• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PEMBELAJARAN LUAS DAERAH BANGUN DATAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BAGI SISWA KELAS V SDN SAMBENG PURWOREJO TAHUN AJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN PEMBELAJARAN LUAS DAERAH BANGUN DATAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BAGI SISWA KELAS V SDN SAMBENG PURWOREJO TAHUN AJARAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENINGKATAN PEMBELAJARAN LUAS DAERAH BANGUN DATAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

BAGI SISWA KELAS V SDN SAMBENG PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013

Oleh:

Sutrinah 1, Wahyudi 2, Warsiti 3 FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret

1 Mahasiswa S1 PGSD FKIP UNS 2, 3 Dosen S1 PGSD FKIP UNS

e-mail: sutri.inah@ymail.com

Abstract: The Improving Regional Area Build Flat Learning Through g Contextual Teaching and Learning (CTL) to V Grade Student Enhance Learning of Regional Area Students Build Flat Sambeng SDN Academic Year 2012/2013. The aims of research is improving process and learning math by CTL model. This research is Classroom Action Research (CAR). The experiment was conducted in three cycles, with each cycle consisting of planning, action, observation, and reflection. Source data came from students, peers, researchers, and documents. Data collection techniques using observation, documentation, and testing. The validity of the data using triangulation techniques and sources. Analysis of data using qualitative and quantitative analysis. Results of this study was to study CTL steps are: (1) constructivism; (2) Questioning, (3) Inquiry, (4) learning community, (5) modeling, (6) reflection, (7) the actual assessment, can enhance learning about the wide flat area up in V grade.

Keywords: Learning, Build Flat, Contextual Teaching and Learning.

Abstrak: Peningkatan Pembelajaran Luas Daerah Bangun Datar Melalui Contextual Teaching And Learning (CTL) Bagi Siswa Kelas V SDN Sambeng Purworejo Tahun Ajaran 2012/2013 Tujuan penelitian ini meningkatkan pembelajaran tentang luas daerah bangun datar siswa kelas V SDN Sambeng Tahun Ajaran 2012/2013. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran siswa kelas V tentang luas daerah bangun datar. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus, dengan tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sumber data berasal dari siswa, teman sejawat, peneliti, dan dokumen. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi, dan tes. Validitas data menggunakan triangulasi teknik dan sumber. Analisis data menggunakan analisi kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian ini adalah pembelajaran CTL dengan langkah-langkah yaitu: (1) konstruktivisme; (2) bertanya; (3) menemukan; (4) masyarakat Belajar; (5) pemodelan; (6) refleksi; (7) penilaian sebenarnya, dapat meningkatkan pembelajaran tentang luas daerah bangun datar pada siswa kelas V.

Kata Kunci:Pembelajaran, Bangun Datar, Contextual Teaching and Learning.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan usaha dan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Usaha peningkatana mutu pendidikan diusahakan dengan berbagai cara, dimulai dari orang tua yang berperan sebagai pendidik pertama dalam keluarga memberikan bekal dasar

untuk mempersiapkan kehidupan di masyarakat serta untuk menyongsong masa depan. Selain orang tua yang berkewajiban memberikan dasar pendidikan, Negara juga turut berperan dalam mengembangkan pendidikan. Seperti tertuang dalam tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tersurat dalam Pembukaan

(2)

2 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Setiap guru mempunyai tugas dan kewajiban mewujudkan tujuan pendidikan di sekolahnya masing-masing. Salah satu tugas utama guru adalah membangkitkan motivasi belajar peserta didik, antara lain dengan menentukan model pembelajaran yang tepat untuk membantu kelancaran, efektivitas, dan efisiensi pencapaian tujuan pengajaran. Seorang guru Sekolah Dasar tidak hanya mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi lebih pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi muridnya. Oleh karena itu tugas seorang guru adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadi menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang semula tidak berarti menjadi bermakna.

Pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan (PAIKEM). Model pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat maupun motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas.

Menurut Gagne (dalam Wina Sanjaya, 2005:6) pembelajaran adalah perkembangan hasil-hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk bebutuhan belajar, siswa diposisikan sebagai subjek belajar yang memegang peranan yang utama, sehingga dalam setting proses belajar mengajar siswa dituntut beraktivitas secara penuh bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran.

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Lingkungan belajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen atau unsur tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru.

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sebagian besar siswa menganggapnya pelajaran paling sulit. Johnson dan Rising (dalam buku Asep Jihad, 2008:152) mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan

pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat. Secara simple matematika diartikan sebagai telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat (Reys, 1984), karena matematika bukan pengetahuan yang menyendiri, tetapi keberadaannya untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam (Kline, 1973).

Berdasarkan kurikulum 2004 menjelaskan “Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas”. Pengajaran matematika hendaknya dimulai dengan penggunaan masalah yang terdapat dalam kehidupan yang sesuai dengan materi yang sedang diajarkan.

Contoh studi kasus di SD Negeri Sambeng, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, pada guru kelas V SDN Sambeng saat pembelajaran matematika yaitu melalui metode ceramah kemudian diberi contoh latihan soal dan siswa memperhatikan penjelasan guru tanpa menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, sehingga siswa bersikap pasif. Pada pola pembelajaran ini guru sebagai subjek, sedangkan siswa sebagai objek sehingga guru lebih mendominasi kelas.

Selain itu metode yang digunakan guru dalam mengajar juga masih sangat sederhana yaitu hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan saja, sehingga proses pembelajaran kurang efisien dan siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Guru juga tidak menggunakan media pembelajaran, dalam mengajar guru hanya menggunakan buku sumber saja sebagai media dalam mengajar, sehingga masih sangat kurang media pembelajaran yang digunakan oleh guru tersebut. Sarana dalam pembelajaran juga masih sangat kurang, hal ini dibuktikan dari buku pegangan/buku paket yang digunakan siswa

(3)

3 hanya sedikit, sehingga siswa dalam mengerjakan tugas dari guru masih harus saling meminjam buku antar teman dan bahkan ada yang satu buku terdiri dari tiga orang, tentu saja hal ini kurang efektif dalam proses pembelajaran yang sedang berjalan.

Contextual Teaching and Learning atau yang sering disebut CTL merupakan model pembelajaran yang mengkaitkan pengetahuan siswa dengan materi pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran. Seperti penjelasan Nurhadi (dalam Sugiyanto, 2008:18) menerangkan bahwa CTL adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan mereka. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan siswa akan diperoleh dari usaha siswa membangun pengetahuan baru ketika siswa belajar.

Johnson (2006:65) menyatakan CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang meraka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka yaitu, dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.

Pembelajaran CTL adalah suatu prosedur pembelajaran yang mengaitkan antara materi pembelajaran dengan dunia nyata peserta didik baik di dalam lingkungan keluarga, masyarakat, ataupun sekolah, dengan tujuan agar peserta didik dapat memahami serta menguasai materi pembelajaran yang mereka pelajari.

Pembelajaran CTL seperti diungkapkan Sanjaya (dalam Sugiyanto 2008:21) Komponen dalam CTL ada tujuh macam komponen utama, yaitu Konstruktivisme (Constructivism), bertanya

(Questing), menemukan (Inquiri),

masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).

Contextual Teaching and Learning merupakan model pendidikan yang

melakukan lebih dari sekedar menuntun para siswa dalam menggabungkan subjek-subjek akademik dengan keadaan mereka sendiri. CTL melibatkan siswa dalam mencari makna pembelajaran itu. Didalam system CTL terdapat delapan komponen yang harus dilaksanakan untuk menunjang pembelajaran. Komponen tersebut meliputi: (1) membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna; (2) melakukan pekerjaan yang berarti; (3) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri; (4) bekerja sama; (5) berpikir kritis dan kreatif; (6) membantu individu untuk tumbuh dan berkembang; (7) mencapai standar yang tinggi; (8) menggunakan penilaian autentik, (Johnson 2006:66)

Pembelajaran CTL lebih menekankan pada konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sehingga pembelajaran siswa dalam menerima pelajaran matematika tentang materi luas daerah bangun datar siswa kelas V dapat ditingkatkan.

Melalui pembelajaran CTL, siswa akan terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran karena siswa mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata mereka sehari-hari, sehingga siswa lebih mudah akan mengingat serta memahami materi pelajaran. Pembelajaran CTL sangat baik digunakan untuk dapat membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan dan merubah system pendidikan yang cenderung monoton sehingga dapat memberikan suatu proses belajar mengajar yang berkesan bagi siswa.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan model pembelajaran CTL pada pembelajaran luas daerah bangun datar pada siswa kelas V SD Negeri Sambeng Purworejo tahun ajaran 2012/2013?, (2) Apakah model pembelajaran CTL dapat meningkatkan pembelajaran luas daerah bangun datar pada siswa kelas V SD Negeri Sambeng Purworejo tahun ajaran 2012/2013?, (3) Apakah kendala dan solusi

(4)

4 model pembelajaran CTL pada pembelajaran luas daerah bangun datar siswa kelas V SD Negeri Sambeng Purworejo tahun ajaran 2012/2013?

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran CTL pada pembelajaran luas daerah bangun datar siswa kelas V SD Negeri Sambeng Purworejo tahun ajaran 2012/2013, (2) Untuk mendeskripsikan ada atau tidaknya peningkatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL bagi siswa kelas V SD Negeri Sambeng Purworejo tahun ajaran 2012/2013, (3) Untuk mendeskripsikan kendala dan solusi pada model pembelajaran CTL pada pembelajaran luas daerah bangun datar pada siswa kelas V SD Negeri Sambeng Purworejo tahun ajaran 2012/2013.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sambeng yang berada di alamat Desa Sambeng, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo pada semester II tahun ajaran 2012/2013, yakni bulan Januari s/d bulan April 2013. Subjek dalam penelitian ini yaitu: siswa kelas V SDN Sambeng yang berjumlah 15 siswa.

Sumber data dari penelitian ini adalah siswa, teman sejawat, peneliti, dan dokumen. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, observasi, dan dokumentasi. Alat pengumpulan data menggunakan soal tes, lembar observasi, foto kegiatan, dan rekaman video. Uji validitas data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik meliputi observasi, tes, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama. Sedangkan triangulasi sumber meliputi siswa, peneliti, dan observer (teman sejawat). Triangulasi sumber dilakukan dengan pengecekan kembali data yang telah diperoleh melalui ketiga sumber tersebut untuk menarik suatu kesimpulan tentang hasil tindakan.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah analisis data statistik deskriptif kuantitatif untuk menganalisis pembelajaran siswa tentang luas daerah bangun datar dengan CTL. Selain itu, digunakan data kualitatif untuk

menganalisis peningkatan pembelajaan siswa tentang luas daerah bangun datar pada saat pembelajaran berlangsung. Data tersebut diolah dengan langkah-langkahnya yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Indikator kinerja penelitian tindakan kelas ini meliputi langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) sebanyak 75%, serta

peningkatan hasil belajar siswa terhadap materi luas daerah bangun datar sebanyak 85%. Prosedur dalam penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal meliputi berdoa, absensi siswa, acuan, serta apersepsi. Pada kegiatan inti, guru membagi siswa dalam 5 kelompok, membimbing siswa dalam kegiatan diskusi dan peragaan, serta membimbing kelompok dalam membuat kesimpulan materi pembelajaran. Selama proses diskusi, guru memberikan penilaian secara individu kepada siswa. Pada kegiatan akhir, guru menyimpulkan materi pembelajaran dan mengadakan evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

Tabel 1. Nilai pretest siklus I-III Pertemuan I Pertemuan 2 T TT T TT Siklus I 0 % 100% 13,33% 86,67% Siklus II 40% 60% 33,33% 66,67% Siklus III 40% 60% 60% 40%

Pada pretest siklus I pertemuan 1 yang mencapai tuntas 0% dan yang tidak tuntas 100%, pada pertemuan 2 yang mencapai tuntas ada 13,33% dan yang tidak tuntas ada 86,67%. Pada siklus II pertemuan 1 yang mencapai tuntas ada 40% dan yang tidak tuntas ada 60%, pada pertemuan 2 yang tuntas ada 33,33%, yang tidak tuntas ada 66,67%. Pada siklus III pertemuan 1 yang tuntas ada 40% yang tidak tuntas ada 60%,

(5)

5 pada pertemuan 2 yang tuntas ada 60% dan yang tidak tuntas ada 40%

Sedangkan untuk hasil belajar siswa terhadap materi pelajaran berupa soal evaluasi juga termasuk dalam kategori baik dengan rata-rata persentase mencapai 85%. Hasil pelaksanaan pembelajaran CTL pada siklus I yaitu mencapai 86,67%. Pada siklus II tidak terjadi peningkatan atau sama dengan siklus I yaitu 86,67%, sedangkan pada siklus III terjadi peningkatan mencapai 93,33%.

Observasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan saat pembelajaran berlangsung, persentase pelaksanaan pembelajaran CTL selalu mengalami kenaikan setiap siklusnya dan dapat mencapai indikator capaiannya yaitu 75%.

Berikut tabel 2 persentase hasil observasi pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran CTL, siklus I-III:

Tabel 2. Hasil Observasi Pembelajaran CTL Hasil Observasi Guru dan

Siswa Ket Siklus I Siklus II Siklus III 71,32% 77,1% 86,7% Meningkat Pada siklus I, pelaksanaan pembelajaran dengan langkah CTL, hasil analisis proses penerapan pembelajaran terhadap materi pelajaran termasuk dalam kategori baik, yaitu rata-rata persentase 71,32% pada siklus I, 77,1% pada siklus II, dan 86,7% pada siklus III, dengan rata-rata keseluruhan mencapai 78,4%. Selain itu rata-rata penilaian proses siswa saat kegiatan diskusi banyak yang mendapat kategori baik. Tabel 3. Persentase hasil belajar Pelaksanaan Pembelajaran CTL Siklus I-III

Prosentase Ketuntasan Ket Siklus I Siklus II Siklus III 86,67% 86,67% 93,33% Meningkat Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui persentase pelaksanaan pembelajaran CTL mengalami kenaikan walaupun di siklus I dan siklus II hasilnya tetap, tetapi semua siklus dapat mencapai indikator capaiannya yaitu 85%. Selain observasi pelaksanaan

pembelajaran, juga dilaksanakan penilaian terhadap proses pembelajaran selama kagiatan diskusi dan peragaan berlangsung.

Penerapan pembelajaran CTL dalam peningkatan pembelajaran tentang luas daerah bangun datar siswa kelas V SDN Sambeng Tahun Ajaran 2012/2013 memiliki beberapa langkah yang harus dilaksanakan oleh peneliti antara lain yaitu: (1) konstruktivisme (Constructivism) yaitu guru membimbing kelompok dalam kegiatan peragaan dan diskusi agar sesuai dengan LKS, (2) bertanya (Questioning) yaitu guru membimbing siswa membuat kesimpulan dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran berdasarkan soal-soal di LKS, (3) menemukan (Inquiry) yaitu guru membimbing kelompok dalam menemukan pengetahuan baru dan konsep materi pembelajaran, juga berperan sebagai fasilitator membimbing siswa dalam menemukan dan mengkonstruksi pengetahuan mereka berdasarkan peragaan yang dilakukan, (4) masyarakat belajar (Learning Community) yaitu guru menyuruh siswa mendiskusikan peragaan yang dilakukan di bawah bimbingan guru, (5) pemodelan (Modelling) yaitu guru melakukan kegiatan peragaan dalam kelompok, (6) refleksi (Reflection) yaitu guru bertanya jawab tentang kesulitan-kesulitan yang dialami siswa selama proses kegiatan belajar mengajar menggunakan pembelajaran CTL, (7) penilaian sebenarnnya (Authentic

Assessment) yaitu guru memberikan

penilaian terhadap hasil kerja kelompok siswa.

Hal ini sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Sugiyanto (2008:22) yang menyatakan bahwa langkah pembelajaran CTL mencakup 7 komponen yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya.

Pada penelitian ini penerapan pembelajaran CTL dapat meningkatkan pembelajaran tentang luas daerah bangun datar siswa kelas V SDN Sambeng tahun ajaran 2012/2013. Hasil pembelajaran siswa yang diperoleh pada siklus I jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ KKM mencapai 86,67% dan yang mendapat nilai ≤ KKM

(6)

6 sebesar 13,33%. Sedangkan penilaian proses pembelajaran tiap pertemuan siklus I, rata-rata persentase nilai yang diperoleh pada pertemuan I sebesar 70,5%, sedangkan pada pertemuan 2 meningkat menjadi 72,1%.

Pada siklus II jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ KKM mencapai 86,67% dan yang mendapat nilai ≤ KM sebesar 13,33%. Hasil pembelajaran pada siklus II sama dengan siklus I. Namun penilaian proses pembelajaran pada siklus II meningkat dari tiap pertemuannya, pada pertemuan I rata-rata persentase yang diperoleh sebesar 74,3%, sedangkan pada pertemuan 2 meningkat menjadi 80%.

Pada siklus III jumlah siswa yang mencapai nilai ≥ KKM mencapai 93,33% dan yang mendapat nilai ≤ KKM sebesar 6,67%. Penilaian proses pembelajaran pada siklus III mengalami peningkatan setiap pertemuannya, pada pertemuan I rata-rata persentase yang diperoleh 84%, sedangkan pada pertemuan 2 rata-rata persentase yang diperoleh meningkat menjadi 89,6%.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran CTL dapat meningkatkan pembelajaran tentang luas daerah bangun datra. Pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran CTL ini dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran dengan cara memebrikan gambaran sesuai dengan kondisi nyata kepada siwa.

Hal ini sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Dewa Putu Nyeneng (2005:143) yang menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktivitas, konsepsi, dan hasil belajar siswa yang menunjukkan bahwa kemandirian siswa dalam belajar cukup baik, itu terbukti dari respon siswa selama mengikuti kegiatan belajar.Peningkatan pembelajaran yang dialami siswa.

Bahasan hasil penelitian yang relevan oleh Eddy Marwan Siregar, Asti Rusti dan Slamet Edi Priyono, (2008: 76) bahwa pembelajaran dengan model CTL dapat meningkatkan keaktifan siswa, serta siswa merasa senang dan nyaman pada mata Pelajaran Matematika kelas IV, jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan

aktivitas siswa pada mata pelajaran Matematika siwa kelas IV.

Penyampaian materi pembelajaran dengan mengaitkan kehidupan nyata sehari-hari siswa memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Sehingga nilai evaluasi siswa dari siklus I sampai siklus III mengalami peningkatan. Hal ini berdasarkan prinsip pembelajaran CTL yang disampaikan oleh Nurhadi (2004:23) yang menyatakan bahwa salah satu prinsip pembelajaran CTL yaitu Relating: belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.

Pembelajaran menggunakan CTL lebih mengutamakan keaktifan serta kerjasama kelompok baik dalam kegiatan diskusi maupun peragaan, sehingga siswa secara tidak langsung memahami makna dari materi pembelajaran. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran CTL yang dikemukakan oleh Nurhadi (2004:23) yang mengemukakan bahwa prinsip pengalaman langsung Experiencing: belajar ditekankan kepada penggalian (eksplorasi), penemuan (discovery), dan penciptaan (invention). Sedangkan prinsip kerjasama (Cooperating): belajar bilamana konteks komunikasi interpersonal, pemakaian bersama, dan sebagainya.

Berdasarkan kaitan antara hasil penelitian dengan kajian teori di atas dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran CTL dapat meningkatkan pembelajaran siswa kelas V tentang materi luas daerah bangun datar.

Kendala yang dihadapi oleh peneliti (guru) dalam menerapkan pembelajaran CTL yaitu: (a) penguasaan kelas masih kurang sehingga siswa masih ada yang bermain sendiri saat pembelajaran berlangsung, (b) guru kurang optimal dalam memberikan bimbingan pada siswa dalam kegiatan diskusi, (c) siswa masih sulit dalam membuat kesimpulan materi pembelajaran saat diskusi, (d) siswa kurang melakukan kerjasama dengan kelompoknya. Kendala yang dialami pada saat menerapkan pembelajaran CTL dapat diatasi dengan beberapa solusi antara lain: (a) penguasaan kelas ditingkatkan agar siswa lebih memperhatikan pelajaran, (b) guru akan memberikan bimbingan secara menyeluruh kepada siswa dalam kegiatan

(7)

7 diskusi, (c) guru menerangkan kepada setiap kelompok untuk membuat kesimpulan materi pembelajaran, (d) guru mengarahkan siswa untuk berkelompok dengan kelompoknya dan saling bekerjasama antar anggota kelompok.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dari penelitian ini adalah Penerapan pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) pada

pembelajaran luas daerah bangun datar pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Sambeng pada Tahun Ajaran 2012/2013 yang dilaksanakan sesuai dengan 7 langkah pembelajaran CTL yaitu: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajara

(Learning Community), pemodelan

(Modelling), refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment), Dengan menerapkan pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL)

dapat meningkatkan pembelajaran tentang luas daerah bangun datar pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Sambeng Tahun Ajaran 2012/2013.

Kendala dan solusi pada pembelajaran CTL tentang luas daerah bangun datar pada siswa kelas V SDN Sambeng Tahun Ajaran 2012/2013, kendala yang dihadapi oleh peneliti (guru) dalam menerapkan pembelajaran CTL yaitu: (a) penguasaan kelas masih kurang sehingga siswa masih ada yang bermain sendiri saat pembelajaran berlangsung, (b) guru kurang optimal dalam memberikan bimbingan pada siswa dalam kegiatan diskusi, (c) siswa masih sulit dalam membuat kesimpulan materi pembelajaran saat diskusi, (d) siswa kurang melakukan kerjasama dengan kelompoknya. Adapun solusi dari kendala tersebut yaitu: (a) penguasaan kelas ditingkatkan agar siswa lebih memperhatikan pelajaran, (b) guru akan memberikan bimbingan secara menyeluruh kepada siswa dalam kegiatan diskusi, (c) guru menerangkan kepada setiap kelompok untuk membuat kesimpulan materi pembelajaran, (d) guru mengarahkan siswa untuk berkelompok dengan kelompoknya dan saling bekerjasama antar anggota kelompok.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan ini, ada beberapa saran sebagai berikut: (a) penerapan pembelajaran CTL dapat digunakan dalam proses belajar mengajar, karena dengan pembelajaran ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika tentang luas daerah bangun datar; (b) penerapan pembelajaran CTL dapat dilakukan oleh semua guru, karena pembelajaran CTL ini juga baik diterapkan pada mata pelajaran selain matematika; (c) siswa dapat mengembangkan potensi siswa seperti kreativitas siswa, rasa ingin tahu siswa (bertanya), kemandirian siswa, kerja sama, dan keterampilan sosial siswa baik dengan teman, guru, maupun masyarakat; (d) sebaiknya siswa ikut berpartisipasi dan aktif setiap kegiatan dalam proses pembelajaran (melakukan pengamatan, kerja kelompok, mencari tahu, dan bertanya) agar lebih memahami materi yang disampaikan guru secara tidak langsung; (e) Pihak Sekolah hendaknya mengenalkan model-model pembelajaran dengan pendekatan yang lebih inovatif seperti pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan lain-lain kepada guru, sehingga para guru dapat meningkatkan proses pembelajaran, proses belajar dan hasil belajar siswanya; (f)

sebaiknya guru-guru dapat menerapkan pembelajaran CTL dalam pembelajaran dengan menyesuaikan mata pelajaran dan materinya dengan memperhatikan langkah-langkah pembelajaran CTL; (g) sekolah hendaknya selalu mendukung dan memfasilitasi guru dalam melaksanakan variasi dalam proses pembelajaran agar lebih inovatif agar dapat memperbaiki pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Dewa Putu Nyeneng. (2005). Model

Pembelajaran Langsung (Direct

Instructional) dengan pendekatan CTL untuk Meningkatkan Aktivitas, Konsepsi, dan Hasil Belajar Fisika. Jakarta: FKIP Unila.

Eddy Marwan Siregar, dkk. (2008).

Peningkatan Aktivitas Belajar

(8)

8

Kelas IV SDN Cempedak 01 Pagi Jakarta Timur. Jakarta: Cempedak. Jihad, Asep. 2008. Pengembangan

Kurikulum Matematika. Bandung:

Multi Pressindo.

Johnson, Elaine B. 2006. Contextual

Teaching and Learning. Bandung:

Mizan Learning Center (MLC). Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran

Kontekstual dan Penerapannya

dalam KBK. Malang: Universitas

Negeri Malang (UM PRESS).

Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dan Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Sugiyanto. 2008. Model-Model

Pembelajaran Inovatif. Surakarta:

Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20. 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Kloang Klende Putra Timur.

Zulkifli. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Referensi

Dokumen terkait

Buku Pegangan Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Kelas 4, Depdikbud, 2013. 2.6 Memiliki sikap amanah sebagai implementasi dari pemahaman kisah

Untuk membuka ( decrypt ) data tersebut digunakan juga sebuah kunci yang dapat sama dengan kunci untuk mengenkripsi (untuk kasus private key.. cryptography ) atau dengan kunci

Ada beberapa metode modern yang bisa digunakan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa Creative Problem Solving (CPS) (Afifah, 2011) disamping komunikasi dua

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi Pupuk Organik Cair Limbah Sawi Putih dengan dosis 8ml/500ml berpengaruh pada berat basah bagian atas (batang, daun)

Karena togel merupakan penyakit masyarakat dalam penegakan hukum, maka menjadi atensi Polri, sehingga setiap Polres dan Polsek diperintahkan melakukan penanggulangan

Simpulan yang didapat setelah dilakukan evaluasi sistem adalah: (1) EMC merupakan sebuah sistem software yang dapat mengontrol aktuator untuk mengatur pergerakan posisi, kecepatan

individu berdasarkan indikator kinerja utama (KPI) dan kompetensi yang telah didesain dalam penelitian ini. Pendekatan ini merupakan salah satu altnatif untuk

Dengan melalcukan simulasi melalui komputer untuk masalah transportasi tersebut, yakni dengan parameter jumlah antrian, menentukan waktu keberangkatan bus (headway)