• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan tingkat kelekatan aman anak dilihat dari status pekerjaan ibu - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan tingkat kelekatan aman anak dilihat dari status pekerjaan ibu - USD Repository"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN TINGKAT KELEKATAN AMAN ANAK DILIHAT DARI STATUS PEKERJAAN IBU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh: Nice Maylani Asril

NIM : 049114090

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

Siapapun bisa marah – marah itu mudah, tetapi marah

pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada

waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan

cara yang baik – bukanlah hal mudah

(Aristoteles, The Nicomachean Ethics)

Kecerdasan dan karakter, itu tujuan pendidikan yang sebenarnya

(6)

KARYA SEDERHANA INI

KUPERSEMBAHKAN UNTUK

:

ALLAH SWT

Papi dan Mami

Iwan, Sepfree, dan Isal

Bubu

(7)

ABSTRAK

Nice Maylani Asril (2008). Perbedaan Tingkat Kelekatan Aman Anak Dilihat dari Status Pekerjaan Ibu. Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kelekatan aman anak dilihat dari status pekerjaan ibu. Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan dua variabel, yaitu kelekatan aman sebagai variabel tergantung dan status pekerjaan ibu sebagai variabel bebas. Dalam hal ini, definisi operasional dari kelekatan aman adalah suatu ikatan yang bersifat emosional yang disampaikan ibu kepada bayi yang ditunjukkan oleh kepedulian ibu terhadap bayi yang mengandung unsur perasaan kasih sayang ibu dan kepekaan ibu terhadap kebutuhan bayi. Selanjutnya, definisi operasional dari status pekerjaan ibu adalah kedudukan ibu di dalam suatu unit bidang usaha atau kegiatan dalam melakukan pekerjaan. Dalam penelitian ini, status pekerjaan ibu dibedakan menjadi ibu yang bekerja di luar rumah, ibu yang bekerja di dalam rumah, dan ibu yang tidak bekerja. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan tingkat kelekatan aman anak dilihat dari status pekerjaan ibu.

Subjek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang bertempat tinggal di Yogyakarta dan Solo yang berjumlah 66 orang, yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan status pekerjaan ibu, yaitu 22 orang ibu yang merupakan ibu yang bekerja di luar rumah, 22 orang ibu yang bekerja di dalam rumah, dan 22 orang ibu yang tidak bekerja. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala tingkat kelekatan aman yang disusun sendiri oleh peneliti. Uji reliabilitas skala menggunakan teknik Alpha-Cronbach yang menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0,872. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varians satu jalur (one way anova).

(8)

ABSTRACT

Nice Maylani Asril (2008). The Difference Level of Child Secure Attachment as Viewed from the Mother’s Job Status. Yogyakarta: Faculty of Psychology, Sanata Dharma University.

The aim of this research was to find out the differences level of child secure attachment as viewed from the mother’s job status. In this research, operational definition of secure attachment was the emotional tie that covers love and her sensitivity to the child’s needs. Then, operational definition of the mother’s job status was her position in a work field or her activity in work. In this time, the mother’s job status was classified in three types that is, mother who job at home, out home, and house wife. The hypothesis in this research was there is a difference level of child secure attachment developed in a child as viewed from the mother’s job status.

The subjects were 66 mothers who live in Yogyakarta and Solo was classified into three types based on the mother’s job status that is, 22 mothers who work out home, 22 mothers who work at home, 22 house wife. The data was collected by using level of secure attachment scale that arranged by researcher. Scale reliability was tested by Alpha Cronbach technique, that result reliability coefficient 0.872. The data was analyzed by one way anova.

The result of data analyzed was F count amount of 4,615 with significant level was 0.013 (p<0.05). This result showed that there was significant differences level of child secure attachment developed in a child as viewed from the mother’s job status. The empirical mean of mothers who work out home amount of 85,09. The empirical mean of mothers who work at home amount of 89,95 and the empirical mean of house wife amount of 95,14. It’s mean that there was differences level of child secure attachment between mothers who work out home and house wife. But level of child secure attachment between mothers who work out home and mothers who work at home was not different. That also happened between mothers who work at home and house wife.

(9)
(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas kasih dan karunia-Nya yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Perbedaan Tingkat Kelekatan Aman Anak Dilihat dari Status Pekerjaan Ibu. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Semua yang tertuang dalam skripsi ini diperoleh dengan kerja keras dan tidak lain karena peran, bantuan, bimbingan, motivasi, dukungan, dan doa dari beberapa pihak, dan karenanya penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Paulus Edy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas sanata Dharma yang telah memberikan izin penelitian.

2. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan perhatian, serta banyak membantu selama diskusi dan bimbingan sehingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.Si., selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu, perhatian, serta membagi ilmu kepada penulis selama ujian skripsi dan proses revisi.

(11)

4. Ibu Sylvia Carolina M.Y.M., S.Ps., M.Si., selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu, perhatian, serta membagi ilmu kepada penulis selama ujian skripsi dan proses revisi.

5. Ibu P. Henrietta P.D.A.D.S S.Psi., M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu dan perhatian untuk membimbing dan memberi semangat kepada penulis sejak semester awal berada di fakultas Psikologi.

6. Ibu M.M. Nimas Eki. S. S.Psi., M.Si., selaku dosen pengampu mata kuliah Seminar yang telah membantu penulis dalam mengungkapkan ide-ide awal penulisan skripsi.

7. Bapak Y. Heri W. S.Psi., M.Psi dan Ibu Titik Kristiyani S.Psi. yang telah membimbing dan memberi semangat kepada penulis selama penulis berada di kelompok studi RASS.

8. Bapak Y. Agung Santoso, S.Psi. yang telah banyak meluangkan waktu untuk membagi ilmu, pengalaman, dan mendengar keluh kesah penulis selama penulis berada di fakultas Psikologi.

9. Papi dan Mami tersayang, atas cinta dan kasih, tulusnya doa, serta semangat dan motivasi yang mengiringi langkah penulis. Makaci ya Pi – Mi.

10.K’ Iwan, K’ Sepfree, Ical, atas dinamika, kebersamaan, dan pertengkaran2 qta selama ini, tanpa kalian idupQ jadi lebih berwarna.

(12)

jagoan khayalan Qta (Arthur, Marisabeth, Marcell, Prudence) bisa jadi kenyataan yah…kapan niy nyusul?

12.Temen2 yang udah ngebantu suksesnya tryout n penelitianQ, Raniy, Mb In, Maya, Mama Maya, Paceh, Devi, Pak De Dul, Ms Unang, Ajeng, Ms Pongky, Fitri, Novi, Mitul, Lutfi, Ajay, Susi, Yetty, Lea, atas kesediaannya bwt nyariin subjek penelitian utk Q. Q cm bisa ngucapin mkc bwt kalian smua smoga kebaikan kalian terbalas.

13.Segenap dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan pengetahuan dan ilmu kepada penulis.

14.Staf dan karyawan sekretariat Fakultas Psikologi: mbak Nanik, Mas Gandung, Pak Gie, Mas Doni dan Mas Muji yang udah banyak membantu selama Q belajar di psikologi. Matur nuwun sanget.

15.TayangQ Raniy, untuk segala kegilaan, suka duka, dan persahabatan yang udah terjalin empat taun ini. Mkc bwt waktu yang diberikan bwt menemaniQ nyebarin skala, mkc bwt indah dan racunnya dunia yang telah kau bagi untuk Q. Tay ching kapan niy ikut Q? Smangat yukkk….

16.TayangQ Ndol, untuk segala canda dan tawa, keceriaan, dan cerita yang tlah kau berikan. Mkc bwt prsahabatan yg udah terjalin empat taun ini, mkc bwt warna2 khidupan yg tlah rela kau bagi utk Q. Ayoh tay semangat nyusunnya…jgn kerja truz…

17.TayangQ Astin, untuk kegilaan, keceriaan, canda tawa, dan kebersamaan yang udah terjalin. Mkc bwt prsahabatan yg udah terjalin empat taun ini, mkc bwt warna2 khidupan yg tlah rela kau bagi utk Q. Mkc juga untuk

(13)

semua support dan dukungan di saat aku merasa ‘jatuh’ dalam hidupku. Mkc juga krn dirimu tlah meninggalkan Q terlebih dulu di Psikologi ini. Semangat kerjanya yah… inget gaji pertama makan2 loh.

18.Sahabat Q yang cantik, Uci dan Eli yang telah berbagi waktu untukQ, mendengar segala keluh kesahQ. mkc bwt segalanya.

19.Teman2 Q yang baik, Maya, Metta, Nyunz, Adib, Baka, Paceh, Aang, Vlix, Xna, Ms Uun yg jayus, Tayang Verty, dan Stev, atas seluruh moment yang terjadi dan segala pengalaman yang membuat kita lebih kaya dalam memaknai hidup.

20.Mb2 Q: Mb Nat, Mb Wie, Mb Win, Mb Otic Super Otic mkc yah atas bimbingan, pengalaman, dan smgt yang udah kalian bagi utk Q.

21.Temen2 di Sekar Jepun, mari Qta bersama2 memulai karier menari Qta ☺. Kapan yah mentas bareng lagih?? Jangan pernah ragu bwt belajar nari yah?

22.Every sister n brother in : Wisma Rosari (khususnya anak-anak atas☺ plus anak angkat), cah-cah Psikologi angkatan 2004, Temen2 asisten Grafis, kelp. KKN Keep-uh angkatan XXXIV, atas untaian cerita yang mengisi hari-hariku.

23.Semua temen2 di RASS, mkc bwt segala ilmu n dinamikanya. Ayoh bersama membangun RASS mjdi sprit yg Qta inginkan.

(14)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis dengan rendah hati memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, dan untuk itu, penulis menerima segala kritik maupun saran yang membangun.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan semua orang yang membaca skripsi ini pada khususnya.

Tuhan memberkati.

Yogyakarta, Juni 2008 Penulis.

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……… ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ……….. 9

(16)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Kelekatan Aman ... 11

1. Pengertian Kelekatan ... 11

2. Fase-fase dalam Kelekatan ... 12

3. Jenis-jenis Kelekatan ... 14

4. Kelekatan Aman……….. 18

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelekatan……… 20

6. Aspek-aspek dari Kelekatan Aman………. 22

B. Status Pekerjaan Ibu ... 23

1. Pengertian Status Pekerjaan Ibu ……...……….. 23

2. Jenis-jenis Status Pekerjaan Ibu ……… 24

3. Konsekuensi dari Status Pekerjaan Ibu …………..………... 25

C. Perbedaan Tingkat Kelekatan Aman Anak Dilihat dari Status Pekerjaan Ibu ………... 27

D. Hipotesis ... 33

BAB III. METODE PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 34

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 34

1. Status Pekerjaan Ibu ... 34

2. Kelekatan Aman... 34

D. Subjek Penelitian... 35

(17)

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 37

1. Status Pekerjaan Ibu……… ………. 37

2. Skala Tingkat Kelekatan Aman ………... 38

F. Prosedur Pengambilan Data ……… 43

G. Analisis Data ………... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Persiapan Penelitian ... 45

C. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 46

1. Uji Validitas ………. 46

2. Uji Daya Diskriminasi Aitem ………. 46

3. Uji Reliabilitas ………. 51

D. Pelaksanaan Penelitian ……….51

E. Hasil Penelitian ... 53

1. Deskripsi Data Penelitian ... 53

a. Data Demografis Subjek ………... 53

b. Kategorisasi Skor Tingkat Kelekatan Aman ………... 55

2. Uji Asumsi Penelitian ... 61

a. Uji Normalitas Sebaran ………. 61

b. Ui Homogenitas Varians ………... 62

3. Uji Hipotesis ……… 63

a. Pengujian Hipotesis Mayor ………... 63

(18)

F. Pembahasan ... 65

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Keterbatasan Penelitian ……….. 72

C. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN ... 78

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel I Distribusi AitemSkala Tingkat Kelekatan Aman Sebelum Uji

Coba ……….41 Tabel II Distribusi AitemSkala Tingkat Kelekatan Aman Setelah Uji

Coba ………. …47 Tabel III Distribusi AitemSkala Tingkat Kelekatan Aman (Penelitian) ……… 49 Tabel IV Distribusi AitemSkala Tingkat Kelekatan Aman (Gugur Setelah Penelitian) ……….. 50 Tabel V Subjek Penelitian Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu………….. 53 Tabel VI Data Rentang Usia Ibu dan Rentang Usia Anak ……… 54 Tabel VII Data Jenis Kelamin Anak ……….. 54 Tabel VIII Deskripsi Statistik Data Skala ……… 56 Tabel IX Rangkuman Data Kategori Tingkat Kelekatan Aman………… 57

Tabel X Data Tingkat Kelekatan Aman Dilihat Dari Status Pekerjaan Ibu

……….. 59 Tabel XI Rata-rata Teoritis dan Rata-rata Empiris Skala Tingkat Kelekatan

Aman………61

Tabel XII Hasil Perhitungan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ……62

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema Perbedaan Tingkat Kelekatan Aman Anak Dilihat dari Status Pekerjaan Ibu ………..… 32

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Skala Try Out Kelekatan Aman

Lampiran II Koefisien Reliabilitas Skala Try Out Kelekatan Aman Lampiran III Skala Penelitian Kelekatan Aman

Lampiran IV Koefisien Reliabilitas Skala Penelitian Kelekatan Lampiran V Hasil Uji Normalitas dan Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Penelitian

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat seorang anak dilahirkan, maka ia tidak dapat mengurus dirinya sendiri. Kehidupannya akan sangat tergantung pada pengasuhan intensif yang diberikan oleh ibu. Selama proses pengasuhan anak, akan terjalin suatu ikatan emosional dalam interaksi antara ibu dan anak. Ikatan emosional yang terjalin antara ibu dan anak tersebut akan memunculkan kelekatan (attachment) di antara mereka.

Kelekatan (attachment) adalah suatu relasi antara anak dengan seorang atau lebih pengasuh yang muncul pada masa bayi dimana relasi tersebut menggambarkan ikatan di antara mereka (Bowlby, 1969; Santrock, 2000). Selanjutnya, kelekatan (attachment) adalah suatu ikatan emosional yang kuat antara anak dan pengasuhnya atau ibu.

Tahun pertama kehidupan adalah kerangka waktu kunci bagi perkembangan kelekatan (Erikson, 1968; Santrock, 2000). Erik Erikson (dalam Santrock, 2000) menyebutkan bahwa kelekatan terkait dengan tahap pertama perkembangan psikososial yaitu kepercayaan. Suatu rasa percaya memerlukan perasaan akan adanya kenyamanan fisik, sejumlah kecil rasa khawatir, dan pemahaman akan masa depan. Anak yang memiliki rasa percaya pada dunia, membentuk harapan seumur hidup bahwa dunia adalah tempat yang baik dan menyenangkan. Maka dari itu, kelekatan yang diharapkan terbentuk antara anak dengan ibu adalah kelekatan yang aman.

(23)

Erikson meyakini bahwa orang tua yang tanggap, sangat peka dalam memberikan rasa percaya dan aman ini kepada anak.

Perspektif etiologis psikiater Inggris, John Bowlby (Vasta, et al., 1995) juga menekankan pentingnya kelekatan yang aman pada tahun pertama kehidupan dan tanggapnya pengasuh anak akan hal ini. Bowlby yakin ibu dan anaknya secara naluriah membentuk suatu kelekatan. Kelekatan yang aman sejak dini dengan pengasuh juga berkaitan dengan perilaku sosial anak di kemudian hari dalam perkembangannya. Hal ini didukung oleh Warmer, dkk (1994) yang menemukan bahwa anak usia enam tahun yang memiliki kelekatan aman dengan ibunya memiliki kompetensi dalam bermain dan mampu memecahkan konflik yang terjadi dengan teman sebaya.

(24)

3

Main & Solomon (1990) menambahkan satu jenis untuk kelekatan yang tidak aman, yaitu disorientasi atau disorganisasi. Anak yang mengalami kelekatan yang disorientasi dan disorganisasi terlihat tidak memiliki strategi yang jelas dalam merespon ibu mereka. Pada suatu waktu, mereka mungkin menolak saat berdekatan dengan ibu mereka, dan waktu selanjutnya mungkin mereka terlihat takut pada ibunya, atau sangat dingin saat ibu mendekati mereka.

Untuk selanjutnya, yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah jenis kelekatan yang aman. Dari penelitian yang dilakukan Belsky, Spritz, & Crnic (1996), ditemukan bahwa ibu yang peka dan selalu bersama anaknya dimana anaknya mengalami kelekatan yang aman dan nyaman lebih mampu memulai percakapan yang mengandung unsur emosional dan relasional dengan anak mereka. Laible & Thompson (2002) menyatakan bahwa; karena emosi berkaitan secara signifikan dengan kelekatan antara ibu dan anak, maka anak merefleksikan pesan yang mengandung emosi dan moral yang disampaikan oleh ibu mereka dalam percakapan antara ibu dan anak setiap hari.

(25)

frustasi dan lebih bahagia pada usia dua tahun dibandingkan dengan anak yang tidak merasakan kelekatan yang aman.

Berdasarkan penjelasan di atas, kenyamanan dan keamanan dalam kelekatan sangat dibutuhkan dan penting dialami oleh anak pada tahun pertama kehidupannya. Namun demikian, masih ada anak yang mengalami ketidaknyamanan dan ketidakamanan dalam kelekatannya dengan ibu.

Dari hasil investigasi yang dilakukan oleh Egeland pada tahun 1989 (Santrock, 2000), diperoleh bahwa sejumlah anak yang mengalami kelekatan yang tidak aman kurang mampu berinteraksi dengan lingkungannya dan memiliki nilai yang kurang bagus pada kelas tiga dibandingkan dengan sejumlah anak yang mengalami kelekatan yang aman. Anak yang mengalami kelekatan yang tidak aman akan menghindari ibu karena mereka tidak percaya pada ibunya, anak juga takut pada orang asing, dan terganggu oleh hal-hal kecil seperti perpisahan sehari-hari, karena anak menganggap tidak ada figur yang dapat dijadikan landasan yang aman dan dipercaya untuk mengeksplorasi lingkungan.

(26)

5

kehidupannya. Selain itu, ibu dalam interaksinya dengan anak mendapatkan kesempatan lebih awal untuk menyampaikan emosi-emosi yang positif kepada anaknya (Farrar, Fasig, & Welch-Ross, 1997).

Keamanan dan ketidakamanan kelekatan yang dialami oleh anak tergantung pada seberapa peka dan tanggap seorang ibu terhadap sinyal yang disampaikan anak. Anak yang merasakan kelekatan yang aman cenderung memiliki ibu yang peka, menerima, dan dapat mengekspresikan afeksi terhadap anak dibandingkan dengan anak yang tidak merasakan kelekatan yang aman (Pederson, dkk, 1989; Santrock, 2000). Kepekaan dan ketanggapan ibu pada sinyal yang disampaikan anak terkait juga dengan kuantitas kebersamaan antara ibu dan anak (Isabella, Belsky, & Von Eye, 1989; Kiser et al., 1986; Isabella & Belsky, 1991).

Kuantitas kebersamaan ibu dan anak yaitu terkait dengan banyaknya waktu yang dihabiskan ibu bersama anaknya. Kuantitas kebersamaan ibu dan anak memiliki hubungan dengan kelekatan antara ibu dan anak (Isabella, Belsky, & Von Eye, 1989; Kiser et al., 1986; Isabella & Belsky, 1991).

Selain kuantitas kebersamaan antara ibu dan anak, kepekaan dan ketanggapan ibu pada sinyal yang disampaikan oleh anak juga terkait dengan kualitas dari respon ibu terhadap kebutuhan-kebutuhan anak mereka yang berupa perhatian, bantuan, dan perlindungan bagi anak mereka (Ainsworth, 1989).

(27)

kesibukan di luar rumah ataupun di dalam rumah, yang mana kesibukannya tersebut merupakan pekerjaan diluar pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Fenomena tersebut menimbulkan pertanyaan apakah ada perbedaan yang ditimbulkan oleh status pekerjaan ibu.

Status pekerjaan ibu yang dimaksud adalah ibu yang bekerja di luar rumah, ibu yang bekerja di dalam rumah, dan ibu yang tidak bekerja (Surya, 2002). Status pekerjaan ibu ini akan memunculkan adanya perbedaan jumlah jam kerja dan jadwal kerja pada ibu-ibu. Jumlah jam kerja dan jadwal kerja yang berbeda pada ibu-ibu ini akan mempengaruhi waktu kebersamaan ibu dengan anaknya. Adanya perbedaan waktu kebersamaan antara ibu dan anak dapat memunculkan perbedaan tingkat kelekatan aman yang terbentuk pada anak. Hal ini disebabkan karena waktu kebersamaan antara ibu dan anak terkait dengan peluang ibu untuk mengasuh anaknya.

(28)

7

akan timbul pada ibu yang memiliki peran ganda di masyarakat. Hal ini diakibatkan karena baik lingkungan maupun dirinya sendiri menginginkannya untuk menjadi ibu sekaligus istri yang baik dimana dapat memenuhi semua kebutuhan. Di lain sisi, dia juga ingin agar pekerjaannya berjalan baik-baik saja. Apabila kedua hal tersebut tidak berjalan selaras, maka biasanya akan timbul kecemasan dan juga stres pada diri ibu.

Konflik peran yang dialami ibu tersebut dapat membuat ibu sulit meraih sukses di bidang pekerjaan, keluarga, dan hubungan interpersonal sekaligus. Apalagi jika ibu berasal dari daerah Jawa dimana masih menganut konsep kebudayaan Jawa yang paternalistik, yaitu perempuan dianggap sebagai konco wingking; perempuan adalah seseorang yang ada dibelakang laki-laki, sehingga perempuan didudukkan dalam posisi subordinat di dalam struktur masyarakat, posisi yang lebih rendah daripada laki-laki (Kristiyanti, 2006).

Selain itu, menurut Kusujiarti (dalam Kristiyanti, 2006), peran perempuan yang utama dalam masyarakat Jawa adalah berada di sekitar rumah tangga yaitu sebagai ibu dan istri. Maka dari itu, sebisa mungkin perempuan Jawa tidak tampil dalam sektor publik karena secara normatif istri tidak boleh melebihi suami. Perempuan Jawa memang diijinkan untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi seperti berdagang, bertani atau bekerja dalam bidang-bidang yang lain, akan tetapi posisi perempuan seyogyanya tidak melebihi laki-laki.

(29)

masyarakat akan beranggapan bahwa isteri tersebut merendahkan suami bahkan mempermalukan suami. Pandangan masyarakat tersebut dapat menjadi stresor bagi perempuan Jawa dan dapat membuat perempuan Jawa yang memiliki peran ganda akan mengalami konflik peran pada dirinya sendiri. Hal ini juga akan ikut mempengaruhi kelekatan dirinya dengan anaknya.

Bertolak dari berbagai uraian diatas, penulis ingin meneliti perbedaan tingkat kelekatan aman anak dilihat dari status pekerjaan ibu. Penelitian ini dilakukan karena adanya perbedaan pengalaman kelekatan yang dirasakan oleh setiap anak. Sebenarnya, penelitian serupa telah dilakukan oleh Kiser et al. pada tahun 1986 (Isabella, Belsky, & Von Eye, 1989; Isabella & Belsky, 1991) di negara barat. Namun, penelitian tersebut dilatarbelakangi oleh budaya yang berbeda dengan budaya yang ada di Indonesia. Maka dari itu, penulis ingin melakukan penelitian yang serupa di daerah Jawa khususnya di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.

B. Rumusan Masalah

(30)

9

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat kelekatan aman anak dilihat dari status pekerjaan ibu di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi perkembangan ilmu psikologi terutama Psikologi Perkembangan Anak, dan Psikologi Klinis Anak, serta dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

1) Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi pasangan suami istri yang akan memiliki anak dan pasangan suami istri yang sudah memiliki anak tentang pentingnya kelekatan aman antara ibu dan anak. Untuk memaparkan kepada pasangan suami istri tentang adanya perbedaan tingkat kelekatan aman anak dilihat dari status pekerjaan ibu.

(31)
(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kelekatan Aman

1. Pengertian Kelekatan

Menurut Harlow & Zimmerman (1959), kelekatan adalah pertalian yang dipenuhi oleh kasih sayang dengan seseorang yang istimewa dalam hidup kita dimana mengarahkan kita untuk merasakan kegembiraan saat kita berhubungan dengan orang tersebut dan akan menjadi menyenangkan bila berada dekat dengannya pada waktu kita mengalami stres.

Kelekatan (attachment) adalah suatu relasi antara anak dengan seorang atau lebih pengasuh yang muncul pada masa bayi dimana relasi tersebut menggambarkan ikatan di antara mereka. Kelekatan (attachment) adalah suatu ikatan emosional yang kuat antara bayi dan pengasuhnya atau ibu (Bowlby, 1969; Santrock, 2000).

Kemudian, menurut Wenar dan Kerig (2000), kelekatan adalah kepedulian ibu atau pengasuh terhadap bayi dimana kepedulian tersebut mengandung unsur perasaan kasih sayang dan kepekaan terhadap kebutuhan bayi. Selain itu, kelekatan adalah suatu ikatan yang bersifat afeksional pada seseorang yang ditujukan pada orang-orang tertentu atau disebut figur lekat dan berlangsung terus menerus (Ainsworth, dalam Johnson & Medinnus, 1976; Pelawi, 2004).

(33)

Dari beberapa batasan diatas dapat disimpulkan bahwa kelekatan adalah kasih sayang yang berlangsung terus menerus antara anak dengan ibu atau pengasuh dimana ikatan tersebut merupakan variabel yang berkembang sejak masa bayi dan dipengaruhi oleh kepedulian dan kepekaan ibu atau pengasuh pada kebutuhan bayi.

2. Fase-fase dalam Kelekatan

Kelekatan berkembang dalam empat fase (Bowlby, 1969; Vasta, Haith & Miller, 1995), yaitu fase preattachment, fase “attachment-in-the-making”, fase “clear-cut” attachment, dan formation of a reciprocal relationship.

Pada fase preattachment (lahir sampai dengan enam minggu) sinyal yang selalu muncul pada bayi seperti menggenggam, tersenyum, menangis, dan menatap mata orang dewasa, dimana sinyal-sinyal tersebut membantu bayi yang baru lahir menjalin hubungan dengan orang lain. Salah satu dari respon orang dewasa akan mendorong bayi untuk tetap dekat pada orang dewasa tersebut, karena kedekatan menyenangkan bagi mereka. Bayi pada usia ini mengenal bau dan suara ibu mereka, serta mereka juga akan mengenal wajah ibu mereka. Pada fase ini bayi mulai terikat pada ibu mereka.

(34)

13

bayi kepada seseorang yang tidak dikenal. Misalnya, senyum bayi, tawa bayi, dan celoteh bayi lebih bebas disampaikan pada ibu mereka dan ketenangan lebih cepat muncul saat ibu mendekat ke arah mereka. Dalam interaksi bayi dengan orangtua dan pengalaman bebas dari distres, bayi mempelajari bahwa tindakan mereka mempengaruhi perilaku di sekeliling mereka. Bayi saat ini mulai mengembangkan rasa percaya, yaitu pengharapan bahwa pengasuh atau ibu akan merespon sinyal-sinyal yang disampaikan oleh bayi. Bayi juga tidak memprotes jika terpisah dari pengasuh atau ibu mereka.

(35)

Mereka menggunakan orang tua sebagai dasar yang aman untuk mengeksplorasi lingkungan.

Pada formation of a reciprocal relationship (18 bulan sampai usia selanjutnya), saat anak mengakhiri tahun kedua kehidupannya, anak mengalami pertumbuhan yang cepat dalam memahami beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan dan ketidakberadaan orang tua mereka, mereka juga mampu memprediksi kapan orang tua mereka ada di dekat mereka. Protes yang mereka sampaikan terkait tentang keterpisahan dengan ibu mereka mengalami penurunan. Selain itu, anak mulai membicarakan kepada pengasuh atau ibu tentang kapan saatnya mereka meminta dan mempengaruhi pengasuh atau ibu mereka untuk mencapai tujuan mereka.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kelekatan berkembang melalui empat fase yaitu fase preattachment, fase “attachment-in-the-making”, fase “clear-cut” attachment, dan formation of a reciprocal relationship.

3. Jenis-jenis Kelekatan

(36)

15

Dua jenis kelekatan menurut Ainsworth (dalam Main & Solomon, 1990) antara lain :

a. Kelekatan aman (secure attachment,) yaitu suatu kelekatan dimana anak menggunakan pengasuh, biasanya ibu sebagai suatu landasan yang aman untuk mengeksplorasi lingkungannya. Anak dapat bergerak lebih bebas walaupun jauh dari ibunya karena mereka percaya bahwa ibunya walaupun jauh tetap memperhatikan lokasi tempatnya berada melalui pandangan sekilas secara periodik. Selanjutnya, kelekatan aman terjadi apabila ibu peka terhadap kebutuhan anak serta memberikan perhatian dan kasih sayang yang tepat, hangat, dan konsisten kepada anak. Saat terpisah dengan pengasuh atau ibu mungkin anak tidak menangis, tapi jika mereka menangis ini dikarenakan orang tua tidak hadir dan menunjukkan bahwa mereka memilih pengasuh atau ibu dibandingkan perpisahan. Saat ibu mereka kembali, mereka secara aktif melakukan kontak dengan pengasuh atau ibu dan tangisan mereka akan segera berkurang. Jika mengalami distres, mereka lebih mudah merasa nyaman dengan ibu mereka dibandingkan dengan orang asing. Mereka terlihat memiliki tendensi yang sangat rendah untuk melawan saat kontak dengan ibu mereka. b. Kelekatan yang tidak aman (insecure attachment), yaitu kelekatan

(37)

Kelekatan yang tidak aman ini dibagi menjadi tiga jenis yaitu :

1) Kelekatan anak yang mudah cemas dan menghindar ( anxious-avoidant) dimana anak memperlihatkan ketidakamanan dengan menghindari ibu (misalnya, mengabaikan, menghindari tatapan, dan tidak berupaya mencari kedekatan dengan ibunya). Anak tidak merespon kehadiran ibu, dan saat ibu pergi mereka selalu tidak berada pada situasi distres. Beberapa anak bahkan terlihat memilih orang asing dan menjadi lebih nyaman dengan orang asing saat mereka mengalami distres. Anak dengan kelekatan yang cemas dan menghindar ini memiliki ibu yang tidak responsif terhadap sinyal-sinyal yang disampaikan anak dan mengontrol perilaku anak.

(38)

17

kelekatan yang mudah cemas dan menolak memiliki ibu yang tidak responsif terhadap sinyal-sinyal yang disampaikan oleh anak. 3) Kelekatan yang disorientasi atau disorganisasi (

disorientation-disorganization) dimana merupakan bentuk refleks dari ketidakamanan. Saat bersama ibunya, anak menunjukkan kebingungan dan perilaku bertentangan. Mereka mungkin memalingkan muka saat ditinggalkan oleh ibu mereka atau mendekati ibu mereka dengan ekspresi yang datar dan perasaan depresi. Anak menyampaikan disorientasi ini dengan ekspresi wajah yang membingungkan. Anak mengeluarkan sedikit tangisan dan sikap yang kaku setelah anak menunjukkan kebingungan. Anak yang mengalami kelekatan yang disorientasi atau disorganisasi memiliki ibu yang memiliki kontrol yang sangat tinggi pada perilaku anak.

(39)

4. Kelekatan Aman

Kelekatan aman (secure attachment), yaitu suatu kelekatan dimana anak menggunakan pengasuh, biasanya ibu, sebagai suatu landasan yang aman untuk mengeksplorasi lingkungannya. Anak yang mengalami kelekatan aman memiliki ibu yang sensitif terhadap sinyal-sinyal yang disampaikan oleh anak (Ainsworth, 1979). Menurut Ainsworth (dalam Hazan & Shaver, 1987; Pelawi, 2004), ibu yang memiliki kelekatan aman dengan anaknya akan memberikan respon positif pada saat anak-anak membutuhkannya, dengan begitu anak akan mempunyai keyakinan bahwa ibu adalah orang yang dapat dipercaya dan penuh perhatian. Anak juga memandang bahwa dirinya mempunyai arti dan dihargai. Anak dapat bergerak lebih bebas walaupun jauh dari ibunya karena mereka percaya bahwa meskipun ibunya jauh, tetapi ibu tetap memperhatikan lokasi tempat ia berada melalui pandangan sekilas secara periodik.

(40)

19

(1973, 1979; Yessy, 2004), anak yang mempunyai kelekatan yang aman ini percaya adanya responsivitas dan kesediaan ibu bagi mereka.

Dari penelitian yang dilakukan Belsky, Spritz, & Crnic (1996), ditemukan bahwa ibu yang peka dan selalu bersama anaknya dimana anaknya mengalami kelekatan yang aman dan nyaman lebih mampu memulai percakapan yang mengandung unsur emosional dan relasional dengan anak mereka.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bowlby (1969), menunjukkan bahwa bayi yang mengalami kelekatan yang aman menumbuhkan rasa efikasi dan agensi; suatu keyakinan bahwa mereka bisa melakukan sesuatu. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa anak pra sekolah dengan kelekatan yang aman terlihat memiliki keyakinan diri dan mengurangi ketergantungan dengan guru mereka (Sroufe, 1983). Kemudian, anak di usia enam tahun yang meniliki kelekatan aman dengan ibunya berkompeten dalam bermain dan pemecahan konflik dengan teman sebaya (Warmer et. al, 1994). Selanjutnya, menurut Urban, Carlson, Egeland, dan Sroufe (1991), anak di usia 10 tahun yang mengalami kelekatan aman memiliki ketergantungan yang rendah dengan konselor kemah musim semi.

(41)

memandang diri sendiri sebagai orang yang berharga. Dengan berkembangnya model mental ini, akan memberikan pengaruh yang positif terhadap bentuk-bentuk hubungan dan kompetensi sosialnya (Kobak & Hazan, 1991; Pelawi, 2004). Dengan adanya penilaian dan harapan yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, maka individu mempunyai kepercayaan diri dan harga diri yang cukup tinggi serta memiliki sifat bersahabat.

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelekatan

Bowlby (dalam Love, 2004) menyatakan bahwa kelekatan yang dialami oleh anak dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu :

a. Kemudahan ibu atau pengasuh dalam mengasuh anak dan keresponsifan ibu pada sinyal yang disampaikan anak.

(42)

21

ibu yang menggabungkan bagian-bagian dari emosi yang positif yang disampaikan ibu kepada anak (Isabella & Belsky, 1991).

b. Kemampuan anak untuk membuka hubungan dengan pengasuh atau ibu.

Kelekatan adalah hasil dari hubungan yang dibangun antara dua partner, karakteristik anak mempengaruhi bagaimana hubungan ini menjadi mudah untuk diwujudkan. Anak yang lahir prematur, komplikasi yang terjadi saat kelahiran anak, dan sakit yang diderita anak membuat pengasuhan lebih dilakukan secara hati-hati (Wille, 1991; Berk, 1994). Selain itu temperamen anak yang termasuk dalam difficult temperaments ikut menjadi resiko dalam masalah kelekatan, dimana anak yang bertemperamen difficult lebih mengembangkan kelekatan yang tidak aman (Kagan & Snidman, 1991). Ini disebabkan karena anak yang penuh dengan rasa ketakutan dan mudah marah mungkin mudah untuk bereaksi pada perpisahan dengan pengasuh atau ibu (Vaughn et al., 1989).

c. Keadaan keluarga dan lingkungan anak.

(43)

mempengaruhi perasaan anak terhadap keamanan. Hal ini terjadi saat orang tua menunjukkan pada mereka ekspresi kemarahan ketika orang tua melakukan interaksi dengan orang dewasa. Selain itu, rencana pengasuhan anak yang tidak sesuai juga secara langsung akan mempengaruhi perasaan bayi terhadap keamanan (Thompson & Raikes, 2003).

Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terbentuknya kelekatan yaitu kemudahan ibu atau pengasuh dalam mengasuh anak dan keresponsifan ibu pada sinyal yang disampaikan anak, kemampuan anak untuk membuka hubungan dengan pengasuh atau ibu, serta keadaan keluarga dan lingkungan anak.

6. Aspek-aspek dari Kelekatan Aman

Menurut Mary Ainsworth et al. (1978) dalam Stranger Situation, aspek-aspek dari kelekatan aman adalah sebagai berikut:

a. Ibu sebagai dasar yang aman, yaitu bayi dan anak pada usia awal anak-anak menjadikan ibu sebagai landasan yang aman untuk mengeksplorasi lingkungannya.

(44)

23

c. Kemampuan bayi dan anak pada usia awal anak-anak untuk berinteraksi dengan orang dewasa yang tidak dikenal, yaitu bagaimana perilaku dan sikap mereka saat orang dewasa yang tidak mereka kenal mengajak mereka untuk berinteraksi.

d. Kecemasan terpisah, yaitu bayi dan anak pada usia awal anak-anak menjadi terganggu saat orang dewasa yang ia percaya meninggalkannya. e. Reaksi serta keadaan bayi dan anak pada usia awal anak-anak saat

dipertemukan kembali dengan ibu mereka, yaitu bagaimana reaksi dan keadaan mereka saat ibu mereka kembali dan menghampiri mereka. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ada lima aspek yang dapat menjadi aspek dalam kelekatan yaitu ibu sebagai dasar yang aman bagi bayi untuk mengeksplorasi lingkungan, reaksi serta keadaan bayi dan anak pada usia awal anak-anak pada orang dewasa yang tidak dikenal, kemampuan bayi dan anak pada usia awal anak-anak untuk berinteraksi dengan orang dewasa yang tidak dikenal, kecemasan terpisah, dan reaksi serta keadaan bayi dan anak pada usia awal anak-anak saat dipertemukan kembali dengan ibu mereka.

B. Status Pekerjaan Ibu

1. Pengertian Status Pekerjaan Ibu

(45)

2. Jenis-Jenis Status Pekerjaan Ibu

Menurut Aspek Ketenagakerjaan Kota Bandung (2004), jenis-jenis status pekerjaan ibu adalah sebagai berikut:

a. Ibu yang bekerja di luar rumah, adalah ibu yang bekerja pada orang lain atau instansi pemerintah atau swasta yang menerima upah atau gaji baik berupa uang maupun barang.

b. Ibu yang bekerja di dalam rumah, adalah ibu yang mengusahakan usahanya di dalam rumah untuk membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan.

c. Ibu yang mengurus rumah tangga, adalah ibu yang tidak memiliki pekerjaan lain selain mengurus rumah tangganya.

Menurut Surya (2002), status pekerjaan ibu dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Ibu yang bekerja di luar rumah adalah ibu yang bekerja pada suatu instansi atau perusahaan di luar rumah yang menerima upah atau gaji. b. Ibu yang bekerja di dalam rumah, adalah ibu yang membuat suatu

lapangan pekerjaan bagi dirinya di dalam rumah untuk membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan bagi keluarga.

(46)

25

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ada tiga status dari pekerjaan ibu yaitu, ibu yang bekerja di luar rumah, ibu yang bekerja di dalam rumah, dan ibu yang tidak bekerja.

3. Konsekuensi dari Status Pekerjaan Ibu

Adanya berbagai jenis status pekerjaan ibu menimbulkan beberapa konsekuensi yang akan dihadapi ibu dalam kehidupannya. Dari survey yang dilakukan oleh peneliti, maka konsekuensi yang dihadapi ibu akan banyak mempengaruhi peluang pengasuhan ibu kepada anaknya. Berikut adalah konsekuensi dari masing-masing status pekerjaan ibu:

a. Ibu yang bekerja di luar rumah

(47)

munculnya kecemasan dan stres pada ibu ini dikarenakan oleh keinginan ibu untuk menjalankan dengan sempurna kedua peran yang seringkali menuntut porsi yang sama. Kemudian, kecemasan dan stres juga disebabkan karena ibu merasa tidak yakin akan kesanggupan dan prioritas terhadap kedua perannya tersebut serta adanya tekanan dari pendapat lama masyarakat tentang sifat pekerjaannya (Moonhouse & William; Gunanto, 1997; Rinto, 2004).

b. Ibu yang bekerja di dalam rumah

Ibu yang bekerja di dalam rumah juga akan mendapatkan konsekuensi-konsekuensi seperti yang dialami oleh ibu yang bekerja di luar rumah. Namun, tentu saja ada perbedaan terhadap konsekuensi-konsekuensi tersebut yang didasarkan oleh keberadaan waktu ibu yang cenderung lebih banyak di rumah yang dikarenakan ibu bekerja di dalam rumah. Dilihat dari jenis pekerjaan ibu yang merupakan pekerjaan sampingan, maka tidak ada peraturan-peraturan yang mengikat ibu dalam melakukan pekerjaannya (Shaevits; Rinto, 2004). Hal ini dapat membuat ibu merasa yakin akan kesanggupan dan prioritas terhadap peran-peran ibu sendiri (Handayani dan Novianto; Kristiyanti, 2006).

c. Ibu yang tidak bekerja

(48)

27

bekerja di luar rumah. Menurut Moonhouse dan William (dalam Gunanto, 1997; Rinto, 2004), hal ini disebabkan oleh begitu banyaknya waktu yang tersedia bagi ibu untuk berada di rumah serta tidak adanya kebingungan peran yang dialami oleh ibu rumah tangga. Kemudian, penyebab lainnya yaitu ibu tidak akan merasa tertekan oleh pendapat lama masyarakat tentang sifat pekerjaannya karena pekerjaan ibu mengurus rumah tangga sesuai dengan pendapat lama masyarakat. Ibu juga memiliki keyakinan akan kesanggupan dan prioritas terhadap perannya sebagai ibu rumah tangga (Handayani dan Novianto; Kristiyanti, 2006).

C. Perbedaan Tingkat Kelekatan Aman Anak Dilihat dari Status Pekerjaan

Ibu

Keamanan dan ketidakamanan kelekatan yang dialami oleh anak tergantung pada seberapa peka dan tanggap seorang pengasuh atau ibu terhadap sinyal yang disampaikan oleh anak. Maka dari itu, anak yang merasakan kelekatan yang aman cenderung memiliki ibu yang peka, menerima, dan dapat mengekspresikan afeksi terhadap anak dibandingkan dengan anak yang tidak merasakan kelekatan yang aman (Pederson, dkk, 1989; Santrock, 2000).

(49)

dihabiskan ibu bersama anaknya (Isabella, Belsky, & Von Eye, 1989; Kiser et al., 1986; Isabella & Belsky, 1991). Dengan kata lain, kuantitas kebersamaan ibu dan anak memiliki hubungan dengan kelekatan antara ibu dan anak (Isabella, Belsky, & Von Eye, 1989; Kiser et al., 1986; Isabella & Belsky, 1991).

Fenomena saat ini, banyak ibu yang memiliki pekerjaan diluar pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Fenomena tersebut membuat adanya perbedaan terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh status pekerjaan ibu. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan bahwa konsekuensi-konsekuensi tersebut akan memunculkan perbedaan peluang ibu dalam mengasuh anaknya. Adanya perbedaan peluang ibu dalam mengasuh anaknya, dapat memunculkan perbedaan tingkat kelekatan aman yang terbentuk pada anak. Perbedaan peluang ibu dalam pengasuhan anak salah satunya dipengaruhi oleh banyaknya waktu yang dihabiskan ibu untuk bersama dengan anaknya.

(50)

29

ibu yang bekerja di luar rumah ini pada akhirnya akan membuat ibu menjadi sangat mudah mengalami kecemasan dan stres. Hal ini dikarenakan oleh peraturan-peraturan yang mengikat ibu dalam melaksanakan pekerjaannya. Kecemasan dan stres yang muncul pada diri ibu dapat disebabkan oleh adanya keinginan ibu untuk menjalankan dengan sempurna kedua perannya yaitu, sebagai pekerja dan ibu rumah tangga. Meskipun ibu memiliki keinginan menjalankan perannya dengan sempurna, namun ibu juga merasa tidak yakin akan kesanggupan dan proritasnya untuk menjalankan kedua peran tersebut. Hal ini dikarenakan adanya tekanan dari pendapat lama masyarakat tentang sifat pekerjaannya (Moonhouse & William; Gunanto, 1997; Rinto, 2004).

Dilihat dari banyaknya waktu yang dihabiskan ibu di luar rumah, akan membuat ibu sering terpisah dengan anaknya sehingga menyebabkan ibu memiliki sedikit waktu untuk bersama dengan anaknya. Hal ini juga akan menyebabkan ibu memiliki peluang yang sedikit untuk memperhatikan anaknya. Selain itu, ibu dapat mengalami kecemasan dan stres sehingga ibu mungkin saja membawa emosi yang negatif dalam interaksi dengan anaknya. Seluruh hal tersebut diduga akan mempengaruhi terbentuknya tingkat kelekatan aman antara ibu dan anak.

(51)

tangga (Moonhouse & William; Gunanto, 1997; Rinto, 2004). Persepi ganda mengenai peran ibu akan cenderung menimbulkan kecemasan dan stres pada ibu (Shaevits; Rinto, 2004). Namun, kecemasan dan stres yang muncul tidak akan setinggi seperti yang terjadi pada ibu yang bekerja di luar rumah. Hal tersebut dikarenakan oleh sifat pekerjaan ibu yang berupa pekerjaan sampingan di luar pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga, sehingga ibu tidak mengalami tekanan dari peraturan-peraturan pekerjaan dari instansi dan pendapat lama masyarakat tentang sifat pekerjaannya (Shaevits; Rinto, 2004). Ibu juga akan merasa yakin akan kesanggupan dan prioritas terhadap peran-peran ibu sendiri (Handayani dan Novianto; Kristiyanti, 2006).

Jika dibandingkan dengan ibu yang bekerja di luar rumah, maka ibu yang bekerja di dalam rumah cenderung memiliki lebih banyak waktu untuk bersama dengan anaknya. Hal ini menambah peluang ibu untuk memperhatikan anaknya. Selanjutnya, dengan munculnya kecemasan dan stres pada ibu, akan membuat ibu membawa emosi yang cenderung negatif dalam interaksi dengan anaknya. Hal-hal ini diduga akan mempengaruhi terbentuknya tingkat kelekatan aman antara ibu dan anak.

(52)

31

masyarakat karena ibu terfokus dalam mengurus rumah tangganya. Hal ini sesuai dengan pendapat lama masyarakat yang menginginkan agar ibu tidak bekerja. Selain itu, ibu juga memiliki keyakinan akan kesanggupan dan prioritas terhadap perannya sebagai ibu rumah tangga (Handayani dan Novianto; Kristiyanti, 2006).

(53)

Skema Perbedaan Tingkat Kelekatan Aman Anak Dilihat dari Status

- Muncul persepsi ganda terhadap peran - Sangat mudah muncul

kecemasan dan stres

Konsekuensi Umum: - Cenderung banyak waktu

di rumah

- Muncul persepsi ganda terhadap peran

- Cenderung muncul kecemasan dan stres

Konsekuensi Umum: - Banyak waktu di

rumah

- Tidak adanya persepsi ganda terhadap peran - Tidak mudah muncul

kecemasan dan stres

Peluang Ibu dalam Pengasuhan Anak:

- Sedikit waktu bersama anak

- Ibu memiliki sedikit peluang untuk

- Cenderung banyak waktu bersama anak

- Ibu cenderung memiliki

(54)

33

D. Hipotesis

a. Hipotesis Mayor

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis mayor yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah ada perbedaan tingkat kelekatan aman anak dilihat dari status pekerjaan ibu.

b. Hipotesis Minor

Hipotesis minor dalam penelitian ini adalah:

1) Ada perbedaan tingkat kelekatan aman anak antara ibu yang bekerja di luar rumah dengan ibu yang bekerja di dalam rumah.

2) Ada perbedaan tingkat kelekatan aman anak antara ibu yang bekerja di luar rumah dengan ibu yang tidak bekerja.

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk melihat perbedaan dengan cara membandingkan tingkat kelekatan aman anak dilihat dari status pekerjaan ibu (Hadi, 1997).

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas : Status pekerjaan ibu

2. Variabel tergantung : Kelekatan aman

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Status Pekerjaan Ibu

Status pekerjaan ibu adalah kedudukan ibu di dalam suatu unit bidang usaha atau kegiatan dalam melakukan pekerjaan (Surya, 2002). Status pekerjaan ibu ini terbagi atas tiga status yaitu, ibu yang bekerja di luar rumah, ibu yang bekerja di dalam rumah, dan ibu yang tidak bekerja. Status pekerjaan ibu dalam penelitian ini diketahui melalui pengisian data identitas yang dilakukan oleh subjek penelitian.

2. Kelekatan Aman

(56)

35

terhadap bayi dimana mengandung unsur perasaan kasih sayang ibu dan kepekaan ibu terhadap kebutuhan bayi (Wenar dan Kerig, 2000). Dalam penelitian ini, penentuan tinggi rendahnya tingkat kelekatan aman ini dapat dilihat dari tinggi dan rendahnya skor total yang diperoleh subjek berdasarkan skor skala tingkat kelekatan aman dengan metode skala. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi pula tingkat kelekatan aman yang terbentuk pada anak subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh subjek maka semakin rendah pula tingkat kelekatan aman yang terbentuk pada anak subjek.

D. Subjek Penelitian

Pengambilan subjek dalam penelitian ini diperoleh menggunakan teknik sampel purposif yaitu suatu teknik yang dikenakan pada sampel yang karakteristiknya sudah ditentukan dan diketahui lebih dulu berdasarkan ciri dan sifat populasinya (Winarsunu, 2004).

(57)

Subjek dalam penelitian ini memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Ibu-ibu yang sudah menikah dan memiliki anak yang masih berumur batita (bawah tiga tahun).

Alasannya sesuai dengan tujuan dari penelitian yaitu melihat tingkat kelekatan aman yang diberikan ibu kepada anak dimana kelekatan pada anak terbentuk sejak anak lahir hingga anak berusia dua tahun (Bowlby, 1969; Vasta, Haith & Miller, 1995). Selain itu, ibu-ibu yang memiliki anak berusia batita cenderung masih banyak mengingat pengalaman selama mengasuh dan membesarkan anaknya sehingga data masih diingat oleh ibu. Jika ibu memiliki lebih dari satu orang anak, maka kelekatan yang dilihat adalah kelekatan ibu dengan anak yang terakhir dengan alasan data masih dalam ingatan ibu.

2. Ibu tidak mengalami kesulitan dalam proses kelahiran dan anak tidak mengalami masalah kesehatan.

Alasannya yaitu anak yang lahir disertai dengan kesulitan pada proses kelahirannya dan anak yang mengalami masalah kesehatan membuat pengasuhan anak dilakukan secara lebih hati-hati. Oleh karena itu, menyebabkan ibu cenderung memberikan perhatian yang lebih intensif pada anak tersebut (Wille, 1991; Berk, 1994).

3. Ibu tinggal bersama suami.

(58)

37

semangat dan motivasi kepada ibu pada saat mengasuh anaknya (Wille, 1991; Berk, 1994).

4. Ibu tidak mengalami masalah psikologis dimana ibu tidak mengalami masalah dalam menjalankan aktivitas kesehariannya.

Alasannya yaitu pada ibu yang mengalami masalah psikologis, maka akan mempengaruhi interaksi ibu dengan anak (Wille, 1991; Berk, 1994).

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan metode skala. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data identitas dan skala. Tujuan dari poin-poin dalam data identitas adalah untuk mengetahui status pekerjaan ibu dan memilih subjek sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan.

1. Status Pekerjaan Ibu

(59)

2. Skala Tingkat Kelekatan Aman a. Metode skala

Metode penskalaan pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini dengan memakai metode penskalaan Summated Rating jenis Likert, yaitu metode penskalaan pernyataan yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skala (Gable dalam Azwar, 1999). Kategori yang digunakan untuk menyatakan pernyataan subjek terdiri dari empat jangkar yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai. b. Penyusunan aitem

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini berupa skala. Aitem-aitem dari skala ini disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kelekatan aman dari Strange Situation Procedure (Ainsworth et al., 1978), yang merupakan metode untuk mengukur kualitas dan jenis dari kelekatan antara ibu dan bayi. Metode ini disusun berdasarkan lima aspek dari kelekatan ibu dan bayi. Aspek-aspek tersebut adalah :

1) Ibu sebagai dasar yang aman, yaitu bayi dan anak pada usia awal anak-anak menjadikan ibu sebagai landasan yang aman untuk mengeksplorasi lingkungannya.

(60)

39

3) Kemampuan bayi dan anak pada usia awal anak-anak untuk berinteraksi dengan orang dewasa yang tidak dikenal, yaitu bagaimana perilaku dan sikap mereka saat orang dewasa yang tidak mereka kenal mengajak mereka untuk berinteraksi.

4) Kecemasan terpisah, yaitu bayi dan anak pada usia awal anak-anak menjadi terganggu saat orang dewasa yang ia percaya meninggalkannya.

5) Reaksi serta keadaan bayi dan anak pada usia awal anak-anak saat dipertemukan kembali dengan ibu mereka, yaitu bagaimana reaksi dan keadaan mereka saat ibu mereka kembali dan menghampiri mereka.

Skala tingkat kelekatan aman ini terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable dengan empat pilihan jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai.

c. Penentuan Skor

(61)

(STS=Sangat Tidak Sesuai), 3 (TS=Tidak Sesuai), 2 (S=Sesuai), dan 1 (SS=Sangat Sesuai).

(62)

41

Tabel I

Distribusi AitemSkala Tingkat Kelekatan Aman Sebelum Uji Coba

Aspek Dari Kelekatan Ibu dan Bayi

Reaksi serta keadaan bayi dan anak pada usia awal anak-anak saat berkenalan dengan orang dewasa yang tidak dikenal

2, 18,

Kemampuan bayi dan anak pada usia awal anak-anak untuk berinteraksi dengan orang dewasa yang tidak dikenal

10, 26, 34, 42, 51, 55

14, 22, 30, 46, 52, 58

12

Kecemasan terpisah 7, 15, 31, 36, 39, 54

3, 11, 27, 35, 43, 59

12

Reaksi serta keadaan bayi dan anak pada usia awal anak-anak saat dipertemukan kembali

(63)

dipertanggungjawabkan kebenarannya. Oleh karena itu, skala tingkat kelekatan aman ini dikenai prosedur pengukuran validitas dan reliabilitas sebelum skala ini dijadikan sebagai alat ukur dalam penelitian.

1) Uji Validitas Isi

Tujuan uji validitas isi ini adalah apakah aitem dalam skala layak untuk dipakai dan mampu menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan tujuan ukur. Validitas ini menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur (Azwar, 1999). Hal ini memiliki tujuan agar tes tersebut isinya komprehensif dan hanya memuat isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur.

2) Uji Daya Diskriminasi Aitem

Uji daya diskriminasi aitem ini dilakukan dengan teknik korelasi Product Moment Pearson, yaitu untuk menentukan apakah aitem mampu membedakan atas kelompok yang akan diukur dengan skala (Azwar, 1999). Menurut Azwar (1999), aitem yang dianggap sahih adalah yang memiliki kesahihan (rix) diatas 0,3.

3) Uji Reliabilitas

(64)

43

sampai 1. Dalam uji reliabilitas ini, skala yang diestimasi reliabilitasnya dibelah menjadi dua bagian dan setiap belahan berisi aitem yang sama.

F. Prosedur Pengambilan Data

Prosedur dari pengambilan data dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Diawali dengan persiapan alat penelitian oleh peneliti, meliputi pembuatan aitem-aitem dari skala tingkat kelekatan aman. Kemudian, peneliti melakukan uji coba terhadap skala tingkat kelekatan aman pada 45 subjek yang berada di daerah Yogyakarta dan Magelang. Setelah uji coba, peneliti melakukan analisis terhadap data uji coba. Analisis tersebut meliputi uji validitas isi, uji daya diskriminasi aitem, dan uji reliabilitas. Selanjutnya, peneliti menyusun kembali skala tingkat kelekatan aman setelah membuang aitem-aitem yang gugur pada uji coba.

(65)

subjek penelitian yang berada di wilayah Yogyakarta dan Solo. Kemudian, skala yang sudah diisi oleh subjek penelitian terlebih dahulu digolongkan ke dalam tiga kelompok subjek yaitu ibu yang bekerja di luar rumah, ibu yang bekerja di dalam rumah, dan ibu yang tidak bekerja. 3. Peneliti melakukan pengolahan data dengan menggunakan analisis varian satu jalur (one-way anova). Berdasarkan pengolahan data tersebut dapat dilihat dan ditentukan apakah hasil penelitian memenuhi hipotesis penelitian ini.

G. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dikuantifikasikan dan diolah dengan menggunakan analisa varian. Analisa varian yaitu suatu analisis yang digunakan untuk menguji perbedaan antara tiga atau lebih kelompok data (Winarsunu, 2004).

(66)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1) Pelaksanaan Uji Coba

Persiapan dalam penelitian ini meliputi uji coba alat ukur. Uji coba alat

ukur dilakukan untuk melihat kualitas aitem-aitem dalam skala yang akan

digunakan dalam penelitian. Skala tingkat kelekatan aman ini diujicobakan

kepada 60 subjek yang terdiri dari 20 orang ibu yang merupakan ibu yang

bekerja di luar rumah, 20 orang ibu yang bekerja di dalam rumah, dan 20

orang ibu yang tidak bekerja dimana keseluruhan subjek ini berada di

daerah Yogyakarta dan Magelang.

Uji coba ini dilaksanakan dari tanggal 23 Februari 2008 sampai dengan

16 Maret 2008. Berdasarkan 60 skala yang dibagikan, terdapat 10 skala

yang tidak kembali dan tiga skala yang tidak dapat diolah. Jadi, jumlah

skala yang kembali dan dapat diolah sebanyak 47 skala. Namun, ada dua

skala yang tidak diolah dengan pertimbangan keseimbangan jumlah subjek

pada masing-masing kelompok status pekerjaan ibu. Maka dari itu, jumlah

skala yang diolah sebanyak 45 skala dari 45 Subjek yang terdiri dari 15

orang ibu yang merupakan ibu yang bekerja di luar rumah, 15 orang ibu

yang bekerja di dalam rumah, dan 15 orang ibu yang tidak bekerja.

(67)

2. Hasil Uji Coba Alat Ukur

a.Uji Validitas Isi

Validitas alat ukur penelitian yang digunakan adalah validitas isi

yang menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam alat ukur

mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur. Adapun

validitas isi ini diperoleh melalui analisis rasional dan professional

judgement yang dilakukan oleh peneliti dan dosen pembimbing

peneliti selama proses bimbingan skripsi.

b. Uji Daya Diskriminasi Aitem

Uji daya diskriminasi aitem ini dilakukan untuk menentukan

apakah aitem mampu membedakan atas kelompok yang akan diukur

dengan skala (Azwar, 1999). Selain itu, uji daya diskriminasi aitem ini

dilakukan untuk melihat dan memilih aitem-aitem yang lolos seleksi

dan dapat digunakan dalam pengambilan data penelitian serta

aitem-aitem yang tidak lolos seleksi dan tidak dapat digunakan dalam

pengambilan data penelitian. Uji daya diskriminasi aitem ini diukur

dengan teknik korelasi Product Moment Pearson.

Berdasarkan uji daya diskriminasi aitem tersebut, maka ada

sebanyak 30 aitem yang gugur dari 60 aitem yang telah diujicobakan.

Aitem-aitem yang gugur tersebut memiliki nilai rix diatas 0,25. Nilai

rix diatas 0,25 ini dipilih karena banyaknya jumlah aitem yang gugur.

(68)

47

Tabel II

Distribusi AitemSkala Tingkat Kelekatan Aman

Setelah Uji Coba

Aspek Dari Kelekatan Ibu Dan

Bayi

Reaksi serta keadaan bayi dan

anak pada usia awal anak-anak

saat berkenalan dengan orang

dewasa yang tidak dikenal

2, 18, 19,

49, 50, 53

6, 38, 47,60 9

Kemampuan bayi dan anak

pada usia awal anak-anak

untuk berinteraksi dengan

orang dewasa yang tidak

dikenal

10, 26, 34,

42, 51, 55

14, 22, 52 9

Kecemasan terpisah - - 0

Reaksi serta keadaan bayi dan

anak pada usia awal anak-anak

saat dipertemukan kembali

Data mengenai hasil analisa aitem secara lengkap dapat dilihat

pada lampiran. Oleh karena seluruh aitem pada aspek kecemasan

terpisah gugur, maka peneliti memperbaiki aitem-aitem tersebut agar

(69)

kecemasan terpisah yang diperbaiki oleh peneliti adalah aitem nomor 3,

7, 15, 27, 31, 35, 36, 43, 54, dan 59. Peneliti memilih aitem-aitem

tersebut untuk diperbaiki dengan alasan bahwa aitem-aitem tersebut

diprediksikan mampu untuk mengungkap kecemasan yang terjadi pada

anak saat terpisah dengan ibu. Selain itu, ada dua aitem yang juga

diperbaiki pada aspek ibu sebagai dasar yang aman yaitu aitem nomor 21

dan 29. Kedua aitem ini juga dipilih karena aitem-aitem tersebut

diprediksikan mampu untuk mengungkap aspek ibu sebagai dasar yang

aman untuk anak mengeksplorasi lingkungannya.

Gugurnya aitem-aitem pada skala tersebut mungkin disebabkan

karena aitem kurang mampu menggambarkan situasi kehidupan subjek

secara relevan sehingga jawaban subjek cenderung mengumpul pada

salah satu alternatif jawaban. Tabel dibawah ini adalah distribusi aitem

skala tingkat kelekatan aman setelah perbaikan aitem yang dilakukan

(70)

49

Tabel III

Distribusi AitemSkala Tingkat Kelekatan Aman

(Penelitian)

Aspek Dari Kelekatan Ibu Dan

Bayi

Aitem Nomor Total

Favorable Unfavorable

Ibu sebagai dasar yang aman 1,11,20,30,

39

6,15,25,35,44 10

Reaksi serta keadaan bayi dan

anak pada usia awal anak-anak

saat berkenalan dengan orang

dewasa yang tidak dikenal

7,16,26,42,

32

2,12,21,31 9

Kemampuan bayi dan anak

pada usia awal anak-anak

untuk berinteraksi dengan

orang dewasa yang tidak

dikenal

Reaksi serta keadaan bayi dan

anak pada usia awal anak-anak

(71)

Tabel IV

Distribusi AitemSkala Tingkat Kelekatan Aman

(Gugur Setelah Penelitian)

Aspek Dari Kelekatan Ibu Dan

Bayi

Aitem Nomor Total

Favorable Unfavorable

Ibu sebagai dasar yang aman 1,11,20,30,

39

6, 35,44 8

Reaksi serta keadaan bayi dan

anak pada usia awal anak-anak

saat berkenalan dengan orang

dewasa yang tidak dikenal

7,16,26,36,

37,40

2,12,21,31 10

Kemampuan bayi dan anak

pada usia awal anak-anak

untuk berinteraksi dengan

orang dewasa yang tidak

dikenal

3,13,22,32,

42,45

8,17,27 9

Kecemasan terpisah 18,28,41,

46

23,33,38,43 8

Reaksi serta keadaan bayi dan

anak pada usia awal anak-anak

saat dipertemukan kembali

Data mengenai analisis aitem dapat dilihat pada lampiran.

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa aitem yang gugur setelah

penelitian sebanyak lima aitem. Adapun aitem-aitem yang gugur adalah

(72)

51

c. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat taraf kepercayaan hasil

pengukuran. Dalam uji coba ini, uji reliabilitas dihitung dengan

koefisien alpha (α).

Dalam hal ini jumlah variansi bagian untuk skala tingkat

kelekatan aman ini berjumlah empat yaitu 1, 2, 3, 4. Adapun hasil

koefisien reliabilitas alpha (α) tersebut adalah 0,805 yang dapat

dikatakan bahwa skala tingkat kelekatan aman memiliki tingkat

kepercayaan yang tinggi.

Setelah dilaksanakannya penelitian, peneliti melakukan lagi uji

reliabilitas. Hasil koefisien reliabilitas alpha (α) setelah penelitian

adalah 0,872 yang dapat menunjukkan bahwa skala tingkat kelekatan

aman memiliki tingkat kepercayan yang tinggi.

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di daerah Yogyakarta dan Solo. Pengambilan

data penelitian berlangsung dari tanggal 28 Maret 2008 sampai dengan tanggal

23 April 2008. Seperti halnya dengan uji coba alat penelitian sebelumnya,

teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampel purposif yaitu

teknik yang dikenakan pada sampel yang karakteristiknya sudah ditentukan

terlebih dahulu berdasarkan ciri dan sifat populasinya (Winarsunu, 2004).

Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 66 orang dimana

(73)

yaitu ibu-ibu yang sudah menikah dan memiliki anak yang masih berumur

batita (bawah tiga tahun), ibu yang tidak mengalami kesulitan dalam proses

kelahiran dan anak tidak mengalami masalah kesehatan, ibu masih tinggal

bersama suami, dan ibu yang tidak mengalami masalah psikologis.

Pencarian subjek dan penyebaran skala dilakukan secara individual dengan

berpegang pada karakteristik subjek penelitian yang telah ditentukan

sebelumnya. Peneliti mencari subjek dari satu rumah ke rumah. Peneliti

menjelaskan terlebih dahulu cara pengisian data identitas, cara pengisisan

skala, dan melakukan wawancara informal saat skala diserahkan kepada

subjek. Wawancara informal dilakukan dengan tujuan untuk memastikan agar

subjek penelitian memiliki karakteristik yang sesuai dengan karakteristik yang

telah ditentukan sebelumnya. Ada beberapa subjek yang meminta agar mereka

diberi waktu beberapa hari untuk mengisi skala, sehingga tidak semua skala

bisa langsung terisi ketika peneliti memberikannya kepada subjek. Oleh

karena itu, waktu pengambilan skala menyesuaikan dengan waktu yang telah

disepakati antara subjek dan peneliti.

Dari 100 skala yang disebar oleh peneliti, terdapat 34 buah skala yang

tidak memenuhi syarat dan 66 buah yang akan dianalisis. Maka dari itu,

rincian jumlah subjek yaitu 22 orang ibu yang merupakan ibu yang bekerja di

luar rumah, 22 orang ibu yang bekerja di dalam rumah, dan 22 orang ibu yang

(74)

53

C. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Penelitian

a. Data Demografis Subjek

Di bawah ini adalah data-data demografis subjek penelitian yang

ditemukan oleh peneliti:

1) Data Subjek Penelitian Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu

Dalam menentukan status pekerjaan ibu, peneliti melihatnya dari

data identitas ibu yang diisi oleh subjek dimana data ini disertakan

pada skala.

Tabel V

Subjek Penelitian Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu

Status Pekerjaan Ibu Pekerjaan Jumlah

Ibu yang bekerja di luar

rumah

- Pegawai negeri sipil

- Karyawan swasta

Ibu yang bekerja di

dalam rumah

- Pemilik warung makan

- Pemilik warung telkom

13 orang

9 orang

Ibu yang tidak bekerja 22 orang 22 orang

(75)

Sesuai dengan tabel diatas, terdapat 22 orang ibu yang

merupakan ibu yang bekerja di luar rumah, 22 orang ibu yang bekerja

di dalam rumah, dan 22 orang ibu yang tidak bekerja.

2) Data Rentang Usia Ibu dan Rentang Usia Anak

Sesuai dengan data identitas yang telah diisi oleh subjek, maka

dapat diketahui rentang usia ibu dan rentang usia anak sebagai berikut:

Tabel VI

Data Rentang Usia Ibu dan Rentang Usia Anak

Rentang Usia Ibu Rentang Usia

Anak

Rentang Urutan

Kelahiran Anak

23 – 36 tahun 1 – 2,5 tahun Anak pertama – anak

ketiga

3) Data Jenis Kelamin Anak

Berdasarkan data identitas yang telah diisi oleh subjek diketahui

jenis kelamin anak sebagai berikut:

Tabel VII

Data Jenis Kelamin Anak

Jenis Kelamin Anak Jumlah

Laki-laki 29 orang

(76)

55

4) Data Sejarah Kelahiran dan Kesehatan Anak

Berdasarkan data identitas yang telah diisi oleh subjek penelitian,

dapat diketahui bahwa subjek penelitian tidak mengalami kesulitan

dalam proses kelahiran dan anak subjek tidak mengalami masalah

kesehatan. Sakit yang pernah diderita anak subjek selama tahun

pertama kehidupannya terbatas pada sakit demam biasa, batuk, dan

pilek.

5) Data Masalah Psikologis Ibu

Berdasarkan hasil wawancara informal yang dilakukan oleh

peneliti kepada subjek penelitian dan orang-orang di dekat subjek,

maka dapat diketahui bahwa keseluruhan subjek penelitian tidak

mengalami masalah psikologis yang dapat mengganggu aktivitas

keseharian subjek. Subjek tidak menghadapi situasi yang menimbulkan

stres dan mengalami kejadian yang menyakitkan selama proses

pengasuhian anaknya.

b. Kategorisasi Skor Tingkat Kelekatan Aman

Berdasarkan data penelitian, dapat dilakukan pengelompokan subjek

yang mengacu pada kriteria kategorisasi. Tujuan dari kategorisasi adalah

menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok terpisah secara

berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur.

Kontinum jenjang yang digunakan adalah dari rendah ke tinggi

Gambar

Gambar 1             Skema Perbedaan Tingkat Kelekatan Aman Anak Dilihat
Tabel I
Tabel II
Tabel V Subjek Penelitian Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Błoński nie- jako broni się przed tym, co go pociąga; prowadzi rachunek zysków i strat, ale tak naprawdę oczekuje, aż ktoś nim zawładnie; lubi posmakować tego, co zakazane,

Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat,bahan,media, dan lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik

Karakter tanda bintang (*) yang terdapat dalam PPI sangat penting untuk harmonisasi deskripsi varietas secara internasional dan harus selalu diperiksa dalam setiap uji BUSS

Banjir berpotensi terjadi di Kabupaten Brebes, Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Pemalang,

Latar belakang penelitian ini dilandasi oleh pentingnya pewarisan budaya lokal pada seni rejung. Terkait hal tersebut, maka desain pembelajaran vokal dasar seni rejung harus

Untuk dapat melakukan analisis dan injection molding Fe-2%Ni dengan Moldflow maka feedstock Fe-2%Ni tersebut harus dikarakterisasi terlebih dulu untuk mendapatkan berbagai

perlakuan 100 kg NPK/Ha dengan 1 g PPC/1liter air berpengaruh tidak nyata pada parameter umur berbunga, umur panen, jumlah buah pertanaman, berat buah segar

Kesimpulan dari penelitian adalah hasil analisis data secara simultan diketahui bahwa pengaruh variabel bauran pemasaran (7P) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap