BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Informasi
Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling terkait atau terpadu yang
dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan (Kadir, 2003). Sedangkan informasi
merupakan hasil pengolahan data sehingga menjadi bentuk yang penting bagi
penerimanya dan mempunyai kegunaan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan yang dapat dirasakan akibatnya secara langsung saat itu juga atau
secara tidak langsung pada saat mendatang (Sutanta, 2004). Sistem informasi
adalah suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari
komponen-komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan yaitu menyajikan
informasi (Ladjamudin, 2005).
2.1.1 Sistem Informasi Rumah Sakit
Sistem informasi Rumah sakit (SIRS) adalah suatu tatanan yang berurusan
dengan pengumpulan data, pengolahan data, penyajian informasi serta
penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan Rumah sakit (Sabarguna
dalam barsasella, 2012)
2.1.2 Sistem Informasi Rumah Sakit Berbasis Komputer
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) yang Berbasis Komputer
(Computer Based Hospital Information System) sangat diperlukan untuk sebuah
rumah sakit dalam era globalisasi, di mana untuk pengembangan dan
pemeliharaan dibutuhkan penggunaan teknologi informasi yang menyebabkan
maka rumah sakit tersebut selamanya harus menggunakan teknologi informasi
(Sanjoyo, 2008).
2.2 Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit dengan menggunakan Microsoft Visual C#
2.2.1 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
SIM-RS merupakan sistem yang menangkap data tentang rumah sakit,
menyimpan, dan memelihara data serta menyediakan informasi yang berguna
untuk manajemen rumah sakit. SIM-RS terdiri dari beberapa bagian seperti bagian
registrasi pasien, rawat jalan, rawat inap, pembayaran dan penagihan, persediaan,
dan lain-lain (Noerlina, 2009).
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 82 Tahun 2013, Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang
selanjutnya disingkat SIMRS adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi
yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah
Sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi
untuk memperoleh informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari
Sistem Informasi Kesehatan. Peran sistem informasi didalam kegiatan manajemen
rumah sakit sangatlah membantu dan mempunyai peran yang sangat efektif dalam
proses pelayanan kesehatan di rumah sakit, dengan sistem informasi seorang
pemimpin rumah sakit dapat mengambil suatu kebijakan secara cepat, tepat dan
akurat berdasarkan informasi yang didapat dari pelayanan kesehatan di rumah
2.2.2 Pengembangan Sistem
Pengembangan sistem (systems development) dapat berarti menyusun suatu
sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau
memperbaiki sistem yang telah ada. Sistem yang lama perlu diperbaiki atau
diganti disebabkan karena beberapa hal, yaitu sebagai berikut: (Jogiyanto, 1999).
1. Adanya permasalahan-permasalahan (problems) yang timbul di sistem yang
lama.
2. Pertumbuhan organisasi yang menyebakan harus disusunnya sistem yang baru.
3. Untuk meraih kesempatan-kesempatan karena saat ini teknologi informasi telah
berkembang dengan cepatnya.
4. Adanya intruksi-intruksi (directives).
Adapun untuk mengembangkan sistem informasi manajemen di dalam
organisasi termasuk Rumah Sakit dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
metode System Development Life Cycle (SDLC) atau disebut juga Siklus Hidup
Pengembangan Sistem (SHPS), metode prototyping, dan metode pengembangan
proses cepat.
2.2.2.1 System Development Life Cycle (SDLC)
Menurut Raymond Mc Leod dalam Nugroho (2008) merumuskan bahwa
sistem SHPS terdiri atas lima fase, dengan empat fase pertama disediakan untuk
pengembangan dan yang kelima untuk penggunaan. Adapun menurut Nugroho
(2008) diagram pengembangan dengan metode SHPS dapat digambarkan seperti
Gambar 2.1 Siklus Hidup Pengembangan Sistem
2.2.2.1.1 Fase perencanaan
Perencanaan sistem (systems planning) ini menyangkut estimasi dari
kebutuhan-kebutuhan fisik, tenaga kerja dan dana yang dibutuhkan untuk
mendukung pengembangan sistem ini serta untuk mendukung operasinya setelah
ditetapkan. Perencanaan sistem dapat terdiri dari perencanaan jangka panjang dan
perencanaan jangka pendek (Jogiyanto, 1999). Untuk melakukan perencanaan,
perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: (Nugroho, 2008)
1. Mengevaluasi masalah
Panitia perlu melakukan evaluasi atas latar belakang masalah yang
dihadapi. Pada tahap ini panitia perlu sekali melihat berbagai macam faktor yang
nantinya akan memengaruhi pengembangan SIM. Untuk itu panitia harus
meminta masukan dari semua bagian maupun semua tingkat manajemen
2. Menetapkan masalah
Setelah menilai berbagai macam faktor dan alasan tentang perlunya
dikembangkan SIM, panitia perlu mulai merumuskan masalah yang dihadapi oleh
organisasi. Pada tahap ini panitia tidak berusaha menghimpun semua masalah
secara rinci, melainkan hanya mencari informasi untuk menunjukkan di mana
masalah tersebut berada dan apa penyebabnya.
3. Menentukan tujuan sistem
Panitia mengembangkan sebuah daftar tujuan sistem yang harus dicapai
untuk memenuhi kebutuhan para pemakai. Misalnya apakah sistemnya dibangun
secara terotomasi penuh ataukah semi-otomatis.
4. Mengidentifikasi keterbatasan sistem
Semua sistem pasti mempunyai keterbatasan, baik keterbatasan dana,
sumber daya manusia, lokasi dan lain sebagainya. Semuanya ini perlu
diidentifikasi agar hasil fase perancangan yang nantinya diperoleh realistis.
5. Mengadakan studi kelayakan
Studi kelayakan dilakukan untuk menilai apakah sistem yang sudah
ditetapkan tujuan-tujuannya tersebut akan mungkin dicapai. Ada enam aspek yang
perlu dipertimbangkan, yaitu:
a. Kelayakan teknis, yaitu menyangkut ketersediaan hardware dan software yang
dibutuhkan untuk implementasi SIM.
b. Kelayakan ekonomis, yaitu perlu dipastikan bahwa sistem yang dibangun akan
c. Kelayakan nonekonomis, yaitu adakah keuntungan nonekonomis dari hasil
pembangunan sistem yang akan dilakukan, misalnya keuntungan politis. Bila
ada maka perlu dirumuskan agar nantinya dapat dilihat keuntungan sistem
secara global.
d. Kelayakan hukum dan etika, yaitu perlu dipastikan apakah sistem yang
dikembangkan akan melanggar batas-batas hukum yang berlaku. Misalnya,
menggunakan perangkat lunak yang dijual secara komersial ataukah perangkat
lunak open source yang didistribusikan secara bebas.
e. Kelayakan operasional, yaitu perlu dipertimbangkan apakah sistem yang
dikembangkan akan menerima dukungan dari para pemakai di dalam
organisasi.
f. Kelayakan jadwal, yaitu perlu diperhatikan kemungkinan melaksanakan
sistem dalam batas waktu yang telah ditentukan.
2.2.2.1.2 Fase Analisis
Fase analisis pada dasarnya adalah fase untuk menentukan input dan
output yang diperlukan untuk diimplementasikan pada SIM. Tahapan dalam fase
analisis tersebut adalah sebagai berikut: (Nugroho, 2008)
1. Sosialisasi adanya pengembangan SIM di organisasi
Pengembangan SIM di dalam organisasi perlu disosialisasikan kepada
semua personel yang ada di dalam organisasi. Sosialisasi ini penting agar SIM
nantinya dapat diterima oleh semua personel. Sosialisasi dapat dilakukan melalui
berbagai cara, antara lain diumumkan di dalam rapat, pertemuan-pertemuan
2. Mengorganisasi tim panitia
Panitia yang sudah ada pada tahap ini dapat dikembangkan lebih jauh
dengan menambah personel ahli (jika belum ada) dari berbagai macam kualifikasi
yang diperlukan antara lain analis sistem, ADB, spesialis jaringan, programer,
wakil, ahli manajemen perusahaan, kalau perlu akuntan perusahaan dan lain-lain
hingga terbentuk lengkap tim yang dianggap cakap melakukan pengembangan
SIM sampai dapat digunakan.
3. Menyusun input
Panitia harus menyususn kebutuhan informasi bagi para pemakai. Proses
penggalian kebutuhan informasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya
wawancara secara pribadi, observasi, melihat contoh laporan, melihat formulir
input, survei dan sebagainya. Dari seluruh metode ini, wawancara pribadi adalah
yang paling efektif.
4. Merancang kinerja output
Apabila kebutuhan informasi bagi para personel (termasuk tentunya
manajemen) telah ditetapkan maka sangatlah mungkin untuk dapat menentukan
kriteria kinerja sistem yang diinginkan.
5. Menyiapkan proposal desain
Panitia menyusun laporan analisis dan sekaligus proposal untuk masuk ke
tahap selanjutnya, yaitu tahap perancangan.
6. Setuju atau tidak menyetujui proyek desain
Manajemen setelah mengevaluasi proposal dan berdiskusi dengan panitia
2.2.2.1.3 Fase perancangan
Fase perancangan adalah fase perancangan sistem secara lengkap, baik
dari aspek perangkat keras maupun perangkat lunak. Dalam pengembangan SIM
ada dua hal yang harus dirancang, yaitu aspek perancangan proses dan aspek
perancangan data. Pada fase ini jasa ahli komputerlah yang lebih diperlukan.
Apabila sistem dipandang layak maka proses diteruskan dengan tahap
implementasi. Namun, bila tidak maka pengembangan dihentikan (Nugroho.
2008).
Fase perancangan ini adalah fase kritis. Apabila perancangannya baik
maka implementasinya akan lancar, dan sebaliknya (Nugroho,2008).
1. Menyiapkan desain sistem secara umum
Pada tahap desain secara umum, komponen-komponen sistem informasi
dirancang dengan tujuan untuk dikomunikasikan kepada user bukan untuk
pemrogram. Komponen sistem yang didesain adalah model, output, input,
database, teknologi dan kontrol (Jogiyanto, 1999).
2. Menyiapkan desain sistem secara terperinci
Perancangan desain sistem yang terinci harus dilakukan atas dua aspek,
aspek proses dan aspek data. Adapun dokumen perancangan sistem yang harus
dibuat sebaliknya dimaksudkan untuk dua kelompok, yaitu pemilik atau
3. Mengidentifikasi alternatif sistem
Perlu disadari bahwa pengembangan suatu sistem biasanya tidak hanya
bermuara pada sebuah kemungkinan, melainkan akan muncul berbagai alternatif
yang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
4. Mengevaluasi berbagai alternatif sistem
Panitia mengevaluasi berbagai alternatif sistem yang ditemukan.
Keuntungan dan kerugian tersebut perlu dipandang dari berbagai aspek, baik
aspek ekonomi, hukum, waktu, politis, dan lain sebagainya.
5. Memilih sistem terbaik
6. Menyiapkan usulan penerapan
7. Setuju atau tidak setuju dengan pelaksanaan sistem
2.2.2.1.4 Fase Implementasi
Fase implementasi adalah fase dimana program ditulis, diuji dan
disesuaikan sampai memenuhi kebutuhan pemakai. Pada fase ini semua perngkat
lunak dan perangkat keras dipasang, dicoba dan diatur sampai memenuhi harapan
yang ditetapkan. Pada fase ini jasa ahli komputerlah yang lebih dominan
dibanding jasa ahli manajemen. Apabila proses dipandang memuaskan maka
pengembangan diteruskan ke tahap operasional. Apabila tidak maka proses dapat
saja dihentikan. Pada tahap ini fase kritis terletak pada fase perpindahan dari
sistem lama ke sistem baru (Nugroho, 2008).
2.2.2.1.5 Fase penggunaan
Fase penggunaan adalah fase dimana SIM mulai digunakan untuk
penyempurnaan-penyempurnaan kecil pada sistem, maupun juga penambahan-penambahan kecil
pada kinerja sistem. Pada tahap ini secara teratur dilakukan audit sistem untuk
menjamin quality assurance dari kinerja sistem (Nugroho, 2008).
2.2.2.2 Prototyping
Metode prototyping cocok digunakan sebagai metode pengembangan SIM
bagi organisasi yang mempunyai karakteristik sebagai berikut: (Nugroho, 2008)
1. Organisasi yang berisiko tinggi
2. Sistem yang inovatif
3. Perilaku pemakai yang sukar ditebak
4. Penyelesaian pengembangan SIM yang cepat
5. Perkiraan pnggunaan SIM yang pendek
2.2.2.3 Metode Pengembangan Proses Cepat
Mengingat adanya kebutuhan akan pengembangan SIM dalam waktu
pendek, banyak perusahaan menerapkan pengembangan SIM dengan metode
Pengembangan Proses Cepat (PPC). Pengembangan metode PPC ini biasanya
menggunakan perangkat lunak yang disebut CASE (Computer Aided Software
Engineering), yaitu suatu jenis perangkat lunak yang dapat digunakan untuk
mengembangkan SIM dengan cepat (Nugroho, 2008).
2.2.3 Program Komputer untuk Pengembangan Sistem Informasi
Pengembangan sistem informasi manajemen Rumah Sakit dapat dilakukan
dengan menggunakan bantuan beberapa program komputer, seperti Visual Basic,
2.2.3.1 Mengenal Microsoft Visual C#
Microsoft Visual C# adalah bahasa pemrograman yang hadir utuk
menjembatani pengembangan aplikasi yang andal, sederhana dan tentunya
mempunyai performa yang memadai. C# adalah dua bahasa modern yang hadir
dengan konsep OOP dan mengesampingkan konsep sulit seperti pointer, multiple
inheritence, dan juga alokasi sumber daya. Hal ini dilakukan dengan
menghadirkan suatu Framework khusus di atas sistem operasi yang ada pada C#
lingkungan eksekusi aplikasi ini dikenal dengan .NET CLR (runtime environment
pada java). Di dalam .NET CLR ini berlangsung eksekusi , pengelolaan sumber
daya hingga penanganan error secara otomatis (Ferdiana, 2006).
2.2.3.2 Sejarah Perkembangan Microsoft Visual C#
C# pertama kali diperkenalkan pada bulan Juli 2000 sebagai sebuah bahasa
pemrograman modern berorientasi objek yang menjadi sebuah bahasa
pemrograman utama di dalam pengembangan di dalam platform Microsoft .NET
Framework. Pengalaman Helsberg dalam pendesain bahasa pemrograman seperti
Visual J++, Delphi, Turbo Pascal) dengan mudah dilihat dalam sintaksis bahasa
C#, begitu pula halnya pada inti Common Language Runtime (CLR). Dari kutipan
atas interview dan makalah-makalah teknisnya ia menyebutkan
kelemahan-kelemahan yang terdapat pada bahasa pemrograman yang umum digunakan saat
ini, misalnya C++, Java, Delphi, ataupun Smalltalk. Kelemahan-kelemahan yang
dikemukakannya itu yang menjadi basis CLR sebagai bentukan baru yang
menutupi kelemahan-kelemahan tersebut, dan pada akhirnya memengaruhi desain
Ada kritik yang menyatakan C# sebagai bahasa yang berbagi akar dari
bahasa-bahasa pemrograman lain. Fitur-fitur yang diambilnya dari bahasa C++
dan Java adalah desain berorientasi objek, seperti garbage collection, reflection,
akar kelas (root class), dan juga penyederhanaan terhadap pewarisan jamak
(multiple inheritance). Fitur-fitur tersebut di dalam C# kini telah diaplikasikan
terhadap iterasi, properti, kejadian (event), metadata, dan konversi antara tipe-tipe
sederhana dan juga objek. C# didesain untuk memenuhi kebutuhan akan sintaksis
C++ yang lebih ringkas dan Rapid Application Development yang 'tanpa batas'
(dibandingkan dengan RAD yang 'terbatas' seperti yang terdapat pada Delphi dan
Visual Basic) (Jarkom, 2013).
Agar mampu mempromosikan penggunaan besar-besaran dari bahasa C#,
Microsoft, dengan dukungan dari Intel Corporation dan Hewlett-Packard,
mencoba mengajukan standardisasi terhadap bahasa C#. Akhirnya, pada bulan
Desember 2001, standar pertama pun diterima oleh European Computer
Manufacturers Association atau Ecma International (ECMA), dengan nomor
standar ECMA-334. Pada Desember 2002, standar kedua pun diadopsi oleh
ECMA, dan tiga bulan kemudian diterima oleh International Organization for
Standardization (ISO), dengan nomor standar ISO/IEC 23270:2006 (Jarkom,
2013).
Adapun versi-versi program C# adalah sebagai berikut: (Perwanto, 2011)
1.1 1.1.4322.573 2003-04-24 Visual Studio .NET
2003
Windows Server 2003
2.0 2.0.50727.42 2005-11-07 Visual Studio 2005 3.5 3.5.21022.8 2007-11-19 Visual
Studio 2008
Windows 7, Windows 2008 R2 4.0 4.0.30319.1 2010-04-12 Visual
Studio 2010
-
2.2.3.3 Kelebihan Microsoft Visual C#
Adapun kelebihan dari program Microsft Visual C#, yaitu sebagai berikut:
(Triananda, 2013)
1. Flexible: C# program dapat di eksekusi di mesin komputer sendiri atau di
transmiskan melalu web dan dieksekusi di komputer lainnya.
2. Powerful: C# memiliki sekumpulan perintah yang sama dengan C++ yang kaya
akan fitur yang lengkap tetapi dengan gaya bahasa yang lebih diperhalus
sehingga memudahkan penggunanya.
3. Visually oriented: The .NET library code yang digunakan oleh C#
menyediakan bantuan yang dibutuhkan untuk membuat tampilan yang
complicated dengan frames, dropdown , tabbed windows, group button , scroll
bar , backgroundimage , dan lainnya.
4. Secure: semua bahasa pemprograman yg digunakan untuk kebutuhan internet
mesti memiliki security yg benar-benar aman untuk menghindari aksi
kejahatan dari pihak lain seperti hacker , C# memiliki segudang fitur untuk
5. Memory management lebih mudah karena adanya garbage collector, yg
membebaskan memory secara otomatis sehingga dapat mencegah memory
leak.
2.2.4 Pemrograman Berorientasi Objek (OOP)
Pemrograman berorientasi objek (Inggris: object-oriented programming
disingkat OOP) merupakan paradigma pemrograman yang berorientasikan kepada
objek. Ini adalah jenis pemrograman di mana programmer mendefinisikan tidak
hanya tipe data dari sebuah struktur data, tetapi juga jenis operasi (fungsi) yang
dapat diterapkan pada struktur data. Dengan cara ini, struktur data menjadi objek
yang meliputi data dan fungsi. Selain itu, pemrogram dapat membuat hubungan
antara satu benda dan lainnya. Sebagai contoh, objek dapat mewarisi karakteristik
dari objek lain (Subiyantoro, 2013).
2.2.5 .NET Framework
.NET adalah sebuah platform yang berisi sekumpulan tool dan layanan
yang akan memberikan makna yang berbeda bagi tiap orang. Bagi seorang
pengembang .NET, platform ibarat sebagai sebuah sekumpulan API dan tool
pengembangan aplikasi terkini, yakni sebuah visual Studio .NET. Sementara bagi
seorang administrator jaringan platform .NET dapat diibaratkan sebagai
seperangkat piranti lunak yang memudahkan baginya dalam mengelola server
seperti halnya sumplan solusi piranti lunak yang dikenal dengan .NET Server
Family (Ferdiana, 2006).
.NETFramework adalah teknologi inti yang menyediakan berbagai library
Common Language Runtime (CLR) yang menyediakan run time environment
untuk aplikasi yang dibangun menggunakan Visual Studio .NET, terlepas dari
jenis bahasa pemrogramannya (Amri, 2003).
2.2.6 Common Language Runtime (CLR)
Common Language Runtime adalah sebuah environment modern untuk
menjalankan program saat runtime. Tugasnya sebagai berikut: (Jaenuddin, 2006)
1. mengatur dan mengelola eksekusi kode program
2. mengelola alokasi memori ketika program dieksekusi
3. memberikan layanan seperti JIT kompilasi
4. mengelola penanganan kesalahan atau eksepsi
5. melakukan proses debug dan mengatur keamanan program
6. bersifat assembly saat proses deployment (penyebaran) atau kompilasi
7. memungkinkan adanya variasi dan intregrasi berbagai bahasa pemrograman
yang ada di lingkungan Framework.NET.
2.2.7 Kompilasi Kode
Pada dasarnya ada dua jenis bahasa pemograman, yaitu interpreter dan
compiler. Interpreter adalah perangkat lunak yang mampu mengeksekusi code
program (yang ditulis oleh programmer) lalu menterjemahkannya ke dalam
bahasa mesin, sehingga mesin melakukan instruksi yang diminta oleh programmer
tersebut. Perintah-perintah yang dibuat oleh programmer tersebut dieksekusi baris
demi baris, sambil mengikuti logika yang terdapat di dalam kode tersebut.
Sedangkan compiler sendiri adalah program sistem yang digunakan sebagai alat
penterjemahan kode (yang dibuat programmer) ke dalam bahasa mesin. Hasil dari
terjemahan ini adalah bahasa mesin. Pada beberapa compiler, output berupa
bahasa mesin dilaksanakan dengan proses assembler yang berbeda (Mulyadi,
2012).
2.2.8 MySQL
Menurut Nugroho (2008) dalam Syukron dan Hasan (2015) “ MySQL(My
Structured Query Language) adalah sebuah program pembuat dan pengelola
database atau yang sering disebut dengan DBMS (Database Management
System)”. Database berfungsi sebagai penampung data yang akan dimasukkan
melalui form website. Selain itu dapat juga dibalik dengan menampilkan data yang
tersimpan dalam database ke dalam halaman website. MySQL merupakan
penyimpanan data yang fleksibel dan cepat aksesnya sangat dibutuhkan dalam
sebuah website yang interaktifdan dinamis.
2.3 Diagram alir data (DAD) atau Data Flow diagram (DFD)
Diagram alir data (DAD) atau Data Flow diagram (DFD) adalah sebuah
alat dokumentasi grafik yang menggunakan simbol-simbol untuk menjelaskan
suatu proses (Nugroho, 2008). Sedangkan menurut Ladjamuddin (2005) DAD
adalah model dari sistem untuk menggambarkan pembagian sistem ke modul yang
lebih kecil. Salah satu keuntungan menggunakan DAD adalah memudahkan
pemakai atau user yang kurang menguasai bidang komputer untuk mengerti
2.4 Flowchart
Flowchart adalah representasi grafis dan langkah-langkah yang harus
diikuti dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang terdiri dari sekumpulan
simbol, di mana maisng-masing simbol merepresentasikan kegiatan tertentu
(Yatini, 2010).
Tabel 2.2 Simbol-simbol Flowchart
No Simbol Keterangan
1 5. Arus/Flow, untuk menyatakan jalannya arus suatu proses
2 Communication link, simbol transmisi untuk
informasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya
3
Connector, simbol untuk keluar/ masuk prosedur atau proses dalam lembar/halaman yang sama
4 Off-line connector, simbol untuk keluar/masuk prosedur atau proses dalam lmbar atau halaman yang lain
5 Process, simbol yang menunjukkan pengolahan yang dilakukan oleh komputer
6 Manual operation, simbol yang menunjukkan
pengolahan yang tidak dilakukan oleh komputer
7 Decision, simbol untuk kondisi yang akan
menghasilkan beberapa kemungkinan jawaban/aksi
8 Preparation, digunakan untuk memberikan nilai awal pada suatu variabel
10 6. Off-line storage, untuk menunjukkan bahwa data dalam simbol ini akan disimpan ke suatu media tertentu.
11 7. Manual input, untuk memasukkan data secara
manual dengan menggunakan online keyboard
12 8. Input-Output, untuk menyatakan proses input dan output tanpa tergantung dengan jenis peralatannya
13 9. Punched Card, untuk menyatakan input berasal dari kartu atau output ditulis ke kartu
14 Magnetic tape unit, simbol yang menyatakan input berasal dari pita magnetik atau output disimpan ke pita magnetik
15 10. Disk storage, untuk menyatakan input berasal dari disk atau output disimpan ke disk
16 11. Document, untuk mencetak laporan ke printer
17 12. Display, untuk menyatakan peralatan output yang digunakan berupa layar.