• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Efek Amitriptilin, Gabapentin, Dan Pregabalin Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pada Penderita Nyeri Neuropati Diabetika Dan Neuralgia Trigeminal Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Efek Amitriptilin, Gabapentin, Dan Pregabalin Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pada Penderita Nyeri Neuropati Diabetika Dan Neuralgia Trigeminal Chapter III V"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

52

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Departemen Neurologi dan Endokrinologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / Rumah Sakit Umum

Pusat Haji Adam Malik Medan serta rumah sakit jejaring dari tanggal 7

April 2015 s/d Maret 2017.

III.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian diambil dari populasi pasien rumah sakit. Penentuan

subjek penelitian dilakukan menurut metode sampling konsekutif.

III.2.1 Populasi Sasaran

Semua penderita nyeri neuropati diabetika dan neuralgia

trigeminal yang ditegakkan dengan anamnesa dan pemeriksaan

klinis.

III.2.2 Populasi Terjangkau

Semua penderita nyeri neuropati diabetika yang berobat jalan di

Poliklinik Neurologi dan Endokrinologi RSUP Haji Adam Malik

Medan dan rumah sakit jejaring serta semua penderita neuralgia

trigeminal yang berobat jalan di Poliklinik Neurologi RSUP Haji

(2)

53

53 III.2.3. Besar Sampel

III.2.3.1. Besar Sampel Nyeri Neuropati Diabetika

Besar sampel dihitung menurut rumus: (Dahlan, 2013)

� = � = {� √ + � √ + } 2

dimana :

Zα = deviat baku alfa, untuk α = 5% Zα= 1,96

Zβ = deviat baku beta, untuk  = 20% Zβ = 0,84

P2 = proporsi pasien nyeri neuropati diabetika yang

mengalami perbaikan (diambil dari kepustakaan) = 74%

(Argoff dkk, 2006)

P1– P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna (30%)

P = (P1 + P2)/ 2 ; Q = 1 – P ; Q1 = 1 – P1 ; Q2 = 1 – P2

Maka, sampel minimal untuk tiap kelompok = 18 orang.

III.2.3.2. Besar Sampel Neuralgia Trigeminal

Besar sampel dihitung menurut rumus: (Dahlan, 2013)

� = � = {� √ + � √ +

− }

2

dimana :

Zα = deviat baku alfa, untuk α = 5% Zα= 1,96

(3)

54

P2 = proporsi neuropati diabetik yang mengalami perbaikan

(diambil dari kepustakaan) = 82% (Obermann, 2010)

P1– P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna (30%)

P = (P1 + P2)/ 2 ; Q = 1 – P ; Q1 = 1 – P1 ; Q2 = 1 – P2

Maka, sampel minimal untuk tiap kelompok = 7 orang.

III.2.4 Kriteria Inklusi Nyeri Neuropati Diabetika

1. Semua pasien nyeri neuropati diabetik yang berobat jalan di

Poliklinik Neurologi dan Endokrinologi RSUP. Haji Adam Malik

Medan dan rumah sakit jejaring yang ditegakkan dengan

anamnese, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan neurologi

(Skor DNS ≥ 1 dan Skor DNE ≥ 3).

2. Memberikan persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian ini

III.2.5 Kriteria Inklusi Neuralgia Trigeminal

1. Semua pasien neuralgia trigeminal yang berobat jalan di

Poliklinik Neurologi RSUP. Haji Adam Malik Medan dan

rumah sakit jejaring yang ditegakkan dengan anamnese,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan neurologi.

(4)

55

55 III.2.6 Kriteria Eksklusi

1. Pasien dengan riwayat alergi terhadap amitriptilin dan

gabapentin, dan pregabalin.

2. Pasien dengan penyakit/gangguan jantung, hati, dan ginjal.

3. Pasien dengan riwayat stroke.

4. Pasien dengan gangguan psikiatri.

5. Pasien hamil dan menyusui.

III.3 Batasan Operasional

III.3.1 Neuropati diabetika adalah kerusakan saraf somatis dan atau saraf otonom yang ditemukan secara klinis atau subklinis

diakibatkan karena diabetes melitus, tanpa adanya penyebab

neuropati perifer yang lainnya (Meliala, 2008).

III.3.2 Nyeri adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang berhubungan dengan kerusakan

jaringan potensial atau akut, atau digambarkan sebagai akibat dari

kerusakan yang terjadi (Suryamiharja dkk, 2011).

III.3.3 Nyeri neuropatik adalah sebagai nyeri yang diikuti oleh sebuah lesi primer atau disfungsi dari sistem saraf somatosensorik (Gilron,

2014).

(5)

56

somatosensori perifer yang abnormal pada penderita diabetes

(Tesfaye dkk, 2010).

III.3.5 Neuralgia trigeminal adalah kelainan sistem saraf berupa serangan nyeri wajah, unilateral, dan bersifat spontan, episodik,

menusuk, seperti tersengat listrik, melibatkan cabang saraf

trigeminus (N.V) bagian atas V1 (N.Opthalmikus) meliputi

persarafan pada kulit kepala, dahi, dan kepala bagian depan,

cabang bagian tengah V2 (N.Maksilaris) meliputi pipi, rahang atas,

bibir atas, gigi dan gusi, dan sisi hidung, cabang bagian bawah

wajah V3 (N.Mandibularis) mempersarafi rahang bawah, gigi, bibir

bawah, gigi dan gusi (Sjahrir dkk, 2013; Srivastava dkk, 2015).

III.3.6 Amitriptilin adalah senyawa serotonin dan norepinephrine reuptake inhibitor. Senyawa ini menghalangi α adrenergik,

histaminergik, muskarinik kolinergik dan reseptor NMDA dan telah

tercatat dapat digunakan untuk mengurangi persepsi nyeri.

(Shankar, dkk, 2013).

III.3.7 Gabapentin atau 1-(aminometil) cyclohexane asetil acid adalah struktur yang analog dengan neurotransmitter asam aminobutirat (GABA), memiliki formula molekul C9H17NO2.berbentuk kristal putih (Kong dan Irwin, 2007).

(6)

57

57

α2δ dan memiliki aktivitas analgesik, antikonvulsan, anti ansietas,

dan memodulasi tidur (Gajraj, 2007).

III.3.9 Diabetic Neuropathy Symptom (DNS) adalah sistem penilaian yang terdiri dari empat kriteria yang telah di validasi dengan nilai

prediktif yang tinggi untuk mendeteksi neuropati diabetik pada

penderita diabetes. Gejala – gejala seperti ketidakseimbangan

dalam berjalan, nyeri neuropatik seperti rasa terbakar, parastesi,

dan rasa kebas merupakan komponen yang dinilai. Jika gejala

yang disebutkan di atas muncul di beri nilai satu dengan nilai

maksimum empat. Nilai satu atau lebih diinterpretasikan sebagai

positif neuropati diabetik (Meijer dkk, 2003).

III.3.10 Diabetic Neuropathy Examination (DNE) adalah sistem penilaian yang terdiri dari dua pemeriksaan kekuatan otot, satu

pemeriksaan refleks, dan lima pemeriksaan sensorik. Masing –

masing pemeriksaan di beri nilai 0 – 2 (dengan nilai 0 normal dan 2

sangat terganggu). NIlai maksimum adalah 16, dikatakan positif

neuropati diabetik jika nilainya DNE ≥ 3 (Meijer dkk, 2003).

III.3.11 Intensitas Nyeri adalah pengukuran nyeri yang dilakukan berdasarkan laporan pribadi pasien yang subjektif, kompleks, dan

personal, dimana intensitas nyeri ini dapat diukur dengan beberapa

(7)

58

III.3.12 Numeric Rating Scale (NRS) adalah versi numerik yang bersegmen - segmen dari VAS dimana pasien atau penderita akan

memilih angka dari 0 – 10 yang menggambarkan intensitas nyeri

yang paling sesuai yang dirasakannya. Bantuk umumnya berupa

garis lurus yang disertai dengan angka – angka dari 0

(menunjukkan tidak ada nyeri) sampai 10 (menunjukkan nyeri yang

paling hebat) (Suryamiharja, dkk 2011; Powell dkk, 2010; Hawker

dkk, 2011).

III.3.13 Stroke adalah suatu episode disfungsi neurologik akut yang diduga disebabkan oleh iskemia atau perdarahan, berlangsung 24

jam atau hingga meninggal, namun tanpaadanya bukti yang cukup

untuk diklasifikasikan sebagai salah satu dari yang disebut diatas.

(Sacco dkk, 2013).

III.3.14 Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana seseorang pasien harus memiliki tampilan berupa gejala gagal

jantung (nafas pendek yang tipikal saat istirahat atau saat

melakukan aktivtias disertai atau tidak kelelahanI; tanda retensi

cairan (kongesti paru atau edema pergelangan kaki); adanya bukti

objektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istirahat

(Siswanto dkk, 2015).

(8)

59

59

/ serum glutatamic-oxaloacetic transaminase (SGOT), alkaline phosphatase (ALP) > 2 kali batas atas nilai normalnya (Akbar, 2009).

III.3.15 Gangguan ginjal ditandai dengan kenaikan kreatinin serum ≥ 1,5 kali nilai nilai dasar atau penurunan laju filtrasi glomerulus ≥ 25%.

(Markum, 2009).

III.3.16 Gangguan Psikitri adalah suatu penyakit dengan manifestasi psikologis atau perilaku yang berhubungan dengan distress yang

bermakna, dan perubahan fungsional yang disebabkan oleh

adanya gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik, fisika,

ataupun kimia (Sadock dan Sadock, 2013).

III.3.17 Hamil adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Prawiroharjo, 2013)

III.4 Instrumen Penelitian

III.4.1 Pengukuran intensitas dan frekuensi nyeri

Studi ini akan menggunakan DNS dan DNE untuk menegakkan

suatu neuropati diabetik dan menggunakan NRS sebagai skala

pengukuran intensitas nyeri neuropati diabetika dan neuralgia

(9)

60

III.5 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan pretest-postest design. Terdiri atas 3 kelompok, yaitu yang akan diberikan amitriptilin 12,5 mg, gabapentin 100 mg, atau pregabalin 75 mg.

Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif.

III.6 Pelaksanaan Penelitian a. Pengambilan Sampel

Sedian amitriptilin berupa tablet 12,5 mg, gabapentin berupa

kapsul 100 mg, dan pregabalin berupa kapsul 75 mg. Frekuensi

pemberian amitriptilin, gabapentin, dan pregabalin diberikan dua

kali sehari.

Semua penderita neuropati diabetik yang berobat jalan ke

Poliklinik neurologi dan endokrinologi RSUP Haji Adam Malik

Medan dan rumah sakit jejaring, serta semua penderita neuralgia

trigeminal yang berobat jalan ke Poliklinik neurologi RSUP Haji

Adam Malik Medan dan rumah sakit jejaring yang telah ditegakkan

dengan anamnese, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan neurologis,

yang diambil secara konsekutif dan yang memenuhi kriteria inklusi

dan tidak ada kriteria eksklusi, dinilai NRS-nya. Pasien tersebut

diberikan amitriptilin, gabapentin, atau pregabalin sampai penilaian

ulang NRS pada minggu kedua. Kemudian dinilai apakah

(10)

61

61 b. Kerangka Operasional

III.7 Variabel yang Diamati

Variabel Bebas : Amitriptilin, gabapentin, dan pregabalin

Variabel Terikat : Numeric rating scale, nyeri neuropati diabetika, neuralgia trigeminal

Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, dan Pemeriksaan

Neurologi

Kriteria Inklusi

NRS

Kriteria Eksklusi

Gabapentin 2x100 mg Amitriptilin

2x12,5 mg

Penderita Nyeri Neuropati Diabetika dan Neuralgia trigeminal

NRSminggu ke 2

Pregabalin 2x75 mg

(11)

62

III.8 Analisa Statistik

Data hasil penelitian akan dianalisa secara statistik dengan bantuan

program komputer Windows SPSS (Statistical Product and Science Service). Analisa dan penyajian data dilakukan sebagai berikut :

8.1 Untuk melihat gambaran karakteristik demografik pada penderita

nyeri neuropati diabetik dan neuralgia trigeminal yang menjadi

sampel penelitian disajikan dalam bentuk tabulasi dan

dideskripsikan.

8.2 Untuk mengetahui perbedaan rerata efek amitriptilin terhadap

perubahan intensitas nyeri berdasarkan NRS sebelum dan

setelah pemberian obat pada penderita nyeri neuropati diabetik

dan neuralgia trigeminal digunakan uji t dependent jika data berdistribusi normal atau uji Wilcoxon jika data tidak berdistribusi

normal.

8.3 Untuk mengetahui perbedaan rerata efek gabapentin terhadap

perubahan intensitas nyeri berdasarkan NRS sebelum dan

setelah pemberian obat pada penderita nyeri neuropati diabetik

dan neuralgia trigeminal digunakan uji t dependent jika data berdistribusi normal atau uji Wilcoxon jika data tidak berdistribusi

normal.

8.4 Untuk mengetahui perbedaan rerata efek pregabalin terhadap

perubahan intensitas nyeri berdasarkan NRS sebelum dan

(12)

63

63

dan neuralgia trigeminal digunakan uji t dependent jika data berdistribusi normal atau uji Wilcoxon jika data tidak berdistribusi

normal.

8.5 Untuk mengetahui perbedaan rerata efek amitriptilin dengan

gabapentin terhadap perubahan intensitas nyeri berdasarkan

NRS sebelum dan setelah pemberian obat pada penderita nyeri

neuropati diabetik dan neuralgia trigeminal digunakan uji t independent jika data berdistribusi normal atau uji Mann Whitney jika data tidak berdistribusi normal.

8.6 Untuk mengetahui perbedaan efek amitriptilin dengan pregabalin

terhadap perubahan intensitas nyeri berdasarkan NRS sebelum

dan setelah pemberian obat pada penderita nyeri neuropati

diabetik dan neuralgia trigeminal digunakan uji t independent jika

data berdistribusi normal atau uji Mann Whitney jika data tidak berdistribusi normal.

8.7 Untuk mengetahui perbedaan efek gabapentin dengan pregabalin

terhadap perubahan intensitas nyeri berdasarkan NRS sebelum

dan setelah pemberian obat pada penderita nyeri neuropati

diabetik dan neuralgia trigeminal digunakan uji t independent jika

data berdistribusi normal atau uji Mann Whitney jika data tidak berdistribusi normal.

8.8 Untuk mengetahui perbedaan efek amitriptillin, gabapentin

(13)

64

berdasarkan NRS sebelum dan setelah pemberian obat pada

penderita nyeri neuropati diabetik dan neuralgia trigeminal

digunakan uji one way ANOVA jika data berdistribusi normal atau

uji Kruskal Wallis jika data tidak berdistribusi normal.

III.9 Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 7 April 2015 sampai Maret

2017.

 Persiapan : 1 Februari 2015 s/d 7 April 2015

 Pengumpulan data : 8 April 2015 s/d 30 November 2016

 Analisis data : 1 Desember 2016 s/d 20 Januari 2017

 Penyusunan laporan : 21 Januari 2017 s/d 14 Februari 2017

 Penyajian laporan : Maret 2017

III.10 Biaya Penelitian

Amitriptilin 2 x 14 x 35 x @Rp.250,- = Rp. 245.000

Gabapentin 2 x 14 x 35 x @Rp.5.000,- = Rp. 4.900.000

Pregabalin 2 x 14 x 35 x @Rp.11.000,- = Rp.10.780.000

Biaya pencetakan lembaran pengumpulan data = Rp. 300.000

Biaya penulisan laporan penelitian = Rp. 1.000.000

(14)

65

65

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1. HASIL PENELITIAN

IV.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian Nyeri Neuropati Diabetika

Dari keseluruhan pasien nyeri neuropati diabetika yang berobat

jalan di Poliklinik Neurologi dan Endokrinologi FK USU / RSUP H. Adam

Maliik Medan serta rumah sakit jejaringnya pada periode April 2015

hingga November 2016, terdapat 75 pasien yang telah memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi sehingga diikutkan dalam penelitian.

Terdapat 75 orang penderita nyeri neuropati diabetika yang ikut

dalam penelitian yang terdiri dari 44 orang laki - laki (58,7%) dan 31 orang

(41,3%) perempuan. Dari keseluruhan subjek nyeri neuropati diabetika

memiliki rentang usia 45 tahun hingga 74 tahun, dengan rerata usia 58,3

(± 6,94) tahun. Kemudian dari 75 orang subjek nyeri neuropati diabetika,

suku yang terbanyak adalah suku Batak yaitu 47 orang (62,6%), Jawa 18

orang (24,0%), Padang dan Aceh masing – masing 5 orang (6,7%).

Sementara itu tingkat pendidikan yang paling banyak dari seluruh

subjek nyeri neuropati diabetika adalah tingkat SLTA yaitu sebanyak 34

orang (45,3%) dan yang paling sedikit adalah yang tingkat pendidikannya

SLTP yang berjumlah 3 orang (4,0%).

Keseluruhan gambaran karakteristik dari subjek penelitian ini

(15)

66

Tabel 1. Gambaran Karakteristik Demografik Subjek Penelitian Nyeri Neuropati Diabetika

Variabel Total Amitriptilin Gabapentin Pregabalin

(16)

67

67

Rerata durasi atau lamanya menderita diabetes melitus adalah 6,56

(± 3,18) tahun, dengan durasi paling rendah adalah 3 tahun dan paling

tinggi adalah 14 tahun. Rerata IMT dari seluruh subjek nyeri neuropati

diabetika adalah 23,87 (± 3,34) Kg/m2, sedangkan rerata kadar HbA1c

dari seluruh subjek nyeri neuropati diabetika adalah 7,79 (± 1,02)%.

Rerata NRS seluruh subjek nyeri neuropati diabetika sebelum diberikan

obat adalah 5,76 (± 0,99), sedangkan rerata NRS seluruh subjek nyeri

neuropati diabetika setelah diberikan obat adalah 3,24 (± 0,83)

IV.1.2. Karakteristik Subjek Penelitian Neuralgia Trigeminal

Dari keseluruhan pasien neuralgia trigeminal yang berobat jalan di

Poliklinik Neurologi FK USU / RSUP Haji Adam Maliik Medan dan rumah

sakit jejaringnya pada periode April 2015 hingga November 2016, terdapat

30 pasien yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sehingga

diikutkan dalam penelitian.

Terdapat 32 orang penderita neuralgia trigeminal yang ikut dalam

penelitian, dengan 2 orang subjek drop out, sehingga terdapat 30 orang yang terdiri dari 10 orang Laki - laki (33,3%) dan 20 orang (66,7%)

perempuan. Dari keseluruhan subjek neuralgia trigeminal memiliki rentang

usia 39 tahun hingga 77 tahun, dengan rerata usia 56,03 (±12,32) tahun.

Suku yang terbanyak adalah suku Batak yaitu 15 orang (50,0%),

(17)

68

Keseluruhan gambaran karakteristik dari subjek penelitian ini disajikan

pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Gambaran Karakteristik Demografik Subjek Penelitian Neuralgia Trigeminal

Variabel Total Amitriptilin Gabapentin Pregabalin

n (%) 30 (100) 10 (33,3) 10 (33,3) 10 (33,3)

Sementara itu tingkat pendidikan yang paling banyak jumlahnya

adalah tingkat SLTA yaitu sebanyak 11 orang (36,7%) dan yang paling

(18)

69

69

orang (6,7%). Rerata NRS sebelum perlakuan untuk seluruh subjek

neuralgia trigeminal adalah 5,97 (± 0,76), sedangkan rerata NRS setelah

perlakuan untuk seluruh subjek neuralgia trigeminal adalah 3,87 (± 0,63).

IV.1.3. Perbedaan Efek Amitriptilin Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Berdasarkan NRS Sebelum dan Setelah Perlakuan Pada Penderita Nyeri Neuropati Diabetika

Sebelum mendapat perlakuan, rerata nilai NRS pada penderita

nyeri neuropati diabetika kelompok amitriptilin adalah 5,88 (± 1,05).

Setelah mendapatkan perlakuan terjadi perubahan nilai NRS, dimana

rerata nilai NRS setelah perlakuan adalah 3,56 (± 0,96). Terdapat

perbedaan yang signifikan dari rerata nilai NRS sebelum dan sesudah

permberian amitriptilin pada penderita nyeri neuropati diabetika sebesar

2,32 (± 0,85) dengan nilai p < 0,001 seperti yang terlihat pada tabel 3 dan

gambar 10 di bawah ini.

Tabel 3. Perbedaan Rerata NRS Sebelum dan Setelah Pemberian Amitriptilin Pada Penderita Nyeri Neuropati Diabetika

Rerata (SD) Selisih (SD) CI 95% p* NRS Sebelum 5,88 (± 1,05)

2,32 (0,85) 1,97 – 2,67 <0,001 NRS Setelah 3,56 (± 0,96)

(19)

70

Gambar 10. Grafik Perbedaan Rerata Nilai NRS Sebelum dan Setelah

Pemberian Amitriptilin pada Penderita Nyeri Neuropati Diabetika

IV.1.4. Perbedaan Efek Amitriptilin Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Berdasarkan NRS Sebelum dan Setelah Perlakuan Pada Penderita Neuralgia Trigeminal

Sebelum mendapat perlakuan, rerata nilai NRS pada penderita

neuralgia trigeminal kelompok amitriptilin adalah 5,30 (± 0,48). Setelah

mendapatkan perlakuan terjadi perubahan nilai NRS, dimana rerata nilai

NRS setelah perlakuan adalah 3,90 (± 0,57). Terdapat perbedaan yang

signifikan dari rerata nilai NRS sebelum dan sesudah pemberian

amitriptilin pada penderita neuralgia trigeminal sebesar 1,40 (± 0,52)

dengan nilai p < 0,001 seperti yang terlihat pada tabel 4 dan gambar 11 di

(20)

71

71

Tabel 4. Perbedaan Rerata NRS Sebelum dan Setelah Pemberian Amitriptilin Pada Penderita Neuralgia Trigeminal

*p < 0,05 ( uji t dependent )

Gambar 11. Grafik Perbedaan Rerata Nilai NRS Sebelum dan Setelah

Pemberian Amitriptilin pada Penderita Neuralgia Trigeminal

IV.I.5 Perbedaan Efek Gabapentin Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Berdasarkan NRS Sebelum dan Setelah Perlakuan Pada Penderita Nyeri Neuropati Diabetika

Sebelum mendapat perlakuan, rerata nilai NRS pada penderita

(21)

72

Setelah mendapatkan perlakuan terjadi perubahan nilai NRS, dimana

rerata nilai NRS setelah perlakuan adalah 3,08 (± 0,81). Terdapat

perbedaan yang signifikan dari rerata nilai NRS sebelum dan sesudah

perlakuan dengan gabapentin pada penderita nyeri neuropati diabetika

sebesar 2,56 (± 0,87) dengan nilai p < 0,001 seperti yang terlihat pada tabel 5 dan gambar 12 di bawah ini.

Tabel 5. Perbedaan Rerata NRS Sebelum dan Setelah Pemberian Gabapentin Pada Penderita Nyeri Neuropati Diabetika

Rerata (SD) Selisih (SD) CI 95% p*

(22)

73

73

IV.I.6 Perbedaan Efek Gabapentin Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Berdasarkan NRS Sebelum dan Setelah Perlakuan Pada Penderita Neuralgia Trigeminal

Sebelum mendapat perlakuan, rerata nilai NRS pada penderita

neuralgia trigeminal kelompok gabapentin adalah 6,10 (± 0,74). Setelah

mendapatkan perlakuan terjadi perubahan nilai NRS, dimana rerata nilai

NRS setelah perlakuan adalah 3,70 (± 0,67). Terdapat perbedaan yang

signifikan dari rerata nilai NRS sebelum dan sesudah perlakuan dengan

gabapentin pada penderita neuralgia trigeminal sebesar 2,40 (± 0,67)

dengan nilai p < 0,001 seperti yang terlihat pada tabel 6 dan gambar 13 di

bawah ini.

Tabel 6. Perbedaan Rerata NRS Sebelum dan Setelah Pemberian Gabapentin Pada Penderita Neuralgia Trigeminal

Rerata (SD) Selisih (SD) CI 95% p* NRS Sebelum 6,10 (± 0,74)

2,40 (0,67) 1,89 – 2,90 <0,001 NRS Setelah 3,70 (± 0,67)

(23)

74

Gambar 13. Grafik Perbedaan Rerata Nilai NRS Sebelum dan Setelah

Pemberian Gabapentin pada Penderita Neuralgia Trigeminal

IV.I.7 Perbedaan Efek Pregabalin Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Berdasarkan NRS Sebelum dan Setelah Perlakuan Pada Penderita Nyeri Neuropati Diabetika

Sebelum mendapat perlakuan, rerata nilai NRS pada penderita

nyeri neuropati diabetika kelompok pregabalin adalah 5,76 (± 0,93).

Setelah mendapatkan perlakuan terjadi perubahan nilai NRS, dimana

rerata nilai NRS setelah perlakuan adalah 3,12 (± 0,88). Terdapat

perbedaan yang signifikan dari rerata nilai NRS sebelum dan sesudah

perlakuan dengan pregabalin pada penderita nyeri neuropati diabetika

sebesar 2,64 (± 0,70) dengan nilai p < 0,001 seperti yang terlihat pada tabel 7 dan gambar 14 di bawah ini.

(24)

75

75

Tabel 7. Perbedaan Rerata NRS Sebelum dan Setelah Pemberian Pregabalin Pada Penderita Nyeri Neuropati Diabetika

Rerata (SD) Selisih (SD) CI 95% p*

Pemberian Pregabalin pada Penderita Nyeri Neuropati Diabetika

IV.I.8 Perbedaan Efek Pregabalin Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Berdasarkan NRS Sebelum dan Setelah Perlakuan Pada Penderita Neuralgia Trigeminal

Sebelum mendapat perlakuan, rerata nilai NRS pada penderita

(25)

76

mendapatkan perlakuan terjadi perubahan nilai NRS, dimana rerata nilai

NRS setelah perlakuan adalah 4,00 (± 0,67). Terdapat perbedaan yang

signifikan dari rerata nilai NRS sebelum dan sesudah perlakuan dengan

pregabalin pada penderita neuralgia trigeminal sebesar 2,50 (± 0,53)

dengan nilai p < 0,001 seperti yang terlihat pada tabel 8 dan gambar 15 di

bawah ini.

Tabel 8. Perbedaan Rerata NRS Sebelum dan Setelah Pemberian Pregabalin Pada Penderita Neuralgia Trigeminal

Rerata (SD) Selisih (SD) CI 95% p*

(26)

77

77

IV.1.9 Perbedaan Efek Amitriptilin dengan Gabapentin Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Berdasarkan NRS Sebelum dan Setelah Perlakuan Pada Penderita Nyeri Neuropati Diabetika Rerata nilai NRS pada penderita nyeri neuropati diabetika

kelompok amitriptilin dan gabapentin sebelum dan setelah perlakuan

terjadi perubahan, dimana rerata perubahan nilai NRS pada kelompok

amitriptilin adalah 2,32 (± 0,85), sedangkan pada kelompok pregabalin

adalah 2,56 (± 0,87). Terdapat perbedaan yang tidak signifikan dari rerata

perubahan nilai NRS sebelum dan sesudah perlakuan antara amitriptilin

dengan gabapentin pada penderita nyeri neuropati diabetika (p = 0,329)

seperti yang terlihat pada tabel 9 dan gambar 16 di bawah ini.

Tabel 9. Perbedaan Rerata Perubahan NRS Sebelum dan Setelah Perlakuan Antara Kelompok Amitriptilin dengan Kelompok Gabapentin Pada Penderita Nyeri Neuropati Diabetika

Rerata Perubahan

NRS (SD) CI 95% p*

Amitriptilin 2,32 (± 0,85)

0,25 – 0,73 0,329 Gabapentin 2,56 (± 0,87)

(27)

78

Gambar 16. Grafik Perbedaan Rerata Perubahan Nilai NRS Sebelum dan

Setelah Pemberian Amitriptilin dengan Gabapentin pada Penderita Nyeri

Neuropati Diabetika

IV.1.10 Perbedaan Efek Amitriptilin dengan Gabapentin Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Berdasarkan NRS Sebelum dan Setelah Perlakuan Pada Penderita Neuralgia Trigeminal

Rerata nilai NRS pada penderita neuralgia trigeminal kelompok

amitriptilin dan gabapentin sebelum dan setelah perlakuan terjadi

perubahan, dimana rerata perubahan nilai NRS pada kelompok amitriptilin

adalah 1,40 (± 0,52), sedangkan pada kelompok gabapentin adalah 2,40

(± 0,69). Terdapat perbedaan yang signifikan dari rerata perubahan nilai

(28)

79

79

gabapentin pada penderita neuralgia trigeminal (p = 0,002) seperti yang

terlihat pada tabel 10 dan gambar 17 di bawah ini.

Tabel 10. Perbedaan Rerata Perubahan NRS Sebelum dan Setelah Perlakuan Antara Kelompok Amitriptilin dengan Kelompok Gabapentin Pada Penderita Neuralgia Trigeminal

Rerata Perubahan

NRS (SD) CI 95% p*

Amitriptilin 1,40 (± 0,52)

0,42 – 1,58 0,002 Gabapentin 2,40 (± 0,69)

*p < 0,05 ( uji t independent )

Gambar 17. Grafik Perbedaan Rerata Perubahan Nilai NRS Sebelum dan

Setelah Pemberian Amitriptilin dengan Gabapentin pada Penderita

(29)

80

IV.1.11 Perbedaan Efek Amitriptilin dengan Pregabalin Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Berdasarkan NRS Sebelum dan Setelah Perlakuan Pada Penderita Nyeri Neuropati Diabetika Rerata nilai NRS pada penderita nyeri neuropati diabetika

kelompok amitriptilin dan pregabalin sebelum dan setelah perlakuan

terjadi perubahan, dimana rerata perubahan nilai NRS pada kelompok

amitriptilin adalah 2,32 (± 0,85), sedangkan pada kelompok pregabalin

adalah 2,64 (± 0,70). Terdapat perbedaan yang tidak signifikan dari rerata

perubahan nilai NRS sebelum dan sesudah perlakuan antara amitriptilin

dengan pregabalin pada penderita nyeri neuropati diabetika (p = 0,153)

seperti yang terlihat pada tabel 11 dan gambar 18 di bawah ini.

Tabel 11. Perbedaan Rerata Perubahan NRS Sebelum dan Setelah Perlakuan Antara Kelompok Amitriptilin dengan Kelompok Pregabalin Pada Penderita Nyeri Neuropati Diabetika

Rerata Perubahan

NRS (SD) CI 95% p*

Amitriptilin 2,32 (± 0,85)

0,12 – 0,76 0,153 Pregabalin 2,64 (± 0,70)

(30)

81

81

Gambar 18. Grafik Perbedaan Rerata Perubahan Nilai NRS Sebelum dan

Setelah Pemberian Amitriptilin dengan Pregabalin pada Penderita Nyeri

Neuropati Diabetika

IV.1.12 Perbedaan Efek Amitriptilin dengan Pregabalin Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Berdasarkan NRS Sebelum dan Setelah Perlakuan Pada Penderita Neuralgia Trigeminal

Rerata nilai NRS pada penderita neuralgia trigeminal kelompok

amitriptilin dan pregabalin sebelum dan setelah perlakuan terjadi

perubahan, dimana rerata perubahan nilai NRS pada kelompok amitriptilin

adalah 1,40 (± 0,52), sedangkan pada kelompok pregabalin adalah 2,50 (±

0,53). Terdapat perbedaan yang signifikan dari rerata perubahan nilai

(31)

82

pregabalin pada penderita neuralgia trigeminal (p < 0,001) seperti yang

terlihat pada tabel 12 dan gambar 19 di bawah ini.

Tabel 12. Perbedaan Rerata Perubahan NRS Sebelum dan Setelah Perlakuan Antara Kelompok Amitriptilin dengan Pregabalin Pada Penderita Neuralgia Trigeminal

Rerata Perubahan

NRS (SD) CI 95% p*

Amitriptilin 1,40 (± 0,52)

0,61 – 1,59 <0,001 Pregabalin 2,50 (± 0,53)

*p < 0,05 ( uji t independent )

Gambar 19. Grafik Perbedaan Rerata Perubahan Nilai NRS Sebelum dan

Setelah Pemberian Amitriptilin dengan Pregabalin pada Penderita

Neuralgia Trigeminal 1.4

2.5

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00

Amitriptilin Pregabalin

Rerata

Perubahan

Nilai

NRS

Jenis Obat

Amitriptilin

(32)

83

83

IV.1.13 Perbedaan Efek Gabapentin dengan Pregabalin Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Berdasarkan NRS Sebelum dan Setelah Perlakuan Pada Penderita Nyeri Neuropati Diabetika Rerata nilai NRS pada penderita nyeri neuropati diabetika

kelompok gabapentin dan pregabalin sebelum dan setelah perlakuan

terjadi perubahan, dimana rerata perubahan nilai NRS pada kelompok

gabapentin adalah 2,56 (± 0,87), sedangkan pada kelompok pregabalin

adalah 2,64 (± 0,70). Terdapat perbedaan yang tidak signifikan dari rerata

perubahan nilai NRS sebelum dan sesudah perlakuan antara gabapentin

dengan pregabalin pada penderita nyeri neuropati diabetika (p = 0,722)

seperti yang terlihat pada tabel 13 dan gambar 20 di bawah ini.

Tabel 13. Perbedaan Rerata Perubahan NRS Sebelum dan Setelah Perlakuan Antara Gabapentin dengan Pregabalin Pada Penderita Nyeri Neuropati Diabetika

Rerata Perubahan

NRS (SD) CI 95% p*

Gabapentin 2,56 (± 0,87)

0,37 – 0,53 0,722 Pregabalin 2,64 (± 0,70)

(33)

84

Gambar 20. Grafik Perbedaan Rerata Perubahan Nilai NRS Sebelum dan

Setelah Pemberian Gabapentin dengan Pregabalin pada Penderita Nyeri

Neuropati Diabetika

IV.1.14 Perbedaan Efek Gabapentin dengan Pregabalin Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Berdasarkan NRS Sebelum dan Setelah Perlakuan Pada Penderita Neuralgia Trigeminal

Rerata nilai NRS pada penderita neuralgia trigeminal kelompok

gabapentin dan pregabalin sebelum dan setelah perlakuan terjadi

perubahan, dimana rerata perubahan nilai NRS pada kelompok

gabapentin adalah 2,40 (± 0,69), sedangkan pada kelompok pregabalin

adalah 2,50 (± 0,53). Terdapat perbedaan yang tidak signifikan dari rerata

(34)

85

85

dengan pregabalin pada penderita neuralgia trigeminal (p = 0,722)

seperti yang terlihat pada tabel 14 dan gambar 21 di bawah ini.

Tabel 14. Perbedaan Rerata Perubahan NRS Sebelum dan Setelah Perlakuan Antara Gabapentin dengan Pregabalin Pada Penderita Neuralgia Trigeminal

Gambar 21. Grafik Perbedaan Rerata Perubahan Nilai NRS Sebelum dan

Setelah Pemberian Gabapentin dengan Pregabalin pada Penderita

(35)

86

IV.1.15 Perbedaan Efek Amitriptilin, Gabapentin, dan Pregabalin Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Berdasarkan NRS Sebelum dan Setelah Perlakuan Pada Penderita Nyeri Neuropati Diabetika

Rerata nilai NRS pada penderita nyeri neuropati diabetika

kelompok amitriptilin, gabapentin dan pregabalin sebelum dan setelah

perlakuan terjadi perubahan, dimana rerata perubahan nilai NRS pada

kelompok amitriptilin adalah 2,32 (± 0,85), kelompok gabapentin adalah

2,56 (± 0,87), sedangkan kelompok pregabalin adalah 2,64 (± 0,70).

Terdapat perbedaan yang tidak signifikan dari rerata perubahan nilai NRS

sebelum dan sesudah perlakuan antara amitriptilin, gabapentin dengan

pregabalin pada penderita nyeri neuropati diabetika (p = 0,354) seperti

yang terlihat pada tabel 15 dan gambar 22 di bawah ini.

Tabel 15. Perbedaan Rerata Perubahan NRS Sebelum dan Setelah Perlakuan Antara Kelompok Amtirptilin, Gabapentin, dan Pregabalin Pada Penderita Nyeri Neuropati Diabetika

Rerata (SD) p*

Amitriptilin 2,32 (± 0,85)

0,354 Gabapentin 2,56 (± 0,87)

Pregabalin 2,64 (± 0,70)

(36)

87

87

Gambar 22. Grafik Perbedaan Rerata Perubahan Nilai NRS Sebelum dan

Setelah Pemberian Amitriptilin, Gabapentin, dan Pregabalin pada

Penderita Nyeri Neuropati Diabetika

IV.1.16 Perbedaan Efek Amitriptilin, Gabapentin, dan Pregabalin Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Berdasarkan NRS Sebelum dan Setelah Perlakuan Pada Penderita Neuralgia Trigeminal

Rerata nilai NRS pada penderita neuralgia trigeminal kelompok

amitriptilin, gabapentin dan pregabalin sebelum dan setelah perlakuan

terjadi perubahan, dimana rerata perubahan nilai NRS pada kelompok

amitriptilin adalah 1,40 (± 0,52), kelompok gabapentin adalah 2,40 (±

0,69), sedangkan kelompok pregabalin adalah 2,50 (± 0,53). Terdapat

(37)

88

sesudah perlakuan antara kelompok amitriptilin, gabapentin, dengan

pregabalin pada penderita neuralgia trigeminal dengan nilai p < 0,001 seperti yang terlihat pada tabel 16 dan gambar 23 di bawah ini.

Tabel 16. Perbedaan Rerata Perubahan NRS Sebelum dan Setelah Perlakuan Antara Kelompok Amtirptilin, Gabapentin, dan Pregabalin Pada Penderita Neuralgia Trigeminal

Rerata (SD) p*

Amitriptilin 1,40 (± 0,52)

<0,001 Gabapentin 2,40 (± 0,69)

Pregabalin 2,50 (± 0,53)

*p < 0,05 ( uji one way ANOVA)

Gambar 23. Grafik Perbedaan Rerata Perubahan Nilai NRS Sebelum dan

Setelah Pemberian Amitriptilin, Gabapentin, dan Pregabalin pada

(38)

89

89 IV.2. PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan tujuan

untuk melihat apakah terdapat perbedaan efek antara amitriptilin,

gabapentin, dan pregabalin terhadap perubahan intesitas nyeri pada

penderita nyeri neuropati diabetika dan neuralgia trigeminal.

Pada penelitian ini pasien nyeri neuropati diabetika dan neuralgia

trigeminal didiagnosa berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

neurologis. Bagi pasien yang memenuhi kriteria inklusi, akan dimasukkan

ke dalam tiga kelompok secara konsekutif, untuk kemudian diberikan

intervensi berdasarkan kelompoknya masing-masing. Sebelum dilakukan

pemberian obat atau intervesi, pasien atau subjek akan di nilai intensitas

nyerinya menggunakan NRS. Setelah mengkonsumsi obat berdasarkan

masing – masing kelompoknya, maka pada minggu ke dua atau hari ke-14

akan dilakukan pemeriksaan intensitas nyeri menggunakan NRS.

IV.2.1. Karakteristik Subjek Penelitian Nyeri Neuropati Diabetika

Pada penelitian ini jumlah subjek penelitian untuk nyeri neuropati

diabetika adalah sebanyak 75 orang, dimana dijumpai lebih banyak Laki -

laki dibandingkan perempuan, yaitu 44 orang dari keseluruhan sampel

adalah Laki - laki (58,7%) dan 31 orang (41,3%) adalah perempuan. Hal

ini sesuai dengan penjelasan dari Tanenberg, (2009) dimana laki - laki

lebih banyak yang mengalami neuropati diabetika dibandingkan dengan

(39)

90

rentan untuk mengalami neuropati diabetika akibat memiliki saraf perifer

yang lebih panjang, dimana pada umumnya laki – laki lebih tinggi

dibandingkan dengan perempuan.

Rerata usia subjek nyeri neuropati diabetika pada penelitian ini

adalah 58,34 (±6,94) tahun dengan rentang usia 45 tahun hingga 74

tahun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Said, (2001) dimana prevalensi

neuropati diabetika meningkat sesuai usia, dari 5% (pada penderita

diantara usia 20 sampai 29), menjadi 44% (pada penderita diantara usia

70 sampai 79 tahun).

Pada penelitian ini rerata durasi atau lamanya menderita diabetes

melitus adalah 6,56 (± 3,18) tahun, dengan durasi paling rendah adalah 3

tahun dan paling tinggi adalah 14 tahun. Sedangkan rerata kadar HbA1c

dari seluruh subjek nyeri neuropati diabetika adalah 7,79 (± 1,02)%.

Menurut Yagihasi dkk, (2010) durasi atau lamanya menderita diabetes

melitus dan tingginya kadar HbA1c berhubungan dengan insinden

neuropati yang tinggi. Prevalensi neuropati diabetika berkisar 7% dalam

satu tahun setelah didiagnosis dan menjadi 50% setelah lebih dari 25

tahun.

IV.2.2. Karakteristik Subjek Penelitian Neuralgia Trigeminal

Terdapat 32 orang subjek neuralgia trigeminal pada penelitian ini,

(40)

91

91

ini sesuai dengan penjelasan Bennetto dkk, (2007) yang menyatakan

insiden neuralgia trigeminal pada wanita hampir dua kali lebih banyak dari

Laki – laki. Penelitian yang dilakukan Obermann, (2010), juga

menunjukkan insiden pada perempuan sedikit lebih tinggi (5,9/100.000)

dibandingkan pada laki – laki (3,4/100.000).

Pada penelitian ini dari keseluruhan subjek neuralgia trigeminal

memiliki rentang usia 39 tahun hingga 77 tahun, dengan rerata usia 56,03

(±12,32) tahun. Hal ini sesuai dengan penjelesan Bennetto dkk, (2007);

Meliala, (2008), dan Montano dkk, (2015) yang menyatakan bahwa

neuralgia trigeminal lebih banyak diderita oleh usia lanjut (50 – 70 tahun),

jarang dibawah 40 tahun, walaupun kadang – kadang ditemukan pada

usia muda terutama bentuk atipikal atau sekunder. Insiden penyakit ini

meningkat secara bertahap sesuai dengan meningkatnya usia.

Dua orang subjek neuralgia trigeminal yang mendapatkan

amitriptilin mengatakan tidak ada perubahan dengan obat yang diberikan

dan diberikan obat carbamazepin sebagai terapi utama untuk neuralgia

trigeminal. Setelah mendapat carbamazepin kedua subjek tersebut

mengalami perubahan intensitas nyeri.

IV.2.3. Perbedaan Rerata Nilai NRS Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pada Masing – masing Kelompok.

Nilai rerata NRS sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok

(41)

92

penelitian didapatkan perbedaan yang signifikan dengan nilai p < 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga kelompok obat memiliki efektivitas

dalam menurunkan intensitas nyeri pada kedua jenis nyeri neuropatik

tersebut. Hal ini sesuai dengan penjelasan sebelumnya dimana pada

kedua jenis nyeri neuropatik baik nyeri neuropati diabetika dan neuralgia

trigeminal dapat digunakan golongan obat – obatan TCA dan

antikonvulsan generasi baru (Argoff dkk, 2006; Lindsay dkk, 2010;

Callaghan dkk, 2012; Zakrzewska, 2010).

Menurut Argoff dkk, (2006) yang membandingkan efek antara

pemberian amitriptilin dengan plasebo terhadap perubahan intensitas

nyeri, di jumpai perbedaan perubahan intensitas nyeri yang signifikan

pada minggu ketiga dan keenam antara kelompok yang mendapatkan

amitriptilin dengan plasebo dengan nilai p < 0,005 pada minggu ketiga dan

p < 0,001 pada minggu keenam. Menurut Bansal dkk, (2006) amitriptilin memberikan efek perubahan terhadap intensitas nyeri pada penderita

nyeri neuropati diabetika berdasaran VAS. Dari 32 subjek, 15 mengalami

perbaikan yang memuaskan, 5 orang perbaikannya sedang, dan 12 orang

perbaikannya ringan. Menurut Tanenberg (2009), banyak penelitian yang

telah menunjukkan bahwa obat – obatan golongan TCA seperti amitriptilin

dan despiramin terbukti dapat menurunkan intensitas nyeri pada sekitar

70% penderita dengan nyeri neuropati diabetika. Pada penelitian Kaur

dkk, (2011) menunjukkan bahwa 55% pasien dengan nyeri neuropati

(42)

93

93

memuaskan, 24% mengalami perbaikan yang sedang, dan 15%

mengalami perbaikan yang ringan atau minimal.

Hal ini didukung melalui penjelasan Callaghan dkk, (2012) bahwa

antidepresan trisiklik diklasifikasikan sebagai obat selektif dengan tingkat

evidence A oleh The European Federation of Neurological Societies (EFNS) berdasarkan pada dua penelitan meta-analisis kelas I, namun,

pedoman EFNS tidak merekomendasikan obat golongan TCA yang

spesifik. Sedangkan berdasarkan AAN menyatakan bahwa amitriptilin

(25-100 mg per hari) memiliki tingkat evidence B berdasarkan satu penelitian kelas I dan dua penelitian kelas II untuk mengatasi nyeri neuropati

diabetika.

Hal serupa juga ditunjukkan pada penelitian Al-Quliti, (2015) yang

menyatakan bahwa amitriptilin menunjukkan manfaat untuk mengatasi

neuralgia trigeminal walaupun manfaatnya terbatas. Hal ini didukung oleh

penelitian Sreenivasan dkk, (2014) yang menyatakan bahwa amitriptilin

merupakan obat kedua yang paling umum diresepkan di Inggris untuk

mengatasi neuralgia trigeminal.

Menurut Su dkk, (2015) amitriptilin diketahui menghambat

pengambilan kembali serotonin dan norepinefrin di presinap sehingga

meningkatkan konsentrasi dari kedua jenis neurotrasnmiter yang berperan

dalam modulasi nyeri (sistem inhibisi nyeri). Selain itu amitriptilin juga

(43)

94

menimbulkan efek analgesik dari amitriptilin pada penderita nyeri

neuropatik.

Kedua kelompok obat lainnya juga memiliki efek analgesik yang

hampir mirip, dimana gabapentin dan pregabalin merupakan analog

GABA yang bekerja secara selektif pada subunit α2δ dari VGCC, menghambat masuknya ion kalsium ke dalam sel saraf, akibatnya terjadi penurunan pelepasan neurotransmitter sehingga mempengaruhi aktivitas post sinaps, dimana terjadi penurunan hipereksitabilitas. Selain itu, aktivasi reseptor GABAb menyebabkan modulasi dari reseptor NMDA pre sinaps, dimana menyebabkan gangguan pelepasan neurotransmiter eksitatorik seperti glutamat, aspartat, substansi P, dan calcitonin gene-related peptide (CGRP) (Kong dan Irwin, 2007; MacEwan dkk, 2009).

Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Frampton dan

Scott (2004), dimana pemberian pregabalin oral 300 dan 600 mg/hari

selama lima sampai delapan minggu lebih superior dibandingkan dengan

pemberian plasebo dalam mengurangi rasa nyeri dan mengatasi

gangguan tidur pada penderita nyeri neuropati diabetika. Menurut Argoff

dkk, (2006) penelitian yang membandingkan antara pregabalin dengan

plasebo pada 246 penderita nyeri neuropati diabetika menunjukkan

perbedaan yang signifikan dari rerata perubahan intensitas nyeri dengan

nilai p < 0,001, dan meningkatkan proporsi pasien yang mengalami penurunan intensitas nyeri sampai 50% dari sebelum perlakuan sebanyak

(44)

95

95

pada penelitian yang membandingkan antara efek pregabalin dengan

plasebo terhadap perubahan intensitas nyeri pada 338 penderita nyeri

neuropati diabetika. Didapatkan perbedaan yang signifikan pada

pemberian pregabalin dosis 300 atau 600 mg/ hari dalam menurunkan

intensitas nyeri dibandingkan plasebo dengan nilai p < 0,001. Menurut Bansal dkk, (2006) 48% penderita nyeri neuropati diabetika yang diberikan

pregabalin menunjukkan perbaikan yang memuaskan, 13% menunjukkan

perbaikan yang sedang, dan 15% mengalami perbaikan yang ringan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Obermann dkk, (2007),

dijumpai 74% dari 53 penderita neuralgia trigeminal yang diberikan

pregabalin mengalami perbaikan. Hal serupa juga ditunjukkan oleh Pérez

dkk, (2009) yang menilai perubahan intensitas nyeri pada 65 penderita

neuralgia trigeminal setelah mendapatkan terapi pregabalin, dimana

berdasarkan penelitiannya didapatkan bahwa pregabalin dapat atau efektif

dalam mengatasi nyeri dan berhubungan dengan penurunan dari biaya

pengobatan penderita.

Pada penelitian Serpell, (2002) yang membandingkan antara

gapabentin dengan plasebo dalam mengobati nyeri neuropatik

menunjukkan gabapentin lebih superior di bandingkan dengan plasebo

berdasarkan pain diary score maupun berdasarkan Patient’s Global Impression of Change. Menurut Argoff dkk, (2006) penelitian yang membandingkan antara gabapentin dengan plasebo pada 165 orang

penderita nyeri neuropati diabetika menunjukkan perbedaan yang

(45)

96

96

signifikan dari perubahan intensitas nyeri dengan nilai p < 0,01. Menurut penelitian Backonja dkk, yang dikutip oleh Gilron dan Flatters, (2006)

penderita nyeri neuropati diabetik mengalami penurunan nyeri sebanyak

39% dengan pemberian gabapentin, sedangan pada kelompok plasebo

hanya 22%. Menurut simpson yang dikutip oleh Gilron dan Flatters, (2006)

gabapentin menurunkan intensitas nyeri sebanyak 38% pada penderita

nyeri neuropati diabetika, lebih tinggi secara signifikan dibandingkan

dengan plasebo yang hanya menurunkan intensitas nyeri sebanyak 8%.

Penggunaan gabapentin juga menunjukkan manfaat dalam

mengurangi intensitas nyeri pada penderita neuralgia trigeminal seperti

yang ditunjukkan dalam penelitian Qazi dkk, (2012) yang membandingkan

antara gabapentin dengan carbamazepin terhadap 56 pasien, dimana

55% penderita yang menggunakan gabapentin mengalami penurunan

intensitas nyeri.

IV.2.4. Perbedaan Rerata Perubahan Nilai NRS Selum dan Setelah Mendapat Perlakuan Antara Kelompok Amitriptilin dengan Gabapentin, Amitriptilin dengan Gabapentin, dan Gabapentin dengan Pregabalin.

Pada penelitian ini dijumpai bahwa terdapat perbedaan yang tidak

signifikan dari rerata perubahan nilai NRS sebelum dan sesudah

perlakuan baik itu antara kelompok amitriptilin dengan gabapentin,

(46)

97

97

subjek nyeri neuropati diabetika, dengan nilai p masing – masing adalah 0,329; 0,153; dan 0,722.

Menurut penelitian Dallacchio dkk, (2000) yang membandingkan

antara amitriptilin dengan gabapentin pada penderita nyeri neuropati

diabetika, di jumpai adanya perbedaan yang signifikan dari perubahan

rerata intesitas nyeri dengan nilai p = 0,026. Hal ini berbeda dengan penelitian ini dimana, dijumpai perbedan yang tidak signifikan. Hal ini

mungkin disebabkan adanya perbedaan lama pemberian obat dan dosis

yang digunakan. Pada penelitian Dallacchio dkk, (2000) waktu yang

digunakan adalah delapan minggu dengan dosis gabapetin yang

dinaikkan secara bertahap, sedangkan pada penelitian ini waktu

perlakuan adalah dua minggu dan dosis tidak dinaikkan.

Berdasarkan penelitian Bansal dkk, (2006) yang membandingkan

antara amitriptilin dan pregabalin pada penderita nyeri neuropati diabetika,

tidak dijumpai adanya perbedaan yang signifikan dari kedua jenis obat ini

berdasarkan pemeriksaan VAS, Likert Pain Scale, maupun McGill Pain Questionaire setelah tiga minggu perlakuan dengan nilai p masing – masing penilaian adalah 0,41; 0,34; dan 0,13. Hal serupa juga dijumpai

pada penelitian yang dilakukan oleh Boyle dkk, (2012) yang

membandingkan antara amitriptilin, duloxetin, pregabalin dan placebo,

dimana didapatkan penurunan rasa nyeri pada pemberian ketiga jenis

(47)

98

Pada penelitian ini dijumpai perbedaan yang tidak signifikan dari

rerata perubahan intensitas nyeri antara kelompok gabapentin dengan

pregabalin pada subjek nyeri neuropati diabetika dan neuralgia trigeminal.

Hal ini sesuai dengan penelitian Devi dkk, (2012) yang juga

membandingkan pregabalin, gabapentin, dan duloxetine, dimana terdapat

penurunan rasa nyeri yang signifikan pada masing – masing kelompok

obat tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan antara ketiganya.

Pada subjek neuralgia trigeminal, antara kelompok amitriptilin

dengan gabapentin dan amtriptilin dengan pregabalin dijumpai perbedaan

yang signifikan, sedangkan pada subjek neuralgia trigeminal yang

membandingkan antara kelompok gabapentin dan pregabalin dijumpai

perbedaan yang tidak signifikan. Hal ini sesuai dengan penjelasan Al-quliti

(2015), dimana amitriptilin memiliki efek yang sedikit atau manfaat yang

sedikit dalam mengatasi neuralgia trigeminal. Gabapentin dan Pregabalin

lebih sering digunakan pada neuralgia trigeminal sebagai terapi lini kedua

dibandingkan dengan amitriptilin. Sampai saat ini belum dijumpai literatur

yang membahas perbandingan antara amitriptilin dengan gabapentin

ataupun amitriptilin dengan pregabalin pada neuralgia trigeminal.

IV.2.5. Perbedaan Rerata Nilai NRS Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pada Ketiga Kelompok Obat

Pada penelitian ini dijumpai perbedaan yang tidak signifikan dari

(48)

99

99

kelompok obat dari subjek nyeri neuropati diabetika dengan nilai p = 0,354. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Qulici dkk, (2009)

dimana membandingkan antara pregabalin, gabapentin, duloxetin dan

plasebo pada penderita neuropati diabetika, di dapatkan penurunan nilai

VAS yang signifikan pada pemberian ketiga jenis obat tersebut dimana

ketiga obat tersebut lebih superior dibandingkan dengan plasebo.

Hal ini didukung penelitian Devi dkk, (2012) yang juga

membandingkan pregabalin, gabapentin, dan duloxetine, dimana terdapat

penurunan rasa nyeri yang signifikan pada masing – masing kelompok

obat tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan antara ketiganya.

Pada penelitian ini dijumpai perbedaan yang signifikan dari rerata

perubahan nilai NRS sebelum dan setelah perlakuan pada ketiga

kelompok obat dari subjek neuralgia trigeminal dengan nilai p < 0,001. Sampai saat ini belum ada penelitian yang menilai perbedaan antara

ketiga jenis obat pada penderita neuralgia trigeminal. Akhir – akhir ini,

banyak penelitian yang mengkombinasikan antara beberapa obat seperti

penelitian Taheri dkk (2015), yang membandingkan kombinasi pregabalin

dengan amitriptilin, pregabalin dengan carbamazepin, dan kombinasi

ketiganya (pregabalin, amitriptilin, dan carbamazepin).

Pada penelitian ini dijumpai rerata perubahan intensitas nyeri yang

lebih besar pada kelompok pregabalin dibandingkan dengan kelompok

gabapentin maupun amitriptilin untuk subjek nyeri neuropati diabetika dan

(49)

100

IV.2.6. Keterbatasan Penelitian

Terdapat beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam

penelitian ini. Pertama penelitian ini merupakan penelitian open label dan tidak menggunakan plasebo sebagai kontrol. Penelitian ini merupakan

penelitian kuasi eksperimental, dimana tidak dilakukan randomisasi pada

unit-unit samplingnya. Dengan disain ini, tidak dapat ditetapkan hubungan

kausal yang pasti antara perlakuan dengan hasil yang diukur, terutama

jika terdapat variabel perancu yang tidak dapat sepenuhnya dikendalikan.

Kedua, perlakuan berupa pemberian obat pada semua pasien baik

kelompok nyeri neuropati diabetik dan trigeminal neuralgia pada penelitian

ini tidak diawasi secara langsung, sehingga tidak dapat disingkirkan

kemungkinan ketidakteraturan minum obat pada pasien.

Ketiga adalah dosis obat. Pada penelitian ini dosis obat tidak

dilakukan titrasi atau peningkatan, seperti pada banyak penelitian lainnya.

Keempat adalah waktu pemberian obat. Pada penelitian ini waktu

pemberian obat adalah dua minggu, berbeda dengan banyak penelitian

yang memberikan obat dalam jangka waktu yang lebih lama. Terakhir

adalah skala penilaian atau outcome pada penelitian ini hanya menilai perubahan intensitas nyeri, dimana banyak penelitian lain yang menilai

tidak hanya dari perubahan intensitas nyeri, tetapi juga menilai kualitas

(50)

101

101

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. KESIMPULAN

Berdasarkan analisa data yang diperoleh pada peneltian ini

disimpulkan bahwa :

1. Terdapat perbedaan yang signifikan dari rerata nilai NRS sebelum

dan setelah mendapatkan perlakuan dari masing – masing kelompok

obat, baik pada subjek nyeri neuropati diabetika maupun neuralgia

trigeminal dengan nilai p < 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa pada

penelitian ini ketiga jenis obat memiliki efikasi dalam menurunkan

intensitas nyeri pada penderita nyeri neuropati diabetika dan

neuralgia trigeminal.

2. Terdapat perbedaan yang tidak signifikan dari rerata perubahan nilai

NRS sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok amitriptilin

dibandingkan dengan gabapentin, kelompok amitriptilin dibandingkan

dengan pregabalin, dan kelompok gabapentin dibandingkan dengan

pregabalin pada penderita nyeri neuropati diabetika dengan nilai p masing – masing adalah 0,329; 0,153; dan 0,722

3. Terdapat perbedaan yang signifikan dari rerata perubahan nilai NRS

sebelum dan sesudah perlakuan antara kelompok amitriptilin

dibandingkan dengan gabapentin dan kelompok amitriptilin

(51)

102

dengan nilai p < 0,001. Sedangkan pada kelompok yang mendapatkan gabapentin dibandingkan dengan kelompok pregabalin

terdapat perbedaan yang tidak signifikan dengan nilai p = 0,722.

4. Terdapat perbedaan yang tidak signifikan dari rerata perubahan nilai

NRS sebelum dan setelah perlakuan antara ketiga kelompok obat

pada penderita nyeri neuropati diabetika dengan nilai p = 0,354. Sedangkan pada penderita neuralgia trigeminal dijumpai perbedaan

yang signifikan dari perubahan rerata nilai NRS sebelum dan setelah

perlakuan antara ketiga kelompok obat dengan nilai p < 0,001.

5. Pada Penelitian ini dijumpai rerata perubahan intensitas nyeri yang

lebih besar pada kelompok pregabalin dibandingkan dengan

kelompok gabapentin maupun amitriptilin untuk subjek nyeri

neuropati diabetika dan neuralgia trigeminal.

V.2. SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel

yang lebih banyak, dan menggunakan dosis titrasi, serta waktu yang

lebih lama. Sebaiknya juga dilakukan penilaian efek obat terhadap

Gambar

Tabel 1. Gambaran Karakteristik Demografik Subjek Penelitian Nyeri Neuropati Diabetika
Tabel 2. Gambaran Karakteristik Demografik Subjek Penelitian
Gambar 10. Grafik Perbedaan Rerata Nilai NRS Sebelum dan Setelah
Gambar 11. Grafik Perbedaan Rerata Nilai NRS Sebelum dan Setelah
+7

Referensi

Dokumen terkait

KETERSEDIAAN PENDIDIKAN TINGGI INDONESIA YANG BERMUTU DAN RELEVAN DENGAN KEBUTUHAN PEMBANGUNAN NASIONAL SEHINGGA BERKONTRIBUSI. SECARA NYATA KEPADA PENINGKATAN DAYA

Jika tiga orang hendak memasuki gedung itu maka banyaknya cara mereka masuk dari pintu ya g berlai a adalah ….. banyaknya segitiga yang bisa dibuat dari

Nina Nurmasari, Tri Atmojo Kusmayadi, Riyadi, Analisis Berpikir Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Pada Materi Peluang Ditinjau dari Gender Siswa Kelas XI IPA

Wakil Ketua DPW Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI)/ILFA Bali, AA Bayu Joni, Jumat (1/12) mengatakan, jalur Surabaya menjadi salah satu alternatif

Tradisi Bakar-bakaran Dalam Kebudayaan Tionghoa web.budaya-tionghoa.net Budaya Tionghoa dan Sejarah Tionghoa. Universitas

Pada seluruh wanita usia produktif yang mengalami dismenore dapat mengimplementasikan tehnik massage effuerage menggunakan aromaterapi lavender secara mandiri

SEM images of microcapsules constructed by (a) SPI nanofibrils of local black soybean and (b) nanofibrils of commercial SPI. The charge of the microcapsules after addition of

is able to suppress the population of rice planthopper and rice bug, even though the compost tea has been stored for 5 months at room temperature. It is needed to continous