i
KONSEP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KONTEMPORER
MENURUT PEMIKIRAN AHMAD DAHLAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
FAJRI RAHMATUL FITRIAH
NIM 111-12-049
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU
KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
v
Artinya:” Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah
dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan
melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan
yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya
kepada kamu
vi
PERSEMBAHAN
Khusus al khusus, skripsi ini dipersembahkan untuk kedua orang
tua penulis; almarhum Bapak Amirudddin dan Ibu Siti Rohmatun, atas dukungan moral dan spiritual terbesar untuk penulis, kemudian menyusul dek Muhammad Robbani dan dek Nuruddin Abadi, lek Rochmad beserta istri dan putra-putri tercintanya, Pembimbing akademik penulis: Bapak Jaka Siswanta.
Pembangun idealisme dalam kehidupan organisasi: Pak Rasimin M.Pd, ibu Siti Rukhayati M.Pd, Pak Maimun M.Pd, Pak Dr. Mukti Ali , Bang Ilman Nafi‟a, Bang Fendi, Bang Reza , Bang Anam, Yunda Puput, Yunda Iin,
Keluarga Besar HMI Cabang Salatiga, generasi penerus dan pewujud cita-cita umat dan bangsa; Didik, Ikhwan, Dona, Huda, Dody, Hasan, Fifi, Cahyo, Ridwan,, Shokhif, Ahmad Najmi, Khoirul Washaq, Mahmud Rosyidi, Aisyah Krisnaningtyas dan teman-teman seperjuangan serta adinda-adinda di komisariat walisongo HMI cabang Salatiga, Eko Pujo Nurnanto, Shofi Murabittah, Bella Sitta, Azizah, Najmul, Laili, Zaenal Arifin, dan segenap adinda yang tidak bisa saya sebut satu persatu, yang selalu mengikuti dan menyertai.
Sahabat dan saudara tercinta adik-adikku di wisma Najma, Wulan, Mus, Evi, Muza, Suci, Lia, Mun, Tia, Devi, Ditta, Titin dan segenap
sahabat yang pernah hidup bersama di wisma najma yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu terimakasih atas dukungan moril dan materilnya sehingga penulis dapat menyelasikan skripsi ini dengan baik.
vii
menyemangati, Erin, Latifah, Novi, Tiyas, Iin, Endang, Ema, semoga kita akan selalu terjaga dalam ukhuwah Islamiyah.
Dan barisan pejuang pencerdas anak bangsa teman-teman guru MI Al- Ma‟arif NU Gondanglegi, Bapak Tugino, Ibu Sri, Ibu Lili, Ibu Eni, Ibu Mujiatin, Pak Nardi, Pak Udin, yang selalu mendukung dalam menyelesaikan skripsi penulis semoga kita senantiasa teguh dalam jalan Allah untuk terus berdakwah.
Dalam hati, penulis berdoa semoga apapun yang kita perjuangkan selalu berada di dalam rahmat dan lindungan Allah Subhanahu wa Ta‟ala dalam
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim, segala puji hanya layak dan patas untuk
Allah Tuhan seru sekalian alam; atas segala limpahan nikmat jasmani, ruhani, petunjuk, dan pertolongannya sehingga penlis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.
Shalawat serta salam senantiasa terhaturkan kepangkuan sang pencerah kegelapan dan manusia pilihan; Baginda Rasulullah Muhammad shallallaahu „alaihi wasallam; atas segala teladan yang diberikannya, sehingga pada
akhirnya mendekatkan umat kepada pintu kedamaian jiwa, ketenteraman hati dan kemuliaan akhlak.
Selesainya penulisan skripsi ini bukanlah semata-mata jerih payah penulis sendiri, melainkan jasa baik dari orang-orang hebat yang diberikan kepada penulis. Untuk itu dengan memohon arah dan bimbingan, penulis sampaikan ucapan terimakasih, kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga,
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan PAI
4. Bapak Rasimin, S.Pd.I, M.Pd. selaku Dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, dan motivasi yang diberikan.
xii
Fitriah, Fajri Rahmatul. 2016. Konsep Pendidikan Agama Islam Kontemporer Menurut Pemikiran Ahmad Dahlan. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam Negeri (IAIN ) Salatiga. Pembimbing: Rasimin, M.Pd
Kata Kunci : Pendidikan Agama Islam Kontemporer dan Pemikiran
Ahmad Dahlan
Sebagaimana telah penulis ketahui berkembangnya iptek dan modernisasi membuat adanya dikotomi dalam pendidikan di dunia Barat, antara pendidikan Umum dengan pendidikan Agama menjadi sebuah persoalan yang harus dicari solusinya semakin berkembangnya IPTEK dan modernitas. yang menjadi persoalan adalah sains yang berkembang didunia barat adalah sains murni yang semakin menjauhkan manusia dari kepercayaan adanya tuhan maka dari itulah harus kita kaji ulang dan di teliti sistem pendidikan Kontemporer. Hal ini harus ditelisik dari sistem pendidikan agama Islam yang dikenal maju dan kekinia yakni sistem pendidikan yang diusung oleh Ahmad Dahlan.pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah:1. Untuk mengetahui Biografi Ahmad Dahlan. 2. Untuk mengetahui Konsep Pendidikan Islam Kontemporer dan pemikiran Ahmad Dahlan mengenai Pendidikan Islam Kontemporer. 3. Untuk mengetahui relevansi pemikiran Ahmad Dahlan Pendidikan Islam Kontemporer dan aplikasinya dimasa kini.
Tujuan Penulisan skripsi ini adalah untuk mendapatkan explorasi labih lanjut mengenai Pendidikan Islam Kontemporer Pemikiran Aihmad Dahlan sebagai salah satu rujukan pengetahuan Pendidikan Islam Kontemporer Pemikiran Ahmad Dahlan sebagai salah satu rujukan pengetahuan tentang Pendidikan Islam Kontemporer dan pemikiran Ahmad Dahlan.
Skripsi ini merupakan jenis penelitian kepustakaan yang menggunakan pendekatan sosio-historis. Analisis data menggunakan metode analisa isi dan analisa historis.
Hasil Penelitian ini menyimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam Kontemporer Menurut Pemikiran Ahmad Dahlan adalah hasil dari Pengamalan Q. S Ali Imran ayat 104 dan sabda Nabi „„ Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina” yang menjadi pelopor gerakan pencerdasan peserta didik dengan metode
integratif penggabungan sistem pendidikan saintifik dengan mengembangkan pedidikan mengikuti perkembangan zaman dengan memahami kemampuan peserta didik dengan konsep pemahaman multiintele
xiii
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN LOGO ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING ...viii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ix
KATA PENGANTAR ... x
ABSTRAKSI ... xi
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. ... L atar Belakang ... 1
B. ... P enegasan Istilah ... 5
C. ... R umusan Masalah ... 6
D. ... T ujuan Penelitian ... 7
xiv
F... M etode Penelitian ... 8
G. ... T elaah Pustka ... 10
H. ... S istematikaPenulisan ... 12
BAB II RIWAYAT HIDUP AHMAD DAHLAN
A... B iografi Ahmad Dahlan ... 14
1. ... M asa Kecil Ahmad Dahlan ... 14 2. ... M
asa Remaja Ahmad Dahlan ... 16 3. ... M
asa Dewasa Ahmad Dahlan ... 17 B. ... P
endidikan Ahmad Dahlan ... 20
1. ... P endidikanMasa Kecil Ahmad Dahlan ... 20
2. ... P endidikan Masa Remaja Ahmad Dahlan ... 21 3. ... P
xv
C. ... P eran Sosial Ahmad Dahlan ... 27
1. ... P eran Ahmad Dahlan dalam Bidang Keagamaan ... 28
2. ... P eran Ahmad Dahlan dalam Dunia Pendidikan ... 30 D.... P
eran Ahmad Dahlan sebagai Pejuang ... 30 E. ... P
eran Ahmad Dahlan sebagai Pendidik ... 31 F. ... U
saha dan Jasa-jasa Ahmad Dahlan ... 32
BAB III PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KONTEMPORER
A. ... P engertian Pendidikan Agama Islam ... 36
B. ... F ungsi Pendidikan Islam ... 37 C. ... T
ujuan Pendidikan Agama Islam ... 40
xvi
BAB IV PEMIKIRAN AHMAD DAHLAN TENTANG PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM KONTEMPORER
A... P emikiran Ahmad Dahlan ... 46
B. ... P eran Ahmad Dahlan dalam Pendidikan Islam ... 37 C. ... P
emikiran Ahmad Dahlan dalam Pendidikan Islam Kontemporer .... 56 D.... R
elevansi Pemikiran Ahmad Dahlan tentang Pendidikan Agama Islam kontemporer terhadap pendidikan Masa kini ... 61 BAB V PENUTUP
A. ... K esimpulan ... 65 B. ... S
aran ... 67
DAFTAR PUSTAKA
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Pendidikan Islam adalah suatu upaya atau proses, pencarian, pembentukan, pengembangan sikap dan prilaku untuk mencari, mengembangkan, memelihara, serta menggunakan ilmu dan perangkat
teknologi utau keterampilan demi kepentingan manusia sesuai dengan ajaran Islam karena pada dasarnya tujuan diturunkannya Agama Islam itu sendiri
yaitu untuk membentuk manusia Muttaqin yang rentangannya berdimensi intritum (tidak terbatas menurut jsngkauan manusia) baik secara linier maupun secara olgaritmik (berurutan secara logis) berada dalam garis mukmin,
muslim, muhsin dengan perangkat komponen, variasi, dan parameternya masing-masing yang secara kualitatif, bersifat kompetitif (Faisal,1995: 96) Dalam Al Qur‟an surat An Nahl ayat 125 dijelaskan mengenai pendidikan
2
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Perkembangan pendidikan semakin pesat mengikuti perkembangan zaman yang juga semakin berkembang dengan perkembangan zaman yang ada
menyisihkan sebuah pertanyaan tentang perubahan yang baru mengikuti perkembangan zaman merujuk pada konsep Islam ideal, Islam ideal adalah
Islam cita-cita yang ajaran dan nilai-nilai Nya dan hadits atau sunnah Nabi Muhammad Saw.
Secara garis besar sejarah Islam dapat dibagi menjadi tiga periode
menurut pemikiran Harun Nasution yakni Periode Klasik (650-1250 M), Periode Pertengahan (1250-1850 M) dan Periode Modern (1800 M sampai
sekarang) pada periode klasik menggambarkan masa kejayaan keemasan atau kemajuan dunia Islam pada periode pertengahan menggambarkan masa
kemunduran Islam dan periode modern menggambarkan masa kebangkitan dunia Islam dalam konteks ini pemikiran modern didunia Islam merupakan pemikiran yang berkembang didunia Islam pada periode modern atau masa
kebangkitan Islam (Nasution. 1996:13).
Ajaran Islam pada dasarnya menghargai akal manusia hal ini dapat
dipahami dan isyarat-isyarat yang tertuang dan terkandung dalam teks Al Qur‟an seperti afalaa tatafakarun, afalaaa ta‟qilun, afalaa tatadabarun, dan
lain-lain, isyarat semacam ini menjadi kekuatan pendorong dan inspirasi bagi
3
Didalam Islam dikenal adanya dua pola pengembangan pemikiran Islam yaitu pola pemikiran yang bersifat tradisional dan rasional, kedua pola
pemikiran itu senantiasa dalam sejarahnya dibawa pada suatu pola dikotomis-antagonis, sehingga sangat sulit untuk mencari titik temunya, pola pemikiran
tradisional memberikan tempat dan ruang yang sempit bagi peranan akal dan peluang yang luas pada wahyu, sedangkan pola pemikiran rasional sebaliknya yaitu memberikan tempat dan ruang yang luas bagi akal dan yang sempit bagi
wahyu, kemajuan pendidikan Islam banyak dipengaruhi oleh pemikiran rasional tersebut.
Dalam konsep pendidikan Islam kontemporer memakai model (modernis) model ini berupaya memahami ajaran, ajaran dan nilai-nilai mendasar yang terkandung dalam Al Qur‟an dan As Sunnah Al Sahihah
dengan hanya semata-mata mempertimbangkan kondisi dan tantangan sosio hitoris dan kultural yang dihadapi oleh masyarakat Muslim kontemporer (era
iptek dan modernitas pada umumnya) tanpa mempertimbangkan muatan, muatan khasanah intelektual muslim era klasik yang terkait dengan persoalan keagamaan dan kemasyarakataan.
Pemikiran pendidikan Islam yang moderns memiliki sikap yang progresif dinamis dan sikap bebas modifikatif dalam pengembangan
pendidikan Islam menuju kearah kemajuan pendidikan Islam yang diridhoi oleh Nya. Untuk mengarah kesana diperlukan sikap lapang dada, dalam menerima dan mendengarkan pemikiran dan teori pendidikan orang lain,
4
mengadopsi pemikiran, dan temuan-temuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sistem pendidikan modern yang berasal dari non muslim, untuk
mencapai kemajuan sistem pendidikan Islam itu sendiri.
Dalam praktiknya produk pemikiran pendidikan Islam semacam itu
terkadang terjebak pada pandangn dikotomis, yang memilah antara pendidikan agama dan umum. Pendidikan agama diorientasikan pada pemahaman dan pengamalan ajaran Agama yang bermuara pada persoalan aqidah, syariah dan
akhlak atau iman, Islam dan ihsan dalam rangka membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa sementara pendidikan umum diorientasikan pada
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, budaya dan seni modern yang kadang kurang diwarnai oleh jiwa dan nilai ajaran agama yang absolut (Muhaimin,2011: 29).
Dengan adanya problematika pembelajaran modern baru yakni dikotomi pendidikan yang dipengaruhi oleh kebudayaan barat dan
kemundurun intelektual, dengan adanya tantangan zaman inilah munculah beberapa tokoh nusantara yang membawa ajaran pendidikan Islam.
Para tokoh membawa pemikiran tentang kemajuan baik itu tulisan
ataupun karya-karya yang dapat mempengaruhi kehidupan yang akan dihadapi, merekalah yang disebut sebagai kaum pembaharuan tujuannya tidak
5
Diantaranya muncul para tokoh hebat yang mendobrak keberhasilan sistem pendidikan Islam sebagaimana pendidikan Islam menurut pemikiran
Ahmad Dahlan (Iswanti,2014:6) bahwa pendidikan islam ini bertitik tolok dari upaya pengembangan akal perjalanan pendidikan harus melalui proses yang
pada akhirnya akan bermuara pada tumbuhnya kreatifitas dan inovasi, semua itu memberikan implikasi bagi warga masyarakat untuk memiliki semangat pembaharuan.
Pendidikan Islam yang lebih baik pada akhirnya akan mendapatkan pembaharuan yang sesuai dengan kemajuan zaman penggabungan antara
pendidikan Islam dan pendidikan umum yang modern, berangkat dari berbagai realita seperti yang telah dijabarkan diatas penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pendidikan Islam yang berjudul “ Konsp Pendidikan
Islam Kontemporer menurut pemikiran Ahmad Dahlan”
B. Penegasan Istilah.
1. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama islam adalah usaha yang lebih khusus
ditekankan untuk mengemban fitrah keberagaman peserta didik agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajara-ajaran Islam.
Pendidikan agama islam merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan islam, bahkan pendidikan agama islam berfungsi sebagai jalur pengintegrasian wawasan islam dengan
6
harus sudah dilaksanakan sejak dini sebelum anak memperoleh pendidikan atau pengajaran ilmu-ilmu yang lain.
Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk mengembangkan fitrah manusia dan sumberdaya insani menuju terbentuknya insan kamil yakni “mutaqin” yang terefleksikan dalam perilaku baik. Baik dalam
hubungan dengan Tuhan maupun dengan alam sekitarnya. (Achmadi, 1987: 10)
2. Kontemporer
Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia kata kontemporer memiliki
arti sewaktu; semasa; pada waktu atau masa yang sama; pada masa kini , dewasa ini jadi dapat diartikan kontemporer adalah masa kini.
3. Ahmad Dahlan
Ahmad dahlan adalah seorang pendiri organisasi Muhammadiyah yang juga dikenal sebagai tokoh pembaharu Islam yang dari pemikiran dan
organisasi yang didirikannya membawa perubahan yang lebih baik dalam hal keagamaan, pendidikan, sosial masyarakat.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan maka dalam penelitian ini
fokus masalah sebagai berikut
1. Bagaimana biografi Ahmad dahlan?
2. Bagaimana pendidikan Agama Islam kontemporer dan pemikiran Ahmad
7
3. Bagaimana relevansi pemikiran Ahmad Dahlan tentang pendidikan Islam kontemporer dalam pendidikan Islam dimasa kini dan aplikasinya di masa
kini?
D. Tujuan Penelitian
Dengan adanya fokus masalah diatas penelitian yang berjudul “
Pendidikan Islam Kontemporer menurut pemikiran Ahmad Dahlan” maka
tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Untuk mengetahui biografi Ahmad Dahlan.
2. Untuk mengetahui konsep pendidikan kontemporer dan pemikiran Ahmad Dahlan megenai pendidikan Islam Kontemporer
3. Untuk mengetahui relevansi pemikiran Ahmad Dahlan tentang pendidikan
Islam kontemporer dalam pendidikan Islam dimasa kini dan aplikasinya di masa kini.
E. Kegunaan Penelitian
1. Teoritis
Sebagai salah satu sumbangan pemikiran untuk mengembangkan ilmu pengetahuan pendidikan Indonesia secara umum dan khususnya
dalam bidang pendidikan Islam. 2. Praktis
Memberi informasi ulang kepada praktisi pendidikan tentang
8
a. Untuk dijadikan sebagai rujukan dalam pelaksanaan pendidikan disekolah yang lebih modern.
b. Untuk menjadikan rujukan dalam mewujudkan pendidikan anak bangsa yang berakhlaqul karimah dengan pendidikan Islam yang lebih
modern dengan pengembangan akal.
c. Untuk menjadikan generasi masa depan yang unggul, inonvasi, kreatif, mandiri sesuai dengan kemajuan sosial.
F. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal pokok yang medasari penelitian yaitu jenis penelitian sumber data, metode pengumpulan data, dan analisis data.
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dipakai termasuk penelitian literature yang
berfokus pada referensi buku dan sumber yang relevan penelitian literature lebih difokuskan kepada studi kepustakaan (Amirin, 1995:135)
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini untuk melengkapi sumber data, penulis menggunakan karya ilmiah tentang Ahmad Dahlan berupa buku berjudul “ Api Pembaharuan Kyai Ahmad Dahlan” Didalamnya memuat banyak
9 3. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian dicari dengan pendekatan library reaserch yaitu
suatu penelitian, kepustakaan murni dengan demikian pengumpulan data dalaam penelitian ini adalah menggunakan metode dokumentasi yang
mencari data mengenai hal-hal atau variaabel-variabel yang berupa catatan seperti buku-buku, majalah, dokumen, artikel, perkataan notulen harian, catatan rapat, dan sebagainya (Arikunto,2010:202)
Dimana data-data atau variaabel-variabel tersebut berupa karya-karya mengenai beliau baik tentang sejarah kehidupannya,
kebiasaan-kebiasaannya maupun pemikirannya dalam hal itu penulis juga akan mencari sumber-sumber yang menceritakan tentang Ahmad Dahlan.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah:
a. Metode Analisis Isi (Content Analysis)
Analisis isi (Content Analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan shahih
data dengan memperhatikan konteksnya.
Dengan metode analisis ini, penulis akan mengkaji dan menafsirkan
pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam buku, teks atau naskah yang berhubungan dengan pendidikan Agama Islam kontemporer menurut pemikiran Ahmad Dahlan. Satuan makna dan kategori dianalisis, dicari
10
isi dari kata yang secara eksplisit maupun implisit berhubungan dengan pendidikan Agama Islam kontemporer menurut pemikiran
Ahmad Dahlan. Hasil analisis ini kemudian dideskripsikan dalam bentuk laporan penelitian sebagaimana pada umumnya.
b. Analisis Historis
Yaitu metode yang digunakan untuk mengetahui perkembangan pemikiran tokoh yang besangkutan baik yang
berhubungan dengan lingkungan historis dan pengaruh didalamnya, maupun dalam kehidupan (Winarno, 1989:132)
c. Interpretasi
Isi buku diselami untuk dapat setepat mugkin meangkap arti dari nuasa uraian yang disajikan (Soemargono. 1983: 21)
Karena dalam penelitian ini objeknya pemikiran Ahmad Dahlan tentang pendidikan Kontemporer maka penulis akan menyelami dan
memahami pemikiran Ahmad Dahlan dalam buku yang menjadi rujukan, disamping itu penulis memilih sumber-sumber lain yang penulis anggap representative terhadap penelitian ini.
G. Telaah Pustaka
Ahmad Dahlan ini merupakan tokoh sentral dalam pergerakan Organisasi Masyarakat Muhammadiyah beliau sosok yang dikenal sebagai pemikir pembaharuan baik dalam bidang pendidikan, sosial, dan dakwah yang
11
Diranah pendidikan Islam Ahmad Dahlan menggunakan system Pendidikan modern yang menjadikan satu antara pendidikan umum dan pendidikan
Agama.
Adapun buku yang telah terbit mengenai beliau diantaranya:
1. Ditulis oleh Abduh Munir Mulkhan, 1990, Pemikiran Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah, Jakarta: Bumi Aksara
2. Ditulis oleh Sazali, 2005, Muhammadiyah dan Masyarakat Madani,
Jakarta: PSAP
3. Ditulis oleh Abduh Munir Mulkhan, 2010, Jejak Pembaharu Sosial dan
Kemanusiaan K.H Ahmad Dahlan, Jakarta: Kompas Media Nusantara. 4. Ditulis oleh Nasruddin Anshoriy, 2010, Matahari Pembaharu Rekam Jejak
K.H..Ahmad Dahlan, Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher
5. Ditulis oleh Robert W. Hefner, Sukindi Mulyadi,” Api Pembaharuan Kiai Ahmad Dahlan”, diterbitkan oleh PT Multi Pressido pada tahun 2008 di
Yogyakarta.
6. Ditulis oleh kerjasama antara LPPI, UMY, LKPSM, NU, dan PP Al-Muhsin Yogyakarta, “ Muhammadiyah dan Nu: Reorientasi wawasan
keislaman ” diterbitkan oleh kerjasama LPPI, UMY, LKPSM, NU, dan PP
Al-Muhsin Yogyakarta, pada tahun 1993 di Yogyakarta.
7. Ditulis oleh Usman Yatim, Al misar Hamid, “ Muhammadiyah dalam sorotan ” diterbitkan oleh PT Bina Rena Pariwara pada tahun 1993 di
12
8. Ditulis oleh Edi Suandi Hamid dan M. Safari Nasir, “ Profesionalisme dan Akuntabilitas Aal Usaha Muhammadiyah bidang Ekonomi dan Pendidikan ” diterbitkan oleh LPTP PP Muhmmadiyah tahun 2005 di Yogyakarta
9. Ditulis oleh Khoiriyah, “ Islam dan Logika Modern Mengupas Pembaharuan Islam” diterbitkan oleh Ar Ruzz Media tahun 2013 di
Yogyakarta.
Dari beberapa sumber tulisan tersebut diatas, sejarah pengamatan
penulis masih ada kekurangan yang membahas pendidikan Islaam kontemporer menurut pemikiran beliau. Harapan penulis pemikiran yang
akan disampaikan ini dapat melengkapi informasi yang ada sebelumnya dan menmbah wacana khhasanah keilmuan.
H. Sistematika Penulisan
Sistematikan di sini adalah gambaran umum tentang skripsi. Sripsi
ini terbagi ke dalam tiga bagian; yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.
Bagian awal berisikan: sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan
pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian, moto dan persembahan, kata pengantar, abstraksi, daftar isi, daftar tabel, daftar
lampiran; adapun bagian inti berisi pendahuluan sampai dengan penutup; dan bagian akhir terdiri dari dafar pustaka dan lampiran-lampiran, riwayat hidup penulis
13
Bab I Pendahuluan. Bab ini memuat: Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Rumusan Masalah, Signifikansi Penelitian, Studi Pustaka,
Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi. Bab II Biografi Ahmad Dahlan. Bab ini memuat Biografi Ahmad
Dahlan, Pendidikan Ahmad Dahlan, Peran Sosial Ahmad Dahlan, Peran Ahmad Dahlan sebagai Pejuang, Peran Ahmad Dahlan sebagai Pendidik, Usaha dan Jasa-Jasa Ahmad Dahlan.
Bab III Pendidikan Agama Islam Kontemporer. Bab ini memuat
Pengertian Pendidikan Agama Islam, Fungsi Pendidikan Islam,
Tujuan Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Islam Kotemporer,
Bab IV Pemikiran Ahmad Dahlan tentang Pendidikan Islam Kontemporer.
Bab ini memuat Pemikiran Ahmad Dahlan, Peran Ahmad Dahlan dalam Pendidikan Islam, Pendidikan Islam Kontemporer,
Relevansi Pemikiran Ahmad Dahlan tentang Pendidikan Islam terhadap Pendidikan Masa Kini.
14 BAB II
RIWAYAT HIDUP AHMAD DAHLAN
A. Biografi K.H Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan atau Muhammad darwis lahir di kauman Yogyakarta 1
agustus 1868. Dia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan kecuali adik bungsunya. Ayahnya bernama Abu Bakar seorang imam dan khatib masjid besar kraton Yogyarta.
Sementara ibunya bernama Siti Aminah putri dari K.H Ibrahim yang menjabat sebagai penghulu di kraton Yogyakarta. Menurut salah satu silsilah, keluarga
Muhammad Darwis dapat dihubungkan dengan Maulana Malik Ibrahim salah seorang wali penyebar agama Islam yang dikenal dipulau jawa. Silsilah tersebut yaitu: Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana‟Ainul Yakin,
Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman, Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demam Djurung Sapisan, Demang Djuru Kapindo, Kyai
Ilyas, Kyai Murtadla, Muhammad Sulaiman, K.H Abu Bakar, dan Muhammad Darwis lebih dikenal dengan sebutan nama Ahmad Dahlan.
1. Masa kecil Ahmad Dahlan.
Dahlan diasuh dan dididik sebagai putra kyai. Seperti layaknya anak-anak pada umumnya Muhammad Darwis diarahkan pada pendidikan informal agama Islam. Sejak kecil sudah belajar membaca Al Qur‟an dan
pengetahuan agama Islam dikampungnya. Pada umur delapan tahun Darwis sudah menunjukan kepiawaaiannya dalam membaca Al Qur‟an
15
mendidik anaknya dengan dibesarkan dalam lingkunagan sosio kultural dan religius yang tinggi dan kondusif.
Pendidikan yang diperoleh dalam lingkungan keluarga sudah mengarah dan terarah, penghayatan nilai-nilai kultural sesuai dengan
lingkungannya pendidikan keluarga yang tersalur melalui pendidikan kesenian, adat istiadat, sopan santun dan pendidikaan Agama yang ada dalam jiwa kepribadiannya.
Ini dibuktikan dengan cerita sejak kecil sudah menunjukan beberapa kelebihaan dalam penguasaan pegetahuan ilmu, sikap, pergaulan
sehari-hari di bandingkan dengan teman-teman sebayanya, ia juga mempunyai keahlian membuat barang-barang kerajinan dan mainan. Seperti anak laki-laki pada umumnya, Muhammad Darwis juga sangat
senang bermain layang-layang dan gangsing, seiring dengan perkembangan usianya, Muhammad Darwis tumbuh menjadi remaja dan
belajar kemana-mana.
Umur semakin bertambah Muhammad Darwis yang sudah dewasa terus belajar ilmu agama maupun ilmu umum dari banyak guru termasuk
para ulama, kemampun intelektual Darwis dari hari kehari menunjukan perkembangan yang semakin pesat. Kemampuan akal pikirannya
16
Dengan bertambahnya umur Darwis mempunyai kebiasaan yang banyak seperti halnya mengajar dengan biola, berorganisasi, berdiskusi
yang telah dilakukannya menjadikan tidak gentar menghadapi siapapun dan dari kalangan manapun. Beliau berkeyakinan bahwa selama dirinya
berada dijalan yang benar dan pendapatnya juga disampaikan dengan cara yang benar. Inilah yang menjadikan Darwis lebih kritis terhadap segala sesuatu yang dianggap menyimpang. Menurut Darwis ajaran Islam tidak
akan membumi dan dijadikan pandangan hidup pemeluknya, kecuali dipraktikan betapapun bagus suatu program menurut Ahmad Dahlan jika
tidak dipraktikan, tak bakal bisa mencapai tujuan bersama. Karena itu tak terlalu banyak mengelaborasi ayat-ayat Al Qur‟an tapi ia lebih banyak mempraktikan dalam amal nyata. Sama halnya dengan pendidikan Islam
kalau kita tidak melakuakan dengan nyata dan praktikan dan dielaborasi secara keseluruhanya akan menimbulkan hal yang baik (Sanusi, 2013: 73).
2. Masa Remaja Ahmad Dahlan.
Pada usianya yang ke 15 tahun dia pergi haji dan tinggal di Makkah selama lima tahun. Keberangkatannya di biayai oleh kakak ipar
beliau yang bernama kiai haji Sholeh. Seorang kiai dan saudagar yang kaya. Pada tahun 1888 Muhammad Darwis kembali ke Yogakarta.
Sepulang dari Makkah Muhammad Darwis merubah namanya menjadi Ahmad Dahlan nama yang ia peroleh dari salah satu mufti terkenal madzab Syafi‟I di Makkah yang bernama Ahmad ibnu Zaini
17 3. Masa Dewasa Ahmad Dahlan.
Diusianya menginjak 24 tahun setelah kepulangannya ia
membantu ayahnya untuk mengajar ngaji anak-anak. Dari rutinitas tersebut ia mendapat gelar Kiai seorang ulama atau intelektual. Saat usiannya 24
tahun tersebutlah Ahmad Dahlan menikah dengan Siti Walidah anak dari Kyai Penghulu Haji Fadhil, dari perkawinan dengan Siti Walidah, Ahmad Dahlan mendapatkan 6 anak yaitu: Siti Jahannah (lahir tahun 1890), Siraj
Dahlan (lahir tahun 1898), Siti Busro(lahir tahun 1903), Irfan Dahlan dan Siti Aisyah (lahir tahun 1905) dan Siti Zuharoh (lahir tahun 1908).
Istri Ahmad Dahlan tidak hanya satu beliau juga menikah dengan nyai Abdulah janda dari haji Abdullah, selain itu ia juga pernah menikah dengan Nyai Rum adik dari Kyai Munawir Krepyak. K.H Ahmad Dahlan
juga memiliki putra dari Ibu Nyai Aisyah (adik Njengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah, selain itu ia juga pernah menikah dengan Nyai
Yasiin Pakualaman Yogyakarta.
Pada tahun 1896 M. ayah K.H Ahmad Dahlan meninggal. Setelah itu ia menjadi khatib di Masjid Besar Yogyakarta yang diberi gelar “ khatib
Amin” tugasnya diantaranya khutbah jum‟at, piket serambi masjid,
Anggota Raad Agama Islam Hukum kraton. Selama menjabat sebagai
khatib beliau juga mencoba meluruskan arah kiblat shalat yang benar. Dalam catatan Sosrosoegondo disebutkan, beberapa dokumen kontemporer Belanda yang diterbitkan kala itu tampak membuka
18
keratin, dan pihak belanda yang mewawancarai hubungan antara keduanya. Dalam dokumen itu terdapaat kesan bahwa hubungan ketiga pihak itu lebih
ruwet daripada yang dipahami hingga kini, sebagai contoh, Rinkes dalam tahun1913 melaporkan bahwa Ahmad Dahlan, setelah bertentangan dengan
penguasa agama keratin mengenai masalah kiblat (arah shalat ke makkah), dikirim ke Makkah untuk mempelajari masalah penentuan kiblat dengan biaya dari Sultan. Dengan motif sultan terhadap Ahmad Dahlan untuk
mengasingkannya sampai keadaan tenang.(Anshoriy.2010:49).
Adanya pergolakan tersebut tak membuat niatnya dalam
membenarkan arah kiblat luntur karena menurutnya tidak dibenarkan kalau hanya diperintahkan oleh seorang tanpa ia berfikir apa yang disampaikan benar atau tidak. Meskipun yang memerintahkan itu adalah orang tua kita,
guru maupun orang lain yang berkedudukan sebagai petinggi suatu Negara sikap yang ditunjukannya merupakan suatu sikap pembaharuan serta
mencoba untuk berfikir terbuka dalam berfikir dan menyelidiki tindakan dan fikiran yang biasa dilakukan. Dalam meluruskan arah kiblat banyak tantangan yang ia dapat karena masyarakat setempat tidak bisa menerima
sesuatu yang baru yang menyimpang dari tradisi setempat.
Dan pada akhirnya dengan perintah dari sultan Hamengkubuwono
19
berguru ia juga mengkunjugi observatorium di Lembang untuk menanyakan cara menetapkan kiblat dan permulaanya serta akhir bulan
Ramadhan.
Perjuangannya mulai tampak cukup berhasil setelah usahanya yang
gigih dalam membenarkan arah kiblat pada tahun 1920-an masjid-masjid daerah Jawa Barat dibangun berkiblat Barat Laut. Usahanya tidak hanya tampak pada pembenaran arah kiblat, melainkan juga berjuang di arah
dakwah dan berdagang. Dalam usaha berdagangnya ia selalu menyisipkan sebagian uangnya untuk membeli kitab-kitab Islam. Dalam perjalanan
dagangnya ia juga selalu menyempatkan diri untuk bersilaturahim kepada para ulama setempat untuk membicarakan prihal agama Islam dan masyarakatnya. Hal demikian ia lakukan untuk mempelajari sebab-sebab
kemunduran kaum muslimin dan mencari jalan keluar untuk mengatasinya. Puncak dari akhir hayatnya pejuangannya yang tidak kenal lelah
menjadi ketua Pusat Muhamadiyah dan penuh perjuangan tetap diselamatkan dalam sanubari seorang Ahmad Dahlan. Tanpa kenal lelah, bahkan dalam kondisi sakitpu menjelang masa-masa akhir hidupnya ia
tidak pernah meninggalkan Muhamadiyah, sampai suatu ketika, saat kondisinya semakin parah ia dinasehati untuk beristirahat di pegunungan
Gunung Bromo, Pasuruan, tapi tetap menolak. Ia bersikukuh untuk terus mengajar ilmu agama, dan berdakwah, amar ma‟ruf nahi munkar kepada
20
Berselang tidak lama Ahmad Dahlan meninggal pada tanggal 23 Februari 123/ 7 Rajab 1340 H dalam usia 54 tahun, dimakamkan di Karang
Kajen, Yogyakarta.
B. Pendidikan Ahmad Dahlan
1. Pendidikan Masa Kecil Ahmad Dahlan.
Semasa kecil Ahmad Dahlan tidak pergi kesekolah. Hal ini
karena sikap orang-orang Islam pada waktu itu melarang anak-anaknya memasuki sekolah Gubernemen. sebagai gantinya Ahmad Dahlan memulai
pendidikannya pada masa kanak-kanak dibimbing langsung oleh kedua orang tuanya yaitu ayahnya yang bernama K.H Abu Bakar dan ibunya Siti Aminah. Ayahnya ini dikenal sebagai seorang khatib dimasjid besar
keraton jogjakarta. Pendidikan Ahmad Dahlan ini waktu dia memasuki usia sekolah Ahmad Dahlan tidak disekolahkan di sekolahan formal, melainkan diasuh dan dididik mengaji Al Qur‟an dan dasar-dasar ilmu agama Islam
oleh ayahnya sendiri di rumah. Model pembelajaran yang diperoleh dari Ahmad Dahlan adalah homeschooling. (Tengku-Zubaidah. 2014: 187).
Pada usia delapan tahun ia telah lancar membaca Al Qur‟an hingga khatam. Tidak hanya itu dia mempunyai keahlian membuat barang-barang
kerajinan dan mainan seperti halnya anak laki-laki pada umumnya. Seiring dengan usia yang semakin bertambah, ia pun mulai belajar ilmu Agama Islam tingkat lanjut. Tidak hanya sekedar membaca Al-Qur‟an saja
21
(ayahnya), kemudian ia belajar ilmu fiqih kepada kepada K.H Muhammad Shaleh, dan nahwu kepada K.H Muhsin (keduannya masih iparnyaa
sendiri) ia juga berguru dengan K.H Muhammad Nur dan K.H Abdul Hamid. Pengetahuan dalam ilmu falaq diperoleh dari gurunya yang lain
yaitu K.H Raden Dahlan (putra kyai termas), ilmu hadits ia berguru pada Syekh Khayyat, Qiroatul Qur‟an Syekh Amin dan Sayyid Bakri Satock,
ilmu pengobatan dan racun ia peroleh dari gurunya Syekh hasan, ilmu hadits ia peroleh dari gurunya Sayyid Babusijjil, dan Mukti Syafi‟I.
2. Pendidikan Ahmad Dahlan Masa Remaja.
Setelah beberapa waktu belajar dengan sejumlah guru, pada tahun 1890 Dahlan berangkat ke Makkah untuk melanjutkan studinya dan bermukim disana selama setahun. Merasa tidak puas dengan kunjungannya
yang pertama, maka pada tahun 1903, ia berangkat lagi ke Makkah dan menetap selama dua tahun. Ketika mukim kedua kalinya, ia banyak
bertemu dan melakukan diskusi dengan sejumlah ulama di Indonesia yang bermukim di Makkah. Diataranya ulama-ulama tersebut adalah Syekh Muhammad Khati Al Minangkabawi dari minangkabau, Kyai Nawawi Al
Bahteni dari Banten, Kiyai Mas Abdullah, dan kiyi Fiqih Kumambang dari gresik (Sucipto,2010:61)
Semangat Ahmad dahlan dalam menempuh jalanya untuk berdakwah dan menuntut ilmu tidak berhenti, hal ini ditunjukan semangatnya dalam mencari ilmu dengan berguru kepada para ulama di Arab Saudi saat
22
kepada kyai mahfudh Termas dan Syekh Khayat, belajar ilmu Qiraah kepada Syekh Amien dan Sayid Bakhri Syatha dan ia juga pernah berguru
pada Syekh Hasan tentang mengatasi racun Binatang. Tidak hanya samapai disitu saja, Ahmad Dahlan ini belajar pengetahuan agama Islam diperoleh
melalui beberapa sumber seperti buku-buku, sejumlah referensi dari tokoh dan pemikir pembaharu Islam dari Timur Tengah.
Referensi pemikir tokoh seperti Ibnu Taimiyah, Muhammad Abduh,
Jamaludin Al Afghani, Muhammad bin Abduh Wahab, Muhammad Rasyid Ridha, dan lainnya, berdasarkan koleksi buku-buku yang ditinggalkan
Ahmad Dahlan sebagian besar adalah buku yang yang dipengaruhi oleh ide-ide pembaharuan. Diantara buku-buku yang sering dibaca Ahmad Dahlan antara lain: “ Tauhid ” dan “ Tafsir Jus‟Ama ”, “ Al Islam wa- al
Nasrani ”, “ Kanz al-Ulum ” dan “ Dairah Al Ma‟arif “ ( Farid Wajdi ), “ Fi
Al-Bid ‟ah “ dan “ Al Tawassul wa-al Wasillah ” ( Ibnu Taimiyah), “ Izar al-Haq ” (Rahmah al Hindi), “ Tafshil al- Nasyatain Tashil al Sa‟adatsin ”,
“ Matan al- Hikmah”(Atha Allah) dan “ Al-Qashaid al-Athasiyyah” (Abdul
al Athtas).
Buku-buku lainya yang dipelajari oleh beliau secara otodidak antara lain karya-karya: Imam Syafi‟i, Imam Al-Ghozali, Ibnu Taimiyyah,
Muhammad Abdduh dan Rayid Ridha. Dengan latar belakang pendidikan Islam yang dimilikinya membuatnya dikenal dengan keahlian dalam membaca dan memahami literature Arab. Melalui kitab-kitab yang
23
tentang Univeralitas Islam. Ide-ide tentang reinterpretasi Islam dengan gagasan kembali pada Al-Qur‟an dan Sunnah mendapat perhatian khusus.
(Sucipto. 2010: 59).
3. Pendidikan Ahmad Dahlan Masa Dewasa
Ketika Ahmad Dahlan berusia 40 tahun 1909, K.H Ahmad Dahlan membuat trobosan strategi. Beliau bergabung dengan Budi Utomo dan Jami‟at kahair. Secara personal Ahmad Dahlan mengenal Budi Utomo
melalui pembicaraan atau diskusi dengan Joyosumarto, seorang anggota Budi Utomo di Yogyakarta sekaligus pembantu di bidang kedokteran, Dr.
Wahidin Sudirohusodo salah seorang pemimpin Budi Utomo yang tinggal di Ketandan Yogyakarta. Ia mempuyai banyak keluarga di kauman. Suatu hari ketika ia bersilaturahim di kauman Dahlan mengajak untuk singgah
kerumah. Dari pertemuan itulah ia mulai mengenal Budi Utomo. Kemudian keinginannya bertemu dengan pengurus Budi Utomo disampaikan
kepadanya (Suharto, 2006: 295).
Melalui joyosumarto ia berkenalan dengan dr. Wahidin Sudirohusodo secara pribadi. Ia pun sering hadir dalam rapat anggota
maupun pengurus yang diselenggarakan Budi Utomo. Setelah banyak mendengar tentang aktivitas dan tujuan Budi Utomo melalui pembicaraan
langsung dan pribadi secara resmi Ahmad Dahlan sebagai anggota Budi Utomo pada tahun 1909. Keterlibatannya di Budi Utomo memberikan pengetahuan yang banyak kepada Ahmad Dahlan perihal keorganisasian
24
Dalam perkembangan selanjutnya Ahmad Dahlan tidak hanya menjadi anggota biasa, melainkan pengurus kring kauman dan salah satu
komisariat Budi Utomo cabang Yogyakarta. Melalui perkumpulan ini Ahmad Dahlan bisa menyampaikan pelajaran Agama pada anggotanya.
Lebih dari pada itu, oleh karena anggota Budi Utomo pada umumnya bekerja di sekolah-sekolah, di kantor-kantor pemerintahan. Pada akhirnya membuat Ahmad Dahlan dapat mengajar ilmu-ilmu Agama di
sekolah-sekolah. Terbukti dengan apa yng diajarkan kepada anggota-anggota Budi Utomo di terima degan baik. Beliau juga diterima sebagai tenaga pengajar
di Kweekschool Jetis akan tetapi megajarnya diluar jam pelajaran resmi, yang biasanya dilakukan pada hari sabtu sore (Nata, 1997: 205).
Selanjutnya pada tanggal 1 Desember tahun 1911, Ahmad Dahlan
berhasil mendirikan sebuah sekolah agama di lingkungan kraton, dengan sistem pendidikan Gubernemen yang memberikan pelajaran umum. Di
sekolah ini, Dahlan menerapkan segala gagasan fikirannya mengenai pendidikan. Dengan menggunakan metode pendidikan barat memakai kursi, meja dalam bentuk klasikal, sekolah ini sebagai cikal bakaal
tumbuhnya gagasan pendirian Muhammadiyah. Raden Sosrosoegondo dan Mas Radji juga menyarankan Ahmad Dahlan mendirikan sekolah sendiri
secara terpisah. Sekolah tersebut hendaknya didukung oleh suatu organisasi atau kumpulan yang bersifat permanen.
Dalam musyawarah dengan kepala Kweekschool, Budiharjo dan
25
Ahmad Dahlan. Budi Utomo siap membantu mendirikan organisasi baru. Apabila Ahmad Dahlan didukung tujuh angggota Budi Utomo, setelah
melalui diskusi pada akhirnya tujuh anggota Budi Utomo menyutujui di bentuknya organisasi baru diantaranya, Ahmad Dahlan, Raden Haji
Syarkawi, Haji Mohammad soedja, haji Moehammad Hisja, Haji Moehammad Fachruddin, dan Haji Moehammad Tamim. Dengan kesepakatan itu tanggal 18 oktober 1912 berdirilah organisasi
Muhammadiyah. Sejak awal Ahmad Dahlan sudah menetapkan organisasi muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak
dibidang pendidikan. Tujuan organisasi ini untuk menyebarkan pengajaran Rosulullah kepada peduduk bumi putera dan memajukan hal agama Islam kepada para anggota-anggotanya (Suharto.2006:296-297).
Tepat pada tangal 20 desember 1912 Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah hindia belanda untuk mendapatkan badan
hukum. Permohonan itu baru dikabulkan pada 1914 dengan surat ketetapan No.81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan
organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta, meskipun begitu Muhammadiyah berhasil tersebar keberbagai daerah, diantaranya Sradakan,
Wonosari, dan Imogiri dan lain-lain.
26
Abdullah Sirrat, Angggota: Ahmad, Abdul Rahman, Sarkawi, Muhammad, Jaelani, Akis dan Muhammad Fakih.
Agar dapat mengatasi permasalahan yang timbul karena dipersempitnya ruang gerak organisasi ini maka diambil jalan keluar
dengan membuka cabang baru diluar Yogyakarta. Dan pada akhirnya dengan jalan keluar yang dipilih tersebut organisasi ini dapat berkembang ke berbagai daerah diantaranya Nurul Islah di pekalongan, Al Munir di
Ujung Padang, dan Sidiq Amanah Tabligh Fatonah (SATF) di solo.
Semakin berkembangnya organisasi ini pada akhirnya semakin
banyak jamah nya dan tidak hanya itu pergerakannnya semakin di gencarkan dalam bidang dakwah yakni dengan mengadakan pegajian dan perkumpulan yang membahas kepentingan Islam,
perkumpulan-perkumpulan yang membahas kepentingan Islam mendapat dukungan penuh dari Muhamadiyah. Perkumpulan-perkumpulan yang mendapat
dukungan Muhammaddiyah diantaraanya Ihwanul Muslimin, Taqwimmudin, Cahaya Muda, Hambudi Suci, Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul-aba, Ta‟awanu alal birri, Ta‟aruf bima kanu wal-Fajri, Wal- Ashri, Jamiatul Muslimin, dan
Syahrotul Mubtadi.
Semakin lama Muhammadiyah yang dipimpin Ahmad Daahlan semakin berkembang di seluruh pelosok negri Indoneia. Maka pada tanggal 7 Mei 1921 Ahmad Dahlan mengajukan surat permohonan kepada
27
Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Hingga pada akhirnya permohonan ini disetujui tepatnya pada tanggal 2 September 1921.
Selain itu Ahmad Dahlan pada tahun 1910, juga aktif di Jami‟at
Khair sebagaii Anggota, ia menjadi anggota ke 7770 perkumpulan
masyarakat Arab Indonesia bersama Husein Jayadiningrat. dalam Organisasi ini memuat tentang sekolah agama, Bahasa Arab serta bergerak dibidang sosial, juga sangat giat membangun jaringan dengan
pemimpin-pemimpin di Negara-negara Islam yang maju.
Selain di muhammadiyah, Budi Utomo, Jami‟at Khair, Ahmad
Dahlan juga aktif di Serekat Islam (SI) sejak tahun 1913. Bahkan ia menjadi komisaris sentral SI dan adviser (penasehat pusat) SI sekaligus sebagai ahli propaganda dari aspek dakwwah bagi SI. Ia termasuk
rombongan yang mewakili pengurusan pengesahan Badan Hukum Serekat Islam (BHSI) bersama Cokroaminoto (Sucipto, 2010: 69-76)
C. Peran Sosial Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan lahir dari keluarga yang terpandang. Beliau putra dari
seorang ulama dan khatib terkemua di masjid kesultanan Yogyakarta. Menurut silsilah garis keturunan Ahmad Dahlan termasuk keturunan keduabelas dari
Maulana Malik Ibrahim salah seorang yang terkemuka diantara walisongo. Ia lahir dan tumbuh kembang dalam lingkungan yang penuh dengan nuansa religius yang tinggi yaitu masyarakat kauman. Dari segi sikap tingkah laku
28
bertanggung jawab, dan juga welas asih terhadap masyarakat-masyarakat yang kurang mampu. Dalam kehidupannya dia sebagaai tenaga pengajar agama
Islam yang baik memberikan contoh, suri tauladan bagi muri-muridnya.
Ia pada masa kecilnya senang bergaul dengan anak-anak di kampung
tempat ia tinggal. Seorang yang dekat dengan rakyat, karena pada masa kecilnya sampai sekarang saling menghormati. Beliau juga adalah seorang yang lebih pragmitikus yang sering menekan semboyan kepada
murid-muridnya, sedikit bicara banyak kerja.
Untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya Ahmad Dahlan berdagang
kain. Oleh karena itu ia sering berpergian dan mengadaakan perdagangaan dengan pedagang lainnya, termasuk dengan sejumlah pedagang Arab. Selain kegiatan berdagangnya kegiatan sosial lainya yang ia lakukan adalah
memberikan pengajian kepada beberapa kelompok orang, terutama pada sekelompok murid-murid pendidikan pribumi di Yogyakarta.
1. Peran Ahmad Dahlan dalam Bidang Keagamaan.
Masalah yang selalu muncul dalam pengajian adalah tentang kajian Islam dan kehidupan tepatnya menetapkan posisi diri dengan takdir
Tuhan. Yakni suatu kehidupan sejarah yang masih ada unsur keterlibatan antara takdir dan peran aktif manusia itu sendiri, masalah ini takpernah
terpecahkan secara tuntas. Sepanjang sejarah para ulama dan pemimpin Islam sering berselisih paham tentang bagaimana realitas kehidupan sosial pemeluk Islam yang cenderung plural dan beragam dipahami dengan alat.
29
adanya keberagaaman Islam dalam hal pendidikaan, berpartai, berpraktik ibadah, organisasi, dan pemahaaman sumber-sumber ajaran Islam
(Mulkhan, 2010: 87).
Jadi hampir dari seluruh pikirannya berangkat daari keprihatinannya
terhadap situasi dan kondisi global umat Islam. Waktu itu yang tengggelam dalam kejumudan (stagnasi) kebodohan serta keterbelakangan. Kondisi ini diiperparah degan politik kolonial belada yang sangat merugikan
masyarakat Indonesia. Latar belakang situasi dan kondisi tersebut telah mengilhami munculnya ide-ide pembaharuan dapat diklasifikasikan kepada
dua dimensi yaitu: pertama, berupa memurnikan (purifikasi) ajaran Islam dari Khurafat, tahayul dan bid‟ah yang selama ini telah bercampur dalam
aqidah dan ajaran Islam. Kedua, mengajak umat Islam untuk keluar dari
jaringan pemikiran tradisional melalui reinterpretasi terhadap doktrin Islam dalam rumusan dan penjelassan yang dapat diterima oleh rasio (Nizar,
2002: 103).
Pergaulannya pun sangat luas meliputi hampir semua golongan keagamaan, kebudayaan, dan kelas sosial. Ahmad Dahlan berguru dan
berteman dengan kiai-kiai terkemuka dari berbagai daerah, orang-orang dari kalangan elit, priyai, dan ulama-ulama dari Timur Tengah dan Asia. Ia
bergaul dengan kalangan elit seperti Budi Utomo, pimpinan Agama lain, pejabat hidia belada.
Pada masanya beliau perah memiliki gagasan-gagasannya selalu di
30
dilakukaannnya tidak menyalahi syariat agama dan dapat membantu masyarakat dalam pengentasan dari kemiskinan, pemberdayaaan umat dan
pencerdasan rakyat (Sucipto, 2010: 11).
2. Peran Ahmad Dahlan dalam Dunia Pendidikan.
Di indonesia akibat penjajahan dari belanda pendidikan mengalami kemunduran. Mahmud Yunus menuliskan “ pendeknya keadaan pendidikan Islam seluruh Indonesi sebelum tahun 1900 itu sama saja, yaitu
kemunduran pendidikan Islam, sebagai akibat penjajah belanda ( Yunus,1996:203).
Dalam sebuah buku di jelaskan bahwa Ahmad Dahlan dan organisasi Muhammadiyah membangun sekolah modern yang mengajarkan ilmu-ilmu duniawi sebagai bekal bagi pendidikan untuk menempuh
kehidupan yang lebih baik. (Abdul Mulkhan, 2000: Vi) ide atau gagasan Ahmad Dahlan sangat besar terbukti dari kutipan tersebut dimana setiap
manusia harus mampu mengarungi hidup yang lebih baik. Untuk menyandarkan seseorang tentang nasib tersebut tidak ada jalan lain kecuali dengan pendidikan.
D. Peran Ahmad Dahlan Sebagai Pejuang
Selama ratusan tahun bangsa Indonesia merasakan penderitan dibawah tindasan penjajah belanda, berbagai penderitaan, penyiksaan, yang berimbas
31
bangsa Indonesia terus memperjuangkan kemerdekan tanpa kenal lelah dan putus asa demi mendapat kebebasan dan mendapatkan hak mereka.
Semangat pejuangan bangsa Indonesia untuk melawan penjajah dan merebut hak-hak mereka memggelorakaan semangat persatuan dan kesatuan.
Hingga pada abad 19, kesadaran akan kesatuan dan persatuan bangsa dirasakan oleh berbagai elemaen bangsa, dengan persatuan dan kesatuaan bangsa itu menjadi senjata untuk memenangkan hak-hak bangsa Indonesia
yang telah lama menderita karena penjajahan.
Sebagai bentuk realisasi semangat persatuan dan kesatuan mulai
terbentuklah organisasi-organisasi perjuangan untuk mewadahi cita-cita bangsa. Dari organisasi inilah akan menjadi tonggak untuk mensosialisasikan semangat persatuan dan kesatuan kepada masyarakat luas serta membentuk
konsolidasi antar anggota kepada masyarakat luas.
Di jawa terdapat organisasi yang mewadahi perjuangan dan
mewujudkan cita-cita bangsa yakni organisasi Budi Utomo, serekat Islam. Tidak hanya itu untuk mengembangkan bentuk semangat persatuan dan kesatuan Indonesia, bangsa Indonesia yang ada di luar negeri bergabung
dalam perhimpunan Indonesia, dan mereka mulai menggunakan nama Indonesia dalam konsep geografis, antropologis dan konsep politik.
32
bahkan mereka berikrar di Multazam untuk bersama memperjuangkan kemerdekaan sekembalinya dari tanah suci (Sucipto, 2010: 187-89)
Sekembalinya dari Makkah Ahmad Dahlan bergabung dengan organisasi-organisasi seperti Budi Utomo, Serikat Islam dan membentuk
organisasi Muhammadiyah yang tujuannya pun tidak lepas dari memperjuangkan kemerdekaan daan menjadikan bangsa yang lebih baik lagi. Demikianlah peran besar dari Ulama, Ahmad Dahlan dalam perjuangan
melawan penjajah.
E. Peran Ahmad Dahlan sebagai Pendidik
Pada abad ke 17 hingga 18 M. bidang pendidikan di Indonesia berada dalam pengawasan dan control ketat (VOC) sebuah kongsi perusahaan dagang
milik belanda. Pada kondisi ini kondisi pendidikan Indonesia dapat dikatakan tidak lepas dari kepentingan komersial. Pendidikan diadakan hanya untuk
memenuhi kebutuhan para pegawai VOC dan keluarganya disamping itu untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja muda terlatih dari kalangan pribumi. Berangkat dari keprihatinan inilah yang mendorong para pejuang bangsa
melalui bidang pendidikan menjadi pejuang serius para tokoh-tokoh pejuang bangsa, karena dengan cara inilah bangsa Indonesia dapat lepas dari
cengkraman kaum Imperialisme (Sucipto, 2010: 104).
Dimulai dari pendakwah Ahmad Dahlan menjelaskan semua hal tentang Islam pada msyarakat luas untuk mengamalkan ayat-ayat Al Qur‟an
33
Kweekschool meski mengajarnya hanya pada jam tambahan namun hal tersebut tidak menyurutkan perjuangannya sebagai pendidik selai itu melalui
itulah ia sapat lebih mudah lagi dalam menyerap ilmu dalam hal sistem pendidikan, pada tanggal 1 Desember 1911 Ahmad Dahlan mulai mendirikan
sekolah di lingkungan keraton dengan system pendidikan Gubernemen yang memeberikan pelajaran Umum. Sekolah ini menurut Stenbrink merupakan sekolah Islam pertama di Indonesia yang memenuhi syarat untuk mendapat
subsidi dari pemerintah. Setelah adanya sekolah itu lahirlah sekolah-sekolah berbasis pesantren modern.
F. Usaha dan Jasa- Jasa Ahmad Dahlan
Dengan keahlian dalam bidang agama dan ketekunannyaa dalam
mengikuti gagasan-gagasan pembaharu Islam. Kemudian aktif dalam pengumpulan-pengumpulan dengan menyebarkan dengan cara diskusi,
dakwah melalui berdagang batik, khutbah dan mengajar di sekolah-sekolah sampai kepelosok-pelosok tanah air. Berdirilah organisasi Muhammadiyah pada tahun 1912.
Ahmad Dahlan adalah seorang seorang yang berani memebela kebenaran yang menurutnya benar sesuai dengan Al Qur‟an dan As
Sunnah.meskipun itu harus mengorbankan kekuasannya. Beliau patut diberi pengharga atas jasa-jasanya dalam dalam pembaharuan ide, jasa, perjuangannya terutama pada bidang pendidikan. Usaha dan jasa-jasanya bias
34
1. Mengajarkan dan menyiarkan agama Islam secara popular, tidak hanya mendapatkan di pesantren. Ahmad Dahlan bertindak sebagai pendakwah
yang dijuluki Mubaligh jawa tengah karena membawa pembaharuan yang baik DI Idonesia dengan hail pemikirannya.
2. Membrantas Bid‟ah, Khirafat dan tahayul yang bertentangan dengan ajaran Islam.
3. Mendirikan perkumpulan Muhammadiyah pada tangggal 18 November
1912. Senin legi Dzulhijah 1330 H yang tersebar ke seluruh penjuru Indonesia. Pada awaal pembentukan organisasi ini Ahmad Dahlan harus menghadapi isu meninggalkan ahli sunah wal jamaa‟ah bermacam-mcam
tuduhan dan fitnah yang diberikan padanya. Hingga akhirnya Muhmmadiyah dikenal di seluruh penjuru nusantara
4. Mengubah arah kiblat sesuai dengan ketentuan yang benar. Dalam pembenaran arah kiblat Ahmad Dahlan membuat acara musyawarah yang
mengundang 17 orang ulama yang ada disekitar Yogyakarta. Yang bertujuan untuk memusyawarahkan tentang arah kiblat di surau milik keluarganya. Musyawarah ini berlangsung hingga subuh dalam hal ini
Ahmad Dahlan sudah mempersiapkan kitab-kitab sebagai acuannya daalam berpendapatnya. Pendapatnya yang menyatakan arah kiblat tidak
pada arah barat pas namun sedikit cindong ke utara + 24 derajat, sampai pada akhirya tidak berujungnya permasalahan sultan Hamengkubuwono IX memerintahkan Ahmad Daahlan untuk belajar ke Tanah Suci dengan
35
5. Membangangun panti asuhan yaitu tempat-tempat bagi anak kurang mampu. Tujuannya agar anak-anak ini lebih terawatt secara sikis maupun
psikisnya.
6. Memulai sekola mulai dari Taman Kanak-Kanak jenjang dasar, tengah,
menengah perguruan tinggi. Tidak hanya itu membangun pesantren yang modern sesuai kdengan kemajuan zaman.
7. Mendirikan Badan usaha agar masyarakat ini bias mengembangkan
perekonomian dalam kehidupan semakin maju. 8. Mendirikan umah sakit Muhammadiyah.
9. Mendirikan organisasi wanita Aisiyah yang dipimpin oleh istrinya yang benama Siti Walidah gerakan ini didirikan untuk wanita-wanita yang perduli dengan Muhammadiyah dan setuju dengan tujuan dari
Muhammadiyah untuk pembaharuan dan mengangkat derajat manusia kearah yang lebih baik dengan meninggikan derajat wanita melalui
optimalisasi perannya dalam hal pembangunan bangsa.(Mulkhan, 1990: 31)
Pemikiran-pemikiran tentang pengembangan kehidupan berbangsa ke
araha yang lebih baik baik itu dalam bidang soosial maupun pendidikan menjadikan Ahmad Dahlan sebagai salah satu pahlawan Nasional yang di
36
1. K.H Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan umat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa yang masih harus belajar dan berbuat.
2. Organisasi Muhmmadiyahnya yang didirikannya telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni bagi bangsa nya. Ajaran yang
menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi Masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam
3. Organisasi Muhmmadiyah telah banyak berkontribusi dalam mempelopori
amal usaha dalam hal sosial dan pendidikan demi kemajuan bangsa.
4. Organisasi Muhammadiyah bagian wanita (Aisiyah) telah mempelopori
37 BAB III
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KONTEMPORER
Pendidikan merupakan upaya manusia yang diarahkan kepada manusia
lain, generasi muda, murid, dengan harapan agar mereka menjadi sesuatu yang diharapkan. Diharapkan dari adanya pendidikan, para generasi muda akan menjadi manusia yang shaleh, sebagaimana yang seharusnya diperbuat dan menjauhi apa
yang tidak patut dilakukannya.
A. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama islam adalah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengemban fitrah keberagaman peserta didik agar lebih mampu
memahami, menghayati, dan mengamalkan ajara-ajaran islam.
Pendidikan agama islam merupakan komponen yang tidak terpisahkan
dari sistem pendidikan islam, bahkan pendidikan agama islam berfungsi sebagai jalur pengintegrasian wawasan islam dengan bidang-bidang studi yang lain. Implikasinya lebih lanjut, pendidikan agama islam harus sudah
dilaksanakan sejak dini sebelum anak memperoleh pendidikan atau pengajaran ilmu-ilmu yang lain.
Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk mengembangkan fitrah manusia dan sumberdaya insani menuju terbentuknya insan kamil yakni “mutaqin” yang terefleksikan dalam perilaku baik. Baik dalam hubungan
38
Adapun pengertian pendidikan agama Islam adalah usaha yang lebih khusus yang ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan dan
sumber daya insani agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.
Pendidikan agama merupakan kompoen yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan Islam. Pendidikan agama Islam merupakan jalur pengintegrasian wawasan Islam pada bidang-bidang studi (pendidikan) yang
lain, implikasi yang lebih lanjut pendidikan agama Islam harus sudah dilaksanakan sejak dini sebelum anak memperoleh pendidikan atau pengajaran
ilmu-ilmu yang lain.
Dalam hal ini ibnu qaldun lebih menitik beratkan pada pengajaran Al Qur‟an merupakan ilmu yang pertama kali diajarkan pada anak-anak karena
mengajar anak-anak dengan al Qur‟an akan menumbuhkan perasaan kegamaan (Achmadi, 1987: 11).
B. Fungsi Pendidikan Islam
Fungsi utama dari pendidikan Islam ini adalah untuk mengembangkan
fitrah dan sumberdaya insan.
Fungsi pendidikan yang utama yang telah disebutkan diatas masih
39
sehingga dapat mengembangkan kualitas insani, fungsi pendidikan islam dapat dijabarkan menjadi tiga yakni:
1. Untuk mengembangkan wawasan subyek didik mengenai dirinya dan alam sekitarnya, yang dengan semakin luasnya wawasan akan menimbulkan
berbagai kuwalitas.
2. Untuk melestarikan nilai-nilai insani yang akan menjadi filter bagi wawasan hidupnya, sehingga wawasannya mejadi tepat.
3. Untuk membuka pintu ilmu pengetahuan dan berbagai keterampilan yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan kemajuan hidupnya.
Fungsi pendidikan Islam secara lebih lanjut terdapat dalam Al Qur‟an
diantaranya Q.S Al Baqoroh 129
40 beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (Q.S. Ali Imran 164)
Q.S al jum‟ah ayat 2 Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (Q.S Al Jummuah ayat 2) Dari fungsi-fungsi pendidikan berdasarkan antropologi, kemajuan teknologi dan nilai-nilai kehidupan serta ayat-ayat Al Qur‟an dapaat
disimpilkan fungsi pendidikan adalah:
1. Mengembangkan wawasan yang tepat dan bear terhadap manusia
41
3. Mentranformasikan dan melestarikan nilai-nilai ilahi melalui pengajaran Al Qur‟an dan Sunnah Nabi.
4. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan berbagai keterampilan untuk menopang dan menunjukan taraf hidup, baik individu maupun masyarakat.
C. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan secara umum akan sama dengan gambaran manusia
terbaik menurut orang tertentu. Tujuan sebuah pendidikan sama dengan tujuan dari manusia. Manusia menginginkan manusia yang baik, kualitas baik
seseorang ditentukan oleh pandangan hidupnya berupa agama, maka manusia yang baik itu adalah manusia yang baik menurut agamanya. Bila pandangan hidupnya sesuatu mazhab filsafat, maka manusia yang baik itu adalah manusia
yang baik menurut filsafatnya itu. Bila pandangan hidupnya berupa warisan nilai dari nenek moyang, maka manusia yang baik itu adalah manusia yang
baik menurut pandangan nenek moyangnya itu. Yang paling banyak terdapat di dunia ini ialah campuran ketiga sumber nilai tersebut (Tasir 2010: 77).
Sedangkan tujuan umum pendidikan dan pengajaran dalam islam
adalah menjadikan manusia seluruh manusia sebagai abad atau hamba Allah swt. tujuan ini mungkin membuahkan tujuan-tujuan khusus. Mengingat bahwa
42
Dalam merumuskan tujuan pendidikan islam, paling tidak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Tujuan dan tugas manusia dimuka bumi, baik secara vertikal maupun horisontal.
2. Sifat-sifat dasar manusia
3. Tuntutan masyarakat dan dinamika peradaban kemanusiaan.
4. Dimensi-dimensi kehidupan ideal islam, yaitu (a) mengandung nilai yang
berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia dimuka bumi.(b) mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih
kehidupan yang baik. (c) mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan dunia dan akhirat.
Menurut beberapa ahli pendidikan muslim diantaranya:
1. Al- syaibani, mengemukakan bahwa tujuan tertinggi pendidikan islam adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. Sementara tujuan
akhir yang akan dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan, dan akalnya secara dinamis, sehingga akan terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksananya fungsinya ( Nizar.
2002:36).
2. Menurut Ali Khalil Abu Al Aynain tujuan pendidikan islam adalah
membentuk pribadi yang beribadah kepada Allah.(Nata, 1997:56)
43
sebagai hamba dan khalifahnya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah. (Nata, 1997:52)
Dengan demikian dapat disimpulkan tujuan dari pendidikan adalah membina dan membentuk manusia sesuai dengan fitrahnya sebagai
khalifah sehingga mampu utuk membangun dunia dan membentuk pibadi yang utuh (insan kamil) utuk senantiasa mempersembahkan diri untuk beribadah kepada Allah.
D. Pendidikan Agama Islam Kontemporer
Dunia akan terus berputar, bergerak dan hal itulah yang membuat semakin banyak perubahaan yang ada dalam dunia ini seorang filsuf dan matematikawan, Alfred Nourth White menuturkan bahwa alam dengan segala
isinya senantiasa berubah dengan rangkain peristiwa-peristiwa secara terus menerus dalam bentuk perubahan yang terarah dan terpadu. Hal yang sama
juga dituturkan oleh seorang filsuf muslim bernams Mulls Sandra seorang filsuf pada tahun 1640 M mengemukakan teori dasarnya Al-barakat al Jauhariyyah, juga megemukakan bahwa seluru dunia fisik maupun psikis dan
dunia imajinasi akan selalu bergerak secara horizontal hingga arketip-arketip yang tidak bergerak dan bercahaya, selalu dalam gerak dan
menjadi.(Muhmidayeli,2007: 94)
Dengan teori-teori yang dikemukakan diatas dapat diartikan pembaharuan yang ada dalam kehidupan merupakan sebuah kewajaran
44
yang ada dunia pendidikan juga semakin kompleks dan beragam, sehingga memunculkan sistem, isu-isu dan pendidikan kontemporer atau kekinian.
Di dunia yang yang semakin mengedepankan akal fikiran manusia membuat pendidikan yang berlaku pada masa kontemporer ini adalah
pendidikan bersifat pendidikan ilmu seperti, sains, teknologi dan lain sebagainya sehingga pendidikan spiritualitas seperti pendidikan agama Islam semakin ditinggalkan sehingga membentuk adanya dikotomi dalam sistem
pendidikan.
Menurut yusuf Qardhawi, dikotomi pendidikan ini lahir dari dunia
barat, khususnya Eropa yang jauh dari tata nilai dan norma-norma keislaman. Lain halnya dengan Islam, Islam merupakan ajaran yang mendorong memotivasi umat manusia untuk senantiasa berada dalam proses belajar
mengajar dan spirit yang mampu melahirkan sebuah peradaban besar yang dibangun diatas teori dan metode ilmiah, sehingga mampu mengungkap
nilai-nilai peradaban yang humanis untuk diimplementasikan dalam pergaulan hidup sehari-hari. (Zainuddin, 2008: 16)
Adanya dikotomi dalam pendidikan menjadikan semakin liberalnya
pemikiran-pemikiran manusia dan liberalisme pemikiran manusia mengakibatkan pada kecenderungan pemuasan nafsu yang berimbas pada
sesuatu yang buruk dengan semakin bebasnya pemikiran manusia dan tidak ada kontrol diri berupa ajaran-ajaran dalam pendidikan akan membuat dampak yang lebih buruk, maka sistem pendidikan kontemporer yang harus diusung
45
nilai-nilai spiritualitas supaya arah pendidikan dan tujuan dari pendidikan Islam terwujud dengan sempurna.
Sebab dari kemunculan dikotomi ini adalah sifat fanatisme terhadap agama yang pada akhirnya memunculkan gerakan eksklusifisme. Sistem
pendidikan modern atau kontemporer yang berkembang berbeda dengan sistem pendidikan Islam perbedaan tersebut secara prinsipil dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya:
1. Sistem idiologi
Islam memiliki idiologi tauhid yang bersumber dari Al Qur‟an dan
As Sunnah, sedangkan pendidikan modern memiliki berbagai macam idiologi yang bersumber dari “ isme-isme” materialisme, sosialisme,
kapitalisme dan sebagainya.
2. Sistem pendidikan Islam bersumber daari nilai Qur‟an dan Sunnah sedangkan pendidikan modern bersumber dari nilai lain.
3. Orientasi pendidikan. Pendidikan Islam berorientasi pada duniawi dan ukhrowi, sedangkan pendidikan barat berorientasi pada duniawi saja.
Sedangkan menurut para pemikir seperti Hossein Nasr
membandingkan pendidikan Islam dengan pendidikan Barat yang modern secara teknis dibedakan oleh beberapa faktor diantaranya sebagai berikut:
1. Sistem hubungan guru dengan murid.