TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Entisol
Tanah adalah tubuh alam tempat tumbuhan dapat hidup. Tanah tersusun
dari bermacam-macam lapisan, yang warna dan tebalnya tidak sama, serta
terbentuk dari bahan yang tidak sama. Dilihat dari segi pertanian, tanah ialah
tempat bercocok tanam yang tersusun atas batuan-batuan, mineral dan bahan
organik yang membusuk atau lapuk pada lapisan atas dalam waktu yang lama
(Mulyono, 2007).
Entisol adalah tanah muda dan dangkal, dan karenanya ditandai dengan
profil A/C atau A/R. Mereka tanah belum matang dan memiliki profil di mana
horison B belum dikembangkan, tanah tidak memiliki banyak horison untuk
berbagai alasan, saat pembentukan terlalu pendek, terjadinya di lereng curam,
aktif mengikis lereng, sering menyetorkan lumpur untuk banjir, dan lain-lain.
Mereka ditempatkan di tingkat subordo sebagai psamments, yang setara dengan FAO taksa tanah Regosol (Tan, 2009).
Tanah Entisol bertekstur kasar atau mempunyai konsistensi lepas, struktur
lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi dan kandungan hara rendah
serta bahan organik yang rendah. Tanah Entisol merupakan lahan marjinal yang
memiliki sifat fisika, kimia dan biologi tanah yang kurang subur karena memiliki
tekstur pasir, struktur lepas, permeabilitas cepat, daya menahan dan menyimpan
air yang rendah serta hara rendah dan bahan organik rendah. Tanah berpasir
Tanah Entisol yang marginal dapat dikembangkan untuk mendukung
pertumbuhan tanaman dengan memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi
tanahnya melalui pembenahan kompos, karena tanah Entisol mempunyai potensi
yang cukup baik dalam pembangunan pertanian, khususnya dalam menanggulangi
permasalahan alih fungsi lahan yang subur menjadi perumahan, industri, dan
lain-lain.
Kompos
Kompos dibuat dari bahan organik yang berasal dari macam-macam
sumber. Dengan demikian pengomposan merupakan sumber bahan organik dan
nutrisi tanaman. Kemungkinanan bahan dasar kompos mengandung selulosa 15%
- 60%, hemiselulosa 10% - 30%, lignin 5% - 30%, protein 5% - 40%, bahan
mineral (abu) 3% - 5%, disamping itu terdapat bahan larut air panas dan dingin
(gula, pati, asam amino, urea, garam amonium) sebanyak 2% - 30% protein, 1 % -
15% lemak larut eter dan alkohol, minyak dan lilin. Komponen organik ini
mengalami proses dekomposisi dibawah kondisi mesofilik dan termofilik
(Sutanto, 2002).
Kompos merupakan zat akhir suatu proses fermentasi tumpukan
sampah/serasah tanaman dan adakalanya pula termasuk bangkai binatang. Sesuai
dengan humifikasi fermentasi suatu pemupukan, dicirikan oleh hasil bagi C/N
yang menurun. Akhir fermentasi untuk C/N kompos adalah 15 ‒ 17. Pembuatan
kompos pada hakikatnya ialah menumpukkan bahan-bahan organik dan
membiarkannya terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai perbandingan C/N
Berdasarkan SNI 19-7030-2004, standart kualitas kompos dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Standart kualitas kompos
N0 Parameter Satuan Min Maks N0 Parameter Satuan Min Maks
Unsur Makro Unsur lain
9 Bahan
Keterangan : * Nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari maksimum
(Badan Standarisasi Nasional, 2004).
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek.
Aspek bagi tanah/tanaman yaitu: (1) meningkatkan kesuburan tanah,
(2) memperbaiki struktur dan karakteristik tanah, (3) meningkatkan kapasitas
jerap air tanah, (4) meningkatkan aktivitas mikroba tanah, (5) meningkatkan
kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen), (6) menyediakan hormon
dan vitamin bagi tanaman, (7) menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos bermanfaat
untuk meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat,
memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik
tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan
kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman
akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu
tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang
dapat merangsang pertumbuhan tanaman (BPBPI, 2008).
Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah terdiri dari fraksi-fraksi yang berbeda:
a. Sisa-sisa tanaman yang melapuk sebagian umumnya dalam bentuk partikel
yang tidak dikenali sebagai bahan tanaman.
b. Mikroorganisme dan mikroflora yang terlibat dalam dekomposisi.
c. Produk pertumbuhan dan dekomposisi mikroorganisme (meliputi fraksi
dan polisakarida).
d. Humus (koloid bahan organik) yang merupakan produk humifikasi.
e. Bagian atas tanah (sisa-sisa tanaman dan atau bahan yang dipanen
diameter <2 cm, masih dapat dikenali sebagai daun dan
potongan-potongan serasah) dan dibawah tanah berupa akar halus yang sudah mati
(Yulipriyanto, 2010).
Peningkatan bahan organik tanah dari tanah yang terdegradasi akan
meningkatkan hasil tanaman dan budidaya karena tiga mekanisme yaitu (1)
peningkatan kapasitas air tersedia, (2) peningkatan suplai unsur hara dan (3)
peningkatan bahan organik dan kapasitas air tersedia dan kemampuan tanah untuk
bertahan pada kekeringan tanah yaitu dengan meningkatkan kandungan air tanah
dengan meningkatkan karbon organik (Supriyadi, 2008).
Menurut Vanlauwe, et al (1997) proses dekomposisi atau mineralisasi, di samping dipengaruhi oleh kualitas bahan organiknya, juga dipengaruhi oleh
frekuensi penambahan bahan organik, ukuran partikel bahan, kekeringan, dan cara
penggunaannya (dicampur atau disebarkan di permukaan) (Atmojo, 2003).
Penetapan bahan organik di laboratorium dapat dilakukan dengan metode
Pembakaran, metode Walkley & Black, dan metode Colorimetri (Walkley & Black Modifikasi). Prinsip metode ini adalah C-organik dihancurkan oleh oksidasi
Kalium bikromat yang berlebih akibat penambahan asam sulfat. Kelebihan kromat
yang tidak direduksi oleh C-organik tanah kemudian ditetapkan dengan jalan
titrasi dengan larutan ferro. Rumus yang digunakan adalah:
C organik (%) = 5 x (1- ) x 0,003 x x
dimana: T = vol.titrasi Fe (NH4)2(SO4) 0,5 N dengan tanah
S = vol.titrasi Fe (NH4)2(SO4) 0,5 N blanko (tanpa) tanah
0,003 = 1 mL K2Cr2O7 1 N + H2SO4 mampu mengoksidasi 0,003 g
C-organik
= metode ini hanya 77% C-organik yang dapat dioksidasi
BCT = Berat Contoh Tanah
Bahan organik dapat dihitung dengan persamaan:
Bahan organik = % C Organik x 1,724 ………(1)
Kriteria penilaian sifat-sifat tanah dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria penilaian sifat-sifat tanah
Sifat Tanah Satuan Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
(Staff Pusat Penelitian Tanah, 1983).
Bahan organik tanah memainkan peran utama dalam menjaga kualitas
tanah. Di daerah dimana kandungan bahan organik tanah rendah, penggunaan
kompos pada pertanian sangat dianjurkan untuk meningkatkan kandungan bahan
organik tanah dan untuk meningkatkan serta mempertahankan kualitas tanah.
Terlepas dari peningkatan kandungan bahan organik tanah, aplikasi kompos
organik dapat mempengaruhi kualitas tanah dengan mengurangi kebutuhan pupuk
kimia, memungkinkan untuk pertumbuhan yang lebih cepat pada tanaman,
meningkatkan kandungan C di dalam tanah dan bahan organik tanah,
meningkatkan pengolahan tanah, meningkatkan tanah biomassa dan aktivitas
Keuntungan dari adanya bahan organik pada tanah adalah mengurangi
kerapatan massa pada tanah sehingga melarutkan mineral tanah. Kerapatan massa
yang rendah biasanya berhubungan dengan naiknya porositas dikarenakan oleh
adanya fraksi-fraksi organik dan anorganik pada tanah. Bahan organik dapat
menahan air lebih besar dibandingkan beratnya sendiri (Yulipriyanto, 2010).
Humus bertindak sama dengan tanah liat akan mempertahankan hara
dalam bentuk tersedia terhadap pencucian dan mempertahankan hara dalam
bentuk tersedia untuk tumbuhan dan jasad renik (Foth dan Adisumarto, 1999).
Pemanfaatan bahan organik sangat diperlukan pada tanah marginal, khususnya
pada tanah bertekstur pasir yang mempunyai kemampuan menahan atau
menyimpan air sangat rendah dan sangat mudah meloloskan air disamping juga
kemampuan menahan unsur hara tanah.
Tekstur Tanah
Klasifikasi ukuran, jumlah dan luas permukaan fraksi-fraksi tanah menurut
sistem USDA dan Sistem Internasional tertera pada Tabel 3.
Tabel 3. Beberapa Karakteristik Dari Separat Tanah
Separat Tanah Diameter (mm) JumlahPartikel (g-1
Liat <0,002 <0,002 90.250.853.000 8.000.000 (Foth, 1951).
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat)
(sand) (berdiameter 2,00 – 0,20 mm atau 2000 – 200 µm), debu (silt) (berdiameter 0,20 – 0,002 mm atau 200 – 2 µm) dan liat (clay) (< 2 µm). Partikel berukuran diatas 2 mm seperti kerikil dan bebatuan kecil tidak tergolong sebagai fraksi
tanah, tetapi menurut Lal (1979) harus diperhitungkan dalam evaluasi tekstur
tanah (Hanafiah, 2005).
Secara skematis klasifikasi tanah tersebut dapat dilihat melalui klasifikasi
segitiga USDA, seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram segitiga tekstur tanah menurut USDA (Foth, 1951).
Hubungan tekstur tanah dengan daya menahan air dan ketersediaan hara
tanah yaitu tanah dengan tekstur liat mempunyai luas permukaan yang lebih besar
sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi, sebaliknya
tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil sehingga sulit
menyerap (menahan) air dan unsur hara (Soedarmo dan Pragoto, 1985).
Berdasarkan teksturnya kemampuan tanah dalam menyimpan air dan
unsur hara dapat juga dijelaskan berdasarkan kerapatan massa, kerapatan partikel
Kerapatan massa tanah (Bulk Density)
Bulk density tanah merupakan suatu ukuran dari berat (massa) dari tanah per satuan volume luas lahan, dilakukan secara kering oven (105 ºC sampai
110 ºC) biasanya dinyatakan dalam satuan g/cm3. Variasi dalam bulk density
disebabkan proporsi relatif dan berat jenis partikel-partikel organik dan anorganik
padat dan porositas tanah. Sebagian besar tanah mineral memiliki kepadatan
massal antara 1,0-2,0 g/cm3. Pemadatan tanah mungkin karena traktor akan
memiliki bulk density dari 1,4-1,6 g/cm3 dan tanah gembur terbuka dengan kandungan bahan organik yang baik akan memiliki bulk density <1,0 g/cm3 (Hossain, et al., 2015).
Kerapatan massa tanah menunjukkan perbandingan berat tanah terhadap
volume total (udara, air, dan padatan) yang dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut:
ρ
b = ...(2)di mana:
ρ
b = kerapatan massa tanah (g/cm3 )Ms = massa tanah (g)
Vt = volume total (cm3
Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa kerapatan lindak (kerapatan isi,
atau bobot isi atau bobot volume atau bulk density), menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah
(volume total). Kerapatan isi tanah merupakan petunjuk kerapatan tanah, makin
tinggi kerapatan isi tanah makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. )
Pada umumnya kerapatan isi tanah berkisar antara 1,1-1,6 g/cm3. Kerapatan ini
dipengaruhi oleh struktur tanah dan merupakan sifat fisika tanah yang dapat
menunjukkan kegemburan dan tingkat kepadatan tanah.
Kerapatan Partikel Tanah (Particle Density)
Kerapatan partikel tanah menunjukkan perbandingan antara massa tanah
kering terhadap volume tanah kering dengan persamaan :
ρ
s = ... (3)dimana:
ρ
s= Kerapatan partikel tanah (g/cm3)Ms= Massa padatan tanah (g)
Vs= Volume padatan tanah (cm3)
(Hillel, 1982).
Kerapatan partikel merupakan fungsi perbandingan antara komponen
bahan mineral dan bahan organik. Kerapatan partikel untuk tanah-tanah mineral
berkisar antara 2,6 g/cm3 sampai 2,7 g/cm3, dengan nilai rata-rata 2,65 g/cm3,
sedang kerapatan partikel tanah organik berkisar 1,30 g/cm3 sampai 1,50 g/cm3
(Pandutama, dkk., 2003).
Siregar (2016) telah melakukan penelitian mengenai kajian distribusi air
pada tanah Andosol menggunakan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens) dengan jumlah pemberian air yang berbeda. Dari satu parameter penelitian didapat
nilai kerapatan partikel yaitu 1,41-1,61 g/cm3. Dimana sebelumnya kondisi tanah
yang digunakan juga terganggu karena telah digerus untuk mendapatkan butiran
Faktor-faktor yang mempengaruhi particle density yaitu kadar air, tekstur tanah, struktur tanah, bahan organik, dan topografi. Kadar air mempengaruhi
volume kepadatan tanah, dimana untuk mengetahui volume kepadatan tanah
dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah, sebab tanpa adanya pengaruh kadar
air maka proses particle density tidak berlangsung, karena air sangat mempengaruhi volume kepadatan tanah. Kandungan bahan organik di dalam
tanah sangat mempengaruhi kerapatan butir tanah. Semakin banyak kandungan
bahan organik yang terkandung dalam tanah, maka semakin kecil nilai particle density nya. Selain itu, dalam volume yang sama, bahan organik memiliki berat yang lebih kecil daripada benda padat tanah mineral yang lain. Top soil banyak mengandung bahan organik dan kerapatan butirnya sampai 2,4 g/cm3 atau bahkan
lebih rendah dari nilai itu. Dengan adanya bahan organik, menyebabkan nilai
particle densitynya semakin kecil (Hanafiah, 2005). Porositas Tanah
Porositas dari tanah adalah hasil dari kerapatan massa tanah dan kerapatan
partikel tanah adalah nilai dari persamaan:
f= x 100………...………...(4)
Dimana:
f = porositas (%)
ρ
b= kerapatan massa tanah (g/cm3)ρ
s= kerapatan partikel tanah (g/cm3)Adapun kelas porositas tanah dapat dilihat dari Tabel 4.
Tabel 4. Kelas porositas tanah
Porositas (%) Kelas
100 Sangat porous
60-80 Porous
50-60 Baik
40-50 Kurang baik
30-40 Buruk
< 30 Sangat buruk
(Arsyad, 1989).
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa porositas tanah yang baik
berkisar 50-60%, yang menunjukkan kemampuan tanah dalam memfasilitasi
ruang pori untuk menyimpan udara dan air bagi pertumbuhan tanaman, selain itu
porositas juga berkaitan dengan kemampuan tanah dalam meloloskan air
(permeabilitas). Tanah yang porositasnya diatas 60% dengan kelas porous sampai sangat porous menunjukkan permeabilitas yang sangat tinggi.
Tanah-tanah pasir mempunyai porositas kurang dari 50%, dengan jumlah
pori-pori makro lebih besar daripada pori-pori mikro, maka bersifat mudah
merembeskan air dan gerakan udara di dalam tanah menjadi lebih lancar.
Sebaliknya berliat mempunyai porositas lebih dari 50%. Jumlah pori-pori mikro
lebih besar dan bersifat mudah menangkap air hujan, tetapi sulit merembeskan air
dan gerakan udara lebih terbatas. Untuk pertumbuhan tanaman menghendaki
keseimbangan antara porositas makro dan porositas mikro. Pada tanah yang baik
mikro porositas 60% daripada seluruh porositas (AAK, 1983).
Porositas ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1. Tekstur tanah: lebih-lebih tanah berliat memiliki porositas yang lebih tinggi
daripada tanah berpasir.
2. Struktur tanah: yang paling baik adalah struktur remah, karena mikro dan
3. Kedalaman tanah: semakin jauh dari permukaan tanah porositasnya semakin
berkurang.
4. Pengolahan tanah: tanah yang baru saja diolah porositas bisa mencapai 70%
sebaliknya porositas pada tanah yang padat menurun sampai 30%. Maka
teknik pengolahan tanah yang tepat dapat meningkatkan porositas dan
sebaliknya pengolahan yang jelek bisa menurunkan (AAK, 1983).
Bulk density dan porositas total indikasi penting dari pemadatan tanah (Abu-Hamdeh, 2003) dan hal ini dapat dipengaruhi oleh praktek manajemen
bervariasi, seperti pengolahan tanah, pemupukan dan irigasi. Aplikasi kompos
secara signifikan menurunkan bulk density tanah dan peningkatan porositas total.
Stabilitas agregat merupakan indikasi penting dari pembangunan struktural tanah ,
dinamika karbon (C) dan proses tanah lainnya. Aplikasi kompos organik
meningkat secara signifikan dengan jumlah total makro-agregat air yang stabil (>
0,25 mm), yang mirip dengan pengamatan Celik, et al (2010). Distribusi ukuran agregat air yang stabil menunjukkan bahwa penambahan kompos meningkatkan
proporsi 0,25-2,00 mm meso-agregat, yang dianggap paling stabil agregat dalam
tanah (Xin, et al., 2015). Permeabilitas Tanah
Salah satu sifat fisik tanah yang paling penting adalah kemampuan untuk
meloloskan aliran air melalui ruang pori yang disebut dengan permeabilitas
tanah. Satuan permeabilitas adalah kualitas tanah untuk meloloskan air atau udara
yang diukur berdasarkan besarnya aliran melalui satuan tanah yang telah dijenuhi
Permeabilitas tanah juga merupakan suatu kesatuan yang meliputi infiltrasi
tanah dan bermanfaat sebagai permudahan dan pengolahan tanah. Tanah dengan
pemeabiltas tinggi dapat menaikkan laju infiltrasi sehingga menurunkan laju air
larian (Rohmat, 2009).
Berdasarkan Hukum Darcy besarnya permeabilitas tanah (k) dengan uji
constant head test yaitu:
k = ……….(5)
dimana:
k = nilai koefisien permeabilitas (cm/jam)
q = debit (cm3/jam)
Kelas permeabilitas tanah dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kelas permebilitas tanah
Permeabilitas (cm/jam)
Tebal atau kedalaman tanah (L) sangat berpengaruh terhadap laju
permeabilitas tanah (k), dimana hukum Darcy menjelaskan hubungan yang searah
tebal/kedalaman tanah (L) maka semakin besar pula laju permeabilitas tanah (k)
tersebut (Israelsen and Hansel, 1962). Tanah
Retensi air biasanya ditampilkan dalam bentuk kurva, dikenal dengan
kurva pF. Pada umumnya kapasitas lapang ditetapkan pada tekanan 0,33 atm atau
pF 2,54, jika air tanah lebih dalam dari 1 m. Jika air tanah kurang dari 1 m, maka dengan struktur mantap adalah tanah yang memiliki permeabilitas
dan drainase yang sempurna, serta tidak mudah didespersikan oleh air hujan. Air
hujan yang mampu mencapai permukaan tanah sebagian akan teresapkan ke
dalam tanah (infiltrasi) hingga mencapai tingkat kapasitas lapang, dan sisanya
akan melimpas melalui permukaan tanah (limpasan permukaan) menuju ke
alur-alur sungai untuk kembali ke laut.
Kadar Air Kapasitas Lapang
Kapasitas lapang adalah kadar air tanah yang dapat ditahan oleh tanah
setelah tanah jenuh dan drainase sudah tidak terjadi lagi. Kadar air pada kapasitas
lapang secara praktis merupakan batas atas ketersediaan air tanah. Hal ini bukan
berarti tanaman tidak dapat mengambil air yang berada diatas kapasitas lapang,
tetapi air yang lebih tinggi dari kapasitas lapang terlalu mudah untuk terdrainase,
dan unsur-unsur hara penting dapat terikut terbawa pula dan tercuci. Biasanya,
mereka sulit kembali ke daerah perakaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kadar air tanah terdiri dari kadar bahan organik, senyawa kimiawi, tekstur tanah,
iklim dan tumbuhan, kedalaman solum, struktur tanah, permeabilitas, serta pori
tanah. Kedalaman solum atau lapisan tanah menentukan volume simpan air,
semakin dalam maka ketersediaan kadar air juga akan semakin banyak
kapasitas lapang ditetapkan pada tekanan 100 cm kolom air atau pF 2,0. Adapun
jumlah air yang melebihi kapasitas lapang, yaitu pada pF 2,54 atau pF 2,0 (jika air
tanah kurang dari 1 m), maka air akan turun ke lapisan tanah lebih dalam karena
gaya gravitasi. Untuk pertumbuhan yang baik, tanaman memerlukan oksigen dan
aerasi yang cukup, sehingga pori drainase cepat dan pori drainase lambat jangan
terlalu lama diisi oleh air (Kurnia, dkk., 2006).
Menurut Abdurachman (2006) metode gravimetrik adalah metode yang
paling sederhana secara konseptual dalam menentukan kadar air tanah. Pada
prinsipnya mencakup pengukuran kehilangan air dengan menimbang contoh tanah
sebelum dan sesudah dikeringkan pada suhu 105 – 110 oC dalam oven. Hasilnya
dinyatakan dalam presentase air dalam tanah, yang dapat diekspresikan dalam
presentase terhadap berat kering, berat basah atau terhadap volume.
Masing-masing dari persentase berat ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
Kandungan air tanah (%) = x 100% ………(6)
Kapasitas lapangan berkaitan dengan kandungan air maksimum yang
tersedia untuk pertumbuhan tanaman. Pada kondisi ini tanah mengandung air
maksimum yang tersedia untuk tanaman. Pori makro terisi udara sedangkan pori
mikro sebagian terisi air yang tersedia, air ini yang di serap dan dimanfaatkan
untuk kelangsungan hidup tanaman.
Air Tersedia
Kadar air tersedia tanah adalah sejumlah air yang berada di pori tanah
karena potensial matrik tanah setelah potensial gravitasi tidak bekerja lagi pada
tanaman (Murtilaksono dan Wahyuni, 2004).
Air yang berada dalam pori pemegang air disebut air tersedia bagi
tanaman, berada antara titik layu (pF 4,2) dan kapasitas lapang (pF 2,54). Air
tersedia adalah selisih kandungan air pada kapasitas lapangan dan titik layu
permanen, dengan persamaan :
AWmaks = Air kapasitas lapang – titik layu permanen ...(7)
dimana AWmaks adalah air tersedia, nilainya tergantung tekstur tanah
(Kurnia, dkk., 2006).
Pori-pori tanah semakin besar pori-pori tanah maka semakin rendah
kapasitas pegang airnya, dan sebaliknya semakin kecil pori-pori tanah maka
semakin besar kapasitas pegang airnya, tetapi jumlah air tersedia tertinggi
dipunyai oleh tanah bertekstur sedang. Pergerakan air maupun laju perubahan
kadar air dalam tanah sangat ditentukan oleh karakteristik pori tanah yang
menyusun struktur tanah, seperti distribusi pori, kontinuitas pori dan tortuositas
pori.
Air tersedia bagi tanaman tergantung anatara lain kepada tekstur tanah,
struktur tanah dan bahan organik tanah (Hanafiah,2005). Hasil penelitian Huda
(2016) dan Harahap (2016) menunjukkan air tersedia pada tanah Ultisol bertekstur
lempung berpasir dan Inceptisol bertekstur lempung berpasir dengan perlakuan K1
(10 kg tanah mineral), K2 (9 kg tanah mineral + 1 kg kompos), K3 (8 kg tanah
mineral + 2 kg kompos) dan K4 (7 kg tanah mineral + 3 kg kompos) berturut-turut
hasilnya adalah 4,83% ; 5,20% ; 6,35% dan 7,00% pada tanah Ultisol. Sedangkan
tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak kandungan kompos hingga
perbandingan tanah mineral 7 kg + kompos 3 kg, ketersediaan air semakin besar.
Ukuran Pori
Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah
(terisi oleh udara dan air). Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar
(macro pore) dan pori-pori halus (micro pore). Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air yang mudah hilang karena gaya gravitasi), sedangkan pori-pori
halus berisi air kapiler atau udara. Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar
lebih banyak daripada tanah liat. Tanah dengan banyak pori-pori kasar sulit
menahan air sehingga tanaman mudah kering. Tanah-tanah liat mempunyai pori
total (jumlah pori-pori makro + mikro), lebih baik daripada tanah pasir
(Hardjowigeno, 1993).
Dalam mengamati pori-pori tanah ada beberap hal yang harus dicatat yaitu
ukuran, jumlah, kesinambungan, bentuk, orientasi dan letak. Ukuran dibedakan
menjadi beberapa kelas yaitu :
Tabel 6. Ukuran Pori Tanah
Kelas Ukuran (µm)
Sangat halus 0,1-0,5
Halus 0,5-0,2
Sedang 2,0-5,0
Kasar >5,0
(Hardjowigeno,1993).
Pori pori tanah dapat dibedakan menjadi pori mikro, pori meso dan pori
makro. Pori-pori mikro sering dikenal sebagai pori kapiler, pori meso dikenal
sebagai pori drainase lambat, dan pori makro merupakan pori drainase cepat.
Tanah pasir yang banyak mengandung pori makro sulit menahan air, sedang tanah
bahan organik di tanah pasiran akan meningkatkan kadar air pada kapasitas
lapang, akibat dari meningkatnya pori yang berukuran menengah (meso) dan
menurunnya pori makro, sehingga daya menahan air meningkat, dan berdampak
pada peningkatan ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman (Atmojo, 2003).
Menurut de Boodt (1972) pori-pori tanah yang berdiameter lebih dari 0,2
mikron disebut pori berguna, dan secara umum pori-pori tersebut terbagi atas tiga
kelompok, terdiri atas:
a. Pori pemegang air, yaitu pori yang berdiameter antara 0,2 dan 8,6
mikron (pF 4,2 - 2,54).
b. Pori drainase lambat, yaitu pori yang berdiameter antara 8,6 dan 28,8
mikron (pF 2,54 - 2,0).
c. Pori drainase cepat, yaitu pori yang berdiameter lebih dari 28,8 mikron
(pF 2,0).
Menentuan ukuran pori dilakukan dengan uji SEM (scanning electron microscopy), gambar dibuat berdasarkan deteksi elektron baru (elektron sekunder) atau elektron pantul yang muncul dari permukaan sampel ketika permukaan
sampel tersebut discan dengan sinar elektron. Elektron sekunder atau elektron
pantul yang terdeteksi selanjutnya diperkuat sinyalnya, kemudian besar
amplitudonya ditampilkan dalam gradasi gelap-terang pada layar monitor CRT
(cathode ray tube). Di layar CRT inilah gambar struktur obyek yang sudah diperbesar bisa dilihat. Pada proses operasinya, SEM tidak memerlukan sampel
yang ditipiskan, sehingga bisa digunakan untuk melihat obyek dari sudut pandang