• Tidak ada hasil yang ditemukan

hidup sehat pangkal dari kebahagiaan dan kesejahteraan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "hidup sehat pangkal dari kebahagiaan dan kesejahteraan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Di sini, penulis menyajikan ulasan tentang presentasi klinis dan manajemen paparan gas fosgen setelah meninjau literatur dengan mencari dengan kata kunci paparan fosgen pada Google, Cochrane, Embase dan PubMed dengan latar belakang pengalaman yang diperoleh dari 10 pasien yang dirawat di lembaga kami setelah paparan phosgene yang tidak disengaja pada bulan Februari 2011 dekat sebuah kota di India. Phosgene adalah gas yang sangat beracun, pekerja lapangan dapat terpapar secara tidak sengaja. Gas juga dapat dihasilkan secara tidak sengaja selama kebakaran yang melibatkan plastik dan bahan kimia dan pelarut lain yang mengandung klorin, yang menjadi

perhatian bagi responden darurat. Penghirupan fosgen dapat menyebabkan gejala awal iritasi saluran pernafasan, pasien merasa baik setelahnya, dan kemudian mati tersedak sehari kemudian karena penumpukan cairan di paru-paru (penundaan onset edema paru non-kardiogenik). Paparan genosfer terkait dengan morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Pasien dengan riwayat pajanan harus dirawat di rumah sakit selama minimal 24 jam untuk observasi karena potensi kegagalan pernapasan onset lambat dan sindrom gangguan pernapasan akut

 MEKANISME KERJA

Selama bertahun-tahun digunakan, informasi tentang cara kerja parasetamol dalam tubuh belum sepenuhnya diketahui dengan jelas hingga pada tahun 2006 dipublikasikan dalam salah satu jurnal Bertolini A, et. al dengan topik Parasetamaol : New Vistas of An Old Drug, mengenai aksi pereda nyeri dari parasetamol ini.

Mekanisme kerja yang sebenarnya dari parasetamol masih menjadi bahan perdebatan. Parasetamol menghambat produksi prostaglandin (senyawa penyebab inflamasi), namun parasetamol hanya sedikit memiliki khasiat anti inflamasi. Telah dibuktikan bahwa parasetamol mampu mengurangi bentuk teroksidasi enzim siklooksigenase (COX), sehingga menghambatnya untuk membentuk senyawa penyebab inflamasi. Paracetamol juga bekerja pada pusat pengaturan suhu pada otak. Tetapi mekanisme secara spesifik belum diketahui.

Ternyata di dalam tubuh efek analgetik dari parasetamol diperantarai oleh aktivitas tak langsung reseptor canabinoid CB1. Di dalam otak dan sumsum tulang belakang, parasetamol mengalami reaksi deasetilasi dengan asam arachidonat membentuk N-arachidonoylfenolamin, komponen yang dikenal sebagai zat endogenous cababinoid.

Adanya N-arachidonoylfenolamin ini meningkatkan kadar canabinoid endogen dalam tubuh, disamping juga menghambat enzim siklooksigenase yang memproduksi prostaglandin dalam otak. Karena efek canabino-mimetik inilah terkadang parasetamol digunakan secara berlebihan.

Sebagaimana diketahui bahwa enzim siklooksigenase ini berperan pada metabolisme asam

(2)

Kemungkinan lain mekanisme kerja parasetamol ialah bahwa parasetamol menghambat enzim siklooksigenase seperti halnya aspirin mengurangi produksi prostaglandin, yang berperan dalam proses nyeri dan demam sehingga meningkatkan ambang nyeri, namun hal tersebut terjadi pada kondisi inflamasi, dimana terdapat konsentrasi peroksida yang tinggi. Pada kondisi ini oksidasi parasetamol juga tinggi, sehingga menghambat aksi anti inflamasi. Hal ini menyebabkan parasetamol tidak memiliki khasiat langsung pada tempat inflamasi, namun malah bekerja di sistem syaraf pusat untuk menurunkan temperatur tubuh, dimana kondisinya tidak oksidatif.

MEKANISME REAKSI

Paracetamol bekerja dengan mengurangi produksi prostaglandins dengan mengganggu enzim cyclooksigenase (COX). Parasetamol menghambat kerja COX pada sistem syaraf pusat yang tidak efektif dan sel edothelial dan bukan pada sel kekebalan dengan peroksida tinggi. Kemampuan menghambat kerja enzim COX yang dihasilkan otak inilah yang membuat paracetamol dapat mengurangi rasa sakit kepala dan dapat menurunkan demam tanpa menyebabkan efek samping,tidak seperti analgesik-analgesik lainnya

MEKANISME TOKSISITAS

 Sulfat dan glukuronida pada liver tersaturasi

 paracetamol lebih banyak ke CYP -> NAPQI bertambah -> suplai glutation tidak mencukupi

 NAPQI bereaksi dengan membran sel

 Hepatosit rusak -> nekrosis

 RESORPSI

Resorpsi dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. PP-nya ca 25%, plasma t1/2-nya 1-4 jam. Antara kadar plasma dan efeknya tidak ada hubungan. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi metabolit-metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai konyugat-glukuronida dan sulfat.

BAHAYA PARASETAMOL

Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arteriosus pada janin. Parasetamol relatif aman digunakan, namun pada dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati. Risiko kerusakan hati ini diperparah apabila pasien juga meminum alkohol.

(3)

Hal yang jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitifitas dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis di atas 6 g mengakibatkan nekrose hati yang reversible. Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-metabolitnya, yang pada dosis normal dapat ditangkal oleh glutation (suatu tripeptida dengan –SH). Pada dosis diatas 10 g, persediaan peptida tersebut habis dan metabolit-metabolit mengikat pada protein dengan –SH di sel-sel hati, dan terjadilah kerusakan irreversible. Parasetamol dengan dosis diatas 20 g sudah berefek fatal. Over dosis bisa menimbulkan antara lain mual, muntah, dan anorexia.

Penanggulanganya dengan cuci lambung, juga perlu diberikan zat-zat penawar (asam amino N-asetilsisten atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam setelah intoksikasi (Tjay dan Rahardja, 2002) Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu

Efek Racun dan Akibat pada Pasien Anak

Penggunaan paracetamol terus menerus dapat menyebabkan overdosis dan keracunan. Overdosis yang tak dapat penanganan cepat dapat menyebabkan kegagalan liver dan kematian. Kematian akibat overdosis paracetamol jarang terjadi pada anak-anak. Penggunaan parasetamol berbahaya pada seseorang yang memiliki kelainan hati, terutama konsumen alkohol.

Jangan meminum parasetamol selama lebih dari 10 hari berturut turut tanpa berkonsultasi dengan dokter. Obat ini juga jangan sembarangan diberikan pada anak dibawah 3 tahun tanpa terlebih dahulu meminta saran dari dokter

Segera ke dokter bila salah satu dari tanda berikut muncul setelah anda minum paracetamol. Tanda tanda itu antara lain : terjadi perdarahan ringan sampai berat, keluhan demam dan nyeri

tenggorokan tidak berkurang yang kemungkinan disebabkan oleh karena infeksi sehingga perlu penanganan lebih lanjut.

Bila karena suatu sebab yang tidak jelas pasien bandel minum obat ini melebih dosis maksimum tadi maka akan terjadi kerusakan hati yang fatal. Gejala kerusakan hati yang perlu mendapatkan

perhatian dan harus segera ke dokter antara lain : mual sampai muntah, kulit dan mata berwarna kekuningan, warna air seni yang pekat seperti teh, nyeri di perut kanan atas, dan rasa lelah dan lemas.

Beberapa reaksi alergi yang dilaporkan sering muncul antara lain : kemerahan pada kulit, gatal, bengkak, dan kesulitan bernafas/sesak. Seperti biasa, bila mengalami tanda tanda diatas setelah minum paracetamol, segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Parasetamol sebernarnya jarang memberi efek samping yang serius apabila digunakan sesuai dengan petunjuk. Beberapa isu yang menyebutkan bahwa obat ini terkait dengan asma pada anak-anak juga belum terbukti secara klinis. Hanya kadang obat ini bisa menimbulkan ruam atau gatal-gatal pada beberapa orang tertentu. Penggunaan yang berlebihan dan dalam jangka panjang perlu diwaspadai karena bisa memicu kerusakan hati. Perlu diperhatikan juga beberapa tanda overdosis dari parasetamol misalnya jika terdapat gejala mual, muntah, lemas dan keringat berlebih.

(4)

Penggunaan paracetamol secara berlebihan atau sering, bisa menimbulkan efek samping bagi si kecil dikemudian hari. Seperti yang ditulis di jurnal Lancet, dua penelitian telah menemukan bahwa penggunaan paracetamol dalam intensitas yang cukup sering, dapat meningkatkan risiko anak terkena asma dan eksim ketika mereka berusia 6 atau 7 tahun.

Pada penelitian yang pertama, para peneliti menemukan, dari 205.000 anak, yang menggunakan paracetamol di tahun pertama kehidupan mereka ternyata meningkatkan risiko terkena asma pada usia 6 atau 7 tahun sebesar 46 persen, dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsinya

Lalu, sebatas apa paracetamol boleh digunakan? Menurut peneliti, penggunaan paracetamol satu kali sebulan atau lebih dengan dosis tingi, mampu meningkatkan risiko asma sebanyak tiga kali. Penggunaan paracetamol yang dinilai cukup (medium) didefinisikan sebagai penggunaan sebanyak satu kali setahun atau lebih, tetapi kurang dari satu kali sebulan.

Satu teori yang dikemukakan oleh para peneliti mengenai hubungan antara paracetamol dengan asma adalah antioksidan. Paracetamol mampu mengurangi kadar antioksidan dalam tubuh. Padahal, antioksidan sangat dibutuhkan tubuh untuk melawan radikal bebas yang masuk ke tubuh kita dan mencegah kerusakan.

Sama halnya pada asma. Penggunaan parasetamol dapat melipat gandakan risiko eksim, bersin yang terus-menerus, bunyi napas sengau, dan sakit tenggorokan, ketika anak berusia 6 atau 7 tahun.

Oleh sebab itu, para peneliti sangat mendukung pedoman yang diberikan oleh WHO, yang merekomendasikan paracetamol tidak boleh digunakan secara rutin. Sebaiknya paracetamol hanya digunakan untuk anak-anak yang mengalami demam tinggi (38,5 derajat Celcius atau lebih).

Efek Lainnya

a. Parasetamol Dapat Merusak Paru-Paru

Parasetamol memang sangat manjur untuk menghilangkan rasa sakit kepala, pusing atau demam. Tapi, dibalik keampuhannya tersebut, ternyata menyimpan bahaya yang cukup besar yakni dapat menurunkan fungsi paru-paru.

Meski demikian, jangan gunakan obat ini secara rutin. Apalagi bagi penderita penyakit asma dan penyakit paru obstruktif menahun atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD). Karena, bila obat ini digunakan setiap hari, dapat menyebabkan penurunan fungsi paru-paru. Hasil ini

berdasarkan data survei yang dikumpulkan oleh 'Third National Health and Nutrition Examination Survey' dari tahun 1988-1994 pada sekitar 13.500 orang dewasa di Amerika Serikat. Mereka semua memberikan informasi akan obat yang dipakai yaitu Aspirin Parasetamol dan Ibuprofen.

(5)

hari atau penggunaan lebih besar, dihubungkan dengan terjadi penurunan dari fungsi paru. Sedang pada obat Aspirin dan Ibuprofen, tidak terlihat adanya gangguan dari paru.

Penelitian yang dilakukan pada hewan, dosis tinggi dari Parasetamol akan menurunkan kadar dari salah satu antioksidan yang penting, yaitu Glutathion, yang ada pada jaringan paru. Jadi,

kemungkinan gangguan paru yang terjadi akibat pemakaian rutin Parasetamol disebabkan karena terjadi penurunan Glutathion, yang menyebabkan peningkatan resiko dari kerusakan jaringan paru dan peningkatan dari penyakit pernafasan. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya, yang menyatakan bahwa penggunaan Parasetamol dapat meningkatkan resiko yang berat bagi penderita asma.

Bahaya Parasetamol atau yang disebut juga Asetaminofen, ternyata tidak hanya menyerang paru-paru saja, termasuk juga ginjal bila digunakan dalam waktu yang lama. Kebiasaan menggunakan Parasetamol, terutama bagi kaum wanita untuk menghilangkan nyeri seperti pada saat haid, dinilai sangat membahayakan. Penelitian ini dilakukan terhadap 1.700 wanita yang diteliti selama lebih dari 11 tahun, yang mengalami penurunan fungsi filtrasi ginjal sebesar 30 persen. Dari penelitian terlihat bahwa wanita yang mengkonsumsi Parasetamol sebanyak 1.500 - 9.000 butir selama hidupnya, berisiko untuk mengalami gangguan ginjal sebesar 64 persen.

Sedangkan untuk mereka yang mengkonsumsi lebih dari 9.000 tablet, risiko ini meningkat hingga dua kali lipat. Tapi penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan antara gangguan fungsi ginjal dengan Aspirin atau obat pereda nyeri/inflamasi lainnya seperti golongan anti inflamasi non-steroid. Penelitian ini bukan untuk menghentikan penggunaan Parasetamol. Tapi untuk berhati-hati dalam menggunakannya untuk jangka panjang. Selain itu bagi para peneliti, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan pengobatan lain dalam mengatasi rasa nyeri, yang tidak berbahaya bila digunakan untuk waktu yang lama.

Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tak memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID.

b.  Penggunaan Paracetamol efek terhadap urine

Parasetamol (asetaminofen) dalam dosis terapeutik normal umumnya dianggap sebagai salah satu minor analgesic yang paling aman , walupun garus diperhatikan bahwa kelebihan dosis parasetamol dapat mengakibatkan nekrosis hati pada manusia dan hewan lain. Setelah pemberian parasetamol dieliminasi dari tubuh oleh proses- proses metabolisme orde 1 yang nyata dandalam jumlah kecil metabolism utamanya pada manusia adalah sebagai konjugat glukuronida dan konjugat sulfat.

Eliminasi parasetamol bias dirasionalkan secra matematik menurut metode Cumming et al (1967). Dengan menggunakan pendekatan dini, terbukti bahwa plt log laju ekskresi obat “total” akhirnya akan menjadi garis lurus dengan kemiringan sama dengan :

(6)

Dimana k adalah konstanta laju eliariminasi . jadi dalam percobaan ini log laju ekskresi dari obat total(mg/jam) diplot pada titik tengah dari masing – masing interval waktu pengumpulan urine. Konstanta laju eliminasi ditaksir dari kemiringan plot di atas dan waktu paruh t1/2 dari parasetamol dapat dihitung :

T1/2 = 0,693 / ke a) Subjek manusia

Dalam individu normal yang sehat dosis parasetamol yang digunakan dalam percobaan ini tanpa efek samping sama sekali .tetapi harus ditekankan bahwa obat ini tidak boleh dimakan oleh orang yang;

1) Mempuyai sejarah penyakit ginjal/ hati tipe apapun 2) Mempunyai kebiasaan makan parasetamol

3) Menunjukkan aksi alergis / hipersensitifitas terhadap obat ini 4) Sedang dalam pengobatan dengan obat lain

5) Umumnya tidak sehat

Pemberian parasetamol dan pengumpulan urine

1)untuk menjaga aliran urine yang lyak, subjek harus minum 200ml air. Setelah 30 menit , kandung kemih haru di kosongkan dan dimsukkan dalam wadah yang sesuai ; sampel ini menunjukan urine blanko.

2)Parasetamol 500mg diminum dengan 200ml air dan waktu mulai di catat ; ini adalah waktu nol 3)setelah 1 jam sampel urine diukur diberi catatan dan diberi air 100ml

4)Prosedur yang sama seperti nomor 3 diulang setiap jam selama 2jam, 3jam,4jam,5jam,6jam 5)Total urine di ukur

c Metode Analitik

Sampel urine akan dianalisa “total parasetamolnya” dengan menambahkan asam kedalam sampel urine. Parasetamol dan konjugat sulfat serta glukuronidanya yang ada dalam urine dihidrolisis dalam adanya asam 4- aminofenol. Senyawa ini kemudian berikatan dengan fenol dalam adanya hiobromit membentuk suatu zat warna indofenol yang konsentrasinya ditentukan secara spektrofotometrik. 1) Membuat larutan parasetamol 1mg/ml dalam air . pengenceran stok ini denga air memberikan larutan parasetamol standar 50,100,200,400,600 dan 800 mikrogram/ml

2) Urine blanco 1ml dipipet masukan kedalam tabung reaksi tambahkan 4ml HCl 4M dan 1ml dari masing – masing larutan parasetamol standar

(7)

4) Tabung didinginkan volme dari masing- masing dicukupkan secara seksama dengan air ad 10ml 5) Setelah tercampur seluruhnya 1ml Aliquot dipipet dari sampel urine yang dihidroisis (10ml) kedalam tabung reaksi lain, dan ditabahkan 10ml larutan pembentuk warna. Sesudah dicampur perlahan , larutan didiamkan selama 40menit

6) Serapan dari masing – masing larutan diukur pada 620nm dalam suatu spektrofotometer, nol kana lat terhadap sampel urine blanco yng tidak mengandung obat

7) Mulai dari 2 diatas, masing – masing sampel urine yang dikumpulkan diberi perlakuan dengan cara yang sama, dengan mensubtitusi sampel urine pada saat itu untuk urine blanco. Disampng itu, 1ml larutan parasetamol standar diganti dengan 1ml air .

DOSIS

Jika tidak ada masalah di organ hati, dosis maksimum paracetamol untuk orang dewasa adalah 4 gram (4000mg) per hari atau 8 tablet paracetamol 500 mg.

Indikasi : analgesik, antipiretik Cara pakai : oralDosis anak 6-12 bulan 60 mg/kali, maks. 6 kali sehari; 1-6 tahun 60-120 mg/kali, maks. 6 kali/hari; 6-12 tahun 150-300 mg/kali, maks. 1,2 g/hari; dewasa 300 mg 1 g/kali, maks. 4 g/hariSediaan : tab. 100 mg, 500 mg; sir. 120 mg/5 ml

Referensi

Dokumen terkait

Selain dari staff, kami juga meminta bantuan dari para pengajar LTC untuk menjadi pembawa acara sekaligus juga ada yang menjadi pembuka dalam berdoa dan juga ada

Dapat menjadi sumber ilmu tambahan untuk berbagai pihak misalnya Aparatur penegak hukum seperti Polisi, Hakim, dan Jaksa yang mengawal jalannya penyelesaian kasus-kasus

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pinjaman dana bergulir dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Semarang dapat membantu meningkatkan produk, omzet penjualan,

diibaratkan seperti teknologi penginderaan jarak jauh menggunakan citra satelit yang digunakan untuk mendeteksi potensi sumber daya alam di suatu titik lokasi,

Dalam liputan di lapangan juru kamera berkoordinasi dengan reporter saat liputan, sehingga gambar yang di ambil sesuai naskah yang di buat reporter..

3) Peneliti selanjutnya dapat menggali lagi keterkaitan antara compassion dengan pola asuh orangtua, untuk mengetahui apakah orangtua dengan tingkar compassion

LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat) adalah sebuah unit kegiatan yang berfungsi mengelola semua kegiatan penelitian dan pengabdian kepada

Dari hasil analisa kromatografi dengan menggunakan fase gerak kloroform : etanol ( 4 : 1 v/v ), menunjukkan noda tunggal berwarna biru yang daimati dibawah lampu UV, berarti