• Tidak ada hasil yang ditemukan

BELUM SAATNYA ANAK MENGENAL CINTA LAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BELUM SAATNYA ANAK MENGENAL CINTA LAWAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BELUM SAATNYA ANAK MENGENAL CINTA LAWAN JENIS

UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH SOSIOLOGI

KOMUNIKASI

WIDYA ANANDA

PROGRAM VOKASI

BIDANG STUDI KOMUNIKASI

PEMINATAN HUBUNGAN MASYARAKAT

(2)

Pendahuluan

Masa anak-anak adalah masa yang paling rentan, pada masa itu anak-anak menerima informasi begitu saja tanpa literasi. Mereka cenderung belum bisa membedakan mana informasi yang baik dan buruk. Begitupun anak-anak saat mengonsumsi media. Informasi yang diterima dari media akan dengan mudah diimitasi oleh anak-anak. Sehingga masalah anak-anak mengonsumsi media ini sangat hangat untuk dibahas.

Penulis memilih sub-topik ini dikarenakan penulis melihat fenomena anak-anak di bawah umur yang masih duduk di bangku sekolah dasar telah mulai mengenal istilah pacaran. Istilah pacaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bercintaan atau berkasih-kasihan.

Pada suatu kesempatan, penulis menonton tayangan gosip di salah satu saluran televisi swasta. Saat itu, gosip memberitakan tentang sinetron baru, Gerobak Cinta Wakwaw. Ketika sang sutradara ditanya mengenai sinetron tersebut, Ia menceritakan bahwa sinetron itu ditujukan untuk anak-anak. Maka menurutnya, cerita yang diangkat harus ringan. Penulis menonton sinetron tersebut. Alangkah disayangkan, banyak adegan yang tidak layak diperlihatkan kepada anak-anak walau sutradara ini berkata “untuk anak”.

Jika dilihat dari segi judul, pemilihan kata “cinta”, penulis rasa kurang relevan apalagi sebagian besar pemerannya adalah anak yang masih ditingkat sekolah dasar. Dari sini, penulis menyimpulkan bahwa sinetron tersebut mengajarkan anak di bawah umur untuk mengenal cinta. Selain di sinetron, ada pula tayangan FTV untuk remaja. FTV yang ditayangkan di televisi selalu mengenai percintaan.

(3)

Pembahasan

Media terus mengalami perkembangan di Indonesia belakangan ini. Perkembangan media mengakibatkan kehidupan masyarakat yang sangat bergantung pada media. Menurut data dari Nielsen Media Research tahun 2012, pertumbuhan konsumsi media masyarakat di Indonesia untuk televisi sebesar 94%, mobile phone sebesar 60%, internet sebesar 29%, radio sebesar 25%, surat kabar sebesar 13%, film sebesar 13%, tabloid sebesar 7%, dan majalah sebesar 6%. Dari data di atas menunjukkan bahwa televisi menjadi primadona media. Sebagai primadona media, televisi memiliki andil yang cukup besar pada perilaku dan pola pikir masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku dan pola pikir masyarakat yang baik dan buruk bergantung pada muatan siaran televisi. Maka dari itu, muatan siaran televisi harus sangat diperhatikan.

Muatan siaran televisi bergantung pada angka rating dan market share, mengapa demikian? Pada komunikasi personal kita dapat mengetahui reaksi dari lawan bicara kita, namun pada komunikasi massa sangat sulit untuk mengetahui reaksi khalayak. Oleh karena itu, Nielson Media Research menggelar penilitian tentang perilaku khalayak televisi (Television Audience Measurement, TAM) untuk mendapatkan pengetahuan secara konkret jumlah penonton stasiun televisi. Jumlah penonton ini diukur dengan satuan angka rating dan para pengiklan konon hanya mau atau cenderung beriklan di stasiun televisi yang memiliki angka rating yang tinggi. Hidup matinya sebuah stasiun televisi bergantung pada jumlah pengiklan karena pengiklanlah satu-satunya yang menjadi sumber penghasilan. Maka dari itu, muatan siaran televisi bertumpu pada angka rating suatu program.

Persepsi yang keliru terletak pada angka rating yang tinggi dianggap sebagai minat masyarakat yang tinggi pula untuk menonton program televisi tersebut. Sedangkan belum tentu masyarakat menonton karena memang menyukainya. Bisa saja masyarakat menonton sambil menghujat atau masyarakat menyetel program tersebut untuk meredam kesunyian saat melakukan kegiatan lain, seperti “yang penting ada suara.”

(4)

sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya.” Sehingga staisun televisi cenderung untuk meniru program stasiun televisi kompetitor yang memiliki angka rating yang tinggi. Inilah yang mengakibatkan program televisi yang serupa di beberapa stasiun televisi. Hal ini pula yang mengakibatkan matinya kreatifivas para insan pertelevisian. Insan pertelevisian hanya mengejar kuantitas angka rating dan market share, tanpa memperhatikan kualitas suatu program. Industri pertelevisian seakan hanya menjunjung kepentingan komersial semata, namun tak melihat kepentingan publik yang menjadi khalayaknya.

Salah satu program stasiun televisi yang banyak diminati adalah sinetron. Sinetron yang sukses untuk segmen pasar remaja yaitu sinetron Pernikahan Dini (2001) produksi PT Entertainment. Kesuksesan sinetron inilah yang menjadi pemicu tayangan sinetron remaja lainnya. Tayangan sinetron untuk remaja cukup lama bertahan. Menurut penulis hal ini terjadi dikarenakan banyaknya problematika yang ditampilkan. Meskipun sinetron Pernikahan Dini dan semacamnya ditujukan untuk remaja, apakah para produsen yakin bahwa sinetron ini hanya ditonton oleh remaja ke atas? Tentu tidak. Celakanya, sinetron yang ditujukan untuk remaja bisa juga ditonton oleh anak di bawah umur. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya tayangan untuk anak yang menarik serta kurangnya pengawasan dari orang tua.

Ada pula jam malam di televisi, yaitu selepas jam 22:00. Para industri televisi beranggapan bahwa pada jam malam adalah jam penonton dewasa dan anak-anak sudah tidur. Sehingga sering kali tayangan pada jam malam berbau seks. Entah tayangan iklan, sinetron, reality show, talk show, dan lain-lain. Lagi-lagi tak ada yang bisa menjamin anak-anak tidak menonton televisi pada jam malam.

Setelah penjelasan di atas, maka kita dapat mengetahui bahwa anak-anak pun merupakan khalayak televisi yang berhak atas hiburan dan informasi yang sehat. Namun banyak stasiun televisi yang tidak menyajikan tayangan untuk anak, bila ada pun tak semua tayangan anak aman dan sehat untuk ditonton. Sehingga dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Setiap anak memiliki keunikan dalam tingkat pertumbuhan dan perkembangannya, maka anak usia dini dibagi dalam empat tahap perkembangan (Jurnal PADU), yaitu:

a. Masa bayi, usia lahir 0-12 bulan

(5)

c. Masa early childhood/pra sekolah, usia 3-6 tahun

d. Masa kelas awal SD, usia 6-8 tahun

Usia 0-6 tahun merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan dan kepribadian anak serta sangat penting dalam perkembangan intelegensi. Saat anak berusia di bawah dua tahun (dalam sebuah catatan penelitian sebuah akademi dokter anak di Amerika) yang dibiarkan menonton televisi akan menyerap pengaruh yang merugikan. Terutama pada perkembangan otak, emosi, sosial, dan kemampuan kognitif anak. Menonton televisi terlalu dini dapat mengakibatkan proses penyambungan antara sel-sel syaraf dalam otak menjadi tidak sempurna, proses ini disebut juga proses wiring. Maksimalisasi proses wiring dipengaruhi oleh pengalaman simulasi dan gizi yang baik. Anak yang berada di depan televisi tidak memiliki pengalaman simulasi yang cukup karena simulasi yang anak terima harus dilakukan secara perlahan dan bertahap, namun televisi memberikan gambar yang bergerak dengan cepat, kilas lampu yang sangat cepat, serta suara yang ada menjadikan pola kerja otak anak sangat dieksploitasi. Inilah yang mengakibatkan proses wiring menjadi tidak sempurna.

Pada umumnya, anak usia 3 tahun ke atas telah mampu untuk berbicara, tapi sering kita jumpai pula anak usia 3 tahun ke atas belum mampu untuk berbicara. Salah satu faktor penyebab lambannya anak berbicara adalah terlalu sering menonton televisi. Ini terjadi karena aktivitas menonton televisi tidak menggugah anak untuk berpikir. Apa yang disajikan televisi sudah lengkap dengan gambar dan suaranya. Ada pun beberapa masa yang dilalui anak usia dini sebagai berikut:

a. Masa peka−masa yang sensitif dalam penerimaan stimulasi dari lingkungan

b. Masa egosentris−sikap mau menang sendiri,selalu ingin dituruti sehingga perlu perhatian dan kesabarandari orang dewasa/pendidik

c. Masa berkelompok−anak-anak lebih senang bersama teman sebayanya, mencari teman yang dapat menerima satu sama lain sehingga orang dewasa seharusnya member kesempatan pada anak untuk bermain bersama-sama

(6)

yang dekat serta proses peniruan terhadap apa yang ia lihat dari media massa, terutama televisi

e. Masa eksplorasi(penjelajahan)−masa menjelajahi pada anak dengan memanfaatkan benda-benda yang di sekitarnya, mencoba-coba dengan cara memegang, memakan atau meminum, dan melakukan trial and error terhadap benda-benda yang ditemukannya

Anak-anak adalah khalayak dari televisi yang paling rentan, karena anak-anak belum tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Mereka menyerap informasi yang di dapat tanpa melakukan literasi. Ditambah lagi dengan penjelasan mengenai masa yang dilalui oleh anak, anak melalui masa meniru apa yang dilihat di lingkungannya. Lingkungan disini dapat berupa orang tua, saudara, teman sebaya, bahkan televisi. Jika informasi yang di dapat oleh anak di televisi kurang baik atau bahkan tidak baik, anak-anak bisa saja akan meniru hal itu. Berangkat dari anggapan anak akan meniru apa yang dilihat dari televisi, hal ini yang menyebabkan bahwa televisi memiliki andil yang cukup besar dalam perilaku dan pola pikir masyarakat. Sehingga perilaku dan pola pikir masyarakat bergantung pada muatan siaran televisi.

Karena anak melewati masa meniru, maka anak membutuhkan tayangan anak yang aman dan sehat. Sehingga anak dapat meniru perilaku yang positif dari apa yang anak tonton. Pengertian tayangan anak adalah tayangan yang tokoh utamanya diperankan oleh anak dan atau narasinya dibuat untuk anak. Walaupun ada tayangan anakk di televisi, tetapi belum tentu tayangan itu aman dan sehat untuk anak. Mengapa? Karena bisa jadi tayangan tersebut bertitel “untuk anak” namun muatan tayangannya tidak untuk anak.

(7)

Jika anak hanya sekedar mengetahui memang positif, tapi lagi-lagi yang harus ditekankan adalah anak melewati masa meniru sehingga kemungkinan besar anak akan meniru kisah percintaan orang dewasa.

Jika memang tayangan itu jelas merupakan tayangan untuk remaja atau dewasa namun anak-anak menontonnya, pihak stasiun televisi tidak dapat disalahkan. Karena telah jelas tertera bahwa itu tayangan untuk remaja atau dewasa, sehingga ini menjadi tanggung jawab orang tua dalam mengawasi anaknya saat menonton televisi. Tetapi jika tayangan tersebut merupakan tayangan untuk anak namun memiliki muatan percintaan, maka ini menjadi tanggung jawab stasiun televisi dan juga production house (PH). PH seharusnya paham bagaimana muatan dalam tayangan anak dan harusnya stasiun televisi jeli dalam pengawasan tayangan yang masuk ke stasiun televisinya.

Ada sinetron baru yang “katanya” ditujukan untuk anak-anak, yaitu Gerobak Cinta Wakwaw. Lalu Saya mencoba untuk menonton sinetron tersebut. Alangkah disayangkan bahwa terdapat muatan yang tidak baik untuk tayangan anak. Ada adegan di mana Sony Wakwaw melihat perempuan cantik yang sebaya dengannya, lalu Sony memuji kecantikannya dan mendekat sambil memanyunkan bibirnya hendak mencium perempuan tesebut. Memilukan sekali menonton tayangan ini, tayangan anak yang mengajarkan anak untuk melakukan yang tidak semestinya tidak dilakukan. Mungkin bagi sebagian orang adegan ini lucu, tapi yang sebenarnya adegan ini berbahaya untuk anak.

Sinetron Gerobak Cinta Wakwaw menceritakan mengenai bagaimana susahnya perjuangan hidup pemulung. Namun ibarat kopi tanpa gula, ya tidak akan enak. Begitu juga dengan sinetron, bila tidak ditambah “cerita cinta” ya tidak akan menarik. Memang tidak ada yang salah menambah cerita cinta di dalamnya, letak kesalahannya ada pada anak di bawah umur yang jatuh cinta.

(8)

ditayangkan di televisi sebagai tayangan sinetron. Heart series diproduksi oleh Starvision pada tahun 2007 yang menceritakan mengenai persahabatan antara Rachel dan Farrel. Rachel dan Farrel adalah siswa kelas 5 SD. Rachel menyukai Farrel sejak lama, namun Farrel menyukai tetangga barunya yaitu Luna. Rachel cemburu dengan Luna. Lalu ada Didit yang menyukai Rachel, sehingga membuat Farrel cemburu. Rachel dan Farrel memiliki musuh yaitu Bobby, Ricky, dan Ivan. Mereka selalu mengganggui Rachel dan Farrel di sekolah. Lalu lambat laun, Bobby, Ricky, dan Ivan menyukai Rachel. Sehingga Bobby, Ricky, Ivan, Farrel berlomba-lomba untuk mendapatkan cinta Rachel.

Keseluruhan cerita di sinetron Heart Series menceritakan mengenai cinta yang dialami oleh anak SD. Ironis. Sinetron ini benar-benar mengajarkan anak-anak untuk mencintai lawan jenis sejak kecil secara tidak langsung. Entah sang produser, sutradara, serta elemen lainnya menyadari akan hal itu atau tidak. Karena pada dasarnya, televisi berfungsi sebagai media komunikasi, informasi, dan pendidikan.

Setelah tayangan sinetron anak yang mengandung muatan percintaan di dalamnya, Saya akan membahas mengenai tayangan FTV remaja di televisi. Setiap FTV remaja mengangkat tema percintaan. Dan selalu memiliki alur cerita yang relatif sama. Bertemu secara tidak sengaja, berada di dua kasta yang berbeda sehingga tidak disetujui oleh keluarga, bermusuhan karena masalah kecil, tetapi mereka tidak bisa membohongi perasaan mereka yang akhirnya mereka tetap bersama. Yang berbeda hanyalah pemain serta profesi para pemain. Ini lah yang membuktikan matinya kreativitas insan pertelevisian.

Tayangan FTV di beberapa stasiun televisi swasta tayang 3-4 kali dalam satu hari. Jumlah yang cukup banyak dengan alur cerita yang relatif sama. FTV tayang pada jam 10 pagi, jam 1 siang, jam 3 sore, dan jam 11 malam. Biasanya anak-anak menonton televisi setelah mereka pulang sekolah yaitu pukul 10 pagi. Menurut Saya penempatan jam tayang FTV di pagi hari sampai sore hari memberikan kesempatan bagi anak untuk menonton tayangan FTV yang seharusnya untuk remaja.

(9)

rata-rata anak-anak Indonesia menonton televisi hingga 45 jam acara televisi per minggunya (Kearney,2010). Angka 45 jam per minggu berarti sama dengan 2340 jam per tahun, sedangkan jam belajar anak sekolah dasar menurut United Nations Education, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) tidak melebihi 1000 jam per tahun. Jika melihat perbandingan anak menonton televisi dengan belajar di sekolah, maka kemungkinan besar proses pembentukan perilaku dan pola pikir anak-anak didapat dari tayangan acara di televisi dibanding dari sekolah.

Sekarang ini, banyak yang telah menyadari efek negatif pada perilaku dan pola pikir anak setelah menonton televisi. Telah banyak pula kampanye serta iklan layanan masyarakat mengenai perlindungan anak dari media. Gagasan yang sering diangkat adalah mengenai muatan kekerasan dan pornografi di televisi. Kedua gagasan ini memang yang paling terlihat efeknya bagi anak setelah menonton televisi. Jika kita membahas mengenai kekerasan, yang paling membekas adalah efek dari tayangan smackdown tahun 2006 silam. Pada saat itu, banyak sekali anak-anak yang meniru adegan smackdown sampai-sampai banyak anak yang menjadi korban. Beberapa anak meninggal setelah meniru adegan smackdown. Saya ingat betul maraknya tayangan smackdown saat Saya duduk di kelas 6 SD sampai kelas 7 SMP. Saya pun mengingat, teman-teman laki-laki banyak sekali yang mengikuti adegan smackdown tiap harinya. Lalu untuk masalah pornografi, kita pun pasti tahu yang baru-baru ini beredar yaitu dua anak SD yang masih menggunakan seragam melakukan hubungan seks di kebun dan yang lebih menyedihkan mereka melakukan itu dengan tersenyum. Anak-anak ini tak tahu apa yang mereka lakukan dan apa dampak bagi mereka di kemudian hari.

Terlepas dari muatan kekerasan dan pornografi, masih ada muatan lain yang tidak sehat untuk anak. Salah satunya adalah muatan percintaan. Namun sayangnya, masih sedikit yang menyadari bahwa muatan percintaan pun tidak sehat untuk anak. Mungkin karena efeknya yang tidak terlalu besar dan terlihat seperti muatan kekerasan dan pornografi.

(10)

sangat penting di sini sehingga anak tidak salah perspektif. Orang tua harus memberikan pengarahan bahwa menyukai lawan jenis hal yang normal, tetapi

pacaran dilakukan jika sudah besar nanti.

Beberapa waktu yang lalu, media sosial sempat digegerkan dengan foto-foto anak berseragam bericuman di tengah banjir lalu dengan bangga mereka mengunggahnya ke facebook. Ini merupakan salah satu contoh dampak negatif dari menonton televisi yang bermuatan percintaan dan seks.

Tak jarang tayangan bermuatan seks dimula dari rasa cinta mereka yang membara dan mereka meluapkan rasa cintanya dengan melakukan seks. Baik secara sadar maupun tidak sadar, anak yang menonton tayangan bermuatan seks dan pacaran akan menanamkannya di benak mereka. Hal ini bergantung pada sang anak, menyimpannya di short-term-memory atau di long-term-memory. Jika anak menyimpannya di short-term-memory, anak akan dengan mudah melupakannya. Namun jika anak menyimpannya di long-term-memory, saat anak “belajar untuk pacaran”, mereka merasa cintanya pada sang kekasih sedang membara seperti apa yang telah anak tonton sebelumnya, pengetahuan itu secara tidak sadar akan muncul. Jika ada cinta yang membara maka berbuat seks.

Selepas dari fenomena anak berciuman yang diunggah ke facebook, masih ada contoh dampak negatif dari tayangan bermuatan percintaan lain yang terjadi. Kali ini ada sepasang anak SD berinisial SAR dan STA. mereka tidak malu untuk mengumbar kemesraan, kegalauan, dan ungkapan rasa marahnya di facebook. Contoh yang SAR katakana di laman facebook nya “kamu jangan berubah yah sayang, jangan sia-siain aku, jangan marah-marah lagi, jangan bikin aku capek hati, jangan genit-genit sama cewe lain, jangan egois, jangan pindah ke lain hati yah saying, aku sayang kamu” dan “urusin aja sexy dancer kamu, ngapain ngurusin aku, aku kan ga penting!” Lalu ada yang menyebarluaskannya setelah itu banyak timbul reaksi-reaksi dari para orang tua. Banyak reaksi yang menyebutkan bahwa fenomena SAR dan STA terjadi karena ketidakberbobotannya muatan televisi.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Faktor penghambat yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dalam lmplementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan

Di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal aturan alih teknologi hanya terdapat pada Pasal 10 Ayat (4) yang menyatakan bahwa perusahaan

Dalam masalah ini penulis menggunakan suatu metode sebagai bahan pertimbangan untuk mengurangi pemborosan biaya persediaan ini yaitu metode Material Requirement Planning (MRP),

bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman Nomor 4 Tahun 1981 tentang Terminal dan Retribusi Terminal Mobil Angkutan Penumpang Umum Non Bus, Antar Kota dan Dalam Kota

Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat dengan SSRD, adalah surat yang oleh Wajib Retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau setoran retribusi

penyusunan Skripsi ini dengan judul “ PENGARUH COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPHY TERHADAP PENURUNAN SKOR DEPRESI PASIEN KANKER PAYUDARA YANG MENJALA NI KEMOTERAPI DI RUANG

Langkah pertama yang dilakukan dalam optimasi anggaran ini yaitu melakukan peramalan agregat permintaan dilanjutkan dengan disagregasi permintaan ke setiap region berdasarkan

Hasil pengamatan difraksi sinar X pada paduan TiAl yang diimplantasi ion Y pada energi 100 keV dan dosis ion 2,98×10 15 ion/cm 2 setelah proses oksidasi pada suhu 800 °C