• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesejahteraan sosial merupakan keseluruhan usaha yang terorganisir dan

mempunyai tujuan yang sama dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat

berdasarkan konteks sosialnya. Menurut Sulistiati (2004 : 25), “kesejahteraan sosial

mencakup berbagai unsur kebijakan dan pelayanan dalam kehidupan masyarakat

seperti pendapatan, jaminan sosial, pendidikan, kesehatan, perumahan, dan rekreasi

budaya”. Sedangkan dalam konteks Indonesia sendiri menurut Huda (2009 : 73),

“kesejahteraan sosial dapat dimaknai dengan terpenuhinya kebutuhan seseorang,

kelompok, atau masyarakat dalam hal material, spiritual maupun sosial”. Di

Indonesia, kesejahteraan merupakan salah salah satu tujuan Negara yang telah

ditetapkan sejak Indonesia merdeka dan telah dicantumkan dalam pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 pada alenia ke empat. Hal

tersebut menunjukkan bahwa salah satu tekad yang ingin dicapai oleh Negara

Indonesia adalah kehidupan yang sejahtera bagi seluruh warga negaranya.

Menurut Soekidjo, Krianto, Hassan & Mamdy (2013 : 1), “salah satu upaya

yang harus dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

yaitu dengan melakukan pemenuhan terhadap hak-hak warganegara melalui

pembangunan bangsa sesuai yang telah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945”.

Hak warga negara merupakan hak individu. Menurut Winarno (2009 : 18), “hak

warganegara dapat di katakan pula sebagai bentuk salah satu kepemilikian yang

melekat dalam diri identitas seorang warganegara”. Hak warganegara Indonesia

seperti yang telah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 antara lain: hak

memperoleh pendidikan, hak atas kesamaan dalam hukum dan pemerintahan, hak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak untuk membela negara,

kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat, hak asasi manusia,

(2)

commit to user

kemerdekaan beragama dan beribadah, hak untuk usaha pertahanan dan keamanan

negara, hak mengembangkan dan memelihara budaya, hak atas kehidupan ekonomi

dan hak atas jaminan sosial. Di dalam hak asasi manusia sendiri diatur mengenai

hak-hak dasar manusia sebagai makhluk individu. Salah satu diantaranya yaitu

adanya jaminan atas kesehatan. Jaminan atas kesehatan merupakan salah satu hal

yang harus di prioritaskan oleh pemerintah disamping pendidikan, mengingat

kesehatan juga merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat dalam

meningkatkan derajad kemanusiaan yang lebih baik.

Hak atas jaminan kesehatan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Dasar

1945 pasal 28 H ayat 1 yang berbunyi, “

setiap orang berhak hidup sejahtera lahir

dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan

sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan

”. Ketentuan lebih lanjut

mengenai jaminan atas kesehatan tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyebutkan bahwa kesehatan adalah hak

fundamental setiap warga. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, hak

atas kesehatan merupakan suatu kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Karena itu kesehatan merupakan dasar dari diakuinya derajad kemanusiaan. Tanpa

kesehatan manusia tidak akan mampu menikmati sepenuhnya kehidupan sebagai

manusia. Adanya jaminan atas kesehatan tersebut sangat penting sebagai kondisi

yang diperlukan untuk terpenuhinya hak-hak lain baik haknya sebagai warganegara

maupun haknya sebagai individu.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, hak

atas kesehatan meliputi antara lain hak untuk mendapatkan kehidupan dan pekerjaan

yang sehat, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, dan perhatian khusus

terhadap kesehatan ibu dan anak. Termasuk di dalamnya yaitu hak untuk

memperoleh kecukupan gizi bagi ibu dan anak pada khususnya. Hak atas kecukupan

gizi juga diatur secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 yaitu

(3)

commit to user

pada pasal 142 ayat (3) yang menyatakan bahwa,

Pemerintah bertanggung jawab

atas pemenuhan kecukupan gizi pada keluarga miskin dan dalam situasi darurat

”.

Didalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pasal 25 disebutkan bahwa, ”Setiap

orang berhak atas standar hidup yang layak untuk kesehatannya yakni

sekurang-kurangnya makanan dan minuman, pakaian, dan tempat tinggal atau pangan,

sandang, papan, dan kesehatan. Selain itu, jaminan kesehatan juga menjadi salah satu

bidang yang di utamakan dalam kesepakatan global yang terdiri dari 189 negara

termasuk Indonesia bertekad untuk menghapuskan kemiskinan, keterbelakangan, dan

ketertinggalan di dunia dalam era millenium. Menurut Biran Affandi (2006),

“kesepakatan global tersebut merumuskan target-target yang akan dicapai sampai

dengan tahun 2015, yang dirumuskan dalam 8 Tujuan pembangunan millenium atau

Millenium Development Goals

(MDG’s), dari 8 (delapan) sasaran yang telah

ditetapkan 4 (empat) diantaranya yaitu tentang perbaikan kesehatan” (Notoatmodjo

dkk, 2013:4).

Target MDG’s 2015 mengenai kesehatan yaitu antara lain MDG’s-1 yang

menyatakan, penghapusan kemiskinan dan kelaparan; MDG’s-4, penurunan angka

kematian anak; MDG’s-5, peningkatan kesehatan ibu; dan MDG’s-6, perlawanan

terhadap penyakit . Salah satu sasaran bidang kesehatan yang diprioritaskan yaitu

masalah gizi dan kesehatan ibu-anak. Fokus pemerintah untuk memenuhi target

MDGs dalam bidang ini ialah dengan meningkatkan kesehatan ibu dan anak (KIA)

karena ibu dan anak merupakan unsur penting pembangunan, hal tersebut

mengandung pengertian bahwa dari seorang ibu akan dilahirkan calon-calon penerus

bangsa yaitu anak. hal tersebut sesuai dengan pendapat Prasetyawati (2012:10) yang

mengungkapkan bahwa,”Untuk mendapatkan calon penerus bangsa yang dapat

memberikan manfaat bagi bangsa maka harus diupayakan kondisi ibu dan anak yang

sehat”.

Dengan adanya jaminan atas hak-hak asasi kesehatan warganegara di

Indonesia menunjukkan bahwa pemerintah telah berupaya meningkatkan kualitas

(4)

commit to user

atau mutu kesejahteraan kesehatan warga karena kesehatan warganegara menjadi

salah satu hal yang harus diprioritaskan pemerintah terutama kesehatan ibu dan anak.

Oleh karena itu, setiap individu berhak memperoleh perlindungan atau jaminan

terhadap kesehatannya, termasuk di dalamnya yaitu kecukupan gizinya dan selain itu

negara bertanggungjawab agar hak hidup sehat masyarakat terpenuhi, termasuk bagi

masyarakat miskin dan tidak mampu.

Terkait hak atas kecukupan gizi, di kabupaten Wonogiri masih banyak

ditemukan anak yang menderita status kurang gizi dan bahkan gizi buruk. Menurut

Darmini salah satu pegawai puskesmas 1 Purwantoro, hal tersebut disebabkan oleh

faktor kemiskinan dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai pentingnya

pemenuhan asupan gizi bagi anaknya terutama saat usia balita, sehingga mereka

tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh anak-anak mereka

yang dalam kehidupan sehari-hari makanan yang bergizi tersebut dikenal dengan

slogan empat sehat lima sempurna, yaitu makanan yang terdiri dari nasi,

sayur-mayur, lauk-pauk, buah-buahan dan disempurnakan dengan susu. Hal tersebut sesuai

dengan pendapat Departemen Gizi&Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia (2013:15) yang mengungkapkan bahwa, “pola

makan empat sehat lima sempurna sangat penting untuk masa pertumbuhan terutama

pada seorang anak, apabila tidak dicukupi dalam kurun waktu tertentu maka dapat

mengakibatkan kurang gizi yang kemudian akan berujung pada gizi buruk”.

Menurut salah satu dokter yang bekerja di Puskesmas 1 Purwantoro, gizi

buruk dapat berdampak pada tumbuh kembang anak serta mempengaruhi otak dan

kecerdasan, karena menurut sejumlah ahli, otak balita mengalami perkembangan

yang pesat pada trisemester pertama, atau 18 bulan setelah dilahirkan. Masa ini

adalah masa yang paling menentukan pada fase perkembangan otak balita, yang juga

disebut sebagai

brain growth spurt

atau masa emas pertumbuhan otak. Itu sebabnya

masa ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kecerdasan balita.

Apabila tidak segera ada penanganan, hal tersebut dapat mengakibatkan rendahnya

(5)

commit to user

tingkat kecerdasan anak dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Masalah gizi

buruk tersebut terjadi di tiga distrik yang membawahi 13 kecamatan di Kabupaten

Wonogiri dan ditemukan jumlah terbanyak yaitu di kecamatan Wuryantoro,

Paranggupito, Purwantoro dan Kismantoro.

Berdasarkan data yang di peroleh dari kecamatan Purwantoro, di Wonogiri

telah tercatat ada 2579 anak dari 51.540 anak yang asupan gizinya tidak terpenuhi

secara maksimal. Angka tersebut mencakup dua kategori yaitu Gizi buruk dan

kurang gizi. Tercatat sekitar 3.8 % yaitu 1960 anak usia balita mengalami kurang gizi

dan sekitar 1.2% yaitu 619 balita mengalami gizi buruk pada tahun 2012 lalu.

Sedangkan di puskesmas 1 Purwantoro sendiri pada akhir tahun 2013 kemarin dari

1877 ditemukan 100 kasus baru gizi buruk pada anak yaitu sekitar 1,4 %.

Masalah gizi buruk tentunya sangat disayangkan karena kita ketahui anak

merupakan calon generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, upaya pemeliharaan

kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan

datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian

bayi dan anak. Berkaitan dengan hal tersebut maka anak yang dilahirkan wajib

dibesarkan dan diasuh secara bertanggung jawab sehingga memungkinkan anak

tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal. Upaya pemeliharaan kesehatan

anak dilakukan sejak anak masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan,

dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi

dan anak tersebut menjadi tanggung jawab dan kewajiban bersama bagi orang tua,

keluarga, masyarakat, pemerintah, dan pemerintah daerah.

Masalah kurang gizi dan gizi buruk yang terjadi di Wonogiri tersebut juga

merupakan masalah yang terkait dengan hak warganegara, mengingat setiap

warganegara telah memiliki hak atas kecukupan gizi yang telah diatur secara jelas

dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, maupun dalam

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pasal 25 dimana dinyatakan bahwa

(6)

commit to user

pemerintah bertanggungjawab terhadap ketersediaan makanan dan gizi bagi

warganegara termasuk di dalamnya yaitu bagi masyarakat miskin. Oleh karena itu

masalah gizi buruk tersebut juga menjadi tanggungjawab pemerintah. Maka dalam

rangka memenuhi hak warganegara kaitannya dengan hak atas kecukupan gizi

pemerintah membuat suatu program guna menekan angka gizi buruk dan kurang gizi

yang terjadi di kabupaten Wonogiri. Program tersebut dinamakan dengan Program

Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Program ini diberlakukan di

puskesmas-puskesmas di setiap kecamatan melalui pos pelayanan terpadu (posyandu).

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI, 2011),

program PMT ini dibedakan menjadi dua yaitu yang pertama Tindakan Penyuluhan

dan yang kedua yaitu Tindakan Pemulihan. Tindakan penyuluhan diberlakukan

kepada orang-orang kaya atau orang-orang yang masih mampu memenuhi kebutuhan

hidupnya dengan baik namun karena kurangnya pengetahuan tentang pentingnya gizi

dan nutrisi serta pola asuh yang salah mereka menderita kurang gizi atau bahkan gizi

buruk. Oleh karena itu bagi mereka yang menderita kurang gizi maupun gizi buruk

akan diberikan suatu penyuluhan dalam bentuk pendidikan diluar bangku sekolah

atau sosialisasi untuk merubah pola perilaku dan pola pikir masyarakat dalam hal-hal

yang berhubungan dengan gizi. Sedangkan tindakan pemulihan diberlakukan kepada

orang-orang yang mengalami gizi buruk yang dilatarbelakangi oleh faktor

kemiskinan, jadi dapat dikatakan bahwa tindakan pemulihan ini diberlakukan untuk

keluarga yang kurang mampu atau miskin. Dalam tindakan pemulihan ini anak yang

menderita gizi buruk akan diberi perawatan khusus selama 90 hari dan diberikan

makanan tambahan secara gratis.

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan dan diuraikan dalam latar

belakang masalah, apabila masalah gizi buruk tersebut terus berlangsung maka

hak-hak warganegara atas kecukupan gizi tidak dapat terpenuhi, sehubungan dengan hal

tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan pengkajian dan penelitian khususnya

mengenai pemenuhan hak warga negara atas kecukupan gizi terkait masalah gizi

(7)

commit to user

buruk di kecamatan Purwantoro kabupaten Wonogiri. Untuk itu dalam penelitian ini

penulis tertarik untuk mengangkat sebuah judul,

“Program Pemberian Makanan

Tambahan (PMT) dalam Mengatasi Gizi Buruk pada Anak dan Dampaknya

terhadap Pemenuhan Hak Warga atas Kecukupan Gizi di Kecamatan

Purwantoro Kabupaten Wonogiri”

.

B. Rumusan Masalah

Dilihat dari latar belakang yang telah dikemukakan, penulis mengambil

rumusan masalah sebagai berikut:

1.

Bagaimana implementasi program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dalam

mengatasi gizi buruk dan kurang gizi pada anak balita di kecamatan Purwantoro,

Kabupaten Wonogiri?

2.

Apakah dampak dari program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) terhadap

pemenuhan hak warga atas kecukupan gizi di Kecamatan Purwantoro,

Kabupaten Wonogiri?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang hendak di dapatkan dari

penelitian ini yaitu:

1.

Untuk mengetahui implementasi program Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

dalam mengatasi gizi buruk dan kurang gizi pada anak di kecamatan Purwantoro,

Kabupaten Wonogiri.

2.

Untuk mengetahui dampak dari program Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

terhadap pemenuhan hak warga atas kecukupan gizi di Kecamatan Purwantoro,

Kabupaten Wonogiri.

(8)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian yang akan dilakukan ini, diharapkan mempunyai manfaat

secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:

1.

Manfaat Teoritis

a.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan

dan wawasan tentang pengembangan kewarganegaraan sebagai ilmu maupun

praktek kewarganegaraan, khususnya yang berkaitan dengan hak warga negara

yaitu salah satunya mendapat jaminan atas kesehatan yang diantaranya yaitu

hak atas kecukupan gizi bagi masyarakat miskin.

b.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai acuan atau pedoman bagi

pembaca dalam menulis tugas yang membahas tentang masalah yang sama,

yaitu tentang upaya pemenuhan hak warga atas kecukupan gizi demi

terwujudnya kesejahteraan bersama.

2.

Manfaat Praktis

a.

Bagi penulis, penelitian ini akan digunakan untuk menambah ilmu dan

pengetahuan untuk memahami tentang upaya pemerintah dalam pemenuhan

hak warga atas kecukupan gizi demi tercapainya kesejahteraan sosial sebagai

tujuan negara.

b.

Bagi masyarakat luas, membuka pemikiran terhadap pentingnya pemenuhan

asupan gizi seorang anak sehingga harus dipenuhi hak atas kecukupan

gizinya supaya mampu menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas dan

berkualitas.

Referensi

Dokumen terkait

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

Menyusui dini Menyusui dini merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya Proses involusi uteri karena dengan memberikan Air Susu Ibu kepada bayi segera setelah melahirkan

Kami adalah mahasiswa jurusan Manajemen Universitas Katolik Widya Mandala yang sedang melakukan penelitihan tentang: “Pengaruh Lingkungan Toko terhadap Emosi Positif

Hasil penelitian yang diperoleh adalah kasus spondilitis tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak 44 pasien.. Penyakit ini dapat menyerang segala jenis kelamin dan

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap yang meliputi pembuatan ekstrak bunga telang dan pembuatan selai apel anna.Kemudian dilakukan analisa pada bahan

Selanjutnya pembeli membayar di tempat dan Petugas langsung menyetor ke Bendahara Penewrimaan untuk disetor ke Kas Negara sebagai penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Kemudian

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut