• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 Keterpaduan Strategi Pengem bangan Kabupaten Labuhanbatu Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "5 Keterpaduan Strategi Pengem bangan Kabupaten Labuhanbatu Selatan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

B

B

a

a

b

b

5

5

K

K

e

e

t

t

e

e

r

r

p

p

a

a

d

d

u

u

a

a

n

n

S

S

t

t

r

r

a

a

t

t

e

e

g

g

i

i

P

P

e

e

n

n

g

g

e

e

m

m

b

b

a

a

n

n

g

g

a

a

n

n

K

K

a

a

b

b

u

u

p

p

a

a

t

t

e

e

n

n

L

L

a

a

b

b

u

u

h

h

a

a

n

n

b

b

a

a

t

t

u

u

S

S

e

e

l

l

a

a

t

t

a

a

n

n

5.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Adapun tujuan penataan ruang Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang yaitu ”MEWUJUDKAN KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN YANG AMAN, NYAMAN, PRODUKTIF DAN BERKELANJUTAN YANG

BERBASIS PERKEBUNAN DENGAN MEMANFAATKAN POSISI STRATEGIS YANG BERADA PADA JALUR

LINTAS TIMUR DAN PENGHUBUNG JALUR LINTAS BARAT SUMATERA” Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten memiliki fungsi :

 sebagai dasar untuk menformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;

 memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kabupaten; dan;

 sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan :

 visi dan misi pembangunan wilayah kabupaten;

 karakteristik wilayah kabupaten;

 isu strategis; dan

 kondisi objektif yang diinginkan.

Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:

 tidak bertentangan dengan tujuan penataan ruang wilayah provinsi dan nasional;

 jelas dan dapat tercapai sesuai jangka waktu perencanaan; dan

 tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

5.1.1. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Berdasarkan tujuan penataan ruang yang ingin dicapai, maka kebijakan penataan ruang Kabupaten

Labuhanbatu Selatan beserta strategi penataan ruang yang mendukung kebijakan tersebut dapat diuraikan

(2)

1. Membangun prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas, adil dan merata.

Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

a. Pembangunan prasarana dan sarana transportasi yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi

kawasan secara signifikan dan berimbang;

b. Pembangunan sistem jaringan prasarana dan fasilitas sosial secara proporsional dan memadai sesuai

kebutuhan masyarakat pada setiap pusat permukiman.

c. Peningkatan prasarana dan sarana perhubungan dari pusat produksi komoditi unggulan menuju pusat

pemasaran;

d. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung produksi untuk menjamin kestabilan produksi komoditi

unggulan;

e. Pembangunan dan pemerataan fasilitas pelayanan sosial ekonomi (kesehatan, pendidikan, air bersih,

pemerintahan dan lain-lain).

2. Mengembangkan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya alam yang berbasis pertanian,

perkebunan, dan kehutanan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

a. peningkatan produktivitas hasil perkebunan, pertanian, perikanan, perternakan dan kehutanan melalui

intensifikasi lahan;

b. pemanfaatan lahan non produktif secara lebih bermakna bagi peningkatan kualitas lingkungan dan

peningkatan pendapatan masyarakat;

c. peningkatan teknologi pertanian, termasuk perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan sehingga

terjadi peningkatan produksi dengan kualitas yang lebih baik dan bernilai ekonomi tinggi;

d. penguatan pemasaran hasil pertanian melalui peningkatan sumber daya manusia dan kelembagaan serta

fasilitasi sertifikasi yang dibutuhkan;

e. pengembangan industri pengolahan hasil kegiatan agro sesuai komoditas unggulan kawasan dan

kebutuhan pasar (agroindustri dan agribisnis); dan

f. peningkatan kegiatan pariwisata melalui peningkatan prasarana dan sarana pendukung, pengelolaan

objek wisata yang lebih profesional serta pemasaran yang lebih agresif dan efektif.

3. Memperkuat dan memulihkan fungsi kawasan lindung

Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

a. penetapan tata batas kawasan lindung dan budidaya untuk memberikan kepastian rencana pemanfaatan

ruang dan investasi;

b. penyusunan dan pelaksanaan program rehabilitasi lingkungan yang berbasis masyarakat;

c. peningkatan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan;

(3)

e. pengembangan kegiatan konservasi yang bernilai lingkungan dan sekaligus juga bernilai sosial-ekonomi,

seperti hutan kemasyarakatan, dan hutan tanaman rakyat;

Tabel 5.1

Arahan RTRW Kabupaten Labuhanbatu Selatan Untuk Bidang Cipta Karya

Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang

Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembagian Kawasan Lindung di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, meliputi :

a) kawasan hutan lindung;

b) kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi: kawasan bergambut dan kawasan resapan air;

c) kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, serta kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal lainnya; d) kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar

budaya meliputi: kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut, cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau,

1. Kawasan Hutan Lindung

Hal penetapan kawasan hutan lindung di Kabupaten Labuhanbatu Selatan acuan yang digunakan adalah SK Menteri Kehutanan Nomor: 579/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor: 579/Menhut-II/2014 luas kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah sebesar 6.736 Ha di Kecamatan Sungai Kanan.

Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya

Kawasan yang potensial bagi konservasi dan resapan air di Kabupaten Labuhanbatu Selatan meliputi luas seluruh kawasan hutan menurut SK Menhut Nomor:

Di Kabupaten Labuhanbatu Selatan banyak terdapat sungai-sungai yang mengalir dari arah Selatan menuju Utara dan bersatu menjadi satu di Sungai Barumun atau sering disebut dengan DAS Barumun. Dengan demikian maka berdasarkan hasil kajian potensi sungai dan pertimbangan kriteria diatas, maka kawasan sempadan sungai yang ditetapkan adalah: Sungai Barumun. Selain sungai Barumun terdapat sungai-sungai kecil lainnya seperti Sungai Kanan, Aek Raso, Aek Kabaro, Aek Tasik dan

Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten. Sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten meliputi sistem prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikannya dan memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah kabupaten..

1. Rencana Sistem Pusat Kegiatan

Rencana sistem pusat kegiatan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan meliputi pusat-pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang merupakan simpul pelayanan sosial ekonomi masyarakat dan terdiri atas kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan.

Sistem Pusat Kegiatan di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan dapat berupa : Labuhanbatu Selatan yang wewenang penentuannya ada pada pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan, yaitu:

 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; dan

 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), maka di Kabupaten Labuhanbatu Selatan tidak terdapat kawasan yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

(4)

Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang

sebagainya.

b. Kawasan Sekitar Danau/Bendungan/Waduk Pemanfaatan ruang kawasan lindung sempadan danau yang ditetapkan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah Danau Pagaran Padang yang terdapat di Kecamatan Torgamba.

RTH Kawasan Perkotaan

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, proporsi RTH harus mencapai minimal 30% dari total luas kawasan perkotaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. RTH kawasan perkotaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan diperkirakan seluas 2.478 Ha, terdiri dari RTH publik dan privat di kawasan perkotaan Kotapinang, Cikampak, Langgapayung, Aek Goti dan Tanjung Medan .

Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya

Kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam, suaka margasatwa, hutan wisata, daerah perlindungan satwa dan daerah pengungsian satwa. Berdasarkan kriteria tersebut maka kawasan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang dapat dikategorikan sebagai kawasan Suaka Alam adalah : Taman Wisata Holiday Resort. Taman Wisata Holiday Resort ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 695/KPTS-II/1990 Tanggal 27 Nopember 1990 terdapat di Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba. Berdasarkan PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Taman Wisata Holiday Resort ditetapkan sebagai Kawasan Lindung Nasional. Taman Wisata Holiday Resort ditetapkan sebagai Kawasan Suaka Alam karena mempunyai fungsi sebagai : tempat perlindungan satwa, yaitu sebagai Pusat Latihan Gajah (PLG) seluas 2.100,42 ha di Kecamatan Torgamba. Selain itu kawasan ini juga berfungsi sebagai tempat perlindungan jenis fauna seperti: Perkutut (Geopelia striata), Murai Batu (Copsychus delivutia), Jalak (Acridoteres fuscus) dan lain-lain. Jenis mamalia yang ada antara lain ; Rusa (Cervus timorensis), Babi Hutan (Sus Vittatus), Kijang (Muntiacus muntjak), Monyet (Macaca fascicularis), Musang (Viveridae), Gajah (Elephas maximus) dan sebagainya.

Taman Wisata Alam dan Buatan

kawasan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang dapat dikembangkan sebagai Taman Wisata Alam adalah; Taman Wisata Alam Holiday Resort di Kecamatan Torgamba. Dengan demikian maka kawasan Taman Wisata Alam Holiday Resort juga termasuk sebagai Kawasan Suaka Alam. Atau dengan kata lain kawasan suaka alam dan taman wisata alam berada dalam satu kawasan yaitu; Taman Wisata Alam Holiday Resort, serta pengembangan di taman wisata Pemandian Alam Pandayangan Indah di Kec. Silangkitang, Kawasan Wisata Danau Pagaran Padang di Kec. Torgamba, Pantai Lumpatan dan Pantai Keceper di Kec. Sungai Kanan dan Danau Biramata di Kec. Kotapinang. Taman

maka kawasan perkotaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah Kotapinang. Kotapinang ditetapkan sebagai Ibukota Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Dengan statusnya sebagai Ibukota Kabupaten Labuhanbatu Selatan maka fungsi dan peranan dari Kotapinang juga akan semakin besar, sehingga fungsi utama yang akan dikembangkan pada kawasan perkotaan Kotapinang adalah :

 Pusat pemerintahan kabupaten;  Pusat perdagangan dan jasa;

 Industri pengelolaan dan pengolahan pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan;  Pusat permukiman;

 Pusat pelayanan pendidikan, kesehatan dan pariwisata.

Pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang telah menunjukkan ciri-ciri perkotaan adalah Ibukota kecamatan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. Dengan demikian maka pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), adalah :  Langga Payung, Kecamatan Sungai Kanan;  Cikampak, Kecamatan Torgamba;

 Aek Goti , Kecamatan Silangkitang; dan  Tanjung Medan, Kecamatan Kampung Rakyat.

Desa-desa yang mempunyai potensi besar untuk berkembang dan telah mempunyai sarana dan prasarana lingkungan yang memadai dan dapat melayani beberapa desa disekitarnya akan ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), yaitu :  Desa Simatahari, Kecamatan Kotapinang;  Desa Teluk Panji, Kecamatan Kampung Rakyat;  Desa Pinang Damai, Kecamatan Torgamba;  Desa Hutagodang, Kecamatan Sungai Kanan,

dan

 Desa Mandalasena, Kecamatan Silangkitang. Pada desa-desa tersebut diatas saat ini telah tumbuh kegiatan perekonomian desa yang dapat melayani desa-desa sekitarnya sehingga potensial untuk dikembangkan menjadi Pusat Pelayanan Lingkungan sekaligus sebagai sub pusat pelayanan kawasan, agar terjadinya pemerataan pada setiap kecamatan. 2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Jaringan jalan di Wilayah Kabupaten Labuhanbatu

(5)

Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang

wisata buatan terdapat di Taman Wisata Water Park dan Bumi Perkemahan di Kecamatan Torgamba, Taman Wisata Simatahari Indah danTaman Wisata Sandrina di KecamatanSungai Kanan.

Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang dapat dikembangkan adalah : Situs Budaya peninggalan sejarah Kesultanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan yaitu Istana Kota Bahran di Kotapinang.

Kawasan Rawan Gerakan Tanah

Kawasan rawan gerakan tanah atau tanah longsor di Kabupaten Labuhanbatu Selatan jarang terjadi karena disebabkan oleh kondisi topografi yang relatif datar. Namun dibeberapa tempat seperti pada kawasan Selatan kabupaten memiliki lereng yang landai sehingga berpotensi terjadinya gerakan tanah.

Gerakan tanah yang terdapat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dapat dikatagorikan sebagai gerakan tanah rendah, karena pada umunya lahan yang ada berupa lahan dataran yang landai. Sedangkan kawasan yang berpotensi terjadinya gerakan tanah menengah hanya terdapat di sepanjang DAS Barumun mulai dari arah Selatan menuju Utara yang meliputi Kecamatan Kampung Rakyat seluas 4.229 Ha, Kecamatan Kotapinang Seluas 4.167 Ha dan Kecamatan Torgamba seluas 1.423 Ha.

Kawasan Rawan Banjir

Kawasan rawan banjir di Kabupaten Labuhanbatu Selatan sangat dipengaruhi oleh kondisi pada daerah hulu (selatan). Daerah-daerah yang sering terkena banjir adalah daerah hilir sepanjang sungai yang mempunyai kelerengan datar. Kawasan-kawasan yang dapat dikatagorikan sebagai kawasan berpotensi banjir di Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah; Kecamatan Kampung Rakyat, Kecamatan Sungai Kanan dan Kecamatan Kotapinang.

Kawasan Lindung Geologi

kawasan yang memberikan perlindungan terhadap Cekungan Air Tanah (CAT) di Kabupaten Labuhanbatu Selatan terdapat seluas 21.799 Ha. CAT di Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan CAT lintas provinsi, yaitu: CAT Teluk Durian/ Pekanbaru yang meliputi 3 (tiga) kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, antara lain Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Kabupaten Padang Lawas, dan Kabupaten Padang Lawas Utara seluas 21.799 Ha Sedangkan daerah imbuhan air tanahnya berada di sebelah selatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Untuk menciptakan stabilitas ekonomi dan memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Labuhanbatu Selatan, maka setiap luasan pengembangan kawasan budidaya harus memperhatikan potensi tenaga kerja dan daya dukung lingkungan yang dimiliki

Berdasarkan fungsinya, pembagian Kawasan Budidaya di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, sesuai dengan UU

pelayanan dan mendukung perkembangan wilayah. Rencana peningkatan dan pembangunan jaringan jalan baru di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Rencana Pengembangan dan Peningkatan Jaringan Jalan

Pengembangan dan peningkatan jaringan jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan terdiri atas pengembangan dan peningkatan jaringan jalan bebas hambatan, jaringan jalan arteri primer, dan jaringan jalan kolektor primer 1, 2 dan 3

(1) Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan meliputi ruas; Rantauprapat – Kotapinang – Provinsi Riau, yang merupakan bagian dari jalan bebas hambatan pulau Sumatera

(2) Jaringan Jalan Arteri Primer yang merupakan jalan nasional, meliputi : merupakan jalan strategis nasional, meliputi ruas Kotapinang – Langga Payung – batas Kabupaten Padang Lawas Utara.

(4) Pengembangan jaringan jalan kolektor 2 yang merupakan jalan kabupaten meliputi : a. Sp. Ranto Jior – Hajoran – Hutagodang;

Goti (Silangkitang) – Salingsing; p. Salingsing – Normark – Sp. Mampang; q. Batas Labuhanbatu – Rintis – Ujung

Padang – Ulu Mahuam – Salingsing;

(6)

Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang

Peraturan Menteri PU No.16/PRT/M2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, meliputi :

a. kawasan hutan produksi: b. kawasan hutan produksi terbatas;

c. kawasan pertanian, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan pertanian lahan basah, peruntukan pertanian lahan kering (perkebunan rakyat), peruntukan tanaman pangan, dan peruntukan hortikultura;

d. kawasan peruntukan perikanan, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan perikanan budidaya air tawar dan peruntukan kawasan pengolahan ikan; e. kawasan pertambangan, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan mineral dan batubara, peruntukan minyak dan gas bumi, peruntukan panas bumi, dan peruntukan air tanah di kawasan pertambangan;

f. kawasan industri, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan industri besar, peruntukan industri menengah dan peruntukan industri rumah tangga

g. kawasan peruntukan pariwisata, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan pariwisata budaya, peruntukan pariwisata alam, dan peruntukan pariwisata buatan;

h. kawasan peruntukan permukiman, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan permukiman perkotaan dan peruntukan permukiman perdesaan. sebagai kawasan budidaya maka permukiman diarahkan dalam kajian lokasi dan fungsi masing-masing permukiman, terutama dikaitkan dengan karakter lokasi, misalnya di pegunungan, dataran tinggi, permukiman pantai, dan sebagainya; dan

i. kawasan peruntukan lainnya.

Kawasan Hutan Produksi Terbatas adalah kawasan hutan yang sesuai dengan kriteria kawasan penyangga. Alokasi pemanfaatannya dipertahankan sesuai dengan fungsinya dimana exsploitasinya dapat dilakukan dengan Tebang Pilih Tanam. Kawasan Hutan Produksi Terbatas

Luas kawasan hutan produksi terbatas di Kabupaten Labuhanbatu Selatan terdapat sekitar 3.356 Ha, yang terdapat di Kecamatan Sungai Kanan

A. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Tetap Hutan Produksi Tetap atau bebas adalah kawasan hutan yang dapat diexsploitasi dengan Tebang Jalur dan tebang habis dengan memperhatikan pelestarian lingkungan. Menurut SK Menteri Kehutanan Nomor: 579/MENHUT-II/2014 luas hutan produksi tetap di Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah sebesar 30.804 Ha yang tersebar di Kecamatan Sungai Kanan, Kecamatan Torgamba, dan Kecamatan Kotapinang.

Kawasan Hutan Suaka Alam

(7)

Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang

kawasan budidaya pertanian, kawasan budidaya peternakan, kawasan transmigrasi dan kawasan lainnya yang mempunyai prospek yang lebih menguntungkan. Menurut SK Menteri Kehutanan Nomor : 579/Menhut-II/2014, luas hutan suaka alam di Kabupaten Labuhanbatu Selatan seluas 2.100,42 Ha.

Kawasan Pertanian Tanaman Pangan

kawasan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan diarahkan di :

 Kelurahan Langga Payung Kecamatan Sungai Kanan seluas lebih kurang 27,70 Ha;

 Desa Sampean Kecamatan Sungai Kanan seluas lebih kurang 10,10 Ha;

 Desa Mampang Kecamatan Kotapinang seluas lebih kurang 65,12 Ha;

 Desa Pasir Tuntung/Hadundung Kecamatan Kotapinang seluas lebih kurang 75 Ha.

Rencana Perluasan Lahan Basah :

 Desa Pasir Tuntung,Hadundung dan Mampang Kecamatan Kota Pinang seluas 300 Ha;

 Desa Bunut Kecamatan Torgamba 357 Ha;

 Desa Air Merah Kecamatan Kampung Rakyat 250 Ha. Kawasan Pertanian Hortikultura

kawasan pertanian hortikultura dikembangkan khususnya di daerah aliran Sungai Barumun dengan sebaran sebagai berikut :

 Kecamatan Torgamba seluas 35 Ha;  Kecamatan Silangkitang seluas 41 Ha;  Kecamatan Kotapinang seluas 20 Ha;  Kecamatan Kampung Rakyat seluas 40 Ha;  Kecamatan Sungai Kanan seluas 13 Ha.

Rencana pola pemanfaatan ruang untuk kawasan permukiman dapat dikembangkan sebagai berikut: A. Permukiman Perkotaan

Kawasan permukiman perkotaan diarahkan pada ibukota Kabupaten Kotapinang dan ibukota Kecamatan Langgapayung, Cikampak, Aek Goti dan Tanjung Medan. kecamatan yang mempunyai pertumbuhan cepat dan telah menunjukkan ciri-ciri perkotaan, terutama di Kotapinang sebagai Ibukota Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Pemanfaatan ruang yang diarahkan pada kawasan permukiman perkotaan adalah; permukiman kepadatan sedang sampai dengan tinggi, jasa dan perdagangan, perkantoran, dan industri secara terbatas.

B. Permukiman Perdesaan

(8)

Tabel 5.2

Identifikasi Kawasan Strategis Berdasarkan RTRW Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Kawasan Strategis

Kabupaten LabuhanbatuSelatan Sudut Kepentingan Lokasi

Kawasan Strategis Lingkungan kawasan pelindungan dan pelestarian lingkungan hidup,

1. Kawasan perkotaan Kotapinang, di Kecamatan Kotapinang,

2. Kawasan perkotaan Cikampak, di Kecamatan Torgamba;

3. Kawasan perkotaan Langga Payung, di Kecamatan Sungai Kanan;

4. Kawasan perkotaan Aek Goti, di Kecamatan Silangkitang;

sawit dan karet yang dimiliki oleh masyarakat dan perusahaan yang mempunyai peluang untuk ekspor

Pemusatan untuk kawasan ini diarahakan dibeberapa kecamatan, antara lain :

 Kotapinang : industri pengolahan CPO, Minyak Goreng dan Lateks;

 Torgamba dan Kampung Rakyat : industri pengolahan CPO.

 Sungai Kanan dan Silangkitang : Industri pengolahan CPO dan Lateks.

Sumber: RTRW Kabupaten Labuhanbatu Selatan

5.2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Oleh karena itu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Labuhanbatu

Selatan periode 2011-2015 disusun berdasarkan Visi, misi dan program Kepala Daerah terpilih dan tetap

berpedoman pada Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 8 Tahun 2009 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2013 dan

memperhatikan Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009.

Perumusan Visi Bupati Labuhanbatu Selatan periode lima tahun ke depan adalah pengejawantahan

kehendak masyarakat Kabupaten Labuhanbatu Selatan kedepan dalam mengelola berbagai sumberdaya alam

untuk kepentingan memajukan kehidupan masyarakat Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Sehingga perumusan

Visi Bupati Labuhanbatu Selatan periode lima tahun ke depan (2010 - 2015) adalah : “BERSAMA

MEMBANGUN TANAH KELAHIRAN”

Untuk memperjelas sasaran yang hendak diwujudkan, maka diberikan pengertian terhadap variabel

(9)

berencana, menyeluruh, terpadu, terarah dan berkelanjutan, untuk memacu peningkatan kemampuan

daerah dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar, sederajat dengan warga masyarakat daerah lain.

Adapun penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut :

Berencana

adalah pembangunan dari, oleh dan untuk warga masyarakat, yang diselenggarakan dengan

membangun bidang-bidang pembangunan dengan sasaran jangka panjang yang ingin diwujudkan.

Menyeluruh :

adalah pembangunan daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan di laksanakan secara adil dan merata

pada semua aspek kehidupan bangsa yang meliputi aspek politik, sosial budaya, dan aspek pertahanan

keamanan dengan senantiasa harus merupakan perwujudan dalam memperkukuh posisi sebagai bagian

yang tak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Terpadu :

adalah pembangunan daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan dilaksanakan bersama masyarakat,

swasta, dan pemerintah daerah. Masyarakat dan swasta adalah pelaku utama pembangunan, sementara

pemerintah daerah berkewajiban mengarahkan, membimbing serta menciptakan suasana yang menunjang.

Kegiatan masyarakat dan swasta bersama pemerintah daerah bersifat saling menunjang, saling mengisi,

dan saling melengkapi dalam satu kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan daerah

Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Terarah :

adalah bahwa pembangunan daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan memiliki arah yang jelas, yaitu untuk

mencapai kemajuan dan kesejahteraan lahir batin menuju terciptanya struktur masyarakat yang

berkeadilan.

Berkelanjutan :

adalah bahwa pembangunan daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan mencerminkan kehendak untuk

terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat yang adil dan merata, serta

mampu mewariskan kepada generasi selanjutnya kehidupan bersama yang jujur dan bersih.

Sebagaimana dijelaskan terdahulu visi “ bersama membangun tanah kelahiran” ini akan diwujudkan

melalui misi yang bertumpu pada “pancalogi kebijaksanaan pembangunan daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan“ yakni prinsip-prinsip kebijaksanaan pembangunan daerah dengan mengedepankan Optimalisasi pengelolaan sumber daya pembangunan daerah; Pengawasan proses pelaksanaan pembangunan daerah; Memacu pertumbuhan ekonomi; Mendorong pemerataan partisipasi dan hasil pembangunan daerah, serta Memantapkan stabilitas daerah, maka dirumuskan dalam 5 (lima) misi yang disebut panca karya prestasi sebagai berikut :

Misi pertama, Optimalisasi pengelolaan sumber daya pembangunan daerah yaitu

(10)

sumber daya manusia dan sumber daya alam dari dan untuk kepentingan

pembangunan daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Misi kedua, Pengawasan proses pelaksanaan pembangunan daerah yaitu kebijaksanaan

yang ditempuh pemerintah daerah untuk menjamin terjaganya kejujuran dari

para pelaksana pembangunan menyangkut kualitas maupun kuantitas

pembangunan daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Misi ketiga, Memacu pertumbuhan ekonomi daerah yang seimbang yaitu kebijaksanaan

pembangunan ekonomi daerah yang diarahkan untuk memacu percepatan

pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan tetap menjaga keseimbangan tiga

pilar ekonomi yakni masyarakat, swasta dan pemerintah daerah.

Misi keempat, Mendorong pemerataan partisipasi dan hasil pembangunan daerah yaitu

kebijaksanaan pemerintah daerah untuk mendorong keseimbangan, sebab

usaha mendorong pertumbuhan ekonomi semata justru akan mengabaikan atau

merugikan aspek pemerataan.

Misi kelima, Memantapkan stabilitas daerah yaitu kebijaksanaan pemerintah daerah

Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang memungkinkan untuk menciptakan

suasana stabilitas kehidupan masyarakat yang sehat dan dinamis.

Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah dirumuskan untuk mencapai visi-misi yang telah

ditetapkan. Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah tersebut akan dijabarkan kedalam kebijakan

umum dan program-program pembangunan daerah berdasarkan hasil analisis kondisi daerah dan disesuaikan

dengan visi-misi dan program-progran serta janji Bupati terpilih.

Misi 1. Optimalisasi Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan Daerah

Fokus utama dari misi di atas adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berakhlak

melalui pengembangan sumber daya manusia secara merata. Strategi dan arah kebijakan pembangunan

merupakan pedoman dalam melaksanakan program dan kegiatan selama periode tahun 2011 – 2015 di

Kabupaten Labuhanbatu Selatan berdasarkan urusan pemerintahan, dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Bidang Pendidikan

1. Pemerataan dan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan serta penerapan wajib belajar di

Kabupaten Labuhanbatu Selatan dilaksanakan dengan arah kebijakan :

a. Perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dasar dan menengah secara gratis;

(11)

c. Pengembangkan pelayanan pendidikan luar sekolah dan pendidikan informal berbasis potensi

daerah;

d. Mengembangkan sekolah kejuruan berbasis kompetensi.

2. Peningkatan profesionalisme dan kompetensi guru dengan arah kebijakan sebagai berikut :

a. Peningkatan pemenuhan kebutuhan tenaga pendidik dan kompetensi tenaga pendidik melalui

pengembangan profesional berkelanjutan.

b. Penguatan kemampuan guru dalam menjalankan paradigma pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif.

3. Penyelengaraan sistem pendidikan yang murah, mudah dijangkau, dan berkualitas di Kabupaten

Labuhanbatu Selatan dengan arah kebijakan sebagai berikut :

a. Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas.

b. Penataan sistem pembiayaan pendidikan yang adil, efisien dan akuntabel.

c. Peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah.

B. Bidang Perpustakaan

Merekrut tenaga pustaka yang mempunyai kompetensi dan profesional. Adapun arah kebijakan yang

ditempuh adalah :

a. Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya budaya membaca.

b. Peningkatan peran serta masyarakat dan orang tua dalam mendukung budaya membaca.

c. Peningkatan akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana pendukung budaya baca.

C. Bidang Kesehatan

1. Peningkatan profesionalisme dan distribusi tenaga kesehatan. Strategi ini dilaksanakan dengan arah

kebijakan :

a. Peningkatan pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan dan peningkatan mutu serta kompetensi

melalui pengembangan profesional berkelanjutan.

b. Penguatan kemampuan tenaga kesehatan dalam menjalankan pelayanan yang aktif, kreatif, efektif.

2. Peningkatan mutu dan kualitas sarana dan prasarana serta akses masyarakat pada pelayanan

kesehatan dan biaya kesehatan yang terjangkau dilaksanakan dengan arah kebijakan :

a. Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.

b. Peningkatan penataan sistem pembiayaan kesehatan yang efisien dan terjangkau.

c. Peningkatan status sarana dan prasarana kesehatan.

d. Penurunan angka kematian ibu dan anak.

3. Pelayanan kesehatan gratis bagi keluarga miskin. Arah kebijakan yang dilakukan adalah :

(12)

b. Peningkatan kenyamanan keluarga miskin dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.

c. Peningkatan akses keluarga miskin terhadap informasi layanan kesehatan.

d. Pemberantasan kemiskinan dan kelaparanan

4. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilaksanakan dengan arah dan kebijakan sebagai berikut :

a. Peningkatan kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat.

b. Peningkatan kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi obat asli Indonesia.

c. Pengendalian HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya.

d. Penurunan angka balita gizi buruk, angka persentase balita bertubuh pendek.

Misi 2. Pengawasan Proses Pelaksanaan Pembangunan Daerah

Misi ini melaksanakan beberapa strategi dan arah kebijakan. Arah kebijakan tersebut adalah :

A. Bidang Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan

Persandian

1. Peningkatan kualitas SDM aparatur melalui sistem kepegawaian yang professional. Strategi ini

melaksanakan arah dan kebijakan antara lain :

a. Peningkatan profesionalisme, netralitas dan kesejahteraan sumber daya aparatur.

b. Peningkatkan mekanisme seleksi, promosi dan mutasi aparatur daerah sesuai kompetensi.

2. Mewujudkan tata kelola sistem pemerintahan yang efisien, transparan, dan akuntabilitas (Good

governance), beberapa arah dan kebijakan, antara lain :

a. Penataan kelembagaan instansi pemerintah daerah agar menjadi lebih profesional, efektif dan

efisien dengan tugas pokok dan fungsi yang jelas.

b. Pengembangan sistem ketatalaksanaan untuk mendukung peningkatan efisiensi, transparansi, dan

akuntabilitas dalam proses kerja pemerintah daerah.

c. Peningkatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah.

3. Menetapkan standar sistem pelayanan publik. Arah kebijakan yang dilaksanakan adalah :

a. Memperkuat manajemen dan sistem pelayan publik.

b. Penerapan standar minimal pelayanan publik.

c. Pengembangan sistem evaluasi kinerja pelayanan publik.

d. Peningkatan koordinasi pelaksanaan reformasi birokrasi.

(13)

B. Bidang Perencanaan Pembangunan

1. Peningkatan keahlian (skill) aparatur melalui pendidikan, pelatihan, Bimbingan teknis dan Terjadinya

koordinasi aparat dan peningkatan parisipasi masyarakat, dengan arah kebijakan yang dilaksanakan

adalah :

a. Meningkatkan pendidikan aparatur perencana daerah. Strategi peningkatan sumberdaya aparatur

ditingkatlan melalui kebijakan penataan dan peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur perencana

sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

b. Meningkatkan partisipasi dan koordinasi pelaku pembangunan, melalui kebijakan pemberdayaan

masayarkat serta seluruh stakeholder dalam proses penyusunan dokumen perencanaan.

c. Meningkatkan keterpaduan seluruh dokumen perencanaan. Arah kebijakan yang dilaksanakan

adalah peningkatan koordinasi dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

d. Melakukan upaya pemantauan, evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan dan evaluasi

kajian kebijakan. Strategi ini dicapai dengan arah dan kebijakan peningkatan kualitas penyusunan

dokumen pelaporan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan dan pelaksanaan pembangunan

daerah.

C. Bidang Penataan Ruang

1. Percepatan pembangunan infrastruktur pendukung perekonomian di seluruh wilayah;

2. Percepatan pembangunan wilayah strategis dan cepat tumbuh.

3. Peningkatan keterkaitan antar wilayah, antar kawasan, antar desa dan wilayah lainnya di Kabupaten

Labuhanbatu Selatan secara sinergis.

Miisi 3. Memacu Pertumbuhan Ekonomi Daerah yang Seimbang

Untuk mencapai misi di atas ditentukan strategi dan arah kebijakan sebagai berikut :

A. Bidang Pertanian dan Perkebunan

1. Peningkatan kualitas petani , membuka akses modal, teknologi pertanian pada petani, dan menciptakan

sistem informasi pemasaran, dengan arah kebijakan yang dilaksanakan adalah :

a. Peningkatan ketersediaan bahan pangan;

b. Peningkatan kualitas SDM masyarakat dan petugas pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan,

perikanan, serta pertambangan.

c. Peningkatan akses petani terhadap modal, teknologi dan informasi pertanian dan perkebunan.

d. Peningkatan pengembangan agrobisnis pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan,

serta pertambangan.

e. Peningkatan hasil produksi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, serta

(14)

f. Pengembangan produk olahan lanjutan pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan,

serta pertambangan.

g. Pemantapan sistim pemasaran produksi pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan,

serta pertambangan.

h. Terjaganya keseimbangan alam.

i. Peningkatan pencapaian swasembada beras.

j. Mendukung Kabupaten Labuhanbatu Selatan untuk agromenopolitan

2. Peningkatan infrastruktur pedesaan, peningkatan produktivitas dan terbentuknya sistem pemasaran yang

berbasis petani. Arah dan kebijakan yang dilakukan adalah :

a. Peningkatan produktifitas dan kualitas petani dan pertanian/perkebunan.

b. Peningkatan akses petani terhadap sumber daya produktif dan permodalan.

c. Peningkatan kualitas hidup petani.

d. Peningkatan diversifikasi ekonomi perdesaan.

e. Peningkatan infrastruktur perdesaan yang mendukung revitalisasi pertanian/perkebunan.

B. Bidang Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM)

1. Memperdayakan UMKM sebagai basis perekonomian daerah. Strategi ini ditingkatkan dengan

melaksanakan arah dan kebijakan sebagai berikut :

a. Peningkatan akses pelaku usaha koperasi dan UMKM terhadap permodalan dan pasar.

b. Peningkatan keberdayaan koperasi dan UMKM.

2. Membangun kerjasama/kemitraan UMKM dengan industri besar, dengan arah kebijakan:

a. Pengembangan kemitraan bisnis terhadap jaringan usaha koperasi dan UMKM.

b. Peningkatan daya saing produk usaha koperasi dan UMKM.

3. Peningkatan sistem menejemen UMKM. Arah kebijakan yang dilaksanakan untuk meningkatkan strategi

tersebut adalah :

a. Optimalisasi fungsi koperasi dalam pengembangan potensi dan kesejahteraan anggota.

b. Peningkatan ketrampilan dan kapasitas pengelola usaha koperasi dan UMKM.

4. Peningkatan kerjasama lembaga-lembaga masyarakat dengan koperasi dan UMKM, dengan

melaksanakan arah dan kebijakan :

a. Peningkatan kapasitas lembaga masyarakat pendukung koperasi dan UMKM.

b. Pembenahan dan penguatan tatanan kelembagaan koperasi dan UMKM.

C. Bidang Industri dan Perdagangan

1. Pembinaan dan pengawasan, dan standarisasi mutu produk industri. Strategi ini ditingkatkan dengan

(15)

a. Penguatan manajemen industri dan perdagangan.

b. Pengembangan industri kecil dan rumah tangga.

c. Peningkatan pembinaan dan pengawasan standarisasi, dan pengendalian mutu hasil industri dan

perdagangan.

2. Meningkatkan kelancaran sistem distribusi produk hasil industri. Arah dan kebijakan yang dilaksanakan

untuk peningkatan strategi tersebut adalah :

a. Pemantapan sistim distribusi dan jaringan produk hasil industri dan perdagangan.

b. Peningkatan penataan letak dan lokasi pasar.

D. Bidang Pariwisata

1. Pengembangan objek wisata dengan membuka akses ke lokasi wisata

a. Peningkatan akses masyarakat dan dunia usaha terhadap pariwisata.

b. Pengembangan objek wisata dengan lembaga dunia usaha.

c. Peningkatan partisipasi masyarakat dan dunia usaha terhadap pariwisata.

E. Bidang Pekerjaan Umum

1. Meningkatkan sarana dan prasarana transportasi. Adapun arah kebijakan yang dilaksanakan adalah :

a. Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap ketersediaan transportasi.

b. Peningkatan daya dukung kapasitas dan kualitas layanan transportasi.

2. Terwujudnya pengembangan irigasi, air baku, dan pengairan. Strategi ini melaksanakan arah dan

kebijakan sebagai berikut :

a. Peningkatan pengendalian daerah irigasi, air baku dan jaringan pengairan lainnya.

b. Optimalisasi kinerja dan fungsi jaringan irigasi, air baku dan jaringan pengairan lainnya.

3. Berkoordinasi dengan Pusat pengembangan Perkebunan dan pertanian dan universitas dalam

pengaplikasian teknologi industri tepat guna. Strategi ini ditingkatkan dengan melaksanakan arah dan

kebijakan sebagai berikut :

a. Peningkatan penggunaan teknologi industri tepat guna pertanian/perkebunan.

b. Pengembangan industri turunan pertanian/perkebunan.

F. Bidang Perumahan

1. Peningkatan kemampuan dukungan pemerintah terhadap pembangunan perumahan dan prasarana

dasar pemukiman. Arah kebijakan yang mendukung peningkatan strategi ini adalah :

a. Peningkatan aksesibilitas masyarakat berpenghasilan rendah terhadap hunian yang layak dan

terjangkau.

(16)

c. Peningkatan pelayanan air minum, sanitasi, air limbah, pengelolaan persampahan dan drainase

yang memadai.

d. Menyediakan 30 persen luas Kabupaten sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH).

e. Peningkatan kuantitas dan penataan areal pemakaman.

G. Bidang Informasi dan Komunikasi

1. Pemerataan pelayanan komunikasi dan informatika. Strategi ini melaksanakan beberapa kebijakan

a. Pemerataan penyediaan sarana dan prasarana layanan komunikasi dan informatika.

b. Peningkatan dan pengembangan jaringan komunikasi dan informasi.

H. Bidang Sumber daya Energi

Pemerataan pembangunan energi listrik dengan arah kebijakan :

Peningkatan ketersediaan kebutuhan dan jangkauan energi dan ketanagalistrikan dengan arah kebijakan

yang ditempuh adalah percepatan pemerataan pembangunan infrastruktur energi dan ketenagalistrikan.

I. Bidang Lingkungan Hidup

1. Peningkatan pelestarian lingkungan dan penegakan hukum bagi pencemar lingkungan. Stretegi ini

ditingkatkan melalui kebijakan sebagai berikut:

a. Peningkatan upaya pelestarian, konservasi dan pengendalian lingkungan hidup dan sumberdaya

pendukungnya;

b. Peningkatan upaya penegakan hukum terhadap pelaku pencemaran dan perusakan lingkungan;

c. Peningkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan dan pengawasan sumberdaya alam dan

lingkungan hidup.

2. Peningkatan kualitas data dan informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup. Arah kebijakan yng

dilaksanakan untuk meningkatkan strategi ini adalah peningkatan ketersediaan dokumen pengelolaan

dan penataan ruang sebagai sarana pengendalian dan pengelolaan lingkungan hidup.

J. Bidang Perhubungan

Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana kota.

Miisi 4. Mendorong Pemerataan Partisipasi dan Hasil Pembangunan Daerah

Untuk mencapai misi di atas ditentukan strategi dan arah kebijakan sebagai berikut :

A. Bidang Pemberdayaan Perempuan

Peningkatan peran serta perempuan dalam pembangunan daerah dan pemerataan partisipasi tenaga kerja

(17)

Misi 5. Memantapkan Stabilitas Daerah

Untuk mencapai misi di atas ditentukan strategi dan arah kebijakan sebagai berikut :

A. Bidang Sosial, Keamanan, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat

1. Peningkatan koordinasi dan pemahaman hidup berbangsa dan beragama.

2. Penguatan jati diri dan karakter berbangsa dan bernegara.

3. Pengembangan dan perlindungan warisan budaya.

4. Penguatan seluruh komponen yang berwenang dalam penanganan gangguan ketertiban dan keamanan,

dengan melaksanakan arah dan kebijakan mendorong dan memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya

kesadaran hukum di seluruh lapisan masyarakat.

5. Peningkatan kepedulian masyarakat, dalam peningkatannya dilaksanakan melalui arah dan kebijakan

memberdayakan masyarakat dalam menciptakan keamanan dan ketertiban lingkungan.

6. Peningkatan kapasitas tenaga pengendali keamanan dan kenyamanan lingkungan;

7. Peningkatan sarana dan prasarana keamanan dan kenyamanan lingkungan;

8. Peningkatan pengetahuan dan kemampuan tenaga pengendali keamanan dan kenyamanan lingkungan;

9. Penurunan tingkat kebisingan dan gangguan;

10.Penurunan penyakit masyarakat, kriminalitas dan gangguan Kamtibmas;

11.Peningkatan stabilitas/ kondusifitas lingkungan;

12.Peningkatan deteksi dini kebijakan dan tindakan pengendalian penanganan dini keamanan lingkungan.

13.Peningkatan kesadaran akan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

14.Peningkatan kerukunan antar etnik budaya dan keharmonisan dalam semangat keluargaan.

15.Peningkatan perkembangan kegiatan-kegiatan yang bernuansa kebudayaan.

16.Peningkatan keimanan dan ketaqwaan melalui kerjasama dengan lembaga keagamaan dan tokoh

agama.

17.Peningkatan kontribusi pemuda dan lembaga kepemudaan dalam peningkatan kesejahteraan

masyarakat;

18.Peningkatan peran dan fungsi kelembagaan masyarakat desa dalam pembangunan;

19.Penumbuhan semangat kemandirian dan gotong royong masyarakat;

5.3. Arahan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung

Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun

2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, yang menyatakan

bahwa pengaturan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan

Gedung berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi

kabupaten/kota setempat serta penyebarluasan peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan

(18)

Peraturan Daerah (Perda) tentang Bangunan Gedung (BG) merupakan instrumen penting untuk

mengendalikan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah. Perda BG menjadi sangat penting karena

pengaturan yang dimuat mengakomodasi berbagai hal yang bersifat administratif dan teknis dalam

penyelenggaraan Bangunan Gedung sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia serta

dilengkapi dengan muatan lokal yang spesifik untuk setiap daerah.

Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis bangunan gedung.

Salah satunya mengatur persyaratan keandalan gedung, seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan

kemudahan. Persyaratan ini wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa aman bagi pengguna bangunan

gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan operasionalisasi penyelenggaraan

bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk daerah rawan bencana, Perda Bangunan Gedung sangat penting

sebagai payung hukum di daerah dalam menjamin keamanan dan keselamatan bagi pengguna. Ketersediaan

Perda BG bagi Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan salah satu prasyarat dalam prioritas pembangunan

Bidang Cipta Karya di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Manfaat atau keuntungan dari Perda BG bagi Pemda dan Masyarakat yang dilihat dari berbagai aspek

atau sudut pandang, yaitu:

1. Aspek Teknis

Pentingnya Perda BG dari aspek teknis adalah untuk menjamin Keandalan Bangunan Gedung di daerah

dalam hal Keselamatan, Kesehatan, Kenyamanan dan Kemudahan. Beberapa potret yang

memperlihatkan berbagai kondisi terkait dengan keandalan BG, seperti misalnya kegagalan konstruksi

bangunan, kegagalan bangunan akibat gempa, dan bencana kebakaran yang mempengaruhi aspek

keselamatan; kondisi pencahayaan dan penghawaan yang mempengaruhi aspek kesehatan dan

kenyaman pada bangunan; serta kondisi aksesibilitas yang mempengaruhi aspek kemudahan

pada bangunan.

2. Aspek Administratif

Pentingnya Perda BG dari aspek adminsitratif adalah menjamin tertib penyelenggaraan bangunan

gedung, melalui implementasi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF).

Beberapa contoh kasus saat BG dibangun tanpa tertib administratif, maka akan terjadi pembangunan

yang tidak sesuai peruntukan, penyegelan oleh pihak berwajib ataupun kegagalan bangunan.

Contoh kasus penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib administratif melalui IMB dan SLF di

beberapa daerah.

3. Aspek Yuridis

Pentingnya Perda BG dari aspek yuridis adalah merupakan amanah dari UU Nomor 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung dan PP Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksana UU Nomor 28

(19)

daerah.

4. Aspek Kelembagaan

Pentingnya Perda BG dari aspek kelembagaan adalah wujud nyata semangat otonomi daerah

sesuai UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana sesuai amanah PP 38 Tahun

2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan maka dalam bidang Bangunan Gedung dan

Lingkungan pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab untuk menetapkan Perda BG

mengacu pada NSPK Nasional. Atas dasar itu, Perda BG merupakan salah satu Indikator Kinerja

Pemerintah Daerah dalam Bidang Pekerjaan Umum. Lampiran PP 38/2007 yang menjelaskan

Pembagian Urusan Pemerintahan untuk Bidang Bangunan Gedung dan Lingkungan.

5. Aspek Lokalitas

Pentingnya Perda BG dari aspek lolalitas adalah sebagai peraturan penyelenggaraan bangunan yang

mengakomodasi berbagai muatan spesifik lokal setiap daerah sesuai karakteristik fisik wilayah dan

kebencanaan serta kondisi tradisionalitas dan kearifan lokal. Karakteristik langgam arsitektur tradisional

di Indonesia sangat beragam, dimana perlu dikaji dan diatur dalam Perda BG dalam rangka pelestarian

warisan budaya yang ada. Berbagai karakteristik dan potensi bencana dari setiap wilayah yang

berbeda- beda dan mempengaruhi penyelenggaraan BG di suatu wilayah, sehingga perlu diatur dalam

Perda BG.

6. Aspek Fiskal

Pentingnya Perda BG adalah mendorong peningkatan PAD setiap kabupaten/kota melalui Retribusi

IMB Gedung, karena melalui Perda BG setiap pembangunan bangunan gedung wajib memiliki IMB.

Melalui penertiban IMB, maka pemerintah daerah akan mencapai optimalisasi pendapatan

melalui retribusi IMB. Implementasi dari Perda BG akan memberikan dampak pada penertiban IMB

dengan retribusinya, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan PAD suatu daerah.

7. Terkait Prasyarat Program

Pentingnya Perda BG adalah sebagai payung hukum bagi penyelenggaraan bangunan gedung di

daerah, karena pengaturan yang berkaitan dengan program-program ke-PBL-an telah diatur dalam

Perda BG seperti Aksesibilitas, Pengamanan Kebakaran, RTBL dan lain-lain. Perda BG berada pada

puncak dari berbagai kegiatan PBL, seperti aksesibilitas BG, RISPK, RTBL dalam bentuk revitalisasi,

RTH maupun kawasan tradisional. Perda BG berada di puncak karena didalamnya telah diatur berbagai

hal yang terkait dengan kegiatan PBL, yang dibutuhkan sebagai landasan hukum pelaksanaan kegiatan

PBL di daerah.

Undang-Undang RI Nomort 28 tahun 2002 menyebutkan bahwa bangunan gedung diselenggarakan

berdasarkan azas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, serta keserasian bangunan gedung

(20)

intensitas bangunan gedung meliputi syarat peruntukan lokasi kepadatan, ketinggian, jarak bebas bangunan

yang ditetapkan untuk lokasi yang bersangkutan dan tidak mengganggu keseimbangan lingkungan, fungsi

lindung kawasan. Pada bangunan yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan dibutuhkan

persyaratan pengendalian dampak lingkungan yang dilakukan berdasarkan hukum yang berlaku.

Mengenai persyaratan teknis bangunan gedung disebutkan dalam Kepmen PU Nomor

41/KPTS/1998, tanggal 10 Nopember 1998 yang menjelaskan bahwa persyaratan teknis bangunan gedung

dimaksudkan sebagai acuan persyaratan teknis dalam mengatur dan mengendalikan penyelenggaraan

bangunan gedung termasuk dalam rangka proses perizinan dan pemanfaatan bangunan kelaikan fungsi

bangunan gedung.

a. Intensitas Bangunan

Kepadatan dan Ketinggian Bangunan harus memenuhi kepadatan dan ketinggian bangunan

berdasarkan rencana tata ruang daerah. Kepadatan bangunan meliputi ketentuan tentang Koefisien Dasar

Bangunan (KDB) yang dibedakan dalam tingkatan KDB padat, sedang, dan renggang. Sedangkan,

Ketinggian Bangunan meliputi jumlah kententuan Jumlah Lantai Bangunan (JLB) dan Koefisien Lantai

Bangunan (KLB) yang dibedakan dalam tingkatan KLB tinggi, sedang, dan rendah. Persyaratan kinerja

dari ketentuan kepadatan dan ketinggian bangunan ditentukan oleh kemampuan menjaga keseimbangan

daya dukung lahan dan optimalnya pembangunan, kemampuannya dalam mencerminkan keserasian

bangunan dengan lingkungan, kemampuannya dalam menjamin kesehatan dan kenyaman pengguna

serta masyarakat, untuk kawasan tertentu dapat diberi persetujuan kepala daerah.

Penghitungan KDB dan KLB ditentukan dengan pertimbangan perhitungan luas lantai bangunan adalah

jumlah luas lantai yang diperhitungkan sampai batas dinding terluar, luas lantai ruangan beratap yang

sisi-sisinya dibatasi oleh dinding-dinding yang tingginya lebih dari 1,20 m diatas lantai ruangan tersebut dihitung

penuh 100 persen, luas lantai ruangan beratap yang bersifat terbuka atau yang sisi- sisinya dibatasi oleh

dinding tidak lebih dari 1,20 m diatas lantai ruangan dihitung 50 persen, ruangan tidak melebihi 10

persesn dari luas denah yang diperhitungkan sesuai dengan KDB yang ditetapkan. Sementara itu, luas lantai

bangunan diperhitungkan untuk parkir tidak diperhitungkan dalam perhitungan KLB asal tidak melebihi 50

persen dari KLB yang ditetapkan, selebihnya diperhitungkan 50 persen terhadap KLB. Beberapa

peraturan juga dijelaskan mengenai pengukuran KLB untuk wilayah-wilayah dengan potensi tertentu.

b. Garis Sempadan Bangunan

Garis sempadan (muka) bangunan ditetapkan dalam rencana tata ruang, rencana tata bangunan

dan lingkungan serta peraturan bangunan setempat. Dalam rangka mendirikan atau memperbaharui

dalam suatu bangunan, GSB tidak boleh dilanggar. Penetapan ini didasarkan untuk keamanan,

kesehatan, kenyamanan, dan keserasian dengan lingkungan dan bangunan. Namun, jika pemerintah daerah

belum menetapkan GSB, maka Kepala Daerah dapat menetapkan GSB sementara pada setiap permohonan

(21)

Pada daerah dengan intensitas bangunan padat/rapat, maka garis sempadan samping dan belakang

tidak boleh melampaui batas pekarangan, struktur dan pondasi luar hendaknya memiliki 10 cm ke arah

dalam dari batas pekarangan, untuk perbaikan atau perombakan bangunan disyaratkan untuk membuat

dinding batas tersendiri, sementara itu untuk bangunan rumah jarak bebas belakang minimal setengah

dari garis sempadan muka bangunan. Selain itu, berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan

garis sempadan bangunan, adalah:

1) Fungsi kawasan tempat bangunan berada;

2) Fungsi jalan;

3) Fungsi elemen kegiatan dalam bangunan;

4) Tinggi bangunan (termasuk besaran KDB/KLB).

Sementara itu, lebar garis sempadan jalan diukur dari sisi luar batas jalan ke dinding terluar (pagar)

bangunan. Lebar garis sempadan jalan minimal ½ (setengah) ruang milik jalan (rumija). Untuk pertimbangan

keselamatan, keamanan dan kenyamanan, selain batas samping kiri-kanan juga terdapat batas belakang

bangunan terhadap persil. Sementara untuk bangunan yang digunakan Kabupaten Labuhanbatu

Selatan saat ini sedang dalam penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung.

5.4. Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)

Air minum adalah merupakan kebutuhan dasar yang sangat diperlukan bagi kehidupan manusia secara

berkelanjutan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Penyediaan air minum merupakan

kebutuhan dasar dan hak sosial ekonomi masyarakat yang harus dipenuhi oleh pemerintah pusat dan

pemerintah daerah. Karena itu ketersediaan air minum menjadi salah satu penentu dalam peningkatan

kesehatan, kesejahteraan, dan produktivitas masyarakat di bidang ekonomi. Untuk memenuhi kebutuhan

dasar tersebut diperlukan sistem penyediaan air minum yang berkualitas, sehat, efisien dan efektif,

terintegrasi dengan sektor -sektor lainnya terutama sektor sanitasi sehingga masyarakat dapat hidup sehat dan

produktif. Dalam rangka peningkatan pelayanan/penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan sistem

penyediaan air minum yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik

(teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat dan hukum) dalam kesatuan

yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan

sejahtera.Melihat kondisi geografi, geologi, topografi dan kemampuan SDM di setiap wilayah di Indonesia yang

berbeda-beda, menyebabkan adanya perbedaan dalam ketersediaan air baku dan kondisi pelayanan air minum,

yang mengakibatkan mutu penyelenggaraan SPAM di setiap daerah berbeda-beda.

Berdasarkan Permen PU Nomor 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan

Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun) yang merupakan bagian atau tahap awal dari

(22)

dimensi-dimensinya. RISPAM dapat berupa RISPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas

kabupaten/kota/provinsi. Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM memperhatikan aspek keterpaduan

dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga unit pelayanan dalam rangka

perlindungan dan pelestarian air. Rencana Induk SPAM merupakan jawaban bagi pengembangan SPAM

daerah. Keberadaan RISPAM dapat mendasari penyusunan sejumlah program pengembangan SPAM di

daerah secara berkelanjutan, termasuk membangun jaringan distribusinya. Penyusunan Rencana Induk

Pengembangan SPAM dimaksudkan untuk merencanakan pengembangan SPAM secara umum, baik sistem

dengan jaringan peripiaan maupun bukan jaringan perpipaan serta menjadi pedoman bagi penyelenggara dan

Pemerintah Kabupaten dalam mengembangkan SPAM di daerah masing-masing. Tujuan penyusunan rencana

induk pengembangan SPAM adalah untuk memperoleh gambaran terhadap kebutuhan air baku, kelembagaan,

rencana pembiayaan, rencana jaringan pipa utama dan rencan aperlindungan terhadap air baku untuk jangka

panjang dan untuk mendapatkan ijin prinsip hak guna air oleh pemerintah. Sesuai Millenium Development Goal’s

(MDGs), MDGs bahwa target pelayanan Air Minum hingga tahun 2015 sudah harus mencapai di perkotaan dan

perdesaan sebesar 68,87% dimana untuk distri non perpipaan terlindungi di kota sebesar 78,19% dan di

perdesaan sebesar 61,60% sedangkan untuk perpipaan di perkotaan 68,32% dan diperdesaan 19,76%.

Untuk Arahan Presiden R.I. dalam mengatasi krisis air di daerah tandus, dan sulit air adalah untuk akses aman

tahun 2020 sudah 85% dan tahun 2025 mencapai 100%.

a. Rencana Sistem Pelayanan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Sesuai dengan kebijakan pemerintah saat ini, daerah pelayanan prioritas Air Bersih adalah kawasan-

kawasan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), desa-desa tertinggal, desa-desa rawan air,

kawasan pantai, kawasan-kawasan pelabuhan ikan, kawasan ekonomi terpadu dan kota-kota pusat

pertumbuhan baik ekonomi, pemerintahan dan perdagangan.

b. Rencana Pengembangan SPAM di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Kabupaten Labuhanbatu Selatan dengan Luas 1.444,25 km² dengan jumlah penduduk 121.924 tahun

2013 mempunyai kepadatan penduduk yang relatif rendah sekitar 84,42 Jiwa/km². Dari pengamatan kondisi

tandus, dimana kawasan terbesar adalah hutan sedangkan wilayah terbuka masih sedikit. Kondisi Topografi

yang terdiri dari bergelombang sehingga curam. Maka sistem pelayanan kabupaten Labuhanbatu Selatan

tidak dapat dilayani dengan satu sistem melainkan secara terpisah untuk Ibukota Kabupaten, Ibukota

Kecamatan dan Perdesaan. Potensi sumber air yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku

air minum SPAM Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah Alternatif Utama yang menjadi pilihan adalah mata

air dengan gravitasi yang tidak memerlukan Biaya beban operasi dan memerlukan untuk lebih rinci dapat

diuraikan lebih lanjut.

5.5. Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, suatu rencana tata ruang perlu ditindaklanjuti dengan

pengaturan bangunan dan lingkungan yang memadai melalui Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

(23)

bangunan setempat yang sudah ada. RTBL berfungsi memberikan arahan secara lebih spesifik untuk menata

bangunan dan lingkungan agar tertib, serasi, lebih manusiawi.

Berdasarkan Permen PU Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan

untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok

ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi,

ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan

lingkungan/kawasan. Peran Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan adalah sebagai pedoman untuk:

1. Dasar bagi pemberian ijn mendirikan bangunan dan pemanfatan bangunan secara lebih jelas dan

tegas;

2. Penertiban letak, ukuran bangunan gedung dan bukan gedung serta bukan bangunan;

3. Penyusunan rancang bangun bangunan gedung dan bukan gedung;

4. Pengaturan elemen-elemen private agar dapat terpadu dengan kawasan kota melalui “urban design guidenlines”.

5. Jaminan kepastian hukum dalam pelaksanan pembangunan, termasuk kepastian untuk mendapatkan

pelayanan, kondisi yang selaras dan serasi dalam melakukan kegiatan.

Kawasan perencanan RTBL mencakup suatu lingkungan/kawasan dengan luas 5-60 hektar, dengan

ketentuan sebagai berikut:

a. Kota metropolitan dengan luasan minimal 5 ha;

b. Kota besar/sedang dengan luasan 15-60 ha;

c. Kota kecil dengan luasan 30-60 ha.

5.6. Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK)

5.6.1. Arahan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP)

Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan

hidup yang baik dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang

sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun

manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif. Negara bertanggung jawab melindungi segenap

bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu

bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam perumahan yang sehat, aman,

harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia.

Pemerintah perlu lebih berperan dalam menyediakan dan memberikan kemudahan dan bantuan

perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan

(24)

fungsional dalam wujud tata ruang fisik, kehidupan ekonomi, dan sosial budaya yang mampu menjamin

kelestarian lingkungan hidup sejalan dengan semangat demokrasi, otonomi daerah, dan keterbukaan dalam

tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pertumbuhan dan pembangunan wilayah yang

kurang memperhatikan keseimbangan bagi kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah mengakibatkan

kesulitan masyarakat untuk memperoleh rumah yang layak dan terjangkau.

Dinamika pembangunan yang cenderung terpusat di perkotaan berdampak pada meningkatnya

kebutuhan akan penyediaan perumahan dan permukiman bagi masyarakat. Namun kebutuhan tersebut belum

seimbang dengan kemampuan pemerintah untuk menyediakan kawasan perumahan dan permukiman yang

layak dan dilengkapi infrastruktur pendukungnya. Masalah lainnya adalah perencanaan dan pembangunan yang

bersifat sektoral mengakibatkan tidak terpadunya pembangunan dan pengembangan di kawasan permukiman

dan perkotaan tadi.

Untuk mewujudkan pelaksanaan pembangunan dan pengembangan permukiman yang terpadu dan

berkelanjutan, diperlukan suatu strategi perencanaan pembangunan yang dapat mengintegrasikan dan

mensinergikan pembangunan setiap sektor dan mengacu pada dokumen-dokumen perencanaan yang telah

ada agar tidak saling bertentangan. Penyusunan rencana dan program pengembangan perkotaan dilakukan agar

tidak timbul permasalahan di perkotaan seperti tidak memadainya penyediaan infrastruktur di perkotaan dan

kepadatan penduduk dan bangunan. Pembangunan dan pengembangan permukiman serta penyediaan

infrastruktur untuk menunjang aktivitas di kawasan permukiman dan perkotaan menjadi tantangan pemerintah.

Namun, Koordinasi, sinkronisasi, maupun integrasi program pembangunan dan penganggaran baik secara

vertikal maupun horizontal di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota melalui pelaksanaan

desentralisasi masih mengalami ketimpangan peran.

Oleh karena itu, Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP)

kabupaten/kota harus bersinergi dan tersinkronisasi di dalam rencana induk lintas sektor, seperti Rencana Induk

Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), dan Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan (RTBL) yang muara akhirnya semua dokumen perencanaan permukiman tersebut sangat

dibutuhkan untuk penyusunan Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya. Dengan adanya RP2KP, kabupaten akan menjadi kawasan yang lebih tertata rapi, didukung

oleh jalan lingkungan yang memadai, fasilitas pembuangan sampah yang cukup lengkap, bangunan rumah yang

lebih layak huni, kondisi air yang jernih, serta masyarakat yang hidup lebih sehat dan sejahtera sehingga

mewujudkan kualitas kehidupan perkotaan yang layak huni dan berkelanjutan serta mampu meningkatkan

pemahaman, kesadaran dan komitmen pemerintah daerah dalam pembangunan kabupaten/kota

masing-masing.

Intinya untuk mewujudkan pelaksanaan P2KP yang tetpadu dan berkelanjutan dibutuhkan strategi

perencanaan yang dapat mengintegrasikan dan mensinergikan pembangunan setiap sektor. Selain itu,

dokumen-dokumen perencanaan yang sudah ada harus menjadi acuan agar tidak saling bertentangan. Ada

Gambar

Tabel 5.2

Referensi

Dokumen terkait

This research aims to study the effects of additive (glycerol and zinc oxide) addition in the characteristic of antimicrobial activity and biodegradability bioplastic from

zat gizi, produktivitas kerja dan status gizi pada tenaga kerja di pabrik kelapa.

Gambar 10 dapat menjelaskan bahwa semakin besar fraksi massa tertahan (ukuran partikel koloid semakin kecil) maka terdapat banyak partikel halus yang tidak

Pada tahap pengumpulan data awal, peneliti melakukan studi lapangan menemukan fakta bahwa pembelajaran membaca permulaan yang diterapkan di PAUD Tanwirul Qulub masih belum

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok pengguna knee support dengan ketebalan plat 2 mm dan plat 4 mm terhadap progresivitas

[r]

Saya yang bernama : __________________( Lk/Pr), bersedia menjadi sampel penelitian yang dilakukan oleh dr.Husin Rotan, setelah saya mendengar dengan seksama dan memahami

[r]