• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR AGAMA KATOLIK MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR AGAMA KATOLIK MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

541

PENINGKATAN HASIL BELAJAR AGAMA KATOLIK

MELALUI PEMBELAJARAN

QUANTUM TEACHING

Dewi Sartika Simbolon

SD Negeri 060869 Gaharu Medan Timur, kota Medan

Abstract: The purpose of this action research to determine the learning outcome of students in Catholic Religious Education using Quantum Teaching learning in class V students of SD Negeri 060 869 Eaglewood East field in the academic year 2014/2015. The subjects of this study were students of class V SD, which is 9 students consisting of four student daughter and 5 male students. From the results of research conducted in two cycles known to occur improving student learning outcomes using Quantum Learning Teaching. In the first cycle the average value of 72.5 students with a percentage of 44.44% completeness and the second cycle the average value to 81.25 with the percentage of 88.88% completeness.

Keywords: Quantum Teaching, the image of God

Abstrak: Tujuan penelitian tindakan kelas ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama katolik dengan menggunakan metode Quantum Teaching pada siswa kelas V SD Negeri 060869 Gaharu medan Timur Tahun Pelajaran 2014/2015. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD, yaitu 9 siswa yang terdiri dari 4 siswa putri dan 5 siswa putra. Dari hasil penelitian yang dilakukan dalam dua siklus diketahui terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran Quantum Teaching. Pada siklus I nilai rata-rata siswa 72,5 dengan presentase ketuntasan 44,44% dan pada siklus II nilai rata-rata menjadi 81,25 dengan presentase ketuntasan 88,88%.

Kata kunci:Quantum Teaching,citra Allah

Pendidikan merupakan hubu-ngan antarpribadi pendidik dan peserta didik. Hubungan ini disebut sebagai hubungan fungsional, yaitu pendidik sebagai pengajar dan peserta didik sebagai subjek belajar. Pendidikan ini dapat berlangsung di sekolah. Sekolah merupakan salah satu sarana yang dapat meningkatkan perkembangan pengetahuan peserta didik.

Penge-tahuan yang didapat peserta didik berupa pengetahuan intelektual dan pengetahuan religius. Pengetahuan intelektual dapat diterima dengan pelajaran-pelajaran secara umum, dan pengetahuan religius didapatkan melalui pelajaran agama.

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu

(2)

542 dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari pentingnya peranan agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia kiranya merupakan hal yang tak dapat dibantah. Pada kenyataanya pendidikan telah dilaksanakan semen-jak adanya manusia, hakikatnya pendidikan merupakan serangkaian peristiwa yang komplek yang melibatkan beberapa komponen antara lain: tujuan, peserta didik, pendidik, isi/bahan cara/metode dan situasi/ lingkungan. Hubungan keenam faktor tersebut berkait satu sama lain dan saling berhubungan dalam suatu aktifitas satu pendidikan.

Kegagalan pengajaran agama Katolik dapat terjadi karena pendidik agama yang kurang mempersiapkan diri. Selain itu pendidik merasa sudah dapat mengajar dengan baik, sehingga banyak pendidik yang suka mengajar dengan jalan pintas, tidak memper-siapkan perencanaan pembelajaran, tidak mampu mengimplemintasikan metode atau model pembelajaran dengan situasi dan kebutuhan peserta didik, sehingga pembelajaran yang berlangsung bersifat monoton dan membosankan.

Keberhasilan proses pembela-jaran khususnya agama Katolik tidak terlepas dari kemampuan pendidik mengembangkan model-model pem-belajaran yang berorentasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses

pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga peserta didik dapat meraih belajar dan prestasi yang optimal. Pendidik dapat memilih beberapa model ataupun metode pembelajaran yang membantu pelaksanaan pembe-lajaran agar berjalan dengan baik. Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka setiap pendidik sebaiknya memiliki pengeta-huan yang memadai berkenan dengan konsep dan cara pengimplemensenta-sikan model-model tersebut dalam pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada SD Negeri 060869 Gaharu Medan Timur dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut: (1) Kondisi lingkungan yang kurang kondusif, karena letak SD tersebut berdekatan dengan jalan besar, (2) kelas yang tidak memadai. Dari situasi dan kondisi seperti ini mempengaruhi proses belajar menga-jar yang sedang berlangsung, seperti kebisingan banyaknya kendaraan yang berlalu lalang, sehingga perhatian siswa dapat terganggu. Selain itu perhatian orang tua terhadap prestasi belajar anaknya juga kurang, dengan bukti saat guru memberikan informasi tentang prestasi belajar anaknya yang sangat menurun, banyak orang tua bersikap masa bodoh ini yang menyebabkan penurunan prestasi belajar.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran di SD Negeri 060869 Gaharu Medan Timur tidak kondusif, sehingga menyebabkan

(3)

543 penurunan nilai mata pelajaran Pendidikan Agama katolik. Adapun nilai mata pelajaran yang diperoleh siswa SD tersebut pada tahun ajaran 2014/2015 dibawah nilai standar yaitu 6,1, sedangkan nilai standar yaitu 6,5 maka dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar tidak/kurang optimal.

Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar secara optimal adalah model pembelajaran Quantum Teaching. Model pembelajaran ini merupakan model percepatan belajar (Accelerated Learning) dengan metode belajar

Quantum Teaching. Percepatan belajar yang di Indonesia dikenal dengan program akselerasi tersebut dilakukan dengan menyingkirkan hambatan-hambatan yang menghalangi proses alamiah dari belajar melalui upaya-upaya yang diupaya-upayakan. Penyingkiran hambatan-hambatan belajar yang berarti mengefektifkan dan memper-cepat proses belajar dapat dilakukan misalnya: melalui penggunaan musik (untuk menghilangkan kejenuhan sekaligus memperkuat konsentrasi melalui kondisi), perlengkapan visual (untuk membantu siswa yang kuat kemampuan visualnya), materi-materi yang sesuai dan penyajiannya disesuaikan dengan cara kerja otak, dan keterlibatan aktif (secara intelektual, mental, dan emosional).

Model pembelajaran ini menekankan kegiatannya pada pengembangan potensi manusia secara optimal melalui cara-cara yang sangat manusiawi, yaitu: mudah, menyenang-kan, dan memberdayakan. Setiap anggota komunitas belajar dikondisi-kan untuk saling mempercayai dan saling mendukung. Siswa dan guru berlatih dan bekerja sebagai pemain

tim guna mencapai kesuksesan bersama. Dalam konteks ini, sukses guru adalah sukses siswa, dan sukses siswa berarti sukses guru.

METODE

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 060869 Gaharu Medan Timur pada tahun ajaran 2014/2015. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD, yaitu 9 siswa yang terdiri dari 4 siswa putri dan 5 siswa putra. Objek penelitian ini adalah kegiatan selama pembelajaran dan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembe-lajaran Quantum Teaching yang dilakukan selama 3 bulan.

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan lima cara, yiatu observasi, angket, wawancara, tes, dan catatan lapangan.

Dalam penelitian ini terdapat dua pedoman observasi yaitu observasi keaktifan siswa dan obsevasi pelaksanaan pembelajaran

Quantum Teaching. Observasi keaktifan siswa difokuskan pada pengamatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada materi Hidup Murni. Sedangkan observasi pelaksanaan pembelajaran Quantum Teaching difokuskan pada aktivitas guru maupun siswa selama proses pembelajaran dan pengamatan yang belum terdapat pada pedoman observasi dituliskan pada lembar catatan lapangan.

Angket dibagikan dan diisi oleh siswa yang fungsinya untuk mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching.

(4)

544 Wawancara dilakukan dengan cara bertanya kepada guru dan siswa mengenai proses pembelajaran model pembelajaran Quantum Teaching

adalah dengan cara cross check apabila ada hal-hal yang tidak dapat atau kurang jelas diamati pada saat observasi maupun hasil angket.

Tes digunakan untuk menilai keterserapan materi selama pembe-lajaran oleh siswa. Materi tes mengacu pada materi yang sedang dipelajari oleh siswa. Tes dilakukan berupa pre-tes dan post pre-test. Pre-pre-test dilaksanakan pada kegiatan awal pembelajaran yang berjalan 10 menit dan post test pada akhir pembelajaran selama 10 menit. Penilaian Test disesuaikan dengan bobot soal,dengan skor maksimal tes 100 dan minimal 0 berupa kuis individu yang fungsinya untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah mempelajari materi Hidup Murni dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching.

Catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang hasil pengamatan di kelas yang tidak terdapat di lembar observasi. Dalam penelitian ini catatan lapangan digunakan untuk mengamati hal-hal yang terjadi selama penerapan model pembelajaran Quantum Teaching.

HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum pelaksanaan peneli-tian dengan menggunakan metode

Quantum Teaching, rata-rata hasil belajar Pendidikan Agama Katolik semester I kelas V SD Negeri 060869 Gaharu Medan Timur menunjukkan adalah 6,1. Kondisi tersebut menja-dikan indikator pada penelitian ini bahwa kemampuan belajar PAK siswa

kelas V SD Negeri 060869 Gaharu Medan Timur adalah rendah. Rendah-nya kemampuan siswa tersebut di atas disebabkan karena siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari PAK. Berdasarkan hasil observasi pada waktu guru mengajar, menunjukkan bahwa pembelajaran yang terjadi cenderung bersifat monoton, satu arah, kurang komunikatif, cenderung bersifat ceramah, serta siswa kurang terlibat aktif.

Berdasarkan kajian awal tersebut, maka perlu suatu pendekatan pembelajaran yang mampu mening-katkan situasi kelas yang kondusif, siswa terlibat aktif dalam belajar, terjadinya komunikasi dua arah, serta siswa meningkat motivasunya untuk belajar. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran dengan metode

Quantum Teaching

Siklus I Perencanaan

a. Guru mempersiapkan materi yang akan diajarkan.

b. Guru mempersiapkan alat peraga gambar orang yang sedang menyontek tugas temannya.

c. Guru menugaskan kepada siswa untuk membawa buku Pendidikan Agama Katolik

d. Guru mempersiapkan lembar kerja untuk siswa.

e. Guru membagi siswa menjadi kelompok yang terdiri dari 3 kelompok.

Tindakan

Tumbuhkan minat: Guru membuat rolling tempat duduk setiap pertemuan, penempelan gambar-gambar, penampilan video (baik yang sesuai dengan materi maupun video

(5)

545 lain untuk menumbuhkan minat dan motivasi siswa).

Pemberian pengalaman umum: Pada langkah ini guru memberikan kesempatan siswa untuk menceritakan pengalaman yang telah siswa alami terkait dengan materi hidup murni.. Proses Kegiatan yang dilakukan siswa adalah: (a) Menceritakan tentang gambar yang telah di amati, dan mengkaitkannya dengan pengalaman-nya, (b) Guru menyuruh peserta didik untuk membuka kitab suci masing-masing (kej 1: 27,1 korintus 6:19-20)dan menuliskan simpulaun cerita KS dalam bahasanya sendiri.

Penamaan atau penyajian materi: Pada kegiatan ini guru menyampaikan materi yang akan dipelajari secara lengkap setelah siswa menceritakan pengalaman yang telah didapat, sehingga dalam penamaan siswa telah memiliki bekal dan penguasaan materi oleh siswa dapt lebih maksimal.

Demonstrasi pengetahuan sis-wa: Siswa mendemonstrasikan bentuk-bentuk sikap yang menunjuk-kan hati yang murni di depan kelas.

Pengulangan yang dilakukan oleh siswa: siswa menjelaskan kem-bali materi yang telah diberikan dengan penjelasan dan atau dengan mempraktekan langsung.

Perayaan atas usaha siswa: Perayaan dilakukan dengan melaku-kan tepuk tangan bersama-sama ketika jam pelajaran berakhir. Begitu pula jika ada yang tidak berhasil juga diberikan pujian atas usaha yang dilakukan agar tidak patah semangat dan lebih giat lagi berlatih.

Pengamatan

Pengamatan terhadap siswa dilakukan dalam penerapan metode pembelajaran Quantung Teaching. (1) Pengamatan terhadap kerja sama

siswa dalam kelompok berdasar-kan data hasil observasi kerja sama siswa dalam kelompok saat pengajaran pada siklus I dengan metode Quantung Teaching pada lampiran skor keaktifan

(2) Pengerjaan soal-soal siklus I Perilaku siswa terhadap penger-jaan soal-soal siklus I ada yang serius, ada yang masih acuh tak acuh, ada yang tampak bingung dan belum jelas.

(3) Nilai hasil tes siklus I Berdasar data hasil tes siklus I pada lampiran dapat diketahui nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 6,6. Naik dari nilai sebelum dilakukan pembelajaran metode

Quantum Teaching yaitu 6.1. Refleksi

Berdasar hasil pengamatan hasil analisis nilai test serta wawancara informal dengan siswa pada siklus I diperoleh refleksi pembelajaran sebagai berikut:

1. menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa meskipun ada siswa yang kurang dalam kerjasama dalam kelompoknya. 2. Beberapa siswa masih sibuk

bermain sendiri, bentuk pembelajaran yang diawali dengan menyanyi secara bersama-sama menumbuhkan minat belajar yang lebih baik.

3. Terdapat 56% belum tuntas Perlu ditingkatkan lagi

(6)

546 Siklus II

Pada Siklus II Kompetensi dasar yang mau dicapai adalah Memahami dan menyadari arti hati nurani dan hidup murni serta mampu hidup dalam doa sebagai ungkapan iman, harapan dan kasihnya sebagaimana diwartakan Kristus melalui Gerejanya.

Tujuan pembelajaran: (1) Mema-hami makna hidup murni yang di kehendaki Allah, (2) Menyadari diri sebagai citra Allah, (3) Meniru perjuangan Santa Agatha untuk hidup murni.

Perencanaan

1. Guru mempersiapkan materi yang akan diajarkan.

2. Guru mempersiapkan alat peraga gambar orang yang sedang menyontek tugas temannya.

3. Guru menugaskan kepada siswa untuk membawa Gambar-gambar tentang sikap-sikap murni dan yang tidak murni.

4. Guru mempersiapkan lembar kerja untuk siswa.

5. Guru membagi siswa menjadi kelompok yang terdiri dari 3 kelompok.

Tindakan

Tumbuhkan minat: Guru mem-beri penjelasan tentang makna hidup murni yang di kehendaki Allah.dan memberi penjelasan untuk menyadari diri sebagai citra Allah.

Pemberian pengalaman umum: Pada langkah ini guru memberikan kesempatan siswa untuk menceritakan pengalaman yang telah siswa alami terkait dengan materi hidup murni.. Proses Kegiatan yang dilakukan siswa adalah: (1) Menceritakan tentang gambar perjuangan Santa Agatha

untuk hidup murni, (2) Guru menyu-ruh peserta didik untuk mengung-kapkan makna Kitab suci masing-masing (kej 1:27,1 korintus 6:19-20) dalam bahasanya sendiri.

Penamaan atau penyajian materi: Pada kegiatan ini guru menyampaikan materi yang akan dipelajari secara lengkap setelah siswa menceritakan pengalaman yang telah didapat, sehingga dalam penamaan siswa telah memiliki bekal dan penguasaan materi oleh siswa dapt lebih maksimal.

Demonstrasi pengetahuan sis-wa: Siswa mendemonstrasikan bentuk-bentuk sikap yang menunjuk-kan hati yang murni di depan kelas.

Pengulangan yang dilakukan oleh siswa: siswa menjelaskan kem-bali materi yang telah diberikan dengan penjelasan dan atau dengan mempraktekan langsung.

Perayaan atas usaha siswa: Perayaan dilakukan dengan melaku-kan tepuk tangan bersama-sama ketika jam pelajaran berakhir. Begitu pula jika ada yang tidak berhasil juga diberikan pujian atas usaha yang dilakukan agar tidak patah semangat dan lebih giat lagi berlatih.

Pengamatan

Dampak perlakuan siklus II yang diawali dengan perencanaan, tindakaan dan pengamatan ber-pengaruh pada diri siswa. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada kerja sama siswa dalam kelompok dan hasil nilai tes yang dilakukan. Hasil belajar dapat diketahui peningkatannya yaitu pada nilai sebelum dilakukan pembelajaran, rata-rata 6,6 dengan sesudah dilakukan pembelajaran dengan metode Quan-tum Teaching, rata-rata 7,2.

(7)

547 Tabel 1. Persentase Sikap Siswa

Indikator Siklus I Siklus II

Senang mengikuti pembelajaran 85,20% 90%

Sulit Memahami materi 56% 45%

Tertantang dengan tugas yang diberikan 40% 60%

Diskusi kelompok bermanfaat 83% 95%

Waktu pembelajaran efektif 30% 35%

Tabel 2. Hasil Belajar Siswa

Indikator Pra Siklus Siklus I Siklus II

Jumlah Siswa 9 9 9

Nilai Terendah 30 55 60

Nilai Tertinggi 60 75 85

Nilai Rata-Rata 50 72,5 81,25

Pesentase Ketuntasan Belajar 0% 44,44% 88,88%

Refleksi

Berdasar hasil pengamatan hasil analisis nilai test serta wawancara informal dengan siswa pada siklus II diperoleh refleksi pembelajaran sebagai berikut:

1. Menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa.

2. Terdapat 88,88% yang sudah tuntas dan yang belum tuntas hanya 11,25% lagi siswa yang belum untas untuk lebih ditingkatkan lagi.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik kelas di Sekolah

Dasar Negeri 060869 Gaharu Medan Timur.

2. Meningkatnya Prestasi belajar siswa dapat dilihat dari semakin tingginya keterlibatan siswa dalam aktivitas pembelajaran dan terciptanya suasana pembelajaran yang lebih kooperatif. Suasana pembelajaran yang kondusif berkat metode pembelajaran yang kooperatif memungkinkan siswa untuk menentukan sendiri langkah-langkah dalam mencari penyelesaian masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran, mencerna informasi dan meng-konstruksi sendiri pengetahuan sehingga prestasi siswa dengan sendirinya juga meningkat. 3. Penerapan metode pembelajaran

Quantum Teaching dapat mem-buat pelajaran Agama Katolik yang terkesan menjemukan dapat menjadi lebih menyenangkan.

(8)

548 DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Arikunto, S. 2010. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, PT. Bumi Aksara

Harsanto, R. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis, Yogyakarta: Kanisius.

Johnson, E. B. 2011. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikan Dan Bermakna. Bandung: Penerbit Kaifa.

Kunandar. 2009. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Pprofesi Guru, Jakarta: Rajawali Pers

KWI, K. K. 2007. Silabus Pendidikan Agama Katolik untuk SD,

Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suciati, dkk. 2005. Belajar dan

Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka.

(9)

Gambar

Tabel 2. Hasil Belajar Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif

Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PKn siswa kelas VI SDN Sumber VI Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 melalui metode pembelajaran

Tujuan penelitian tindakan kelas ini untuk menemukan peningkatan hasil belajar matematika, keaktifan siswa, dan keterampilan guru dalam mengelola kelas setelah

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika peserta didik. Tindakan yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut

Abstrak: Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran peningkatan Hasil Belajar Murid Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah agar mengetahui peningkatan hasil belajar Fikih materi Qurban dengan menggunakan metode team quiz pada

Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan model Problem Based Learning

Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitan tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Kristen Melalui Metode Belajar