• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Minyak dan Kadar Air pada Palm Kernel Expeller (PKE) dan Copra Expeller

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Kadar Minyak dan Kadar Air pada Palm Kernel Expeller (PKE) dan Copra Expeller"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol yang berarti triester dari

gliserol (Fessenden, 1989). Suatu lemak tertentu biasanya mengandung campuran

dari trigliserida yang berbeda panjang dan derajat ketidakjenuhan asam-asam

lemaknya (Cheristie, 1982).

Lemak dan minyak dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, sebagai

berikut:

1. Bersumber dari hewani:

a. Susu hewan peliharaan: Lemak susu

b. Daging hewan peliharaan: lemak sapi dan turunan oleostearin, oleo oil

dari oleostock, lemak babi, dan mutton tallow.

c. Hasil laut: Minyak ikan sardin, menhaden dan sejenisnya, dan minyak

ikan paus.

2. Bersumber dari tanaman:

a. Biji-bijian palawija: minyak jagung, biji kapas, kacang, rape seed,

wijen, kedele, bunga matahari

b. Kulit buah tanaman tahunan: kelapa, coklat, kelapa sawit, babassu,

cohune, dan sejenisnya (Hart, 1990).

Perbedaan umum antara lemak nabati dengan hewani dapat dilihat pada tabel 2.1.

(2)

Tabel 2.1. Perbedaan Umum Antara Lemak Nabati Dengan Hewani

Lemak hewani Lemak nabati

Mengandung kolesterol Mengandung filtosterol

Kadar asam lemak jenuh lebih kecil Kadar asam lemak jenuh lebih besar

Mempunyai bilangan Reichert-meissl

lebih besar

Mempunyai bilangan polenske lebih

besar

Lemak yang lazim meliputi mentega, lemak hewan, dan bagian berlemak

dari daging, sedangkan minyak terutama berasal dari tumbuh-tumbuhan termasuk

jagung, biji kapas, zaitun, kacang, dan minyak kedelai (Hart,1990).

Lemak dan minyak dapat dibedakan dari titik lelehnya dimana pada suhu

kamar lemak berwujud padat, sedangkan minyak berwujud cair (Wilbraham,

1992). Meskipun lemak berwujud padat dan minyak berwujud cair, keduanya

memiliki struktur organik dasar yang sama (Hart, 1990). Lemak dan minyak pada

dasarnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam beberapa pelarut organik seperti

karbon tetraklorida, petroluem eter, dietil eter, n-heksan (Lawson, 1985).

Kelarutan minyak atau lemak dalam suatu pelarut ditentukan oleh sifat

polaritas asam lemaknya. Asam lemak yang bersifat polar cenderung larut dalam

pelarut polar, sedangkan asam lemak non polar larut dalam pelarut non polar.

Sifat dan daya kelarutan ini digunakan sebagai dasar pada praktek

pengujian-pengujian analitis dan ekstraksi minyak dengan pelarut. Sifat minyak dan lemak

yang larut dalam pelarut tertentu digunakan dalam pengolahan minyak secara

komersial melalui ekstraksi pelarut.

Daya kelarutan asam lemak biasanya lebih tinggi dari komponen

trigliseridanya, dan dapat larut dalam pelarut organik yang bersifat polar dan non

(3)

sama. Minyak atau lemak yang asam lemak dengan derajat ketidakjenuhannya

tinggi akan lebih mudah larut daripada asam lemak dengan derajat ketidakjenuhan

rendah.

Salah satu dari beberapa tanaman golongan nabati yang menghasilkan

minyak adalah dari bahan kepala sawit, minyak dihasilkan berasal dari inti kelapa

sawit yang dinamakan miyak inti sawit (Palm Kernel Oil) (Ketaren, 2005).

2.2. Inti Sawit

Minyak inti sawti yang baik adalah minyak inti sawit berkadar asam lemak bebas

yang rendah dan berwarna kuning terang, serta mudah dipucatkan. Bungkil inti

sawit yang diinginkan berwarna relatif terang dan nilai gizi serta kandungan asam

aminonya tidak berubah.Komposisi rata-rata inti sawit ditunjukkan pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Komposisi Rata-Rata Inti Sawit ( Bailey, 1950)

Komponen Jumlah (%)

Minyak 47-52

Bahan ekstraksi tidak mengandung nitrogen 23-24

Protein 7,5-9,0

Air 6-8

Selulosa 5

Abu 2

Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% inti sawit

yang dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40%.

Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai kompoisis yang

tetap. Rata-rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dengan minyak inti

(4)

Tabel 2.3. Komposisi Asam Lemak Minyak Inti Sawit (Eckey, 1995)

Nama Asam Lemak Rumus Molekul Persentase Asam Lemak (%)

Asam kaproat C6H12O2 0,0 - 0,8

Asam kaprilat C8H16O2 3,0 - 4,0

Asam kaprat C10H20O2 3,0 – 7,0

Asam laurat C12H24O2 46,0 - 52,0

Asam miristat C14H28O2 14,0 - 17,0

Asam palmitat C16H32O2 6,5 – 9,0

Asam stearat C18H36O2 1,0 – 2,5

Asam oleat C18H34O2 13,0 - 19,0

Asam linoleat C18H32O2 0,5 - 2,0

Standar mutu dari minyak inti sawit yang ditetapkan dalam industri

dengan berdasarkan standar industri Indonesia dapat dilihat pada tabel 2.4. berikut

ini.

Tabel 2.4. Standar Mutu Minyak Inti Sawit

No. Karakteristik Mutu A Mutu B Mutu C

1 Kadar air, % (b/b), maks 5 5 5

2 Kadar minyak, % (b/b), min 65 60 <60

3 Kadar asam lemak bebas, % (b/b), maks 5 5 >5

2.3. Kopra

Kopra dibuat dari bahan baku daging buah kelapa. Buah kelapa berbentuk oval

atau hampir bundar. Untuk memperoleh daging buah kelapa biasanya ditempuh

dengan jalan memisahkan sabut yang merupakan pembungkus daging buah kelapa

paling luar yang mempunyai ketebalan 5 – 10 cm. Didalam sabut terdapat

(5)

Cara pembuatan kopra adalah dengan beberapa tahapan yaitu pengupasan

sabut, pembelahan kelapa butiran, dan pengeringan. Pengeringan daging buah

kelapa ditujukan untuk penurunkan kadar air yang terdapat didalam kelapa yaitu

sekitar 50-55 % menjadi 5-6 %, ada beberapa teknik pengeringan kelapa yang

sering digunakan, yaitu teknik pengeringan dengan menggunakan sinar matahari,

pengeringan dengan pemanasan langsung, dan pengeringan dengan pemanasan

tidak langsung. Sebelum dilakukan pengolahan kopra, buah kelapa yang dipetik

disimpan terlebih dahulu selama beberapa hari dengan tujuan untuk pengupasan

sabut menjadi lebih mudah, daging buah kelapa menjadi lebih keras, dan

tempurung menjadi lebih kering.

Buah kelapa mengadung sekitar 28% daging buah, dan yang lainnya

merupakan sabut, tempurung, dan air buah, selain itu komposisi dari asam lemak

yang terkandung dalam minyak kelapa dapat dilihat pada tabel 2.5. berikut ini.

Tabel 2.5. Komposisi Asam Lemak Copra

Nama Asam Lemak Rumus Molekul Persentase Asam Lemak (%)

Asam kaproat C6H12O2 0,0 - 0,8

Asam kaprilat C8H16O2 5,5 - 9,5

Asam kaprat C10H20O2 4,5 - 9,5

Asam laurat C12H24O2 44,0 - 52,0

Asam miristat C14H28O2 13,0 - 19,0

Asam palmitat C16H32O2 7,5 - 10,5

Asam Palmitoleat C16H30O2 0,0 - 1,3

Asam stearat C18H36O2 1,0 - 3,0

Asam oleat C18H34O2 5,0 - 8,0

(6)

Standar mutu dari kopra yang ditetapkan dalam industri dengan

berdasarkan standar industri Indonesia dapat dilihat pada tabel 2.6. berikut ini.

Tabel 2.6. Standar Mutu Kopra

No. Karakteristik Mutu A Mutu B Mutu C

1 Kadar air, % (b/b), maks 5 5 5

2 Kadar minyak, % (b/b), min 65 60 <60

3 Kadar asam lemak bebas, % (b/b), maks 5 5 >5

2.4. Penentuan Kualiatas Minyak

Untuk menentukan kualitas suatu minyak diperlukakn beberapa analisa terhadap

minyak tersebut, dimana analisa yang paling sering digunakan adalah penentuan

kadar air, penentuan kadar minyak, dan penentuan kadar asam lemak bebas (ALB)

yang terkandung didalam sampel yang berisi minyak.

2.4.1. Kadar Air

Air dalam sampel yang mengandung minyak yang fresh hanya berjumlah kecil,

hal-hal yang membuat kadar air meningkat dapat terjadi karena proses alami

sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta penimbunan. Air yang

terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat

pengeringan dengna menggunakan rumus berikut.

�������� =

������������������������ − �����������������ℎ������

������������������������ �100%

(Naibaho, 1996)

(7)

Ekstraksi adalah suatu cara mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang

diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini

bermacam-macam, yaitu rendering, pengepresan mekanik, ekstraksi dengan pelarut.

2.4.2.1. Rendering

Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang

diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua

rendering, penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifik yang bertujuan untuk

menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan memecahkan dinding sel

tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung di

dalamnya.

2.4.2.2. Pengepresan Mekanik

Pengepresan mekanik merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak,

terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian, cara ini dilakukan untuk

memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi. Proses ini

diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyik atau lemak dipisahkan dari

bijinya yang mencakup pembuatan serpih, perajangan, dan penggilingan serta

pemasakkan.

Teknik pengepresan mekanik ini memisahkan minyak atau lemak dari

bahan yang mengandung biji-bijian, seperti inti kelapa sawit dan kopra.

Pengepresan ini akan menghasilkan minyak dan ampas atau expeller, sehingga

apabila inti kelapa sawit dilakukan pengepresan mekanik akan menghasilkan

Palm Kernel Oil dan Palm Kernel Expeller, begitu juga untuk kopra apabila

dilakukan pengepresan mekanik akan menghasilkan Copra Oil dan Copra

(8)

Ada dua cara yang dapat dilakukan dalam pengepresan mekanik, yaitu

pengepresan hidraulik (hydraulic pressing) dan pengepresan berulir

(Expeller pressing).

2.4.2.2.1. Pengepresan Hidraulik (Hydraulic Pressing)

Pada cara pengepresan hidrulik, bahan di pres dengan tekanan sekitar

2000 pound/inch2 (140,6 Kg/Cm = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang

dapat diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang

dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya

minyak yang tersedia pada bungkil bervariasi sekitar 4 sampai 6 persen,

tergantung dari lamanya bungkil dibawah tekanan hidraulik.

Tahap-tahap yang dilakukan dalam proses pemisahan minyak dengan cara

pengepresan mekanis dapat dilihat pada gambar 2.1.

Copra & Palm Kernel Perajangan Penggilingan

Pemasakan / Pemanasan Pengepresan

Minyak

(9)

2.4.2.2.1. Pengepresan Berulir (Expeller Pressing)

Cara pengepresan berulir memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari

proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung pada

temperature 240oF (115oC) dengan tekanan sekitar 15 - 20 ton/nch2. Kadar

minyak atau lemak yang dihasilakan sekitar 2,5 – 3,5 persen, sedangkan bungkil

yang dihasilakn msih mengandung minyak sekitar 4-5 persen.

Cara lain untuk mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga

mengandung minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering

dengan pengepresan mekanik atau dengan sentrifusi.

2.4.2.3. Ekstraksi dengan Pelarut

Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut

minyak atau lemak, pelarut minyak atau lemak yang biasa dipergunakan dalam

metode ini petroleum eter, benzena, karbon tetraklorida, dan n-heksan. (Ketaren,

2005).

2.4.3. Asam Lemak Bebas

Penentuan kadar asam lemak bebas bertujuan untuk mengindikasikan perlakuan

yang harus dilakukan untuk tahap proses, dimana kadar asam lemak bebas sangat

menentukan kualitas dari suatu minyak atau lemak yang masih segar.

Kadar ALB terbentuk akibat adanya reaksi hidrolisis otokatalitik dan

lipolisis oleh enzim lipolitik dalam inti maupun oleh jamur yang lipolitik yang

akan mengubah trigliserida menjadi asam-asamnya. Untuk yang terakhir ini suhu

optimum pertumbuhannya adalah 42-45° C. Ini dapat terjadi pada tumpukan inti

Gambar

Tabel 2.2. Komposisi Rata-Rata Inti Sawit ( Bailey, 1950)
Tabel 2.4. Standar Mutu Minyak Inti Sawit
Tabel 2.5. Komposisi Asam Lemak Copra
Tabel 2.6. Standar Mutu Kopra
+2

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu alat yang dapat digunakan untuk menghasilkan video digital adalah camcorder, yang digunakan untuk merekam gambar-gambar video dan audio, sehingga sebuah

Secara garis besar berpendapat bahwa tingkah laku tnanitsia dikeridalikan oleli gan-jaran (re~r~urd) atau penguatan (reinfhrceme~ii) dari lingkungan. Dengan kata lain

Persaingan merek pasta gigi tersebut terlihat jelas dari hasil polling pasta gigi terbaik pilihan konsumen yang memilih Pepsodent 12 jam pada polling PintuNet.com.. mengatakan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan pembelajarn problem posing lebih baik dari direct instruction terhadap kemampuan berpikir

[r]

KESATU : Membentuk Tim Penilai Angka Kredit dan Pengembangan Profesi Jabatan Fungsional Guru SD, SMP dan Pengawas SD, SMP Kabupaten Bantul Tahun 2009, dengan

This article tries to discover the actual phenomenon in Western Culture (Europe) as one of the Sciences, Technology and Humanity Studies, especially in Arts and

Menurut teori pengaruh FACR terhadap ROA adalah negatif apabila persentase aset tetap lebih tinggi dibanding persentase modal yang dimiliki maka modal yang