• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori - UPAYA MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN R UANG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE BERBANTU MEDIA INFORMATION COMMUNICATION TECHNOLOGIES (ICT) DI KELAS V SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori - UPAYA MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN R UANG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE BERBANTU MEDIA INFORMATION COMMUNICATION TECHNOLOGIES (ICT) DI KELAS V SEKOLAH DASAR "

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Percaya diri

a. Pengertian percaya diri

Rasa percaya diri merupakan salah satu dari 18 karakter bangsa yang diterapkan pada kegiatan pembelajaran di sekolah. Definsi para ahli Menurut Desmita (2009:206) Percaya diri (self-confidence) ialah kemampuan induvidu untuk dapat memahami dan meyakini seluruh potensinya agar dapat dipergunakan dalam menghadapi penyesuaian diri dengan lingkungan hidupnya. Orang yang percaya diri biasanya mempunyai inisiatif, kreatif dan optimis terhadap masa depan, mampu menyadari kelemahan dan kelebihan diri sendiri, berpikir positif, menganggap semua permasalahan pasti ada jalan keluarnya.

(2)

Menurut Aunillah (2011:60) percaya diri merupakan sebuah kekuatan yang luar biasa. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh oleh guru untuk membangun karakter percaya diri pada peserta didik: 1) Memberi pujian atas setiap pencapaiannya

Jika peserta didik mendapatkan kasih sayang yang cukup dari guru dan orang tuanya, hal itu akan mengembangkan rasa percaya dirinya dan ia pun akan menerima lebih banyak kesuksesan dalam kehidupannya.

2) Mengajari peserta didik untuk bertanggung jawab

Hal ini dapat dilakukan oleh guru dengan cara menugaskan peserta didik untuk menjadi pembawa acara, pemimpin rapat dikelas, dan lain sebagainya. Kebiasaan ini akan memberikan rasa tanggung jawab pada diri siswa dan untuk bersedia menyelasaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya.

3) Mengajari peserta didik agar bersikap ramah dan senang membantu orang lain.

4) Mengubah kesalahan menjadi “bahan baku” demi kemajuaan. Saat peseta didik melakukan kesalahan, guru harus tetap fokus pada kemajuan yang telah dicapainya, bukan pada kesalahan ataupun kegagalan yang dialaminya.

5) Jangan menegur didepan banyak teman

(3)

6) Mendukung sesuatu yang menjadi minat peserta didik

Dukungan tidak hanya akan membangun rasa percaya dirinya, tetapi juga akan meningkatkan kadar kreativitasnya.

7) Tidak memanjakann peserta didik

Guru tidak boleh bersikap overprotect terhadap peserta didik. Sikap seperti itu hanya akan menjadikan lemah dan selalu bergantug pada orang lain.

Berdasakan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sosok yang percaya diri cenderung bisa melawan tantangan hidup yang ada dengan berbuat sesuatu yang bijak dan profesional dengan mengendalikan berbagai perasaan dan emosi seseorang dalam mengantisipasi suatu tindakan dan emosi untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Ciri-ciri Percaya diri

Ciri-ciri percaya diri menurut Ubaedy (2007-8-9) antara lain: 1) Orang yang percaya dirinya bagus biasanya punya keputusan hidup

yang mantap, tidak plin-plan, tidak ragu-ragu, tidak minder, dan seterusnya.

2) Orang yang percaya dirinya bagus biasanya punya power personal yang kuat, kharismatik, disegani, dan semisalnya.

(4)

4) Orang yang percaya dirinya bagus biasanya punya jatidiri yang jauh lebih kuat dan jauh lebih jelas.

5) Orang yang percaya dirinya bagus biasanya punya komitmen yang kuat untuk maju atau punya kesadaraan tanggung jawab yang lebih tinggi

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri orang yang percaya diri jika mengambil keputusan lebih mantap tanpa tekanan baik dari keadaan atau lingkungan. Orang yang mempunyai percaya diri punya jatidiri lebih kuat dan mempunyai komitmen yang kuat.

c. Ciri-ciri Tidak Percaya Diri

Ciri-ciri tidak percaya diri menurut Ubaedy (2007:88) diantaraya:

1) Tidak memiliki sesuatu (keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan secara sungguh-sungguh.

2) Tidak memiliki keputusan melangkah yang decissive (ngambang) 3) Mudah frustasi atau give, ketika menghadapi masalah atau

kesulitan.

4) Kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan atau setengah-setengah.

5) Sering gagal dalam menyempurnakan tugas-tugas atau tanggung jawab (tidak optimal)

(5)

7) Tidak bisa mendemostrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan mendengarkan yang meyakini

8) Sering memiliki harapan yang tidak realistis 9) Terlalu perfeksionis

10) Terlalu sensitif (perasa)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang tidak percaya diri tidak mempunyai tujuan yang aan diperjuangkan, mudah frustasi dalam menghadapi masalah karena kurangnya motivasi dalam dirinya. Canggung dalam menghadapi orang untuk mendemostrasikan kemampuannya sendiri.

d. Kiat-kiat Memperbaiki Percaya Diri

Peter Lauster (2007:11-12) sepuluh petunjuk untuk memperbaiki kepribadian pada diri sendiri

1) Carilah sebab-sebab anda merasa rendah diri. Sekali anda mengetahui sebab-sebab itu maka anda sudah mendapatkan prasayarat yang sangat oenting untuk suatu perbaikan kepercaya diri sendiri yang direncanakan.

2) Harus memiliki kemauan yang kuat karena dengan begitu akan memandang suatu perbaikan yang kecil sebagai keberhasilan yang sebenernya.

(6)

4) Berbahagialah dengan keberhasilan dalam suatu bidang tertentu dan janganlah ragu-ragu untuk bangga atasnya.

5) Bebaskan diri dari pendapat orang lain. Janganlah berbuat berlawanan dengan keyakinan sendiri.

6) Jika puas dengan pekerjaan sendiri tapi idak melihat sesuatu kemungkinannya untuk memperbaiki diri maka mengembangkan bakat-bakat melalui hobby.

7) Jika untuk melakukan pekerjaan yang sukar, coba melakukan pekerjaan dengan rasa optimis.

8) Jangan terlalu bercita-cita karena cita-cita yang terlewat batas tidak baik

9) Jangan terlalu sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

10) Janganlah mengambil sebagian motto ungkapan yang berbunyi “ apa pun juga yang dilakukan dengan baik oleh orang lain saya harus dapat melakukannya dengan baiknya.

Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa ada sepuluh petunjuk dalam memperbaiki kepribadian diri sendiri dimulai dari mencari sebab-sebab, memiliki kemampuan, mengembangkan bakat dan kemampuan bisa melalui hobby, bersyukur atas keberhasilan dan jangan terlalu membandingkan diri dengan orang lain.

e. Indikator Percaya Diri

(7)

peserta didik melakukan tindakan, tanya jawab, memberikan jawaban dari tugas dan pertanyaan guru, serta dari hasil laporan dan pekerjaan rumah yang dikerjakan peserta didik. Rasa percaya diri memiliki indikator kelas dan sekolah menurut Daryanto (2013:136) indikator kelas yaitu: “menciptakan suasana kompetisi yang sehat, menciptakan kondisi etos kerja, pantang menyerah, dan daya tahan belajar, menciptakan suasana belajar yang memacu daya tahan kerja, memiliki pandangan tentang slogan atau motto giat bekerja dan belajar.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013:26) menyatakan bahwa indikator rasa percaya diri sesuai jenjang kelas IV-VI sebagai berikut:

1. Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu. 2. Mampu membuat keputusan dengan cepat

3. Tidak mudah putus asa

4. Tidak canggung dalam bertindak 5. Berani presentasi di depan kelas

(8)

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Arifin (2013:12) berpendapat bahwa kata “prestasi belajar” berasal dari bahasa Belanda, yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah “prestasi belajar” (achievement) berbeda dengan “hasil belajar”

(learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik.

Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan, antara lain dalam kesenian, olahraga, dan pendidikan khususnya pembelajaran. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing.

(9)

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh peserta didik dari kegiatan belajar, kemudian kegiatan belajar tersebut dinilai dengan tes yang hasilnya berbentuk angka atau huruf , prestasi belajar dalam pembelajaran untuk menilai aspek kognitif.

b. Fungsi Prestasi Belajar

Arifin (2013:12-13) berpendapat bahwa prestasi belajar (achievement) semakin terasa penting untuk dibahas, karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain: (1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantias pengetahuan yang telah dikuasi peserta didik; (2) prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasra ingin tahu, (3) prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. (4) prestasi belajar sebagai indikator intern dan dan ekstren dari suatu institusi pendidikan, (5) prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

(10)

Berdararkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar memiliki fungsi mendorong siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan. Apabila siswa memiliki dalam meningkatkan prestasinya agar tidak tersaing oleh temannya, begitu pula sebaliknya siswa yang memiliki prestasi belajar rendah akan lebih berusaha agar bisa mengajar prestasi temannya. Oleh karena itu, prestasi dapat meningkatkan kualitas pendidikan suatu sekolah atau institusi pendidikan. Prestasi belajar menjadi tolak ukur dan umpan balik bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Ahmadi (2008:138) prestasi belajar yang dicapai seorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) induvidu.

Yang tergolong faktor internal adalah:

1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.

(11)

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis

Yang tergolong eksternal, ialah: a) faktor sosial yang terdiri atas lingkungan,keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok. b) faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, kesenian. c) faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim

4) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan

Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tergolong ada dua yaitu faktor-faktor internal diantaranya: jasmaniah, psikologis, kemantangan fisik atau psikis, spiritual atau keagaman. Sedangan faktor eksternal, diantaranya: lingkungan, budaya, dan lingkungan fisik.

3. Medel Pembelajaran Van Hiele

a. Pengertian Model Pembelajaran Van Hiele

Trianto (2010: 52) “Model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi

(12)

Menurut Purwoko (Aisyah, dkk. 2008) model pembelajaran Van Hiele adalah model yang teori belajarnya mengkhususkan dalam pembelajaran geometri dan dikemukakan hanya berkaitan dengan pembelajaran geometri dan dikemukakan hanya yang berikaitan dengan pembelajaran geometri.

Pemaparan mengenai model pembelajaran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah perencanaan sistematis dan konseptual yang digunakan dalam pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dalam membuat dan melaksanakan pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajarannya.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa teori van hiele dapat disetarakan dengan model pembelajaran karena memenuhi ciri-ciri model pembelajaran. Teori Van Hiele memiliki tahap-tahap pembelajaran yang sudah sesuai dengan langkah-langkah yang dibutuhkan dalam sebuah model.

b. Tahap Pemahaman Geometri Menurut Van Hiele

Tahapan berpikir atau tingkat kognitif yang dilalui siswa dalam pembelajaran geometri, menurut Van Hiele (Suwangsih dan Turlina, 2006:95-96) adalah sebagai berikut:

1) Tahap Pengenalan (Visualisasi)

(13)

adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang dilihatnya itu. Sebagai contoh, jika pada anak diperlihatkan sebuah kubus, maka ia belum mengetahui sifat-sifat atau keteraturan yang dimiliki oleh kubus tersebut. Ia belum tahu bahwa kubus mempunyai sisi-sisi yang merupakan bujursangkar, anak pun belum mengetahui bahwa bujursangkar ( persegi ) keempat sisinya sama dan ke empat sudutnya siku-siku.

2) Tahap analisis

Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki bangun Geometri yang diamatinya. Ia sudah mampu menyebutkan keteraturan yang terdapat pada bangun Geometri itu. Misalnya pada saat ia mengamati persegi panjang, ia telah mengetahui bahwa terdapat 2 pasang sisi yang berhadapan, dan kedua pasang sisi tersebut saling sejajar. Tapi tahap ini anak belum mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu benda geometri dengan benda geometri lainnya. Misalnya anak belum mengetahui bahwa persegi adalah persegipanjang atau ,persegi itu adalah belah ketupat dan sebagainya.

3) Tahap Pengurutan (Deduksi Informal)

(14)

mulai mampu mengurutkan. Misalnya ia sudah mengenali bahwa persegi adalah jajaran genjang, bahwa belah ketupat adalah layang-layang. Demikian pula dalam pengenalan benda-benda ruang, anak-anak memahami bahwa kubus adalah balok juga, dengan keistimewaannya, yaitu bahwa semua sisinya berbentuk persegi. Pola pikir anak pada tahap ini masih belum mampu menerangkan mengapa diagonal suatu persegi panjang itu sama panjangnya. Anak mungkin belum memahami bahwa belah ketupat dapat dibentuk dari dua segitiga yang kongruen.

4) Tahap Deduksi

Dalam tahap ini anak sudah mampu menarik kesimpulan secara deduktif, yaitu penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal-hal yang bersifat khusus. Demikian pula ia telah mengerti betapa pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan, di samping unsur-unsur yang didefinisikan. Misalnya anak sudah mulai memahami dalil. Selain itu, pada tahap ini anak sudah mulai mampu menggunakan aksioma atau postulat yang digunakan dalam pembuktian. Tetapi anak belum mengerti mengapa sesuatu itu dijadikan postulat atau dalil

5) Tahap Akurasi

(15)

aksioma-aksioma atau postulatpostulat dari geometri Euclid. Tahap akurasi merupakan tahap berfikir yang tinggi, rumit dan kompleks. Oleh karena itu tidak mengherankan jika tidak semua anak, meskipun sudah duduk di bangku sekolah lanjutan atas, masih belum sampai pada tahap berfikir ini.

Model Van Hiele ini pada pembelajaran geometri di tingkat sekolah dasar hanya sampai tahap ketiga yaitu tahap pengurutan. Tahap berikutnya diperoleh siswa di tingkat sekolah yang lebih tinggi.

Selain mengemukakan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif dalam memahami geometri, Van Hiele juga mengemukakan beberapa teori berkaitan dengan pembelajaran geometri. Teori yang dikemukakan Van Hiele antara lain adalah sebagai berikut:

Tiga unsur yang utama pembelajaran geometri yaitu waktu, materi pembelajaran dan metode penyusun yang apabila dikelola secara terpadu dapat mengakibatkan meningkatnya kemampuan berpikir anak kepada tahap yang lebih tinggi dari tahap yang sebelumnya.

(16)

Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan yaitu anak memahami geometri dengan pengertian, kegiatan belajar anak harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak atau disesuaikan dengan taraf berpikirnya. Dengan demikian anak dapat memperkaya pengalaman dan berpikirnya, selain itu sebagai persiapan untuk meningkatkan tahap berpikirnya kepada tahap yang lebih tinggi dari tahap sebelumnya. (Aisyah, 2008: 2-5)

Dari hasil penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Van Hiele memiliki lima fase dan lima tahap pembelajaran. Pembelajaran geometrik materi bangun ruang dalam proses pembelajaran dari pengenalan bangun ruang sampai tahap keakuratan bangun ruang sampai tahap keakuratan mengenal jaring-jaring yang digunakan.

c. Fase-fase Pembelajarann Menurut Van Hiele

Van Hiele dalam (Aisyah,2008:4.9-4.10) menyatakan bahwa ada 5 fase pembelajaran yang menujukan tujuan belajar siswa dan peran guru dalam pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut : 1) Fase 1: Informasi

(17)

a) Guru mempelajari pengetahuan awal yang dipunyai siswa mengenai topik yang di bahas.

b) Guru mempelajari petunjuk yang muncul dalam rangka menentukan pembelajaran selanjutnya yang akan diambil. 2) Fase 2 : Orientasi langsung (directed orientation)

Siswa mengeksplorasi topik tentang geometri seperti yang diatur oleh guru. Kegiatan yang terlibat harus memungkinkan siswa untuk mengidentifikasi bentuk geometris yang harus dipelajari. Oleh karena itu, bagi siswa untuk menguasai fase ini, mereka harus diberi tugas sederhana. Jadi, alat ataupun bahan dirancang menjadi tugas pendek sehingga dapat mendatangkan repon khusus dari siswa.

3) Fase 3 : Penjelasan (explication)

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa diminta untuk mengekspresikan pendapat mereka dan membahas tentang bentuk geometris yang telah diamati. Pada tahap ini, guru bertindak hanya sebagai fasilitator. Jadi untuk membantu siswa menggunakan bahasa yang tepat dan akurat, guru memberi bantuan seminimal mungkin. Hal tersebut berlangsung sampai sistem hubungan pada tahap berpikir ini mulai tampak nyata.

4) Fase 4 : Orientasi bebas (free orientation)

(18)

dengan mencari solusi mereka sendiri atau dengan menyelesaikan tugas. Sebagian besar hubungan antara objek diklarifikasi melalui interaksi antara siswa ketika membuat investigasi. Jadi siswa memperoleh pengalaman dalam menemukan cara mereka sendiri, maupun dalam menyelesaikan tugas-tugas. Melalui orientasi banyak hubungan antara obyek-obyek yang dipelajari menjadi jelas.

5) Fase 5 : Integrasi (Integration)

Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah dipelajari. Guru dapat membantu dalam membuat sintesis ini dengan melengkapi survey secara global terhadap apa-apa yang telah dipelajari siswa. Hal ini penting, namun kesimpulan ini tidak menunjukkan sesuatu yang baru.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran dengan model Van Hiele siswa harus melalui lima fase pembelajaran yang berbeda dan memiliki tingkatan berpikir yang berbeda pula, sehingga siswa mengalami perkembangan disetiap fase yang ada, mulai dari fase yang sifatnya sederhana sampai fase yang sifatnya rumit.

4. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Sanjaya (2012:61) “ Media pembelajaran adalah segala sesuatu

(19)

untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap atau menanamkan keterampilan pada setiap orang yang memanfaatkannya”. Media juga dijadikan sebagai perantara dari informasi ke penerima informasi, contohnya video, televisi, komputer dan lain sebagainya.

Menurut Arsyad (2007: 2-3) “media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan wadah yang digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi melalui proses belajar mengajar guru dan siswa yang mempunyai tujuan tertentu untuk menambah pengetahuan dan keterampilan siswa.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Sanjaya (2012 : 73) media pembelajaran mempunyai beberapa fungsi yaitu :

1) Fungsi Komunikatif

(20)

2) Fungsi Motivasi

Dapat kita bayangkan pembelajaran yang hanya mengandalkan suara melalui ceramah tanpa melibatkan siswa secara optimal seperti yang digambarkan pada pola terpisah, bukan hanya dapat menimbulkan kebosanan pada diri siswa sebagai penerima pesan, akan tetapi juga dapat mengganggu suasana belajar. Dengan menggunakan media pembelajaran, diharapkan siswa akanlebih termotivasi dalam belajarn dengan demikian pengembangan media pembelajaran tidak hanya mengandung unsur artistik saja akan tetapi juga memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran sehingga dapat lebih meningkatkan gairah siswa untuk belajar. 3) Fungsi Kebermaknaan

Melalui penggunaan media, pembelajaran dapat lebih bermakna, yakni pembelajaran bukan hanya dapat meningkatkan penambahan informasi berupa data dan fakta sebagai pengembangan aspek kognitif tahap rendah, akan tetapi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menganalisis dan mencipta sebagai aspek kognitif tahap tinggi. Bahkan lebih dari itu dapat meningkatkan aspek sikap dan keterampilan.

4) Fungsi Penyamaan Persepsi

(21)

pemikiran atau ada 40 jenis persepsi yang datang dari masing – masing pemikiran siswa. artinya, bisa terjadi setiap siswa akan menginterpretasi materi pelajaran secara berbeda. Melalui pemanfaatan media pembelajaran, diharapkan dapat menyamakan persepsi setiap peserta didik, sehingga setiap peserta didik memiliki pandangan yang sama terhadap informasi yang disuguhkan.

5) Fungsi Individualitas

Siswa dari latar belakang yang berbeda baik dilihat dari status sosial ekonomi maupun dari latar belakang pengalamannya, sehingga memungkinkan gaya dan kemampuan belajarnya pun tidak sama. Demikian juga halnya mengenai bakat dan minat siswa tidak mungkin sama, walaupun secara fisik sama. Pemanfaatan media pembelajaran berfungsi untuk dapat melayani kebutuhan sikap individu yang memiliki minat dan gaya belajar yang berbeda. Menurut Fathurrohman dan Sutikno (2010: 67) fungsi penggunaan media dalam proses pembelajaran, antara lain:

a) Menarik perhatian siswa.

b) Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran.

c) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan).

(22)

e) Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif. f) Waktu pembelajaran bisa dikondisikan.

g) Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar.

h) Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu/ menimbulkan gairah belajar.

i) Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam, serta;

j) Meningkatkan kadar keaktifan/ keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

c. Ciri-ciri Media Pembelajaran

Arsyad (2007:12-13) media pembelajaran memiliki tiga ciri yaitu sebagai berikut:

1) Ciri Fiksatif (Fixative property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek tanpa mengenal waktu.

2) Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Media harus memiliki kemampuan dalam memanipulasi objek atau kejadian. Misalnya kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit melalui bantuan kemampuan manipulatif dari media. 3) Ciri Distributif (Distributive Property)

(23)

tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu dan dapat disebarluaskan.

Berdasarkan penjelasan tentang ciri-ciri media tersebut dapat dijadikan acuan dalam menentukan media yang baik dan bermanfaat dalam pembelajaran. Bahwasannya media itu untuk membantu guru sehingga apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu atau kurang efisien melakukannya

d. Klasifikasi Media Pembelajaran

Sanjaya (2012: 118-121) media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya.

1) Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam media auditif, media visual, dan media audio visual

a) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio, tape recorder, kaset, piringan hitam dan rekaman suara.

(24)

c) Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara dan lain sebagainya.

2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi ke dalam:

a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan televisi.

b) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu seperti film slide, film, video dan lain sebagainya. 3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke

dalam:

a) Media yang diproyeksikan seperti film slide, film stripe, transparansi, komputer dan lain sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan alat proyeksi khusus seperti film proyektor untuk memproyeksikan film slide proyektor untuk memproyeksikan film slide, Overhead Projector (OHP) untuk memproyeksikan transparansi, LCD untuk memproyeksikan komputer.

(25)

4) Media juga dapat dikelompokkan berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya:

Kelompok satu: media grafis, bahan cetak dan gambar diam. a) Media grafis adalah media yang menyampaikan fakta, ide,

gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka, simbol, yang termasuk media grafis adalah: grafik, diagram.

b) Media bahan cetak adalah media visual yang pembuatannya melalui proses pencetakan, printing atau offset. Beberapa hal yang termasuk media bahan cetak adalah: buku teks, modul, bahan pengajaran terprogram.

c) Gambar diam adalah media visual yang berupa gambar yang dihasilkan melalui proses fotografi yang termasuk dalam media ini adalah foto.

Kelompok kedua: kelompok media proyeksi diam yakni media visual yang diproyeksikan atau media yang memproyeksikan pesan, dimana hasil proyeksinya tidak bergerak atau memiliki sedikit unsur gerakan. Jenis media ini diantaranya: a) OHP/ OHT adalah media visual yang diproyeksikan melalui

alat proyeksi yang disebut OHP (Overhead Projector) dan OHT biasanya terbuat dari plastik transparan.

(26)

c) Media slide atau film bingkai adalah media visual yang diproyeksikan melalui alat yang dinamakan projector slide. d) Media film stripe, atau film rangkai atau film gelang adalah

media visual proyeksi diam yang pada dasarnya hampir sama dengan media slide.

Kelompok ketiga: media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya melalui pendengaran. Jenis pesan yang disampaikan berupa kata-kata, sound effect. Kelompok keempat: media audio visual diam, adalah media yang penyampaian pesannya diterima oleh pendengaran dan penglihatan namun gambar yang dihasilkannya adalah gambar diam atau memiliki sedikit gerakan.

Kelompok kelima: film (motion picture), yaitu serangkaian gambar diam yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga memberi kesan hidup dan bergerak.

Kelompok keenam: media televisi adalah media yang menyampaikan pesan audiovisual dan gerak.

(27)

5. Media ICT

a. Pengertian Information and Communication Technologies (ICT) Darmawan (2013: 1-2) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berasal dari bahasa Inggris yaitu Information and Communication Technologies (ICT) adalah payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. ICT mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Menurut kamus Oxford(1995) dalam (Munir, 2010:8) teknologi informasi adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer untuk menyimpan, menganalisis dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-kata, bilangan, dan gambar. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan.

(28)

meliputi segala hal yang berkaitan dengan pemanfaatan komputer untuk mengolah informasi dan sebagai alat bantu pembelajaran serta sebagai sumber informasi bagi guru dan siswa.

Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbantu media ICT merupakan pembelajaran dengan media komputer yang menyajikan dan menggabungkan beberapa elemen yang dirancang secara sistematis yang berfungsi sebagai sumber pengalaman belajar bagi siswa. Media berbasis ICT salah satunya yaitu microsoft power point dengan Hyperlink. Menurut Wahana (2002: 197) microsoft power point adalah aplikasi untuk menyusun naskah presentasi yang andal, sedangkan Hyperlink adalah hubungan antara teks atau objek dengan slide tertentu secara tepat. Hyperlink berfungsi untuk menghubungkan antara satu slide ke slide yang lain, antar file presentasi atau file dari program lain. Link juga dapat digunakan untuk melakukan navigasi baik antar slide, antar file presentasi ataupun antar file program lain. Ciri-ciri teks atau objek yang memiliki link yaitu tampilnya simbol tangan menunjuk ketika objek atau teks tersebut disorot dengan pointer mouse, jika link berupa teks, maka teks link akan berubah warna dan bergaris bawah.

b. Manfaat Media Information and Communication Technologies (TIK) dalam Pembelajaran

Menurut Munir (2010:176) memanfaatkan TIK dalam pembelajaran, antara lain dengan:

(29)

2) Pengajar memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, karena pengajar berperan sebagai peserta didik yang harus belajar terus menerus sepanjang hayat. Tujuannya untuk mengingatkan kualitas profesional dan kompetensinya.

3) Tersedia materi pembelajaran yang berkualitas dan bermakna (meaningful)

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat media ICT dalam pembelajaran pengajar dan peserta didik mampu mengakses semua informasi agar dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan untuk mencapai tujuannya yaitu meningkatkan kualitas profesional dan kompetensinya.

c. Peranan Media Information and Communication Technologies (TIK) dalam Pendidikan

Menurut Munir (2010: 185) peranan penting TIK dalam pendidikan, antara lain:

1) TIK Sebagai Ketrampilan (skill) dan Kompetensi

a) Setiap pemangku kepentingan harus memiliki kompetensi dan keahlian menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan.

b) Informasi merupakan “bahan mentah” dari pengetahuan yang harus diolah melalui proses pembelajaran

(30)

2) TIK Sebagai Infrastruktur Pembelajaran

a) Saat ini, bahan ajar banyak disimpan dalam format digital dengan model yang beragam seperti multimedia.

b) Para peserta didik- instruktur dan peserta didik- secara aktif bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya.

c) Proses belajar seharusnya daapat dilakukan dimana dan kapan saja

3) TIK Sebagai Sumber Bahan Belajar

a) Ilmu pengetahuan berkembang sedemikian cepatnya b) Buku-buku, bahan ajar, dan refrensi diperbaharui secara

kontinu.

c) Tanpa teknologi, proses pembelajaran yang “up to date” membutuhkan waktu yang lama.

4) TIK Sebagai Alat Bantu dan Fasilitas Pembelajaran

a) Pelajar diharapkan melakukan eksplorasi terhadap pengetahuannya secara lebih bebas dan mandiri.

b) Akuisisi pengetahuan berasal dari interaksi antara peserta didik dan pengajar

c) Rasio antara pengajar dan peserta didik proses pemberian fasilitas

5) TIK Sebagai Pendukung Manajemen Pembelajaran

(31)

b) Transaksi dan interaksi interaktif antar- stakeholder memerlukan pengelolahan back-office yang kuat

c) Munculnya keberadaan sistem pendidikan inter-organisasi 6) TIK Sebagai Sistem Pendukung Keputusan

a) Pengajar seharusnya meningkatkan kompetensi dan ketrampilan pada berbagai bidang ilmu

b) Sumber daya terbatas, pengelolahan yang efektif seharusnya dilakukan

c) Institusi seharusnya tumbuh dari waktu ke waktu dalam hal jangkauan dan kualitas.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa peranan TIK sangat penting dalam pendidikan, khusunya dalam penggunaan untuk media pembelajaran. Penggunaan media ICT (TIK) dalam proses belajaran dapat mengasah ketrampilan (skill) dalam mengunakan teknologi, selain itu penggunaan media ICT (TIK) sebagai sumber belajar yang sangat “up to date”.

d. Dampak positif penggunaan media ICT dalam pendidikan :

1) Pelajar jadi lebih mudah dalam belajar, karena kebanyakan pelajaran lebih suka praktek dibandingkan teori

2) Pengajar jadi lebih mudah mengajar jadi lebih mudah menyampaikan materi dengan membuat presentasi – presentasi 3) Bagi pelajar maupun pengajar, pemberian dan penerimaan materi

(32)

berhalangan hadir tetap dapat memberi tugas atau materi melalui e-mail

4) Dalam membuat laporan baik bagi pelajar, maupun pengajar jadi lebih mudah karena jika memakai komputer, akan mudah dikoreksi jika ada kesalahan

5) Dalam belajar, baik pelajar maupun pengajar akan lebih mudah mencari sumber karena adanya internet

6) Pembelajaran yang menggunakan ICT/TIK bisa dibuat menjadi lebih menarik, misalnya dengan memunculkan gambar atau suara, sehingga pelajar menjadi lebih antusias untuk belajar.

Segala sesuatu pasti ada positif dan negatifnya, berikut adalah dampak negatif penggunaan ICT dalam pendidikan :

1) Pembelajaran yang menggunakan ICT/TIK hanya bisa dilaksanakan oleh sekolah yang mampu, bagi sekolah – sekolah yang kurang mampu akan ketinggalan, dan siswanya akan kesulitan jika mereka masuk ke sekolah lanjutan di kota besar yang sudah sering menggunakan ICT/TIK

(33)

3) Dalam pembelajaran, siswa – siswa yang tidak antuasias dalam penerimaan materi sering kali lebih suka main game selama pembelajaran, sehingga mereka tidak konsentrasi dan tidak menerima materi yang diajarkan.

4) Dalam pembelajaran yang menggunakan internet yang tidak dibatasi, sering kali pelajar menggunakan internet bukan untuk keperluan belajar, misalnya membuka situs youtube untuk menonton video dalam proses belajar

5) Bagi pengajar yang malas masuk kelas cenderung memberi tugas – tugas yang memanfaatkan internet sehingga tatap muka dengan pelajar jarang terjadi, akibatnya pengajar tidak mengenali pelajarnya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelejaran melalui media ICT terdapat adanya dampak positif dan negatif yang dapat mempengaruhi siswa dalam proses pembelajaran.

6. Matematika SD

a. Pengertian Matematika

(34)

katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berfikir (bernalar).

Menurut James dan James ( Suwangsih dan Turlina, 2006:2) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, suasana, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Menurut Kline sendiri matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri. Tetapi adanya matematika itu terutama akan membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam (Suwangsih dan Turlina, 2006:2). Jadi dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu tentang logika yang dapat membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan manusia. b. Pembelajaran Matematika SD

Matematika menurut Ruseffendi (Heruman, 2007:1) adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioman atau postulat dan akhirnya ke dalil. Pada dasarnya siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar 6 atau 7 tahun sampai 12 atau 13 tahun.

(35)

Dari usia perkembangan kognitif, siswa Sekolah Dasar masih terkait dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan di dalam menangkap suatu materi pelajaran. Sehingga siswa dapat lebih memahami dan mengerti tentang materi yang disampaikan oleh guru.

Menurut Heruman (2007:2-3) konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu: 1) Penanaman Konsep Dasar

Penanaman konsep dasar yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah memperlajari konsep tersebut.

2) Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami konsep matematika.

3) Pembinaan Keterampilan

Pembinaan ketrampilan yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan ketrampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.

(36)

konsep dalam pemahaman konsep dimasudkan agar siswa dapat memahami konsep matematika.

Setelah diberi pemahaman kemudian pembinaan konsep ketrampilan. Pembinaan konsep ketrampilan bermaksud agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Jadi pembinaan ketrampilan ini merupakan tindak lanjut dari penanaman konsep dan pemahaman konsep.

c. Materi Matematika Kelas V materi Sifat-sifat berbagai Bangun Ruang. Pada penelitian ini, peneliti mengambil materi sifat-sifat berbagai Bangun Ruang pada kelas V semester 2. Adapun Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang akan dijadikan bahan peneliti seperti yang tertulis pada tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 6. Memahami sifat-sifat

bangun dan hubungan antar bangun

6.2 Sifat-sifat Bangun Ruang 6.3 Menentukan Jaring-jaring Bangun Ruang Sederhana

Sumber : Pedoman KTSP

(37)

B. Hasil Penenelitian yang Relevan

Beberapa penelitian tentang penggunaan teori Van Hiele dalam pembelajaran telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya Nur’aeni (2014) tentang “Pengembangan Kemampuan Komunikasi Geometrik Siswa Sekolah Dasar Melalui Pembelajaran Berbasis Teori Van Hiele” menujukan bahwa

pembelajaran matematika dengan menggunakan Teori Van Hiele dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pengajaran Geometri di Sekolah Dasar dengan memperhatikan tingkat berpikir geometri siswa lebih mempermudah siswa dalam kemampuan komunikasi Geometris siswa, sehingga dapat membantu pemahaman konsep dasar geometri.

Penelitian oleh Sasmita, Wirya, Margunayasa (2015) tentang “Pengaruh Teori Van Hiele dalam Proses Pembelajaran Geometri Terhadap

Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Di Desa Sinabun” menujukan hasil penelitian bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan dalam pembelajaran geometri antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran geometri dengan teori Van Hiele dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dari rata-rata hasil belajar diketahui ratarata hasil belajar kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran geometri dengan teori Van Hiele yaitu 42,48 lebih besar dari pada rata-rata hasil belajar kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional yaitu 32,77.

(38)

Penelitian di atas menjadi relevan dengan penelitian ini karena meneliti variabel yang sama yaitu penggunaan model Van Hiele dalam pembelajaran. Yang membedakan dengan penelitian ini adalah bahwa penelitian di atas menggunakan metode penelitian R & D dan eksperimen, penelitian ini menggunakan metode penelitian PTK.

C. Kerangka Pikir

Hasil identifikasi masalah menyimpulkan pembelajaran matematika dikelas V SD Negeri Ajibarang Kulon Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas masih kurang optimal ditunjukan dengan prestasi belajar siswa yang masih kurang baik. Siswa masih belum munguasai materi matematika misal dalam membuat jaring-jaring limas segitiga dan limas segiempat, siswa masih belum memahami.

(39)

Gambar Alur Pikir

Gambar 2.1 Kerangka pikir Penelitian Tindakan Kelas

(40)

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir diatas, dinyatakan bahwa hipotesis tindakannya, melalui model pembelajaran Van Hiele berbantu media ICT sebagai berikut :

1. Penerapan model pembelajaran Van Hiele berbantu media ICT dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa.

Gambar

gambar diam yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V
Gambar 2.1 Kerangka pikir Penelitian Tindakan Kelas

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) apakah pengajaran dengan metode eksperimen dapat membantu pemahaman siswa, dan (2) perbedaan prestasi belajar antara

Penelitian ini diharapkan dapat dapat memberikan gambaran tentang proses pencarian makna hidup supaya lansia lajang sehingga dapat memberikan masukan dan sumbangan pengetahuan

Dari uraian diatas, maka penulis bermaksud untuk membuat suatu Sistem Informasi Wisma dan Reservasi Kamar berbasis web yang efektif dan efisien yang dapat meningkatkan

Secondly, I am also thankful to Regional Development Planning Agency (BAPPEDA) of Batu City, Human Settlement and Spatial Planning Department of Batu City,

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Namun, kenyataannya secara menyeluruh bahwa tidak adanya dicantumkan atau tidak secara rinci menjelaskan ketentuan mengenai pengunduran diri dari organisasi internasional dimana

[r]

Secara parsial hanya harga saham masa lalu yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan volume perdagangan masa lalu berpengaruh negatif tidak