• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah BAB III"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

Pada   Tahun   2015,  Provinsi   Sulawesi   Tengah   telah   memasuki tahun keempat pembangunan sesuai dengan RPJMD Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011­2016 yang merupakan tahap perwujudan Sulawesi Tengah   Sejajar   dengan   Provinsi   Maju   di   Kawasan   Timur   Indonesia dalam Pengembangan Agribisnis Kelautan melalui Peningkatan Kualitas Sumberdaya   Manusia   yang   Berdaya   Saing   pada   Tahun   2020.   Fokus pembangunan  Sulawesi   Tengah   diarahkan   pada  8   (delapan)   prioritas daerah yaitu:

1. Pendidikan dan Kesehatan; 2. Pengentasan Kemiskinan;

3. Revitalisasi pertanian, kehutanan perikanan  dan kelautan; 4. Iklim investasi dan iklim usaha;

5. Peningkatan infrastruktur dan energi; 6. Reformasi birokrasi, tata kelola;  7. Pembangunan hukum dan ketertiban;

8. Lingkungan hidup dan pengelolaan bencana.

Dalam   rangka   perwujudan   implementasi   8   (delapan)   prioritas tersebut,   maka   arah   kebijakan   ekonomi   daerah  Tahun  2015   akan melanjutkan   arah   kebijakan   ekonomi   tahun   sebelumnya   yang diarahkan pada:

a. Peningkatan   pertumbuhan   ekonomi   daerah   yang   lebih   berkualitas dan   berkesinambungan   dengan   memperkuat   daya   tahan   ekonomi yang   didukung   oleh   penguatan  sektor   agribisnis   dan   kelautan sebagai sumberdaya alam yang terbarukan melalui pemilihan potensi komoditas   unggulan   sebagai   basis   pengembangan   wilayah   untuk meningkatkan daya saing daerah;

(2)

peningkatan   akses   masyarakat   miskin   terhadap   pelayanan   dasar, dan   optimalisasi  penggunaan   belanja   daerah   yang   diprioritaskan untuk belanja langsung ke masyarakat  serta belanja lainnya dalam program penanggulangan kemiskinan;

c. Peningkatan investasi daerah untuk memperluas kesempatan kerja dan   berusaha   sehingga   pada   gilirannya   mampu   meningkatkan pendapatan   perkapita.   Upaya   meningkatkan   investasi   daerah dilakukan   dengan   penciptaan   iklim   investasi   yang   kondusif   bagi dunia   usaha,   baik   skala   usaha   kecil,   menengah   maupun   besar melalui   penyediaan   informasi   potensi   daerah,   penyederhanaan perijinan   dan   pelaksanaan   pelayanan   terpadu   satu   pintu, membangun   prasarana   penunjang,   melindungi   kepastian   hukum dan penyediaan tenaga kerja di daerah;

d. Peningkatan  pemerataan  distribusi pendapatan  melalui percepatan pertumbuhan ekonomi di perdesaan dan penciptaan keseimbangan pembangunan di setiap wilayah;

e. Percepatan   pembangunan   infrastruktur   untuk   mendukung percepatan   pembangunan   ekonomi   maupun   peningkatan   kualitas kehidupan masyarakat sekaligus untuk meningkatkan aksesibilitas guna   memperlancar   aliran   investasi   dan   produksi   dalam   rangka menciptakan   keterkaitan   ekonomi   antar   wilayah   dengan   tetap memperhatikan   aspek   berkelanjutan   dan   berwawasan   lingkungan. Pembangunan   infrastruktur   khususnya   jalan   diharapkan   dapat memperlancar jalur distribusi barang dan jasa ke berbagai wilayah yang pada akhirnya akan dapat menekan laju inflasi.

(3)

Mulai tahun 2015, Badan Pusat Statistik (BPS) akan melakukan perubahan   tahun   dasar   Produk   Domestik   Bruto   (PDB)   tahun   2010. Perubahan ini akan diberlakukan pada tahun depan karena selama ini BPS menggunakan acuan tahun dasar 2000.  Perubahan tahun dasar yang   menggunakan   tahun   2010   sebagai   acuan   dikarenakan   kondisi perekonomian Indonesia pada tahun tersebut relatif stabil. Selain itu, terjadi   perubahan   struktur   ekonomi   selama   sepuluh   tahun   terakhir, terutama di bidang teknologi dan informasi. Selain itu perubahan tahun

dasar juga berdasarkan rekomendasi PBB untuk mengadopsi System of

National Accounts  (SNA) 2008 lewat penyusunan kerangka  Supply and Use Tablets  (SUT). Perubahan tahun dasar tersebut bertujuan untuk menjaga   konsistensi   antara   pendekatan   PDB   dan   implikasi memperkecil perbedaan antara PDB nasional dan PDRB.

Pada tahun 2010, terdapat penambahan klasifikasi pada PDRB menurut   lapangan   usaha.   Bila   pada   tahun   dasar   2000,   terdapat sembilan   sektor   lapangan   usaha,   maka   total   lapangan   usaha bertambah menjadi 17 sektor dengan menggunakan tahun dasar 2010. Ketujuhbelas   sektor   tersebut   yaitu   Pertanian,   Kehutanan   dan Perikanan;   Pertambangan   dan   Penggalian;   Industri   Pengolahan; Pengadaan   Listrik   dan   Gas;   Pengadaan   Air,   Pengolahan   Sampah, Limbah dan Daur Ulang; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran serta Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Transportasi dan Pergudangan; Penyedia   Akomodasi   Makan   dan   Minum;   Informasi   dan   Komunikasi; Jasa   Keuangan   dan   Asuransi,   Real   Estate;   Jasa   Perusahaan; Administrasi   Pemerintahan,   Pertahanan   dan   Jaminan   Sosial   Wajib; Jasa Pendidikan; serta Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Sementara itu   dari   sisi   pengeluaran,   terdapat   penambahan   satu   klasifikasi pengeluaran yaitu konsumsi lembaga non profit rumah tangga (LNPRT).

a. Kondisi Ekonomi Hingga Tahun 2014

(4)

Pertambangan dan Penggalian. Secara sektoral struktur perekonomian Sulawesi   Tengah   tahun   2014   masih   didominasi   oleh   tiga   lapangan usaha   utama   yaitu:   Pertanian,   Kehutanan,   dan   Perikanan   (34,37 persen); Konstruksi (13,59 persen) dan   Pertambangan  dan Penggalian (9,69   persen).   Bila   dilihat   dari   penciptaan   sumber   pertumbuhan ekonomi   Sulawesi   Tengah   tahun   2014,   Konstruksi   memiliki   sumber pertumbuhan   tertinggi   sebesar   2,62   persen,   diikuti   Pertanian, Kehutanan,   Perikanan   sebesar   2,30   persen;   dan   Perdagangan   Besar dan   Eceran,   Reparasi   Mobil   dan   Sepeda   Motor   sebesar   0,95   persen. Sektor   Pertambangan   dan   Penggalian   yang   pada   tahun   2013   lalu memberikan   kontribusi   yang   cukup   besar   terhadap   pembentukan PDRB, pada tahun 2014 mengalami penurunan yang cukup signifikan menyusul   diberlakukannya   regulasi   pelarangan   ekspor   tambang mentah pada awal 2014. 

Seperti halnya pada PDRB menurut lapangan usaha, PDRB dari sisi pengeluaran juga mengalami perubahan struktural. Apabila dalam beberapa   tahun   terakhir,   sumber   pertumbuhan   ekonomi   didominasi oleh   konsumsi,   investasi   dan   ekspor,   maka   pada   tahun   2014 pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah terutama hanya ditopang oleh investasi   dan  konsumsi.   Komponen  investasi   (Pembentukan   Modal Tetap Bruto) memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 8,03 persen, diikuti  oleh komponen  Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga  sebesar 3,63 persen.  

(5)

juta (24,00 persen), lemak dan minyak hewani/nabati senilai US$ 16,20 juta (20,10 persen), kayu dan barang dari kayu senilai US$ 3,42 juta (4,24 persen), ikan dan udang senilai US$ 2,48 juta (3,08 persen), serta kakao/coklat senilai US$ 1,64 juta (2,03 persen). 

Penurunan yang paling tajam terjadi pada ekspor bijih kerak dan abu   logam   serta   kakao.   Konsekuensi   diterbitkannya   Peraturan Pemerintah   Nomor   1   Tahun   2014   tentang   Larangan   Ekspor   Mineral Mentah yang merupakan revisi Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 dan menjadi dasar pelaksanaan Undang­Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara menyebabkan nilai ekspor bijih kerak dan abu logam Sulawesi Tengah Tahun 2014 hanya sebesar US$ 19,34 juta atau mengalami penurunan sebesar US$ 201,58 juta (91,24 persen)   dibandingkan   tahun   2013   yang   sebesar   US$   220,92   juta. Sementara   ekspor   kakao  juga   mengalami   penurunan   tajam  dimana pada tahun 2014 ekspor kakao Sulawesi Tengah hanya sebesar US$ 1,64 juta,  turun sebesar US$ 44,56 juta (96,45 persen) dibandingkan ekspor  tahun 2013  yang sebesar  US$  46,20   juta.  Penurunan  ekspor kakao Sulawesi Tengah disebabkan produksi kakao yang ada tidak lagi difokuskan   untuk   ekspor   melainkan   untuk   memenuhi   pasar   dalam negeri  seiring   dengan  pembangunan   pabrik  pengolahan   biji  kakao  di dalam negeri.

Dalam   sisi   investasi,   Sulawesi   Tengah   mencatat   prestasi   yang menggembirakan dengan total capaian realisasi investasi sebesar Rp. 16,105 triliun yang terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp.95,8 miliar dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp. 16,201  triliun  dengan rincian investasi pada sektor pertanian sebesar Rp…….,   sektor   pertambangan   Rp…….,   sektor   jasa   Rp……  Capaian

tersebut   menjadikan  Sulawesi   Tengah   sebagai   provinsi   dengan

(6)

Grafik 3.2

Realisasi PMA dan PMDN Secara nasional Tahun 2014

(Rp. Triliun)

Prestasi   ini   lebih   baik   dibandingkan   tahun   2013   dimana   secara nasional Sulawesi Tengah berada di urutan keduabelas.

Sumber: Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Daerah   Provinsi Sulawesi Tengah (2014).

Dengan menggunakan tahun dasar 2010, PDRB per kapita yang yang mencerminkan tingkat produktivitas tiap penduduk menunjukkan adanya peningkatan yaitu dari Rp. 28,66 juta rupaih pada tahun 2013 menjadi Rp. 31,88 juta. 

Konsekuensi   pertumbuhan   ekonomi   adalah   inflasi.   Inflasi   Kota Palu sebesar 2,86 persen selama Desember 2014, merupakan capaian inflasi tertinggi selama tahun 2014. Sementara itu, laju inflasi tahun

kalender dan laju inflasi year on year tahun 2014 sebesar 8,85 persen.

Laju inflasi tahun 2014 menjadi yang tertinggi dibandingkan dua tahun sebelumnya dimana laju inflasi tahun 2013 sebesar 7,57 persen dan tahun   2012   sebesar   5,87   persen.   Tingginya   angka   inflasi   pada penghujung   tahun   tersebut   disebabkan   oleh   kenaikan   harga   Bahan bakar Minyak (BBM), perayaan hari keagamaan serta kenaikan harga komoditas hortikultura. Sejumlah upaya telah dilakukan dalam rangka pengendalian   inflasi,   salah   satu   diantaranya   adalah   melalui

Grafik 3.1

Realisasi PMA dan PMDN di Kawasan Timur Indonesia

(7)

pembentukan Tim Penanggulangan Inflasi Daerah (TPID). Selain TPID di tingkat   Provinsi   Sulawesi   Tengah,   sampai   dengan   tahun   2014   telah terbentuk 6 TPID yaitu TPID Kota Palu serta 5 TPID lainnya di lima kabupaten   yaitu  Kabupaten     Banggai,   Kabupaten   Tolitoli,  Kabupaten Morowali, Kabupaten Morowali Utara dan Kabupaten Poso.

Upaya   penanggulangan   kemiskinan   di   Sulawesi   Tengah   terus menunjukkan hasil yang positif. Pada tahun 2014 tingkat kemiskinan dapat   ditekan   menjadi   13,61   persen   yang   berasal   dari   penurunan kemiskinan dari 14,32 persen (400.410 jiwa) pada tahun 2013 menjadi 13,61 persen (387.060 jiwa) pada tahun 2014 atau dengan kata lain tingkat   kemiskinan   mengalami   penurunan   sebesar   0,71   persen. Meskipun  demikian tingkat kemiskinan Sulawesi Tengah masih lebih tinggi   dari   tingkat  kemiskinan   nasional   dan  untuk   regional   Sulawesi menempati   urutan   kedua   tertinggi   setelah   Provinsi   Gorontalo. Sementara itu hingga triwulan I tahun 2014 indeks gini menunjukkan penurunan yaitu dari 0,407 pada tahun 2013 menjadi 0,37 pada tahun 2014. Walaupun masih lebih rendah dibandingkan indeks gini nasional yang   sebesar   0,413,   namun   hal   tersebut   terus   menjadi   perhatian mengingat   pertumbuhan   ekonomi   menjadi   kurang   berarti   ketika pemerataan belum terwujud. 

(8)

pangan,   upaya   mengefisienkan   indeks   yang   dibayar   petani   dapat dilakukan   dengan   penyaluran   pupuk   dan   benih   tepat   waktu   yang disesuaikan   dengan   jadwal   tanam   petani,   selain   itu   perlu   pula penambahan jalan usaha tani guna mengurangi biaya transportasi hasil panen.

Pembangunan   Sumber   Daya   Manusia   yang   ditunjukkan   oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan   tahun   sebelumnya.   Pada   tahun   2013   peringkat   IPM Sulawesi   Tengah   berada   pada   posisi   22   dengan   nilai   sebesar   72,14. Nilai   IPM   tersebut   kemudian   naik   menjadi   72,54   pada   tahun   2014 namun   posisi   Sulawesi   Tengah   turun   pada   posisi   23   seiring   dengan munculnya Provinsi Kalimantan Utara. Kendati mengalami peningkatan IPM   Provinsi   Sulawesi   Tengah   masih   dibawah   angka   nasional   yang sebesar 73,81.

Dalam bidang ketenagakerjaan, dalam satu tahun terakhir kondisi ketenagakerjaan   di   Sulawesi   Tengah   menunjukkan   hasil   positif   yang ditandai   dengan   penurunan   Tingkat   Pengangguran   Terbuka   (TPT) menjadi 3,68 persen pada tahun 2014 setelah pada tahun 2013 TPT Sulawesi Tengah tercatat sebesar 4,19 persen. Hal yang perlu menjadi catatan adalah bahwa dari 1.342.615 orang angkatan kerja pada tahun 2014, TPT terendah justru terjadi pada tingkat pendidikan SD ke bawah dan   SMP   dengan   TPT   masing­masing   sebesar   1,88   persen   dan   2,94 persen, sementara TPT tertinggi berada pada kelompok angkatan kerja dengan tingkat pendidikan SMA Kejuruan sebesar 8,90 persen diikuti SMA  sebesar   6,40   persen  dan   Universitas   sebesar   6,08   persen.   Oleh karena   itu   diperlukan   upaya­upaya   pemerintah   untuk   mendorong masyarakat agar kreatif dalam menciptakan lapangan kerja serta fokus dalam   meningkatkan   kompetensi   tenaga   kerja   agar   sesuai   dengan kebutuhan pasar kerja yang ada.

(9)

Dari uraian perkembangan ekonomi makro sampai Tahun 2014 diatas, dalam   masa   perlambatan   pertumbuhan   ekonomi   nasional, pertumbuhan   ekonomi   Provinsi   Sulawesi   Tengah   pada   Tahun   2015 diprediksi akan membaik pada kisaran  9­10  persen, dengan asumsi­ asumsi :

a. Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran  terus menunjukkan trend positif  seiring  dengan penyelesaian konstruksi beberapa hotel baru di Kota Palu. Pemberlakuan Larangan PNS berkegiatan di hotel yang  diatur   dalam  surat   edaran  Menteri  Pendayagunaan  Aparatur Negara   dan   Reformasi   Birokrasi   Nomor   11   Tahun   2014  yang melarang  seluruh jajaran aparatur sipil negara dilarang melakukan kegiatan   penyelenggaraan   pemerintahan   di   luar   instansi pemerintahan  memang sempat mempengaruhi tingkat hunian hotel yang juga berdampak pada pengurangan sebagian karyawan hotel. Namun   seiring   dengan   dicabutnya   surat   edaran   tersebut,   tingkat hunian hotel berangsur­angsur meningkat;  

(10)

c. Sektor   pertanian   akan   terus   digenjot   produktivitasnya   khususnya produksi   padi,   jagung   dan   kedelai   dalam   mendukung   program Swasembada   Pangan   Indonesia   pada   tahun   2017   guna   menjamin kedaulatan   pangan   nasional.   Upaya   tersebut   dituangkan   dalam penandatanganan MoU (nota kesepahaman) antara Dinas Pertanian kabupaten/kota   dengan   Kodim   se­Sulawesi   Tengah   dalam Pemantapan Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai   (Pajala)   di  Sulawesi   Tengah   pada  tanggal   23  Januari  lalu. Untuk mewujudkan hal tersebut masalah ketimpangan infrastruktur seperti jalan dan irigasi yang menjadi wewenang pemerintah pusat dan daerah harus diperhatikan. Selain itu perlu juga diperhatikan jadwal   tanam,   serta   penggunaan   benih,   pupuk   dan   pestisida. Sulawesi   Tengah   sendiri   ditargetkan   oleh   Kementerian   Pertanian sebagai daerah pertama yang mengekspor komoditas Pajala tersebut dalam program kedaulatan pangan tahun 2017.

d. Sektor   konstruksi   akan   terus   tumbuh   yang   dipengaruhi   oleh lanjutan   pembangunan   Bandara   Mutiara   Sis   Aljufri,   Bandara Tanjung Api di Tojo Una Una, Bandara Syukuran Aminuddin Amir Luwuk,   Pelabuhan   Pantoloan,   serta   pembangunan   rukan  di   Kota Palu.   Terhitung   mulai   April   2015,   Bandara   Tanjung   Api   telah melayani penerbangan perintis oleh maskapai Aviastar dengan rute penerbangan Ampana­Luwuk, Ampana­Palu dan Ampana­Gorontalo. Pada   Juni   2015   direncanakan   maskapai   Garuda   Indonesia   akan melayani rute penerbangan Palu­Ampana­Gorontalo­Manado dengan menggunakan pesawat ATR 72­500.

e. Investasi   akan   semakin   meningkat   terutama   dalam   sektor

(11)

efisiensi   perizinan   dan   pelayanan   investasi   serta   penyelesaian bottleneck infrastruktur. 

f. Kinerja   sektor   pertambangan   dan   penggalian   diharapkan   akan

membaik seiring diresmikannya fasilitas kilang gas alam cair (LNG) Donggi   Senoro   pada   Oktober   tahun   lalu.   Kilang   gas   alam   cair keempat   di   Indonesia   tersebut   diperkirakan   berproduksi   penuh tahun 2015. Sementara itu pembangunan tahap I pabrik pengolahan dan pemurnian nikel (smelter) di Kawasan Industri Morowali dengan kapasitas   300.000   ton   dan   pembangkit   listrik   tenaga   batu   bara berkapasitas   2   kali   65  megawatt  diperkirakan  beroperasi  secara komersial pada April 2015. Selanjutnya pembangunan smelter tahap II  dengan   kapasitas   600.000   ton   dan   PLTU   kapasitas   2   kali   150 megawatt diperkirakan akan selesai pada Desember 2015. Kawasan industri   Morowali   merupakan   perusahaan   patungan   Bintang Delapan Group dan Tsingshan Group asal Tiongkok.

g. Tingkat kemiskinan diharapkan dapat terus ditekan salah satunya

melalui implementasi Program Terpadu Penanggulangan Kemiskinan Berbasis   Bedah   Kampung   (PTPK­BBK)   yang  launching  nya   telah dilaksanakan oleh Gubernur Sulawesi Tengah pada akhir tahun lalu. Program ini tidak hanya ditujukan pada pembangunan fisik, tetapi juga untuk pemberdayaan dalam bentuk peningkatan sumber daya manusia   dan   pemberian   modal.   Pada   tahap   awal   terdapat   lima kabupaten   yang   menjadi   sasaran   yaitu   Parigi   Moutong,   Donggala, Banggai,   Poso   dan   Tojo   Una­Una.   Total   dana   yang   dikucurkan sebanyak   Rp.   38,9   milyar  untuk  203  desa  pada  lima   kabupaten tersebut. Untuk tahap selanjutnya pada tahun 2015 dana sebesar Rp.   40   milyar   akan   dikucurkan   untuk   implementasi   PTPK­BBK Tahap II di 8 kabupaten/kota lainnya. Secara keseluruhan melalui sinergitas program/kegiatan antar sektor dan antar daerah, tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah ditargetkan akan dapat ditekan pada angka 12 ­14 persen.

(12)

minyak (BBM) sesuai harga keekonomiannya sehingga hal tersebut akan   memicu   meningkatnya   inflasi.  Mengingat   peranan   BBM sebagai   komoditi   pokok,   sehingga   kenaikan   sedikit   saja   akan membawa ”efek domino” ke sektor­sektor lain terutama industri dan transportasi yang selanjutnya akan mempengaruhi harga barang dan jasa.   Selain   dari   komponen  administered   prices  tersebut,   resiko meningkatnya   inflasi   pada   tahun   2015   juga   masih   berasal   dari volatile   food  yang   terjadi   sebagai   akibat   faktor   cuaca   maupun penurunan produksi. Dengan demikian peran TPID Provinsi maupun TPID   Kabupaten  dalam  menjaga   keterjangkauan   barang   dan   jasa sangat diperlukan.

i. Event  Sail   Tomini   2015  yang   akan   dilaksanakan   pada   September 2015 diharapkan tidak hanya menjadi kegiatan seremonial semata, tetapi   lebih   jauh   diharapkan   mampu   menciptakan  multiplier effect bagi   pengembangan   ekonomi   masyarakat   khususnya   di   bidang pariwisata.   Event   ini   sekaligus   dapat   dijadikan   ajang   untuk mempromosikan   ikon­ikon   pariwisata   di   Sulawesi   Tengah   seperti Kepulauan   Togean   dalam   lingkup   nasional   maupun   internasional yang selama ini minim diekspos oleh media.  

3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016 dan Tahun 2017

a. Tantangan Perekonomian Daerah Tahun 2016­2017

(13)

perekonomian   di   masyarakat.   Sehingga   bila   kondisi   ini terwujud maka   output perkapita masyarakat dapat benar­ benar   meningkat   secara   riil   yang   turut   mempengaruhi naiknya daya beli masyarakat. 

2. Kondisi   sosial   politik   pada   pelaksnaan   Pemilihan   Kepala Daerah   (Pilkada)   serentak   di   Indonesia   termasuk   pula   9 kabupaten   di   Sulawesi   Tengah   yang   diskenariokan   akan dilaksanakan   pada   tahun   2016   diharapkan   dalam   situasi kondusif   guna   menjamin   stabilitas   iklim   ekonomi   di Sulawesi Tengah; 

3. Penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai akhir tahun   2015   akan   menimbulkan   konsekuensi     terjadinya arus barang, jasa, investasi dan tenaga terampil yang bebas serta   aliran   modal   yang   lebih   bebas.   Masuknya   investasi asing   dapat   menjadi   stimulan   bagi   pertumbuhan   ekonomi melalui perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja,

pengembangan   sumber  daya  manusia  (human  capital)  dan

(14)

menuntut pencari kerja di Indonesia khususnya di Sulawesi Tengah untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan produktivitasnya.   Hal   ini   dikarenakan  daya   saing   tenaga kerja yang kita miliki dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia   masih   kalah  dibandingkan  tenaga   kerja   yang berasal   dari   Malaysia,   Singapura,   dan   Thailand. Pengoptimalan sekolah­sekolah kejuruan serta Balai Latihan Kerja   (BLK)   mutlak   diperlukan.   Selain   itu   penguasaan bahasa asing oleh para pencari kerja menjadi syarat yang juga harus dipenuhi.

4. Kondisi   wilayah   geografis   Sulawesi   Tengah   yang   luas   dan tidak   meratanya  penyebaran  penduduk   terutama   pada daerah–daerah wilayah perdesaan, daerah perdalaman dan terpencil   sekaligus   sebagian   dari   penyebab   terjadinya kesenjangan   pembangunan   dan   belum   memadainya aksesibilitas dan jangkauan pelayanan terhadap sarana dan prasarana   infrastruktur   antar   daerah   seperti   transportasi, irigasi, perumahan dan permukiman, telekomunikasi serta kelistrikan.

b. Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016­2017

1. Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu  akan merangsang tumbuhnya sektor industri dari investasi asing. Implikasinya   adalah   meningkatnya   pertumbuhan   industri

dan   jasa   pendukung   seperti  packaging  (pengemasan),

(15)

2. Pembangunan  smelter   tahap   tiga  di   Kawasan   Industri Morowali dengan kapasitas 300.000 ton dan PLTU kapasitas 300   Mega   Watt   dan   pembangunan   industri   stainless   steel dengan kapasitas 2 juta ton diperkirakan akan selesai pada tahun 2017.

3. Pertumbuhan   ekonomi   diperkirakan   akan   menunjukkan tren   peningkatan.   Hal   tersebut   terutama   dipengaruhi   oleh membaiknya   kinerja   sektor   pertambangan   dan   penggalian sehingga   volume   ekspor   Sulawesi   Tengah   juga   akan meningkat.   Selain   itu   investasi   baik   dalam   sektor pertambangan   maupun   industri   pengolahan   juga   akan mengalami   peningkatan   yang   cukup   signifikan.   Dengan demikian   pertumbuhan   ekonomi   Sulawesi   Tengah   akan ditopang oleh ekspor, investasi dan konsumsi rumah tangga. 4. Aksesibilitas   dari   dan   menuju   Sulawesi   Tengah   yang

semakin mudah diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan   sehingga   berpengaruh   positif   terhadap meningkatnya   tingkat   hunian   hotel.   Dengan   demikian dampak dari pelarangan PNS untuk mengadakan kegiatan di hotel dapat diminimalisir.      

5. MoU   (nota   kesepahaman)   antara   Dinas   Pertanian kabupaten/kota   dengan   Kodim   se­Sulawesi   Tengah   dalam Pemantapan   Upaya   Khusus   Peningkatan   Produksi   Padi, Jagung   dan   Kedelai   (Pajala)  diharapkan   terimplmentasi dengan   baik   sehingga   target  Kementerian   Pertanian  yang menjadikan  Sulawesi Tengah sebagai daerah pertama yang mengekspor   komoditas   Pajala   dalam  rangka  program kedaulatan pangan tahun 2017 dapat tercapai.

3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah

(16)

akuntabilitas.   Anggaran   kinerja   adalah   suatu   anggaran   yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kegiatan atau output dari rencana alokasi biaya atau input yang ditetapkan dengan memperhatikan kondisi semua   komponen   keuangan.   Efisiensi,   efektifitas,   transparansi   dan akuntabilitas   merupakan   prinsip   pengelolaan   keuangan   yang   dilakukan diantaranya dengan mengefektifkan fungsi pengawasan serta upaya­upaya penghematan   sehingga   dana   yang   terbatas   dapat   dimanfaatkan   secara maksimal   untuk   kegiatan   pembangunan   dan   pemerintahan   serta berdampak   pada   peningkatan   kesejahteraan   masyarakat   dan keberlanjutan   pembangunan.     Keuangan   daerah   merupakan   faktor strategis yang turut menentukan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah,   mengingat   kemampuannya   akan   mencerminkan   daya   dukung manajemen   pemerintahan   daerah   terhadap   penyelenggaraan   urusan pemerintahan yang menjadi tanggungjawabnya.

Kebijakan keuangan Provinsi  Sulawesi Tengah Tahun 2016 secara umum disusun dalam rangka mewujudkan arah kebijakan pembangunan yang   tertuang   dalam   RPJMD   tahun   2011­2016,   tidak   terlepas   dari kapasitas   fiskal   daerah   sebagai   salah   satu   penopang   strategis   dalam implementasi pembangunan Provinsi Sulawesi Tengah.

Tingkat kemampuan keuangan daerah, dapat diukur dari kapasitas pendapatan   asli   daerah,   rasio   pendapatan   asli   daerah   terhadap   jumlah penduduk dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Untuk memahami tingkat   kemampuan   keuangan   daerah,   maka   perlu   dicermati   kondisi kinerja   keuangan   daerah,   baik   kinerja   keuangan   masa   lalu   maupun kebijakan yang melandasi pengelolaannya

.  

3.2.1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

(17)

pemerintahan. Penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah   dibiayai  melalui  APBD,   sedangkan   penyelenggaraan   kewenangan yang   menjadi   tanggungjawab   Pemerintah   Pusat   dibiayai  melalui  APBN, baik kewenangan Pusat yang didekonsentrasikan kepada Gubernur atau dalam rangka tugas pembantuan dan urusan bersama. 

Berdasarkan   data  yang   ada,   realisasi  pendapatan   Tahun  2014

(18)

Tabel 3.2.1 

Realisasi dan Proyeksi / Target Pendapatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2013 s.d Tahun 2016

NO URAIAN TAHUN 2013REALISASI   TAHUN 2014REALISASI TAHUN ANGGARAN2015 PROYEKSI TAHUNANGGARAN 2016 PROYEKSI TAHUNANGGARAN 2017

1.1 Pendapatan Asli Daerah 611.928.145.945.00 769.714.314.600,00

       883.321.882.900, 00 

983.774.087.700,00

1.1.1 Pajak Daerah 542.365.015.962.00 684.649.805.600,00 786.211.295.600,00

875.619.992.000,00

1.1.2 Retribusi Daerah 2.756..277.098.00

3.596.871.000,00 3.399.989.000,00        3.786.639 .000,00 

1.1.3

Hasil Pengelolaan  Kekayaan Daerah Yang 

Dipisahkan 19.932.066.778.00

10.762.638.000,00 12.259.077.000,00

       13.653.191 .700,00 

1.1.4 Lain­lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 46.874.786.107.00 70.705.000.000,00 81.451.521.300,00

90.714.265.000,00

1.2 Dana Perimbangan

1.2.1 Transfer Pemerintah Pusat ­ Dana Perimbangan  1.158.370.879.685.00 1.237.627.671.000,00 1.439.007.124.966,00 1.602.652.384.000,00

1.2.1.1 Dana Bagi Hasil Pajak/ 

Bagi Hasil Bukan Pajak 97.762.844.685.00

85.800.177.000,00 143.417.969.966,00 381.049.519.000,00

1.2.1.2 Dana Alokasi Umum 994.658.685.000.00 1.087.885.014.000,00

1.221.602.865.0

00,00 1.221.602.865.000,00,00

(19)

NO URAIAN TAHUN 2013REALISASI   TAHUN 2014REALISASI TAHUN ANGGARAN2015 PROYEKSI TAHUNANGGARAN 2016 PROYEKSI TAHUNANGGARAN 2017

1.3 Lain­lain Pendapatan Yang Sah 369.236.641.201.00 372.305.489.000,00

445.926.456.000

,00 496.637.636.700,00,00

1.3.1 Pendapatan Hibah 7.427.000.0000.00 9.757.045.000,00 10.925.056.000,00

12.167.463.700,00

1.3.2 Pendapatan Dana Darurat 1.3.3 Pendapatan Lainnya

1.3.3

Bagi Hasil Pajak dari  Provinsi dan dari  Pemerintah Daerah  Lainnya 

­

1.3.4 Dana Penyesuaian dan 

Otonomi Khusus 361.809.641.201.00

362.548.444.000,00 435.001.400.000,00 484.470.173.000,00

1.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi Pemerintah  Daerah Lainnya**)

­ ­ ­

JUMLAH PENDAPATAN DAERAH (1.1 + 1.2 + 1.3)

2.139.535.666.831.00 2.379.647.474.600,00 2.768.255.463.8

66,00 3.083.064.108.400,00,00

(20)

Berdasarkan   tabel     diatas,  realisasi   pendapatan   daerah  pada  Tahun 2014   pada   masing­masing   kelompok   pendapatan   memperlihatkan   trend kenaikan.   Realisasi   Pendapatan   Daerah   Provinsi   Sulawesi   Tengah   pada Tahun   2014   sebesar   Rp.  2.379.647.474.600,00,­  sementara   padaTahun 2015s Pendapatan Daerah ditargetkan mengalami peningkatan sebesar Rp. 388.607.989.266,00.­  atau naik   sebesar 16,33 persen  dari   Tahun 2014 sehingga   pendapatan   daerah   Tahun   2015   menjadi   Rp. 2.768.255.643.866,00, yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp.

883.321.882.900,00,­,   dana   perimbangan   sebesar   Rp.

1.439.007.124.966,00.­ dan Lain­lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar Rp.  445.926.456.000,00,­.  Pada  Tahun   2016,  pendapatan   daerah diproyeksikan  sebesar   Rp.   3.083.064.108.400,00   atau   naik   11,37   persen dari Tahun 2015.

Untuk   Pendapatan  Asli   Daerah,  mengalami   kenaikan    sebesar   Rp. 113.607.568.300,00   pada   Tahun   2015,   dari   tahun   sebelumnya   sebesar 769.714.314.600,00   menjadi   Rp.   883.321.882.900,00   dengan   persentase sebesar   14,76%,   dengan   kontribusi   terhadap   pendapatan   daerah   sebesar 31,90 persen pada Tahun 2015 dan Tahun 2016 di proyeksikan mengalami kenaikan   menjadi   Rp.   983.774.087.700,00,­   dengan   kontribusi   sebesar 32,00 persen dari total pendapatan.

Dana   Perimbangan   yang     merupakan   sumber   pendapatan   Provinsi Sulawesi Tengah yang dialokasikan oleh Pemerintah Pusat. Selama kurun waktu 2014­2016 memperlihatkan peningkatan setiap  tahunnya. Realisasi pendapatan yang bersumber dari Dana Perimbangan Tahun 2014 sebesar Rp. 1.237.627.671.000,00 atau sebesar 52,00 persen terhadap pendapatan daerah  meningkat   sebesar Rp. 1.439.007.124.966,00 pada   Tahun 2015 atau sebesar 51,98%  terhadap total pendapatan, dan  untuk Tahun 2016 proyeksi dana perimbangan menjadi sebesar Rp. 1.602.652.384.000,00 atau sebesar 51,98 persen dari total pendapatan daerah.

(21)

penyesuaian juga mengalami peningkatan, dengan rincian pada Tahun 2014 sebesar   Rp.  372.305.489.000,00  atau   dengan   kontribusi   sebesar   15,64 persen   dan   Tahun   2015   mengalami   kenaikan   menjadi   sebesar   Rp. 445.926.456.000,00 atau memberikan kontribusi sebesar 16,10 persen, dan untuk   Tahun   2016   menjadi   sebesar   Rp.  496.637.636.700,00  atau memberikan   kontribusi   sebesar   16,10   persen   terhadap  total  pendapatan daerah.

3.2.2  Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

Kebijakan   pendapatan   keuangan   daerah   Provinsi   Sulawesi   Tengah diarahkan   kepada   ketersediaan   dana   yang   berkelanjutan   dengan   jumlah anggaran   yang   memadai.   Semua   potensi   pendapatan  dioptimalkan  agar mampu memenuhi seluruh kebutuhan belanja. Sumber­sumber pendapatan yang   mendukung   APBD   diidentifikasi   dengan   baik,   ditingkatkan penerimaannya (intensifikasi), dan diupayakan sumber­sumber pendapatan baru   (ekstensifikasi).      Sumber­sumber   pendapatan   tahun   2016   masih mengacu   pada  :   1)   Pendapatan   Asli   Daerah   yang   dihitung   dengan memperhatikan   realisasi   perkembangan   pendapatan  Tahun   2013   ­   2014 serta   prakiraan   masing­masing   potensi   jenis   pendapatan   asli   daerah;   2) Dana perimbangan berupa bagi hasil pajak/bukan pajak dihitung dengan memperhatikan potensi masing­masing jenis pajak   dimana  Dana Alokasi Umum (DAU)  diasumsikan sama dengan alokasi Tahun 2015; 3) Lain­lain pendapatan   yang   sah   diperhitungkan   pada   sumber­sumber   pendapatan yang dapat dipastikan.

Upaya­upaya   yang   dilakukan       untuk  meningkatkan   Pendapatan Daerah di Provinsi Sulawesi Tengah,  sebagai berikut: 

1. Peningkatan program dan kegiatan unggulan yang dapat menarik minat pemerintah pusat terhadap pemberian Dana Alokasi Umum (DAU)

(22)

3. Meningkatkan   manajemen   tata­kelola   pemungutan   dan   penerimaan pendapatan daerah sesuai dengan mekanisme dan standar baku; 

4. Intensifikasi   dan  ekstensifikasi  pendapatan  daerah   melalui  melalui perluasan obyek dan intensifikasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah secara optimal; 

5. Meningkatkan   kinerja   Badan   Usaha   Milik   Daerah   (BUMD)   agar memberikan   kontribusi   yang   optimal   kepada   Pendapatan   Asli   Daerah (PAD) pada khususnya dan penerimaan daerah pada umumnya; 

6. Meningkatkan   peran   dan   fungsi   SKPD,   UPT,   cabang   pelayanan,   dan Balai   Penghasil   dalam   peningkatan   pelayanan     dan  perbaikan manajemen pengelolaan pendapatan;

7. Peningkatan Sarana dan Prasarana pelayanan  yang mudah diakses oleh masyarakat;

8. Meningkatkan peran SKPD penghasil PAD dalam peningkatan pelayanan dan   Mengadakan   peninjauan   kembali   (annual­review)   atas   berbagai Peraturan Daerah yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman.

9. Mensosialisasikan Peraturan Daerah tentang Pajak.

10. Peningkatan   kinerja   pengelolaan   sumber­sumber   Pendapatan   Asli Daerah yang lebih efektif dan efisiensi.

3.2.2.1 Arah Kebijakan Belanja Daerah

Belanja   daerah   Provinsi   Sulawesi   Tengah   dipergunakan   untuk pelaksanaan   urusan   pemerintah   yang   menjadi   kewenangan   Provinsi   dan Kabupaten/Kota, yang terdiri dari urusan wajib dan pilihan yang ditetapkan dengan   perundang­undangan.     Dengan   berpedoman   pada   prinsip­prinsip penganggaran,   pada   belanja   daerah   2016   disusun   dengan   pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil  bertujuan untuk meningkatkan   akuntabilitas   perencanaan   anggaran   serta   menjamin efektivitas   dan   efisiensi     peggunaan   anggaran   dalam   belanja program/kegiatan.   

(23)

daerah  selama lima  Tahun.  Sesuai  dengan   visi  pembangunan  yang  telah ditetapkan,   maka   belanja   daerah   dapat   digunakan   sebagai   instrumen pencapaian   visi   tersebut.   Berdasarkan   target   pendapatan   Tahun   2016 sebesar   Rp.  3.083.064.108.400,00,­  maka   belanja   daerah   yang   dibagi   ke dalam belanja tidak langsung dan belanja langsung dapat dirinci sebagai berikut : belanja tidak langsung sebesar       Rp. 1.770.060.838.000,00. dan

belanja langsung sebesar Rp. 1.291.504.113.104,00

Sebagai   upaya   pemerintah   Provinsi   Sulawesi   Tengah   dalam   hal penciptaan pemerintahan yang bersih, berwibawa, bebas dari KKN   dalam pelayanan   kepada   masyarakat   serta   dalam   rangka   mewujudkan   sistem penganggaran   berbasis   kinerja     maka   pengelolaan   belanja   daerah   sejak proses   perencanaan,   pelaksanaan   hingga   pertanggungjawaban   harus memperhatikan aspek efektifitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas sebagai   persyaratan   yang   harus   dipenuhi   dalam  mencapai  opini  Wajar Tanpa   Pengecualian   (WTP)   sesuai   dengan   Visi   dan   Misi   Pembangunan Pemerintah Provinsi  Sulawesi Tengah.  Selain itu, dalam rangka efektivitas pencapaian   indikator   kinerja   sebagaimana   yang   tertuang   pada   RPJMD Provinsi   Sulawesi   Tengah   2011­2016   maka   pada   Tahun   2016  alokasi belanja langsung  pada masing­masing SKPD diarahkan untuk mendukung kebijakan   yang   telah   ditetapkan   dengan   memperhatikan   perbandingan antara masukan dan keluaran (efisiensi). Keluaran dari belanja dimaksud seharusnya   dapat   dinikmati   hasilnya   oleh   masyarakat   (efektifitas). Selanjutnya     alokasi     anggaran     perlu     dilaksanakan     secara     terbuka berdasarkan   skala prioritas   dan   kebutuhan   (transparansi) . Selain itu, pengelolaan  belanja  harus di administrasikan dan dipertanggungjawabkan sesuai dengan perundang­undangan yang berlaku (akuntabilitas).

(24)

Arah   kebijakan   Belanja   Daerah   pada  Tahun  2016  dapat   dijabarkan sebagai berikut :

1. Dana yang tersedia harus dimanfaatkan seefisien mungkin untuk dapat meningkatkan   pelayanan   pada   masyarakat   yang   pada   gilirannya diharapkan   dapat   meningkatkan   kesejahteraan   masyarakat. Peningkatan kualitas pelayanan masyarakat dapat diwujudkan dengan peningkatkan   kompetensi   sumber   daya   manusia   aparatur   daerah melalui peningkatan motivasi, disiplin, etos kerja dan mobilitas aparatur daerah,   terutama   yang   berhubungan   langsung   dengan   kepentingan masyarakat.

2. Penggunaan anggaran  masih  diprioritaskan untuk mendanai kegiatan­ kegiatan   penyediaan   infrastruktur   dan   peningkatan   pendapatan masyarakat   serta   penyediaan   pelayanan   kesehatan   dan   pendidikan, guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Disamping itu, prioritas penggunaan   anggaran   juga   diarahkan   untuk   mendukung   kebijakan program prioritas pemerintah pusat dan program pro rakyat, justice for all   dan   pencapaian   tujuan   pembangunan   millennium   (millennium

development   goals­MDGs),  Menguatkan   program–program

penanggulangan   kemiskinan   (Program   Terpadu   Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Bedah Kampung (PTPK­BBK) serta pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan serta untuk mendanai program strategis pada   sektor­sektor   unggulan   Provinsi   Sulawesi   Tengah,   seperti   sektor Pertanian, Perikanan dan Kelautan;

3. Mengacu pada kinerja, program­program prioritas SKPD dan mengikuti pemenuhan Standar Pelayanan  Minimal (SPM) .

4. Pendanaan kegiatan yang bersifat lanjutan 5. Pendanaan kegiatan yang besifat terobosan 

6. Pengalokasian anggaran untuk belanja pemenuhan urusan 26 urusan wajib   dan   8   urusan   pilihan   dikaitkan   dengan   urusan   yang   menjadi kewenangan daerah sesuai tugas dan fungsi masing­masing SKPD.

(25)

tahun terakhir, maka arah kebijakan belanja daerah pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.2.2

Realisasi dan Proyeksi/Target Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2013 S.D Tahun 2017

NO URAIAN

TAHUN

Realisasi 

2013 Realisasi2014 Tahun Berjalan2015

Proyeksi pada Tahun

3 Belanja Hibah 383.315.127.086.00 363,350,200,000.00 456.427.400.000,00 484.470.173.000,00

4 Belanja Bantuan 

Sosial 5.000.000.000.00 5,000,000,000.00 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00

5 Belanja Bagi Hasil  kepada Provinsi /   Kabupaten/ Kota  dan Pemerintah  Desa

203.900.465.800.00 293,005,336,705.00 345.594.445.682,00 511.936.530.000,00

6

38.492.855.500.00 118,448,469,000.00 114.780.064.456,00 83.637.804.000,00

7 Belanja Tidak Terduga 5.000.000.000.00 5,000,000,000.00 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00

II BELANJA 

LANGSUNG 1.208.663.847.487.00 1,267,622,160,730.00 1.306.303.270.160,00 1.291.504.113.104,00 1 Belanja Pegawai 124.982.304.344.00 152,779,847,685.00 122.059.923.641,00

2 Belanja Barang dan

Jasa 697.568.466.445.00 836,656,288,826.00 851.971.172.671,00 3 Belanja Modal 386.113.076.698.00 278,186,024,219.00 332.272.173.848,00

TOTAL BELANJA 2.207.835.666.831.00 2.440,483,873,464.00 2.551.028.529.403,44 3.061.564.951.104,00

Sumber: BPKAD, 2015 (diolah)

3.2.2. Kebijakan Pembiayaan Daerah

(26)

1.   Sisa   Lebih   Perhitungan   Anggaran   Tahun   Lalu   (SILPA)  tahun     lalu;   2. Transfer dari dana cadangan; 3. Penerimaan pinjaman dan obligasi; serta 4. Hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan.  

Untuk  Tahun  2016,  penerimaan  pembiayaan daerah  tidak  hanya berasal dari   SILPA   tahun   lalu   saja,   namun   diupayakan   untuk   mendapatkan sumber­sumber   lain.     Sedangkan   untuk   pengeluaran     dalam   komponen pembiayaan   anggaran   daerah   terdiri   dari:     Transfer   ke   dana   cadangan, Penyertaan   modal   pemda   dalam   BUMD,     Pembayaran   utang   pokok   yang jatuh   tempo   dan   sisa   lebih   perhitungan   anggaran   tahun   berjalan   dan Pembayaran utang kepada pihak ketiga.  

Kebijakan   Penerimaan   Pembiayaan   Daerah   ditujukan   untuk meningkatkan realisasi SiLPA dari tahun ke tahun yang diakibatkan karena terjadinya   efisiensi,   efektivitas   dalam   pengelolaan   belanja   daerah.   secara khusus arah kebijakan Pembiayaan Daerah untuk Tahun 2016 yang masuk dalam  komponen  penerimaan pembiayaan adalah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran   (SiLPA)  tahun   sebelumnya  yang    di   asumsikan   tetap   setiap tahunnya dan akan digunakan untuk menutup defisit anggaran yang terjadi serta   Penyediaan   dana   darurat   yang   diperuntukkan   terutama   untuk penanggulangan   bencana   alam,.   membiayai   proyek­proyek   tertentu   yang pengerjaannya   memerlukan   waktu   lebih   dari   satu   tahun   anggaran., Menjadikan   penyertaan   modal   Pemerintah   dalam   BUMD   sebagai   langkah perbaikan kinerja BUMD dan pinjaman daerah yang merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan daerah, namun pelaksanaannya harus secara selektif   dan   merupakan   pilihan   terakhir  apabila   sumber­sumber pembiayaan   daerah   lainnya   sudah   tidak   mampu   untuk   menutup   defisit anggaran.

(27)

berdampak pada pos pengeluaran pembiayaan daerah, seperti penyelesaian pembayaran pokok utang dan penyertaan modal.

Kebijakan pengeluaran pembiayaan diarahkan untuk penyertaan modal (investasi)   daerah   yang   telah   ditetapkan   dengan   Peraturan   Daerah. Penyertaan   modal   yang   dilakukan   diharapkan   dapat   menghasilkan   bagi hasil laba yang dapat meningkatkan pendapatan daerah sekaligus kinerja lembaga   yang   mendapat   tambahan   modal   dalam   melayani   masyarakat. Untuk   lebih   jelasnya,   proyeksi   dan   realisasi   pembiayaan   daerah   Provinsi Sulawesi Tengah pada Tahun 2013­2017 dapat dilihat pada tabel  dibawah

Realisasi Tahun  Realisasi Tahun  Tahun Berjalan Tahun RencanaProyeksi pada  (2016)

3.1 Penerimaan pembiayaan 75.000.000.000.00 67.536.398.864,00 76.138.677.534,00 ­ ­ 3.1.1 Sisa lebih perhitungan 

anggaran Tahun 

sebelumnya (SILPA) 75.000.000.000.00 67.536.398.864,00 76.138.677.534,00 ­ ­ 3.1.2 Pencairan Dana 

pemberian pinjaman        

3.1.6 Penerimaan piutang  daerah

       

  JUMLAH PENERIMAAN 

PEMBIAYAAN 75.000.000.000.00 76.138.677.534,00 ­ ­

       

3.2 Pengeluaran pembiayaan 6,700.000.000.00 6,700.000.000.00 6.830.000.000,00 6,700.000.000.00 ­ 3.2.1 Pembentukan dana 

cadangan      

3.2.2 Penyertaan modal 

(Investasi) daerah 6,700.000.000.00 6,700.000.000.00 6.830.000.000,00 6,700.000.000.00 ­

3.2.3 Pembayaran pokok utang      

3.2.4 Pemberian pinjaman 

daerah      

       

  JUMLAH PENGELUARAN

PEMBIAYAAN 8.130.000.000.00 6,700.000.000.00 6,830.000.000.00 6,700.000.000.00 ­

       

Gambar

Grafik 3.1Grafik 3.2Realisasi PMA dan PMDNRealisasi PMA dan PMDN
Tabel 3.2.1 Realisasi dan Proyeksi / Target Pendapatan Provinsi Sulawesi Tengah
Tabel 3.2.2
Tabel 3.2.3

Referensi

Dokumen terkait

Dan itu sampai pada taraf membuat “keinginan untuk menerapkan Syariat Islam” menjelma menjadi tuduhan menakutkan yang kemudian dilemparkan kepada kaum muslimin

Walaupun perempuan Jawa identik dengan sifat lemah dan nrimo, kita juga harus melihat sisi yang lain dari perempuan seperti, perempuan yang tidak hanya bekerja dalam ranah

dalam Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera pada tahun 2013. sebesar

The process study indicated that once the guest is at the Hotel it is possible for them to gain information about the Towers' check-in from three sources: the Doorman or Bellman;

Brandon Levy (2012) 9 .Globalization is the process of increased interconnectedness among countries. The prosperous economic development that is typically gained because of the

Sethuraman justru mengukuhkan argumentasi ini karena dia mencatat bahwa “… (m)eskipun sebagian kaum migran dalam sektor informal adalah penganggur atau tidak termasuk dalam

Pejabat Pengadaan pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2014, telah melaksanakan Proses Evaluasi Kualifikasi

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VII SMP melakukan kesalahan koneksi matematis pada materi bangun datar segi