BAB III
RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
Pada Tahun 2015, Provinsi Sulawesi Tengah telah memasuki tahun keempat pembangunan sesuai dengan RPJMD Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 20112016 yang merupakan tahap perwujudan Sulawesi Tengah Sejajar dengan Provinsi Maju di Kawasan Timur Indonesia dalam Pengembangan Agribisnis Kelautan melalui Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia yang Berdaya Saing pada Tahun 2020. Fokus pembangunan Sulawesi Tengah diarahkan pada 8 (delapan) prioritas daerah yaitu:
1. Pendidikan dan Kesehatan; 2. Pengentasan Kemiskinan;
3. Revitalisasi pertanian, kehutanan perikanan dan kelautan; 4. Iklim investasi dan iklim usaha;
5. Peningkatan infrastruktur dan energi; 6. Reformasi birokrasi, tata kelola; 7. Pembangunan hukum dan ketertiban;
8. Lingkungan hidup dan pengelolaan bencana.
Dalam rangka perwujudan implementasi 8 (delapan) prioritas tersebut, maka arah kebijakan ekonomi daerah Tahun 2015 akan melanjutkan arah kebijakan ekonomi tahun sebelumnya yang diarahkan pada:
a. Peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih berkualitas dan berkesinambungan dengan memperkuat daya tahan ekonomi yang didukung oleh penguatan sektor agribisnis dan kelautan sebagai sumberdaya alam yang terbarukan melalui pemilihan potensi komoditas unggulan sebagai basis pengembangan wilayah untuk meningkatkan daya saing daerah;
peningkatan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar, dan optimalisasi penggunaan belanja daerah yang diprioritaskan untuk belanja langsung ke masyarakat serta belanja lainnya dalam program penanggulangan kemiskinan;
c. Peningkatan investasi daerah untuk memperluas kesempatan kerja dan berusaha sehingga pada gilirannya mampu meningkatkan pendapatan perkapita. Upaya meningkatkan investasi daerah dilakukan dengan penciptaan iklim investasi yang kondusif bagi dunia usaha, baik skala usaha kecil, menengah maupun besar melalui penyediaan informasi potensi daerah, penyederhanaan perijinan dan pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu, membangun prasarana penunjang, melindungi kepastian hukum dan penyediaan tenaga kerja di daerah;
d. Peningkatan pemerataan distribusi pendapatan melalui percepatan pertumbuhan ekonomi di perdesaan dan penciptaan keseimbangan pembangunan di setiap wilayah;
e. Percepatan pembangunan infrastruktur untuk mendukung percepatan pembangunan ekonomi maupun peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sekaligus untuk meningkatkan aksesibilitas guna memperlancar aliran investasi dan produksi dalam rangka menciptakan keterkaitan ekonomi antar wilayah dengan tetap memperhatikan aspek berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pembangunan infrastruktur khususnya jalan diharapkan dapat memperlancar jalur distribusi barang dan jasa ke berbagai wilayah yang pada akhirnya akan dapat menekan laju inflasi.
Mulai tahun 2015, Badan Pusat Statistik (BPS) akan melakukan perubahan tahun dasar Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2010. Perubahan ini akan diberlakukan pada tahun depan karena selama ini BPS menggunakan acuan tahun dasar 2000. Perubahan tahun dasar yang menggunakan tahun 2010 sebagai acuan dikarenakan kondisi perekonomian Indonesia pada tahun tersebut relatif stabil. Selain itu, terjadi perubahan struktur ekonomi selama sepuluh tahun terakhir, terutama di bidang teknologi dan informasi. Selain itu perubahan tahun
dasar juga berdasarkan rekomendasi PBB untuk mengadopsi System of
National Accounts (SNA) 2008 lewat penyusunan kerangka Supply and Use Tablets (SUT). Perubahan tahun dasar tersebut bertujuan untuk menjaga konsistensi antara pendekatan PDB dan implikasi memperkecil perbedaan antara PDB nasional dan PDRB.
Pada tahun 2010, terdapat penambahan klasifikasi pada PDRB menurut lapangan usaha. Bila pada tahun dasar 2000, terdapat sembilan sektor lapangan usaha, maka total lapangan usaha bertambah menjadi 17 sektor dengan menggunakan tahun dasar 2010. Ketujuhbelas sektor tersebut yaitu Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran serta Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Transportasi dan Pergudangan; Penyedia Akomodasi Makan dan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; serta Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Sementara itu dari sisi pengeluaran, terdapat penambahan satu klasifikasi pengeluaran yaitu konsumsi lembaga non profit rumah tangga (LNPRT).
a. Kondisi Ekonomi Hingga Tahun 2014
Pertambangan dan Penggalian. Secara sektoral struktur perekonomian Sulawesi Tengah tahun 2014 masih didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu: Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (34,37 persen); Konstruksi (13,59 persen) dan Pertambangan dan Penggalian (9,69 persen). Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2014, Konstruksi memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 2,62 persen, diikuti Pertanian, Kehutanan, Perikanan sebesar 2,30 persen; dan Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 0,95 persen. Sektor Pertambangan dan Penggalian yang pada tahun 2013 lalu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pembentukan PDRB, pada tahun 2014 mengalami penurunan yang cukup signifikan menyusul diberlakukannya regulasi pelarangan ekspor tambang mentah pada awal 2014.
Seperti halnya pada PDRB menurut lapangan usaha, PDRB dari sisi pengeluaran juga mengalami perubahan struktural. Apabila dalam beberapa tahun terakhir, sumber pertumbuhan ekonomi didominasi oleh konsumsi, investasi dan ekspor, maka pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah terutama hanya ditopang oleh investasi dan konsumsi. Komponen investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 8,03 persen, diikuti oleh komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 3,63 persen.
juta (24,00 persen), lemak dan minyak hewani/nabati senilai US$ 16,20 juta (20,10 persen), kayu dan barang dari kayu senilai US$ 3,42 juta (4,24 persen), ikan dan udang senilai US$ 2,48 juta (3,08 persen), serta kakao/coklat senilai US$ 1,64 juta (2,03 persen).
Penurunan yang paling tajam terjadi pada ekspor bijih kerak dan abu logam serta kakao. Konsekuensi diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Larangan Ekspor Mineral Mentah yang merupakan revisi Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 dan menjadi dasar pelaksanaan UndangUndang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara menyebabkan nilai ekspor bijih kerak dan abu logam Sulawesi Tengah Tahun 2014 hanya sebesar US$ 19,34 juta atau mengalami penurunan sebesar US$ 201,58 juta (91,24 persen) dibandingkan tahun 2013 yang sebesar US$ 220,92 juta. Sementara ekspor kakao juga mengalami penurunan tajam dimana pada tahun 2014 ekspor kakao Sulawesi Tengah hanya sebesar US$ 1,64 juta, turun sebesar US$ 44,56 juta (96,45 persen) dibandingkan ekspor tahun 2013 yang sebesar US$ 46,20 juta. Penurunan ekspor kakao Sulawesi Tengah disebabkan produksi kakao yang ada tidak lagi difokuskan untuk ekspor melainkan untuk memenuhi pasar dalam negeri seiring dengan pembangunan pabrik pengolahan biji kakao di dalam negeri.
Dalam sisi investasi, Sulawesi Tengah mencatat prestasi yang menggembirakan dengan total capaian realisasi investasi sebesar Rp. 16,105 triliun yang terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp.95,8 miliar dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp. 16,201 triliun dengan rincian investasi pada sektor pertanian sebesar Rp……., sektor pertambangan Rp……., sektor jasa Rp…… Capaian
tersebut menjadikan Sulawesi Tengah sebagai provinsi dengan
Grafik 3.2
Realisasi PMA dan PMDN Secara nasional Tahun 2014
(Rp. Triliun)
Prestasi ini lebih baik dibandingkan tahun 2013 dimana secara nasional Sulawesi Tengah berada di urutan keduabelas.
Sumber: Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Daerah Provinsi Sulawesi Tengah (2014).
Dengan menggunakan tahun dasar 2010, PDRB per kapita yang yang mencerminkan tingkat produktivitas tiap penduduk menunjukkan adanya peningkatan yaitu dari Rp. 28,66 juta rupaih pada tahun 2013 menjadi Rp. 31,88 juta.
Konsekuensi pertumbuhan ekonomi adalah inflasi. Inflasi Kota Palu sebesar 2,86 persen selama Desember 2014, merupakan capaian inflasi tertinggi selama tahun 2014. Sementara itu, laju inflasi tahun
kalender dan laju inflasi year on year tahun 2014 sebesar 8,85 persen.
Laju inflasi tahun 2014 menjadi yang tertinggi dibandingkan dua tahun sebelumnya dimana laju inflasi tahun 2013 sebesar 7,57 persen dan tahun 2012 sebesar 5,87 persen. Tingginya angka inflasi pada penghujung tahun tersebut disebabkan oleh kenaikan harga Bahan bakar Minyak (BBM), perayaan hari keagamaan serta kenaikan harga komoditas hortikultura. Sejumlah upaya telah dilakukan dalam rangka pengendalian inflasi, salah satu diantaranya adalah melalui
Grafik 3.1
Realisasi PMA dan PMDN di Kawasan Timur Indonesia
pembentukan Tim Penanggulangan Inflasi Daerah (TPID). Selain TPID di tingkat Provinsi Sulawesi Tengah, sampai dengan tahun 2014 telah terbentuk 6 TPID yaitu TPID Kota Palu serta 5 TPID lainnya di lima kabupaten yaitu Kabupaten Banggai, Kabupaten Tolitoli, Kabupaten Morowali, Kabupaten Morowali Utara dan Kabupaten Poso.
Upaya penanggulangan kemiskinan di Sulawesi Tengah terus menunjukkan hasil yang positif. Pada tahun 2014 tingkat kemiskinan dapat ditekan menjadi 13,61 persen yang berasal dari penurunan kemiskinan dari 14,32 persen (400.410 jiwa) pada tahun 2013 menjadi 13,61 persen (387.060 jiwa) pada tahun 2014 atau dengan kata lain tingkat kemiskinan mengalami penurunan sebesar 0,71 persen. Meskipun demikian tingkat kemiskinan Sulawesi Tengah masih lebih tinggi dari tingkat kemiskinan nasional dan untuk regional Sulawesi menempati urutan kedua tertinggi setelah Provinsi Gorontalo. Sementara itu hingga triwulan I tahun 2014 indeks gini menunjukkan penurunan yaitu dari 0,407 pada tahun 2013 menjadi 0,37 pada tahun 2014. Walaupun masih lebih rendah dibandingkan indeks gini nasional yang sebesar 0,413, namun hal tersebut terus menjadi perhatian mengingat pertumbuhan ekonomi menjadi kurang berarti ketika pemerataan belum terwujud.
pangan, upaya mengefisienkan indeks yang dibayar petani dapat dilakukan dengan penyaluran pupuk dan benih tepat waktu yang disesuaikan dengan jadwal tanam petani, selain itu perlu pula penambahan jalan usaha tani guna mengurangi biaya transportasi hasil panen.
Pembangunan Sumber Daya Manusia yang ditunjukkan oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 peringkat IPM Sulawesi Tengah berada pada posisi 22 dengan nilai sebesar 72,14. Nilai IPM tersebut kemudian naik menjadi 72,54 pada tahun 2014 namun posisi Sulawesi Tengah turun pada posisi 23 seiring dengan munculnya Provinsi Kalimantan Utara. Kendati mengalami peningkatan IPM Provinsi Sulawesi Tengah masih dibawah angka nasional yang sebesar 73,81.
Dalam bidang ketenagakerjaan, dalam satu tahun terakhir kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah menunjukkan hasil positif yang ditandai dengan penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menjadi 3,68 persen pada tahun 2014 setelah pada tahun 2013 TPT Sulawesi Tengah tercatat sebesar 4,19 persen. Hal yang perlu menjadi catatan adalah bahwa dari 1.342.615 orang angkatan kerja pada tahun 2014, TPT terendah justru terjadi pada tingkat pendidikan SD ke bawah dan SMP dengan TPT masingmasing sebesar 1,88 persen dan 2,94 persen, sementara TPT tertinggi berada pada kelompok angkatan kerja dengan tingkat pendidikan SMA Kejuruan sebesar 8,90 persen diikuti SMA sebesar 6,40 persen dan Universitas sebesar 6,08 persen. Oleh karena itu diperlukan upayaupaya pemerintah untuk mendorong masyarakat agar kreatif dalam menciptakan lapangan kerja serta fokus dalam meningkatkan kompetensi tenaga kerja agar sesuai dengan kebutuhan pasar kerja yang ada.
Dari uraian perkembangan ekonomi makro sampai Tahun 2014 diatas, dalam masa perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional, pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada Tahun 2015 diprediksi akan membaik pada kisaran 910 persen, dengan asumsi asumsi :
a. Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran terus menunjukkan trend positif seiring dengan penyelesaian konstruksi beberapa hotel baru di Kota Palu. Pemberlakuan Larangan PNS berkegiatan di hotel yang diatur dalam surat edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2014 yang melarang seluruh jajaran aparatur sipil negara dilarang melakukan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan di luar instansi pemerintahan memang sempat mempengaruhi tingkat hunian hotel yang juga berdampak pada pengurangan sebagian karyawan hotel. Namun seiring dengan dicabutnya surat edaran tersebut, tingkat hunian hotel berangsurangsur meningkat;
c. Sektor pertanian akan terus digenjot produktivitasnya khususnya produksi padi, jagung dan kedelai dalam mendukung program Swasembada Pangan Indonesia pada tahun 2017 guna menjamin kedaulatan pangan nasional. Upaya tersebut dituangkan dalam penandatanganan MoU (nota kesepahaman) antara Dinas Pertanian kabupaten/kota dengan Kodim seSulawesi Tengah dalam Pemantapan Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai (Pajala) di Sulawesi Tengah pada tanggal 23 Januari lalu. Untuk mewujudkan hal tersebut masalah ketimpangan infrastruktur seperti jalan dan irigasi yang menjadi wewenang pemerintah pusat dan daerah harus diperhatikan. Selain itu perlu juga diperhatikan jadwal tanam, serta penggunaan benih, pupuk dan pestisida. Sulawesi Tengah sendiri ditargetkan oleh Kementerian Pertanian sebagai daerah pertama yang mengekspor komoditas Pajala tersebut dalam program kedaulatan pangan tahun 2017.
d. Sektor konstruksi akan terus tumbuh yang dipengaruhi oleh lanjutan pembangunan Bandara Mutiara Sis Aljufri, Bandara Tanjung Api di Tojo Una Una, Bandara Syukuran Aminuddin Amir Luwuk, Pelabuhan Pantoloan, serta pembangunan rukan di Kota Palu. Terhitung mulai April 2015, Bandara Tanjung Api telah melayani penerbangan perintis oleh maskapai Aviastar dengan rute penerbangan AmpanaLuwuk, AmpanaPalu dan AmpanaGorontalo. Pada Juni 2015 direncanakan maskapai Garuda Indonesia akan melayani rute penerbangan PaluAmpanaGorontaloManado dengan menggunakan pesawat ATR 72500.
e. Investasi akan semakin meningkat terutama dalam sektor
efisiensi perizinan dan pelayanan investasi serta penyelesaian bottleneck infrastruktur.
f. Kinerja sektor pertambangan dan penggalian diharapkan akan
membaik seiring diresmikannya fasilitas kilang gas alam cair (LNG) Donggi Senoro pada Oktober tahun lalu. Kilang gas alam cair keempat di Indonesia tersebut diperkirakan berproduksi penuh tahun 2015. Sementara itu pembangunan tahap I pabrik pengolahan dan pemurnian nikel (smelter) di Kawasan Industri Morowali dengan kapasitas 300.000 ton dan pembangkit listrik tenaga batu bara berkapasitas 2 kali 65 megawatt diperkirakan beroperasi secara komersial pada April 2015. Selanjutnya pembangunan smelter tahap II dengan kapasitas 600.000 ton dan PLTU kapasitas 2 kali 150 megawatt diperkirakan akan selesai pada Desember 2015. Kawasan industri Morowali merupakan perusahaan patungan Bintang Delapan Group dan Tsingshan Group asal Tiongkok.
g. Tingkat kemiskinan diharapkan dapat terus ditekan salah satunya
melalui implementasi Program Terpadu Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Bedah Kampung (PTPKBBK) yang launching nya telah dilaksanakan oleh Gubernur Sulawesi Tengah pada akhir tahun lalu. Program ini tidak hanya ditujukan pada pembangunan fisik, tetapi juga untuk pemberdayaan dalam bentuk peningkatan sumber daya manusia dan pemberian modal. Pada tahap awal terdapat lima kabupaten yang menjadi sasaran yaitu Parigi Moutong, Donggala, Banggai, Poso dan Tojo UnaUna. Total dana yang dikucurkan sebanyak Rp. 38,9 milyar untuk 203 desa pada lima kabupaten tersebut. Untuk tahap selanjutnya pada tahun 2015 dana sebesar Rp. 40 milyar akan dikucurkan untuk implementasi PTPKBBK Tahap II di 8 kabupaten/kota lainnya. Secara keseluruhan melalui sinergitas program/kegiatan antar sektor dan antar daerah, tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah ditargetkan akan dapat ditekan pada angka 12 14 persen.
minyak (BBM) sesuai harga keekonomiannya sehingga hal tersebut akan memicu meningkatnya inflasi. Mengingat peranan BBM sebagai komoditi pokok, sehingga kenaikan sedikit saja akan membawa ”efek domino” ke sektorsektor lain terutama industri dan transportasi yang selanjutnya akan mempengaruhi harga barang dan jasa. Selain dari komponen administered prices tersebut, resiko meningkatnya inflasi pada tahun 2015 juga masih berasal dari volatile food yang terjadi sebagai akibat faktor cuaca maupun penurunan produksi. Dengan demikian peran TPID Provinsi maupun TPID Kabupaten dalam menjaga keterjangkauan barang dan jasa sangat diperlukan.
i. Event Sail Tomini 2015 yang akan dilaksanakan pada September 2015 diharapkan tidak hanya menjadi kegiatan seremonial semata, tetapi lebih jauh diharapkan mampu menciptakan multiplier effect bagi pengembangan ekonomi masyarakat khususnya di bidang pariwisata. Event ini sekaligus dapat dijadikan ajang untuk mempromosikan ikonikon pariwisata di Sulawesi Tengah seperti Kepulauan Togean dalam lingkup nasional maupun internasional yang selama ini minim diekspos oleh media.
3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016 dan Tahun 2017
a. Tantangan Perekonomian Daerah Tahun 20162017
perekonomian di masyarakat. Sehingga bila kondisi ini terwujud maka output perkapita masyarakat dapat benar benar meningkat secara riil yang turut mempengaruhi naiknya daya beli masyarakat.
2. Kondisi sosial politik pada pelaksnaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di Indonesia termasuk pula 9 kabupaten di Sulawesi Tengah yang diskenariokan akan dilaksanakan pada tahun 2016 diharapkan dalam situasi kondusif guna menjamin stabilitas iklim ekonomi di Sulawesi Tengah;
3. Penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai akhir tahun 2015 akan menimbulkan konsekuensi terjadinya arus barang, jasa, investasi dan tenaga terampil yang bebas serta aliran modal yang lebih bebas. Masuknya investasi asing dapat menjadi stimulan bagi pertumbuhan ekonomi melalui perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja,
pengembangan sumber daya manusia (human capital) dan
menuntut pencari kerja di Indonesia khususnya di Sulawesi Tengah untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan produktivitasnya. Hal ini dikarenakan daya saing tenaga kerja yang kita miliki dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia masih kalah dibandingkan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand. Pengoptimalan sekolahsekolah kejuruan serta Balai Latihan Kerja (BLK) mutlak diperlukan. Selain itu penguasaan bahasa asing oleh para pencari kerja menjadi syarat yang juga harus dipenuhi.
4. Kondisi wilayah geografis Sulawesi Tengah yang luas dan tidak meratanya penyebaran penduduk terutama pada daerah–daerah wilayah perdesaan, daerah perdalaman dan terpencil sekaligus sebagian dari penyebab terjadinya kesenjangan pembangunan dan belum memadainya aksesibilitas dan jangkauan pelayanan terhadap sarana dan prasarana infrastruktur antar daerah seperti transportasi, irigasi, perumahan dan permukiman, telekomunikasi serta kelistrikan.
b. Prospek Perekonomian Daerah Tahun 20162017
1. Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu akan merangsang tumbuhnya sektor industri dari investasi asing. Implikasinya adalah meningkatnya pertumbuhan industri
dan jasa pendukung seperti packaging (pengemasan),
2. Pembangunan smelter tahap tiga di Kawasan Industri Morowali dengan kapasitas 300.000 ton dan PLTU kapasitas 300 Mega Watt dan pembangunan industri stainless steel dengan kapasitas 2 juta ton diperkirakan akan selesai pada tahun 2017.
3. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan menunjukkan tren peningkatan. Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh membaiknya kinerja sektor pertambangan dan penggalian sehingga volume ekspor Sulawesi Tengah juga akan meningkat. Selain itu investasi baik dalam sektor pertambangan maupun industri pengolahan juga akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah akan ditopang oleh ekspor, investasi dan konsumsi rumah tangga. 4. Aksesibilitas dari dan menuju Sulawesi Tengah yang
semakin mudah diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan sehingga berpengaruh positif terhadap meningkatnya tingkat hunian hotel. Dengan demikian dampak dari pelarangan PNS untuk mengadakan kegiatan di hotel dapat diminimalisir.
5. MoU (nota kesepahaman) antara Dinas Pertanian kabupaten/kota dengan Kodim seSulawesi Tengah dalam Pemantapan Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai (Pajala) diharapkan terimplmentasi dengan baik sehingga target Kementerian Pertanian yang menjadikan Sulawesi Tengah sebagai daerah pertama yang mengekspor komoditas Pajala dalam rangka program kedaulatan pangan tahun 2017 dapat tercapai.
3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah
akuntabilitas. Anggaran kinerja adalah suatu anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kegiatan atau output dari rencana alokasi biaya atau input yang ditetapkan dengan memperhatikan kondisi semua komponen keuangan. Efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas merupakan prinsip pengelolaan keuangan yang dilakukan diantaranya dengan mengefektifkan fungsi pengawasan serta upayaupaya penghematan sehingga dana yang terbatas dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk kegiatan pembangunan dan pemerintahan serta berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan pembangunan. Keuangan daerah merupakan faktor strategis yang turut menentukan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah, mengingat kemampuannya akan mencerminkan daya dukung manajemen pemerintahan daerah terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi tanggungjawabnya.
Kebijakan keuangan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2016 secara umum disusun dalam rangka mewujudkan arah kebijakan pembangunan yang tertuang dalam RPJMD tahun 20112016, tidak terlepas dari kapasitas fiskal daerah sebagai salah satu penopang strategis dalam implementasi pembangunan Provinsi Sulawesi Tengah.
Tingkat kemampuan keuangan daerah, dapat diukur dari kapasitas pendapatan asli daerah, rasio pendapatan asli daerah terhadap jumlah penduduk dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Untuk memahami tingkat kemampuan keuangan daerah, maka perlu dicermati kondisi kinerja keuangan daerah, baik kinerja keuangan masa lalu maupun kebijakan yang melandasi pengelolaannya
.
3.2.1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan
pemerintahan. Penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dibiayai melalui APBD, sedangkan penyelenggaraan kewenangan yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Pusat dibiayai melalui APBN, baik kewenangan Pusat yang didekonsentrasikan kepada Gubernur atau dalam rangka tugas pembantuan dan urusan bersama.
Berdasarkan data yang ada, realisasi pendapatan Tahun 2014
Tabel 3.2.1
Realisasi dan Proyeksi / Target Pendapatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2013 s.d Tahun 2016
NO URAIAN TAHUN 2013REALISASI TAHUN 2014REALISASI TAHUN ANGGARAN2015 PROYEKSI TAHUNANGGARAN 2016 PROYEKSI TAHUNANGGARAN 2017
1.1 Pendapatan Asli Daerah 611.928.145.945.00 769.714.314.600,00
883.321.882.900, 00
983.774.087.700,00
1.1.1 Pajak Daerah 542.365.015.962.00 684.649.805.600,00 786.211.295.600,00
875.619.992.000,00
1.1.2 Retribusi Daerah 2.756..277.098.00
3.596.871.000,00 3.399.989.000,00 3.786.639 .000,00
1.1.3
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan 19.932.066.778.00
10.762.638.000,00 12.259.077.000,00
13.653.191 .700,00
1.1.4 Lainlain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 46.874.786.107.00 70.705.000.000,00 81.451.521.300,00
90.714.265.000,00
1.2 Dana Perimbangan
1.2.1 Transfer Pemerintah Pusat Dana Perimbangan 1.158.370.879.685.00 1.237.627.671.000,00 1.439.007.124.966,00 1.602.652.384.000,00
1.2.1.1 Dana Bagi Hasil Pajak/
Bagi Hasil Bukan Pajak 97.762.844.685.00
85.800.177.000,00 143.417.969.966,00 381.049.519.000,00
1.2.1.2 Dana Alokasi Umum 994.658.685.000.00 1.087.885.014.000,00
1.221.602.865.0
00,00 1.221.602.865.000,00,00
NO URAIAN TAHUN 2013REALISASI TAHUN 2014REALISASI TAHUN ANGGARAN2015 PROYEKSI TAHUNANGGARAN 2016 PROYEKSI TAHUNANGGARAN 2017
1.3 Lainlain Pendapatan Yang Sah 369.236.641.201.00 372.305.489.000,00
445.926.456.000
,00 496.637.636.700,00,00
1.3.1 Pendapatan Hibah 7.427.000.0000.00 9.757.045.000,00 10.925.056.000,00
12.167.463.700,00
1.3.2 Pendapatan Dana Darurat 1.3.3 Pendapatan Lainnya
1.3.3
Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan dari Pemerintah Daerah Lainnya
1.3.4 Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus 361.809.641.201.00
362.548.444.000,00 435.001.400.000,00 484.470.173.000,00
1.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi Pemerintah Daerah Lainnya**)
JUMLAH PENDAPATAN DAERAH (1.1 + 1.2 + 1.3)
2.139.535.666.831.00 2.379.647.474.600,00 2.768.255.463.8
66,00 3.083.064.108.400,00,00
Berdasarkan tabel diatas, realisasi pendapatan daerah pada Tahun 2014 pada masingmasing kelompok pendapatan memperlihatkan trend kenaikan. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah pada Tahun 2014 sebesar Rp. 2.379.647.474.600,00, sementara padaTahun 2015s Pendapatan Daerah ditargetkan mengalami peningkatan sebesar Rp. 388.607.989.266,00. atau naik sebesar 16,33 persen dari Tahun 2014 sehingga pendapatan daerah Tahun 2015 menjadi Rp. 2.768.255.643.866,00, yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp.
883.321.882.900,00,, dana perimbangan sebesar Rp.
1.439.007.124.966,00. dan Lainlain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar Rp. 445.926.456.000,00,. Pada Tahun 2016, pendapatan daerah diproyeksikan sebesar Rp. 3.083.064.108.400,00 atau naik 11,37 persen dari Tahun 2015.
Untuk Pendapatan Asli Daerah, mengalami kenaikan sebesar Rp. 113.607.568.300,00 pada Tahun 2015, dari tahun sebelumnya sebesar 769.714.314.600,00 menjadi Rp. 883.321.882.900,00 dengan persentase sebesar 14,76%, dengan kontribusi terhadap pendapatan daerah sebesar 31,90 persen pada Tahun 2015 dan Tahun 2016 di proyeksikan mengalami kenaikan menjadi Rp. 983.774.087.700,00, dengan kontribusi sebesar 32,00 persen dari total pendapatan.
Dana Perimbangan yang merupakan sumber pendapatan Provinsi Sulawesi Tengah yang dialokasikan oleh Pemerintah Pusat. Selama kurun waktu 20142016 memperlihatkan peningkatan setiap tahunnya. Realisasi pendapatan yang bersumber dari Dana Perimbangan Tahun 2014 sebesar Rp. 1.237.627.671.000,00 atau sebesar 52,00 persen terhadap pendapatan daerah meningkat sebesar Rp. 1.439.007.124.966,00 pada Tahun 2015 atau sebesar 51,98% terhadap total pendapatan, dan untuk Tahun 2016 proyeksi dana perimbangan menjadi sebesar Rp. 1.602.652.384.000,00 atau sebesar 51,98 persen dari total pendapatan daerah.
penyesuaian juga mengalami peningkatan, dengan rincian pada Tahun 2014 sebesar Rp. 372.305.489.000,00 atau dengan kontribusi sebesar 15,64 persen dan Tahun 2015 mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp. 445.926.456.000,00 atau memberikan kontribusi sebesar 16,10 persen, dan untuk Tahun 2016 menjadi sebesar Rp. 496.637.636.700,00 atau memberikan kontribusi sebesar 16,10 persen terhadap total pendapatan daerah.
3.2.2 Arah Kebijakan Pendapatan Daerah
Kebijakan pendapatan keuangan daerah Provinsi Sulawesi Tengah diarahkan kepada ketersediaan dana yang berkelanjutan dengan jumlah anggaran yang memadai. Semua potensi pendapatan dioptimalkan agar mampu memenuhi seluruh kebutuhan belanja. Sumbersumber pendapatan yang mendukung APBD diidentifikasi dengan baik, ditingkatkan penerimaannya (intensifikasi), dan diupayakan sumbersumber pendapatan baru (ekstensifikasi). Sumbersumber pendapatan tahun 2016 masih mengacu pada : 1) Pendapatan Asli Daerah yang dihitung dengan memperhatikan realisasi perkembangan pendapatan Tahun 2013 2014 serta prakiraan masingmasing potensi jenis pendapatan asli daerah; 2) Dana perimbangan berupa bagi hasil pajak/bukan pajak dihitung dengan memperhatikan potensi masingmasing jenis pajak dimana Dana Alokasi Umum (DAU) diasumsikan sama dengan alokasi Tahun 2015; 3) Lainlain pendapatan yang sah diperhitungkan pada sumbersumber pendapatan yang dapat dipastikan.
Upayaupaya yang dilakukan untuk meningkatkan Pendapatan Daerah di Provinsi Sulawesi Tengah, sebagai berikut:
1. Peningkatan program dan kegiatan unggulan yang dapat menarik minat pemerintah pusat terhadap pemberian Dana Alokasi Umum (DAU)
3. Meningkatkan manajemen tatakelola pemungutan dan penerimaan pendapatan daerah sesuai dengan mekanisme dan standar baku;
4. Intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah melalui melalui perluasan obyek dan intensifikasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah secara optimal;
5. Meningkatkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) agar memberikan kontribusi yang optimal kepada Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada khususnya dan penerimaan daerah pada umumnya;
6. Meningkatkan peran dan fungsi SKPD, UPT, cabang pelayanan, dan Balai Penghasil dalam peningkatan pelayanan dan perbaikan manajemen pengelolaan pendapatan;
7. Peningkatan Sarana dan Prasarana pelayanan yang mudah diakses oleh masyarakat;
8. Meningkatkan peran SKPD penghasil PAD dalam peningkatan pelayanan dan Mengadakan peninjauan kembali (annualreview) atas berbagai Peraturan Daerah yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman.
9. Mensosialisasikan Peraturan Daerah tentang Pajak.
10. Peningkatan kinerja pengelolaan sumbersumber Pendapatan Asli Daerah yang lebih efektif dan efisiensi.
3.2.2.1 Arah Kebijakan Belanja Daerah
Belanja daerah Provinsi Sulawesi Tengah dipergunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan Provinsi dan Kabupaten/Kota, yang terdiri dari urusan wajib dan pilihan yang ditetapkan dengan perundangundangan. Dengan berpedoman pada prinsipprinsip penganggaran, pada belanja daerah 2016 disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi peggunaan anggaran dalam belanja program/kegiatan.
daerah selama lima Tahun. Sesuai dengan visi pembangunan yang telah ditetapkan, maka belanja daerah dapat digunakan sebagai instrumen pencapaian visi tersebut. Berdasarkan target pendapatan Tahun 2016 sebesar Rp. 3.083.064.108.400,00, maka belanja daerah yang dibagi ke dalam belanja tidak langsung dan belanja langsung dapat dirinci sebagai berikut : belanja tidak langsung sebesar Rp. 1.770.060.838.000,00. dan
belanja langsung sebesar Rp. 1.291.504.113.104,00
Sebagai upaya pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dalam hal penciptaan pemerintahan yang bersih, berwibawa, bebas dari KKN dalam pelayanan kepada masyarakat serta dalam rangka mewujudkan sistem penganggaran berbasis kinerja maka pengelolaan belanja daerah sejak proses perencanaan, pelaksanaan hingga pertanggungjawaban harus memperhatikan aspek efektifitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas sebagai persyaratan yang harus dipenuhi dalam mencapai opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) sesuai dengan Visi dan Misi Pembangunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah. Selain itu, dalam rangka efektivitas pencapaian indikator kinerja sebagaimana yang tertuang pada RPJMD Provinsi Sulawesi Tengah 20112016 maka pada Tahun 2016 alokasi belanja langsung pada masingmasing SKPD diarahkan untuk mendukung kebijakan yang telah ditetapkan dengan memperhatikan perbandingan antara masukan dan keluaran (efisiensi). Keluaran dari belanja dimaksud seharusnya dapat dinikmati hasilnya oleh masyarakat (efektifitas). Selanjutnya alokasi anggaran perlu dilaksanakan secara terbuka berdasarkan skala prioritas dan kebutuhan (transparansi) . Selain itu, pengelolaan belanja harus di administrasikan dan dipertanggungjawabkan sesuai dengan perundangundangan yang berlaku (akuntabilitas).
Arah kebijakan Belanja Daerah pada Tahun 2016 dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Dana yang tersedia harus dimanfaatkan seefisien mungkin untuk dapat meningkatkan pelayanan pada masyarakat yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kualitas pelayanan masyarakat dapat diwujudkan dengan peningkatkan kompetensi sumber daya manusia aparatur daerah melalui peningkatan motivasi, disiplin, etos kerja dan mobilitas aparatur daerah, terutama yang berhubungan langsung dengan kepentingan masyarakat.
2. Penggunaan anggaran masih diprioritaskan untuk mendanai kegiatan kegiatan penyediaan infrastruktur dan peningkatan pendapatan masyarakat serta penyediaan pelayanan kesehatan dan pendidikan, guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Disamping itu, prioritas penggunaan anggaran juga diarahkan untuk mendukung kebijakan program prioritas pemerintah pusat dan program pro rakyat, justice for all dan pencapaian tujuan pembangunan millennium (millennium
development goalsMDGs), Menguatkan program–program
penanggulangan kemiskinan (Program Terpadu Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Bedah Kampung (PTPKBBK) serta pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan serta untuk mendanai program strategis pada sektorsektor unggulan Provinsi Sulawesi Tengah, seperti sektor Pertanian, Perikanan dan Kelautan;
3. Mengacu pada kinerja, programprogram prioritas SKPD dan mengikuti pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) .
4. Pendanaan kegiatan yang bersifat lanjutan 5. Pendanaan kegiatan yang besifat terobosan
6. Pengalokasian anggaran untuk belanja pemenuhan urusan 26 urusan wajib dan 8 urusan pilihan dikaitkan dengan urusan yang menjadi kewenangan daerah sesuai tugas dan fungsi masingmasing SKPD.
tahun terakhir, maka arah kebijakan belanja daerah pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.2.2
Realisasi dan Proyeksi/Target Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2013 S.D Tahun 2017
NO URAIAN
TAHUN
Realisasi
2013 Realisasi2014 Tahun Berjalan2015
Proyeksi pada Tahun
3 Belanja Hibah 383.315.127.086.00 363,350,200,000.00 456.427.400.000,00 484.470.173.000,00
4 Belanja Bantuan
Sosial 5.000.000.000.00 5,000,000,000.00 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00
5 Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi / Kabupaten/ Kota dan Pemerintah Desa
203.900.465.800.00 293,005,336,705.00 345.594.445.682,00 511.936.530.000,00
6
38.492.855.500.00 118,448,469,000.00 114.780.064.456,00 83.637.804.000,00
7 Belanja Tidak Terduga 5.000.000.000.00 5,000,000,000.00 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00
II BELANJA
LANGSUNG 1.208.663.847.487.00 1,267,622,160,730.00 1.306.303.270.160,00 1.291.504.113.104,00 1 Belanja Pegawai 124.982.304.344.00 152,779,847,685.00 122.059.923.641,00
2 Belanja Barang dan
Jasa 697.568.466.445.00 836,656,288,826.00 851.971.172.671,00 3 Belanja Modal 386.113.076.698.00 278,186,024,219.00 332.272.173.848,00
TOTAL BELANJA 2.207.835.666.831.00 2.440,483,873,464.00 2.551.028.529.403,44 3.061.564.951.104,00
Sumber: BPKAD, 2015 (diolah)
3.2.2. Kebijakan Pembiayaan Daerah
1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu (SILPA) tahun lalu; 2. Transfer dari dana cadangan; 3. Penerimaan pinjaman dan obligasi; serta 4. Hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan.
Untuk Tahun 2016, penerimaan pembiayaan daerah tidak hanya berasal dari SILPA tahun lalu saja, namun diupayakan untuk mendapatkan sumbersumber lain. Sedangkan untuk pengeluaran dalam komponen pembiayaan anggaran daerah terdiri dari: Transfer ke dana cadangan, Penyertaan modal pemda dalam BUMD, Pembayaran utang pokok yang jatuh tempo dan sisa lebih perhitungan anggaran tahun berjalan dan Pembayaran utang kepada pihak ketiga.
Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah ditujukan untuk meningkatkan realisasi SiLPA dari tahun ke tahun yang diakibatkan karena terjadinya efisiensi, efektivitas dalam pengelolaan belanja daerah. secara khusus arah kebijakan Pembiayaan Daerah untuk Tahun 2016 yang masuk dalam komponen penerimaan pembiayaan adalah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya yang di asumsikan tetap setiap tahunnya dan akan digunakan untuk menutup defisit anggaran yang terjadi serta Penyediaan dana darurat yang diperuntukkan terutama untuk penanggulangan bencana alam,. membiayai proyekproyek tertentu yang pengerjaannya memerlukan waktu lebih dari satu tahun anggaran., Menjadikan penyertaan modal Pemerintah dalam BUMD sebagai langkah perbaikan kinerja BUMD dan pinjaman daerah yang merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan daerah, namun pelaksanaannya harus secara selektif dan merupakan pilihan terakhir apabila sumbersumber pembiayaan daerah lainnya sudah tidak mampu untuk menutup defisit anggaran.
berdampak pada pos pengeluaran pembiayaan daerah, seperti penyelesaian pembayaran pokok utang dan penyertaan modal.
Kebijakan pengeluaran pembiayaan diarahkan untuk penyertaan modal (investasi) daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Penyertaan modal yang dilakukan diharapkan dapat menghasilkan bagi hasil laba yang dapat meningkatkan pendapatan daerah sekaligus kinerja lembaga yang mendapat tambahan modal dalam melayani masyarakat. Untuk lebih jelasnya, proyeksi dan realisasi pembiayaan daerah Provinsi Sulawesi Tengah pada Tahun 20132017 dapat dilihat pada tabel dibawah
Realisasi Tahun Realisasi Tahun Tahun Berjalan Tahun RencanaProyeksi pada (2016)
3.1 Penerimaan pembiayaan 75.000.000.000.00 67.536.398.864,00 76.138.677.534,00 3.1.1 Sisa lebih perhitungan
anggaran Tahun
sebelumnya (SILPA) 75.000.000.000.00 67.536.398.864,00 76.138.677.534,00 3.1.2 Pencairan Dana
pemberian pinjaman
3.1.6 Penerimaan piutang daerah
JUMLAH PENERIMAAN
PEMBIAYAAN 75.000.000.000.00 76.138.677.534,00
3.2 Pengeluaran pembiayaan 6,700.000.000.00 6,700.000.000.00 6.830.000.000,00 6,700.000.000.00 3.2.1 Pembentukan dana
cadangan
3.2.2 Penyertaan modal
(Investasi) daerah 6,700.000.000.00 6,700.000.000.00 6.830.000.000,00 6,700.000.000.00
3.2.3 Pembayaran pokok utang
3.2.4 Pemberian pinjaman
daerah
JUMLAH PENGELUARAN
PEMBIAYAAN 8.130.000.000.00 6,700.000.000.00 6,830.000.000.00 6,700.000.000.00