1
ANALISIS PENGAWASAN PEMBIAYAAN DI BNI
SYARIAH CABANG PEMBANTU UNISSULA
TUGAS AKHIR
DISUSUN OLEH
RENI GUSLINA SARI
NIM : 20112029
JURUSAN D III PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
5
MOTTO
“
Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang
beriman diantara kamu dan orang-orang yang memiliki
ilmu pengetahuan ”. (Qs. Al
-Mujadillah:11)
“Siapapun yang menempuh suatu jalan untuk
mendapatkan ilmu, maka Allah akan memberikan
kemudahan
jalannya menuju syurga ”
. (H.R Muslim)
“Pemberian yang paling utama dari kedua orang tua
kepada anaknya adalah pelajaran akhlak dan budi
6
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah hirobbil ‘alamiin
Puji syukur senantiasa aku panjatkan kepada Allah SWT, shalawat dan salam selalu
tercurah kepada Nabi Muhammad saw. Tugas akhir ini aku persembahkan untuk
orang-orang yang telah mendorongku untuk selalu memperjuangkan mimpi-mimpiku:
Ibu dan ayah tercinta yang senantiasa dengan tulus ikhlas mencurahkan kasih
dan sayangnya serta pengorbanan dengan penuh harapan dan do’anya, yang
selalu memberikan bimbingan, semangat dan dukungan moril dan materil.
Adik tercinta (Intan Sepna Fidia Sari) yang senantiasa menjadi penyemangat
bagi peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Teman-teman D III Perbankan Syariah 2012 yang telah memberikan persahabatan,
7
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum wr. wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan
hidayahNya, sehingga pada kesempatan ini peneliti dapat menyelesaikan tugas
akhir ini.
Tugas akhir yang berjudul Analisis Pengawasan Pembiayaan di BNI
Syariah Cabang Pembantu Unissulaini telah disusun dengan sungguh-sungguh
sehingga memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya
Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy) di IAIN Salatiga.
Dalam penyusunan tugas akhir ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan
dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan tugas akhir ini dapat
terselesaikan. Untuk itu peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2.
Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam IAIN Salatiga.
3.
Bapak Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc.,M.Si. selaku Ketua Jurusan D III
Perbankan Syariah IAIN Salatiga yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada peneliti.
4.
Bapak Nafis Irkhami, M.Ag.,MA. selaku dosen pembimbing yang telah
dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan
waktunya dalam upaya membimbing peneliti untuk menyelesaikan tugas akhir
ini.
5.
Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, sehingga peneliti mampu menyelesaikan tugas akhir ini.
6.
Karyawan dan karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan dan
bantuan administrasi.
7.
Karyawan dan karyawati Bank Negara Indonesia Cabang Semarang dan KCP
Unissula yang telah membantu dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.
8.
Ibu dan ayah ter
cinta yang selalu memberikan do‟
a, pengorbanan, semangat
8
9.
Adik, dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dan motivasi
kepada peneliti.
10.
Teman-teman D III Perbankan Syariah 2012 terimakasih untuk persahabatan,
do‟a, bantuan, dan dukungan kalian, semoga sukses.
11.
Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dan dukungan sehingga dapat terselesaikannya tugas
akhir ini.
Peneliti sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis memohon
saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan tugas
akhir ini. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya
maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi dunia
pendidikan. Aamiin ya rabbal „alamiin.
Wassalamu’alaikum wr. wb
Salatiga, 13 Agustus 2015
9
ABSTRAK
Sari, Reni Guslina. 2015. Analisis Pengawasan pembiayaan di BNI Syariah
Cabang Pembantu Unissula. Tugas Akhir. Fakultas Ekonomi Bisnis
Islam. Jurusan D III Perbankan Syariah (PS). Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing Nafis Irkhami, M.Ag.,MA.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengawasan
pembiayaan di BNI Syariah Cabang Pembantu Unissula, khususnya strategi
pengawasan pembiayaan, kendala dalam melakukan pengawasan pembiayaan dan
efektifitas pengawasan pembiayaan.
Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan data yang
diperoleh dari studi pustaka, observasi, wawancara, dan dokumentasi yang
berkaitan dengan judul Analisis Pengawasan Pembiayaan. Data yang didapatkan
oleh peneliti sebagai bahan analisis disesuaikan dengan konsep aplikasi pada BNI
Syariah Cabang Pembantu Unissula.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Strategi pengawasan pembiayaan yang dilakukan oleh BNI Syariah cabang pembantu unissula untuk meminimalisir terjadinya pembiayaan bermasalah, di BNI Syariah Cabang Pembantu Unissula menambah strategi pengawasan pembiayaan yang digunakan yaitu pembinaan pembiayaan.Kendala yang dihadapi oleh BNI Syariah Cabang Pembantu Unissula
dalam pengawasan pembiayaan adalah jarak, kurangnya nasabah memberikan
informasi dan kurangnya SDM yang mengawasi pembiayaan.
Efektifitas pengawasan pembiayaan sudah melalui beberapa bagian yang meliputi:pengawasan
operation and service head,
pengawasan administrasi pembiayaan, pengawasan
processing
, pengawasan
collection
, dan pengawasan
branch internal control.
10
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii
Halaman Pengesahan Kelulusan ... iii
Halaman Pernyataan Keaslian... iv
Motto ... v
Persembahan ... vi
Kata Pengantar ... vii
Abstrak ... ix
Daftar Isi... x
Daftar Tabel ... xiii
Daftar Gambar ... xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ... 1
B.
Rumusan Masalah ... 4
C.
Tujuan dan Kegunaan ... 4
D.
Penelitian Terdahulu ... 5
E.
Metode Penelitian... 10
F.
Penegasan Istilah ... 14
G.
Sistematika Penulisan ... 14
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pembiayaan ... 16
11
2.
Tujuan Pembiayaan ... 18
3.
Fungsi Pembiayaan ... 18
4.
Unsur-Unsur Pembiayaan ... 20
5.
Prinsip-Prinsip Pembiayaan ... 22
6.
Jenis-Jenis Pembiayaan ... 23
7.
Perencanaan Pembiayaan... 28
8.
Kualiatas Pembiayaan ... 30
B.
Pengawasan ... 32
1.
Pengertian Pengawasan ... 32
2.
Ruang Lingkup Pengawasan Pembiayaan ... 33
3.
Tujuan Pengawasan Pembiayaan ... 34
4.
Fungsi pengawasan pembiayaan ... 35
5.
Prinsip Pengawasan pembiayaan ... 36
6.
Struktur Pengawasan Pembiayaan ... 37
7.
Tahap dalam Proses Pengawasan ... 39
8.
Proses Pengawasan... 41
9.
Strategi Pengawasan Pembiayaan ... 45
10.
Pengawasan Kualitas Pembiayaan ... 48
11.
Pengawasan Bank yang Efektif ... 49
BAB III
LAPORAN OBJEK
A.
Sejarah BNI Syariah ... 52
B.
Visi dan Misi BNI Syariah ... 55
12
D.
Struktur Organisasi BNI Syariah KCP Unissula ... 57
E.
Tugas-Tugas Setiap Bagian... 57
F.
Produk-Produk di BNI Syariah ... 59
BAB IV
ANALISIS
A.
Strategi Pengawasan Pembiayaan yang dilakukan oleh BNI
Syariah Cabang Pembantu Unissula ... 87
B.
Kendala-kendala BNI Syariah Cabang Pembantu Unissula
dalam Melakukan Pengawasan ... 95
C.
Efektifitas Pengawasan Pembiayaan oleh BNI Syariah Cabang
Pembantu Unissula ... 96
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan ... 101
B.
Saran ... 102
Daftar Pustaka ... 103
13
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Proses pemberian pembiayaan ... 39
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Struktur Organisasi BNI Syariah Cabang Pembantu
15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bank sudah tidak asing lagi bagi kita, terutama yang hidup di
perkotaan. Bahkan, di pedesaan sekalipun saat ini bank bukan kata yang
asing dan aneh. Setiap orang selalu mengaitkannya bank dengan uang. Hal
ini tidak salah karena bank memang merupakan lembaga keuangan atau
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan.
Karena itu, bank dianggap sebagai suatu lembaga keuangan yang
aman dalam melakukan berbagai macam aktifitas keuangan (Ismail, 2010:
1). Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 21 Tahun 2008 Bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Salah satunya adalah bank Islam atau bank syariah.
Bank Islam atau bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan
tidak mengandalkan bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan bank
tanpa bunga adalah lembaga keuangan atau perbankan yang operasional
16
lintas pembayaran serta peredaran uang yang mengoperasikannya
disesuaikan dengan prinsip syariat Islam (Muhammad, 2005: 13).
Bank Islam mempunyai dua fungsi utama bank syariah adalah
mengumpulkan dana dan menyalurkan dana. Penyaluran dana yang
dilakukan bank syariah adalah pemberian pembiayaan kepada debitur yang
membutuhkan, baik untuk modal usaha maupun untuk konsumsi
(Muhammad, 2005: 303).
Adanya bank Islam diharapkan dapat memberikan sumbangan
terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui
pembiayaan-pembiayaan yang dilakukan oleh bank Islam. Melalui pembiayaan-pembiayaan ini bank
Islam dapat menjadi mitra dengan nasabah sehingga hubungan bank Islam
dengan nasabah tidak lagi sebagai kreditur dan debitur tetapi menjadi
hubungan kemitraan (Muhammad, 2005: 16).
Menurut Undang-Undang Perbankan No. 21 Tahun 2008,
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu berupa: 1) transaksi bagi hasil dalam
mudharabah
dan
musyarakah;
2) transaksi sewa-menyewa dalam bentuk
ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik
; 3) transaksi
jual beli dalam bentuk piutang
murabahah, salam dan istishna
; 4)
transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang
qardh;
dan 5) transaksi
sewa-menyewa dalam ijarah untuk transaksi multijasa.
Dalam melaksanakan operasionalnya, bank syariah yang sehat
17
pengawasan aspek syariah, yang berfungsi sebagai pengawasan yang
efektif dan terpadu pada bank syariah yang memungkinkan terpantau dan
terawasinya semua kegiatan operasionalnya supaya tetap sejalan dengan
prinsip-prinsip syariah (Ridwan, 2007: 131).
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk
menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan
atas tujuan yang akan dicapai. Melalui pengawasan diharapkan dapat
membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai
tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui
pengawasan tercipta suatu aktivitas yang erat dengan penentuan atau
evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja yang sudah dilaksanakan
(Sumarin, 2012: 97).
Dengan adanya pengawasan diharapkan pembiayaan dapat
diselamatkan ketika terjadi masalah dan pembiayaan berjalan dengan baik
dan nasabah dapat membayar kewajibannya kepada bank.
BNI Syariah Cabang Pembantu Unissula merupakan salah satu
bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah,
yaitu perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain
untuk menghimpun dana dan pembiayaan kegiatan sesuai dengan syariah.
Di dalam pelaksanaannya operasional perbankan BNI Syariah senantiasa
memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah dengan memastikan
bahwa semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari dewan
18
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membuat tugas
akhir yang berjudul “Analisis
Pengawasan Pembiayaan di BNI Syariah
Cabang Pembantu Unissula
”.
B.
Rumusan Masalah
Agar pembahasan laporan tugas akhir ini dapat terperinci dan
terarah sesuai dengan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1.
Bagaimana strategi-strategi pengawasan pembiayaan yang dilakukan
oleh BNI Syariah Cabang Pembantu Unissula untuk mencegah
pembiayaan bermasalah ?
2.
Apa kendala-kendala BNI Syariah Cabang Pembantu Unissula
dalam melakukan pengawasan pembiayaan ?
3.
Sejauh mana efektifitas pengawasan pembiayaan oleh BNI Syariah
Cabang Pembantu Unissula ?
C.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
1.
Untuk mengetahui strategi-strategi pengawasan pembiayaan yang
dilakukan oleh BNI Syariah Cabang Pembantu Unissula untuk
mencegah pembiayaan bermasalah.
2.
Untuk mengetahui kendala-kendala BNI Syariah Cabang Pembantu
Unissula dalam melakukan pengawasan pembiayaan.
3.
Untuk mengetahui efektifitas pengawasan pembiayaan oleh BNI
19
Kegunaan
1.
Bagi Penulis
a.
Untuk menambah dan memperluas pengetahuan penulis yang
khususnya berkaitan dengan strategi, kendala dan efektifitas
pengawasan pembiayaan terhadap BNI Syariah Cabang
Pembantu Unissula.
b.
Untuk menerapkan dan mengembangkan pembelajaran yang
telah diperoleh selama melakukan perkuliahan kemudian
dikembangkan dengan teori dan praktik dalam penulisan.
2.
Bagi Civitas Akademik
a.
Untuk memberikan informasi kepada pembaca ataupun
mahasiswa yang berkaitan dengan strategi, kendala dan
efektifitas pengawasan pembiayaan terhadap BNI Syariah
Cabang Pembantu Unissula.
b.
Untuk menambah literatur pada perpustakaan IAIN (Institut
Agama Islam Negeri) Salatiga.
3.
Bagi Lembaga
Dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat atau kegunaan
sebagai bahan pertimbangan bagi karyawan untuk mengawasi
nasabahnya dalam meminimalkan pembiayaan bermasalah.
D.
Penelitian Terdahulu
Sebelum penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini, sudah terdapat
20
pada bank syariah. Beberapa penelitian tersebut menunjang dan dapat
membantu menyempurnakan hasil penelitian kali ini, namun terdapat
perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian
yang sebelumnya.
Menurut hasil penelitian dari Aji (2014) den
gan judul “
Evaluasi
Pengawasan Pinjaman Modal Kerja Guna Menekan Terjadinya
Penunggakan Pinjaman (Studi Pada Koperasi Simpan Pinjam Adi Wiyata
Mandiri Kabupaten Blitar Tahun 2011-
2013)”.
Penelitian ini menunjukkan
bahwa evaluasi prosedur pengawasan pinjaman dan jumlah pinjaman
bermasalah di perusahaan selama periode 2011-2013, meskipun perusahaan
menyalurkan pinjaman dalam jumlah besar, namun perusahaan memiliki
kemampuan untuk mempertahankan tingkat rasio pinjaman bermasalah di
bawah 10% sesuai peraturan Kementrian Negara Koperasi, dan Usaha Kecil
dan Menengah Republik Indonesia.
Menurut hasil penelitian dari Aprilianawati (2014) dengan judul
“
Analisis Pengawasan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Dalam Meminimalisir
Terjadinya Kredit Bermasalah (Studi Pada Bank Jatim Cabang
Tulungagung Periode 2010-2013)
”.
Penelitian ini menunjukkan bahwa
pengawasan kredit secara preventif dan represif pada Bank Jatim Cabang
Tulungagung sudah baik, namun terdapat kekurangan dalam pengawasan
preventif antara lain, pada tahap permohonan kredit masih terdapat
kelemahan di dalam penentuan plafon kredit yaitu keterbatasan waktu dan
21
juga terdapat kekurangan di dalam tindakan penyelamatan kredit bermasalah
antara lain belum dilakukan secara rescheduling, reconditioning, dan
restructuring.
Menurut hasil penelitian dari Nurhayati (2010) dengan judul
“
Pelaksanaan pengawasan murabahah sebagai upaya meminimalkan
pembiayaan bermasalah Pada BMT Pare Kediri
”. Penelitian ini
menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pengawasan pembiayaan pada
BMT Syariah Pare telah tersusun cukup baik, hal ini bisa dilihat dari
kegiatan pengawasan yang dilakukan terhadap proses pertimbangan pra
pemberian pembiayaan murabahah, pelaksanaan pengawasan pasca
pemenuhan pembiayaan dan penyelesaian pembiayaan murabahah
bermasalah.
Menurut hasil penelitian dari Arsyad Al-Maliki (2010) dengan
judul
“
Pengawasan dan Pembinaan Pembiayaan Bermasalah oleh Account
Officer (Studi kasus di BPR Syariah Bakti Makmur Indah Krian Sidoarjo)
”
.
Dalam penelitian ini, peneliti memaparkan bahwa pelaksanaan pengawasan
dan pembinaan pembiayaan bermasalah oleh
account officer
di BPRS Bakti
Makmur Indah Krian Sidoarjo dilakukan satu sampai dua kali dalam
sebulan (kunjungan ketempat nasabah) sesuai dengan kondisi tetapi hal ini
menjadi kurang optimal karena kurangnya jumlah
account officer
hanya dua
orang. Kurangnya jumlah
account officer
ini disebabkan adanya
pemindahan
account officer
ke kantor cabang BPR Syariah Bakti Makmur
22
account officer
oleh bank umum syariah yang secara otomatis membawa
lari nasabah binaan mereka. Untuk mengatasi hal tersebut
account officer
menggunakan analisis SWOT untuk memantau perkembangan pembiayaan
bermasalah.
Menurut hasil penelitian dari Fauzi (2012) dengan judul
“
Pelaksanaan
Pengawasan
dan
Monitoring
Pembiayaan
Guna
Meminimalisir Risiko dalam Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus pada
Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS) BINAMA Tlogosari Semarang)
”
.
Dalam penelitian ini, peneliti memaparkan bahwa pelaksanaan pengawasan
dan monitoring pembiayaan yang dilakukan KJKS BINAMA terhadap
pembiayaan murabahah melalui dua cara yaitu dengan pengawasan
langsung dan pengawasan administratif. Dalam pengawasan langsung
pelaksanaan pengawasannya adalah dengan mengunjungi langsung tempat
usaha atau tempat jaminan anggota/calon anggota dilapangan, sedangkan
dalam pengawasan administratif pelaksanaannya dengan mengawasi dan
memonitoring dokumen-dokumen yang terkait dengan anggota/calon
anggota dari mulai permohonan sampai pencairan pembiayaan.
Menurut hasil penelitian dari Abdulrani (2014) dengan judul
“
Sistem Pengawasan Internal untuk Mencegah Pembiayaan Macet pada PT
BPRS Rahmah Hijrah Agung Lhokseumawe
”. Dalam penelitian ini, peneliti
memaparkan bahwa sistem pengawasan intern yang ditetapkan oleh PT
BPRS Rahmah Hijrah Agung Lhokseumawe terhadap pembiayaan macet
23
Dalam kegiatan pengawasan ada komite pembiayaan yang terdiri dari
direksi dan bagian pembiayaan yang diisi oleh analisis pembiayaan. Setelah
analisis pembiayaan melakukan kegiatan pengawasan maka langkah
selanjutnya adalah melakukan pembinaan yaitu sebagai tindak lanjut dari
kegiatan pengawasan pembiayaan, kegiatan pembianaan terhadap debitur
merupakan salah satu jenis pengendalian yaitu termasuk dalam
preventif
control of credit
.
Berdasarkan beberapa jurnal penelitian di atas, terdapat persamaan
dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.
Persamaan dalam penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti adalah sama-sama membahas tentang pengawasan
pembiayaan. Sedangkan perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti adalah pada lokasi penelitian dan studi
kasusnya.
Aji (2014) dalam penelitiannya menjelaskan tentang
Evaluasi
Pengawasan Pinjaman Modal Kerja Guna Menekan Terjadinya
Penunggakan Pinjaman (Studi Pada Koperasi Simpan Pinjam Adi Wiyata
Mandiri Kabupaten Blitar Tahun 2011-2013).
Aprilianawati (2014) dalam
penelitiannya menjelaskan tentang
Analisis Pengawasan Kredit Usaha
Rakyat (KUR) Dalam Meminimalisir Terjadinya Kredit Bermasalah (Studi
Pada Bank Jatim Cabang Tulungagung Periode 2010-2013)
. Nurhayati
(2010) dalam penelitiannya menjelaskan tentang Pelaksanaan pengawasan
24
Al-Maliki (2010) dalam penelitiannya menjelaskan tentang Pengawasan dan
Pembinaan Pembiayaan Bermasalah oleh
Account Officer
. Fauzi (2012)
dalam penelitiannya menjelaskan tentang Pelaksanaan Pengawasan dan
Monitoring Pembiayaan Guna Meminimalisir Risiko dalam Pembiayaan
Murabahah.
Abdulrani (2014) dalam penelitiannya menjelaskan tentang
Sistem Pengawasan Internal untuk Mencegah Pembiayaan Macet.
Pada penelitian saat ini, peneliti akan memaparkan tentang
strategi-strategi pengawasan pembiayaan yang dilakukan oleh BNI Syariah Cabang
Pembantu Unissula. Selain itu, pada penelitian ini peneliti juga akan
memaparkan tentang kendala-kendala BNI Syariah Cabang Pembantu
Unissula dalam melakukan pengawasan pembiayaan. Penelitian ini juga
akan memaparkan tentang efektifitas pengawasan pembiayaan oleh BNI
Syariah Cabang Pembantu Unissula.
E.
Metode Penelitian
1.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian atau penulisan tugas akhir ini, penulis
menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati
25
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut
dalam bahasanya (Mahi, 2011: 38).
2.
Objek penelitian
Penelitian atau penulisan tugas akhir ini dilaksanakan di BNI Syariah
Cabang Pembantu Unissula yang terletak di Jl. Kaligawe Km.04
Kab. Semarang, Jawa Tengah.
3.
Jenis Data
a.
Data Primer
Yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung
dari objek penelitian di BNI Syariah Cabang Pembantu
Unissula.
b.
Data sekunder
Yaitu data yang diperoleh dengan mempelajari hal-hal yang
berasal dari buku-buku atau dokumen tertentu.
4.
Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah :
1.
Studi pustaka (
Library Research
)
Adalah cara mendapatkan data dan informasi dari media buku
atau pustaka kemudian mengumpulan pengertian-pengertian dan
penjelasan yang berkaitan dengan masalah yang penulis teliti.
2.
Riset Lapangan (
Field Research
)
Adalah memperoleh data dengan cara turun langsung terhadap
26
a.
Metode Observasi
Metode pengumpulan data dengan cara melakukan
pencatatan secara cermat dan sistematis terhadap objek
laporan. Menurut Soehartono observasi atau pengamatan
adalah setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran, dalam
arti
sempit,
pengamatan
yang
dilakukan
dengan
menggunakan panca indra dengan tidak mengajukan
pertanyaan-pertanyaan (Mahi, 2011: 74). Observasi ini
dimaksudkan guna memberikan gambaran yang utuh
mengenai BNI Syariah Cabang Pembantu Unissula.
b.
Metode Wawancara
Menurut Soeharto wawancara adalah pengumpulan data
dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada
responden oleh peneliti/pewawancara dan jawaban-jawaban
responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (Mahi,
2011: 80). Wawancara ini ditujukan kepada manajer dan
beberapa karyawan di BNI Syariah Cabang Pembantu
Unissula.
c.
Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah penelusuran dan perolehan data yang
diperlukan melalui data yang telah tersedia (Mahi,
2011:83). Penulis menggunakan dokumentasi untuk
27
menggunakan catatan data dan arsip di BNI Syariah Cabang
Pembantu Unissula.
5.
Metode Analisis Data
Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan
pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan dan
materi-materi lain yang telah anda kumpulkan untuk meningkatkan
pemahaman anda sendiri mengenai materi tersebut dan untuk
memungkinkan anda menyajikan apa yang sudah anda temukan
kepada orang lain (Ezmir, 2010: 85).
Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif
kualitatif. Metode analisis deskriptif kualitatif yaitu menganalisis,
menggambarkan, dan meringkas berbagai kondisi, situasi dari
berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil wawancara atau
pengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi dilapangan
(Winartha, 2006: 155).
Data yang diperoleh kemudian akan disusun secara
sistematis sehingga akan diperoleh gambaran yang komprehensif,
dan untuk selanjutnya dianalisis secara kualitatif yaitu dengan
memperhatikan data-data yang ada dalam praktik kemudian
28
F.
Penegasan Istilah
Agar tidak timbul salah pengertian dan penafsiran, maka penulis
perlu menjelaskan arti kata-kata dan memberikan penegasan istilah yang
terdapat dalam tugas akhir ini.
1.
Analisis adalah Penyelidikan suatu peristiwa (karangan, pembuatan,
dan sebagainya) untuk mengetahui apa sebab-sebabnya, bagaimana
duduk perkarannya (Poerwadarminta, 2006: 37).
2.
Pengawasan adalah proses pengawasan dalam menetapkan ukuran
kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung
pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah
ditetapkan tersebut (Sumarin, 2012: 97).
3.
Pembiayaan adalah salah satu tugas pokok bank dalam pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak
yang tergolong sebagai pihak yang mengalami kekurangan dana
(
Defisit Unit
) (Pranata, 2013: 103).
G.
Sistematika Penulisan
Pada penulisan Tugas Akhir ini terdapat 5 (lima) bab yang terdiri
beberapa sub bab yang dapat diuraikan kembali. Sistematika penulisan
dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I
: PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
dan kegunaan, penelitian terdahulu, metode penelitian,
29
BAB II
: LANDASAN TEORI
Bab ini ini akan menyajikan landasan teori yang menguraikan
hal-hal yang bersangkutan dengan materi yang akan dibahas
dalam laporan tugas akhir, dengan sumber dan refrensi dari
berbagai literatur.
BAB III : LAPORAN OBJEK
Bab ini berisi tentang gambaran umum dan data-data
deskriptif. Dalam gambaran umum akan dipaparkan sejarah
berdirinya BNI Syariah, visi dan misi BNI Syariah,
Keunggulan BNI Syariah, struktur organisasi BNI Syariah
Cabang Pembantu Unissula. Sedangkan dalam data-data
diskriptif akan dipaparkan mengenai produk-produk yang ada
di BNI Syariah.
BAB IV
: ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang pokok masalah yang diuraikan dalam
rumusan masalah pada Bab I.
BAB V
: PENUTUP
Bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan yang
merupakan jawaban ringkas dari permasalahan yang dibahas
30 BABII LANDASANTEORI A. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan (Financing) merupakan istilah yang dipergunakan dalam bank syariah, sedangkan dalam bank konvensional disebut kredit (Leading). Dalam pembiayaan bank syariah pembagian keuntungan didasarkan pada keadilan antara nasabah dan bank, keadilan tersebut tercermin dalam Profit and Loss Sharing laba dibagi sama dan rugi dibagi sama. Sedangkan bank
konvensional pembagian keuntungan berdasarkan bunga (Dahlan, 2012: 162). Pembiayaan dalam perbankan syariah menurut Al-Haran dapat dibagi tiga yaitu (Ascarya, 2013: 122):
a. Return bearing financing yaitu bentuk pembiayaan yang secara komersial menguntungkan, ketika pemilik modal mau menanggung resiko kerugian dan nasabah juga memberikan keuntungan.
b. Return free financing yaitu bentuk pembiayaan yang tidak untuk mencari keuntungan yang lebih ditujukan kepada orang yang membutuhkan (poor), sehingga tidak ada keuntungan yang dapat diberikan.
c. Charity financing yaitu bentuk pembiayaan yang memang diberikan kepada orang miskin dan yang membutuhkan, sehingga tidak ada klaim terhadap pokok dan keuntungan.
31
dengan itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2012: 82).
Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Sedangkan dalam arti sempit pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah kepada nasabah (Muhammad, 2005: 304).
Pembiayaan adalah salah satu tugas pokok bank dalam pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang tergolong sebagai pihak yang mengalami kekurangan dana (Defisit Unit) (Pranata, 2013: 103).
Pembiayaan merupakan kegiatan utama bank sebagai usaha untuk memperoleh laba, tetapi rawan risiko yang tidak saja dapat merugikan bank tapi juga berakibat kepada masyarakat penyimpanan dan pengguna dana (Arifin, 2002: 242).
2. Tujuan Pembiayaan
Dalam pemberian suatu pembiayaan tentunya memiliki tujuan. Maka tujuan pembiayaan tersebut adalah
32
Pemenuhan jasa pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, jasa-jasa, bahkan konsumsi yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
2) Tujuan khusus pembiayaan adalah sebagai berikut : a) Untuk menilai kelayakan usaha calon peminjam.
b) Untuk menekan resiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan.
c) Untuk menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak (Muhammad, 2005: 305).
3. Fungsi Pembiayaan
Adapun fungsi pembiayaan dalam lembaga keuangan syariah adalah sebagai berikut (Ridwan, 2007: 96-97) :
1) Meningkatkan daya guna uang
Para shahibul maal menempatkan dananya pada bank syariah dalam bentuk tabungan, deposito, giro serta bentuk lainnya. Dana tersebut oleh bank akan ditingkatkan daya guna, sehingga mampu meningkatkan produktivitas. Sebaliknya mudharib menikmati fasilitas pembiayaan dari bank syariah meningkatkan modal usahannya. Sehingga pengusaha tidak mengalami kekurangan modal usaha. Dengan demikian, dana yang semula ditangan shahibul maal kemungkinan besar hanya diam, akan berputar untuk meningkatkan kapasitas usaha.
33
Produsen dengan bantuan bank syariah dapat meningkatkan kemampuan produksinya, mengolah bahan mentah menjadi barang jadi sehingga mampu merubah dan meningkatkan daya guna uang.
3) Meningkatkan peredaran uang
Peredaran uang kartal maupun giral akan lebih berkembang oleh karena
pembiayaan menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan
uang akan bertambah baik secara kualitatif, apalagi secara kuantitatif.
4) Menimbulkan kegaiarahan berusaha
Pengusaha akan selalu berhubungan dengan bank untuk memperoleh
bantuan permodalan guna peningkatan usahanya. Bantuan pembiayaan
yang diterima pengusaha dari bank inilah yang kemudian digunakan untuk
memperbesar volume usaha dan produktivitasnya.
5) Menjaga stabilitas ekonomi nasional
Untuk menekan arus inflasi dan terlebih lagi untuk usaha pembangunan
ekonomi, maka pembiayaan bank memegang peranan yang penting. Arah
pembiayaan harus berpedoman pada segi-segi pembatasan kualitatif, yaitu
pengarahan ke sektor-sektor produktif dan sektor-sektor prioritas yang
secara langsung berpengaruh terhadap hajat hidup masyarakat.
6) Meningkatkan pendapatan nasional
Pengusaha yang memperoleh pembiayaan tentu saja berusaha untuk
meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan profit. Bila
keuntungan ini secara komulatif dikembangkan lagi dalam arti kata
dikembalikan ke dalam struktur permodalan, maka peningkatan akan
berlangsung terus-menerus. Dengan earnings (pendapatan) yang terus
34
pihak pembiayaan yang disalurkan untuk merangsang pertambahan
kegiatan ekspor akan menghasilkan pertambahan devisa bagi negara.
7) Sebagai alat hubungan ekonomi internasional
Melalui bantuan pembiayaan antarnegara yang istilahnya sering kali
didengar sebagai G to G (Government to Government), maka hubungan
antarnegara pemberi (shahibul mal) dan penerima pembiayaan (mudharib)
akan bertambah erat, terutama yang menyangkut hubungan perekonomian
dan perdagangan.
4. Unsur-unsur pembiayaan
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas pembiayaan adalah sebagai berikut (Kasmir, 2012: 83-85) :
1) Kepercayaan
Merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi pembiayaan bahwa pembiayaan yang diberikan (baik berupa uang, barang atau jasa) benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang sesuai jangka waktu pembiayaan.
2) Kesepakatan
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing-masing-masing. Kemudian dituangkan dalam akad pembiayaan dan ditandatangani kedua belah pihak sebelum pembiayaan dikuncurkan.
35
Merupakan batas waktu pengembalian angsuran pembiayaan yang sudah disepakati kedua belah pihak. Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek (dibawah 1 tahun), jangka menengah (1 sampai 3 tahun) atau jangka panjang (diatas 3 tahun).
4) Resiko
Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian pembiayaan akan memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu pembiayaan. Semakin panjang suatu jangka waktu pembiayaan, maka semakin besar resikonya, demikian sebaliknya.
5) Balas jasa
Bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian suatu pembiayaan. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
5. Prinsip-prinsip pembiayaan
Dalam pembiayaan bank harus memperhatikan prinsip-prinsip
pembiayaan yang benar. Artinya, sebelum suatu fasilitas pembiayaan diberikan,
maka bank harus merasa yakin terlebih dahulu bahwa pembiayaan yang
diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil
penilaian pembiayaan sebelum pembiayaan tersebut disalurkan. Penilaian
pembiayaan oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai prinsip untuk
mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya. Ada beberapa prinsip yang sering
36 1) Character
Merupakan penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon penerima pembiayaan dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa penerimaan pembiayaan dapat memenuhi kewajibannya.
2) Capacity
Merupakan penilaian secara subjektif tentang mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar pembiayaan. Kemungkinan diukur dengan catatan prestasi penerimaan pembiayaan dimasa lalu yang didukung dengan pengamatan di lapangan atas sarana usahannya seperti toko, karyawan, alat-alat, pabrik serta metode kegiatan.
3) Capital
Merupakan penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki calon penerima pembiayaan yang diukur dengan posisi perusahaan secara keseluruhan yang ditujukan oleh rasio finasial dan penekanan pada komposisi modal.
4) Colleteral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Juga dapat diartikan barang-barang yang diserahkan debitur sebagai jaminan atas pembiayaan yang diberikan.
5) Condition
Dalam menilai pembiayaan hendaknya juga menilai kondisi ekonomi, sosial dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk di masa yang akan datang.
37
Secara umum jenis-jenis pembiayaan dapat dilihat berbagai segi antara lain sebagai berikut (Kasmir, 2012: 85-89).
1) Dilihat dari segi kegunaan a. Pembiayaan Investasi
Pembiayaan investasi merupakan pembiayaan jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau keperluan rehabilitasi. Contoh pembiayaan investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin.
b. Pembiayaan Modal Kerja
Pembiayaan modal kerja merupakan pembiayaan yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh pembiayaan modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
2) Dilihat dari segi tujuan pembiayaan a. Pembiayaan produktif
38 b. Pembiayaan konsumtif
Merupakan pembiayaan yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam pembiayaan ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Contohnya pembiayaan untuk perumahan pembiayaan mobil pribadi, pembiayaan perabotan rumah tangga, dan pembiayaan konsumtif lainnya.
c. Pembiayaan Perdagangan
Merupakan pembiayaan yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Pembiayaan ini sering diberikan kepada suplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contohnya pembiayaan ekspor dan impor.
3) Dilihat dari segi jangka waktu a. Pembiayaan jangka pendek
Merupakan pembiayaan yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya untuk peternakan, misalnya pembiayaan peternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya tanaman padi atau palawija.
39
Merupakan jangka waktu pembiayaannya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan biasanya pembiayaan ini digunakan untuk melakukan investasi. Contohnya pembiayaan untuk pertanian seperti jeruk atau peternakan kambing.
c. Pembiayaan jangka panjang
Merupakan pembiayaan yang masa pengembaliannya paling panjang. Pembiayaan jangka panjang waktu pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya pembiayaan ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit, atau manufaktur dan untuk pembiayaan konsumtif seperti pembiayaan perumahan. 4) Dilihat dari segi jaminan
a. Pembiayaan dengan jaminan
Merupakan pembiayaan yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang yang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap pembiayaan yang dikeluarkan akan dilindungi minimal senilai jaminan atau pembiayaan tertentu jaminan harus melebihi jumlah pembiayaan yang diajukan si calon debitur.
b. Pembiayaan tanpa jaminan
Merupakan pembiayaan yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Pembiayaan jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter dan loyalitas atau nama baik si calon debitur selama berhubungan dengan bank atau pihak lain.
40 a. Pembiayaan pertanian
Merupakan pembiayaan yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian. Sektor usaha pertanian dapat berupa pembiayaan jangka pendek atau jangka panjang.
b. Pembiayaan peternakan
Merupakan pembiayaan yang diberikan untuk sektor peternakan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang ternak kambing atau ternak sapi.
c. Pembiayaan industri
Merupakan pembiayaan yang diberikan untuk membiayai industri, baik industri kecil, industri menengah atau industri besar.
d. Pembiayaan pertambangan
Merupakan pembiayaan yang diberikan kepada usaha tambang. Jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau timah.
e. Pembiayaan pendidikan
Merupakan pembiayaan yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa pembiayaan untuk para mahasiswa.
f. Pembiayaan profesi
Merupakan pembiayaan yang diberikan kepada para kalangan profesional seperti dosen, dokter atau pengacara.
41
Merupakan pembiayaan untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan dan biasanya berjangka waktu panjang. 7. Perencanaan Pembiayaan
Suatu perencanaan yang baik dilakukan melalui berbagai proses kegiatan yang meliputi forecasting, objective, policies, programmes dan budget (Arifin, 2009: 244-249).
1) Forcasting adalah suatu peramalan usaha yang sistematis, untuk mencapai sesuatu yang paling mungkin diperoleh di masa yang akan datang dengan melakukan penaksiran dan perhitungan yang rasional atas fakta yang ada. Fungsi perkiraan adalah untuk memberikan informasi sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh manajemen bank adalah melakukan analisis terhadap kondisi (kekuatan dan kelamahan yang dimiliki) perusahaan serta situasi (peluang dan tantangan) yang dihadapinya (SWOT analysis), berdasarkan data informasi yang ada (existing conditions), internal dan eksternal dalam rangka perumusan kebijakan
dasar. Kondisi internal meliputi potensi dan fasilitas yang tersedia, struktur aktiva, posisi dana, struktur pendapatan dan biaya. Sedangkan kondisi eksternal meliputi situasi moneter lokal dan internasional, situasi perdagangan lokal dan internasional, situasi persaingan serta market share yang dikuasai oleh di wilayah operasinya.
2) Objective (Tujuan) Pembiayaan
42
memperoleh keuntungan bagi kesejahteraan stakeholders-nya. Oleh karena itu tujuan pembiayaan harus mendukung visi, misi dan strategi usaha bank.
3) Policies (Kebijakan) Pembiayaan
Bidang kegiatan pembiayaan yang perlu dirumuskan dalam kebijakan dasar (basic policies) meliputi hal-hal berikut :
a. Segmentasi pembiayaan.
b. Jenis pembiayaan yang disediakan bagi nasabah.
c. Wilayah pelayanan.
d. Sistem penyampaian produk dan jasa bank.
e. Distribusi pembiayaan. 4) Programmes
Programmes adalah sederetan kegiatan yang dipaparkan untuk
melaksanakan policies. Program itu merupakan rencana kegiatan (action plan) yang dinamis biasanya dilaksanakan secara bertahap dan terikat
dengan ruang (place) dan waktu (time). Program tersebut harus diselesaikan menurut schedules yaitu urut-urutan kegiatan menurut waktu tertentu (action step).
5) Budget
Budget adalah suatu taksiran atau perkiraan volume fortofolio pembiayaan yang ingin dicapai selama kurun waktu satu periode anggaran, termasuk biaya yang harus dikeluarkan dan pendapatan yang diharapkan di masa yang akan datang.
43
Pembiayaan menurut kualitasnya pada hakikatnya didasarkan atas resiko kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah pembiayaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibanya untuk membayar bagi hasil serta melunasi pembiayaannya. Jadi unsur utama dalam menentukan kualitas tersebut adalah waktu pembayaran bagi hasil, pembayaran angsuran maupun pelunasan pokok pembiayaan dan terperinci atas (Rivai, 2008: 33-37) :
1) Pembiayaan lancar
Pembiayaan yang digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria antara lain :
a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu. b. Memiliki mutasi rekening yang aktif.
c. Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan angunan tunai (cash collateral).
2) Perhatian khusus
Pembiayaan digolongkan pembiayaan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga bagi hasil yang belum melampui 90 hari.
b. Kadang-kadang terjadi cerukan. c. Mutasi rekening relatif aktif.
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan. e. Didukung oleh pinjaman baru.
44
Pembiayaan digolongkan ke dalam pembiayaan kurang lancar apabila memenuhi kriteria :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil. b. Sering terjadi cerukan.
c. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari.
d. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi. e. Dokumentasi pinjaman yang lemah.
4) Diragukan
Pembiayaan digolongkan ke dalam pembiayaan diragukan apabila memenuhi kriteria :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil. b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen.
c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari. d. Terjadi kapitalisasi bagi hasil.
e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian pembiayaan maupun pengikat jaminan.
5) Macet
Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan macet apabila memenuhi kriteria :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagihasil. b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru.
45 B. Pengawasan
1. Pengertian Pengawasan
Pengertian pengawasan meliputi segala kegiatan penelitian, pengamatan dan pengukuran terhadap jalannya operasi berdasarkan rencana yang telah ditetapkan, penafsiran dan perbandingan hasil yang dicapai dengan standar yang diminta, melakukan tindakan koreksi penyimpangan dan perbandingan antara hasil (output) yang dicapai dengan masukan (input) yang digunakan (Arifin, 2009: 135).
Pengawasan adalah proses pengawasan dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil
yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut (Sumarin,
2012: 97).
Pengawasan pembiayaan adalah tindakan pengawasan atau pengawalan dalam pengelolaan pembiayaan yang dimulai sejak pemberian pembiayaan hingga pembiayaan dilunasi oleh nasabah (Munir, 2009: 75).
Pengawasan diwujudkan melalui pengawasan tidak langsung terutama dalam pengawasan dini dengan melalui penelitian, analisis, dan evaluasi laporan bank sedangkan pengawasan langsung dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan tindakan-tindakan perbaikan.
2. Ruang Lingkup Pengawasan Pembiayaan meliputi :
1) Memastikan bahwa setiap tahapan proses pemberian pembiayaan telah dilaksanakan sesuai ketentuan.
46
3) Monitoring penguasaan dan pengamanan jaminan.
4) Monitoring pemenuhan persyaratan yang hingga saat pencairan pembiayaan belum dipenuhi nasabah.
5) Monitoring perkembangan usaha nasabah.
6) Monitoring dokumen-dokumen pembiayaan yang akan jatuh tempo, misalnya masa berlaku akad, asuransi, legalitas usaha.
7) Monitoring kualitas aktiva produktif.
8) Monitoring pembentukan PPAP (Munir, 2009: 76).
Hasil utama dari pengawasan pembiayaan adalah dapat diketahuinya kondisi nasabah dan kualitas pembiayaan sebenarnya, sehingga dapat ditentukan langkah-langkah pembinaan yang tepat kepada para nasabah pembiayaan. Bagi nasabah yang usaha dan kualitas pembiayaannya rendah dapat segera diupayakan untuk ditingkatkan pembinaanya sehingga terhindar dari kemacetan atau segera dilakukan penagihan.
3. Tujuan Pengawasan Pembiayaan
Pengawasan pembiayaan dapat dicapai bila diupayakan tercipta pembiayaan yang sehat, maka tujuan pengawasan pembiayaan dapat berupa (Rivai, 2008: 490) :
a. Sistem/prosedur dan ketentuan-ketentuan sebagai dasar financial operation yang dilaksanakan semaksimum mungkin.
47
c. Administrasi dan dokumentasi pembiayaan harus terlaksana sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan sehingga ketelitian, kelengkapan, keaslian dan akuransinya dapat menjadi informasi bagi setiap lini manajemen yang terlibat dalam pembiayaan.
d. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam setiap tahap pemberian pembiayaan sehingga perencanaan pembiayaan dapat dilaksanakan dengan baik.
e. Pembinaan portofolio, baik secara individual maupun secara keseluruhan, dapat dilakukan sehingga mempunyai kualitas aktiva yang produktif dan mendukung menjadi bank yang sehat.
4. Fungsi Pengawasan Pembiayaan
Cakupan fungsi pengawasan penyaluran dana (pembiayaan) sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut : (Muhammad, 2000: 164).
1) Monitoring penyaluran dana (Pembiayaan).
Mengawasi pemberian penyaluran dana (pembiayaan) telah sesuai dengan kehati-hatian dan prinsip syariah.
2) Pengawasan penilaian kolektibilitas.
Mengawasi penilaian kolektibilitas penyaluran dana (pembiayaan) telah sesuai dengan ketentuan yang diatur bank Indonesia.
3) Pembinaan kepada nasabah penyaluran dana (pembiayaan).
48
Untuk nasabah yang berpotensi akan bermasalah, bank harus memberikan peringatan.
4) Memantau pengadministrasian dokumen.
Memantau pelaksanaan pengadministrasian dokumen penyaluran dana (Pembiayaan) agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5) Memantau kecukupan jumlah penyisihan penghapusan pembiayaan (PPAP).
6) Memastikan bank telah melakukan PPAP sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
7) Memantau pelaksanaan pengadministrasian dokumen penyaluran dana (pembiayaan) agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Prinsip Pengawasan Pembiayaan yaitu : (Arifin, 2009: 257-258). 1) Prinsip Pencegahan Dini
Adalah tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadinya hal-hal yang dapat merugikan bank dalam pembiayaan atau terjadinya praktek-praktek pembiayaan yang tidak sehat. Pencegahan dini dilakukan dengan cara menciptakan struktur pengendalian internal yang handal, sebagai alat pencegahan yang mampu meminimalkan peluang-peluang penyimpangan dan alat untuk mendeteksi adanya penyimpangan, sehingga dapat segera diluruskan kembali. Struktur pengendalian internal ini harus diterapkan pada semua tahap proses pembiayaan mulai dari permohonan pembiayaan sampai pelunasan/penyelesaian pembiayaan.
49
Pengawasan melekat adalah dimana peran pejabat pembiayaan melakukan supervisi sehari-hari untuk memastikan bahwa kegiatan pembiayaan telah berjalan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan dan ketentuan-ketentuan operasional lainnya dalam pembiayaan. Hasil kegiatan supervisi itu minimal berupa laporan-laporan tentang 1) Hasil penilaian kualitas portofolio pembiayaan secara menyeluruh. 2) Ada atau tidaknya pembiayaan yang dilakukan menyimpang dari kebijakan pokok pembiayaan, ketentuan syariah atau peraturan perundang-undangan lainnya. 3) Besarnya tunggakan pembayaran kembali pembiayaan yang telah diberikan dan pembayaran bagi hasilnya. 4) Pelanggaran atau penyimpangan yang dilakukan oleh pejabat yang berada dibawah supervisinya, berikut saran atau tindakan perbaikannya.
3) Prinsip Pemeriksaan Internal (Internal audit)
Pemeriksaan internal adalah upaya lanjutan dalam pengawasan pembiayaan untuk lebih memastikan bahwa pembiayaan dilakukan dengan benar sesuai dengan kebijakan pembiayaan dan telah memenuhi prinsip-prinsip pembiayaan yang sehat serta mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam pembiayaan.
6. Struktur Pengawasan Pembiayaan
Dalam pembiayaan tentunya juga memiliki struktur pengawasan yaitu meliputi (Rivai, 2008: 494) :
1) Pengendalian Intern
50
terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh berbagai pihak, karena hal ini dapat merugikan dan dapat terjadi praktik pemberian pembiayaan yang tidak sehat.
2) Pejabat yang berwenang memberikan pembiayaan
Agar pemberian pembiayaan efektif dan efisien, maka perlu menghindari terjadinya penyelewengan dengan cara mematuhi kebijakan pembiayaan yang telah ditetapkan. Keprofesionalan pejabat dalam memberikan pembiayaan sangat besar perannya karena pejabat pemberi pembiayaan agar terhindar dari kegagalan pemberian pembiayaan dan minimal dapat mengurangi kemungkinan risiko yang akan terjadi.
3) Pemberian pembiayaan kepada pihak-pihak terkait
Perlu diketahui apakah ada pemberi pembiayaan kepada pihak-pihak yang ada hubungan saudara dengan direksi, komisaris atau pihak terkait pemberi pembiayaan.
4) Pemberian pembiayaan kepada debitur besar tertentu
Nasabah-nasabah besar tertentu adalah nasabah atau kelompok yang mendapat fasilitas pembiayaan terbesar dari portofolio pembiayaan. 5) Pengadministrasian dokumen pembiayaan
51
6) Kecukupan jumlah cadangan penghapusan pembiayaan
Pembentukan cadangan penghapusan pembiayaan dilakukan sebagai tindakan berjaga-jaga (precautionary) terhadap kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat debitur tidak mempunyai kemampuan melunasi fasilitas pembiayaan yang telah diterimanya. Pembentukan cadangan tersebut dilakukan setiap bulan dengan memperhitungkannya terhadap rugi atau laba bulan yang bersangkutan.
7. Tahap-Tahap Dalam Proses Pengawasan
Pengawasan pembiayaan dilakukan pada tahap proses pemberian pembiayaan dan selama masa berlaku pembiayaan (Munir, 2009: 76-79) : 1) Pengawasan pada tahap atau proses pemberian pembiayaan dilakukan
oleh petugas atau pejabat yang terkait dengan proses tersebut, sehingga adanya penyimpangan atau ketidak lengkapan data dapat dideteksi sejak dini dan timbul resiko pembiayaan dapat dihindari. Pengawasan ini dikenal dengan pengawasan melekat yang dilakukan oleh petugas atau pejabat terkait dengan penjelasan sebagai berikut:
Tabel 1.1 proses pemberian pembiayaan
Proses
Pelaksanaan pengawasan
1.
Tahap
Solisitasi
Marketing
officer dan marketing
manajer/group head.
Markerting
officer dan marketing
52
4.
Tahap Analisis
Analysist officer dan marketing
manajer/analysist group.
pembiayaan/manajer
operasi
dan
kepala cabang divisi.
Sebagai bukti bahwa pengawas telah dilaksanakan oleh petugas/pejabat berwenang. Maka diwajibkan bagi petugas/pejabat yang terkait dengan proses pemberian pembiayaan untuk memberikan paraf/tanda tangan setelah melakukan pengawasan (check dan recheck) sesuai dengan ketentuan dalam prosedur pembiayaan.
2) Pengawasan selama berlakunya pembiayaan digunakan mengikuti perkembangan pembiayaan maupun usaha nasabah. Bentuk pengawasan ini dilakukan dengan cara monitoring terhadap hal-hal yang terkait dengan proses pengamanan pembiayaan yang meliputi :
Tabel 1.2 pelaksanaan pengawasan
Jenis Pembiayaan
Pelaksanaan Pengawasan
1.
Monitoring
pemenuhan
persyaratan
yang
pada saat pencairan
Analysist/marketing
officer
dan marketing manajer/kepala
group marketing.
53
marketing
officer
dan
marketing
manajer/kepala
group marketing.
Petugas administrasi,
analysist/
marketing
officer
dan
marketing
manajer/kepala
group marketing.
2.
Monitoring portofolio
pembiayaan.
Marketing officer dan manajer
pemasaran/kepala
group
marketing.
3.
Monitoring kegiatan
usaha nasabah
Marketing officer dan manajer
pemasaran/kepala
group
marketing.
4.
Monitoring
penggunaan
pembiayaan
Marketing officer dan manajer
pemasaran/kepala
group
marketing.
5.
Monitoring kewajiban
jatuh tempo
Petugas
administrasi
54
operasi/monitoring
officer dan
kepala group monitoring.
6.
Monitoring
berlaku
asuransi
Marketing officer dan manajer
pemasaran/kepala
group
marketing.
7.
Monitoring
masa
berlaku
legalitas
usaha nasabah
Marketing officer dan manajer
pemasaran/kepala
group
marketing.
8.
Monitoring masa laku
pembiayaan
Administrasi pembiayaan dan
manajer
operasi/monitoring
officer
dan
kepala
group
marketing.
9.
Monitoring kualitas
aktiva produktif
Administrasi pembiayaan dan
manajer
operasi/monitoring
officer
dan
kepala
group
monitoring.
8. Proses Pengawasan
Dalam proses pengawasan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut (Arifin, 2009: 135-137) :
1) Menentukan standar
55
tersedia. Setiap bank mungkin mempunyai sistem pengawasan yang berbeda-beda. Namun demikian harus tetap dapat diidentifikasi adanya unsur-unsur pengawasan yang lazim terdapat pada semua sistem yang baik yaitu sebagai berikut :
a. Standar hendaklah merupakan prestasi yang dapat diukur, baik bersifat keuangan maupun non keuangan, misalnya standar perputaran pegawai.
b. Prestasi yang dicapai hendaklah dibandingkan dengan standar. Misalnya jika standar biaya telepon telah ditetapkan, maka realisasi biaya telepon harus dibandingkan dengan standar biaya itu.
2) Pengukuran dan pengamatan terhadap jalannya operasi
Pelaksanaan kegiatan operasional harus selalu diawasi dengan cermat. Untuk keperluan tersebut harus dibuat catatan sebagai laporan perkembangan proses manajemen. Berdasarkan catatan itu hendaknya dilakukan pengukuran prestasi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Hasil evaluasi dijadikan bahan laporan dievaluasi lebih lanjut.
3) Penafsiran dan perbandingan hasil yang dicapai dengan standar yang diminta.
Prestasi pekerjaan harus diberikan penilaian dengan memberi penafsiran, apakah sesuai dengan standar, sejauh mana terdapat penyimpangan dan apa saja faktor-faktor penyebabnya.
4) Tindakan koreksi terhadap penyimpangan
56
memberikan cara bagaimana memperbaikinya agar kembali kepada standar dan rencana yang seharusnya.
5) Perbandingan hasil (output) dengan masukan (input)
Setelah proses pelaksanaan pekerjaan selesai segera diberikan pengukuran dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan sumber daya yang digunakan serta standar yang diterapkan. Hasil pengukuran ini akan memperlihatkan tingkat efisiensi kerja dan produktifitas sumber daya yang ada dan dapat digunakan sebagai standar dari harga pokok untuk menetukan harga jual, menentukan tinggi rendahnya efisiensi dan sebagai bahan ukuran bagi penyusunan rencana yang baru.
Sedangkan menurut Rivai proses pengawasan pembiayaan meliputi (Rivai, 2008: 491-493) :
1) Monitoring
Monitoring adalah mengetahui secara dini penyimpangan (deviasi) yang terjadi dari kegiatan pembiayaan sehingga dapat mengambil langkah-langkah secepat mungkin untuk perbaikannya. Agar mudah memilih mana yang sesuai dengan kondisi pembiayaan saat itu, maka monotoring diklasifikasi dalam tiga jenis :
a. On desk monitoring yaitu pemantauan pembiayaan secara administratif seperti laporan-laporan, financial statement, kelengkapan dokumen dan informasi pihak ketiga. Data yang di monitor adalah dari kegiatan debitur dan lembaga keuangan seperti : a) Anggaran dan rencana kerja perusahaan debitur.
57
c) Laporan-laporan perkembangan perusahaan.
d) Laporan-laporan produksi/pembelian, pemasaran/penjualan, persediaan barang, utang piutang dan biaya.
e) Dokumen dan pengikat-pengikat jaminan.
f) Plafond dan saldo debet fasilitas pembiayaan serta mutasinya. g) Jenis dan jangka waktu pembiayaan.
h) Mutu pembiayaan yang tergambar dalam kolektibilitasnya. i) Term of lending setiap sektor/sebidang usaha.
b. On site monitoring yaitu pemantauan pembiayaan langsung ke lapangan pada nasabah. Dalam pemantauan pembiayaan langsung ke lapangan untuk mengetahui apakah terjadi ketidaksesuaian antara laporan dan kondisi fisik dari kegiatan usaha nasabah.
c. Exception monitoring yaitu pemantauan pembiayaan dengan memberikan tekanan kepada hal-hal yang kurang berjalan baik dan hal-hal yang telah berjalan sesuai terms of lending.
2) Warning Signs
Jarang pembiayaan bermasalah itu terjadi secara tiba-tiba. Sering penyimpangan (deviasi) itu terjadi secara perlahan-lahan dalam berbagai aspek usaha debitur, sehingga akhirnya debitur tidak mampu membayar kembali pembiayaannya.
9. Strategi Pengawasan Pembiayaan