• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS MATA KULIAH ILMU SOSIAL DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS MATA KULIAH ILMU SOSIAL DASAR"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MATA KULIAH ILMU SOSIAL DASAR (ISD)

MEMBANGUN BUDAYA POLITIK YANG DEMOKRATIS DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

OLEH:

KADEK DONI HENDRA KUSUMA NIM. 1415071018

I WAYAN ARIANA NIM. 1415071019

PUTU AGUS SURYANTARA NIM. 1415071021

I NYOMAN AGUS ADI SAPUTRA NIM. 1415071022

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

(2)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya makalah yang berjudul Membangun Budaya Politik Yang Demokratis Dalam Masyarakat Multikultural ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya.

Terwujudnya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu melalui kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak, penulis terima dengan senang hati. Namun, di balik ketidaksempurnaannya tersebut masih tersimpan sebuah harapan, semoga makalah ini ada manfaatnya bagi pembaca.

(3)

DAFTAR ISI Halaman judul

Prakata Datar isi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan masalah 1.3 Tujuan penulisan

BAB II METODE PENULISAN BAB III PEMBAHASAN 3.1

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang sangat kompleks, terlebih sebagai masyarakat yang pandai menjaga budaya asli. Dengan asusmi dasar itulah masyarakat kita dikenal dengan istilah masyarakat multikultural. Indonesia merupakan salah satu Negara multikultural yang terbesar di dunia. Perbedaan suku, ras, bahasa, merupakan sebuah perbedaan yang lazim ada dalam suatu masyarakat. Adanya beragam kultur bisa menjadi potensi kekayaan budaya bangsa yang besar, sekaligus potensi pemecah dan pemicu konflik.

Demokrasi sebagai sistem politik Indonesia terbilang cukup berhasil mengakomodir keberagaman bagsa ini. Hanya saja, kelemahan kita adalah tidak adanya kebijakan publik dalam memfasilitasi multikultural. Berkaca pada konteks Demokrasi, model masyarakat multikultural ini telah digunakan para pendiri bangsa Indonesia dalam mendefinisikan kebudayaan bangsa, sebagaimana yang tercantum dalam penjelasan Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi “Kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah”. Model masyarakat multikultural ini merupakan sebuah masyarakat yang dilihat karena memiliki sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut.

(5)

1.2. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian masyarakat multikultural ? b. Apa pengertian demokrasi ?

c. Bagaimana penerapan demokrasi sebagai budaya politik dalam masyarakat multikultural ?

d. Bagaimana budaya politik masyarakat yang demokratis ?

1.3. Tujuan Penulisan

a. Mengetahui pengertian masyarakat multikultural. b. Mengetahui pengertian demokrasi.

c. Mengetahui penerapan demokrasi sebagai budaya politik dalam masyarakat multikultural.

d. Mengetahui budaya politik masyarakat yang demokratis.

(6)

METODE PENULISAN

Metode Penulisan ini menggunakan metode qualitative research. Dalam Pengumpulan data-data dalam penelitian ini penulis menggunakan studi kepustakaan (library research), dengan merujuk kepada artikel, buku-buku, internet, dan berita-berita media yang relevan. Dalam pengumpulan data -data tersebut penulis lebih mengacu kepada data-data Dari Internet dan buku-buku, karena keterbatasan penulis dalam mencari data-data yang original.

Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini penulis memaparkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan peulisan.

BAB II : Berisi tentang metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB III : ISI Pada bagian isi, penulis akan memaparkan

BAB IV : PENUTUP Pada bagian penutup penulis akan menutup makalah ini dengan kesimpulan-kesimpulan serta saran yang tetap mengacu kepada isi makalah tersebut.

(7)

PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Masyarakat Multikultral

Masyarakat Multikultural disusun atas tiga kata, yaitu Masyarakat, Multi, dan Kultural. “Masyarakat” artinya adalah sebagai satu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh rasa toleransi bersama, “Multi” berarti banyak atau beranekaragam, dan “Kultural” berarti Budaya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri atas banyak struktur kebudayaan. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya suku bangsa yang memilik struktur budaya sendiri yang berbeda dengan budaya suku bangsa yang lainnya.

Multikultural juga dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap suatu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut. Indonesia yang terdiri dari masyarakat heterogen rawan sekali terjadinya konflik baik konflik ras,suku, agama dsb. Untuk itu diperlukan ketersediaan warga masyarakat yang dapat saling menolerir keanekaragaman dan konflik antar kelompok maupun ketersediaan untuk mengakui keabsahan kompromi sehingga dengan demikian dapat tercapai budaya politik yang demokratis.

3.2. Pengertian Demokrasi

(8)

Demokratis adalah penyebutan untuk pemerintahan yg telah menggunakan System Demokrasi dalam perpolitikan nya,

Biasanya ciri-ciri negara yg demokratis adalah:

Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).

Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat (warga negara).

Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.

Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat penegakan hukum

Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.

Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.

Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat.

Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih) pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat. Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan sebagainya).

(9)

pemilihan secara bebas dan rahasia wakil-wakil rakyat yang menduduki jabatan dalam jangka waktu tertentu.

Apa itu budaya demokrasi? Budaya demokrasi adalah pola pikir, pola sikap dan pola tindak warga masyrakat yang sejalan dengan nilai nilai kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan antar manusia. Indonesia yang terdiri dari masyarakat heterogen rawan sekali terjadinya konflik baik konflik ras,suku, agama dsb. Untuk itu diperlukan ketersediaan warga masyarakat yang dapat saling menolerir keanekaragaman dan konflik antar kelompok maupun ketersediaan untuk mengakui keabsahan kompromi sangat bermanfaat bagi perkembangan budaya demokrasi.

3.3. Penerapan demokrasi sebagai budaya politik dalam masyarakat multikultural.

Dalam masyarakat multukultural ditemukan adanya keanekaragaman budaya, suku, agama, keyakinan, nilai, cara berpikir, dengan segala kepentingannya masing-masing di belakangnya. Tidak jarang ditemukan berbagai kepentingan yang tidak hanya berbeda melainkan juga bahkan bertentangan satu sama lain. Kepentingan-kepentingan ini bukan hanya harus dipenuhi, melainkan juga berlomba-lomba untuk dipenuhi bahkan dengan mengabaikan kepentingan kelompok atau pihak lain, saling mendahului dan bahkan saling meniadakan. Artinya bukan hanya ada kemungkinan bahwa kepentingan-kepentingan itu cuma mengejar prioritas untuk dipenuhi terlebih dahulu dari kelompok lain, melainkan juga ada kemungkinan dan keinginan bahwa kepentingan kelompoknya terpenuhi dan atau sehingga kepentingan kelompok lainnya tidak terpenuhi.

Keanekaragaman semacam itu dalam masyarakat multikultural harus diakomodasi dalam satu komunitas kehidupan bersama. Perbedaan-perbedaan bahkan pertentangan-pertentangan itu harus diramu dalam satu budaya politik yang mengkondisikan satu komunitas yang harmonis dan dinamis.

(10)

bahkan diminta beraksi untuk menyatakan bahwa agama yang Anda tinggalkan itu salah

Memang harus diakui bahwa sistem politik dalam faham demokrasi bukan yang terbaik dan tanpa kelemahan. Kelemahan-kelemahan yang sering di kemukakan adalah bahwa budaya demokrasi penuh dengan gejolak dan dinamika yang kadang-kadang justru sedikit banyak menggangu stabilitas dalam masyarakat. Budaya demokrasi dianggap menyedot energi dan biaya dalam pengambilan keputusan karena harus mempertimbangkan banyak kepentingan. Bahkan yang paling dikritik pada zaman yunani kuno adalah bahwa demokrasi menghasilkan kesepakatan dan pemimpin-pemimpin yang kurang bermutu karena rakyat hanya melakukan voting untuk mengambil keputusan atau membuang undi untuk memilih pemimpin.

Namun demokrasi tetap dianggap sebagai budaya politik yang paling memadai dalam masyarakat multikultural karena mengahargai kebebasan dan kesetaraan. Dan kelemahan-kelemahan itu dapat dihindarkan kalau demokrasi dilakukan dalam public reason dan public deliberation. Artinya demokrasi itu menggunakan akal sehat untuk kepentingan bersama dan atas pertimbangan yang matang dan mendalam.

(11)

di satu pihak tetap mengakui adanya keanekaragaman tetapi di pihak lain memperjuangkan adanya kesetaraan.

Budaya demokrasi pancasila mengakui adanya sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara. 3.4. Budaya politik masyarakat yang demokratis

Sudah kita lihat bahwa budaya politik yang dianggap paling memadai bagi masyarakat multikultural hingga saat ini adalah demokrasi. Bukan demokrasi yang dikritik Sokrates atau Plato yang terjadi di Yunani kuno yang menyerahkan seluruh kedaulatan negara ke tangan rakyat sehingga pemimpin bahkan dapat dipilih dengan membuang undi, melainkan demokrasi liberal berbasis perwakilan dan lembaga-lembaga formal seperti partai, parlemen, pemerintah, pemilu, didampingi demokrasi deliberatif yang menuntut adanya pertimbangan-pertimbangan yang mendalam dari rakyat sendiri yang menjadi subyek demokrasi. Demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan dan kesetaraan, yang membuka ruang publik untuk pembicaraan secara terbuka bagi setiap warga masyarakat untuk menyatakan kepentingannya, dan bahwa setiap orang memiliki akses yang sama untuk masuk ke ruang publik itu.

Untuk menjamin terjadinya demokrasi liberal maupun demokrasi deliberatif perlu dibangun sikap yang mengkondisikannya, yakni sikap hukum, sikap reasonable, sika toleran dan overlapping consensus.

5.1 Sikap Hukum

Hukum mengandung ketentuan – ketentuan bersama yang harus diterima untuk menjaga terselenggaranya kebebasan dan kesetaraan. Dengan kata lain perlu adanya sikap hukum pada setiap warga masyarakat agar semua keputusan – keputusan yang disepakati dalam demokrasi harus dijalankan secara konsisten. Harus ada kepastian moral, atau kejujuran etis untuk menjalankannya tanpa terombang – ambing oleh berbagai kepentingan yang bisa menganggu.

(12)

harus masuk akal. Hukum berlaku untuk semua warga negara tanpa pandang bulu. Tidak ada hak istimewa, atau diskriminasi atas dasar apapun, entah kekuasaan, mayoritas, agama suku, ataupun keturunan. Kedaulatan Negara juga diserahkan kepada hukum. Hukum tidak hanya mengatur individu melainkan juga masyarakat politik, dalam hal ini Negara. Dengan kata lain hukum juga mengatur semua tingkah laku Negara . Negara harus menjamin setiap hak warga negaranya. Berarti Negara bisa dituntut secara hukum kalau Negara berlaku tidak adil kepada warganya atau merugikan warganya. Kedua, hukum harus sesuai mungkin dengan rasa keadilan masyarakat. Ketiga, hukum harus sesuai dengan martabat manusia. Ukurannya adalah apakah hukum sesuai atau tidak dengan hak asasi manusia.

5.2 Sikap reasonable

Selain sikap hukum, sikap lain yang diperlukan juga adalah sikap reasonable. Warga Negara yang reasonable adalah :

1. Warga Negara yang mampu menerima perbedaan warga Negara yang menyadari bahwa perbedaan adalah realitas faktual, yang tak bisa dilenyapkan dari pandangan mata : fakta yang tak dapat dianggap semu. Dan atas dasar itu dia tidak menghabiskan waktu dan energi untuk menolak pluralisme melainkan belajar untuk hidup dalam pluralisme.

2. Warga Negara yang reasonable adalah warga yang melihat doktrin dan pandangan hidup sendiri hanya sebagai salah satu dari ( bukan satu – satunya ) doktrin atau pandangan hidup lainnya. Ada kebesaran hati dalam dirinya untuk melihat adanya kemungkinan pandangan hidup lain yang dibangun diatas landasan yang tidak bisa didiskusikan. Misalnya seorang reasonable tidak selalu berpikir dalam dikotomi fundamentalis yang hitam putih, salah benar, kawan dan lawan, sahabat musuh, melainkan konsisten pada keyakinannya sebagai benar, tanpa menganggap yang lain sebagai salah dan harus disingkirkan.

(13)

4. Manusia reasonable memperjuangkan kepentingan berdasarkan prinsip keadilan; tidak berarti hanya menghormati hak orang lain, melainkan juga berani menuntut haknya dan hak orang lain yang tidak dihormati.

(14)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Dari pengalaman masa lalu bangsa kita, kelihatan bahwa demokrasi belum membudaya. Kita memang telah menganut demokrasi dan bahkan telah di praktekan baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam kehidupan bebangsa dan bernegara. Akan tetapi, kita belum membudanyakannya.

Membudaya berarti telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging.

Mengatakan “Demokrasi telah menjadi budaya” berarti penghayatan nilai-nilai demokrasi telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging di antara warga negara. Dengan kata lain, demokrasi telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari kehidupanya. Seluruh kehidupanya diwarnai oleh nilai-nilai demokrasi.

Perilaku budaya politik demokrasi yang perlu kita kembangkan dalam kehidupan sehari-hari antara lain menjunjung tinggi persamaan, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban membudayakan sikap bijak dan adil, membiasakan musyawarah mufakat dalam mengambil keputusan serta mengutamakan persatuan dan kesatuan nasional.

3.2 Saran

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Bambang suteng, dkk. Pendidikan kewarganegaraan. Erlangga

Referensi

Dokumen terkait

(3) Motivasi berprestasi dalam bidang berafiliasi siswa tidak tuntas kkm, penulis menyimpulkan bahwa, siswa yang tidak tuntas kkmnya karena mereka merasa kurangnya

Dengan intensitas pertemuan didalam program AIK yang terbilang rutin ini dan dengan kondisi seperti yang sudah dijabarkan peneliti, hal tersebut memungkinkan Mahasiswa

Kepala divisi dalam proses dapat login, data user kepala divisi, report hasil produksi, informasi notifikasi, validasi data dan konfirmasi data, serta kepala bagian dapat

US FDA menetapkan 4 kategori penyebab penolakan terhadap komoditi impor ke Amerika Serikat yaitu adanya bakteri pathogen maupun toksin yang dihasilkan, bahan

Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan pola konsumsi yang terjadi saat menggunakan e-wallet, perubahan ini dilihat dari gaya hidup, pemborosan, pergeseran

Dan di Bulan Oktober dimana kita menyambut hari Reformasi, maka memulai suatu kegiatan baru yaitu mengajak dan menghimbau seluruh anggota jemaat yang sudah dan belum membaca

Terakhir dilihat dari Payback period (PP) pengembalian investasi adalah dalam jangka 5 tahun lebih 5.6 bulan bahwa Jusana Hotel memiliki tingat pengembalian modal

Secara umum dapat disimpulkan bahwa kelembagaan kemitraan yang efektif dan berkelanjutan pada model kelembagaan kemitraan usaha kebun kelapa sawit belum terwujud