• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI KABUPATEN SUKOHARJO"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

1

SKRIPSI

Diajukan Guna memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

YUSNANTO

F 1106014

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

MOTTO

Jika Dia Yang Kau Cinta Tak Dapat Kau Miliki Di

Dunia,

Maka Nantikanlah Cintanya Di Pintu Surga

(Penulis)

Dalamnya Sumur Dapat Kita Ukur

Dalamnya Samudra Dapat Kita Terka

Tapi Dalam Hati Seseorang Siapa Bisa Menduga

(5)

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

©

ALLAH SWT

©

Ayah dan Ibuku tercinta

©

Kakakku tersayang (mbak yuyun)

©

Seluruh Keluarga Besar Ku

©

Semua sahabat-sahabat yang

telah memberi support

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI KABUPATEN SUKOHARJO”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persiapan, perencanaan dan pelaksanaan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi merupakan tantangan tersendiri bagi peneliti. Banyak kesulitan dan hambatan yang harus dilalui. Tetapi berkat arahan, bantuan dari berbagai pihak maka akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

Dengan terselesaikannya penyusunan skripsi ini, peneliti dengan ketulusan mendalam menyampaikan terima kasih atas segala bantuan dan dukunyan kepada:

1. Drs. Wahyu Agung Setyo, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan, saran dan motivasi selama proses penyelesaian penyusunan skripsi ini.

(7)

3. Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Izza Mafruah, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah dengan baik membagikan ilmunya kepada saya, mudah-mudahan berguna bagi saya dan amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT.

6. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya selama ini.

7. Bapak-ibu Pimpinan dan Staf di Kantor BPS dan Kantor Disperindag Kabupaten Sukoharjo yang telah banyak membantu dalam pencarian data sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

8. Sahabat-sahabat semua di Fakultas Ekonomi, terimakasih atas semangat dan dukungannya selama ini.

Peneliti menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitu pula skripsi ini memerlukan saran, kritik dan perbaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Surakarta, April 2010

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan Skripsi ... iii

Halaman Motto ... iv

Halaman Persembahan ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xii

Daftar Lampiran ... xiv

Abstrak ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Industri ... 9

1. Pengertian Industri ... 9

2. Pengertian Industri Pengolahan ... 10

B. PDRB ... 13

1. Pengertian PDRB ... 13

2. Macam PDRB ... 15

(9)

C. Investasi ... 18

1. Pengertian Investasi ... 18

2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ... 19

3. Penanaman Modal Asing (PMA) ... 21

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi ... 23

D. Inflasi ... 24

1. Pengertian Inflasi ... 24

2. Jenis-jenis Inflasi... 26

E. Jumlah Unit Usaha ... 29

F. Tenaga Kerja ... 30

1. Permintaan Tenaga Kerja... 31

2. Kesempatan Kerja ... 32

3. Penyerapan Tenaga Kerja ... 33

G. Perkembangan Ekonomi ... 34

H. Outlook Industri Pengolahan 2010 ... 36

I. Penelitian Terdahulu ... 38

J. Kerangka Pemikiran... 40

K. Hipotesis... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 42

A. Ruang Lingkup Penelitian... 42

B. Jenis dan Sumber Data... 42

C. Definisi Operasional Variabel... 42

D. Metode Analisis Data... 47

1. Pengujian Hipotesis I ... 49

2. Uji Statistik Hipotesis I ... 49

3. Uji Asumsi Klasik Hipotesis I ... 52

(10)

5. Uji Statistik Hipotesis II... 55

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 58

A. Keadaan Wilayah ... 58

1. Keadaan Geografis ... 58

2. Keadaan Topografi... 60

3. Keadaan Iklim ... 60

B. Keadaan Penduduk dan Segala Aspeknya ... 61

1. Laju Pertumbuhan Penduduk ... 61

2. Struktur/Komposisi Penduduk Kabupaten Sukoharjo ... 63

C. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sukoharjo ... 67

1. Perkembangan PDRB Kabupaten Sukoharjo... 67

2. Pendapatan Perkapita Kabupaten Sukoharjo ... 68

3. Laju Pertumbuhan Ekonomi ... 70

4. Jumlah Investasi dan Jumlah Industri ... 71

D. Analisis Data ... 72

1. Uji Hipotesis I ... 72

a. Hasil Regresi ... 72

b. Uji t ... 73

c. Uji F ... 74

d. Koefisien Determinasi ... 74

e. Uji Asumsi Klasik... 75

2. Uji Hipotesis II... 80

a. Hasil Regresi ... 80

b. Uji t ... 80

c. Koefisien Determinasi ... 81

(11)

1. Interpretasi Terhadap Hipotesis I... 81

2. Interpretasi Terhadap Hipotesis II... 83

BAB V PENUTUP... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran... 86 DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 PDRB dan Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007-2008 ... 4 Tabel 1.2 PDRB dan Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten

Sukoharjo Tahun 2007-2008 ... 5 Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel PDRB, Investasi, Inflasi dan Jumlah

Unit Usaha ... 44 Tabel 3.2 Definisi operasional Variabel Tenaga Keja dan PDRB... 46 Tabel 4.1 Laju Pertumbuhan PEnduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun

1994-2008 ... 61 Tabel 4.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan penduduk Per

Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ... 62 Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin Kabupaten

SukoharjoTahun 2008... 64 Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan Tahun 2008 ... 65 Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Usia 10 tahun Keatas Menurut Lapangan Kerja

Tahun 2008 ... 66 Tabel 4.6 PDRB Per Kapita Atas Dasar Berlaku dan Konstan Tahun

2007-2008 (Dalam Ribuan Rupiah) ... 70 Tabel 4.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007-2008

(13)

Tabel 4.10 Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda Antara LPDRB dengan

Investasi, Inflasi dan Jumlah Unit Usaha ... 72

Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Analisis Koefisien Regresi (t-hitung)... 73

Tabel 4.12 Hasil Uji F... 74

Tabel 4.13 Hasil Uji Autokorelasi ... 76

Tabel 4.14 Uji LM ARCH Untuk Menguji Heteroskedastisitas... 77

Tabel 4.15 Ringkasan Hasil Uji Regresi Multikolinieritas... 79

Tabel 4.16 Hasil Regresi Antara Tenaga Kerja dengan PDRB ... 80

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data PDRB Sektor Industri Pengolahan, Investasi, Inflasi dan Jumlah Unit Usaha di Kabupaten Sukoharjo dari Tahun 1994-2008

Lampiran 2 Hasil Estimasi Regresi Lionier Berganda Antara PDRB dengan Investasi, Inflasi dan Jmlah Unit Usaha

Lampiran 3 Hasil Uji Autokorelasi dengan B-G test

Lampiran 4 Hasil Uji LM ARCH Untuk Menguji Heteroskedastisitas

Lampiran 5 Hasil Regresi Antara PDRB dengan Investasi, Inflasi dan Jumlah Unit Usaha Untuk Multikolinieritas

Lampiran 6 Hasil Regresi Antar Variabel Bebas Investasi dengan Inflasi dan Jumlah Unit Usaha

Lampiran 7 Hasil Regresi Antar Variabel Bebas Inflasi dengan Investasi dan Jumlah Unit Usaha

Lampiran 8 Hasil Regresi Antar Variabel Bebas Jumlah Unit Usaha dengan Investasi dan Inflasi

(15)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

YUSNANTO F 1106014

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel investasi, inflasi dan jumlah unit usaha terhadap PDRB sektor industri pengolahan serta pengaruh PDRB terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sukoharjo

Data yang digunakan adalah data time series tahun 1994-2008 yang bersumber dari Kantor Statistik Kabupaten Sukoharjo, Bappeda, Disperindag Kabupaten Sukoharjo dan ditunjang oleh studi pustaka. Untuk menganalis hipotesis I yaitu pengaruh investasi, inflasi dan jumlah unit usaha terhadap PDRB sektor industri pengolahan dan hipotesis II yaitu Pertumbuhan PDRB terhadap penyerapan tenaga kerja, digunakan regresi linier berganda dengan metode OLS (Ordinary Last Square) dengan model semi log untuk hipotesis I dan double log

untuk hipotesis II. Proses pengujian yang dilakukan terdiri dari pengujian secara statistik meliputi uji t, uji F, dan uji determinasi (goodness of fit). Sedangkan pengujian Ekonometrika (asumsi klasik) meliputi uji multikolinieritas, uji heteroskedastik dan uji autokorelasi.

Hasil penelitian hipotesis I berdasarkan data yang ada maka diperoleh koefisien-koefisien regresi sebagi berikut : investasi sebesar 0,00000118, inflasi sebesar 0,006355, jumlah unit usaha sebesar 0,0000309. Setelah dilakukan uji t

berdasarkan hasil olah data ternyata variabel investasi dan jumlah unit usaha secara signifikan berpengaruh positif terhadap sektor industri pengolahan, setelah dilakukan uji F ternyata variabel investasi, inflasi dan jumlah unit usaha secara bersama-sama mempengaruhi sektor industri pengolahan. Sedangkan untuk hipotesis II koefisien regresi untuk PDRB sebesar 0,466815, setelah dilakukan uji

t ternyata PDRB secara signifikan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sukoharjo. Tingkat keyakinan yang digunakan sebesar 95%. Uji ekonometrika juga menunjukan tidak ada gangguan multikolinieritas, heteroskedastik dan autokorelasi.

Melihat hasil analisis data ini, maka diharapkan pemerintah Kabupaten Sukoharjo dapat menciptakan stabilitas ekonomi makro yang baik. Dengan upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan minat para investor untuk menanamkan modalnya sehingga diharapkan akan tercipta iklim investasi yang kondusif. Pemerintah daerah juga diharapkan akan mempermudah proses pengrurusan surat ijin usaha, karena dengan demikian akan mendorong para pengusaha untuk mendirikan unit-unit industri. Banyaknya jumlah unit industri akan meningkatkan volume produksi dan pada akhirnya meningkatkan PDRB sektor industri pengolahan dan akhirnya akan menyerap tenaga kerja disektor tersebut.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi diarahkan merata pada semua sektor dan bagian masyarakat, tetapi semua itu tidak mudah karena dibutuhkan sumberdaya yang cukup besar. Sementara di negara-negara sedang berkembang (NSB) seperti Indonesia sangat terbatas sumber daya manusia dan prasarananya, maka pembangunan dilakukan pada sektor-sektor yang menjadi prioritas utama.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat seringkali digambarkan dalam berbagai tingkat kemajuan ekonomi. Perkembangan ekonomi regional merupakan gambaran awal untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat disuatu daerah. Walaupun hal tersebut tidak sepenuhnya benar, namun memang ada keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan antara perkembangan ekonomi dalam berbagai sektor dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Setidaknya perkembangan ekonomi yang meningkat di suatu daerah akan membuka peluang bagi masyarakat daerah tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

(17)

langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini sangat perlu untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah dicapai dan berguna untuk menentukan arus pembangunan dimasa yang akan datang. Laju pertumbuhan ekonomi daerah dapat ditunjukan dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Indikator yang seringkali digunakan dalam melihat sumber daya yang dimiliki oleh suatu daerah adalah aspek ekonomi dan ketenagakerjaan sebagai penopang kekuatan dan kelemahannya (Sadono Sukirno, 1985).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu ukuran statistic yang menjadi indicator penting dalam mengukur tingkat perkembangan perekonomian di suatu daerah. PDRB sebenarnya merupakan nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi di suatu daerah pada kurun waktu tertentu. Dengan melihat nilai PDRB ibi maka akan banyak didapatkan berbagai informasi mengenai perkembangan ekonomi sektoral baik dalam hal volume produksi maupun harga (BPS Sukoharjo 2008).

Kabupaten Sukoharjo yang mempunyai sumbangan cukup berarti dalam beberapa sektor ekonomi pada tingkat nasional cukup menarik untuk diikuti perkembangan perekonomiannya. Beberapa perkembangan sektor ekonomi seperti misalnya sektor industi dan pertanian di Kabupaten Sukoharjo merupakan isu ekonomi yang cukup menarik beberapa kalangan ekonomi (BPS Sukoharjo 2008).

(18)

dengan tangan sehingga menjadi barang jadi dan atau barang setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan jasa industri dan pekerjaan perakitan (assembling).

Industri mempunyai peranan sebagai sektor “pemimpin”, maksudnya adalah dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya, seperti sektor pertanian dan sektor jasa. Pertumbuhan sektor industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan baku bagi industri. Sektor jasa pun berkembang dengan adanya industri tersebut, misalnya berdirinya lembaga keuangan, lembaga-lembagapemasaran atau periklanan dan sebagainya, yang kesemua itu nanti akan mendukung laju pertumbuhan industri(Payaman J. Simanjuntak, 1998).

Peran sektor industri secara keseluruhan dalam perkembangan perekonomian nasional sangat penting antara lain pertumbuhan tenaga kerja dan nilai ekspor. Persoalan yang perlu diperhatikan dalam sektor ini adalah kebijakan pemerintah sangat menentukan perkembangan di sektor industri, maka keterpaduan kebijakan antara departemen atau lembaga lain yang terkait saling diperlukan.

(19)

perdagangan juga tetap menjadi andalan bagi Kabupaten Sukoharjo dalam peningkatan ekonomi masyarakat dengan tingkat partisipasi PDRB sebesar 25,78%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa struktur perekonomian Kabupaten Sukoharjo adalah industri yang ditopang oleh sektor perdagangan dan pertanian.

Tabel 1.1

PDRB Dan Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007-2008

Sumber : Sukoharjo Dalam Angka 2008

Dari tabel data diatas maka dapat kita lihat PDRB Kabupaten Sukoharjo untuk sektor industri pengolahan dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 PDRB sektor industri pengolahan sebesar 2084434.00 meningkat menjadi 2373783.75 pada tahun 2008.

PDRB Atas Dasar Harga

Pertanian 1419978.16 1571001.22 20.13 19.54

Tanaman Bahan Makanan 1079808.47 1162048.31 15.31 14.45

Tanaman Perkebunan 40.354.65 49903.05 0.57 0.62

Peternakan 246410.25 299146.27 3.49 3.72

Kehutanan 42061.82 45832.61 0.60 0.57

1.

Perikanan 11342.97 14070.98 0.16 0.17

2. Pertambangan dan

Penggalian 60028.17 64866.44 0.85 0.81

3. Industri Pengolahan 2084434.00 2373783.75 29.55 29.52

4. Listrik, Gas, dan Air

Bersih 123311.76 138731.06 1.75 1.73

5. Bangunan 351054.88 2680.29 4,98 4.89

6. Perdagangan, Hotel, dan

Restoran 1781530.37 2072979.21 25.25 25.08

7. Pengangkutan dan

Komunikasi 399457.34 465071.20 5.66 5.78

8. Keuangan, Sewa, dan

Jasa Perusahaan 238565.55 279174.26 3.38 3.47

9. Jasa-jasa 595812.53 672364.56 8.45 8.36

(20)

Distribusi PDRB sektor industri pengolahan pada tahun 2007 sebesar 29,55 persen dan sedikit mengalami penurunan pada tahun 2008 yaitu menjadi sebesar 29,52 persen. Dari tabel diatas maka dapat kita lihat pula bahwa sektor industri pengolahan di Kabupaten Sukoharjo menempati urutan yang pertama diantara sektor-sektor yang lain.

Tabel 1.2

PDRB Dan Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007-2008

Pertanian 876494,85 920118,11 20,24 20,26

Tanaman Bahan Makanan 678218,78 705569,95 15,57 15,54

Tanaman Perkebunan 25767,37 28572,14 0,59 0,63

Peternakan 147104,72 156202,90 3,40 3,44

Kehutanan 22795,32 22622,66 0,53 0,50

Penggalian 34974,08 35355,30 0,81 0,78

3. Industri Pengolahan 1303210,93 139291,24 30,09 29,94 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 44464,42 46449,85 1,03 1,02

5. Bangunan 181345,44 190859,79 4,19 4,20

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1206521,86 1263767,82 27,86 27,83

7. Pengangkutan dan

Komunikasi 189071,35 198992,58 4,37 4,38

8. Keuangan, Sewa, dan Jasa

Perusahaan 146162,75 156912,96 3,37 3,46

9. Jasa-jasa 348747,28 369003,89 8,05 8,13

Sumber : Sukoharjo Dalam Angka 2008

(21)

2008. Distribusi PDRB sektor industri pengolahan atas dasar harga konstan pada tahun 2007 sebesar 30,09 persen dan sedikit mengalami penurunan pada tahun 2008 yaitu menjadi sebesar 29,94 persen. Dari dua table diatas dapat dikatakan bahwa PDRB kabupaten sukoharjo untuk sektor industri pengolahan terus mengalami peningkatan baik PDRB atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan, meskipun terjadi sedikit penurunan pada distribusinya.

Pembangunan di sektor industri merupakan prioritas utama pembangunan ekonomi. Sektor industri memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian Kabupaten Sukoharjo , dengan distribusi terhadap PDRB Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 sebesar 29,52%. Tampaknya peranan besar yang sebelumnya yang diberikan oleh sektor pertanian telah diambil alih oleh sektor industri

Berdasarkan latar belakang diatas mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sektor Industri Pengolahan Di Kabupaten Sukoharjo

(22)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan berbagai permasalahan sebagai berikut :

1.Bagaimana pengaruh Investasi, Inflasi dan Jumlah Unit Industri terhadap PDRB sektor industri pengolahan di Kabupaten Sukoharjo?

2.Bagaimana pengaruh perkembangan PDRB sektor industri pengolahan terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

Dengan melihat pada perumusan masalah diatas, maka penelitian yang dilakukan ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1.Untuk mengetahui dan menganalisa besarnya pengaruh Investasi, Inflasi dan Jumlah Unit Industri dalam kontribusinya terhadap sektor industri pengolahan di kabupaten Sukoharjo.

2.Untuk mengetahui perkembangan kontribusi PDRB sektor Industri pengolahan terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sukoharjo.

D. Manfaat Penelitian

Manfat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

(23)

2.Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan industri pengolahan di Kabupaten Sukoharjo.

(24)

24

A. Industri

1.Pengertian Industri

Menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1984 tentang Perindustrian yang dimaksud dengan industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

Pengertian industri menurut BPS (1990: 15) merupakan perusahaan atau usaha industri yang merupakan satu unit (kesatuan usaha) melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa terletak pada suatu bangunan/lokasi tertentu dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggungjawab atas resiko usaha tersebut.

(25)

pada suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi. Kegiatan pengolahan itu sendiri dapat bersifat masinal, elektrikal, atau bahkan manual. Menurut BPS (1990), mengelompokan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan, industri dikelompokan menjadi empat bagian, yaitu :

a. Industri besar: jika mempekerjakan 100 orang atau lebih tenaga kerja b. Industri sedang: jika mempekerjakan 20-99 orang tenaga kerja c. Industri kecil: jika mempekerjakan 5-19 orang tenaga kerja

d. Industri kerajinan rumah tangga: jika mempekerjakan 1-4 orang tenaga kerja

2.Pengertian Industri Pengolahan

Industri pengolahan atau manufaktur, adalah semua kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa yang bukan tergolong produk primer. Yang dimaksudkan dengan produk primer adalah produk-produk yang tergolong bahan mentah, yang dihasilkan oleh kegiatan eksploitasi sumber daya alam hasil pertanian, kehutanan, kelautan dan pertambangan, dengan kemungkinan mencakup produk pengolahan awal sampai dengan bentuk dan spesifikasi teknis yang standard dan lazim diperdagangkan sebagai produk primer.

(26)

nilai lebih tinggi penggunaannya, tidak termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Menurut BPS (2003), industri adalah suatu unit usaha (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan untuk menghasilkan barang atau jasa. Terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya.

Istilah industri mempuyai dua arti. Pertama, industri dapat berarti himpunan perusahaan-perusahaan sejenis. Dalam konteks ini, sebutan industri kosmetika misalnya berarti hmpunan perusahaan-perusahaan penghasil produk-produk kosmetika. Kedua, industri dapat pula merujuk ke suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Kegiatan pengolahan itu sendiri dapat bersifat masinal, elektrikal atau manual. Istilah industri yang kedua ini sering disebut sebagai sektor industri pengolahan (manufacturing) yakni sebagai salahsatu sektor produksi atau lapangan usaha dalam perhitungan Pendapatan Nasional menurut pendekatan produksi (Dumairy, 1997).

(27)

maklor (contract to service), perbaikan dan pemeliharaan mesin-mesin, kapal, kereta api dan pesawat terbang juga termasuk dalam sektor industri ini (BPS, 1990).

Secara garis besar industri pengolahan di Indonesia di kelompokkan ke dalam industri kecil, rumah tangga, sedang dan besar. Yang pengelompokkannya berdasarkan jumlah tenaga kerja menurut definisi dari Badan Pusat Statistik (BPS). Selain itu pengelompokkan juga didasarkan pada modal yang dimiliki. Dalam penelitian ini kelompok industri yang menjadi obyek penelitian adalah industri pengolahan skala kecil, sedang dan besar berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki. Oleh BPS jumlah tenaga kerja 5-19 orang termasuk kedalam industry kecil, jumlah tenaga kerja 20-99 orang masuk dalam kelompok industri sedang dan jumlah tenaga kerja 100 orang lebih masuk kelompok industri besar.

Jasa industri yang terkait erat dengan industri pengolahan/manufaktur adalah: (Irsan Azhary Saleh, 1985: 106)

a. Jasa teknik yang mendukung terbangunnya anstalasi produksi.pabrik, ataupun dibuatnya alat produksi yang siap menghasilkan jasa yang bisa dijual (alat transportasi), yaitu jasa konsultasi pembangunan proyek industri, jasa desain & enginering

(28)

b. Jasa teknik yang menunjang pembuatan alat atau mesin produksi, yaitu desain dan rekayasa mesin atau peralatan pabrik.

c. Jasa teknik yang menunjang pembuatan bahan konstruksi dasar, misalnya jasa litbang industri, jasa pengujian mutu bahan atau barang, jasa kalibrasi alat ukur.

B. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

1.Pengertian

Menurut badan pusat statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tumbuh yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

Sedangkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat diestimasikan dengan tiga pendekatan, yaitu :

a. Pendekatan Produksi

Menurut pendekatan produksi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi dalam suatu wilayah, pada suatu periode tertentu (1 tahun). Sedangkan unit-unit produksi ini dikelompokan menjadi 9 lapangan usaha, yaitu:

1) pertanian

2) pertambangan dan penggalian 3) industri pengolahan

(29)

5) bangunan

6) perdagangan, hotel dan restoran 7) pengangkutan dan komunikasi

8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 9) jasa-jasa

b. Pendekatan Pengeluaran

Menurut pendekatan pengeluaran, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah semua komponen permintaan akhir di suatu wilayah, dalam jangka waktu tertentu (1 tahun). Komponen permintaan akhir tersebut meliputi :

1) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung.

2) konsumsi pemerintah

3) pembentukan modal tetap domestik bruto 4) perubahan stok

5) ekspor netto (expor dikurangi impor) c. Pendekatan Pendapatan ( Income Approach)

(30)

pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencakup penyusutan dan pajak tak langsung netto. Jumlah semua komponen pendapatan ini persektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Oleh karena itu PDRB merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha).

2.Macam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) :

Ada dua macam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yaitu :

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Jumlah nilai produksi atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai dengan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan.

b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan Jumlah nilai produksi atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas dasar harga tetap suatu tahun tertentu.

3.Metode perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Ada berbagai macam cara yang digunakan untuk menghitung PDRB, cara-cara tersebut antara lain:

a. Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku

(31)

dikenal ada tiga macam pendekatan perhitungan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. Metode tidak langsung bisa digunakan apabila data yang diperlukan untuk menghitung Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tidak tersedia.

b. Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Perhitunganm Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan bertujuan untuk melihat perkembangan PDRB secara riil bukan karena adanya pengaruh harga. Ada 4 cara yang dikenal untuk menghitung nilai tambah atas dasar harga konstan, yaitu (dalam Paramitha G.W.N : 2009):

1) Revaluasi

Prinsip metode revaluasi adalah menilai barang dan jasa pada tahun berjalan dengan menggunakan harga pada tahun dasar. Nilai tambahan bruto atas dasar harga konstan diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara atas dasar harga konstan.

2) Ekstrapolasi

(32)

dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari bebagai indikator seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan lainnya, yang dianggap cocok dengan jenis kegiatannya. Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap output pada tahun dasar tertentu dengan mengalikan output atas dasar harga konstan dan rasio tetap nilai tambah terhadap output pada tahun dasar tertentu yang diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.

3) Deflasi

menurut metode deflasi, nilai tambah atas dasar harga konstan tahun tertentu diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku pada tahun berjalan dengan indeks yang sesuai.

4) Deflasi berganda

(33)

C. Investasi

1.Pengertian

Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga produksi) dari kapital/modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Untuk lebih jelasnya, investasi juga adalah suatu komponen dari PDB dimana PDB tersebut dapat dihitung dengan rumus :

PDB = C + I + G + (X –M)

Fungsi investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential (seperti pabrik, mesin dll) dan investasi non-residential (rumah baru). Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga, dilihat dengan kaitannya I = (Y,i). suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat suku bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang. Walaupun jika suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukan suatu biaya kesempatan dari investasi dana tersebut daripada meminjamkan untuk mendapatkan bunga.

Bentuk-bentuk investasi yang sering ditemukan antara lain : a. Investasi Tanah

(34)

b. Investasi Pendidikan

Investasi pendidikan dengan bertambahnya pengetahuan dan keahlian, diharapkan pencarian kerja dan pendapatan lebih besar. c. Investasi Saham

Investasi saham diharapkan perusahaan mendapatkan keuntungan dari hasil kerja atau penelitian.

Investasi dapat menimbulkan suatu resiko tertentu. Investasi selain juga dapat menambah penghasilan seseorang juga membawa resiko keuangan bilamana investasi tersebut gagal. Kegagalan investasi disebabkan oleh banyak hal, diantaranya adalah faktor keamanan (baik dari bencana alam atau dikaitkan dengan faktor manusia), keterlibatan hukum dan lain-lain.

2.PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri)

a. Pengertian

PMDN adalah penggolongan modal, kekayaan masyarakat Indonesia baik perorangan atau badan hukum termasuk benda bergerak ataupun tak bergerak bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya (dalam Risdian:2008).

b. Modal PMDN

(35)

Luar Negeri tidak mungkin diandalkan selamanya untuk pembangunan. Untuk itu perlu adanya usaha yang sungguh-sungguh untuk melaksanakan investasi yang bersumber dari dalam negeri. Modal investasi dapat diperoleh secara langsung ataupun tidak langsung antara lain adalah (Endar Supriyanto, 2006: 21) :

1) Secara langsung

Penanaman modal secara langsung bersumber dari pemilik sendiri. Dalam menjalankan usaha pasti seorang investor yang memiliki modal awal dari miliknya sendiri selain modal dari pihak lain.

2) Secara tidak langsung a) Lembaga Perbankan

Perbankan merupakan lembaga keuangan yang bertugas menghimpun simpanan masyarakat dalam bentuk tabungan. Dengan adanya simpanan masyarakat yang ada di bank-bank maka investor dapat meminjam dana investasi dari bank-bank yang ada. Dana dari perbankan bersifat jangka pendek karena simpanan masyarakat itu merupakan deposito berjangka yang pengambilannya sudah ditentukan. b) Pasar Modal

(36)

wahana yang dapat menggalang pergerakan dana masyarakat untuk disalurkan kepada investor. Pasar modal merupakan alternatif sumbar dana bagi pembiayaan proyek investasi. Dana dari pasar modal merupakan dana yang bersifat jangka panjang.

3.PMA (Penanaman Modal Asing)

Penanaman modal asing merupakan investasi yang dilakukan oleh para pemilik modal asing di dalam negara untuk mendapatkan keuntungan dari usaha yang dilakukannya. Keuntungan adanya modal asing yaitu berupa diolahnya sumber daya alam kita, meningkatnya lapangan pekerjaan, meningkatnya penerimaan negara dari sumber pajak serta adanya alih tekhnologi. Bagi pemilik modal keuntungan merupakan deviden dari hasil usaha (Suparmoko dan Irawan,1993).

Investasi Asing digunakan bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya. Penanaman modal tersebut dilakukan secara langsung yakni melalui pembelian obligasi-obligasi, surat-surat serta deposito dan tabungan yang berjangka panjang sekurang-kurangnya satu tahun (Sukirno Sadono, 1999).

(37)

Salvatore (1997) menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua jenis investasau asing atau PMA, yakni investasi asing secara langsung dan investasi portofolio. Investasi portofolio (portfolio investment)

melibatkan hanya asset-aset financial saja seperti obligasi dan saham-saham yang didenominasikan atau ternilai dalam mata uang nasional.

Sedangkan investasi asing secara langsung (foreign direct investment) biasanya disingkat dengan PMA (Penanaman Modal Asing) meliputi investasi ke dalam aset-aset secara nyata yang berupa pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan berbagai barang modal, pembelian lahan untuk keperluan produksi, pembelanjaan berbagai peralatan inventaris, dan sebagainya. Investasi Asing Langsung ini biasanya dilakukan dalam pembentukan sebuah perusahaan baru atau anak perusahaan yang kemudian mengambil alih perusahaan induk. Pengambil alihan perusahaan itu sendiri dimungkinkan jika seseorang atau sekelompok investor dapat membeli sebagian besar sahamnya melalui bursa saham. Sedangkan dalam konteks internasional, investasi asing langsung itu umumnya dilakuakan oleh perusahaan multinasional yang bergerak dalam bidang pengolahan, pengalihan sumber daya alam atau dalam bidang bisnis jasa. Investasi Asing Langsung kini merupakan saluran utama perpindahan modal internasional.

(38)

gilirannya hampir semua sektor produksi mengalami perubahan dalam tekhnik produksinya, tidak terkecuali sektor industri pengolahan. Perubahan ini tentunya akan mempengaruhi besarnya tenaga kerja yang akan diserap. Jadi investasi asing berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, artinya, jika investasi asing bertambah maka penyerapan tenaga kerja juga akan meningkat.

4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi

a. Menurut Sukirno Sadono (1999), faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah :

1) Tingkat keuntungan invstasi yang diramalkan akan diperoleh 2) Tingkat bunga

3) Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa depan 4) Kemajuan teknologi

5) Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya 6) Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan

b. Menurut Irawan dan M. Suparmoko (1993), faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat investasi adalah :

1) Tingkat bunga 2) Pendapatan nasional

c. Menurut Samuelson dan Nerdaus (1994), investasi dipengaruhi oleh: 1) Tingkat permintaan atas output yang dihasilkan investasi baru 2) Tingkat suku bunga dan pajak yang mempengaruhi biaya

(39)

3) Ekspektasi dan perkiraan usahawan atas situasi ekonomi di masa depan

d. Menurut Deliarnov (1995), selain tingkat suku bunga, investasi juga ditentukan oleh faktor-faktor lain, yaitu :

1) Inovasi dan teknologi 2) Tingkat perekonomian

3) Ramalan atau harapan orang tentang perekonomian di masa depan

4) Tingkat keuntungan perusahaan 5) Situasi politik

D. Inflasi

1.Pengertian Inflasi

Salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan yang dijumpai hampir di semua negara-negara di dunia adalah inflasi. Pengertian inflasi dibagi dalam dua bagian, yaitu :

(40)

hari raya islam dan natal juga tidak dapat dinamakan dengan inflasi (Kusnadi, 1996 : 276 dalam Paramitha, Gesha W.N. 2009).

b. Pengertian inflasi dalam arti luas didefinisikan sebagai suatu kenaikan relatif dan sekonyong-konyong yang disporposional besar dalam tingkat harga umum. Inflasi dapat timbul bila jumlah uang atau uang deposito (deposite Currency) dalam peredaran banyak, dibandingkan dengan jumlah barang-barang serta jasa-jasa yang ditawarkan atau bila karena hilangnya kepercayaan terhadap mata uang nasional, terdapat adanya gejala yang meluas untuk menukar dengan barang-barang. Suatu kenaikan normal dalam tingkat harga setelah suatu periode depresi umumnya tidak dianggap sebagai keadaan inflasi (Winardi, 1995 : 235 dalam Rahayu, Tri Susanti. 2005). Ada dua teori yang membahas tentang inflasi, yaitu :

1. Teori kuantitas

Teori ini dekenal teori kaum monetaris (monetaris models)

yang menekankan pada peranan jumlah uang yang beredar dan harapan masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi.

2. Teori struktural

(41)

mengenal mengenal hal yang berhubungan dengan luar negeri, misalnya hutang luar negeri dan kurs valuta asing dapat menimbulkan fluktuasi harga dipasar domestik.

2. Jenis-jenis Inflasi

Dalam teori ekonomi, inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis dalam pengelompokan tertentu :

a. penggolongan inflasi atas derajat parah tidaknya inflasi dibedakan menjadi empat macam, yaitu (Kusnadi, 1996 : 227 dalam Paramitha, Gesha W.N. 2009) :

1) inflasi ringan dibawah 10% 2) inflasi sedang antara 10% - 30% 3) inflasi tinggi antara 30% - 100% 4) hiperinflation diatas 100%

b. Penggolongan inflasi didasarkan pada penyebabnya dibedakan menjadi dua, yaitu ( Boediono, 2000 :162) :

1) Demand pull inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan agregat permintaan masyarakat terhadap komoditi-komoditi hasil produksi di padar barang.

(42)

c. Penggolongan inflasi menurut asalnya dibedakan menjadi dua, yaitu (Boediono, 2000 : 162) :

1) Domestik Inflation, yaitu inflaasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan pengelolaan perekonomian baik disektor riil maupun disektor moneter dalam negeri oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat. Inflasi tarikan permintaan dapat terjadi akibat permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi tersebut kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi ful employment. 2) Imported Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh karena adanya kenaikan harga-harga komoditi diluar negeri (dinegara asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara yang bersangkutan). Inflasi desakan biaya dapat terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik.

(43)

mempunyai pengruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang lebih bergairah dalam bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi yang tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak semangat kerja, menabung atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kuwalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi , usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).

(44)

ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

E. Jumlah Unit Usaha

Menurut dinas perindustrian, unit usaha merupakan jumlah perusahaan industri pengolahan yang beroperasi, yang dihitung dalam satuan unit usaha. Menurut dinas kehutanan memberikan definisi yaitu Unit usaha adalah suatu usaha kegiatan ekonomi pada suatu tempat tersendiri yang dilakukan oleh pemilik perorangan atau suatu badan usaha yang bergerak di sektor pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas, air minum,konstruksi, perdagangan, pengangkutan dan perhubungan, lembaga keuangan dan jasa-jasa perusahaan dan kehutanan. Unit usaha suatu industri biasanya terkumpul pada suatu tempat yang disebut sentra industri.

Perusahaan adalah suatu badan usaha yang menggunakan faktor-faktor produksi berusaha untuk mendapatkan laba. Selain itu perusahaan merupakan suatu kerjasama yang tertaur dari faktor-faktor produksi yang tujuannya adalah produksi (Manulang, 1981 : 125 dalam Rahayu, Tri Susanti. 2005). Salah satu pihak yang terlibat dan berkepentingan terhadap perusahaan adalah pemilik modal yang menanamkan kekayaanya dalam perusahaan karena perusahaan yang membutuhkan tambahan modal atau investasi.

(45)

sektor tersebut dan secara otomatis akan meningkatkan volume produksi pada perusahaan (Dumairy, 1997)

F. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah daya manusia untuk melakukan pekerjaan. Pengertian umum tersebut sesuai dengan pengertian tenaga kerja yang dimuat dalam Undang-Undang Pokok Ketenagakerjaan No. 14 Tahun 1969, yaitu “Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”.

Sumber daya manusia atau human resources mempunyai dua pengertian. Pertama, Sumber Daya Manusia mengandung pengertian usaha atau jasa yang diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini Sumber Daya Manusia mencerminkan kualitas usaha yang diberikan seseorang dalam waktutertentu dan nenghasilkan barang dan jasa. Kedua, Sumber Daya Manusia yang menyangkut manusia yang mampu bekerja atau memberikan jasa usaha, dalam arti mampu melaksanakan kegiatan yang memberi kegiatan ekonomis, dimana kegiata tersebut menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Payaman J. Simanjuntak, 1998).

(46)

Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja hanya dibedakan oleh batas umur. Tujuan dari pemilihan batas umur tersebut adalah supaya definisi yang diberikan sedapat mungkin menggambarkan kenyataan sebenarnya. Penetapan batas umur minimum 10 tahun di Indonesia adalah berdasarkan kenyataan bahwa dalam umur tersebut sudah banyak penduduk terutama di desa-desa yang sudah bekerja atau mencari kerja (BPS, 1990).

Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Bukan angkatan kerja terdiri dari mereka yang masih bersekolah, mengurus rumah tangga dan golongan lain atau golongan penerima pendapatan. Sedangkan angkatan kerja terdiri dari jumlah tenaga kerja yang bekerja dan menganggur (Payaman J. Simanjuntak, 1998).

1. Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan adalah suatu hubungan antara harga dan kuantitas. Sehubungan dengan tenaga kerja, permintaan adalah hubungan antara tingkat upah dan kuantitas yang dikehendaki oleh perusahaan. Permintaan tenaga kerja merupakan permintaan turunan, dalam arti perusahan menyewa tenaga kerja bukan untuk dikonsumsi secara langsung akan tetapimenggunakan tenaga kerja tadi untuk memproduksi barang untuk dijual. Jadi permintaan tenaga kerja diturunkan dari permintaan akan barang. (Sukirno Sadono, 1985).

(47)

menyatakan bahwa permintaan tenaga kerja merupakan daftar berbagai alternatif kombinasi tenaga kerja dengan input lainnya yang tersedia yang berhubungan dengan tingkat upah.

2. Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk bekerja pada suatu perusahaan atau instansi. Kesempatan kerja ini akan menampung semua tenaga kerja yang tersedia apabila lapangan pekerjaan mencukupi dengan banyaknya tenaga kerja yang tersedia (Payaman J. Simanjuntak, 1998).

Menurut Sagir (1982), kesempatan kerja merupakan kesempatan bagi angkatan kerja untuk mendapatkan atau menciptakan lapangan pekerjan dengan harapan untuk memperoleh imbalan yang berupa penghasilan atau keuntungan atas pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan menurut Sudarsono (1998), istilah kesempatan kerja mengandung pengertian lapangan kerja atau kegiatan yang tersedia untuk bekerja yang ada dari suatu kegiatan ekonomi (produksi). Pembagian lapangan usaha ekonomi yang sudah baku yaitu yang secara internasional disebut dengan ISIC (International Standart Industrial Classification) yang di Indonesia diterjemahkan menjadi KLUI (Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia).

(48)

dapat menghapus kemiskinan walau menganggur tidak identik dengan kemiskinan. Aspek ketiga yaitu kesempatan kerja dapat dapat meningkatkan harga diri seseorang. Seseorang yang telah bekerja yang sebelumnya menganggur harga dirinya akan meningkat karena merasa dirinya berguna bagi masyarakat (Soewito, 1989).

Perluasan kesempatan kerja merupakan usaha untuk mengembangkan sektor- sektor penampung kesempatan kerja yang berproduktivitas rendah. Usaha perluasan kesempatan kerja tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti perkembangan jumlah penduduk dan angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi, tingkat produktivitas,dan kebijaksanaan mengenai perluasan kesempatan kerja itu sendiri. Laju pertumbuhan pendapatan nasional dan kesempatan kerja juga menujukkan perbedaan elastisitas masing-masing sektor untuk penyerapan tenaga kerja. Elastisitas penyerapan tenaga kerja didefinisikan sebagai perbandingan laju pertumbuhan kesempatan kerja dengan laju pertumbuhan ekonomi (Payaman J. Simanjuntak,1998).

3. Penyerapan Tenaga Kerja

(49)

Penyerapan tenaga kerja merupakan suatu jumlah kuantitas tertentu dari tenaga kerja yang digunakan oleh suatu sektor atau unit usaha tertentu. Kekuatan terhadap permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal dari usaha tersebut.faktor internal yang dimaksud tersebut adalah faktor yang berasal dari dari dalam perusahaan. Faktor eksternal yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja antara lain adalah tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, tingkat pengangguran dan tingkat bunga (Hani Handoko, 1985).

G. Perkembangan Ekonomi

Perkembangan atau pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan perkapita. Jadi tujuan pembangunan atau perkembangan ekonomi disamping untuk menaikan pendapatan nasional riil juga untuk meningkatkan produktivitas. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tingkat output pada suatu saat tertentu ditentukan oleh tersedianya atau digunakannya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, tingkat teknoligi, keadaan pasar dan kerangka kehidupan ekonomi (sistem perekonomian) serta sikap output itu sendiri. Sebenarnya masih ada faktor-faktor lain yang berpengaruh terhada penentuan tinggi rendahnya pendapatan nasional. Faktor-faktor ini berhubungan satu sama lain. Hubungan ini tidak hanya terjadi pada suatu saat, tetapi juga untuk suatu jangka waktu tertentu.

(50)

digolongkan menjadi 2 yaitu faktor ekonomi dan faktor non ekonomi (seperti sistem hukum, pendidikan, kesehatan, agama, pemerintah dan lain-lain). Perkembangan ekonomi adalah suatu proses dimana dalam proses ini terdapat berbagai macam unsur. Agar perkembangan ekonomi dapat berjalan dengan sebaik-baiknya, maka perlu diketahui bagaimana bekerjanyakekuatan-kekuatan dari faktor-faktor yang menentukan perkembangan ekonomi itu. Jadi ekonomi pembangunan atau ilmu yang mempalajari tentang pembangunan ekonomi tidak hanya menggambarkan jalannya perkembangan ekonomi saja, melainkan juga menganalisa hubungan sebab akibat dari faktor-faktor perkembangan tersebut.

Masalah selanjutnya adalah bagaimana pengembangan ekonomi itu dilaksanakan. Masalah ini menyangkut bidang kebijakan dimana kebijakan itu berbeda-beda tergantung pada keadaan, waktu dan tempat. Konsekuensinya kebijakan pembanguan ekonomi bagi suatu negara tertentu belum tentu dapat diterapkan bagi pembangunan ekonomi negara lain.

(51)

H. Outlook Industri Pengolahan Tahun 2010

Industri manufaktur pada tahun 2009 mengalami banyak hambatan, seperti pasar ekspor yang melemah, persaingan yang ketat di pasar domestik, harga bahan baku yang tinggi, infrastruktur yang tidak memadai. Akibatnya pada tiga kwartal pertama 2009 hampir semua sektor industri manufaktur merosot.

Baik industri yang berorientasi ekspor maupun pasar dalam negeri, mengalami penurunan kinerja. Termasuk diantaranya industri otomotif yang pada tahun 2008 merupakan sektor industri pengolahan dengan tingkat pertumbuhan PDB tertinggi. Pada tahun 2009 sektor ini menurun lebih dari 5 persen padahal pada tahun sebelumnya tumbuh hampir 10 persen. Hanya beberapa setor yang tetap tumbuh pesat yaitu sektor industri makanan dan minuman yang meningkat sekitar 15 persen. Demikian juga kinerja ekspor sektor industri manufaktur terpuruk karena selama tiga kwartal pertama tahun 2009 turun hampir 20 persen.

Kondisi ini sebenarnya sudah diramalkan semenjak akhir tahun 2008 yang lalu, karena krisis finansial global memang sedang berlangsung. Akibatnya pasar ekspor terutama menurun drastis karena permintaan dinegara tujuan ekspor utama menurun drastis.

(52)

turun 20 persen dari penjualan tahun 2008, padahal diperkirakan penjualan akan turun sampai 30 persen jika melihat perkembangan dalam paruh pertama 2009. Demikian juga penjualan barang elektronika bisa kembali meningkat dalam tiga bulan terakhir sehingga secara keseluruhan penjualan tahun 2009 melebihi tahun 2009.

Sejalan dengan membaiknya ekonomi dunia pada kwartal III 2009, maka ekspor kebali meningkat. Berbaggai produk industri manufaktur juga mulai pulih dalam kwartal ke IV sehingga secara keseluruhan kinerja ekspor membaik dibandingkan tiga kwartal pertama 2009. Diperkirakan dengan kecenderungan membaiknya ekonomi dunia maka sektor industri manufaktur akan tumbuh lebih baik pada tahun 2010 dibanding tahun 2009.

Pemberlakuan AC-FTA (Asia China Free Trade Area) menjadi ancaman bagi beberapa sektor manufaktur kalau tidak diantispasi dengan baik oleh pelaku usaha di sektor itu dan oleh Pemerintah. Dengan keterpurukan yang sudah berlarut-larut pada industri baja, tekstil dan sepatu, maka tanpa penanganan yang benar dalam menjalankan pasar bebas industri tersebut bisa makin terpuruk.

(53)

Sebenarnya keterpurukkan industri bukan hanya setelah ACFTA (Asia China Free Trade Area) diberlakukan, sebelumnya industri tekstil, sepatu, dan baja sudah mulai terpuruk karena kurang bsia bersaing dibandingkan negara produsen lainnya di Asia. Maka penanganan dampak negatif ACFTA bisa dihindari jika industri tersebut melakukan pembenahan. Apabila pasar ekspor kembali sehat pada tahun 2010 dan pasar domestik masih bisa tumbuh positif karena daya beli masyarakat yang masih berkembang, maka pada tahun 2010 diperkirakan sektor industri manufaktur bisa tumbuh sekitar 5 persen.

I. Hasil Penelitian Terdahulu

(54)
(55)

J. Kerangka Pemikiran

Untuk mempermudah kegiatan penelitian sejak dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penyelesaian agar dapat diperoleh kesimpulan yang pasti berikut digambarkan kerangka pemikiran secara sistematis.

Adapun kerangka pemikiran penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

Dalam perkembangan sektor industri pengolahan di Kabupaten Sukoharjo terdapat berbagai faktor yang mempengaruhinya. Banyak investasi, inflasi, jumlah perusahaan dan jumlah penduduk mempengaruhi kontribusi dalam sektor industi pengolahan di Kabupaten Sukoharjo. Dengan semakin bertambahnya kontribusi terhadap sektor industri pengolahan maka semakin besar pula pendapatan yang akan diperoleh yang pada akhirnya memperbesar PDRB kabupaten Sukoharjo.

INVESTASI

∑ UNIT USAHA

PDRB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN INFLASI

PENYERAPAN TENAGA

(56)

K. Hipotesis

1. Besarnya variabel investasi, inflasi dan jumlah unit usaha diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) sektor industri pengolahan Kabupaten Sukoharjo.

(57)

57

a. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengenai kontribusi variabel-variabel yang mempengaruhi sektor industri pengolahan di Kabupaten Sukoharjo kurun waktu yang digunakan dibatasi pada periode tahun 1994-2008.

b. Jenis dan sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan oleh orang atau pihak lain yang berwenang yang dianggap relevan dalam penelitian ini. Data disusun secara time series yaitu dari kurun waktu 1994-2008. Data diperoleh dari Kantor Statistik Kabupaten Sukoharjo, Kantor Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Sukoharjo, studi pustaka dan sumber-sumber lain yang relevan.

c. Definisi Operasional Variabel

1. Hipotesis I

a. Variabel Dependen

PDRB sektor industri poengolahan

(58)

b. Variabel Independen 1) Investasi

Merupakan pembelian (dan juga berarti produksi) dari capital atau modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi).

2) Inflasi

Adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinue.

3) Jumlah Unit Usaha

Menurut dinas perindustrian, unit usaha merupakan jumlah perusahaan industri pengolahan yang beroperasi, yang dihitung dalam satuan unit usaha. Unit usaha adalah suatu usaha kegiatan ekonomi pada suatu tempat tersendiri yang dilakukan oleh pemilik perorangan atau suatu badan usaha. 2. Hipotesis II

a. Variabel Dependen Tanaga Kerja

(59)

b.Variabel Independen

PDRB Sektor Industri Pengolahan

Adalah jumlah nilai produksi akhir barang dan jasa netto yang dihasilkan oleh berbagai faktor atau unit produksi sektor industri dalam jangka waktu tertentu (1 tahun) dalam satuan juta rupiah di wilayah Kabupaten Sukoharjo dari tahun 1994-2008.

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel PDRB, Investasi, Inflasi dan Jumlah Unit Usaha

Variabel Notasi Definisi Ukuran Expe

cted Keterangan produksi akhir barang dan jasa netto yang dihasilkan oleh berbagai faktor atau unit produksi

Menunjukan besarnya struktur perekonomian dan peranan sector industry pengolahan di suatu wilayah

Investasi INV Merupakan pembelian (dan juga berarti

+ Keberhasilan pertumbuhan PDRB, tidak dapat dipisahkan dari meningkatnya investasi. Investasi adalah kata kunci penentu laju pertumbuhan ekonomi, karena disamping akan mendorong kenaikan output secara signifikan, juga secara otomatis akan meningkatkan permintaan input, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat sebagai konsekuensi dari meningkatnya pendapatan yang diterima masyarakat.

(60)

Sukirno (1999) peranan investasi bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi dalam perekonomian antara lain:

1. Investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat. Maka kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional. Peningkatan ini akan selalu diikuti

oleh pertambahan dalam

kesempatan kerja.

2. Pertambahan barang dan modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas memproduksi dimasa depan dan perkembangan ini akan menstimulir pertambahan produksi nasional dan kesempatan kerja

3. Investasi selalu diikuti oleh

perkembangan teknologi.

Perkembangan ini akan member sumbangan penting keatas kenaikan produktivitas dan pendapatan per kapita masyarakat.

menurunnya nilai mata uang secara kontinue

Persenta se

+ Menurut Tajul Khalwaty (2000: 52-57), inflasi yang terus berlanjut dan melampaui dua digit dapat berpengaruh pada distribusi pendapatan dan alokasi faktor produksi nasional. Inflasi juga berpengaruh terhadap biaya produksi. Harga-harga factor produksi akan terus meningkat, sehingga merubah pola alokasi factor-faktor produksi. Perubahan tersebut dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang selanjutnya mendorong perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi, permintaan barang-barang tertentu akan mendorong peningkatan produksi barang-barang tersebut. Kenaikan produksi yang demikian akan mengubah pola alokasi factor produksi barang-barang tersebut menjadi lebih efisien yang disebut dengan efficiency effect.

Jumlah Unit Usaha

UNIT Adalah keseluruhan jumlah

perusahaan-Satuan Unit

+ Menurut dinas perindustrian, unit

(61)

perusahaan dagang kecil, menengah dan besar yang berada di wilayah Kabupaten Sukoharjo yang ditunjukan dalam penerbitan jumlah surat ijin usaha perdagangan (SIUP) yang diukur dalam satuan unit perusahaan

Usaha perusahaan industri pengolahan

yang beroperasi, yang dihitung dalam satuan unit usaha. Secara umum pertumbuhan unit usaha suatu sektor pada suatu daerah akan menambah kotribusi terhadap PDRB

Tabel 3.2

Definisi Operasional Variabel Tenaga Kerja dan PDRB Variabel Notasi Definisi Ukuran Expe

cted Keterangan Tenaga

Kerja

TK Penyerapan tenaga kerja yaitu jumlah penduduk berumur 10 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang menurut kabupaten/kota dan status pekerjaan utama di Jawa Tengah yang dinyatakan dalam satuan jiwa unit produksi sektor perdagangan dalam jangka

+ Menunjukan besarnya struktur perekonomian dan peranan sector industry pengolahan di suatu wilayah Menurut Simanjuntak (1998), laju pertumbuhan ekonomi menunjukkan elastisitas penyerapan tenaga kerja, jadi pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Artinya, jika pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan, maka penyerapan tenaga kerja juga akan meningkat.

d. Metode Analisis Data

(62)

Analisis ini berfungsi untuk mengetahui apakah variabel-variabel investasi, inflasi dan jumlah unit usaha mempunyai pengaruh terhadap PDRB sektor industri pengolahan di Kabupaten Sukoharjo dan apakah variabel PDRB mempunyai pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja serta seberapa besar pengaruh dari variabel- variabel di atas. Bentuk model regresi lnier berganda dalam hal ini adalah sebagai berikut :

1.Model Hipotesis I

LPDRB = β0 + β1INV + β2INF + β3Unit + ei

Dimana :

LPDRB = PDRB Sektor Industri Pengolahan β0 = Konstanta

INV = Investasi INF = Inflasi

Unit = Jumlah Unit Usaha

β1,….β4 = Koefisien regresi masing-masing variabel,

menunjukkan elastisitas masing-masing variabel terhadap PDRB.

ei = Varibel Pengganggu

2.Model Hipotesis II

LTK = β0 + β1LPDRB + ei

Dimana :

(63)

PDRB = PDRB sektor industri pengolahan

β1 = Koefisien regresi variabel PDRB,

menunjukkan elastisitas variabel PDRB terhadap Tenaga Kerja.

ei = Varibel Pengganggu

Metode yang digunakan untuk mengestimasi parameter-parameter dalam fungsi regresi linier berganda di atas adalah metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square). Bila asumsi-asumsi linier klasik dipenuhi, hasil yang diperoleh dengan OLS adalah BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) atau lebih jelasnya adalah (Sukindro dalam Gujarati, 2003: 47):

1. Linier, artinya semua parameter dalam fungsi regresi adalah linier

2. Parametr-parameternya adalah tidak bias, artinya semakin besar sampel yang diambil maka penaksir parameter semakin mendekati nilai parameter yang sebenarnya.

3. Parameter-parameternya mempunyai varian yang minimum.

Selanjutnya dari persamaan di atas dilakukan pengujian dengan uji statistik dan uji asumsi klasik (Siti Aisyah T.R, M.Si: 2007).

1. Pengujian Hipotesis I

(64)

1) Uji t (Uji secara individu)

Pengujian yang dilakukan untuk menguji signifikansi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (uji sendiri-sendiri semua koefisien regresi). Langkah-langkah yang dilakukan antara lain:

a) Menyusun formulasi Ho dan Ha

· Ho : β = 0 à tidak ada pengaruh yang signifikan

antara investasi, inflasi dan jumlah perusahaan terhadap PDRB Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Sukoharjo.

· Ha : β ¹ 0 à ada pengaruh yang signifikan antara

investasi, inflasi dan jumlah perusahaan terhadap PDRB Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Sukoharjo.

b) Tingkat Signifikan

t tabel = (t

2

a , n-k)

di mana a = derajat signifikansi (5%).

n = jumlah sampel (observasi). k = jumlah variabel bebas c) Kriteria Pengujian

(65)

-t tabel t tabel

Gambar 3.1 Daerah Uji t

· Ho diterima, Ha ditolak: -t tabel < t hitung > +t

tabel. Kesimpulannya β tidak berbeda dengan nol (β tidak signifikan pada tingkat a=5%). Hal ini

dapat dikatakan bahwa X1 secara statistik tidak

berpengaruh terhadap Y pada tingkat a.

· Ho ditolak, Ha diterima: t hitung <t tabel atau t

hitung > +t tabel. Kesimpulannya β berbeda dengan nol (βsignifikan pada tingkat a=5%). Hal

ini dapat dikatakan bahwa X1 secara statistik

berpengaruh terhadap Y pada tingkat a.

Cara lain untuk menguji signifikan tidaknya koefisien regresi adalah dengan melihat probabilitasnya, jika nilai probabilitasnya < 0,05 maka koefisien regresi itu signifikan

pada tingkat 5%.

2) Uji F (Uji secara bersama-sama)

(66)

a) Menyusun formulasi Ho dan Ha

· Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = 0 à tidak ada pengaruh

yang signifikan antara besarnya investasi, inflasi dan jumlah perusahaan terhadap PDRB Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Sukoharjo.

· Ha : β1 ¹ β2 ¹ β3 ¹ β4 ¹ 0 à ada pengaruh yang

signifikan antara besarnya investasi, inflasi dan jumlah perusahaan terhadap PDRB Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Sukoharjo

b) Tingkat Signifikan

F tabel = F (a; (n-k),(k-1))

di mana a = derajat signifikansi (5%).

n = jumlah sampel (observasi). k = jumlah variabel bebas. c) Kriteria Pengujian

Gambar 3.2 Daerah Uji F

· Ho diterima, Ha ditolak: F hitung < F tabel. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa semua koefisien regresi secara bersama-sama tidak signifikan pada tingkat a=5%.

F{a;(n-k)(k-1)}

(67)

· Ho ditolak, Ha diterima: F hitung > F tabel. Hal ini

dapat dikatakan bahwa koefisien regresi secara bersama-sama signifikan pada tingkat a.

3) Pengujian koefisien determinasi ( R2 )

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui berapa % variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independent. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat koefisien R2 dengan kriteria pengujian 0 ≤ R2 ≤ 1 dimana nilai R2 antara 0 dan 1 , dan R2 akan selalu positif. Jika nilai R2 sebesar 1 berarti hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen bersifat sempurna, jika nilainya sebesar 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.

b.Uji Asumsi Klasik

1) Uji Multikolinearitas

Ada hubungan antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dalam model regresi. Jika dalam model terdapat Multikolinearitas maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan tinggi .

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel PDRB, Investasi, Inflasi dan Jumlah Unit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara mengalikan nilai produksi dengan rasio nilai tambah berdasarkan Tabel I-O

Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dengan metode Deflasi diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku masing-masing tahun atau tahun

PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar dimana

Output atas dasar harga konstan menggunakan pendekatan ekstrapolasi yaitu perkalian antara output tahun dasar dengan indeks produksi untuk masing-masing tahun, sedangkan

Output atas dasar harga konstan menggunakan pendekatan ekstrapolasi yaitu perkalian antara output tahun dasar dengan indeks produksi untuk masing-masing tahun, sedangkan

Output atas dasar harga konstan menggunakan pendekatan ekstrapolasi yaitu perkalian antara output tahun dasar dengan indeks produksi untuk masing-masing tahun,

Output atas dasar harga konstan menggunakan pendekatan ekstrapolasi yaitu perkalian antara output tahun dasar dengan indeks produksi untuk masing-masing tahun, sedangkan output

PDRB atas dasar harga konstan merupakan semua produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan dinilai dengan harga pada tahun tertentu yang dipilih sebagai tahun dasar untuk