan dan menyiapkan

karya yang sesuai seperti laporan, serta saling berbagi tugas dengan kelompoknya.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses, siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan serta proses pemecahan masalah.

Berdasarkan tiga pendapat tentang pendekatan PBL, maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pendekatan PBL adalah sebagai berikut :

1. Menyimak tujuan dan langkah-langkah pembelajaran 2. Merumuskan masalah

3. Menganalisis masalah 4. Merumuskan hipotesa

5. Mengumpulkan informasi yang sesuai atau melakukan eksperimen 6. Pengujian hipotesa

7. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah 8. Membuat laporan

9. Menyajikan karya laporan pemecahan masalah

10. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah

Kelebihan dan Kekurangan pendekatan PBL

(9)

1. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.

2. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi,

3. Pengetahuan tertananm berdasarkan skema yang dimiliki siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna,

4. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, sebab masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan motivsi dan ketertarikan siswa twerhadap bahan yang dipelajari,

5. Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif di antara siswa,

6. Pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya, sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan.

Kelemahan pendekatan PBL, menurut Aisyah (2011: 7) adalah bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan PBL, membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan satu siklus pembelajaran.

Sintak Pembelajaran Pendekatan Problem Based Learning (PBL) Tabel 2.4

Sintak Pembelajaran Pendekatan Problem Based Learning (PBL)

Kegiatan Guru Langkah-langkah PBL Kegiatan Siswa 1.1 Guru menjelaskan tujuan

2. Merumuskan masalah 1.2 Siswa menentukan masalah yang akan

3. Menganalisis masalah 1.3 Siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang

1.4 Guru membantu

siswamenentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah

(10)

1.6 Guru membantu siswa menguji rumusan permasalahan

6. Pengujian Hipotesa 1.6 Langkah siswa dalam merumuskan dan

8. Membuat laporan 1.8 Siswa mampu membuat laporan dari dari rumusan

1.10 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi

1.10 Siswa menganalisis dan mengevaluasi proses

Menurut Darmansyah ( 2006 : 124), hasil belajar adalah hasil penelitian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Ini berarti ada proses belajar yang merupakan kemampuan siswa yang harus diukur melalui angka.

(11)

Penilaian hasil belajar peserta didik bersifat utuh dan menyeluruh, yakni mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang (Wardani Naniek Sulistya, 2016:82). Ke tiga kompetensi tersebut oleh Wardani Naniek Sulistya (2016:111) dinamakan dengan taksonomi tujuan belajar. Taksonomi tujuan belajar menurut Benyamin S.Bloom, David Krathwohl serta Norman E. Gronlund dan RW de

Maclay ds adalah sebagai berikut: 1. Ranah Afektif

Ranah afektif adalah sikap ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif ini dibagi ke dalam lima jenjang, yaitu menerima atau memperhatikan (receiving atau

attending), menanggapi (responding), menilai sama dengan menghargai (valuing),

mengatur atau mengorganisasikan (organizing) dan karakteristik dari nilai atau kelompok nilai (Wardani NS., dkk., (2014: 115-116).

2. Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Taksonomi tujuan belajar domain kognitif dari Benyamin S. Bloom (1956) yang disempurnakan oleh Krathwol terdiri dari enam jenjang atau aspek, yakni pengetahuan/ hafalan/ingatan (knowledge), pemahaman

(comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), penilaian/

penghargaan/evaluasi (evaluation). dan membuat (create) (Wardani NS., dkk., 2014: 111-112).

3. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Jenjang ranah psikomotorik adalah berkaitan dengan kemampuan fisik yaitu persepsi, kesiapan, respon terpimpin, mekanisme penggunaan sejumlah skill dan respon yang kompleks (Wardani NS., dkk., (2014: 115-116).

(12)

Penilaian hasil belajar siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Prinsip penilaian hasil belajar dalam pasal 5 (2016:12-13) adalah:

1. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur; 2. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi

subjektivitas penilai;

3. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender;

4. terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;

5. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;

6. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta didik;

7. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku;

8. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan; dan

9. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.

Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan (Permendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan, pasal 4: 12).

(13)

soalnya, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar apa saja yang sudah atau belum dikuasai siswa. Hal ini dijadikan dasar menentukan keputusan, melanjutkan ke jenjang berikutnya, atau remidial. Pada prinsipnya, semua siswa dilayani sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.

Teknik dan Instrumen Penilaian

Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik (Permendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan, 2016: 2).

Pengukuran adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka suatu gejala atau peristiwa atau benda (Wardani Naniek Sulistya, dkk: 2012:47). Dalam Permendikbud RI No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan (2016: bab VII pasal 14) tentang Instrumen Penilaian menyatakan bahwa :

1. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pendidik dalam bentuk penilaian berupa tes, pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

2. Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk penilaian akhir dan/atau ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik.

3. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antarsekolah, antardaerah, dan antartahun

Menurut instrumen penilaian diatas bahwa validitas empirik digunakan sebagai perbandingan atau tolak ukur keberhasilan antar sekolah. Yang dimaksud dengan validitas empirik adalah hasil skor pengukuran yang dinyatakan secara empirik atau berupa data-data kuantitatif hasil belajar peserta didik yang diperoleh selama pembelajaran seperti raport dan ijasah.

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan (Permendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan, 2016: 5).

(14)

Dalam pendekatan PAN kelulusan seseorang ditentukan oleh kedudukan seseorang dalam kelompok itu. Untuk PAN diperlukan untuk menentukan ranking peserta didik dalam kelas. Penilaian dikatakan menggunakan pendekatan PAN apabila nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa lain yang termasuk dalam kelompok itu. Yang dimaksud dengan norma dalam hal ini adalah kapasitas atau prestasi

kelompok. Sedangkan yang dimaksud kelompok adalah semua siswa yang mengikuti tes tersebut. Selain itu dari hasil PAN tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pembelajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjukan kedudukan siswa didalam peringkat kelompoknya.

Dalam pendekatan PAP, kelulusan seseorang ditentukan oleh kriteria tertentu, yang dalam proses pembelajaran selalu mengacu pada tujuan/KD dan indikator. PAP selalu digunakan dalam sistem belajar tuntas, misalnya seseorang dikatakan telah menguasai satu pokok bahasan, bila peserta didik telah mampu menjawab dengan betul 80% KKM. Dengan PAP setiap individu dapat diketahui apa yang telah dan belum dikuasainya. Bimbingan individual untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat dirancang, demikian pula untuk memantapkan apa yang telah dikuasainya dapat dikembangkan. Guru dan setiap siswa mendapat manfaat dari adanya PAP (Wardani. Naniek Sulistya, dkk. 2014:124).

Jadi hasil belajar merupakan suatu pengukuran sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan pada saat proses belajar dan akhir belajar dan dinyatakan dengan KKM.

2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Ada beberapa hasil penelitian yang relevan mengenai pendekatan PBL dalam pembelajaran yang telah dipublikasikan dalam pembelajaran. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan PBL merupakan pendekatan yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berikut adalah kajian hasil penelitian yang relevan.

(15)

pembelajaran dengan tindakan berupa pendekatan problem based learning yakni ketuntasan belajar dicapai oleh 13 siswa atau 68,4% dari 19 siswa, meningkat menjadi 16 atau 84,2% dari jumlah siswa pada siklus I dan siklus II menjadi 19 siswa atau 100% tuntas. Namun kekurangan dalam penelitian ini yaitu penelitian tidak melakukan penilaian terhadap keterampilan dan sikap belajar siswa yang muncul pada saat siswa melakukan

aktivitas-aktivitas dalam pembelajaran PBL. Oleh karena itu, maka dalam penelitian ini akan mengukur hasil belajar melalui aspek afektif, kognitif dan keterampilan.

Penelitian yang dilakukan oleh I GD. Agus Siswantara, I. B Surya Manuaba, I GD. Meter pada tahun 2012 yang berjudul “Penerapan model problem based learning (PBL) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri 8 Kesiman tahun 2012/2013”. Kelebihan penelitian PBL ini adalah dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 di SD Negeri 8 Kesiman melalui pembelajaran PBL. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan hasil belajar IPA siswa pada siklus I mencapai 66,33% dari seluruh siswa kriteria hasil belajar IPA sedang dengan ketuntasan klasikal sebesar 56,67%. Pada siklus II mencapai 81,67% dari seluruh siswa kriteria hasil belajar IPA tinggi dengan ketuntasan klasikal 86,67%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar sebesar 15% dan ketuntasan klasikal sebesar 30%. Kekurangan dari penelitian ini adalah hanya meneliti meningkatnya skor hasil belajar IPA saja, sedangkan proses dalam pembelajaran model PBL tidak dilakukan pengukuran. Oleh karena itu, maka dalam penelitian ini akan mengukur proses belajar untuk mencapai aspek afektif dan keterampilan peserta didik.

(16)

Learning dapat meningkatkan keaktifan siswa dan guru serta hasil belajar pada proses pembelajaran siswa kelas 5 SD Negeri 25 Bengkulu Selatan. Kekurangan penelitian ini yaitu penelitian tidak melakukan penilaian terhadap keterampilan belajar siswa yang muncul pada saat siswa melakukan aktivitas-aktivitas dalam pembelajaran PBL.

Secara rinci rekapitulasi hasil kajian penelitian yang relevan dan terkait dengan

penelitian tentang PBL dan hasil belajal diisajikan melalui tabel 2.4 berikut ini. Tabel 2.5

Rekapitulasi Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Nama Tahun

Penelitian

Jenis Penelitian

Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1 2 Kelebihan Kelemahan

Dari beberapa hasil penelitian di atas, nampak terdapat peningkatan hasil belajar IPA siswa, setelah menggunakan pendekatan PBL.

2.3 Kerangka Berpikir

(17)

denga KKM≥ 80. Dalam pembelajaran IPA di kelas, Guru mengajar secara konvensional, yaitu guru menyampaikan materi secara ceramah dan terus menerus. Sedangkanaktivitas siswa dalam proses belajar itu adalah siswa duduk diam, mendengarkan penjelasan guru. Siswa tidak pernah diberi permasalahan yang harus dipecahkannya sendiri, melalui upaya untuk mencari jawaban atas pemecahan permasalahan. Kondisi yang demikian, perlu

diperbaiki dalam pembelajaran, dengan membuat desain pembelajaran yang mendorong siswa untuk belajar memecahkan permasalahan. Selain itu pengukuran yang dilakukan oleh guru tidak mengukur sikap dan keterampilan (non tes), namun hanya menggunakan tes saja.

Pembelajaran yang berlangsung berbasis pada guru tidak efektif, karena kurang terdapat interaksi baik antara guru dan siswa, maupun siswa dengan siswa itu sendiri. Dengan pembelajaran yang seperti ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Maka dari itu salah satu cara meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah pendekatan PBL dan pengukuran hasil belajar IPA.

Pembelajaran dengan pendekatan PBL, melibatkan siswa dalam belajar, sehingga hasil belajar siswa meningkat, apalagi pengukuran hasil belajar dengan menggunakan teknik pengukuran tes dan teknik non tes.

Pendekatan PBL adalah pembelajaran IPA dengan KD 3.3 Menjelaskan organ pencernaan dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ pencernaan manusia dan KD 4.3 Menyajikan karya tentang konsep organ dan fungsi pencernaan pada hewan atau manusia serta KD 3.4 Menjelaskan organ peredaran darah dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ peredaran darah manusia dan KD 4.4 Menyajikan karya tentang organ peredaran darah pada manusia, yang melatih dan mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah autentik siswa untuk berpikir tingkat tinggi dalam pemahaman resolusi masalah sebagai titik awal untuk mendapatkan ataupun mengintegrasikan ilmu baru, dengan menggunakan langkah–langkah sebagai berikut:

(18)

2. Merumuskan masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia 3. Menganalisis masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan manusia 4. Merumuskan hipotesa gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia

5. Mengumpulkan informasi tentang gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia 6. Pengujian hipotesis tentang gangguan fungsi Organ Percernaan Manusia

7. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia

8. Membuat laporan gangguan fungsi Organ Perncernaan Manusia.

9. Menyajikan karya tentang pemecahan masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia.

Langkah-langkah pendekatan PBL merupakan upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Hasil belajar IPA merupakan total skor dari pengukuran pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan pada saat proses belajar dan akhir belajar. Pengukuran proses dilakukan untuk mengukur aspek ketrampilan siswa yakni melalui aktivitas menyajikan atau mempresentasikan hasil laporan hubungan kesehatan dengan pencernaan.

(19)

Pendekatan Pembelajaran PBL Pembelajaran IPA

KD 3.3 . Menjelaskan organ pencernaan dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ pencernaan manusia.

KD 4.3 Menyajikan karya tentang konsep organ dan fungsi pencernaan pada hewan atau manusia

KD 3.4 Menjelaskan organ peredaran darah dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organperedaran darah manusia

KD 4.4 . Menyajikan karya tentang organ peredaran darah padamanusia Menyimak tujuan dan langkah-langkah pembelajaran

organ pencernaan manusia

Merumuskan masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia

Menganalisis masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia

Merumuskan hipotesa gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia

Mengumpulkan informasi gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia

Pengujian hipotesis tentang gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia

Membuat laporan gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia

Butir Soal pengetahuan Skor Pengetahuan

Skor Keterampilan

H

as

il

B

el

aj

ar

m

en

ingka

t

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui PBL

Merumuskan rekomendasi pemecahan gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia

Menyajikan karya laporan pemecahan masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia

Rubrik Penilaian Keterampilan

(20)

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Peningkatan hasil belajar IPA dengan KD 3.3 Menjelaskan organ pencernaan dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ pencernaan manusia diduga dapat diupayakan melalui pendekatan PBL siswa kelas 5

SD Negeri Maguan Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.

2. Peningkatan hasil belajar IPA dengan KD 4.3 Menyajikan karya tentang konsep organ dan fungsi pencernaan pada hewan atau manusia diduga dapat diupayakan melalui pendekatan PBL siswa kelas 5 SD Negeri Maguan Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.

3. Peningkatan hasil belajar IPA dengan KD 3.4 Menjelaskan organ peredaran darah dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ peredaran darah manusia diduga dapat diupayakan melalui pendekatan PBL siswa kelas 5 SD Negeri Maguan Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.

Gambar

Tabel 2.1 Kompetensi Inti pada Tingkat Kompetensi Pendidikan Dasar  SD/MI/SDLB/PAKET A
Tabel 2.2 Muatan  Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI/SDLB/PAKET A
Tabel 2.3 Kompetensi  Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas 5 Semester 1
Tabel 2.5 Rekapitulasi Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
+2

Referensi

Dokumen terkait

In term of administration, waqf affairs are the responsibility of the Islamic Religious Council of each state and coordinated and observed by the Department for

Saka Kencana adalah salah satu Satuan Karya Pramuka yang merupakan wadah kegiatan dan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan keterampilan praktis dan

Salah satu fasilitas kredit yang diberikan oleh Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pahlawan Surabaya adalah kredit briguna karya payroll BRI yang memberikan

Harga tetapan kalorimeter diperoleh dengan membagi jumlah kalor yang diserap oleh kalorimeter dengan perubahan temperatur .Dengan demikiantetapan kalorimeter(kapasitas panas

PT Bank Perkreditan Rakyat (BPR) “Charis Utama” Jatirogo Tuban adalah salah satu bank yang memiliki usaha dalam penyediaan kredit mikr, salah satunya adalah kredit mikro,

Penulis menyusun penelitian ini dengan judul Pengaruh Kepribadian Merek Terhadap Ekuitas Merek Yang Dimediasi Oleh Citra Merek Konsumen Coklat SilverQueen Di

NaCl dalam larutannya memang merupakan elektrolit kuat, karena dalam larutan, partikel-partikel NaCl akan terionisasi seluruhnya sehingga menghasilkan banyak

dimiliki oleh ekuitas merek, pengukuran tersebut yaitu: kesadaran konsumen akan keberadaan sebuah merek, selalu menjadi pilihan pertama konsumen dalam membeli suatu