i
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PAI
MATERI IMAN KEPADA MALAIKAT DENGAN
METODE
JIGSAW
PADA SISWA KELAS VII F SMP
N 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN
PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
ROHMAD SHOLIKIN
NIM: 111-12-119
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
iii
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PAI
MATERI IMAN KEPADA MALAIKAT DENGAN
METODE
JIGSAW
PADA SISWA KELAS VII F SMP
N 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN
PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
ROHMAD SHOLIKIN
NIM: 111-12-119
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
iv
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telp. (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id
Drs. M. Ghufron, M.Ag. Dosen IAIN Salatiga Persetujuan Pembimbing
Lamp. : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Saudara : Rohmad Sholikin
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Rohmad Sholikin
NIM : 111-12-119
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul : PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PAI
v
Judul Skripsi
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PAI MATERI
IMAN KEPADA MALAIKAT DENGAN METODE
JIGSAW
PADA SISWA KELAS VII F SMP N 2 TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh
ROHMAD SHOLIKIN NIM: 111-12-119
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 29 Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam Pendidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dr. Imam Sutomo, M.Ag
Sekretaris Penguji : Dr. M. Gufron, M.Ag
Penguji I : Dr. Muna Erawati, M.Si
Penguji II : Dr. Mukti Ali, M.Hum
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Rohmad Sholikin
NIM : 111-12-119
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat dan
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah.
vii
MOTTO
“
Pendidikan yang berkarakter akan menciptakan banyak
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta
karunia-Nya, karya skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Keluarga ku Ayah dan Ibuku tercinta, Pae Zumroni dan Mbok
Jumiyem serta Adiku Nduk Puji Tri Utami, Mas Andi Wibowo dan
dek Riza yang selalu membimbingku, memberikan doa, nasihat, kasih
sayang, dan motivasi dalam kehidupanku.
2. Dosen Pembimbing Skripsiku, Bp. Drs. M. Ghufron, M.Ag. yang
selalu memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh
kesabaran selama proses skripsi ini.
3. Sahabat-sahabatku, Tri Hartono, Dedi Setiadi, Rizal yang selalu
memberikan dukungan, semangat, motivasi, dan doanya dalam
penempuhan gelar sarjana ini.
4. Tim KKN IAIN Salatiga 2016 Posko 60 Mas Fahmi, Mujito, Nur
Hidayati, Latifah, Oktaf, Riyanti, Novi yang selalu memberikan
dukungan, semangat, motivasi, dan doanya dalam penempuhan gelar
sarjana ini.
5. Teman-teman ku se Perjuangan PAI D Angkatan 2012.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PAI MATERI IMAN KEPADA MALAIKAT DENGAN METODE JIGSAW PADA SISWA KELAS VII F SMP N 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan di dalamnya. Selain itu, penulis juga banyak memperoleh bantuan, bimbingan, pengarahan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.
4. Bapak Drs. M. Ghufron, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Ibu Peni Susapti, S. Si., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Kedua orang tuaku, kakakku, dan adikku yang telah memberikan doa, motivasi, serta dukungan moril dan materil kepada penulis.
7. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membuka cakrawala keilmuan di bidang pendidikan kepada penulis.
8. Keluarga Besar JQH Al-Furqan IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu dan pengalaman keorganisasian kepada penulis.
x
10. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2012 IAIN Salatiga yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.
11. Semua pihak yang terlibat dan dengan ikhlas memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca. Dengan keterbatasan dan kemampuan, skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.
xi
ABSTRAKSI
Rohmad Sholikin (NIM. 111-12-119). Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pai Materi Iman Kepada Malaikat Dengan Metode Jigsaw Pada Siswa Kelas VII F SMP N 2 Tengaran Kabupaten Semarang Tahun ajaran 2016/2017. Skripsi. IAIN Salatiga. Pembimbing: Dr. M Ghufron, M.Ag.
Kata kunci: prestasi belajar, PAI, metode Jigsaw.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya meningkatkan prestasi belajar PAI melalui metode Jigsaw Pada Siswa Kelas VII F SMP N 2 Tengaran Kabupaten Semarang Tahun ajaran 2016/2017.
Penelitian ini menggunakan studi tindakan (action research) pada peserta didik Kelas VII F SMP N 2 Tengaran Kabupaten Semarang dengan dua siklus. Metode pengumpulan datanya menggunakan tes, observasi dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Jigsaw pada pembelajaran PAI mempermudah bagi guru dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan dan mengoptimalkan / menuntaskan hasil belajar peserta didik. Hal ini terlihat dari persentase ketuntasan belajar secara klasikal pada tahap pra siklus sebesar 22.4%, pada siklus I sebesar 51.5%, dan pada siklus II ketuntasan belajar peserta didik mencapai 100%. Nilai rata-rata hasil peserta didik juga mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu para tahap pra siklus sebesar 69, siklus I sebesar 78, dan pada siklus II naik menjadi 87. Hal ini berarti, target yang ditetapkan peneliti yaitu standar ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasikal mencapai 90% dan secara individual nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik 75 sudah tercapai.
Aktivitas belajar peserta didik juga dapat ditingkatkan dengan menerapkan metode jigsaw. Dengan metode ini guru mudah merangsang keaktifan peserta didik melalui kerja sama antar kelompok. Guru juga mudah memantau aktivitas peserta didik sehingga tingkat kesukaran dan permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik dapat diketahui dan dicarikan solusinya oleh guru. Peningkatan aktivitas belajar peserta didik ini dapat terlihat dari pra siklus, siklus I dan siklus II, secara berturut-turut sebesar: 45,00%, 70,00 % dan 82,50 %. Dengan begitu target yang ingin dicapai telah terpenuhi yaitu persentase aktivitas peserta didik sebesar 80%.
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL JUDUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi
MOTTO... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Maasalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Hipotesis Tindakan ... 6
F. Definisi Operasional ... 7
G. Metode Penelitian ... 15
1. Rancangan Penelitian ... 16
xiii
3. Instrumen Penelitian ... 16
4. Pengumpulan Data ... 16
5. Teknik Analisa Data ... 17
H. Sistematika Penulisan Skripsi ... 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar PA 1. Pengertian Prestasi Belajar PAI ... 20
2. Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam... 22
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 24
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 25
B. Iman Kepada Malaikat ... 26
C. Konsep Dasar Metode Pembelajaran 1. Metode Pembelajaran ... 30
2. Prinsip Penggunaan Metode ... 32
3. Jigsaw ... 35
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39
B. Setting dan Subyek Penelitian ... 40
1. Waktu dan Tempat ... 40
2. Subyek Penelitian ... 40
C. Data Prestasi Belajar PAI ... 40
D. Desain Penelitian ... 42
xiv
2. Observasi ... 47
3. Dokumentasi ... 48
F. Metode Analisis Data ... 48
G. Indikator Keberhasilan ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Observasi Awal ... 50
B. Hasil Pelaksanaan Tindakan Setiap Siklus ... 54
1. Siklus I ... 54
2. Siklus II ... 60
C. Pembahasan ... 65
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 71
B. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 74
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Prestasi Belajar Peserta Didik ... 41
Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Belajar Peserta Didik ... 51
Tabel 4.2 Hasil Aktivitas Peserta Didik ... 52
Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Belajar Peserta Didik ... 55
Tabel 4.4 Aktivitas Belajar Peserta Didik ... 57
Tabel 4.5 Aktivitas Pembelajaran Guru ... 58
Tabel 4.6 Rangkuman Hasil Belajar Peserta Didik ... 61
Tabel 4.7 Aktivitas Belajar Peserta Didik ... 63
Tabel 4.8 Aktivitas Pembelajaran Guru ... 64
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Nilai Hasil Belajar Siswa PAI Siklus I ... 76
Lampiran 2 Nilai Hasil Belajar Siswa PAI Siklus II... 77
Lampiran 3 Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus I ... 78
Lampiran 4 Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus II ... 79
Lampiran 5 Dokumentasi ... 81
Lampiran 6 Riwayat Hidup Penulis ... 85
Lampiran 7 Daftar Nilai Surat Keterangan Kegiatan (SKK) ... 86
Lampiran 8 Surat Pembimbing Skripsi ... 90
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Dinamika masyarakat pada dekade abad ke 21 ini semakin kompleks.
Realitas sosial ini disadari atau tidak disadari akan membawa akses-akses baik
positif maupun negatif terhadap perkembangan moral masyarakat.
Ketidakberdayaan masyarakat dalam membendung laju zaman ini lebih
terindikasikan lagi dengan tidak adanya batasan oleh seperangkat komputer
dan jaringannya.
Pendidikan merupakan sarana yang sangat strategis dalam
melestarikan sistem nilai yang berkembang dalam kehidupan. Sistem nilai
tersebut meliputi ranah pengetahuan, kebudayaan dan nilai keagamaan. Proses
pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada
peserta didik, namun lebih diarahkan pada pembentukan sikap, perilaku,
dan kepribadian anak. Untuk itu penyampaian proses pembelajaran hendaknya
dikemas menjadi proses yang membangun pengalaman baru berdasar
pengetahuan awal, membangkitkan semangat kerjasama, menantang dan
menyenangkan.
Dunia pendidikan mempunyai tantangan dalam mengembangkan
kemampuan dan membentuk manusia yang berkarakter, yang akan melahirkan
generasi yang berbudi pekerti yang luhur sebagaimana diamanatkan oleh
undang-undang pendidikan nasional no. 2 tahun 2003 “Pendidikan Nasional
2
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Tugas pendidik dalam konteks ini membantu mengkondisikan peserta
didik pada sikap, perilaku atau kepribadian yang benar agar mampu
berkembang dan berguna bagi dirinya sendiri, lingkungan dan masyarakat.
Pelaksanaan pembelajaran harus mampu membantu peserta didik agar menjadi
manusia yang berbudaya tinggi dan bermoral tinggi. Untuk mewujudkan
capaian tersebut salah satu cara yang bisa dilakukan oleh seorang guru adalah
dengan melaksanakan pembelajaran yang inovatif. Disisi lain minat siswa
terhadap mata pelajaran pendidikan agama menurun, siswa lebih suka dengan
mata pelajaran lain yang berbasis teknologi dan informasi oleh karena itu mata
pelajaran pendidikan agama perlu aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan
dalam menyampaikan kepada peserta didik agar siswa tidak jemu dalam
mengikuti pelajaran.
Dalam menyikapi kondisi yang terjadi dalam era globalisasi ini
terutama dengan besarnya kemungkinan persebaran dampak negatifnya, maka
satu aspek yang paling penting dalam menangkal akses yang lebih buruk lagi
adalah dengan pembekalan moral kepada para anak bangsa, sehingga mampu
memilih yang lebih baik, yang sesuai dengan tatanan moral. Dalam hal ini
peranan pendidikan menjadi sangat urgen terutama Pendidikan Agama Islam
3
akan pengaruh jangka panjang dari kemajuan IPTEK yang mungkin
melampaui batas, Pendidikan Agama Islam harus bertindak untuk mencegah
bahaya-bahaya yang menyertai kemajuan tersebut. Pendidikan Agama Islam
dituntut mampu menciptakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
bermuara pada nilai-nilai Islami.
Dari uraian tersebut di atas dapat dipahami bahwa Pendidikan Agama
Islam adalah merupakan pendidikan yang sangat penting, karena harus mampu
membentuk sikap perilaku yang agamis terhadap peserta didik, terutama
masalah pengamalan ibadah. Dalam hal ini memahami iman kepada malaikat
adalah sangat diperlukan karena iman kepada malaikat termasuk dalam
serangkaian rukun iman yang wajib diyakini dan diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum masih terdapat
ketidak seimbangan antara alokasi waktu yang tersedia dan materi pelajaran
yang begitu luas, mengakibatkan prestasi Pendidikan Agama Islam masih jauh
dari harapan yang diinginkan. Hal ini terbukti kurang tercapainya nilai yang
diperoleh oleh siswa, terutama pada materi iman kepada malaikat yaitu rentang
nilai antara 60 dan 70 sedang KKM yang ditetapkan 75. Kalaupun nilai sudah
cukup baik ataupun sudah memenuhi kriteria standar kelulusan, dengan
diterapkannya metode Jigsaw diharapkan prestasi akan lebih meningkat. Dalam rapat Dewan Guru, dan Dewan Komite sekolah yang pada tanggal 15
Mei 2011 menetapkan bahawa 68% merupakan ketuntasan belajar rendah, 75%
ketuntasan belajar sedang dan 88% ketuntasan belajar tinggi dan Kreteria
4
Salah satu solusi penulis ingin mengadakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) untuk meningkatkan pemahaman iman kepada malaikat dengan
menggunakan metode Jigsaw pada siswa kelas VII F SMP N 2 Tengaran
Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Ajaran 2016-2017. Dengan harapan
dengan metode Jigsaw prestasi siswa pada materi iman kepada malaikat akan meningkat.
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini berfokus pada proses pelaksanaan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan materi iman kepada malaikat dengan
menggunakan metode Jigsaw pada siswa kelas VII F SMP N 2 Tengaran Kabupaten Semarang. Adapun pokok permasalahannya adalah sebagai berikut:
Apakah strategi Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman terhadap iman kepada malaikat pada siswa kelas VII F SMP N 2 Tengaran Kabupaten
Semarang.
Adapun indikator keberhasilan adalah indikator kemampuan siswa
dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai iman kepada malaikat. Jadi
keberhasilan tindakan ini ditetapkan kriteria bahwa semakin meningkat
perolehan hasil tes pada kategori diatasnya menunjukkan peningkatan
pembelajaran. Jika pada siklus 1 kategori lebih besar paham dari Pra Siklus dan
pada siklus II Paling lebih besar paham dari Siklus 1 berarti terjadi
5
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang ditetapkan, maka tujuan
penelitian ini adalah “Untuk mengetahui apakah metode Jigsaw dapat
meningkatkan pemahaman iman kepada malaikat pada siswa kelas VII F SMP
N 2 Tengaran Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Ajaran 2016/2017“
D. Manfaat Penelitian
Pelaksanaan dan evaluasi yang teratur terhadap pelaksanaan
pembelajaran iman kepada malaikat harus tetap diprioritaskan untuk mencapai
hasil yang maksimal. Penelitian Tindakan Kelas ini akan mengungkapkan
kemampuan siswa kelas VII F SMP N 2 Tengaran Kabupaten Semarang
terhadap pemahaman iman kepada malaikat dan selanjutnya akan ditingkatkan
dengan menggunakan strategi Jigsaw.
1. Manfaat Teoritis
Sebagai pelengkap referensi yang telah ada berkaitan dengan proses
belajar mengajar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti sebagai ajang praktek materi-materi maupun teori–teori
yang selama ini penulis peroleh dalam bangku kuliah.
b. Bagi sekolah dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan kemampuan
6
c. Bagi guru dan siswa sebagai bahan evaluasi yang telah dilaksanakan
guna memperbaiki kekurangan yang ada dalam proses belajar mengajar
sehingga hasilnya dapat ditingkatkan.
d. Pembuat kebijaksanaan dalam menyusun kurikulum yang lebih
bermanfaat bagi siswa.
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Suharsimi Arikunta, 2006:71). Sedang menurut Winarno Surahmad hipotesis
adalah sebuah kesimpulan, akan tetapi kesimpulan itu belum berakhir masih
harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis adalah jawaban yang dianggap benar
atau salah (Sutrisno Hadi, 1987:69).
Jadi yang dimaksud hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara
belum sampai pada titik akhir. Masih memerlukan pembuktian untuk
memperoleh kebenaran maka perlu adanya penelitian. Sesuai dengan judul
yang penulis ajukan terdiri dari dua variabel yaitu strategi Jigsaw sebagai
variabel bebas (independent) dan pemahaman iman kepada malaikat sebagai variabel terikat. (dependen) maka dapat penulis ajukan hipotesis sebagai
berikut : ”Melalui metode Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman dan
menerapkan nilai-nilai iman kepada malaikat pada siswa kelas VII F SMP N 2
7
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan yang mungkin terjadi dalam pemaham,
maka perlu penulis jelaskan :
1. Pengertian Pemahaman iman kepada malaikat
Pemahaman adalah cara memehami atau memahamkan sesuatu
(Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005: 811). Adapun yang penulis
maksudkan dengan pemahaman iman kepada malaikat adalah kesanggupan
dan kecakapan seseorang untuk memahami dan menerapkan iman kepada
malaikat dengan benar, dengan indikator :
a. Memahami arti iman kepada malaikat
Secara etimologis kata mala-ikah (dalam bahasa indonesia disebut
(malaikat) adalah bentuk jamak dari malak, berasal dari masdar al-alukah artinya ar-risalah (misi, pesan). Yang membawa misi atau
pesan disebut ar-rasul (utusan). Dalam beberapa ayat Al-Quran Malaikat juga disebut rusul (utusan-utusan). Misalnya pada suratHud
ayat 69. Bentuk jamak lain dari malak adalah mala-ik. Dalam bahasa indonesia kata Malaikat dipakai untuk bentuk tunggal. Bentuk
jamaknya menjadi para malaikat. (Ilyas, 1992: 83). Secara etimologis
malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah SWT dari
cahaya dengan wujud dan sifat-sifat tertentu.
b. Mengamalkan nilai-nilai iman kepada malaikat dalam kehidupan
8
Iman kepada malaikat merupakan iman kedua setelah iman
kepada Allah. Yang dimaksud dengan iman kepada malaikat ialah
mempercayai bahwa Allah itu mempunyai suatu mahluk bernama
malaikat, yang selalu taat kepadanya dan mengerjakan dengan
sebaik-baiknya tugas yang diberikan Allah kepada mereka.
Yang menjadikan dasar kepada adanya iman kepada malaikat
ini, ialah kepercayaan akan kebenaran akan wahyu Al-Qur‟an dan
Hadits-hadits Nabi Muhammad SAW. Orang yang mengakui
kebenaran Al-Qur‟an dan sabda-sabda Rasulullah tentulah mereka
akan percaya pula bahwa malaikat itu ada, sebab adanya malaikat
diterangkan oleh dua sumber agama Islam itu.
Malaikat termasuk mahluk Tuhan yang ghaib. Hal yang ghaib
ialah segala yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra. Kata ghaib
itu sendiri artinya ialah hilang, lenyap, tidak ada. Jadi barang ghaib
ialah sesuatu yang hilang atau lenyap atau tidak ada dalam jangkauan
panca indra.( Pangarsa, 1979: 81)
Jumlah mereka banyak sekali sehingga tidak ada yang dapat
menghitung kecuali Allah SWT dalam As-Shahihain disebutkan hadits
yang berasal dari Annas bin Malik tentang kisah mi‟raj, bahwa Nabi
diperlihatkan Al-Baitul Ma‟mur dilangit. Padanya setiap hari terdapat
tujuh puluh ribu malaikat yang menunaikan shalat. Jika mereka itu
telah keluar (selesai shalat) meraka tidak akan pernah kembali kesitu.
Malaikat memiliki tugas-tugas tertentu, adapun malaikat yang
9
Setiap gerak-gerik yang kita kerjakan pasti tidak akan pernah luput
dari pengawasannya, malaikat tersebut adalah malaikat Raqib dan
Atid. Maka dari itu kita harus senantiasa berperilaku dengan penuh
kehati-hatian.
Nama-nama malaikat dan tugas mereka masing-masing:
1. Malaikat jibril; sebagai utusan untuk menyampaikan wahyu tuhan
kepada Nabi-nabi/Rasul-rasul-NYA. Jibril kadang-kadang disebut
juga Ruhul Qudus (S. Al-Baqarah 87), Ruhul Amin (S. Asy-syuara
193) dan Namus.
2. Malaikat Mika‟il; menyampaikan pembagian rizqi.
3. Malaikat israfil; meniup serunai sangkakala (terompet) dalam 3
peristiwa, yaitu pada saat terjadinya hari kiamat, pada saat
kebangkitan manusia dari kubur, dan pada waktu manusia
dipanggil untuk diadili oleh tuhan. (S.Yasin ayat 49,51 dan 53)
4. Malaikat Izra‟il; mencabut nyawa manusia dan mahluk lainya
apabila telah tiba (S. As-Sajdah 11, S. An-Nahl 32, S An-Nisa 97)
5. Malaikat Ridwan; bertugas menjaga surga.
6. Malaikat malik; bertugas menjaga neraka.
7. Malaikat munkar nakir; bertugas melakukan pemeriksaan
pendahuluan kepada orang yang selesai dikuburkan.
8. Malaikat Raqib dan Atid bertugas menjaga dan mencatat
perbuatan-perbuatan manusia. Raqib disebelah kanan mencatat
amal baik dan Atid disebelah kiri mencatat amal buruk. (S. Qof 17)
10
Hikmah iman kepada Malaikat
Sebagai muslim yang memiliki iman kepada malaikat,
seseorang akan menunjukkan beberapa perilaku yang
mengindikasikan dari rasa keimanannya itu sendiri. Di antara
tanda-tanda perilaku dari orang yang beriman kepada Malaikat antara lain :
a. Bertindak hati-hati dalam berperilaku keseharian
b. Memiliki kepedulian sosial dalam hidup dengan masyarakat
sekitar
c. Perilaku yang ditampilkan mampu menjadi suri tauladan bagi
lingkungannya
d. Selalu berusaha untuk memperbaiki diri sendiri dari waktu ke
waktu
e. Berpikiran positif terhadap berbagai kejadian yang terjadi
sekitarnya
f. Mengetahui akan keagungan Allah SWT, kekuatannya serta
kekuasaanya. Keagungan mahluk merupakan bagian dan
keagungan khaliq
g. Terimakasih (syukur) kepada Allah SWT atas perhatian-NYA
terhadap bani adam, dimana dia telah memasrahkan kepada
sebagian dari pada malaikat itu untuk menjaga (mengawasi)
mereka, mencatat amal perbuatan mereka, serta
11
h. Mencintai para malaikat atas apa yang telah mereka tunaikan
berupa penyembahan (ibadah) kepada Allah SWT. ( Sholeh, 1997:
166)
Kedua komponen disatukan sebagai alat ukur kesempurnaan
memahami dan mengamalkan nilai iman kepada malaikat. Masing-masing
komposisi penelitian berisi indikator secara bertingkat yang menunjukkan
kecakapan tingkat penguasaan baik pemahaman maupun dalam
pengamalannya.
2. Pengertian Jigsaw
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Elliot Arronson dan rekan-rekannya di Universitas Texas, dan kemudian
diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan di Universitas John Hopkin
(Sugianto,2010:45).
Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel (Slavin, 2005:246). Model pembelajaran Jigsaw
merupakan salah satu variasi model Collaborative Learning yaitu proses
belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi,
pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang
dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman
seluruh anggota.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu
12
dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya (Sudrajat,2008:1).
Model pembelajaran Jigsaw merupakan strategi yang menarik
untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi
beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan
penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh
peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain
(Zaini, 2008:56).
Model Pembelajaran kooperatif Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari
materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain.
Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan
harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan”. Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang
sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain
tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian
siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan
kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka
pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
13
siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan asal, dan latar
belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan
dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari
anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari
dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang
berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota
kelompok asal.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning) Jigsaw:
1) Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap
kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda.
Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam
kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran
yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari
salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan
materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok
yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang
sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada
temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh
Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas
14
sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi
pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang
beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa.
Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal
memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam
kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada
pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
2) Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,
selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau
dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil
diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan
persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
3) Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
4) Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor
penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
5) Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian
materi pembelajaran.
6) Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi
15
Kelebihan model pembelajaran Jigsaw :
a) Mendorong siswa untuk lebih aktif di kelas, kreatif dalam berfikir serta
bertanggungjawab terhadap proses belajar yang dilakukannya.
b) Mendorong siswa untuk berfikir kritis dan dinamis.
c) Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan dan
mengembangkan ide yang dimiliki untuk menjelaskan materi yang
dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok belajar yang telah dibentuk
oleh guru.
d) Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja, tetapi semua siswa
dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.
Kekurangan model pembelajaran Jigsaw :
a) Proses belajar mengajar (PBM) membutuhkan lebih banyak waktu
dibanding metode yang lain.
b) Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap
kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda.
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini penulis lakukan bulan Februari tahun
2017. Minggu ke 1 bulan Februari persiapan menyusun konsep, jadwal dan
instrumen, Sementara minggu ke 2, ke 3 dan ke 4 bulan Februari pelaksanaan
Pra siklus, siklus satu dan siklus dua, sedang bulan Maret tahun 2017
16
2. Subjek Penelitian
Yang penulis lakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
tujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa kelas VII F SMP
N 2 Tengaran dalam pemahaman iman kepada malaikat. Sebagaian
populasinya adalah VII F SMP N 2 Tengaran yang berjumlah 33 siswa
dengan rincian 16 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.
Karena Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tujuan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa maka subjek penelitian adalah seluruh VII F
SMP N 2 Tengaran Kabupaten Semarang tahun 2016-2017.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian menggunakan
suatu metode (Suharsimi Arikunta, 2006:149). Agar penelitan ini berjalan
sesuai dengan apa yang diharapkan, maka instrumen yang digunakan dalam
Penelitian Tindakan Kelas anatara lain : Rencana Pembelajaran (RP) Buku,
Al-Qur‟an, alat peraga (sarana prasarana), Buku Daftar Nilai dan Evaluasi.
4. Pengumpulan Data
Untuk mendapat data–data yang akurat dan releven penulis
menggunakan beberapa metode pengumpulan data. Hal ini dimaksudkan agar
metode yang satu dengan yang lain saling melengkapi. Adapun metode yang
17
a. Dokumentasi
Yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
catatan, transkrip, buku, surat kabar, notulen, agenda dan lain sebagainya
(Suharsimi, Arikunta, 2006:149). Metode ini penulis gunakan untuk
mencari data mengenai jumlah siswa, nilai siswa, perkembangan siswa
dan keadaan sarana dan prasarana VII F SMP N 2 Tengaran Kabupaten
Semarang.
b. Tes
Tes yaitu serentetan pertanyaan-pertanyaan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa, intelegensi, bakat, yang
dimiliki individu atau kelompok (Suharsimi, Arikunta, 2006:158).
Penulis menggunakan metode ini untuk mengukur kemampuan siswa
dalam memahami dan mengamalkan nilai iman kepada malaikat.
5. Teknik Analisa Data
Dalam menganalisa data penulis menggunakan teknik analisa
kuantitatif yaitu analisa tanpa menggunakan perhitungan, tetapi lebih
menekankan pada ulasan-ulasan dengan jalan menganalisa tabel yang
didasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden dengan
18
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini terdiri dari tiga bagian dengan sistematika sebagai berikut:
1. Bagian Depan
Dalam bagian ini meliputi halaman sampul skripsi, logo, halaman
judul halaman pernyataan keaslian tulisan, halaman persetujuan, halaman
pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman abstraksi,
halaman daftar tabel dan halaman daftar lampiran.
2. Bagian isi Skripsi
Bagian isi skripsi terdiri dari lima bab dan beberapa sub bab yaitu:
BAB I PENDAHULUAN, Bab ini penulis sajikan mengenai latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis
tindakan, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan
skripsi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, Dalam bab ini penulis sampaikan mengenai
teori belajar, faktor faktor yang mempengaruhi belajar, tujuan pembelajaran
iman kepada malaikat, pengertian Pendidikan Agama Islam, ruang lingkup
Pendidikan Agama Islam dan pencapaian pembelajaran iman kepada
malaikat.
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN, Bab ini penulis sajikan diskripsi
pelaksanaan Pra siklus, diskripsi pelaksanaan siklus satu dan diskripsi
19
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, Dalam bab ini di
sajikan : Diskripsi bersiklus yang memuat data hasil pengamatan atau
wawancara, refleksi keberhasilan dan kegagalan serta pembahasan tiap
siklus.
BAB V PENUTUP, Pada bab ini penulis sajikan mengenai kesimpulan dan
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Prestasi Belajar PAI
1. Pengertian Prestasi Belajar PAI
Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan
secara keseluruhan. Dalam prosesnya, kegiatan ini melibatkan interaksi
individu yaitu pengajar di satu pihak dan peserta didik dipihak lain.
Keduanya berinteraksi dalam satu proses yang disebut belajar-mengajar.
(Usman, 2009: 4)
Interaksi dalam proses pembelajaran bermakna interaksi edukatif.
Interaksi edukatif adalah yang secara sadar mempunyai tujuan untuk
mendidik. Interaksi edukatif mempunyai arti yang cukup luas tidak
sekedar menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga terjadi proses
penanaman sikap dan nilai pada diri peserta didik. (Usman, 2009: 4) Oleh
karena itu dalam proses pembelajaran tidak hanya terjadi transfer
pengetahuan tetapi juga mengajarkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan.
Tujuan pembelajaran adalah agar peserta didik dapat menguasai
bahan-bahan belajar sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Sekalipun dalam sebuah pembelajaran seorang guru memberikan
informasi yang sama kepada peserta didik, namun hasil pembelajaran
21
prestasi menurut kamus adalah ”hasil yang telah dicapai (dari yang telah
dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).” ( Suharso, 2009: 390)
Prestasi dalam pendidikan adalah penilaian tentang perkembangan
dan kemajuan peserta didik yang berkenaan dengan penguasaan bahan
pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat
dalam kurikulum.
Adapun menurut Morgan ”learning is any relatively permanent
change in behavior which occur as a result of experience or practice”.(
Morgan, 1971: 2). Maksudnya belajar adalah perubahan tingkah laku yang
terjadi relative permanen sebagai hasil dari sebuah pengalaman atau
latihan. Sedangkan menurut Sholeh Abdul Aziz belajar adalah:
Belajar adalah suatu perubahan di dalam pemikiran peserta didik
yang dihasilkan dari pengalaman terdahulu kemudian menumbuhkan perubahan yang baru dalam pemikiran peserta didik.( Azis : 169 )
Dari beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa prestasi
belajar adalah ukuran atau hasil yang dicapai seseorang setelah mengikuti
proses belajar berupa perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sedangkan Pendidikan Agama Islam lebih dipahami
22
Islam menurut Abdul Madjid dan Dian Andayani adalah “usaha sadar
yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik
untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui
bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk
mencapai tujuan yang harus ditetapkan.” ( Majid, 2004: 132). Jadi yang
dimaksud prestasi belajar PAI adalah hasil belajar yang diperoleh setelah
proses pembelajaran PAI selesai. Indikator keberhasilan peserta didik
dalam pembelajaran PAI dapat diketahui dari skor atau nilai ulangan.
2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah mempunyai dasar yang
kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini antara lain :
a. Dasar Yuridis/Hukum
Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari perundang-
undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam
melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar
yuridis formal tersebut antara lain:
1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara pancasila, sila pertama:
Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Dasar struktural/konstitusional, yaitu UUD‟45 dalam Bab XI pasal
29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah
menurut agama dan kepercayaannya itu. ( Majid, Abdul dan Dian
23
b. Dasar Religius
Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang
bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama
adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya.
Dalam Al-Qur‟an terdapat dalam Q.S. Al-Imran: 104.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah yang
munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.
c. Dasar Psikologis
Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek
kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam
hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak
tenang dan tidak tenteram sehingga memerlukan adanya pegangan
hidup. Sebagaimana dikemukakan oleh Zuhairini dkk bahwa: Semua
manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup yang
disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu
perasaan yang mengakui adanya Zat yang Maha Kuasa, tempat mereka
24
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah
berfungsi sebagai berikut:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan
keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam
keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkan kembangkan lebih
lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan
agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara
optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
25
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya
atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan
menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam
nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan
bagi orang lain.( Majid, Abdul : 134-135)
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan
pede jenjang pendidikan yang lebih tinggi. (Majid, Abdul : 134-135)
Menurut Muhaimin, PAI bertujuan agar siswa memahami,
menghayati, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang beriman bertakwa kepada Allah SWT dan
berakhlak mulia. ( Muhaimin, 2004: 78)
Tujuan PAI harus mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam. Hal
ini dilakukan dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia yang
26
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) butir a, disebutkan bahwa
mata pelajaran agama dan akhlak mulai dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia
mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari
pendidikan agama.( Departemen Agama RI, 2006: 218 )
Jadi tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk membekali
peserta didik dengan nilai-nilai agama supaya dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga terbentuk manusia yang berakhlakul
karimah.
B. Iman Kepada Malaikat
Secara Etimologis kata mala-ikah (dalam bahasa indonesia disebut
(malaikat) adalah bentuk jamak dari malak, berasal dari masdar al-alukah
artinya ar-risalah (misi, pesan). Yang membawa misi atau pesan disebut
ar-rasul (utusan). Dalam beberapa ayat Al-Quran Malaikat juga disebut rusul (utusan-utusan). Misalnya pada surat Hud ayat 69. Bentuk jamak lain
dari malak adalah mala-ik. Dalam bahasa indonesia kata Malaikat dipakai
untuk bentuk tunggal. Bentuk jamaknya menjadi para malaikat. (Ilyas,
1992: 83). Secara etimologis malaikat adalah makhluk ghaib yang
diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya dengan wujud dan sifat-sifat
27
Iman kepada malaikat merupakan iman kedua setelah iman kepada
Allah. Yang dimaksud dengan iman kepada malaikat ialah mempercayai
bahwa Allah itu mempunyai suatu mahluk bernama malaikat, yang selalu
taat kepadanya dan mengerjakan dengan sebaik-baiknya tugas yang
diberikan Allah kepada mereka.
Yang menjadikan dasar kepada adanya iman kepada malaikat ini,
ialah kepercayaan akan kebenaran akan wahyu Al-Qur‟an dan Hadits
-hadits Nabi Muhammad SAW. Orang yang mengakui kebenaran
Al-Qur‟an dan sabda-sabda Rasulullah tentulah mereka akan percaya pula
bahwa malaikat itu ada, sebab adanya malaikat diterangkan oleh dua
sumber agama Islam itu.
Malaikat termasuk mahluk tuhan yang ghaib. Hal yang ghaib ialah
segala yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra. Kata ghaib itu sendiri
artinya ialah hilang, lenyap, tidak ada. Jadi barang ghaib ialah sesuatu
yang hilang atau lenyap atau tidak ada dalam jangkauan panca indra.(
Pangarsa, 1979: 81)
Jumlah mereka banyak sekali sehingga tidak ada yang dapat
menghitung kecuali Allah SWT dalam As-Shahihain disebutkan hadits
yang berasal dari Annas bin Malik tentang kisah mi‟raj, bahwa Nabi
diperlihatkan Al-Baitul Ma‟mur dilangit. Padanya setiap hari terdapat
tujuh puluh ribu malaikat yang menunaikan shalat. Jika mereka itu telah
28
Malaikat memiliki tugas-tugas tertentu, adapun malaikat yang
bertugas mengawasi atau mencatat semua amal perbuatan manusia. Setiap
gerak-gerik yang kita kerjakan pasti tidak akan pernah luput dari
pengawasannya, malaikat tersebut adalah malaikat Roqib dan Atid. Maka
dari itu kita harus senantiasa berperilaku dengan penuh kehati-hatian.
Nama-nama malaikat dan tugas mereka masing-masing :
1. Malaikat jibril; sebagai utusan untuk menyampaikan wahyu tuhan
kepada Nabi-nabi/Rasul-rasul-NYA. Jibril kadang-kadang disebut juga
Ruhul Qudus (S. Al-Baqarah 87), Ruhul Amin (S. Asy-syuara 193)
dan Namus.
2. Malaikat Mika‟il; menyampaikan pembagian rizqi.
3. Malaikat israfil; meniup serunai sangkakala (terompet) dalam 3
peristiwa, yaitu pada saat terjadinya hari kiamat, pada saat kebangkitan
manusia dari kubur, dan pada waktu manusia dipanggil untuk diadili
oleh Tuhan. (S.Yasin ayat 49,51 dan 53)
4. Malaikat Izra‟il; mencabut nyawa manusia dan mahluk lainya apabila
telah tiba (S. As-Sajdah 11, S. An-Nahl 32, S An-Nisa 97)
5. Malaikat Ridwan; bertugas menjaga surga.
6. Malaikat malik; bertugas menjaga neraka.
7. Malaikat munkar nakir; bertugas melakukan pemeriksaan pendahuluan
kepada orang yang selesai dikuburkan.
8. Malaikat Raqib dan Atid bertugas menjaga dan mencatat
29
Atid disebelah kiri mencatat amal buruk. (S. Qof 17) ( Pangarsa, 1979:
83 )
Hikmah iman kepada Malaikat
Sebagai muslim yang memiliki iman kepada malaikat, seseorang akan
menunjukkan beberapa perilaku yang mengindikasikan dari rasa
keimanannya itu sendiri. Di antara tanda-tanda perilaku dari orang yang
beriman kepada Malaikat antara lain :
1. Bertindak hati-hati dalam berperilaku keseharian
2. Memiliki kepedulian sosial dalam hidup dengan masyarakat sekitar
3. Perilaku yang ditampilkan mampu menjadi suri tauladan bagi
lingkungannya
4. Selalu berusaha untuk memperbaiki diri sendiri dari waktu ke waktu
5. Berpikiran positif terhadap berbagai kejadian yang terjadi
sekitarnya
6. Mengetahui akan keagungan Allah SWT, kekuatannya serta
kekuasaanya. Keagungan mahluk merupakan bagian dan keagungan
khaliq
7. Terimakasih (syukur) kepada Allah SWT atas perhatian-NYA
terhadap bani adam, dimana dia telah memasrahkan kepada
sebagian dari pada malaikat itu untuk menjaga (mengawasi)
mereka, mencatat amal perbuatan mereka, serta
30
8. Mencintai para malaikat atas apa yang telah mereka tunaikan berupa
penyembahan (ibadah) kepada Allah SWT. ( Sholeh, 1997: 166)
C.Konsep Dasar Metode Pembelajaran
1. Metode Pembelajaran
Secara etimologis, metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“methodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha” yang berarti
melalui atau melewati, dan “hodos” yang bearti jalan atau cara. Jadi meode
berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. ( Ramayulis, 1990:
104 ). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah “cara yang
telah diatur dan dipikirkan baik-baik untuk mencapai suatu maksud dalam
ilmu pengetahuan dan sebagainya.” ( Suharso, Ana Retnoningsih, :321)
Menurut Hamzah B. Uno metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. (Uno, 2008: 2). Jadi
metode pembelajaran adalah jalan yang ditempuh oleh seseorang guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan tahapan-tahapan tertentu.
Dalam menggunakan suatu metode, kita seharusnya memiliki beberapa
landasan pemikiran mengapa kita menggunakan metode tersebut. Prinsip
pemakaian metode yang digunakan berfungsi untuk member penguatan
terhadap apa yang kita kerjakan, sehingga kita mempunyai alasan yang
kuat dalam menggunakan suatu metode tertentu.
Metode yang dipilih oleh pendidik seharusnya merupakan metode
31
atau standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam
RPP.
Dipilihnya beberapa metode tertentu dalam suatu pembelajaran
bertujuan untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan
dan kesuksesan operasional pembelajaran. Sedangkan dalam konteks lain,
metode dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji dan
menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu.
Dalam hal ini, metode bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan hasil
pembelajaran sehingga apa yang telah direncanakan bisa diraih dengan
sebaik dan semudah mungkin.
Dari penjelasan di atas tadi dapat dilihat bahwa pada intinya
metode bertujuan mengantarkan sebuah pembelajaran ke arah tujuan
tertentu yang ideal dengan tepat dan cepat sesuai yang diinginkan.
Karenanya, terdapat suatu prinsip yang umum dalam memfungsikan
metode, yaitu prinsip agar pembelajaran dapat dilaksanakan dalam suasana
menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan dan motivasi sehingga
materi pembelajaran itu menjadi lebih mudah untuk diterima peserta didik.
Banyaknya metode yang ditawarkan oleh para ahli sebagaimana
dijumpai dalam buku-buku kependidikan lebih merupakan usaha untuk
mempermudah atau mencari jalan yang paling sesuai dengan
perkembangan jiwa peserta didik dalam menjalani sebuah pembelajaran.
Dengan demikian, jelaslah bahwa metode sangat berfungsi dalam
32
bahwa ada materi yang berkenaan dengan dimensi afektif dan
psikomotorik, dan ada materi yang berkenaan dengan dimensi kognitif,
dan semua hal ini memerlukan metode yang berbeda-beda untuk mencapai
kesemuanya dalam tujuan pembelajaran.
2. Prinsip Penggunaan Metode
Prinsip-prinsip pelaksanaan metodologi pendidikan Islam menurut
Omar Muhammad Al-Toumy Al-Saibany adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui motivasi, kebutuhan dan minat anak didiknya.
b. Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan sebelum
pelaksanaan pendidikan.
c. Mengetahui tahap kematangan, perkembangan, serta perubahan anak
didik.
d. Mengetahui perbedaan-perbedaan individu di dalam anak didik.
e. Memperhatikan kepahaman, dan mengetahui hubungan-hubungan,
integrasi pengalaman dan kelanjutannya, keaslian, pembaharuan dan
kebebasan berpikir.
f. Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang
menggembirakan bagi anak didik.
g. Menegakkan “Uswah Khasanah" ( Omar, 1979: 595).
Berkaitan dengan masalah pemilihan metode dalam pendidikan,
hampir tidak dapat diabaikan beberapa faktor yang boleh dikatakan
33
dapat bekerja secara efektif dan maksimal dalam mencapai tujuan
pendidikan.
Pertama, kondisi anak didik. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan
adalah apakah mereka memiliki tingkat kemampuan dalam respons
terhadap metode yang diberlakukan kepada mereka, misalnya
menggunakan metode card sort dan lainnya. Kedua, materi pelajaran yang
menghendaki beraneka macam metode yang berbeda-beda. Ketiga,
kapabilitas guru dalam menggunakan metode merupakan faktor yang
menentukan efektifitas pemakaian metode yang dipilih. Keempat, tujuan,
sebagaimana telah disinggung di depan. Metode apapun yang dipilih
dalam pendidikan harus disinkronkan dengan tujuan yang hendak dicapai,
bukan sebaliknya tujuan yang menyesuaikan metode. ( Slamet, 2005
:171-172)
Dari beberapa data di atas dapat kita ketahui bahwa banyak sekali
prinsip dan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menerapkan
metode pembelajaran agar tercipta suatu kondisi belajar mengajar yang
menyenangkan serta dapat secara efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
3. Jigsaw
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Elliot
Arronson dan rekan-rekannya di Universitas Texas, dan kemudian
diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan di Universitas John Hopkin
34
Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang
paling fleksibel (Slavin, 2005:246). Model pembelajaran Jigsaw
merupakan salah satu variasi model Collaborative Learning yaitu proses
belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi,
pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang
dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman
seluruh anggota.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe
pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu
kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar
dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya (Sudrajat,2008:1).
Model pembelajaran Jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk
digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa
bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian.
Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam
belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain (Zaini, 2008:56).
Model Pembelajaran kooperatif Jigsaw didesain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari
materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain.
Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan
35
ditugaskan”. Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang
sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain
tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian
siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan
kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka
pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk
siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar
belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan
dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari
anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari
dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang
berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota
kelompok asal.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Jigsaw
1) Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan
setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang
berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota
dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi
pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan
36
Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas
mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut.
Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar
bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli
(Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta
menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya
jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson
disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai
dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi
pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli
yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari
5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok
asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari
dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik
yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
2) Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok
asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok
atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan
hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat
menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah
didiskusikan.
37
4) Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor
penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
5) Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa
bagian materi pembelajaran.
6) Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar
materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi
yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
Kelebihan model pembelajaran Jigsaw :
a) Mendorong siswa untuk lebih aktif di kelas, kreatif dalam
berfikir serta bertanggungjawab terhadap proses belajar yang
dilakukannya.
b) Mendorong siswa untuk berfikir kritis dan dinamis.
c) Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan dan
mengembangkan ide yang dimiliki untuk menjelaskan materi
yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok belajar yang
telah dibentuk oleh guru.
d) Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja, tetapi semua
siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.
Kekurangan model pembelajaran Jigsaw :
a) Proses belajar mengajar (PBM) membutuhkan lebih banyak
38
b) Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena
setiap kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda.
Model jigsaw pada hakekatnya model pembelajaran kooperatif
yang berpusat pada siswa. Siswa mempunyai peran dan tanggung jawab
besar dalam pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilisator dan
motifator. Tujuan model Jigsaw ini adalah untuk mengembangkan kerja
tim, ketrampilan belajar kooperatif dan penguasaan pengetahuan secara
mendalam yang tidak mungkin diperoleh siswa apabila siswa
mempelajari materi secara individual. Dalam metode Jigsaw ini siswa dibagi menjadi dua kelompok yaitu “kelompok awal” dan “kelompok
ahli”. Setiap siswa yang ada dalam” kelompok awal” mengkhususkan diri
pada satu bagian dalam sebuah unit pembelajaran. Siswa dalam
“kelompok awal” ini kemudian dibagi lagi untuk masuk kedalam
“kelompok ahli” untuk mendiskusikan materi yang berbeda. Siswa
kemudian kembali ke “kelompok awal” untuk mendiskusikan materi hasil
“kelompok ahli” pada siswa “kelompok awal”. Dalam konsep ini siswa
harus bisa mendapat kesempatan dalam proses belajar supaya semua
pemikiran siswa dapat diketahui.
Pembelajaran model Jigsaw menuntut setiap siswa untuk bertanggung jawab atas ketuntasan bagian pelajaran yang harus dipelajari
39
BAB III
METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian ini disusun untuk memecahkan suatu masalah serta
melakukan perubahan yang berfungsi sebagai peningkatan. Upaya perbaikan
ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas
permasalahan yang diangkat dari kegiatan sehari-hari di kelas.
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian praktis yang
dilaksanakan untuk memecahkan masalah faktual yang dihadapi guru sebagai
suatu pencermatan terhadap kegiatan pengelola pembelajaran. ( Arikunto,
Suharsimi, 2006: 3). Dalam penelitian tindakan kelas guru secara reflektif
dapat menganalisis, mensistesis terhadap apa yang telah dilakukan di kelas.
Dengan melakukan penelitian tindakan kelas, pendidik dapat memperbaiki
praktik pembelajaran sehingga menjadi lebih efektif. Misalnya bagi guru,
penelitian tindakan kelas ini dapat peningkatan profesionalitasnya serta dapat
meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Dalam implementasinya penelitian
tindakan kelas ini bisa dilakukan secara kolaboratif. Partisipasi setiap tim
secara langsung mengambil bagian dalam pelaksanaan penelitian tindakan
kelas dari tahap awal sampai akhir. Kerjasama kolaboratif ini dengan
sendirinya akan membentuk tim yang solid guna meningkatkan kualitas
40
B.Setting dan Subyek Penelitian
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan menurut prosedur yang telah dirancang oleh
guru dan peneliti, yaitu penelitian bertahap dengan siklus sebagai akhir
setiap tahapnya, baik siklus pertama kedua, dan ketiga. Penelitian ini
dilakukan mulai tanggal 06 Februari sampai dengan 28 Februari 2017 di
SMP N 2 Tengaran. Sebelum pelaksanaan tiap siklus, dilakukan observasi
awal. Observasi tahap awal dimulai pada tanggal 06 Februari 2017.
2. Subyek Penelitian
Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII F
SMP N 2 Tengaran Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 33 orang
dengan komposisi putra 16 dan putri 17. Selain peserta didik, subyek
lainnya yang juga ikut diteliti adalah guru PAI, karena guru merupakan
salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran.
C. Data Prestasi Belajar PAI
Data prestasi belajar peserta didik kelas VII F SMP N 2 Tengaran
Tahun Pelajaran 2016/2017 sebelum dilakukan penelitian adalah sebagai