BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Teori Regulasi
Para ahli teori menyatakan bahwa regulasi terjadi sebagai reaksi terhadap
suatu krisis yang tidak dapat di identifikasi.Dan pembentukan regulasi terkait
dengan beberapa kepentingan. Kepentingan tersebut terkait dengan konsekuensi
yang akan diterima pengguna, atas pembentukan dari suatu regulasi (Situmorang,
2011 : 29). Konsekuensi yang diterima oleh pengguna dari regulasi atas standar
yang berubah dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 Konsekuensi Ekonomi
Pengguna Konsekuensi Ekonomi
Perusahaan/ korporasi Biaya penerbitan laporan keuangan
Perbedaan volalitas angka laporan keuangan
Manajemen Perilaku manajemen
Masyarakat
Persepsi atas perusahaan
Investor dan kreditor Keputusan keuangan
Sumber : Situmorang (2011)
Standar akuntansi yang baru yakni IFRS juga ditujukan untuk
menciptakan suatu regulasi yang dapat memenuhi semua kebutuhan setiap
pengguna. Argumentasi yang umum diajukan terhadap kebijakan akuntansi baru
(IFRS) adalah bahwa banyak fakta yang menyatakan setiap perubahan dalam
standar akan mempengaruhi arti rasio keuangan dan angka keuangan dari setiap
2.1.2 Teori Signaling
Teori signaling menjelaskn bagaimana seharusnya sinyal – sinyal
keberhasilan atau kegagalan manajemen (agen) disampaikan kepada pemilik
(principal). Dalam hubungan keagenan, manajer memiliki asimetri informasi
terhadap pihak eksternal perusahaan seperti investor dan kreditor. Asimetri
informasi terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan yang
lebih banyak dan mengertahui informasi terlalu lebih cepat dibandingkan pihak
eksternal (Harun, 2014 : 3)
Untuk mengurangi asimetri informasi tersebut maka perusahaan akan
meng8ngkapkan informasi yang dimiliki, baik itu informasi keuangan maupun
non keungan. Salah satu pengungkapan non keuangan yaitu pengungkapan
mengenai intellectual capital. Informasi ini dapat dimuat di laporan tahunan perusahaan. Selain hal itu, pengiriman sinyal juga membuat manajer lebih
termotivasi untuk mengungkapkan intellectual capital sebagai privete
information secara sukarela (Harun, 2014 : 3)
Informasi intellectual capital pada laporan keuangan perusahaan
memiliki peran penting dalam memberikan sinyal positif kepada investor
mengenai kondisi perusahaan. Selain itu, pengungkapan intellectual capital
dapat memberikan sinyal bagi manajer perusahaan mengenai prediksi kinerja
perusahaan di masa yang akan datang sehingga membantu manajer dalam
proses pengambilan keputusan.
2.1.3 Teori Legitimasi
Teori ini menyatakan bahwa organisasi secara terus-menerus memastikan
bahwa operasi mereka berada dalam batas dan norma masyarakat. Hal ini
dengan masyarakat, yang mengharuskan perusahaan untuk melaporkan secara
sukarela, aktivitas tertentu yang diharapkan oleh masyarakat (Purnomosidhi,
2006 : 5). Perusahaan harus selalu beroperasi dengan cara-cara yang konsisten
dengan nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya.Untuk itu, perusahaan perlu
melakukan komunikasi secara tertulis melalui laporan-laporan yang telah
disiapkan.
Teori legitimasi memiliki hubungan yang erat dengan pelaporan
intellectual capital. Perusahaan lebih memungkinkan untuk melaporkan
intellectual capital jika mereka memiliki kebutuhan yang khusus untuk melakukannya. Jika dikaitkan dengan teori ini, maka bias disimpulkan bahwa
pengungkapan intellectuall capital bias digunakan sebagai alat bagi perusahaan untuk meyakinkan pihak eksternal akan legitimasi perusahaan (Harun, 2014 : 3)
2.1.4 Pengungkapan Intellectual Capital
Terdapat banyak sumber yang menjelaskan definisi modal intelektual dan
beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Menurut Nick Bontis (2000), “Intellectual Capital Is the currency of the new millennium. Managing it wisely is the key to business success in the knowledge area.”
2. Menurut Low dan Kalfut (2002), “Intellectual capital is defined as intangible assets including technology, customer information, brand name, reputation and corporate culture. These assets are invaluable to a firm’s competitive power.”
pengetahuan dan teknologi yang dapat memberikan nilai yang lebih bagi
perusahaan berupa keunggulan bersaing organisasi.
Dalam pelaporan secara kewajiban (mandatory) kendalanya adalah belum adanya pelaporan intellectual capital dan aset tak berwujud yang dapat digunakan untuk semua jenis usaha. Pengungkapan secara kewajiban akan
memberatkan perusahaan-perusahaan kecil jika menerbitkan laporan tersebut
sehingga ditekankan untuk perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa
efek atau perusahaan yang sudah memiliki nilai asset tertentu dan memiliki
ketentuan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Pengungkapan intellectual capital pada laporan keuangan akan berfungsi sebagai pendamping informasi keuangan serta pertimbangan lain untuk melakukan prediksi tentang kinerja
keuangan perusahaan di masa mendatang (Harun, 2014 : 5)
Pengungkapan dalam laporan keuangan baik yang bersifat wajib maupun
sukarela telah diatur dalam PSAK No.1 mengenai penyajian laporan
keuangan.Pengungkapan informasi yang diatur oleh pemerintah ataupun
lembaga profesional (dalam hal ini adalah Ikatan Akuntan Indonesia)
merupakan pengungkapan yang wajib dipatuhi oleh perusahaan yang telah
publik.Tujuan pemerintah mengatur pengungkapan informasi adalah untuk
melindungi kepentingan para investor dari ketidakseimbangan informasi
antara manajemen dengan investor karena adanya kepentingan manajemen.
Di Indonesia pengungkapan intellectual capital merupakan pengungkapan
yang bersifat sukarela (voluntary), dan belum ada standar akuntansi yang
mengatur mengenai tata cara pengungkapan informasi intellectual capital
dalam menyampaikan informasi ini kepada para stakeholder (Yulistina, 2011).
2.1.5 Leverage
Leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana yang memiliki biaya atau beban tetap yang berasal dari pinjman dengan maksud agar meningkatkan
keuntungan potensial pemegang saham sehingga dapat menggambaran
hubungan antara utang perusahaan terhadap utang maupun asset. Menurut
Oliviera (2008) dalam penelitian Wardhani (2009) mengatakan bahwa
Leverage yang tinggi memeperlihatkan agency cost yang besar, dalam kaitannya
dengan transfer kekayaan dari debtholder ke pemegang saham. Untuk
mengurangi biaya keagenan tersebut, manajemen perusahaan dapat
mengungkapkan lebih banyak informasi secara sukarela, termasuk informsi yang
berkaitan dengan intellectual capital. Jadi, pengungkapan intellectual capital
dapat diahrapkan akan semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya
tingkat leverage.
2.1.6 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan
manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan oleh laba
yang dihasilkan. Secara garis besar laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari
penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan akan
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
(profitabilitas) baik dari tingkat penjualan, asset, modal maupun saham tertentu.
Dalam rasio Profitabilitas ini dapat dikatakan sampai sejauh mana
keefektifan dari keseluruhan manajemen dalam menciptakan keuntungan bagi
keputusan manajemen dalam menggunakan sumber dana perusahaan. Penelitian
ini melakukan perhitungan profitabilitas dengan Return On Asset Rasio (ROA).
ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba bersih dengan menggunakan total asset yang dimiliki oleh perusahaan.
Semakin tinggi nilai ROA maka akan semakin efisien perusahaan dalam
menggunakan asetnya, baik berupa aset fisik maupun aset non-fisik (intellectual capital) sehingga menunjukkan bahwa perusahaan tersebutdapat menghasilkan
earning yng lebih banayk dengan investasi yang sedikit. ROA dihitung dengan laba bersih dengn rata-rata total aset perusahaan.
2.1.7 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan variabelyang potensial dalam hubungannya
dengan keluasan pengungkapan. Ukuran perusahaan mencerminkan besar
kecilnya perusahaan yang tampak dalam nilai total asset perusahaan pada
laporan posisi keuangan akhir tahun. perusahaan besar akan didorong untuk
mengungkapkan lebih banyak informasi dibandingkan dengan perusahaan yang
lebih kecil. Semakin besar perusahaan akan semakin banyak aktivitas dan
semakin berpengaruh terhadap stakeholder.
2.1.8 Usia Perusahaan
Usia perusahaan digunakan untuk mengukur pengaruh lamanya perusahaan
beroperasi terhadap kinerja perusahaan. Usia perusahaan menunjukkan
perusahaan mampu bersaing dan memanfaatkan peluang bisnis dalan suatu
perekonomian. Dengan mengetahui usia perusahaan, maka akan diketahui pula
sejauh mana perusahaan tersebut dapat bertahan.
Semakin tua usia suatu perusahaan, maka memiliki pengalaman yang lebih
lebih optimal dan dengan sendirinya dapat meningkatkan pengungkapan modal
intelektual tersebut. Sehingga selain kinerja yang meningkat, nilai reputasi suatu
perusahaan pun akan semakin tinggi pula dan semakin banyak perusahaan yang
secara sukarela mengungkapkan modal intelektual pada laporan tahunan.
2.1.9 Adopsi IFRS
IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh
International Accounting Standar Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar
Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi
Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional
(IFAC).International Accounting Standar Board (IASB) yang dahulu bernama
International Accounting Standar Committee (IASC), merupakan lembaga independen untuk menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan
mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang
berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan ( Situmorang,
2011: 11).
Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para
pelaku bisnis di suatu negara ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu
diperlukan suatu standar internasional yang berlaku sama di semua negara untuk
memudahkan proses rekonsiliasi bisnis. Penting untuk membedakan antara
adopsi IFRS dengan konvergensi IFRS.Pada level negara, adopsi berarti standar akuntansi nasional secara langsung digantikan dengan IFRS.Posisi ini diambil
oleh negara-negara anggota EuropeanUnion (EU) yang sejak tahun 2005
bertahap yang dilakukan suatu negara untuk mengganti standar akuntansi
nasionalnya dengan IFRS.
IFRS merupakan jawaban atas kebutuhan standar yang dapat dibandingkan
dengan negara lain, SAK Indonesia merupakan SAK lokal yang sulit untuk
dibandingkan dengan SAK negara lain (Situmorang, 2011 :5). Ikatan Akuntan
Indonesia telah menetapkan untuk melakukan adopsi penuh IFRS mulai tahun
2012 (Martani, 2012 : 29)
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian empiris tentang pengungkapan Intellectual Capital telah banyak dilakukan berikut ini adalah ringkasan dari beberapa penelitian yang telah dilakukan
yaitu
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. White et al. (2007) Drivers of Voluntary
intellectual capital disclosure in listed biotechnology companies
Independen
• Umur perusahaan
• Ukuran perusahaan
• Leverage
• Komisaris independen Dependen
• Intellectual capital disclosure
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemicu utama
pengungkapan intellectual capital adalah komisaris independen, umur perusahaan, leverage, dan ukuran perusahaan. 2. Djoko Suhardjanto
dan Mari Wardhani (2010)
Praktik intellectual capitaldisclosure
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Independen
• Ukuran perusahaan
• Profitabilitas
• leverage
Dependen
• Kinerja keuangan perusahaan tingkat intellectual capital disclosure sebesar 34,5%. Ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap
intellectual capitaldisclosure,
sementara leverage, umur listing, struktur kepemilikan dan komposisi komisaris independen bukan prediktor yang baik terhadap intellectual capital disclosure.
3. Nugroho (2012) Faktor-faktor yang mempengaruhi intellectual capital disclosure
Independen
• Ukuran perusahaan
• Umur perusahaan
• Komisaris independen
• Leverage • Konsentrasi
kepemilikan Dependen
• Intellectual capital disclosure
Hasil penelitian menunjukkan ukuran perusahaan, umur perusahaan, komisaris independen, leverage, dan konsentrasi kepemilikan tidak mempengaruhi
2.3 Kerangka Konseptual
Variabel Independen Variabel Dependen
H1
H2 H3 H4
H5
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh variabel
independen (leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan, usia perusahaan, dan adopsi IFRS) terhadap variabel dependen (pengungkapan Intellectual Capital).
Leverage adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh
hutang. Semakin besar tingkat leverage perusahaan, akan semakin besar jumlah
hutang yang digunakan dan semakin besar pula resiko bisnis yang dihadapi terutama
apabila kondisi perekonomian memburuk.hal ini dapat menimbulkan aadanya
asimetri informasi yang membuat ketidakpercayaan antar pemangku kepentngan
sehungga untuk mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dengan kreditur,
intellectual capital secara sukarela dapat dijadikan pertimbangan oleh perusahaan.
Leverage (X1)
Profitabillitas (X2)
Ukuran Perusahaan (X3)
Usia Perusahaan(X4)
Adopsi IFRS (X5)
Pengugkapan
Rasio profitabilitas memberikan informasi mengenai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan tingkat pengembalian (rate of return) dan mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari aktivitas operasional perusahaan akan penggunaan asset
yang dimiliki perusahaan dalam pengkreasian nilai perusahaan. Kestabilan rasio ini
menunjukkan stabilitas tingkat pengembalian (rate of return) atas modal yang ditanam oleh investor. Konsisten dengan signaling theory, perusahaan dengan
tingkat profitabilitas yang tinggi diharapkan lebih dapat mengungkapkan good news
untuk meghindaarkan undervaluation atas saham perusahaan. Profitabilitas dan pengungkapan perusahaan memilki hubungan artinya semakin baik profitabilitas
perusahaan maka semakin baik pula pengungkapan perusahaan.
Ukuran perusahaan mencerminkan besar kecilnya perusahaan yang tampak
dalam nilai total asset perusahaan pada laporan posisi keuangan pada akhir tahun.
Perusahaan – perusahaan yang lebih besar melakukan banyak aktivitas, dan biasanya
memiliki berbagai macam unit usaha.Perusahaan besar juga didukung dengan
sumber daya yang memadai untuk mengungkapkan lebih banyak informasi serta
memiliki manajemen sistem informasi internal yang lebih baik sebagai hasil dari
beragamnya aktivitas dalam perusahaan besar.Semakin besar total asset semakin
besar pula ukuran suatu perusahaan. Ketersediaan dana dalam jumlah yang besar
akan membuat pengelolaan dan pemeliharaan intellectual capital menjadi semakin optimal dan menghasilkan pengungkapan intellectual capital yang lebih tinggi.pada laporan keuangannya.
Semakin tinggi usia perusahaan, maka memiliki pengalaman yang lebih banyak
selain kinerja yang meningkat nilai reputasi perusahaan pun akan tinggi dan semakin
banyak perusahaan yang mengungkapkan intellectual capital secara sukarela.
Pengadopsian standar akuntansi ke dalam standar akuntansi domestik bertujuan
menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi,
persyaratan akan item-item pengungkapan akan semakin tinggi dan nilai perusahaan
akan semakin tinggi pula sehingga dapat memenuhi semua kebutuhan pengguna
laporan keuangan.Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)
menetapkan bahwa Indonesia melakukan adopsi penuh IFRS pada 1 Januari 2012.
Penerapan ini bertujuan agar daya informasi laporan keuangan dapat terus
meningkat sehingga laporan keuangan dapat semakin mudah dipahami dan dapat
dengan mudah digunakan baik bagi penyusun, auditor, maupun pembaca atau
pengguna lain.Sebagai akuntansi berbasis prinsip, IFRS menyediakan fleksibilitas
pada perusahaan untuk secara sukarela mengungkapkan informasi keuangan dalam
rangka mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dan pengguna laporan
keuangan. Dengan fleksibikitas tersebut pengungkapan secara sukarela tentang
intellectual capital akan meningkat.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis Penelitian menurut Erlina (2011:41-42) adalah proposisi yang
dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proposisi merupakan
ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya
mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena –
fenomena. Dengan demikian hipotesis merupakan dugaan sementara atau penjelasan
sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau
konseptual maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
H1 : Leverage berpengaruh terhadap Tingkat Pengungkapan ntellectual Capital. H2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Intellectual Capital H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Tingkat Pengungkapan Intellectual
Capital
H4 : Usia perusahaan berpengaruh terhadap Tingkat Pengungkapan Intellectual Capital