• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 852011014 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 852011014 BAB III"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

35

BAB III

ANALISIS DATA

Komposisi

“Tujuh Meterai, Tujuh Sangkakala, dan Tujuh Cawan”

,

merupakan sebuah karya musik program yang bersifat naratif berdasarkan kitab

Wahyu 6-16 untuk ansambel musik. Struktur musik komposisi ini disusun

menurut gambaran atau simbol cerita dalam Wahyu 6-16, yang bersifat naratif.

Komposisi ini terdiri dari tiga

movement yang dibagi berdasarkan kronologi

peristiwa, yaitu

movement

pertama (tujuh meterai),

movement kedua (tujuh

sangkakala), dan

movement ketiga (tujuh cawan). Setiap

movement terdiri dari

tujuh tema musikal yang berbeda-beda disesuaikan dengan kronologi cerita kitab

Wahyu 6-16. Komposisi ini menggunakan kombinasi

leitmotif

dan tone painting

yang berfungsi untuk menggambarkan simbol yang dituliskan dalam Alkitab.

Berikut ini adalah ulasan lambang dalam komposisi musik program

“Tujuh

Meterai, Tujuh Sangkakala, dan Tujuh Cawan”

dalam format ansambel musik:

A.

Movement

Pertama, Tujuh Meterai

Keempat meterai pertama terdiri dari 16-20 birama, yang menceritakan

kehancuran dunia materi. Kemudian, ketiga materai berikutnya terdiri dari 8

dan 16 birama, yang menceritakan kehancuran dunia rohani.

1.

Kuda putih, melambangkan antichrist.

“Maka aku melihat Anak Domba itu membuka yang pertama dari

ketujuh meterai itu, dan aku mendengar yang pertama dari keempat

makhluk itu berkata dengan suara bagaikan bunyi guruh: “Mari!”. Dan

aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan orang yang

menungganginya memegang sebuah panah dan kepadanya dikaruniakan

sebuah mahkota. Lalu ia maju sebagai pemenang untuk merebut

kemenangan”, Wahyu 6:1-2, Alkitab TB.

Komposisi ini terdiri dari 20 birama (1-20), menggunakan tangga nada Am

natural dan harmonis

1

dan bertempo lento.

(2)

36

Tabel 3.1 Tabel musikal dan makna meterai pertama.

Musikal Makna

Nada pertama diawali oleh interval tiga dan tujuh dari C. Tiga jenis tujuh, yaitu: tujuh meterai, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan.

Nada-nada disonan.2 Karakter antichrist, yaitu pengganggu atau pengacau. Nada-nada panjang dan tangga nada Am natural. Warna putih yang berkarakter

polos dan tenang. Tone painting: tanda slur. ( ) Busur.

Tone painting: tanda aksidental.3 (G#) Tanda kres sebagai hiasan, simbol

dari mahkota.

Tone painting: glissandoturun. (Gambar 3.1) Panah.

Glissando naik. (Gambar 3.2) Kuda berdiri dan memekik.

Roll instrumen perkusi. (Gambar 3.3) Bunyi guruh.

Leitmotif kuda putih, melodi pada instrumen trumpet,

birama (18-20). (Gambar 3.4)

Merebut kemenangan.

Kadens setengah, pergerakan akord IV-V, yaitu: Am ke Bsus4.

Peristiwa yang belum selesai.

Modulasi dari tangga nada Am menuju dominannya Em. Dominan kekuasaan antichrist.

Gambar 3.1 Glissando turun menggambarkan panah.

2 Disonan adalah kombinasi bunyi yang intervalnya berjarak minor dua dan mayor tujuh (sharp disonan), mayor dua dan minor tujuh (mild disonan).

(3)

37

Gambar 3.2 Glissando naik menggambarkan kuda berdiri dan

memekik.

Gambar 3.3 Roll instrumen perkusi menggambarkan bunyi guruh.

Gambar 3.4 Leitmotif kuda putih.

2.

Kuda merah, melambangkan peperangan.

(4)

38

dikaruniakan kuasa untuk mengambil damai sejahtera dari atas bumi,

sehingga mereka saling membunuh, dan kepadanya dikaruniakan sebilah

pedang yang besar”, Wahyu 6:3-4, Alkitab TB.

Komposisi ini terdiri dari

16 birama (21-36), menggunakan tangga nada

Em natural

4

dan bertempo allegro.

Tabel 3.2 Tabel musikal dan makna meterai kedua.

Musikal Makna

Tone painting: melodi piano dengan sekuen naik berstaccato.

(Gambar 3.5)

Pedang tajam.

Strings dan snare drum memainkan ritme yang sama. (Gambar 3.6)

Pasukan perang.

Leitmotif kuda merah pada trumpet, suara bersahut-sahutan dengan instrumen strings, birama (22-30). (Gambar 3.7)

Warna merah yang berkarakter keberanian.

Nada F# menjadi F natural, birama (31) dengan perubahan tempo diminuendo5, dan perubahan tanda sukat 3/4 ke 2/4 dan 1/4, serta modulasi dari tangga nada Em menuju Cm, interval tiga menurun dari E. (Gambar 3.8)

Mengambil damai sejahtera.

Kadens setengah, pergerakan akord I-V, yaitu C ke Gsus4 dan G.

Peristiwa yang belum selesai.

Gambar 3.5 Tone painting melodi piano menggambarkan pedang

tajam.

Gambar 3.6 Ritme Strings dan snare drum menggambarkan

pasukan perang

.

4 Em natural adalah tangga nada yang terdiri dari not E-F#-G-A-B-C-D-E.

(5)

39

Gambar 3.7 Leitmotif kuda merah

.

Gambar 3.8 Nada F# menjadi F natural bermakna mengambil

damai sejahtera.

3.

Kuda hitam, melambangkan kemiskinan dan kelaparan.

Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketiga, aku

mendengar makhluk yang ketiga

berkata: “Mari!”. Dan

aku melihat:

sesungguhnya, ada seekor kuda hitam dan orang yang menungganginya

memegang sebuah timbangan di tangannya. Dan aku mendengar seperti

ada suara di tengah-

tengah keempat makhluk itu berkata: “Secupak

gandum sedinar, dan tiga cupak jelai sedinar. Tetapi janganlah rusakkan

minyak dan anggur itu”

, Wahyu 6:5-6, Alkitab TB.

Komposisi ini terdiri dari

16 birama (37-52), menggunakan tangga nada

Cm harmonis

6

dan bertempo adagio menuju allegro.

Tabel 3.3 Tabel musikal dan makna meterai ketiga.

Musikal Makna

Tone painting: triol. Timbangan.

Tone painting: melodi piano menggunakan not 1/32 dan 1/8. (Gambar 3.9)

Anggur.

Viola dan cello memainkan register bawah. Gelap atau hitam. Tempo adagio, birama (37-45) kemudian allegro birama

(46-52), melodi strings dengan accelerando.7 (Gambar 3.10)

Kelaparan yang semakin meningkat.

Leitmotif kuda hitam, yaitu: ritme instrumen perkusi (floor Kuda sedang berlari kencang

6 Cm harmonis adalah tangga nada yang terdiri dari susunan notasi, yaitu:: C-D-Eb-F-G-Ab-B-C.

(6)

40

dan bass drum) dengan perubahan tempo diminuendo, birama (46-51). (Gambar 3.11)

hingga tak bertenaga.

Arpeggio8 menurun akord Cdim7. (Gambar 3.12) Karakter yang kelam. Deceptive Cadence, pergerakan akord V-VI, yaitu Bbadd9 ke

Cdim7.

Penipuan.

Modulasi dari Cm menuju Fm. Tangga nada Fm dalam teori zaman romantik, bermakna ratapan kematian.9

Gambar 3.9 Tone painting: melodi piano menggunakan not 1/32

dan 1/8 menggambarkan anggur.

Gambar 3.10 Melodi strings dengan accelerando bermakna

kelaparan yang semakin meningkat.

Gambar 3.11 Leitmotif kuda hitam.

8 Arpeggio adalah langkah berurutan. teknik permainan suatu rangkaian nada atau akord terurai secara berurutan.

(7)

41

Gambar 3.12 Arpeggio menurun akord Cdim7 menggambarkan

karakter yang kelam.

4.

Kuda hijau kuning, melambangkan kematian.

“Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keempat, aku

mendengar makhluk yang keempat berkata: “Mari!”. Dan aku melihat:

sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning dan orang yang

menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut mengikutinya. Dan

kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk

membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan

dengan binatang-binatang buas yang di bumi”, Wahyu 6:7-8, Alkitab TB.

Komposisi ini terdiri dari

16 birama (53-68), menggunakan tangga nada

Fm harmonis

10

dan bertempo adagio.

Tabel 3.4 Tabel musikal dan makna meterai keempat.

Musikal Makna

Tone painting: melodi piano yang beraksidental. (Gambar 3.13) Penyakit sampar

Pedal point pada cello. Kerajaan maut yang

mengikuti. Glissando turun muncul secara berurutan (kanon) ke register atas

dari instrumen biola alto ke biola 2 dan biola 1. (Gambar 3.14)

Tangisan.

Melodi biola 1 dan biola 2, naik turun berstaccato, birama (56-58).

Ketakutan.

Melodi piano, birama (59-60) beraksen yang tajam menuju register atas.

Membunuh dengan pedang.

Leitmotif kuda hijau kuning, yaitu melodi fluit birama (60-68).

(Gambar 3.15)

Kesedihan.

Kadens setengah, pergerakan akord I-V, yaitu Abm7/Eb ke Ebadd9.

Peristiwa yang belum selesai.

Modulasi dari tangga nada Fm menuju Ebm. Tangga nada Eb dalam teori

(8)

42

zaman romantik, bermakna pengabdian dan hubungan yang intim dengan Tuhan. Tangga nada Ebm, bermakna perasaan cemas, jiwa yang suram, seperti hantu yang berbicara.11

Gambar 3.13 Tone painting: melodi piano yang beraksidental

menggambarkan penyakit sampar.

Gambar 3.14

Glissando turun muncul secara berurutan (kanon)

ke register atas bermakna tangisan.

Gambar 3.15 Leitmotif kuda hijau kuning.

5.

Martir, melambangkan para martir.

Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai kelima, aku melihat

di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh karena

firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki. Dan mereka

berseru dengan suara nyaring, katanya: “Berapa lamakah lagi, ya

Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak

membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?

Dan

kepada mereka masing-masing diberikan sehelai jubah putih, dan kepada

mereka dikatakan, bahwa mereka harus istirahat sedikit waktu lagi

(9)

43

hingga genap jumlahkawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka,

yang akan dibunuh sama seperti mereka”, Wahyu 6:9-11, Alkitab TB.

Komposisi ini terdiri dari 8 birama (69-76), menggunakan tangga nada

Ebm harmonis

12

dan bertempo adagio.

Tabel 3.5 Tabel musikal dan makna meterai kelima.

Musikal Makna

Ritme floor dan bass drum menggunakan not bertitik. Kerajaan atau kegaggahan iman para martir.

Leitmotif martir, yaitu: melodi instrumen strings, birama (69-76).

(Gambar 3.16)

Kepahlawanan.

Melodi berdinamika forte. Seruan para mártir.

Kadens setengah, pergerakan akord I-V, yaitu EbM7 9/Bb ke Bb. Peristiwa yang belum selesai. Modulasi tangga nada Ebm menuju hungarian minor. Notasi Eb berubah menjadi E, sehingga susunan notasi Ebm, yaitu: E-F-Gb-A-Bb-C-Db-E.

Gambar 3.16 Leitmotif martir.

6.

Gempa bumi.

Maka aku melihat, ketika Anak Domba itu membuka meterai

keenam, sesungguhnya terjadilah gempa bumi yang dashyat dan matahari

menjadi hitam bagaikan karung rambut dan bulan menjadi merah

seluruhnya bagaikan darah...

”,

Wahyu 6:12-17, Alkitab TB.

(10)

44

Komposisi ini terdiri dari 8 birama (85-92) dan bertempo allegro.

Tabel 3.6 Tabel musikal dan makna meterai keenam.

Musikal Makna

Tangga nada hungarian minor modus III in Db, susunan notasinya yaitu: Db-E-F-Gb-A-Bb-C-Db.

Kekelaman akibat gempa bumi.

Penggunaan not 1/16, gerakan melodi naik turun, dinamika allegro, roll floor dan bass drum. (Gambar 3.17)

Gempa.

Trumpet (instrumen cemerlang) dimainkan di register rendah. (Gambar 3.18)

Matahari yang menjadi gelap.

Fluit (instrumen melankolis) dimainkan dengan aksen diregister atas.

Bulan yang memerah.

Penggunaan accelerando. Gempa yang meruntuhkan bumi dengan cepat.

Kadens otentik, pergerakan menuju akord I, yaitu Ebm7 6/Bb ke Ebm.

Berakhirnya peristiwa pertama.

Gambar 3.17 Penggunaan not 1/16, gerakan melodi naik turun,

dinamika allegro, roll floor dan bass drum menggambarkan

gempa.

7.

Hening di surga.

Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai ketujuh, maka sunyi

senyaplah di sorga, kira-

kira setengah jam lamanya ...”,

Wahyu 8:1-2,

Alkitab TB.

Komposisi ini terdiri dari 8 birama (85-92) kosong. Sukat 2/4

(11)

45

Gambar 3.18 Birama kosong dengan sukat 2/4 menggambarkan

keheningan selama setengah jam.

B.

Movement

Kedua, Tujuh Sangkakala

Empat sangkakala pertama terdiri dari 16 birama, yang menceritakan

penghukuman Tuhan yang menimpa alam. Sedangkan tiga sangkakala

selanjutnya terdiri dari 8 dan 16 birama, yang berkaitan dengan seluruh

penghuni dunia.

1.

Hujan es dan api bercampur darah.

Lalu malaikat yang pertama meniup sangkakalanya dan terjadilah

hujan es dan api bercampur darah; dan semuanya itu dilemparkan ke

bumi: maka terbakarlah sepertiga dari bumi dan sepertiga dari

pohon-pohon dan hanguslah seluruh rumput-rumputan hijau

”,

Wahyu 8:7,

Alkitab TB.

Komposisi ini terdiri dari 16 birama (93-108), tangga nada Bbm

harmonis

13

, bertempo lento menuju allegro.

Tabel 3.7 Tabel musikal dan makna sangkakala pertama.

Musikal Makna

Suara roll floor dan bass drum. Hujan es.

Suara cymbal. Api.

Iringan piano dan melodi trumpet yang menggunakan not 1/32 dan not bertitik. (Gambar 3.19)

Darah yang berkarakter menggumpal.

Melodi trumpet (do, sol, fi) sekuen naik dengan roll floordan bass drum, dan cymbal.

Pelemparan hujan es, api bercampur darah ke bumi. Penggunaan triol pada instrumen strings. (Gambar 3.20) Sepertiga bagian seluruh

tumbuhan hijau yang terbakar. Penggunaan tangga nada Bbm. Tangga nada Bbm dalam teori

(12)

46

zaman romantik, bermakna sesuatu yang mengerikan.14

Gambar 3.19 Iringan piano dan melodi trumpet menggunakan not

1/32 dan not bertitik bermakna darah yang menggumpal.

2.

Gunung api besar dilemparkan ke laut.

“Lalu malaikat yang kedua meniup sangkakalanya dan ada sesuatu

seperti gunung besar. Yang menyala-nyala oleh api, dilemparkan ke

dalam laut. Dan sepertiga dari laut itu menjadi darah. Dan matilah

sepertiga dari segala makhluk yang bernyawa di dalam laut dan binasalah

sepertiga dari semua kapal”, Wahyu 8:8-9, Alkitab TB.

Komposisi ini terdiri dari 16 birama (109-124), tangga nada Bbm, dan

bertempo allegro.

Tabel 3.8 Tabel musikal dan makna sangkakala kedua.

Musikal Makna

Tone painting: not1/16 pada instrumen piano. (Gambar 3.20) Gunung besar. Tone painting: melodi pada piano berstaccato. (Gambar 3.21) Layar kapal. Tone painting: melodi trumpet yang diimitasi fluit dan

bergerak naik turun. (Gambar 3.22)

Gelombang laut.

Suara cymbal. Api.

(13)

47

Gambar 3.20 Tone painting not1/16 pada instrumen piano

menggambarkan gunung besar.

Gambar 3.21 Tone painting melodi piano yang berstaccato

menggambarkan layar kapal.

Gambar 3.22

Tone painting: melodi trumpet yang bergerak naik

turun menggambarkan gelombang laut.

3.

Apsintus, melambangkan jatuhnya bintang besar dan air menjadi pahit.

“Lalu malaikat yang ketiga meniup sangkakalanya dan jatuhlah dari

langit sebuah bintang besar, menyala-nyala seperti obor, dan ia menimpa

sepertiga sungai-sungai dan mata-mata air. Nama bintang itu ialah

Apsintus. Dan sepertiga dari semua air menjadi apsintus, dan banyak

orang mati karena air itu, sebab sudah menjadi pahit”,

Wahyu 8:10-11,

Alkitab TB.

Komposisi ini terdiri dari 16 birama (125-140), menggunakan modus

lydian diminished dan lydian augmented, dan bertempo allegro.

Tabel 3.9 Tabel musikal dan makna sangkakala ketiga.

Musikal Makna

Tone painting: melodi pada instrumen trumpet dan fluit

menggunakan teknik imitasi pada instrumen biola 1 dan biola

(14)

48

2. lebih rendah atau bawah.

Melodi berbentuk kanon bergerak turun. (Gambar 3.23) Jatuhnya bintang besar. Suara piano pada birama 128. Terceburnya bintang besar. Pergerakan melodi pada instrumen piano dan glissando

berurutan pada instrumen strings, birama (128-130). (Gambar 3.24)

Pantulan yang dtimbulkan.

Gambar 3.23 Melodi berbentuk kanon bergerak turun bermakna

jatuhnya bintang besar.

Gambar 3.24 Pergerakan melodi pada instrumen piano dan

glissando pada instrumen strings menggambarkan pantulan yang

ditimbulkan.

4.

Sepertiga bagian dari matahari, bulan, dan bintang menjadi gelap.

Lalu malaikat yang keempat meniup sangkakalanya, dan terpukullah

sepertiga dari matahari dan sepertiga dari bulan dan sepertiga dari

bintang-bintang sehingga sepertiga dari padanya menjadi gelap dan

sepertiga dari siang hari tidak terang dan demikian juga malam hari

”,

Wahyu 8:12, Alkitab TB.

Komposisi ini terdiri dari 16 birama (141-156), kombinasi modus C

mixolydian, tangga nada C minor natural, dan C

diminished whole tone

(15)

49

Tabel 3.10 Tabel musikal dan makna sangkakala keempat.

Musikal Makna

Leitmotif matahari disusun pada register rendah instrumen

trumpet, menggunakan modus C mixolydian, birama (142-145). (Gambar 3.25)

Matahari yang menjadi gelap.

Leitmotif bulan disusun pada register rendah instrumen fluit,

menggunakan tangga nada C minor natural, birama (142-145).

Bulan yang menjadi gelap.

Leitmotif bintang-bintang dibunyikan dengan menggunakan

teknik pizzicato, modus diminished whole tone, dan pergantian dinamika pada instrumen biola 1 dan biola 2, birama (146-156). (Gambar 3.29)

Karakter bintang yang kerlap kerlip.

Iringan menggunakan triol. Sepertiga bagian.

Gambar 3.25 Leitmotif matahari dan bulan.

Gambar 3.26 Leitmotif bintang-bintang.

5.

Kesakitan pertama oleh belalang-belalang.

(16)

50

hanya untuk menyiksa mereka lima bulan lamanya….”,

Wahyu 9:1-12,

Alkitab TB.

Komposisi ini terdiri dari 8 birama (157-164), tangga nada kromatis,

dan bertempo lento.

Tabel 3.11 Tabel musikal dan makna sangkakala kelima.

Musikal Makna

Tone painting: melodi not 1/8 yang berstaccato.

(Gambar 3.27)

Kaki belalang.

Melodi bebas pada instrumen biola 1 dan 2. Belalang-belalang. Suara Floor dan bass drum. Asap tanur besar.

Sukat 5/4. Penderitaan lima bulan lamanya.

Nada dissonan, birama (160 dan 162). (Gambar 3.28) Sengatan belalang.

Register bawah piano. Maut.

Gambar 3.27 Tone painting: melodi not menggunakan 1/8 yang

berstaccato bermakna kaki belalang.

Gambar 3.28 Nada disonan bermakna sengatan belalang.

6.

Kesakitan kedua.

(17)

berhala-51

berhala……dan mereka tidak bertobat dari pada pembunuhan, sihir,

percabulan dan pencurian”, Wahyu 9:13-21, Alkitab TB.

Komposisi ini terdiri dari 16 birama (165-180), tangga nada kromatis,

bertempo lento dan allegro.

Tabel 3.12 Tabel musikal dan makna sangkakala keenam.

Musikal Makna

Tone painting: imitasi berjenjang dari regiter bawah ke

register atas strings, birama (165-166). (Gambar 3.29)

Pelepasan keempat malaikat.

Tone painting: urutan melodi yang dibunyikan dari register

bawah ke register atas strings dan piano, birama (166-167). (Gambar 3.30)

Ular yang mendatangkan kerusakan.

Penggunaan Cluster Chord, birama (166,167,169,170,172, dan 173).

Pembunuhan manusia.

Penggunaan sekuen turun untuk melodi pada birama (165-167) menuju birama (168-170) dan birama (171-173).

Karakter manusia yang tidak mau bertobat.

Tone painting: iringan bagian tangan kanan pada instrumen

piano. (Gambar 3.31)

Sungai.

Suara piano register bawah menggunakan not 1/16. 20.000 pasukan berkuda.

Suara cymbal. Api.

Suara roll floor dan bass drum. Asap.

Melodi dan ritme pada trumpet dan piano yang monoton. Kekeringan manusia. Trill pada instrumen trumpet, birama 180. Belerang.

(18)

52

Gambar 3.30

Tone painting: urutan melodi yang dibunyikan dari

register bawah ke register atas strings dan piano menggambarkan

ular yang mendatangkan kerusakan.

Gambar 3.31 Tone painting: iringan bagian tangan kanan pada

instrumen piano menggambarkan sungai.

7.

Kesakitan ketiga dan Allah mengambil kembali kuasa atas bumi dari iblis.

Tetapi pada waktu bunyi sangkakala dari malaikat ketujuh, yaitu

apabila meniup sangkakalanya, maka akan genaplah keputusan rahasia

Allah, seperti yang telah Ia beritakan kepada hamba-hamba-Nya, yaitu

para nabi”, Wahyu 10:7, Alkitab TB.

”Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah

suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya:

”Pemerintahan atas dunia

dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapiNya, dan Ia akan

memerintah sebagai raja sampai selama-

lamanya.”….Maka terbukalah

Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di

dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru geruh dan gempa bumi

dan hujan es lebat”,

Wahyu 11:15-19, Alkitab TB.

Komposisi ini terdiri dari 8 birama (181-188), kombinasi tangga nada C

auxiliary diminished dan C

half diminished

#2 secara horisontal, dan

bertempo allegro.

Tabel 3.13 Tabel musikal dan makna sangkakala ketujuh.

Musikal Makna

Perpaduan melodi pada instrumen trumpet dan fluit pada register atas dengan ritme snare drum.

(19)

53

Tone painting: pergerakan melodi triol ke atas.

(Gambar 3.32)

Kembali kepada kuasa Allah.

Gambar 3.32 Tone painting: pergerakan melodi triol ke atas

bermakna kembali kepada kuasa Allah

.

C.

Movement

Ketiga: Tujuh Cawan

Empat cawan pertama terdiri dari 16 birama dan tiga cawan selanjutnya

terdiri dari 8 dan 16 birama. Cawan-cawan murka ini memusnahkan segala

yang hidup saat kedatangan pertama hingga kedatangan Kristus yang kedua.

1.

Bisul.

“Maka pergilah malaikat yang pertama dan ia menumpahkan

cawannya ke atas bumi; maka timbullah bisul yang jahat dan yang

berbahaya pada semua orang yang memakai tanda dari binatang itu dan

yang menyembah patungnya”, Wahyu 16:2, Alkitab TB.

Komposisi ini terdiri dari 16 birama (189-204), menggunakan tangga

nada C mela kosalam, dan bertempo rubato.

Tabel 3.14 Tabel musikal dan makna cawan pertama.

Musikal Makna

Tone painting: iringan biola 1 dan biola 2 membentuk 666. (Gambar 3.33)

Tanda binatang 666.

Tone painting: iringan pada piano yang menggunakan busur ligatura15 dan bentuk melodi not 1/4 pada biola 1 dan biola 2. (Gambar 3.34)

Bisul.

Melodi fluit yang berkarakter lembut pada register atas. Kesakitan manusia.

(20)

54

Gambar 3.33

Tone painting: iringan biola 1 dan biola 2

membentuk tanda binatang 666.

Gambar 3.34 Tone painting: iringan pada piano yang

menggunakan busur ligatura dan bentuk melodi not 1/4 biola 1

dan biola 2.

2.

Laut menjadi darah.

Maka pergilah malaikat yang kedua menumpahkan cawannya ke atas

laut; maka airnya menjadi darah, seperti darah orang mati dan matilah

segala yang bernyawa, yang hidup di dalam

laut”, Wahyu 16:3, Alkitab

TB.

Komposisi ini terdiri dari 16 birama (205-220), kombinasi tangga nada

C Mela Divyamani dan Mela Simhendramadhyama secara vertical, dan

bertempo allegro.

Tabel 3.15 Tabel musikal dan makna cawan kedua.

Musikal Makna

Tone painting: bentuk melodi dengan not 1/2 dan 1/4 instrumen strings. (Gambar 3.35)

Makhluk bernyawa yang hidup di laut.

Tone painting: iringan pada instrumen cello yang bergelombang. (Gambar 3.36)

Laut.

Penggunaan polychord pada instrumen cello dan birama kosong pada instrumen biola 1, biola 2, biola alto, birama (217-220).

(21)

55

Gambar 3.35

Tone painting: bentuk melodi dengan not 1/2 dan 1/4

instrumen strings menggambarkan makhluk bernyawa yang hidup

di laut.

Gambar 3.36 Tone painting: iringan instrumen cello yang

bergelombang menggambarkan laut.

3.

Sungai dan mata air menjadi darah.

Maka pergilah malaikat yang ketiga menumpahkan cawannya atas

sungai-sungai dan mata-mata air, dan semuanya menjadi darah….”,

Wahyu 16:4-7, Alkitab TB.

Komposisi ini terdiri dari 16 birama (221-236), kombinasi tangga nada

C

mela divyamani dan

mela simhendramadhyama secara vertikal, dan

bertempo allegro.

Tabel 3.16 Tabel musikal dan makna cawan ketiga.

Musikal Makna

Tone painting: pola iringan menjadi 1/8 instrumen cello yang bergelombang. (Gambar 3.37)

Sungai dan mata air (lebih kecil dari laut) yang menjadi darah. Penggunaan repetisi melodi yang terdapat dalam sangkakala

kedua (gunung besar api besar dilemparkan ke laut dan menjadi darah) dengan teknik trumpet menggunakan mute.

Sungai dan Mata air, yang memiliki volume lebih kecil dari laut.

Gambar 3.37 Tone painting: pola iringan menjadi 1/8 instrumen

(22)

56

4.

Panas yang sangat menyengat.

“Maka pergilah malaikat yang keempat menumpahkan cawannya ke

atas matahari, dan kepadanya diberi kuasa untuk menghanguskan

manusia dengan api….”, Wahyu 16:8-9, Alkitab TB.

Komposisi ini terdiri dari 16 birama (237-252), menggunakan leitmotif

matahari, dan bertempo allegro.

Tabel 3.17 Tabel musikal dan makna cawan keempat.

Musikal Makna

Penggunaan leitmotif matahari, dimainkan pada register atas lebih cemerlang dan nada disonan pada instrumen trumpet. (Gambar 3.38)

Matahari yang panas dan menyengat.

Penggunaan teknik komposisi sekuen naik dari pergerakan harmoni pada birama (237-241), naik dengan jarak interval satu setengah, birama (242-246), kemudian naik dengan jarak interval dua, birama (247-252).

Manusia menghujat nama Allah dan tidak mau bertobat.

Gambar 3.38

Penggunaan leitmotif matahari, dimainkan pada

register atas lebih cemerlang dan nada disonan instrumen trumpet

bermakna matahari yang menyengat.

5.

Kegelapan.

Maka pergilah malaikat yang kelima menumpahkan cawannya ke

atas takhta binatang itu dan kerajaannya

menjadi gelap……”, Wahyu

16:10-11, Alkitab TB.

Komposisi ini terdiri dari 8 birama (253-260), tangga nada

Jewish

ahaba rabba, dan bertempo lento menuju allegro.

Tabel 3.18 Tabel musikal dan makna cawan kelima.

Musikal Makna

Melodi dan pedal point pada register bawah. Kegelapan.

(23)

57

Menggunakan teknik retrograsi. (Gambar 3.39) Kemunduran manusia dari Tuhan.

Gambar 3.39 Teknik retograsi bermakna kemunduran manusia dari

Tuhan.

6.

Sungai Efrat menjadi kering, persiapan jalan bagi raja-raja dari timur.

“Maka pergilah malaikat yang keenam menumpahkan cawannya ke

sungai yang besar, sungai Efrat, lalu keringlah airnya, supaya siaplah

jalan bagi raja-raja yang dating dari sebelah timur. Dan aku melihat dari

mulut naga dan dari mulut binatang dan dari mulut nabi palsu itu keluar

tiga roh najis yang menyerupai katak. Itulah roh-roh setan yang

mengadakan perbuatan-perbuatan ajaib, dan mereka pergi mendapatkan

raja-raja di seluruh dunia, untuk mengumpulkan mereka guna peperangan

pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa

”, Wahyu 16:12

-14,

Alkitab TB.

Komposisi ini terdiri dari 16 birama (261-276), tangga nada

Jewish

magan abot, dan bertempo allegro.

Tabel 3.19 Tabel musikal dan makna cawan keenam.

Musikal Makna

Aksen dan staccato pada strings. Persiapan jalan bagi raja-raja dari Timur.

Tone painting: melodi berjenjang ke atas kemudian ke bawah

dan penggunaan teknik komposisi sekuen naik dari pergerakan melodi pada birama (269), naik dengan jarak interval satu setengah, birama (270), kemudian turun dengan jarak interval setengah, birama (272). (Gambar 3.40)

(24)

58

Gambar 3.40 Teknik sekuen naik menggambarkan keluarnya tiga

roh najis.

7.

Gempa bumi terbesar.

Maka pergilah malaikat yang ketujuh menumpahkan cawannya ke

angkasa. Dan dari dalam Bait Suci kedengaranlah suara yang nyaring

dari takhta itu, katanya:

”Sudah terlaksana”.

Maka memancarlah kilat dan

menderulah bunyi guruh, dan terjadilah gempa bumi yang dashyat seperti

belum pernah terjadi sejak manusia ada di atas bumi itu….”, Wahyu

16:17-21, Alkitab TB.

Komposisi ini terdiri dari 16 birama (277-292), tangga nada

Jewish

Adonai malakh, dan bertempo allegro.

Tabel 3.20 Tabel musikal dan makna cawan ketujuh.

Musikal Makna

Imitasi dari melodi biola 1, birama (278) ke instrumen piano, birama (282) dan fluit, trumpet, birama (282-283) ke instrumen piano, birama (288-289). (Gambar 3.41)

Karakter gempa bumi yang runtuh secara acak.

Melodi dan penggunaan dinamika yang semakin menurun pada strings, serta piano, pada birama (287-292).

Kondisi manusia menghujat Allah.

Pada bagian akhir menggunakan polychord, yaitu akord Abm dan Bm dengan bass C (Abm7 9/C).

(25)

59

Gambar

Tabel 3.1 Tabel musikal dan makna meterai pertama.
Gambar 3.2 Glissando naik menggambarkan kuda berdiri dan
Tabel 3.2 Tabel musikal dan makna meterai kedua.
Gambar 3.7 Leitmotif  kuda merah.
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

27 pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data. yang memenuhi standar data yang ditetapkan

maka hal yang sama juga terjadi pada alat kelengkapan DPR yang baru dibentuk. nya,

Kadar glukosa ditetapkan dengan metode enzimatis dengan pereaksi Glucose Oxidase-Phenol-4-Aminoantipirin (GOD-PAP) diikuti dengan spektrofotometri. Sampel darah

Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan

Sebab pada waktu aba-aba diberi, pada waktu pemimpin malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari surga dan mereka yang mati dalam

Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan

Karena tubuh malaikat dibangun juga dari atom karbon, nitrogen, oksigen dan hidrogen, maka ini berarti bahwa malaikat itu sendiri yang mencatat amal perbuatan manusia yang

lebih tertunu hati bapakmu melihat engkau demikian itu.” Maka segala malaikat, “Ya alaihi ya Tuhanku, mengapakah terlalu bahan siksa bala ini.” Maka firman Allah Taali, “Hai segala