• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN ISTRI DALAM RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF KEADILAN GENDER (Studi Kasus Di Dusun Watu Agung Desa Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN ISTRI DALAM RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF KEADILAN GENDER (Studi Kasus Di Dusun Watu Agung Desa Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang) - Test Repository"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN ISTRI DALAM RUMAH TANGGA

DALAM PERSPEKTIF KEADILAN GENDER

(Studi Kasus Di Dusun Watu Agung Desa Suruh Kecamatan Suruh

Kabupaten Semarang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Viani Rahmawati

NIM : 21114015

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

PERAN ISTRI DALAM RUMAH TANGGA

DALAM PERSPEKTIF KEADILAN GENDER

(Studi Kasus Di Dusun Watu Agung Desa Suruh Kecamatan Suruh

Kabupaten Semarang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Viani Rahmawati

NIM : 21114015

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)

iv

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Viani Rahmawati NIM : 21114015

Judul :PERAN ISTRI DALAM RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF KEADILAN GENDER (Studi Kasus Di Dusun Watu Agung Suruh Desa Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang)

dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagimana mestinya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 10 Agustus 2018 Pembimbing,

(5)

v

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

PERAN ISTRI DALAM RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF KEADILAN GENDER

(Studi Kasus Di Dusun Watu Agung Desa Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang)

Oleh: Viani Rahmawati

NIM : 21114015

telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari‟ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Selasa, tanggal 21 Agustus 2018, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS SYARI’AH

Jl. Nakula Sadewa V No.9 Telp.(0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Viani Rahmawati NIM : 21114015

Jurusan : Hukum Keluarga Islam Fakultas : Syari‟ah

Judul Skripsi : PERAN ISTRI DALAM RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKIF KEADILAN GENDER (Studi Kasus Di Dusun Watu Agung Desa Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang)

menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 10 Agustus 2018 Yang menyatakan

(7)

vii

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku ibu Siti Yatimah dan bapak Toyibin yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh kasih sayang dan cinta serta pengorbanan baik secara lahir maupun batin dengan iringan do‟a restu

sehingga aku bisa seperti sekarang.

2. Kakakku Mas Zainul Muttaqin dan adikku Ahmad Mutho‟in terimakasih atas do‟a dan motivasi yang tercurahkan tanpa batas dan lelah.

3. Kepada ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku pembimbing dan sekaligus sebagai dekan Fakultas Syari‟ah serta motifator juga pengarah sampai

selesainya penulisan skripsi ini.

4. Kepada bapak Sukron Ma‟mun, M.Si selaku Ketua Program Studi Hukum Keluarga Islam.

5. Seluruh bapak ibu dosen yang telah bersedia memberikan ilmu kepada penulis dan terima kasih atas dorongan dan motivasinya.

6. Bulek Sri Munjayani, dan bapak Wahyono yang sudah seperti ibu dan bapak kedua bagi saya, yang memberikan kasih sayang tulus dan dukungan moril untuk saya.

7. Teman berjuangku Mas Muhammad Sarwo Edy, tak lupa juga sahabatku Ringayatunnisa‟, Siti Aisah, Isnataini Nur Fitriana, Mas Mutoharul Janan dan Yazid Hasan yang selalu mendo‟akan dan selalu memperhatikanku dalam

(9)

ix

8. Kawan-kawan seperjuangan angkatan 2014 wabil khusus program studi HKI yang telah memberikan kegembiraan, motivasi dan semangat belajar.

9. Seluruh kaum muslimin dan muslimat yang senantiasa menuntut ilmu, selalu senang belajar, berlatih, berkarya dalam memahami makna hidup hingga mencapai tujuan keridloan Allah Swt. Sang Pencipta.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil‟alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, inayah serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.). Adapun judul skrisi ini adalah “PERAN ISTRI DALAM RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF

KEADILAN GENDER (Studi Kasus di Dusun Watu Agung Desa Suruh

Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang)”

Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Sukron Ma‟mun, M.Si. selaku Ketua Program Studi HKI IAIN Salatiga.

3. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh keikhlasan dan

kesabaran, yang telah mencurahkan tenaga dan pikiran serta mengorbankan

waktunya dalam membimbing sehingga terwujudnya penulisan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan perpustakaan dan seluruh Sivitas Akademik IAIN Salatiga yang telah banyak membimbing dan membantu

(11)

xi

5. Ibu-ibu rumah tangga beserta suami di Dusun Watu Agung Desa Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang yang telah berbagi cerita tentang

kehidupan rumah tangga, dan memberikan kesempatan untuk penulis

menyusun penelitian ini serta membantu menyelesaikan skripsi.

6. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan moral dan spiritual, yang selalu mencurahkan kasih sayang, memberikan semangat dan dukungan serta

mendo‟akan saya, selama saya menempuh studi di IAIN Salatiga yang selalu

megharapkan keberhasilan saya.

7. Sahabat senasib seperjuangan HKI angkatan 2014 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Dalam hal ini penulis menyadari masih banyak kekurangan baik teknik

penyusunan maupun isi, karena keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu

penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari para pembaca.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini memberikan sumbangsih bagi

pengembangan dunia khususnya Hukum Keluarga Islam.

Salatiga, 10 Agustus 2018 Penulis

Viani Rahmawati

(12)

xii ABSTRAK

Rahmawati, Viani. 2018 “Peran Istri dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Keadilan Gender (Studi Kasus Di Dusun Watu Agung Desa Suruh

Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang)”. Skrispi. Fakultas

Syari‟ah. Jurusan Hukum Keluarga Islam, Institut Agama Islam Negeri. Pembimbing: Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Kata Kunci: Peran Istri, dan Keadilan Gender

Dalam kehidupan rumah tangga, suami dan istri memiliki hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh keduanya. Hak dan kewajiban tsersebut yang menjadikan terealisasinya peran, tugas, dan peran suami istri dalam mengarungi kehidupan rumah tangganya. Yang mana istri berperan sebagai ibu rumah tangga yang bertugas sebagai pemimpin dalam rumah tangganya untuk mengurus dan mengatur kehidupan rumah tangganya dengan baik. Dan suami istri wajib saling melengkapi dan tolong-menolong dalam mengurus rumah tangga. Dimana pelaksanaan peran mereka sebagai suami istri dapat dilihat dalam undang-undang perkawinan di Indonesia, Kompilasi Hukum Islam, dan kesetaraan gender.

Permasalahan gender sangat beragam, dimulai dari masalah domestik hingga masalah publik. Salah satu permasalahan gender yang sering terjadi yaitu masalah kehidupan rumah tangga. Yang mencakup juga tentang masalah ketidakseimbangan peran, ketidakadilan, dan ketidaksetaraan antara suami dan istri. Berdasarkan latar belakang di atas, kemudian peneliti merumuskan ke dalam tiga pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk-bentuk aktualisasi peran istri dalam rumah tangga? 2. Bagaimana respon suami terhadap peran istri dalam rumah tangga? 3. Apakah peran istri dalam rumah tangga sesuai dengan UU No 1 tahun1974, Hukum Islam, dan adil gender?

Sehubungan dengan pertanyaan di atas peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dan pendekatannya melalui pendekatan yuridis-normatif. Metode yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan langsung dengan para ibu rumah tangga.

(13)

xiii

A. Latar Belakang Masalah ___________________________________ 1 B. Rumusan Masalah ________________________________________ 6 C. Tujuan Penelitian _________________________________________ 7 D. Kegunaan Penelitian ______________________________________ 7 E. Penegasan Istilah _________________________________________ 8 F. Telaah Pustaka ___________________________________________ 9 G. Metode Penelitian ________________________________________ 11 H. Sistematika Penulisan _____________________________________ 18 BAB II: GAMBARAN UMUM TENTANG PERKAWINAN DAN PERAN ISTRI DALAM RUMAH TANGGA

(14)

xiv

BAB III: GAMBARAN SINGKAT TENTANG DAERAH PENELITIAN DAN PROFIL ISTRI DALAM RUMAH TANGGA DI DUSUN WATU AGUNG

A.Gambaran Singkat Daerah Wilayah Penelitian __________________ 48 B. Profil Istri Dalam Rumah Tangga Di Dusun Watu Agung _________ 53 1. Profil Istri Yang Bekerja _______________________________ 54 2. Profil Istri Yang Tidak Bekerja __________________________ 60 3. Bentuk Aktualisasi Peran Istri Dalam Rumah Tangga _________ 66 4. Respon Suami Terhadap Peran Istri Dalam Rumah Tangga ____ 83 BAB IV: ANALISIS PERAN ISTRI DALAM RUMAH

TANGGA PERSPEKTIF HUKUM DAN ADIL GENDER

A. Bentuk Aktualisasi Peran Istri Dalam Rumah Tangga ____________ 97 B. Respon Suami Terhadap Peran Istri Dalam Rumah Tangga ________ 102 C. Kesesuaian Peran Istri Dalam Rumah Tangga Perspektif Hukum

Dan Adil Gender _________________________________________ 105 BAB V: PENUTUP

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Surat Penunjukkan Pembimbing 2. Lembar Surat Izin Observasi

3. Lembar Konsultasi Skripsi

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia terdapat banyak macam agama dan keyakinan. Salah satunya adalah agama Islam. Agama Islam merupakan agama yang baik dan sempurna tanpa cacat sedikitpun. Yang mana agama Islam adalah agama yang mengatur segala aspek kehidupan seluruh umat manusia termasuk dalam aspek dan persoalan membentuk suatu keluarga atau pernikahan.

Allah menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi ini berpasang-pasangan termasuk laki-laki dan perempuan. Namun, Allah juga membatasi pergaulan antar laki-laki dan perempuan. Maka dari itu, Allah menurunkan syari‟at Islam yang mengatur hubungan antara laki-laki

perempuan. Salah satu aturan tersebut yaitu melalui sebuah pernikahan. Pernikahan adala satu-satunya sarana untuk membuat sebuah ikatan yang bernama keluarga (Nurul, 2016 : 1)

(17)

2

pernikahan yang mana dengan tujuan untuk mendapatkan ketenteraman hidup dengan penuh cinta dan kasih, kebahagiaan hidup dunia akhirat serta berkembang biak untuk memperoleh keturunan.

Segala sesuatu yang Allah ciptakan pasti mempunyai hikmah tidak terkecuali pernikahan itu sendiri. Seorang laki-laki dan perempuan merupakan mitra dalam sebuah rumah tangga. Suami dan istri mempunyai peranan masing-masing dalam menjalankan fungsinya, namun dalam peranan tersebut antara suami istri harus saling melengkapi satu sama lain agar tercipta rumah tangga yang harmonis dan dapat mengarungi kehidupan rumah tangga yang tenang sehingga memunculkan kehidupan yang stabil (Al Jarwani, 1997 : 309).

Ketika memasuki kehidupan pernikahan, laki-laki dan perempuan memiliki peran baru yang merupakan konsekuensi dari pernikahan. Menurut Undang – Undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 Pasal 1, pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dilihat bahawa laki-laki akan memiliki peran baru sebagai seorang suami,sementara wanita akan berperan sebagai seorang istri (Dyah, 2015 : 72).

(18)

3

memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain. Sebagaimana halnya dalam kacamata hukum Islam menerapkan pola struktural dalam rumah tangga itu sendiri merupakan subordinasi yang mana pola itu masih sangat terikat dengan agama, budaya dan tradisi, sedangkan dalam kacamata hukum formal menerapkan pola struktural dalam rumah tangga tersebut merupakan sejajar yang mana antara suami istri dalam mengarungi bahtera rumah tangganya itu saling melengkapi dengan memenuhi hak dan kewajibannya masing-masing. Serta saling berbagi peran dan tugas antara suani dan istri secara adil.

Suami juga berperan sebagai mitra istri yaitu menjadi teman setia yang menyenangkan dan selalu ada disaat suka maupun duka dengan selalu menyediakan waktu untuk berbincang dan menghabiskan waktu senggang dengan sang istri. Sebagai suami juga harus berperan untuk mengayomi atau membimbing istri agar selalu tetap berada di jalan yang benar. Selain menjadi rekan yang baik untuk istri,suami juga dapat membantu meringankan tugas istri,seperti mengajak anak-anak bermain atau berekreasi serta memberikan waktu-waktu luang yang berkualitas untuk anak di sela-sela kesibukan suami dalam mencari nafkah (Sri Lestari, 2015 : 73).

(19)

4

pasangan hidupnya. Istri dapat diajak untuk berdiskusi mengenai berbagai macam permasalahan yang terjadi dan juga berbincang tentang hal-hal yang ringan. Istri sebagai pendorong dan penyemangat demi kemajuan suami di bidang pekerjaannya (Putri, 2015 : 73).

Selain hal tersebut diatas, biasanya ada bebrapa hal lagi yang secara tidak terasa sering terlupakan yakni tentang terealisasinya pola struktural dalam keluarga itu sendiri dalam menjalankan peran dan tugas masing-masing antara suami istri agar dapat menjalankan kehidupan rumah tangga tersebut secara stabil,tenang dan harmonis. Sebagaimana dalam menjalankan peran dalam rumah tangga antara suami istri itu biasanya menerapkan pola subordinasi ataupun sejajar (saling melengkapi).

Namun sebaliknya, sering juga kita amati, kita dengar dan kita lihat di sekitar lingkungan masyarakat sendiri peran istri ataupun suami yang kurang baik dalam keluarga. Ada realitas sosial kebudayaan yang paradoks. Perempuan, di satu sisi, diagungkan, dibutuhkan dan menjadi pilar kebudayaan bangsa, tetapi di sisi lain mereka dinilai rendah, diposisikan secara subordinat, dihargai separoh dan karena itu lalu lahir beragam bentuk permasalahan yang muncul (Mudhofar, 2002 :273)

(20)

5

sama. Yang mana dalam realitanya di Dusun Watu Agung Desa Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang terdapat beberapa pasangan suami istri yang mengalami masalah keluarga yang disebabkan karena ketidakseimbangan, ketidakadilan bahkan diskriminasi dalam menjalankan peran dalam kehidupan rumah tangganya. Dengan berubahnya zaman, dalam menjalankan kehidupan rumah tangga sendiri pun pasti akan mengalami koyakan yang berbeda pula. Seperti yang terjadi pada beberapa pasangan suami istri di Dusun Watu Agung yang mengalami masalah-masalah keluarga, misalnya yang mana istri mulai berkeinginan mendominasi segala sesuatu yang terjadi dalam keluarga, suami istri sama-sama bekerja dan juga istri masih harus bekerja di dalam rumah untuk menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga, serta begitu pula suami yang bertindak otoriter terhadap istri. Begitu sebaliknya, banyak pula yang mana sang suami lebih didominasi oleh istri dalam kehidupan sehari-hari. Dan banyak pula terjadi ketidakseimbangan peran antara suami istri dalam rumah tangga mereka.

(21)

6

sehingga dapat mewujudkan rumah tangga yang harmonis, tentram, kekal, dan langgeng untuk selamanya. Sebagaimana yang telah menjadi tujuan dari pernikahan dan kehidupan rumah tangga itu sendiri.

Dengan adanya realita tersebut menggambarkan bahwa nilai keadilan gender di dalam kehidupan rumah tangga belum banyak dirasakan oleh banyak pasangan suami istri. Mengutip dalam terjemah Yusuf Wibisono yang berasal dari buku yang berjudul “La Civilization des Arabes” Oleh Le Bon berbunyi “sebuah pengakuan bahwa telah nyata

ajaran Islam memperjuangkan hak-hak perempuan secara proporsional bukan atas dasar suatu persaingan gender, melainkan keharmonisan yang dapat digambarkan dengan keadaan bahwa istri berada di samping suami, bukan di bawahnya (Erfani, 2017 : 141).

Berangkat dengan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengetahui tentang bentuk-bentuk aktualisasi peran istri dalam rumah tangga. Oleh karena itu penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “PERAN ISTRI DALAM RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF

KEADILAN GENDER (Studi Kasus di Dusun Watu Agung Desa Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang).

B. Rumusan Masalah

Berkenaan dengan permasalahan di atas peneliti dirasa perlu untuk menelitinya dengan rumusan masalah sebagai berikut:

(22)

7

3. Apakah peran istri dalam rumah tangga sesuai dengan Undang-Undang No 1 Tahun 1974, Hukum Islam, dan adil gender?

C. Tujuan Penelitian

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa setiap kegiatan atau aktifitas yang dilakukan seseorang pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui bentuk-bentuk aktualisasi peran istri dalam rumah tangga. 2. Mengetahui respon suami terhadap peran istri dalam rumah tangga. 3. Mengetahui kesesuaian peran istri dalam rumah tangga dengan

Undang-Undang No 1 Tahun 1974, Hukum Islam, dan adil gender.

D. Kegunaan Peneleitian

Adapun manfaat dan kegunaan dari penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

(23)

8 2. Secara Praktis

Penelitian ini dapat memberikan sumber keilmuan tentang agama bagi umat Islam khususnya tentang pernikahan, pembagian peran dan tugas dalam kehidupan berkeluarga yang harmonis, serta dapat dijadikan referensi untuk kegiatan seminar maupun sejenisnya. Selain itu memberikan pengetahuan kepada masyarakat khususnya para pasangan suami istri agar dapat menjalani dan mewujudkan kehidupan rumah tangga yang luas tanpa batas, harmonis, dan adil sesuai peran dan tugasnya sebagai suami istri.

E. Penegasan Istilah

1. Peran, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu tindakan yang dibebankan dan dilakukan oleh seseorang.

2. Istri, adalah seorang wanita (perempuan) yang telah menikah atau bersuami.

3. Rumah Tangga, adalah suatu kumpulan dari masyarakat terkecil yang terdiri dari pasangan suami istri dan anak-anak.

4. Keadilan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu sifat (perbuatan atau perlakuan) yang adil bagi semua manusia.

5. Gender, berasal dari bahasa Inggris gender yang berarti jenis kelamin (Echols&Shadily, 2007 : 332).

Akan tetapi, yang dimaksud gender di sini bukan berarti jenis kelaminnya melainkan seperti yang dijelaskan dalam Webster’s New

(24)

9

antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku.” Juga di dalam Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat (Nasaruddin, 1999 : 33-34).

F. Telaah Pustaka

Penelitian yang menyangkut tentang Peran Istri Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Keadilan Gender telah dilakukan oleh peneliti yang bernama Ahmad Syarifudin Idris dengan judul Hak Reproduksi Perempuan (Istri) Perspektif Keadilan Gender. Penelitian ini membahas tentang pandangan Islam terhadap hak reproduksi istri, nilai adil gender dan hak reproduksi istri dalam Islam sesuaikah dengan keadilan gender.

(25)

10

Demikian pula dalam penelitiannya Yeni Fauziah dengan judul

Hak Dan Kewajiban Suami Isteri Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Nilai Keadilan Gender Terhadap Kewajiban Mendidik Anak). Penelitian membahas tentang hak dan kewajiban suami istri dalam Islam, konsep kesetaraan gender dalam Islam, dan pembagian peran antara suami istri dalam mendidik anak tanpa menafikan konsep kesetaraan gender.

Selain itu penulis juga menemukan penelitian yang memilili tema yang sama yaitu oleh peneliti Endang Lestari Hastuti dengan judul

Hambatan Sosial Budaya Dalam Pengarusutamaan Gender Di Indonesia.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa ditinjau dari jumlah penduduk dan kondisi perempuan di Indonesia pengarusutamaan gender di dalam program-program pembangunan sangat diperlukan. Terlebih-lebih bila dilihat dari kondisi kritis yang terus berkepanjangan, dimana perempuan terkena dampak yang paling berat. Hal ini antara lain masih kuatnya budaya bahwa perempuan sebagai pengurus dan pengelola keluarga/rumah tangga.

(26)

11

dengan menggunakan teknik wawancara semiterstruktur. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pasangan suami istri berbagi peran dalam tiga area yakni pengambilan keputusan, pengelolaan keuangan keluarga, dan pengasuhan anak; (2) proses pelaksanaan peran-peran tersebut bersifat fleksibel; (3) suami lebih banyak berperan dalam hal pengambilan

keputusan sedangkan istri dalam pengelolaan keuangan dan pengasuhan anak. Upaya menjaga keselarasan hubungan sebagai pasangan tetap diutamakan dalam pelaksanaan peran-peran tersebut. Dapat disimpulkan bahwa bahwa ajaran rukun tetap menjadi pedoman dalam hubungan pasangan suami istri di dalam keluarga Jawa.

Kelima penelitian tersebut memiliki tema yang sama, namun yang menjadi perbedaannya adalah terletak pada fokus peneletiannya. Begitu pula dalam hal ini penelitian ini juga berbeda dengan penelitian yang sudah ada, penelitian ini berfokus pada bentuk-bentuk aktualisasi peran istri dalam rumah tangga, respon suami terhadap istri dalam rumah tangga dan kesesuaian peran istri dalam rumah tangga menurut UU No 1 Tahun 1974, Hukum Islam, dan juga adil gender.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

(27)

12

dibahas yaitu bagaimana bagaimana kondisi keluarga, istri dalam mengaktualisasikan perannya. Selain itu penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, karena dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan gejala secara menyeluruh melalui pengumpulan data di lapangan dan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiyah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiyah (Chusaeni, 2016: 9).

Sedangkan dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis-normatif yang digunakan untuk mengetahui bagaimana bentuk –bentuk aktualisasi peran istri dalam rumah tangga, respon suami

terhadap peran istri dalam rumah tangga di Dusun Watu Agung Desa Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.

(28)

13

yang membuka peluang terjadinya praktik eksploitasi terhadap lingkungan hidup di masyarakat.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun Watu Agung Desa Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Di dusun ini mayoritas penduduknya beragama Islam bahkan dapat dikatakan bahwa hampir 100% penduduk beragama Islam dan tingkat pendidikan yang stabil, akan tetapi terdapat beberapa pasangan suami Istri yang mengalami masalah ketidakseimbangan dalam menjalani dan menerapkan peran dan tugas sebagai suami istri sebagaimana mestinya. Maka penulis tertarik untuk meneliti dusun tersebut.

3. Sumber Data

(29)

14

Data yang penulis gunakan dalam peneltian ini meliputi:

a. Data Primer

Sumber dan data jenis penelitian ini adalah ibu rumah tangga di Dusun Watu Agung, yang pada ibu rumah tangga tersebut diperoleh kata-kata dan tindakan subjek serta gambaran expresi, sikap dan pemahaman dari subjek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi data. Data atau informasi tersebut diperoleh secara langsung dari orang-orang yang dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji, dan bersedia memberi data atau informasi yang diperlukan. Sedangkan untuk pengambilan data dilakukan dengan bantuan catatan lapangan, bantuan foto atau apabila memungkinkan dengan bantuan rekaman suara handphone. Sementara itu observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.

b. Data Sekunder

(30)

15 4. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, digunakan metode-metode sebagai berikut:

a. Metode Wawancara Mendalam

Dalam metode ini penulis menggunakan teknik interview guide yaitu cara pengumpulan data dengan menyampaikan secara langsung daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya guna memperoleh jawaban yang langsung pula dari responden.

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara mendalam yang diarahkan pada masalah tertentu dengan cara informan yang sudah dipilih untuk mendapatkan data yang diperlukan. Teknik wawancara yang digunakan ini dilakukan seacara tidak terstruktur, dimana peneliti tidak melakukan wawancara dengan struktur yang ketat kepada informan agar informasi yang diperoleh memiliki kapasitas yang cukup tentang berbagai aspek dalam penelitian ini.

b. Metode Dokumentasi

(31)

16

dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, peraturan rapat, catatan harian, dan sebagainya.

c. Metode Observasi dan Pengamatan

Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung kepada objek penelitian. Metode ini digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi lingkungan di Dusun Watu Agung Desa Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Pengamatan ini termasuk juga di dalamnya peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun langsung diperoleh dari data (Chusaeni, 2016:12).

d. Metode Analisis Data

(32)

17 1) Pengecekan Keabsahan Data

Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan pengecekan data yang disebut validitas data. Untuk menjamin validitas data akan dilakukan triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Validitas data akan membuktikan apakah data yang diperoleh sesuai dengan apa yang ada dilapangan atau tidak.

a. Tahap-tahap Penelitian

1. Penelitian Pendahuluan

Penulis mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan nikah dan buku lain yang berhubungan dengan pencatatan nikah.

2. Pengembangan Desain

(33)

18

permasalahan peran dalam rumah tangga pasangan suami istri.

b. Penelitian Sebenarnya

Penulis melakukan penelitian dengan cara terjun langsung ke lokasi penelitian untuk meneliti secara lebih mendalam tentang kasus yang sebenarnya terjadi mengenai permasalahan peran dan tugas suami istri dalam rumah tangga di Dusun Watu Agung Desa Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.

H. Sistematika Penulisan

Dalam menyusun skripsi ini penulis membagi ke dalam beberapa bab dan masing-masing bab mencakup beberapa sub bab yang berisi sebagai berikut:

a. BAB I : PENDAHULUAN

(34)

19

b. BAB II : GAMBARAN UMUM TENTANG PERKAWINAN DAN

PERAN ISTRI DALAM RUMAH TANGGA

Berisi tentang gambaran umum tentang perkawinan, peran istri, hak-hak dan kewajiban suami istri serta kehidupan rumah tangga dalam realita menurut Hukum dan perspektif gender, juga paparan Keadilan Gender, membahas tentang pengertian gender, konsep kesetaraan gender, dan kesetaraan gender dalam Islam

c. BAB III : GAMBARAN SINGKAT TENTANG DAERAH PENELITIAN DAN PROFIL ISTRI DALAM RUMAH TANGGA DI DUSUN WATU AGUNG

Berisi mengenai gambaran kondisi umum Desa Suruh, bentuk – bentuk aktualisasi peran istri dalam rumah tangga, dan respon suami terhadap peran istri dalam rumah tangga.

d. BAB IV : ANALISIS PERAN ISTRI DALAM RUMAH TANGGA PERSPEKTIF HUKUM DAN GENDER

Berisi tentang kesesuaian peran istri dalam rumah tangga menurut Undang-Undang, Hukum Islam, dan adil gender.

e. BAB V : PENUTUP

(35)

20

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG PERKAWINAN DAN

PERAN ISTRI DALAM RUMAH TANGGA

A. Gambaran Umum tentang Perkawinan

1.

Pengertian Perkawinan

Perkawinan adalah terjemahan dari kata nakahadan zawaja. Kedua kata inilah yang menjadi istilah pokok dalam al-Qur‟an untuk menunjuk perkawinan (pernikahan). Dengan demikian, dari sisi bahasa perkawinan berarti berkumpulnya dua insan yang semula terpisah dan berdiri sendiri, menjadi satu kestuan yang utuh dan bermitra sebagai pasangan.

Menurut sebagian ulama Hanafiah, “nikah adalah akad yang

memberikan faedah (mengakibatkan) kepemilikan untuk bersenang-senang secara sadar (sengaja) bagi seorang pria dengan seorang wanit, terutama guna mendapatkan kenikmatan biologis”. Sedangkan

menurut sebagian mazhab Maliki, nikah adalah sebuah ungkapan, sebutan atau titel bagi suatu akad yang dilaksanakan dan dimaksudkan untuk meraih kenikmatan seksual semata”.

Oleh mazhab Syafi‟iah, nikah dirumuskan dengan “akad yang

menjamin kepemilikan untuk bersetubuh dengan menggunakan redaksi (lafal) “inkah atau tazwij; atau turunan (makna) dari keduanya.”

(36)

21

(yang dilakukan dengan menggunakan) kata inkah atau tazwij guna mendapatkan kesenangan (bersenang-senang).” (Summa, 2005 : 45)

Sedangkan perkawinan menurut istilah, yang mana menurut Muhammad Abu Zahrah, perkawinan adalah akad (transaksi) yang menghalalkan hubungan seorang laki-laki (suami) dengan seorang perempuan (isteri), dan saling menolong di antara keduanya, dan saling memiliki hak dan kewajiban (Khoiruddin, 2009 : 238- 240)

Pernikahan menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sedangkan Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

Sedangkan perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

(37)

22

ِرَصَبْلِل ُّضَغَأ ُهَّنِإَف ،ْجَّوَزَ تَيْلَ ف َةَءاَبْلا ُمُكْنِم َعاَطَتْسا ِنَم ، ِباَبَّشلا َرَشْعَم اَي

ٌءاَجِو ُهَل ُهَّنِإَف ،ِمْوَّصلاِب ِهْيَلَعَ ف ْعِطَتْسَي ْمَل ْنَمَو ،ِجْرَفْلِل ُنَصْحَأَو

“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa; karena puasa dapat menekan syahwatnya (sebagai tameng).”

2.

Prinsip-prinsip Perkawinan

Dalam rumah tangga yang Islami, seorang suami dan istri harus saling memahami kekurangan dan kelebihannya, serta harus tahu pula hak dan kewajibannya serta memahami tugas dan fungsinya yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Sehingga upaya untuk mewujudkan perkawinan dan rumah tangga yang mendapat keridho‟an Allah dapat terealisir. Hal ini dijelaskan dalam prinsip

-prinsip perkawinan yang dapat digunakan sebagai acuan pasangan suami istri dalam mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warrahmah.

Dalam buku Amiur Nuruddin yang merujuk pendapat M. Yahya Harahap asas-asas yang dipandang cukup prinsip dalam Undang-Undang perkawinan, yaitu:

a. Menampung segala kenyataan-kenyataan yang hidup dalam masyarakat bangsa Indonesia dewasa ini. Undnag-undang perkawinan menampung di dalamnya segala unsur-unsur ketentuan hukum adama dan kepercayaan masing-masing.

(38)

23

ekonomi, ilmu pengetahuan teknologi yang telah membawa implikasi mobilitas sosial di segala lapangan hidup dan pemikiran. c. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga bahagia yang

kekal. Tujuan perkawinan ini dapat dielaborasi menjadi tiga hal.

Pertama, suami istri saling bantu membantu serta saling lengkap melengkapi. Kedua, masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya dann untuk pengembangan kepribadian itu suami istri harus saling membantu. Ketiga, tujuan terakhir yang ingin dikejar oleh keluarga bangsa Indonesia ialah keluarga bahagia yang sejahtera spritual dan material.

d. Kesadaran akan hukum agama dan keyakinan masing-masing warga negara bangsa Indonesia yaitu perkawinan harus dilakukan berdasarkan hukum agama dan kepercayaan masing-masing. Hal ini merupakan crusial point yang hampir menggelamkan undang-undang ini. Di samping itu perkawinan harus memenuhi administratif pemerintahan dalam bentuk pencatatan (akta nikah). e. Undang-undang perkawinan menganut asas monogami akan tetapi

tetap terbuka peluang untuk melakukan poligami selama hukum agamanya mengizinkannya.

f. Perkawinan dan pembentukan keluarga dilakukan oleh pribadi-pribadi yang telah matang jiwa dan raganya.

g. Kedudukan suami istri dalam kehidupan keluarga adalah seimbang, baik dalam kehidupan rumah tangga maupun pergaulan masyarakat (Amiur dkk, 2004 : 50-52)

Dalam perspektif yang lain, terdapat dalam buku Amiur Nuruddin yang merujuk pada pendapat Musdah Mulia menjelaskan bahwa prinsip perkawinan tersebut ada empat yang didasarkan pada ayat-ayat Al-Qur‟an, yaitu:

a. Prinsip kebebasan dalam memilih jodoh

Prinsip ini sebenarnya kritik terhadap tradisi bangsa Arab yang menempatkan perempuan pada posisi yang lemah, sehingga untuk dirinya sendiri saja ia tidak memiliki kebebasan untuk menentukan apa yang terbaik pada dirinya. Oleh sebab itu kebebasan memillih jodoh adalah hak dan kebebasan bagi laki-laki dan perempuan sepanjang tidak bertentangan dengan syari‟at Islam.

b. Prinsip mawaddah wa rahmah

(39)

24

untuk mencapai ridha Allah di samping tujuan yang bersifat biologis.

c. Prinsip saling melengkapi dan melindungi

Prinsip ini didasarkan pada firman Allah Swt.yang terdapat pada surah al-Baqarah ayat 187 yang menjelaskan istri-istri adalah pakaian sebagaimana layaknya dengan laki-laki juga sebagai pakaian untuk wanita. Perkawinan laki-laki dan perempuan dimaksudkan untuk saling membantu dan melengkapi, karena setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan.

d. Prinsip mu’asarah bi al-ma’ruf

Prinsip ini didasarkan pada firman Allah yang terdapat pada surah an-Nisa‟ ayat 19 yang memerintahkan kepada setiap laki-laki untuk memperlakukan istrinya dengan cara yang ma‟ruf. Di dalam prinsip ini sebenarnya pesan utamanya adalah pengayoman dan penghargaan kepada wanita (Amiur dkk, 2004 : 52-53)

3.

Tujuan Perkawinan

Dalam Islam perkawinan itu merupakan suatu ibadah yang dilaksanakan untuk mentaati perintah Allah Swt. Yang mana dalam perkawinan itu sendiri bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Selain itu, perkawinan juga bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal (Amiur dkk, 2004 : 54)

Kaitannya dengan tujuan perkawinan, ada ayat al-Qur‟an yang mengisyaratkan tujuan perkawinan, yang mana terdapat lima tujuan umum dan sekaligus sebagai tujuan pokok yaitu, untuk membangun keluarga sakinah, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Ar- Rum ayat 21:

(40)

25

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” (Ar-Rum 21).

Dengan demikian, dalam Islam dapat diketahui tujuan perkawinan itu diantaranya :

a. mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

b. regenerasi dan/atau pengembangbiakan umat manusia (reproduksi) di bumi, dan secara tidak langsung sebagai jaminan eksistensi agama Islam.

c. pemenuhan kebutuhan biologis (sesksual). d. tujuan enjaga kehormatan.

e. tujuan ibadah (Nasution, 2009 :225-229)

Tujuan-tujuan ini juga didukung sejumlah sunnah nabi Muhammad Saw. Diantaranya, nabi Muhammad mempunyai harapan pribadi bahwa umatnya akan berjumlah banyak pada akhir zaman nanti. Karena itu, nabi mengajak untuk hidup berkeluarga dan menurunkan serta mengasuh anak-anak mereka agar menjadi muslim saleh. Beliau juga memuji isteri yang bisa memberikan anak banyak bagi suaminya. Sebab banyak anak akan mengembangkan Islam di segala zaman (Khoiruddin, 2009 : 230)

(41)

26

masing-masing yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

B. Peran Istri Dalam Rumah Tangga

Definisi peran tradisional perempuan pertama kali dikenal akibat gelombang feminisme yang muncul di Amerika pada abad ke-19. Menurut Soenarjati-Djajanegara dalam buku karangan Sugihastuti dan Itsna, kemunculan gelombang feminisme ini merupakan reaksi atas hegemoni dan kekuasaan pihak laki-laki yang dengan mutlak melabeli sifat, sikap, maupun aktivitas kaum perempuan. Seluruh peradaban menurut Karen Horney, merupakan peradaban kaum laki-laki. Sebagai pihak berkuasa, laki-laki melegitimasikan kekeuasaannya dalam berbagai institusi seperti negara, hukum, moralitas, agama, dan ilmu pengetahuan. Kekuasaan pihak laki-laki tersebut, salah satunya memunculkan citra tentang peran perempuan tradisonal.(Itsna dkk, 2007 : 280)

Hubungan yang dijalin oleh pasangan laki-laki dan perempuan yang disahkan dalam ikatan pernikahan telah menghasilkan beragam peran yang disandangkan kepada masing-masing pihak dalam menjalankan kehidupan rumah tangganya. Dalam kehidupan mahligai rumah tangga, perempuan digambarkan memiliki peran yang telah lumrah disandangkan oleh pihak laki-laki yakni sebagai istri, ibu, dan ibu rumah tangga.

(42)

27

menjalankan tugasnya, perempuan hanya bertujuan menunjang serta membantu suami. Berbeda dengan suami yang memegang peran utama dalam kehidupan bermasyarakat, seorang istri hanya merupakan penunjang yang bertugas menyelesaikan segala pekerjaan keluarga dan rumah tangga. Perempuan sebagai istri ialah membantu suami agar tenang dan leluasa melakukan pekerjaan serta mencari nafkah untuk keluarganya (Sugihastuti dkk, 2007 : 283)

1. Hak dan Kewajiban Suami Istri

Dalam Al-Qur‟an dijelaskan pernikahan dengan mitsaqan ghalidzan,janji yang sangat kuat. Ini mengisyaratkan bahwa pernikahan itu merupakan perjanjian serius antara mempelai pria (suami) dengan mempelai perempuan (istri). Karenanya pernikahan yang sudah dilakukan itu harus dipertahankan kelangsungannya.

Dalam hubungan suami istri dalam rumah tangga hak suami merupakan kewajiban bagi istri, sebaliknya kewajiban suami merupakan hak bagi istri. Adapun kewajiban suami terhadap istrinya dapat dibagi menjadi dua bagian :

1) Kewajiban yang bersifat materi

Kewajiban materi suami terhadap istri di samping mahar yang diberikannya waktu akad nikah adalah nafaqah dalam bentuk makanan, pakaian dan tempat tinggal. Adapun ukuran pemberian nafkah tersebut menurut kadar kemampuan suami.

(43)

28

Menggauli istrinya secara baik dan patut, menjaganya dari segala sesuatu yang mungkin melibatkannya pada suatu perbuatan dosa dan maksiat atau ditimpa oleh sesuatu kesulitan dan mara bahaya. 3) Kewajiban istri terhadap suaminya yang merupakan hak suami

dari istrinya adalah :

Menggauli suaminya secara layak sesuai dengan kudratnya, taat dan patuh kepada suaminya selama suaminya tidak menyuruhnya untuk melakukan perbuatan maksiat, menjaga dirinya serta menjaga harta suaminya bila suaminya sedang tidak berada di rumah, menjauhkan dirinya dari segala sesuatu perbuatan yang tidak disenangi oleh suaminya, dan menjauhkan dirinya dari memperlihatkan muka yang tidak enak dipandang dan suara yang tidak enak didengar (Syarifuddin, 2003 : 119-123)

Sedangkan dalam terjemah kitab Uqudullujain dijelaskan bahwa hak-hak dan kewajiban isteri pada suami (merupakan kewajiban suami), yaitu : menggauli dengan baik, memberi nafkah, memberi maskawin, mengajar isteri yang menjadi kebutuhannya yaitu berbagai macam ibadah yang fardhu „ain dan yang sunnah-sunnah,

juga apa saja yang berhubungan dengan masalah haid (menstruasi), bersikap halus, serta kewajiban taatnya pada suami sepanjang bukan perkara maksiat.

(44)

29

baik, menyerahkan dirinya pada suami, berada di rumah dan memelihara dirinya jangan sampai menempatkan orang lain di tempat tidur suami, menutup dirinya dari pandangan lelaki jangan sampai terlihat sebagian tubuhnya, sekalipun muka dan dua telapak tangannya. Kemudian istri tidak menuntut meminta-minta sesuatu sebelum keperluannya sekalipun suami dapat mencukupinya, istri hendaknya jangan memanfaatkan harta haram yang diperoleh suaminya, dan isteri tidak boleh bohong terhadap suami dalam hal sedang menstruasi atau sudah suci (Muhammad Nawawi, 1994 : 9)

Selain itu, suami juga sebaiknya memberikan wasiat, memrintahkan, dan menyenangkan hati isteri, suami hendaknya dapat menahan diri tidak mudah marah apabila isteri menyakitkan hatinya,suami sebaiknya menundukkan dan menyenangkan hati isteri dengan menuruti kehendaknya dengan kebaikan, dan suami hendaknya mengajarkan budu pekerti yang baik pada para keluarganya. Suami akan dimintai pertanggung jawaban dari kepemimpinannya untuk istri, anak-anaknya, dan keluarganya.(Nawawi, 1994 : 22-24)

(45)

30

atas kepemimpinannya dalam melaksanakan kewajibannya (Syaikh, 1994 : 26)

a. Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Kompilasi Hukum Islam

Dalam menjalankan mahligai rumah tangga yang harmonis suami istri memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Sebagaimana dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam pada Bab XII pasal 77 hak dan kewajiban suami istri yaitu :

1) Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah yang menjadi sendi dasar dan susunan masyarakat;

2) Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain;

3) Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasannya dan pendidikan agamanya;

4) Suami istri wajib memelihara kehormatannya;

5) Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama.

(46)

31

1) Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap. 2) Rumah kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) ditentukan

oleh suami istri bersama.

3) Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga. 4) Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan

kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.

5) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.

Sedangkan mengenai perihal kewajiban suami pada Kompilasi Hukum Islam dipaparkan pada pasal 80 ayat (1-4), yaitu:

1) Suami adalah pembimbing, terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetap mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami istri bersama.

2) Suami wajib melindungi sitrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.

3) Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya dan memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa, dan bangsa.

(47)

32

biaya perawatandan pengobatanbagi istri dan anak, serta biaya pendidikan bagi anak.

Banyak sekali hak-hak suami atau istri, sehingga untuk disebutkan dalil-dalilnya tidaklah muat dalam pembahasan yang sederhana ini, namun ada beberapa point penting yang dapat diambil diantaranya, bahwa istri berkewajiban menjaga kesucian, kehormatan, menyimpan rahasia serta tidak menuntut suami lebih dari yang benar-benar diperlukan dan berupaya menjauhkan dari pendapatan suami dari barang-barang yang haram.

b. Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Sedangkan hak dan kewajiban suami istri menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pada Bab VI dalam pasal 30 yang jelas bahwa “Suami Istri memikul kewajiban yang

luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.” Begitu pula dipaparkan dalam pasal 31

yang berisi bahwa :

1) Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.

2) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.

(48)

33

1) Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.

2) Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya. 3) Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya masing-masing

dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan.

Dalam rumah tangga suami menjalankan tanggung jawab yang diberikan Allah guna memenuhi hak-hak istrinya, dan sebliknya, istri pun menjalankan tugas yang diberikan Allah dalam memenuhi hak-hak suaminya.

Masing-masing pihak melaksanakan tugas di keluarga sesuai fungsinya. Pola interaksi ini diharapkan memunculkan suasana harmonis dan tenang bagi keluarga. Pembagian peran atau hak dan kewajiban jadi proporsional, keduanya saling membantu dengan kesadaran penuh untuk mengharap keridhaan Allah.

c. Hak dan Kewajiban Suami Istri Dalam Perspektif Gender Keistimewaan kodrati yang dimiliki masing-masing mengantar kepada perbedaan fungsi dan peranan utama yang dituntut dari laki-laki dan perempuan. Islam mewajibkan laki-laki sebagai suami untuk memenuhi kebutuhan isteri dan anak-anaknya. Tetapi ini bukan berarti perempuan sebagai isteri tidak berkewajiban secara moral membantu suaminya mencari nafkah.

(49)

34

merias pengantin, antara lain Shafiyah Bin Huyay, isteri Nabi Muhammad saw., bahkan isteri Nabi Muhammad saw., Zainab Binti Jahesy juga aktif bekerja sampai pada menyimak kulit binatang, dan hasil usahanya itu beliau bersedekah. Raithah, isteri sahabat Nabi, „Abdullah Ibnu Mas‟ud, sangat aktif bekerja, karena

suami dan anaknya itu, tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarga ini. (Nasaruddin, 1999 : xxxv)

Atas dasar keistimewaan kodrati masing-masing pula, maka perempuan diberi tanggungjawab untuk memdidik anak-anaknya, tetapi perlu digarisbawahi pula bahwa mendidik anak, bukanlah merupakan tugas ibu semata-mata, tetapi juga bapak. Bahkan dalam bukunya Nasaruddin Umar mengatakan bahwa beliau tidak menemukan satu ayat pun dalam Al-Qur‟an yang secara eksplisit memerintahkan perempuan untuk mendidik anak-anaknya, tetapi ayahlah yang diperintahkan untuk memelihara atau melindungi keluarganya dari segala yang dapat menjerumuskan mereka ke jurang kebinasaan (Nasaruddin, 1999 : xxxv)

(50)

35

peranan bapak dalam mendidik anaknya, ini dijelaskan dalam Q.S. Luqman ayat 13-15:

Artinya: “Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.” Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.” Dan jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjaan.”

(51)

36

beliau sendiri yang menjahit bajunya yang robek, atau alas kakinya yang putus, beliau sendiri juga yang memeras susu kambingya dan melayani dirinya sendiri. Beliau bahkan membantu keluarganya dalam tugas-tugas mereka dan menyatakan bahwa partisipasi suami dalam pekerjaan isteri (di rumah) dinilai sebagai

sedekah.”

Sekian banyak Hadits yang meriwayatkan bagaimana beliau memperhatikan anak dan cucunya, bahkan menggendong cucunya, dan ternyata sang cucu kencing membasahi bajunya. Beliau menegur ibu yang merenggut dengan kasar sang anak yang digendongnya itu sambil bersabda: “Ini (menunjuk kepada

pakaiannya yang basah) air dapat membersihkannya, tetapi apa yang dapat menjernihkan kekeruhan hati anak ini akibat renggutanmu yang kasar” (Nasaruddin, 1999 : xxxvii)

(52)

37

halnya Zainab yang disebut di atas. Dan atas dasar ini pula, tidak dapat dinilai kecuali terpuji, seorang suami yang membantu isterinya dalam urusan rumah tangga, misalnya dengan mencontoh Nabi Muhammad saw yang “menjahit sendiri, pakaiannya yang

robek, atau menyiapkan minum untuk anak istrinya.” C. Keadilan Gender dalam Rumah Tangga

1. Sekilas Tentang Gender

Perbedaan secara genetis antara laki-laki dan perempuan bukan hanya berdampak pada persoalan sains semata, tetapi juga mempunyai dampak lebih jauh kepada persoalan asasi kemanusiaan. Dengan menyimpulkan bahwa laki-laki dan perempuan secara genetis berbeda, tanpa memberikan penjelasan secara tuntas, maka kesimpulan tersebut dapat dijadikan legitimasi terhadap realitas sosial, yang memperlakukan laki-laki sebagai jenis kelamin utama dan perempuan sebagai jenis kelamin kedua (Umar, 1999 : 2). Yang pada akhirnya merujuk pada konsep gender.

(53)

38

mengidentifikasi laki-laki dan perempuan dari sudut non-biologis (Umar, 1999 : 35)

Kata gender dalam perbendaharaan kamus tidak terdapat perbedaan yang jelas antara istilah gender dan seks. Istilah tersebut lazim digunakan pada Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, yaitu gender diartikan sebagai interpretasi mental dan kultural terhadap perbedaan kelamin yaitu antara laki-laki dan perempuan, dimana gender biasanya menunjukkan pada pembagian kerja yang dianggap tepat bagi laki-laki dan perempuan (Nasaruddin, 1999, 34-35)

Makna gender merupakan alat kelamin sosio-kultural yang terbentuk dalam interaksi masyarakat yang teridentifikasi melalui pekerjaan, sifat dan perilaku laki-laki dan perempuan. Seks merupakan alat kelamin biologis yang sifatnya mutlak dari Allah. Jadi konsep gender merupakan suatu sifat yang melekat pada diri laki-laki dan perempuan yang terbentuk melalui proses interaksi dan sosialisasi secara sosial maupun kultural (Fauziah, 2005 : 31)

(54)

39

laki-laki dan perempuan selamanya dan tidak dapat dipertukarkan secara keseluruhan melingkupi fungsi-fungsinya. Hal tersebut dapat berubah ketika terjadi ketidakwajaran atau diluar kehendak manusia, seperti bayi lahir dengan kelamin ganda (Fauziah, 2005 : 31-32)

Berdasar pada paparan di atas dapat disimpulkan bahwa gender merupakan pandangan masyarakat yang terbentuk melalui kontuksi sosial dan kultural tentang bagaimana seorang laki-laki dan perempuan bertindak dan bertingkah laku. Misalnya pandangan bahwa perempuan itu lemah lembut, pandai memasak, pandai berhias. Sedang keyakinan masyarakat yang terbentuk atas kontruksi sosial maupun kultural menganggap bahwa perempuan adalah makhluk yang sensitif, emosional, selalu memakai perasaan, sedang laki-laki sering dianggap pemimpin, pelindung, rasional dan sebagainya (Fauziah, 2005 : 32)

2. Konsep Kesetaraan dan Keadilan Gender

(55)

40

Adapun wujud dari kesetaraan dan keadilan gender itu sendiri dapat direalisasikan melalui empat poin, yaitu:

a. Akses: Kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki pada sumberdaya pembangunan. Contoh: memberikan kesempatan yang sama memperoleh informasi pendidikan dan kesempatan untuk meningkatkan karir bagi laki-laki dan perempuan.

b. Partisipasi: Perempuan dan laki-laki berpartisipasi yang sama dalam proses pengambilan keputusan. Contoh: memberikan peluang yang sama antara laki-laki dan perempuan untuk ikut serta dalam menentukan pilihan pendidikan di dalam rumah tangga. c. Kontrol: perempuan dan laki-laki mempunyai kekuasaan yang

sama pada sumberdaya pembangunan.

d. Manfaat: pembangunan harus mempunyai manfaat yang sama bagi perempuan dan laki-laki. (Herien, 2012: 16)

Kebanyakan unit masyarakat saat ini menginginkan kesetaraan, yaitu kondisi yang sama rata, sama adil dan tidak ada kesenjangan serta persaingan yang mana ini sering dianggap sebagai syarat utama bagi masyarakat untuk mencapai keadilan sosial. Yang sudah diketahui pula saat ini masyarakat selalu mencari titik keseimbangan dan memerlukan kebutuhan dasar agar titik keseimbangan tersebut terpenuhi.

Namun, dalam prakteknya konsep kesetaraan maupun keseimbangan ini sangat sulit dicapai, kenyataan bahwa manusia itu selalu tidak sama dan dapat berubah kapanpun bahkan tidak selalu merasa cukup, baik kapasitas, kesenangan, maupun kebutuhan. Kalau manusia itu sangat beragam, bagaimana mereka dapat disetarakan dengan perlakuan yang sama (Megawati, 1999 : 46)

(56)

41

orang dengan secara tidak adil. Perihal perempuan mendapat perhatian khusus dari masyarakat, karena konsep kesetaraan gender dianggap begitu erat dengan permasalahan keadilan sosial dalam arti yang lebih luas, misalnya masalah kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin disatu sisi.

Ada dua konsep dasar kesetaraan gender yang dibawa oleh masing-masing kelompok feminis yang keduanya saling bertolak belakang. Kelompok pertama mengatakan bahwa konsep gender lahir atas adanya kontruksi sosial dimana dalam tatanan sosial perbedaan jenis kelamin tidak mengakibatkan perbedaan peran dan perilaku gender. Karena itu, peran atau jenis pekerjaan yang berkaitan dengan gender, misalnya laki-laki sebagai pencari nafkah dalam keluarga sedang perempuan sebagai pengasuh anak-anak dan pekerjaan domestik lainnya. Hal-hal tersebut harus dihilangkan karena akan menjadikan ketidaksetaraan (Idris, 2005 :33).

Sedang kelompok kedua mengakui bahwa perbedaan jenis kelamin akan selalu membawa dampak terhadap kontruksi konsep gender dalam lini kehidupan sosial, sehingga akan selalu ada jenis-jenis pekerjaan yang berstereotip gender.

(57)

42

seperti apa. Ada pula yang mengartikan dengan konsep mitra kesejajaran atau yang sering diartikan bahwa dalam mengaktualisasikan tindakan diri laki-laki maupun perempuan adalah mempunyai hak yang sama, namun harus sesuai dengan kodrat diri masing-masing. Namun secara umum kesetaraan gender adalah konsep sama rata antara laki-laki dan perempuan dalam segala hal dan aspek dalam kehidupan (Idris, 2005 : 34).

3. Prinsip-Prinsip Kesetaraan Gender Dalam Islam

a. Laki-laki dan Perempuan Sama-sama sebagai Hamba

Salah satu tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah Tuhan. Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk menjadi hamba ideal. Hamba ideal dalam Al-Qur‟an biasa diistilahkan dengan orang-orang yang bertaqwa (muttaqin) dan untuk mencapai derajat

muttaqin ini tidak dikenal adanaya perbedaan jenis kelamin, suku bangsa atau kelompok etnis tertentu.

(58)

43

Kelebihan-kelebihan tersebut diberikan kepada laki-laki dalam kapasitasnya sebagai anggota masyarakat yang memiliki peran publikm dan sosial lebih ketika ayat-ayat Al-Qur‟an diturunkan.

Dalam kapasitasnya sebagai hamba, laki-laki dan perempuan masing-masing akan mendapatkan penghargaan dari Tuhan sesuai dengan kadar pengabdiannya.

b. Laki-laki dan Perempuan sebagai Khalifah di Bumi

Maksud dan tujuan penciptaan manusia dimuka bumi ini

Artinya: “Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dalam ayat lain disebutkan dalam Q.S Al-Baqarah ayat 30:

(59)

44

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".(Q.S Al Baqarah : 30)

Kata khalifah dalam kedua ayat di atas tidak menunjuk kepada salah satu jenis kelamin atau kelompok etnis tertentu. Laki-laki dan perempuan mempunyai fungsi yang sama sebagai khalifah, yang akan mempertanggungjawabkan tugas-tugas kekhalifahannya di bumi, sebagaimana halnya mereka harus bertanggung jawab sebagai hamba Tuhan.

c. Laki-laki dan Perempuan Menerima Perjanjian Primordial Laki-laki dan perempuan sama-sama mengemban amanah dan menerima perjanjian primordial dengan Tuhan. Seperti diketahui, menjelang seorang anak manusia keluar dari rahim ibunya, ia terlebih dahulu harus menerima perjanjian dengan Tuhannya, sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-A‟raf ayat 172:

ىَلَع ْمُهَدَهْشَأَو ْمُهَ تَّ يِّرُذ ْمِهِروُهُظ ْنِم َمَدآ يِنَب ْنِم َكُّبَر َذَخَأ ْذِإَو

(60)

45

agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan “Sesungguhnya ketika

itu kami lengah terhadap ini.”

Menurut Fakhr al-Razi dalam buku Nasaruddin Umar, diuraikan tidak ada seorang pun anak manusia lahir di muka bumi ini yang tidak berikrar akan keberadaan Tuhan, dan ikrar mereka disaksikan oleh para malaikat. Dalam Islam, tanggung jawab individual dan kemandirian berlangsung sejak dini, yaitu semenjak dalam kandungan. Sejak awal sejarah manusia dalam Islam tidak dikenal adanya diskriminasi jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan sama-sama menyatakan ikrara ketuhanan yang sama.

Di dalam tradisi Islam, perempuan mukallaf dapat melakukan berbagai perjanjian, sumpah, dan nazar, baik kepada sesama manusia maupun kepada Tuhan. Tidak ada suatu kekuatan yang dapat menggugurkan janji, sumpah, atau nazar mereka, sebagaimana yang telah disebutkan dalam Al-Qur‟an Surat Al

(61)

46

Makan sepuluh orang miskin, Yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, Maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya). (Qs. Al-Maidah (5) : 89-90). d. Adam dan Hawa, Terlibat secara Aktif dalam Drama Kosmis

Semua ayat yang menceritakan tentang drama kosmis, yakni cerita tentang keadaan Adam dan pasangannya di surga sampai keluar ke bumi, selalu menekankan kedua belah pihak secara aktif, seperti dapat dilihat dalam beberapa kasus berikut, yang mana keduanya diciptakan di surga dan memanfaatkan fasilitas surga, keduanya mendapat kualitas godaan yang sama dari syaitan, sama-sama memakan buah khuldi dan keduanya menerima akibat jatuh ke bumi, sama-sama memohon ampun dan sama-sama diampuni Tuhan, setelah di bumi, keduanya mengembangkan keturunan dan saling melengkapi serta saling membutuhkan.

e. Laki-laki dan Perempuan Berpotensi Meraih Prestasi

Peluang untuk meraih prestasi maksimum tidak ada pembedaan antara laki-laki dan perempuan, ditegaskan dalam Q,S. An-Nisa‟ ayat 124:

(62)

47

mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.”

Penjelasan ayat tersebut di atas mengisyaratkan konsep kesetaraan gender yang ideal dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang spritual maupun urusan karier profesional, tidak mesti dimonopoli oleh salah satu jenis kelamin saja. Laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan yang sama meraih prestasi optimal.

(63)

48

BAB III

GAMBARAN SINGKAT TENTANG DAERAH PENELITIAN DAN PROFIL ISTRI DALAM RUMAH TANGGA DI DUSUN WATU

AGUNG

A. Gambaran Singkat Daerah Wilayah Penelitian 1. Kondisi Letak Geografis Desa Suruh

Desa Suruh merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Desa Suruh berbatasan dengan beberapa wilayah:

a. Sebelah Utara : Desa Krandon Lor b. Sebelah Selatan : Desa Jatirejo c. Sebelah Timur : Desa Reksosari d. Sebelah Barat : Desa Plumbon

Dilihat dari kondisi tanahnya Desa Suruh termasuk daerah yang cukup subur. Maka dari itu mayoritas masyarakat Desa Suruh banyak yang sebagian penghasilannya dari tani. Selain itu, dilihat dari banyaknya usaha peternakan masyarakat Desa Suruh juga banyak yang mendapat penghasilan dari ternak. Seperti, ternak ayam kampung, ayam broiler, kambing, dan juga kelinci.

(64)

49

tingkat pendidikannya tamat sampai S-1 sederajat. Sehingga banyak pula yang bekerja sebagai karyawan perusahaan swasta.

Desa Suruh terdiri dari beberapa dusun, yaitu: a. Dusun Karangasem

b. Dusun Pandean c. Dusun Banggi d. Dusun Kauman e. Dusun Mesu f. Dusun Morangan g. Dusun Watu Agung h. Dusun Gundi i. Dusun Krajan j. Dusun Sanggrahan

Dari kesepuluh dusun tersebut, Desa Suruh yang berjarak sekitar 0.4 Km bila ditempuh dengan kendaraan bermotor dari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Yang mana dari dusun-dusun tersebut dipisahkan oleh persawahan nan hijau dan jalan raya aspal yang lebar dan bagus.

2. Keadaan Umum Desa Suruh

(65)

50

a. Luas Wilayah 3.646.219 hektar b. Jumlah Dukuh Dusun 10 Dukuh Dusun c. Jumlah RT 58 Unit Organisasi d. Jumlah RW 11 Unit Organisasi

e. Jumlah KK Desa Suruh 2.416 KK f. Jumlah Penduduk Desa Suruh 8.998 Jiwa

(Dokumen Arsip Kantor Kelurahan, Dikutip Tanggal 4-07-2018)

3. Keadaan Penduduk Desa Suruh

Tabel3.1 Jumlah Penduduk Desa Suruh Berdasarkan Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin

NO. UMUR LAKI-LAKI WANITA JUMLAH

1. 0-7 446 446 892 orang

2. 8-14 455 409 864 orang

3. 15-21 487 431 918 orang

4. 22-28 463 412 875 orang

5. 29-35 514 481 995 orang

6. 36-42 493 472 965 orang

7. 43-49 506 466 972 orang

8. 50-56 367 400 767 orang

9. 57-63 313 361 674 orang

10. 64-70 181 181 362 orang

11 71-Lebih

dari 75

(66)

51

Tabel 3.2 Mata Pencaharian Penduduk Desa Suruh

No. Pekerjaan Jumlah

1. Petani 276 orang

2. Buruh Tani 12 orang

3. PNS/TNI/POLRI 275 orang

4. Pedagang Keliling 26 orang

5. Perawat/Bidan/Dokter

Swasta

13 orang

6. PRT 2 orang

7. Notaris 2 orang

8. Dosen Swasta 2 orang

9. Karyawan Perusahaan

Swasta/Pemerintah

1463 orang

10 Buruh Harian Lepas 829 orang

11. Perdagangan 110 orang

12. Guru 68 orang

13. Perangkat Desa 17 orang

14. Wiraswasta 2165 orang

15. Lainnya 1680 orang

(67)

52

Tabel 3.3 Banyaknya Penganut Agama Penduduk Desa Suruh

Islam 8992 orang

Kristen 6 orang

Jumlah 8998 orang

Tabel 3.4 Banyaknya Penduduk Menurut Pendidikan Desa Suruh

NO. Tingkat Pendidikan Jumlah 1. Tamat akademi/PT 607 orang

2. Tamat SLTA 2118 orang 3. Tamat SLTP 1583 orang 4. Tamat SD 2212 orang

5. Tidak Tamat SLTA 370 orang 6. Tidak Tamat SLTP 424 orang 7. Tidak SD 656 orang 8. Tidak Sekolah 16 orang

Jumlah Total 7986 orang

Gambar

Tabel 3.3 Banyaknya Penganut Agama Penduduk Desa
Tabel Peran Istri Dalam Rumah Tangga Yang Berasal Dari Budaya

Referensi

Dokumen terkait

Hasil perancangan mekanik generator yang digunakan kapasitas daya 55 kW mengacu pada data teknikal dari IEC frame size tipe Y2 250M 2 dan perancanga turbin crossflow dengan

Penelitian dilakukan pada pesrta didik kelas VII A SMP Negeri 3 Manisrenggo Subjek penelitian ini adalah 26 peserta didik dan 1 guru pendamping. Jenis data yang digunakan adalah

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul

Obligasi adalah sertifikat yang menunjukan pengakuan bahwa perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu. Pelunasan

Gejala-gejala tersebut telah dipelajari sebelumnya oleh Newton sehingga menghasilkan Hukum II Newton, yang menyatakan bahwa jika resultan gaya yang bekerja pada suatu benda

6) Guru menyuruh siswa untuk menggabungkan kalimat menjadi karangan dengan kata penghubung yang tepat dan memperhatikan penggunaan ejaan secara individu.

Paket ini membahas tentang konsep dasar pengertian teori belajar behavioristik, klasifikasikan teori-teori belajar behavioristik dan bagaimana penerapan teori belajar

Selain kebun dan taman satwa, ada 19 obyek wisata yang bisa dimanfaatkan oleh wisatawan bila berkunjung ke kawasan Agrowisata Bina Darma, dan sebagian besar