• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis - RIFKA AJENG BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis - RIFKA AJENG BAB II"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A.Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

1. Pengertian Berpikir Kreatif

(2)

2. Indikator Berpikir Kreatif

Karakteristik pemikiran kreatif menurut Guilford (Satiadarma, 2003) berkaitan erat dengan lima ciri yang menjadi sifat kemampuan berpikir yakni: (a) kelancaran (fluency) dalam berpikir adalah kemampuan memproduksi banyak gagasan, (b) keluwesan (flexibility) merupakan kemampuan untuk mengajukan berbagai pendekatan atau jalan pemecahan masalah, (c) keaslian (originality) adalah kemampuan untuk melahirkan gagasan-gagasan asli sebagai hasil pemikiran sendiri, (d) penguraian (elaboration) adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terperinci, (e) perumusan kembali (redefenition) merupakan kemampuan untuk mengkaji suatu persoalan melalui cara dan prespektif yang berbeda dengan apa yang sudah lazim.

(3)

menentukan patokan penilaian sendiri dan mementukan apakah suatu pertanyaan benar.

Menurut Evans (Subandar, 2009) berpikir kreatif terdeteksi dalam empat bentuk yaitu : (a) kepekaan (sensitivity) kemampuan mengidentifikasi adanya masalah, mampu membedakan fakta yang tidak relevan dan yang relevan dengan masalah termasuk konsep-konsep yang relevan, (b) kelancaran (fluency) dalam memunculkan gagasan atau pertanyaan yang beragam serta menjawabnya, ataupun merencanakan dan menggunakan berbagai strategi penyelesaian pada saat menghadapi masalah yang rumit serta kebuntuan, (c) keluwesan (flexibility) suatu variasi yang sesungguhnya menunjukkan kekayaan ide atau alternatif dan usaha dari yang bersangkutan dalam membangun gagasan menuju pada solusi yang diharapkannya, (d) keaslian (originality) munculnya gagasan dari yang bersangkutan tanpa memperoleh bantuan dari orang lain.

Berdasarkan sumber di atas dapat dirumuskan indikator kemampuan berpikir kreatif yang digunakan peneliti antara lain:

a) Kelancaran (fluency), yaitu kemampuan memberikan banyak cara atau solusi dalam menyelesaikan masalah.

(4)

c) Keaslian (originality), yaitu mengungkapkan suatu ide untuk menyelesaikan permasalahan matematika dengan memberikan cara yang tidak biasa atau caranya sendiri.

d) Kerincian (elaboration), yaitu kemampuan mengembangkan jawaban

secara terperinci.

B.Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Menurut Tan (Rusman, 2010) PBM merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui kerja kelomok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara bekesinambungan. Dengan keterampilan yang lebih tinggi dan tingkat kreativitas yang sangat tinggi pula maka akan menciptakan individu yang kritis. PBM membantu untuk meningkatkan perkembangan ketrampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif.

(5)

meningkatkan kepercayaan diri. Menurut Duch (Shoimin, 2014) Problem Based Learning (PBL) atau PBM adalah model pembelajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa PBM adalah model pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada siswa dimana masalah tersebut yang sering dialami di kehidupan nyata. Selanjutnya siswa menyelesaikan masalah tersebut untuk menemukan pengetahuan yang baru melalui kerja kelompok atau tim yang sistematis.

Rusman (2010) menyatakan bahwa karakteristik PBM adalah sebagai berikut:

1. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.

2. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur.

3. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective).

4. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.

5. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.

(6)

8. Pengembangan keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.

9. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah

proses belajar.

10. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

Alur proses Pembelajaran Berbasis Masalah dapat dilihat pada flowchart berikut.

Gambar 2.1 Keberagaman Pendekatan PBM

(7)

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Fase-fase Kegiatan Guru

Fase 1

Orientasi siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa yang terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. Fase 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Fase 3

Membimbing pengalaman individual/kelompok

Mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Fase 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan

C. Strategi Brainstorming

Brainstorming adalah suatu teknik atau cara mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas, yaitu dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar (Roestiyah, 2008). Satu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat. Tujuannya untuk mengungkapkan apa yang ada dipikirkan para siswa dalam menanggapi masalah yang dilontarkan oleh guru.

VanGundy (2005) menentukan empat aturan dasar untuk brainstorming,

(8)

1. Defer Judgment (penundaan penghakiman)

Pada umumya kita cenderung kritis dan berhati-hati, kecenderungan untuk kritis ini menyebabkan kita lebih mmemperhatikan apa yang salah, apa yang lemah, apa yang keliru pada gagasan yang diberikan orang lain daripada memperhatikan apa yang baik, sehingga kritik yang terlalu cepat akan mematikan kreativitas. Kritik yang sering didengar terhadap suatu gagasan yang diberikan adalah:

a. Hal itu sudah sering dilakukan, b. Hal itu belum pernah dilakukan, c. Rasanya tidak akan berhasil, d. Gagasan itu aneh sekali, e. dan sebagainya.

2. Quantity Breeds Quality (kuantitas menentukan kualitas)

(9)

3. The Wilder the Better (liar lebih baik)

Diperlukan iklim tertentu agar seseorang bebas dalam mencetuskan gagasan, yaitu iklim di mana ia merasa aman, diakui, dan dihargai. Seseorang harus membebaskan pikiran dan mematikan sensor serta goncangan konsentrasi, buatlah sesuatu yang sembarangan dan fokuslah pada seberapa banyak ide aneh yang bisa dipikirkan. Jangan khawatir pada praktek penghasilan ide-ide, pergilah untuk sesuatu yang tidak biasa dan lihatlah hasilnya.

4. Combine and Improve Ideas (gabungan dan perbaikan ide)

Tidak jarang dalam brainstorming terjadi bahwa gagasan yang diberikan seseorang menyambung pada gagasan orang lain. Gabungkan sebuah ide yang sudah ada dengan yang lain untuk membentuk ide baru yang komplit. Ini merupakan salah satu manfaat terbesar yang saling memacu dalam pemberian gagasan diantara para peserta.

(10)

terlalu lama dapat menimbulkan frustasi pada siswa. Guru dapat memudahkan proses dengan memberikan kerangka pemikiran yang berkaitan dengan masalah untuk meningkatkan kelenturan pemikiran yang merupakan salah satu aspek dari berpikir kreatif.

Keunggulan teknik brainstroming antara lain:

a. Anak-anak aktif berpikir untuk menyatakan pendapat b. Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis.

c. Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan dengan masalah yang diberikan oleh guru.

d. Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran. Namun demikian teknik ini masih juga memiliki kelemahan yaitu:

a. Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir dengan baik.

b. Anak yang kurang selalu ketinggalan.

c. Kadang-kadang pembicaraan hanya dimonopoli oleh anak yang pandai. d. Masalah bisa berkembang ke arah yang tidak diharapkan.

D. Strategi Brainstorming pada Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

(11)

partisipasinya dalam menyelesaikan masalah dengan kelompoknya, setiap individu berhak mengutarakan ide-ide mereka sendiri yang berkaitan dengan masalah, sehingga memungkinkan terjadinya diskusi antar siswa untuk berpikir lebih terbuka dan lebih luas.

Tabel 2.2Langkah-langkah Strategi Brainstorming pada Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Fase-fase Kegiatan Guru

Fase 1

Orientasi siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, dan memfasilitasi siswa untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

Fase 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Meminta siswa untuk berkelompok. Mengemukakan empat aturan dasar dari brainstorming yang harus

Mendorong siswa secara kelompok mengumpulkan informasi yang sesuai.

Menginstruksikan setiap individu menuliskan ide yang didapatkan, bisa dalam bentuk gambar. Ide dari setiap individu saling dihubungkan dan menghasilkan penyelesaian masalah dari kelompok tersebut. Fase 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapakan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya kmudian meminta kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok.

Fase 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

(12)

E.Perbedaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan Strategi

Brainstorming pada Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).

Secara umum perbedaan yang mendasar pada kedua proses pembelajaran tergambar pada proses siswa belajar, pada model PBM siswa diberikan masalah kemudian difasilitasi untuk terlibat dalam pemecahan masalah, akan tetapi dalam penerapan strategi Brainstorming pada PBM lebih khusus mengajarkan siswa tidak hanya untuk menggali pengetahuan dari masalah, akan tetapi juga menggali kemampuan siswa dalam berinteraksi dalam kelompok. Pada penerapan strategi brainstorming pada PBM juga memungkinkan siswa untuk memperoleh banyak ide yang mereka peroleh dari proses diskusi dan memungkinkan siswa untuk berpikir luas dan divergen. Lebih rinci perbedaan kedua model dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3Perbedaan model PBM dengan Strategi Brainstorming pada PBM

Model PBM Strategi Brainstorming pada

PBM Fase 1

Orientasi Siswa pada masalah:

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa yang terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

Fase 1

Orientasi Siswa pada masalah:

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, dan memfasilitasi siswa untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

Fase 2

Mengorganisasi siswa untuk

belajar:

Guru membantu siswa

mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

Fase 2

Mengorganisasi siswa untuk

belajar:

(13)

Fase 3

Membimbing pengalaman

individual / kelompok:

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Fase 3

Membimbing pengalaman

individual / kelompok

Guru mendorong siswa secara kelompok mengumpulkan informasi yang sesuai.

Menginstruksikan setiap individu menuliskan ide yang didapatkan, bisa dalam bentuk gambar. Ide dari setiap individu saling dihubungkan dan menghasilkan penyelesaian masalah dari kelompok tersebut.

Fase 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya:

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Fase 4

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya:

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya kemudian meminta kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok.

Fase 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah:

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan

Fase 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah:

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

F. Materi

Materi : Geometri Dimensi Dua

(14)

Tabel 2.4Materi Geometri Dimensi Dua

Kompetensi Dasar Indikator

5.1 Mengidentifikasi sudut

5.2 Menentukan keliling bangun datar dan luas daerah bangun datar.

1) Menentukan satuan sudut dalam derajat dikonversi kesatuan sudut dalam radian atau sebaliknya sesuai prosedur.

2) Menentukan rumus keliling bangun datar. 3) Menghitung keliling bangun datar.

4) Menentukan rumus luas bangun datar. 5) Menghitung luas bangun datar.

6) Memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep keliling dan luas dalam kehidupan sehari-hari.

G.Penelitian yang relevan

Menurut penelitian dari Daryati (2014) yang berjudul “Pengaruh Problem

Based Learning terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa SMK Negeri 1

Purbalingga” menyimpulkan bahwa ada pengaruh positif Problem Based

Learning terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa SMK Negeri 1 Purbalingga. Hasil penelitian yang berjudul “ Pengaruh Problem Based Learning terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SMP” karya Anas

Dian Idola (2014) menyimpulkan bahwa kemampuan komunikasi ,matematis siswa SMP pada materi Prisma dan Limas yang mengikuti Problem Based Learning lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa SMP yang mengikuti pembelajaran langsung. Hasil penelitian dari Findi Rosiana pada penelitian tindakan kelas yang berjudul “Upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII D SMP N 1 Sumbang melalui Problem Based Learning” menyimpulkan bahwa adanya peningkatan kemampuan berpikir

(15)

Persamaan ketiga penelitian di atas dalam proses pembelajaran di kelas menggunakan model Problem Based Learning, yang dapat memberi pengaruh atau peningkatan pada prestasi siswa. Memberikan dampak positif pada setiap kemampuan yang telah diteliti.

H.Kerangka Pikir

Berpikir kreatif dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika adalah menyelesaikan tugasnya dengan berbagai banyak cara penyelesaian, mampu mengemukakan dan mengembangkan idenya, serta terbuka atas pendapat yang berbeda. Gambaran yang tampak saat ini dalam memecahkan masalah pada soal-soal yang diberikan masih terbatas pada pemikiran tingkat rendah. Berpikir kreatif ini merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi, sehingga akan menghasilkan kreativitas yang sangat penting untuk menghadapi kondisi dan situasi yang semakin ketat dalam persaingan hidup di era globalisasi sekarang.

(16)

Pembelajaran yang ideal di dalam kelas adalah pembelajaran yang menimbulkan adanya interaksi antara guru dengan siswa. Siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk bebas mengeluarkan ide-ide yang dimiliki, serta mengkomunikasikan pendapat maupun pemikiran-pemikiran mereka bersama siswa yang lainnya, agar berpikir kreatif bisa teraktualisasi. Adapun perbedaan dari penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dan strategi brainstorming pada Pembelajaran Berbasis Masalah diantaranya sebagai berikut:

Tabel 2.5 Perbedaan PBM dengan strategi Brainstorming pada PBM

Pembelajaran Berbasis Masalah Strategi brainstorming pada PBM 1. Konsep dan pemecahan masalah

sesuai dengan kebutuhan siswa. 2. Belajar peranan orang dewasa

yang otentik.

3. Menumbuhkan motivasi internal untuk belajar.

4. Menjadi siswa yang mandiri.

1. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa untuk memecahkan masalah.

2. Menciptakan suasana belajar yang merangsang siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis.

3. Merangsang siswa untuk belajar dan selalu siap berpendapat dalam menyelesaikan masalah.

4. Suasana demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan.

(17)

I. Hipotesis

Gambar

Gambar 2.1 Keberagaman Pendekatan PBM
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Tabel 2.2 Langkah-langkah Strategi Brainstorming pada Pembelajaran
Tabel 2.3 Perbedaan model PBM dengan Strategi  Brainstorming pada
+3

Referensi

Dokumen terkait

semakin tinggi pula persepsi kualitas interaksi social

Salah satu model pembelajaran yang dapat mempengaruhi pemahaman konsep siswa melalui pengaitan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari – hari adalah model

Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis lakukan dengan Harun Zainal selaku ketua Umum Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pao Tombolo menerangkan bahwa strategi

Dari level top management proses pengolahan data menjadi informasi dan akhirnya menjadi pengetahuan (knowledge) digunakan sebagai proses untuk mengambil

The advantages of using active voice in writing texts are the sentences can be written shorter and the sentence can be forceful and personal.. Then, the advantages

Mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan pembelajaran kaidah-kaidah bahasa Arab dengan metode Amtsilati pada santri Madin Tingkat Awaliyah Pon-Pes

Perekat tepung tapioka dalam bentuk cair sebagai bahan perekat menghasilkan fiberboard bernilai rendah dalam hal kerapatan, keteguhan tekan, kadar abu, dan zat

Pada penelitian ini, peneliti ingin meneliti 4 faktor yang mempengaruhi perilaku audit disfungsional yaitu kompleksitas tugas, time budget pressure , client importance , dan