Jumat, 11 Mei 2012
ABSES PARAFARING
LAPORAN PENDAHULUAN
ABSES PARAFARING
I. PENGERTIAN
Abses merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya karena bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/ perluasan infeksi ke bagian lain dari tubuh.
Abses parafaring adalah kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang parafaring. Abses parafaring terjadi karena ruang parafaring mengalami infeksi.
II. ETIOLOGI
Ruang parafaring dapat mengalami infeksi dengan cara:
1. Langsung, yaitu akibat tusukan jarum akibat melakukan tonsilektomi dengan analgesia. Peradangan terjadi karena jarum suntik telah terkontamiunasi kuman yang menembus lapisan otot tipis (muskulus konstriktor faring superior) yang memisahkan ruang parafaring dari fosa tonsilaris.
2. Proses supurasi kelenjar leher limfa bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus paranasal, mastoid dan serebra servikal dapat merupakan sumber infeksi untuk terjadinya abses ruang parafaring.
3. Penjelasan infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring atau submandibula.
III MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan tanda yang utama ialah trismus, indurasi atau pembengkakan di daerah sekitar angulus mandibuila, deemam tinggi dan pembengkakan dinding lateral faring, sehingga menonjol ke arah medial.
IV PENATALAKSANAAN 1. Bed rest
2. Posisi tundelen berg (kepala lebih rendah dari pada badan ) 3. Bila terdapat pus dilakukan evakuasi bedah (insisi)
4. Insisi intraoral, bila penonjolan dalam faring dilanjutkan insisi dan drainase 5. Insisi ekstraoral bila abses menonjol ke luar/ tampak pembengkakan yang jelas
6. Antibiotika dosis tinggi seperti gentamisin 2 x 40-80 mg dan metronidazole 3 x 250-500 mg
Foto jaringan lunak AP menunjukkan penebalan jaringan lunak parafaring dan pendorongan trakhea ke samping depan. Dengan tomografi komputer terlihat jelas abses dan penjalarannya.
ASKEP TEORI
I. Pengkajian
Pengkajian pada klien dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi: 1. Identitas
2. Riwayat Penyakit dahulu
Pernah menderita sakit gigi, pernah dilakukan insisi di daerah muskulus konstriktor faring superior
3. Observasi dan pemeriksaan fisik a. Keadaan umum
Keadaan umum klien biasanya lemah
b. Tanda-tanda vital Terjadi hipertermi
c. Body sistem
1. Pernapasan (B1: Breathing)
Terjadi obstuksi saluran napas seperti mengorok dan dispnea, suara klien menjadi sengau.
2. Cardiovaskuler (B2: Bleeding)
Terdapat edema pada laring, edema di daerah submandibula dan di uvula.
3. Persyarafan (B3:Brain)
Kesadaran biasanya komposmentis. Adanya nyeri pada leher, leher terasa kaku.
4. Perkemihan (B4: Bladder)
Umumnya tidak ada gangguan pada sistem perkemihan.
5. Pencernaan (B5: Bowel)
Terdapat nyeri telan, anoreksia, konstipasi dapat terjadi karena terlalu lama bedrest.
6. Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)
Terjadi kekakuan otot leher (neck stiffnes) disertai nyeri pada pergerakan, terjadi trismus
7. Reproduksi-Seksual
Umumnya tidak terjadi gangguan pada sistem reproduksi.
II. Diagnoisa Keperawatan 1. Hipertermi b.d proses infeksi
3. Perubahan pola istirahat dan tidur bd nyeri, hipertermi
4. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan b.d kurangnya informasi
III. Intervensi
1. Hipertermi b.d proses infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan suhu tubuh menurun
Kriteria hasil :
1. Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5) 2. K/U membaik
3. Akral hangat kering merah 4. klien nyaman
Intervensi
1. Pantau tanda-tanda vital tiap 4 jam sekali R: Untuk mengetahu kedaan klien
2. Kompres air hangat pada pusat panas seperti axilla dan dahi R: Untuk menurunkan panas
3. anjurkan pada keluarga klien untuk memakaikan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
R: Agar klien nyaman
4. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik dan antipiretik
R: Antibiotik dapat mencegah dan mengantisipasi terjadinya infeksi, antipiretik dapat memblok pusat panas sehingga panas dapat teratasi.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubu b.d intake yang kurang, anoreksia, kesulitan menelan.
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan jumlah kalori klien sesuai dengan kebutuhan tubuh Kriteria hasil :
1. Berat badan stabil 2. Masukan oral meningkat 3. Nafsu makan meningkat
Intervensi
1. Monitor balance intake dan output
2. Beri penjelasan pada klien tentang pentingnya nutrisi untuk kesembuhan 3. Berikan makanan lunak/cair
4. beri makanan dalam porsi sedikit tapi sering 5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
3. Perubahan pola istirahat dan tidur bd nyeri, hipertermi
Tujuan : Kebutuhan tidur dapat terpenuhi Kriteria hasil:
1. Tidur kembali normal (7-8 jam / hari) 2. Klien tampak segar
Intervensi:
2. Ciptakan suasana yang nyaman
3. Berikan posisi yang nyaman pada klien 4. Hindari melakukan tindakan saat klien tidur
4. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan b.d kurangnya informasi
Tujuan : Klien dan keluarga mengerti tentang penyakit Kriteria hasil:
1. Klien dan keluarga tidak cemas
2. Klien dan keluarga dapat menjawab pertanyaan yg diajukan perawat
Intervensi
1. Beri informasi yang akurat tentang proses pnyakit dan anjurkan klien untuk ikut serta dalam tindakan perawatan
R: Informasi yang akurat tentang penyakit dan keikutseraat klien dalam perawatan dapat mengurangi beban pikiran klien
2. Kaji tingkat pengetahuan pasien/ keluarga tentang penyakit R: Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan klien dfan keluarga 3. Kaji latar belakang dan pendidikan klien.
R: Agar perawat dapat menjelaskan dengan kata-kata yang mudah dipahami oleh klien dan keluarga
4. Gunakan gambar-gambar dalam melakukan penjelasan (bila memungkinkan). R: Gambar dapat membantu mengimgat penjelasan yang telah diberikan.
Diposkan oleh D'sheldon di 08.20
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
1. Definisi (pengertian)
Abses adalah kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi pada sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya karena bakteri dan virus atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi ke bagian lain dalam tubuh. Maka, Abses parafaring adalah penumpukan nanah di dalam kelenjar getah bening yang terletak di samping tenggorokan (faring) karena ruang parafaringeal mengalami infeksi. Abses parafaringeal biasanya terjadi setelah faringitis (radang tenggorokan) atau tonsilitis (radang amandel).
#2. Penyebab (etiologi)
Penyebab terjadinya abses parafaringeal adalah infeksi bakteri atau virus pada tubuh para penderita. Infeksi virus dan bakteri pada penderita abses parafaringeal tentu juga berpengaruh pada lemahnya sistem imun atau antibody para penderita abses parafaringeal. Sistem imun dan antibody yang lemah akan memudahkan jalan masuk infeksi virus dan juga bakteri ke dalam jaringan tubuh penderita itu sendiri.
Ruang parafaringeal dapat mengalami infeksi dengan cara:
Langsung, yaitu akibat tusukan jarum akibat melakukan tonsilektomi dengan
menembus lapisan otot tipis (muskulus konstriktor faring superior) yang memisahkan ruang parafaringeal dari fosa tonsilaris (amandel).
Proses supurasi kelenjar leher limfa bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus paranasal, mastoid dan serebra servikal dapat merupakan sumber infeksi untuk terjadinya abses ruang parafaring.
Penjelasan infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring atau submandibula.
#3. Gejala (manifestasi)
Yang menjadi gejala sebelum para penderita mengalami abses parafaringeal adalah gejala dimana leher bagian depan yang berada di bagian bawah rahang tampak membesar karena pembengkakan. Oleh karena pembengkakan ini maka penderita akan mengalami gangguan menelan dan nyeri pada tenggorokan dan leher bagian depan. Selain itu, pasien akan mengalami demam tinggi.
#4. Diagnosis (pemeriksaan dokter)
Jika para dokter dan ahli kesehatan lain akan mendiagnosais para pasien abses parafaringeal maka proses diagnosis tersebut harus ditegakkan berdasarkan gejala-gejala penyakit abses parafaringeal. Selain itu, penyebab abses parafaringeal dan pemeriksaan fisik atau check up body pada penderita abses parafaringeal juga dapat mendukung dan membantu terlaksananya proses diagnosis.
#5. Pantangan penderita
Penderita penyakit ini harus memantangi segala hal yang berhubungan dengan penyakit ini. Dan karena penyakit ini disebabkan oleh virus atau bakteri, maka penderita harus
menghindari lingkungan yang faktor kesehatanya buruk, supaya tidak membuat penyakit ini bertambah parah. Selain itu, penyakit ini juga berhubungan dengan gangguan pada
tenggorokan penderita, oleh karena itu penderita sebaiknya memantangi segala makanan yang dapat memperparah penyakitnya itu, khususnya makanan yang terlalu banyak mengandung minyak atau pedas.